Matius 7:1-5: Menghakimi dengan Kasih, Bukan Kesombongan

Matius 7:1-5: Menghakimi dengan Kasih, Bukan Kesombongan

Pendahuluan:

Matius 7:1-5 adalah bagian dari Khotbah di Bukit (Matius 5-7), yang berisi pengajaran mendalam dari Yesus tentang kehidupan dalam kerajaan Allah. Salah satu perintah yang paling terkenal dalam bagian ini adalah:“Jangan menghakimi supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1, AYT)

Pengajaran Yesus ini sering disalahpahami oleh banyak orang. Ada yang menganggap bahwa ayat ini melarang semua bentuk penghakiman, tetapi ada juga yang memahami bahwa Yesus sedang berbicara tentang jenis penghakiman yang tidak adil, munafik, dan penuh kesombongan.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam dari Matius 7:1-5 berdasarkan perspektif teologi Reformed. Kita akan membahas bagaimana para pakar teologi seperti John Calvin, R.C. Sproul, Jonathan Edwards, dan lainnya menafsirkan bagian ini.

Matius 7:1-5 (AYT):“Jangan menghakimi supaya kamu tidak dihakimi.”“Karena dengan penghakiman yang kamu gunakan untuk menghakimi, kamu akan dihakimi, dan ukuran yang kamu gunakan untuk mengukur akan diukurkan kepadamu.”“Mengapa kamu melihat serpihan kayu di mata saudaramu, tetapi tidak mengetahui balok yang ada di matamu sendiri?”“Atau, bagaimana bisa kamu berkata kepada saudaramu, ‘Biar aku mengeluarkan serpihan kayu itu dari matamu,’ tetapi lihat, ada balok di matamu sendiri?”“Hai, orang munafik, keluarkan dahulu balok itu dari matamu, dan kemudian kamu akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan serpihan kayu dari mata saudaramu.”

Ayat-ayat ini membahas bahaya penghakiman yang tidak adil dan pentingnya introspeksi diri sebelum menegur orang lain.

2. Apa yang Dimaksud dengan "Jangan Menghakimi"?

a. Penghakiman yang Dilarang

Yesus tidak sedang melarang semua bentuk penilaian. Dalam konteks yang lebih luas, Alkitab justru mengajarkan pentingnya membedakan kebenaran dari kesalahan dan menegur dosa.

Menurut John Calvin, dalam komentarnya terhadap Matius 7:1, Yesus sedang melarang penghakiman yang didasarkan pada kesombongan, kebencian, dan standar yang tidak adil. Calvin menyebutkan bahwa orang percaya harus berhati-hati agar tidak menghakimi sesama dengan cara yang melampaui wewenang Allah.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menambahkan bahwa Yesus melarang penghakiman yang bersifat munafik, di mana seseorang mengecam dosa orang lain sementara ia sendiri hidup dalam dosa yang lebih besar.

b. Penghakiman yang Diperbolehkan

Meskipun Yesus melarang penghakiman yang tidak adil, Alkitab juga menegaskan pentingnya penilaian yang benar:

  • Matius 18:15-17 – Yesus mengajarkan bahwa kita harus menegur saudara yang berdosa dengan kasih dan kelembutan.
  • 1 Korintus 5:12 – Paulus mengajarkan bahwa gereja harus menilai dan menegur dosa di dalam jemaat.
  • Yohanes 7:24 – Yesus berkata, “Janganlah menghakimi berdasarkan penampilan luar, tetapi hakimilah dengan penghakiman yang adil.”

Dalam konteks ini, Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa penghakiman yang benar harus dilakukan dengan hati yang penuh kasih, bukan dengan sikap mengutuk atau menghina.

3. Bahaya Penghakiman yang Tidak Adil

Yesus memberikan alasan mengapa kita harus berhati-hati dalam menghakimi:"Karena dengan penghakiman yang kamu gunakan untuk menghakimi, kamu akan dihakimi, dan ukuran yang kamu gunakan untuk mengukur akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2)

a. Standar yang Sama Akan Digunakan untuk Kita

Jika kita menghakimi orang lain dengan standar yang keras dan tanpa belas kasihan, kita juga akan menerima penghakiman yang sama.

Charles Spurgeon menyatakan bahwa orang yang cepat mengutuk orang lain sering kali akan menemukan dirinya dihukum oleh standar yang sama. Ini adalah peringatan bagi setiap orang Kristen untuk lebih mengandalkan kasih karunia daripada hukum.

b. Kecenderungan Manusia untuk Menutupi Dosanya Sendiri

Yesus menggunakan ilustrasi yang kuat tentang serpihan kayu dan balok:“Mengapa kamu melihat serpihan kayu di mata saudaramu, tetapi tidak mengetahui balok yang ada di matamu sendiri?” (Matius 7:3)

Gambar ini menunjukkan kecenderungan manusia untuk membesar-besarkan dosa orang lain tetapi mengabaikan dosanya sendiri.

John MacArthur, dalam tafsirannya, menjelaskan bahwa "balok" melambangkan dosa yang lebih besar, seperti kesombongan dan kemunafikan, yang membuat seseorang tidak dapat melihat dengan jelas.

4. Solusi yang Yesus Tawarkan: Introspeksi Diri

Yesus memberikan solusi bagi masalah ini:"Hai, orang munafik, keluarkan dahulu balok itu dari matamu, dan kemudian kamu akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan serpihan kayu dari mata saudaramu." (Matius 7:5)

Yesus tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh menegur dosa, tetapi kita harus mengoreksi diri terlebih dahulu sebelum menegur orang lain.

a. Introspeksi Sebelum Menegur

J.C. Ryle, dalam Expository Thoughts on the Gospels, menyatakan bahwa orang Kristen sejati harus lebih sibuk dengan mengoreksi dirinya sendiri daripada mencari kesalahan orang lain.

b. Menegur dengan Kasih, Bukan Kesombongan

Setelah kita mengoreksi diri, kita bisa membantu sesama kita dengan kasih dan kelembutan.

Tim Keller menekankan bahwa penghakiman yang sejati adalah tindakan kasih, bukan penghukuman. Jika kita benar-benar peduli dengan sesama kita, kita akan menegur mereka dengan hati yang rendah hati dan keinginan untuk membawa mereka lebih dekat kepada Kristus.

5. Matius 7:1-5: Menghakimi dengan Kasih, Bukan Kesombongan (Makna Teologis Berdasarkan Pandangan Pakar Teologi Reformed)

1. Menghakimi dengan Standar yang Sama (John Calvin)

John Calvin dalam Commentary on a Harmony of the Evangelists menjelaskan bahwa Yesus tidak melarang segala bentuk penghakiman, tetapi mengutuk penghakiman yang kejam dan tidak adil. Menurut Calvin, manusia sering kali cenderung melihat kesalahan orang lain tanpa menyadari kelemahan dirinya sendiri. Ia menulis:“Yesus bukan melarang menilai yang benar, tetapi melarang penghakiman yang kasar dan tidak berdasarkan kasih. Kita harus ingat bahwa dengan standar yang kita gunakan, kita juga akan dihakimi.”

Calvin menekankan bahwa jika seseorang ingin menegur dosa orang lain, ia harus melakukannya dengan penuh kasih dan kesadaran akan dosanya sendiri. Ini mengingatkan kita pada pentingnya rendah hati dalam menilai sesama.

2. Kemunafikan dalam Penghakiman (Martyn Lloyd-Jones)

Dalam bukunya Studies in the Sermon on the Mount, Dr. Martyn Lloyd-Jones menyoroti betapa mudahnya manusia melihat dosa orang lain sambil mengabaikan dosanya sendiri. Ia menyatakan bahwa ayat ini adalah peringatan terhadap kemunafikan:“Orang yang terburu-buru menghakimi sesamanya sering kali adalah orang yang buta terhadap kebobrokan dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa sebelum mereka menegur, mereka harus lebih dulu mengoreksi diri mereka sendiri.”

Lloyd-Jones menekankan bahwa orang Kristen harus terlebih dahulu berurusan dengan dosanya sendiri sebelum menegur orang lain. Ini tidak berarti kita tidak boleh menasihati atau menegur, tetapi harus dilakukan dalam kesadaran bahwa kita juga membutuhkan anugerah Tuhan.

3. Menghakimi dengan Kasih dan Hikmat (R.C. Sproul)

R.C. Sproul dalam berbagai pengajarannya menekankan bahwa Yesus mengajarkan pentingnya membedakan antara penghakiman yang benar dan yang salah. Ia menyebut bahwa dalam Alkitab, ada dua jenis penghakiman:

  1. Penghakiman yang tidak benar – yang berasal dari kesombongan dan kemunafikan.
  2. Penghakiman yang benar – yang dilakukan dalam kasih dan hikmat, seperti yang diajarkan dalam 1 Korintus 5:12-13.

Sproul menegaskan bahwa orang Kristen tidak boleh menjadi hakim yang kejam, tetapi tetap harus memiliki kebijaksanaan dalam menilai kebenaran dan kesalahan. Ia menulis:“Tuhan tidak melarang kita menilai yang benar, tetapi kita harus selalu ingat bahwa penghakiman kita harus dilandasi oleh kasih dan kebenaran.”

4. Sikap yang Benar dalam Menegur Sesama (Jonathan Edwards)

Jonathan Edwards, seorang teolog Puritan yang berpengaruh, menekankan bahwa kasih adalah prinsip utama dalam menilai orang lain. Dalam khotbahnya, ia berkata:“Menegur dosa sesama adalah kewajiban Kristen, tetapi itu harus dilakukan dengan hati yang bersih dan rendah hati, bukan dengan kesombongan dan niat merendahkan.”

Edwards mengingatkan bahwa sebelum seseorang menegur, ia harus lebih dulu mengakui dosa-dosanya sendiri di hadapan Tuhan. Dengan demikian, ia tidak menegur dengan niat menjatuhkan, tetapi untuk membangun.

6. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

Bagaimana kita menerapkan ajaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari?

a. Berhati-hati dalam Menghakimi Orang Lain

Sebelum mengkritik atau menilai orang lain, tanyakan kepada diri sendiri:
✅ Apakah saya sudah mengoreksi dosa saya sendiri?
✅ Apakah saya menghakimi dengan sikap kasih atau kesombongan?
✅ Apakah saya menggunakan standar yang benar, yaitu firman Tuhan?

b. Hidup dalam Kasih Karunia dan Kerendahan Hati

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih karunia. Augustinus berkata:"Kasihilah orang berdosa, tetapi bencilah dosanya."

Kita harus membedakan antara menegur dosa dengan kasih dan menghakimi dengan kesombongan.

c. Belajar dari Kristus yang Penuh Kasih

Yesus sendiri tidak datang untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkannya (Yohanes 3:17). Kita harus meniru Kristus dengan menunjukkan kasih, kelembutan, dan pengampunan kepada sesama.

Kesimpulan

Matius 7:1-5 mengajarkan kepada kita bahaya penghakiman yang tidak adil dan pentingnya introspeksi diri sebelum menegur orang lain. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:

  1. Penghakiman yang keras dan munafik harus dihindari.
  2. Standar yang kita gunakan untuk menghakimi akan digunakan terhadap kita.
  3. Kita cenderung lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan kita sendiri.
  4. Introspeksi diri sangat penting sebelum menegur orang lain.
  5. Setelah mengoreksi diri, kita dapat menegur dengan kasih dan rendah hati.

Sebagai murid Kristus, kita harus hidup dalam kasih, kebenaran, dan belas kasihan, selalu mengingat bahwa kita juga adalah penerima kasih karunia Tuhan. Berdoalah agar Tuhan memberikan kita hati yang penuh dengan kasih, kelembutan, dan hikmat dalam menegur sesama.

Next Post Previous Post