Masalah Kejahatan (The Problem of Evil)

Masalah Kejahatan (The Problem of Evil)

Pendahuluan:

Salah satu pertanyaan teologis dan filosofis yang paling menantang sepanjang sejarah adalah: Jika Allah itu baik dan mahakuasa, mengapa kejahatan dan penderitaan ada di dunia? Pertanyaan ini dikenal sebagai Masalah Kejahatan (The Problem of Evil) dan telah menjadi perdebatan utama dalam filsafat, teologi, dan apologetika Kristen.

Dalam teologi Reformed, masalah kejahatan dijawab dengan pemahaman bahwa Allah adalah sepenuhnya berdaulat atas segala sesuatu, termasuk kejahatan, tetapi Ia sendiri tidak berdosa. Para teolog seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Charles Spurgeon, R.C. Sproul, dan John Piper menegaskan bahwa kejahatan terjadi dalam rencana Allah yang penuh hikmat, meskipun Ia tidak menciptakan atau menyetujui dosa itu secara moral.

Artikel ini akan membahas definisi masalah kejahatan, pandangan teologi Reformed terhadapnya, dan bagaimana orang percaya dapat memahami serta menghadapi realitas kejahatan dan penderitaan di dunia ini.

1. Apa Itu Masalah Kejahatan?

Masalah kejahatan dapat diringkas dalam argumen filosofis berikut:

  1. Jika Allah itu mahakuasa, maka Ia bisa mencegah kejahatan.
  2. Jika Allah itu maha baik, maka Ia pasti ingin mencegah kejahatan.
  3. Namun, kejahatan tetap ada.
  4. Jadi, bagaimana mungkin Allah yang mahakuasa dan maha baik membiarkan kejahatan ada?

Pandangan ini sering digunakan oleh ateis untuk menolak keberadaan Allah. Namun, dalam teologi Reformed, kita memahami bahwa Allah memiliki tujuan yang lebih tinggi dalam mengizinkan kejahatan, dan Ia tetap berdaulat serta adil dalam segala sesuatu yang terjadi.

R.C. Sproul menegaskan bahwa:"Jika Allah tidak memiliki kendali atas kejahatan, maka Ia bukanlah Allah yang berdaulat. Tetapi jika Ia berdaulat, maka ada tujuan yang lebih besar mengapa Ia mengizinkan kejahatan terjadi."

2. Pandangan Teologi Reformed tentang Masalah Kejahatan

A. Allah Berdaulat atas Segala Sesuatu, Termasuk Kejahatan

Dalam teologi Reformed, Allah adalah penguasa tertinggi atas segala sesuatu yang terjadi di dunia.

Yesaya 46:9-10 berkata:"Akulah Allah dan tidak ada yang lain; Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan hal yang kemudian dari mulanya, dan dari zaman purbakala hal-hal yang belum terjadi, yang berkata: 'Rencana-Ku akan terlaksana, dan Aku akan melakukan segala kehendak-Ku.'"

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:"Tidak ada satu pun kejadian yang terjadi di luar kehendak atau izin Allah. Namun, ini tidak berarti Allah adalah penyebab dosa, tetapi bahwa Ia menggunakan segala sesuatu untuk tujuan-Nya yang lebih besar."

B. Allah Tidak Menciptakan Kejahatan, tetapi Mengizinkannya untuk Tujuan-Nya

Meskipun Allah mengizinkan kejahatan, Ia sendiri tidak pernah menjadi sumber atau penyebab kejahatan secara moral.

Yakobus 1:13 berkata:"Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: 'Pencobaan ini datang dari Allah!' Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun."

Jonathan Edwards menjelaskan bahwa:"Allah dapat mengizinkan kejahatan terjadi sebagai bagian dari rencana-Nya, tetapi Ia tetap kudus dan tidak berdosa. Segala sesuatu terjadi untuk menggenapi tujuan Allah yang penuh hikmat."

Contoh dalam Alkitab:

  • Kisah Yusuf (Kejadian 50:20): Meskipun saudara-saudaranya menjualnya sebagai budak, Allah menggunakannya untuk menyelamatkan banyak orang.
  • Salib Kristus (Kisah Para Rasul 2:23): Meskipun orang-orang jahat menyalibkan Yesus, itu adalah bagian dari rencana Allah untuk keselamatan umat manusia.

Allah menggunakan kejahatan untuk mendatangkan kebaikan yang lebih besar, meskipun manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka.

3. Mengapa Allah Mengizinkan Kejahatan?

A. Untuk Menunjukkan Keadilan dan Kasih Karunia-Nya

Jika tidak ada dosa, maka kita tidak akan pernah bisa memahami betapa adil dan kasihnya Allah.

Roma 9:22-23 berkata:"Jadi, jika Allah hendak menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, tetapi Ia menanggung dengan sabar orang-orang yang telah disiapkan untuk kebinasaan, untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas orang-orang yang telah disiapkan-Nya untuk kemuliaan?"

Charles Spurgeon menegaskan bahwa:"Tanpa dosa, kita tidak akan pernah bisa mengerti betapa besarnya kasih karunia Allah yang menyelamatkan kita dari kebinasaan."

B. Untuk Menguji dan Memurnikan Iman Orang Percaya

Kejahatan dan penderitaan sering digunakan oleh Allah untuk menguji dan memperkuat iman orang percaya.

1 Petrus 1:6-7 berkata:"Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu."

John Piper menjelaskan bahwa:"Allah tidak hanya mengizinkan penderitaan, tetapi Ia juga menggunakannya untuk membentuk karakter kita agar semakin serupa dengan Kristus."

4. Bagaimana Orang Kristen Harus Menanggapi Kejahatan dan Penderitaan?

A. Percaya Bahwa Allah Memegang Kendali

Sebagai orang percaya, kita harus yakin bahwa tidak ada satu pun kejahatan atau penderitaan yang terjadi di luar rencana Allah.

Roma 8:28 berkata:"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."

B. Berpegang pada Janji Keselamatan dalam Kristus

Meskipun kejahatan ada di dunia saat ini, Yesus telah mengalahkan dosa dan maut melalui salib-Nya.

Yohanes 16:33 berkata:"Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia!"

R.C. Sproul menegaskan bahwa:"Salib Kristus adalah jawaban utama terhadap masalah kejahatan. Allah sendiri masuk ke dalam penderitaan dunia untuk menebus umat-Nya."

C. Hidup dalam Pengharapan Akan Pemulihan yang Kekal

Alkitab berjanji bahwa suatu hari Allah akan menghapus segala kejahatan dan penderitaan dari dunia ini.

Wahyu 21:4 berkata:"Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Kesimpulan: Mempercayai Kedaulatan Allah di Tengah Kejahatan

Dari pembahasan ini, kita belajar bahwa:

  1. Allah tetap berdaulat atas segala sesuatu, termasuk kejahatan.
  2. Allah tidak menciptakan kejahatan secara moral, tetapi mengizinkannya untuk tujuan yang lebih besar.
  3. Kejahatan ada untuk menunjukkan keadilan dan kasih karunia Allah.
  4. Orang percaya harus tetap beriman dan berharap pada janji pemulihan Allah.

Masalah kejahatan memang sulit dipahami, tetapi kita dapat percaya bahwa Allah tetap berdaulat, adil, dan kasih dalam segala hal yang terjadi.

Seperti yang dikatakan oleh Roma 11:36:"Sebab segala sesuatu berasal dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"

Mari kita menyerahkan semua hal kepada Tuhan dan percaya pada rencana-Nya yang sempurna! Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post