Perdebatan tentang Kitab Suci Dalam Sejarah Gereja
Pendahuluan
Sepanjang sejarah gereja, otoritas, ketidakbersalahan, dan kecukupan Kitab Suci telah menjadi perdebatan utama dalam teologi Kristen. Dalam teologi Reformed, Alkitab dipandang sebagai firman Allah yang diinspirasikan, tidak bersalah, dan berdaulat dalam segala aspek iman dan kehidupan Kristen.
Dalam 2 Timotius 3:16-17, Rasul Paulus menegaskan:
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."
Para teolog Reformed seperti John Calvin, Martin Luther, Jonathan Edwards, Charles Spurgeon, R.C. Sproul, dan John Piper berulang kali menegaskan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran yang mutlak dan tidak dapat digantikan oleh tradisi gereja, pengalaman pribadi, atau pemikiran manusia.
Artikel ini akan membahas perdebatan utama tentang Kitab Suci dalam sejarah gereja, bagaimana teologi Reformed mempertahankan otoritas Alkitab, serta implikasi dari keyakinan ini dalam kehidupan orang percaya.
1. Otoritas Kitab Suci: Apakah Alkitab Benar-benar Firman Allah?
a. Otoritas Alkitab dalam Teologi Reformed
Teologi Reformed menegaskan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang berdaulat dan memiliki otoritas mutlak atas iman dan kehidupan Kristen.
Mazmur 119:89 berkata:
"Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di surga."
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa otoritas Alkitab tidak bergantung pada pengakuan manusia, tetapi berasal langsung dari Allah yang berbicara melalui firman-Nya.
b. Alkitab vs. Tradisi Gereja
Salah satu perdebatan terbesar dalam sejarah gereja adalah apakah otoritas tertinggi ada pada Alkitab saja (Sola Scriptura) atau pada kombinasi Alkitab dan tradisi gereja.
Martin Luther menegaskan dalam Reformasi Protestan:
"Hati nuraniku terikat pada firman Allah. Saya tidak dapat dan tidak akan menarik kembali apa pun, karena bertindak melawan hati nurani tidaklah benar dan tidaklah aman."
John MacArthur menegaskan bahwa tradisi gereja hanya dapat diterima sejauh selaras dengan ajaran Kitab Suci, tetapi tidak pernah bisa menggantikannya.
2. Inspirasi dan Ketidakbersalahan Alkitab
a. Inspirasi Alkitab oleh Roh Kudus
2 Petrus 1:21 berkata:
"Sebab, tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah."
Jonathan Edwards menegaskan bahwa Alkitab bukanlah sekadar tulisan manusia, tetapi hasil dari pewahyuan ilahi yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
b. Alkitab Tidak Mengandung Kesalahan (Inerrancy)
Teologi Reformed menegaskan ketidakbersalahan Alkitab, yang berarti bahwa segala sesuatu yang dinyatakan dalam Kitab Suci adalah benar dan tanpa kesalahan dalam manuskrip aslinya.
Yesus berkata dalam Yohanes 17:17:
"Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."
R.C. Sproul menegaskan bahwa jika ada satu bagian dari Alkitab yang bisa dianggap salah, maka seluruh otoritas firman Allah akan runtuh.
3. Kecukupan Alkitab: Apakah Alkitab Cukup untuk Kehidupan Kristen?
a. Alkitab adalah Satu-Satunya Panduan yang Diperlukan
2 Timotius 3:16-17 menegaskan bahwa Alkitab cukup untuk mengajar, menegur, dan membimbing orang percaya dalam kehidupan Kristen.
John Piper menekankan bahwa kita tidak membutuhkan wahyu baru di luar Alkitab karena firman Allah sudah sempurna dan cukup untuk membimbing umat-Nya.
b. Bahaya Menambah atau Mengurangi Firman Allah
Wahyu 22:18-19 memberikan peringatan keras terhadap siapa pun yang mencoba menambahkan atau mengurangi firman Tuhan:
"Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis dalam kitab ini."
John MacArthur menegaskan bahwa banyak kelompok sesat muncul karena mereka menolak kecukupan Alkitab dan mengandalkan "wahyu baru" yang bertentangan dengan firman Tuhan.
4. Peran Roh Kudus dalam Pemahaman Kitab Suci
a. Roh Kudus Membantu Kita Memahami Firman Tuhan
1 Korintus 2:14 berkata:
"Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu merupakan kebodohan baginya."
John Calvin menegaskan bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, manusia tidak dapat memahami atau menerima kebenaran firman Tuhan.
b. Tidak Ada Kontradiksi antara Roh Kudus dan Kitab Suci
Beberapa orang mengklaim bahwa mereka menerima wahyu langsung dari Roh Kudus yang bertentangan dengan Alkitab. Namun, Roh Kudus tidak pernah berbicara melawan firman yang telah diwahyukan.
Yesaya 8:20 berkata:
"Carilah petunjuk dalam hukum dan kesaksian! Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan firman ini, maka tidak ada terang bagi mereka."
R.C. Sproul menegaskan bahwa segala sesuatu yang benar-benar berasal dari Roh Kudus akan selalu selaras dengan Kitab Suci.
5. Bagaimana Kita Harus Menanggapi Otoritas Kitab Suci?
a. Menghormati dan Mempelajari Alkitab dengan Kesungguhan
Mazmur 1:2 berkata:
"Tetapi kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."
Jonathan Edwards menekankan bahwa orang percaya harus memiliki kerinduan yang mendalam untuk mempelajari dan menaati firman Tuhan.
b. Tidak Mengubah Firman Tuhan demi Kepentingan Pribadi
Banyak orang mencoba menafsirkan Alkitab sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
2 Petrus 3:16 berkata:
"Dalam surat-suratnya (Paulus) terdapat hal-hal yang sukar dipahami, yang oleh orang-orang yang tidak terpelajar dan yang tidak teguh diputarbalikkan, seperti juga yang lain-lain dalam Kitab Suci, untuk kebinasaan mereka sendiri."
John MacArthur menegaskan bahwa menyesuaikan firman Tuhan agar sesuai dengan budaya atau keinginan pribadi adalah tanda dari hati yang memberontak terhadap otoritas Allah.
Kesimpulan
Dari perspektif teologi Reformed, Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas, tidak bersalah, cukup, dan diberikan kepada manusia untuk membimbing mereka dalam kehidupan Kristen.
Ringkasan 5 Poin Utama tentang Kitab Suci:
- Alkitab memiliki otoritas mutlak sebagai firman Allah.
- Alkitab diinspirasikan oleh Roh Kudus dan tidak mengandung kesalahan.
- Alkitab cukup untuk mengajar dan membimbing kehidupan orang percaya.
- Pemahaman Kitab Suci hanya mungkin melalui pekerjaan Roh Kudus.
- Kita dipanggil untuk mempelajari, menaati, dan hidup berdasarkan firman Tuhan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk berpegang teguh pada firman Tuhan, menolaknya segala ajaran yang bertentangan dengannya, dan menjadikan Alkitab sebagai pedoman utama dalam seluruh aspek kehidupan kita.