Yohanes 12:27-29: Penderitaan dan Kemuliaan Yesus
Pendahuluan:
Yohanes 12:27-29 adalah bagian penting dalam Injil Yohanes yang menggambarkan bagaimana Yesus mengalami pergumulan menjelang penyaliban-Nya. Di dalam ayat ini, kita melihat ketegangan antara penderitaan yang akan Yesus alami dan kemuliaan yang akan diungkapkan melalui ketaatan-Nya kepada Bapa. Bagian ini sangat penting dalam pemahaman teologi Reformed karena menyoroti aspek kedaulatan Allah, penderitaan Kristus, serta tujuan akhir dari penebusan.
Teks Yohanes 12:27-29 (AYT) 27 “Sekarang, jiwa-Ku gelisah. Apa yang akan Kukatakan? ‘Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?’ Akan tetapi, untuk tujuan inilah Aku datang saat ini.28 Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Lalu, terdengarlah suara dari surga, “Aku telah memuliakan nama-Ku dan Aku akan memuliakannya lagi.”29 Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarnya mengatakan bahwa itu suara guntur, tetapi yang lain berkata, “Seorang malaikat telah berbicara kepada-Nya!”
1. Penderitaan Kristus: Penggenapan Rencana Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa segala sesuatu terjadi dalam kedaulatan Allah, termasuk penderitaan Kristus. Dalam Yohanes 12:27, Yesus menyatakan, “Sekarang, jiwa-Ku gelisah.” Ini menunjukkan pergumulan batin-Nya dalam menghadapi salib. Beberapa pakar teologi Reformed melihat pernyataan ini sebagai gambaran nyata dari kemanusiaan Kristus yang mengalami penderitaan sejati, tetapi tetap tunduk pada kehendak Bapa.
John Calvin dalam Commentary on John menjelaskan bahwa pergumulan Yesus bukanlah tanda ketakutan yang berdosa, tetapi bukti nyata bahwa Ia benar-benar manusia. Namun, dalam ketundukan-Nya, Yesus tidak meminta untuk dihindarkan dari penderitaan, melainkan menegaskan bahwa “untuk tujuan inilah Aku datang saat ini.” Ini menunjukkan bahwa sejak awal, penderitaan Kristus telah ditetapkan dalam rencana keselamatan Allah.
R.C. Sproul menambahkan bahwa dalam momen ini, kita melihat kontras antara penderitaan manusiawi Yesus dan tujuan ilahi-Nya. Yesus bisa saja meminta untuk diselamatkan dari penderitaan, tetapi Ia memilih untuk menggenapi rencana Bapa. Hal ini meneguhkan konsep soli Deo gloria dalam teologi Reformed, yaitu bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah untuk kemuliaan Allah semata.
2. Kemuliaan Nama Bapa: Tujuan Penderitaan Kristus
Di Yohanes 12:28, Yesus berdoa, “Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Ini adalah inti dari pengorbanan Yesus—bahwa penderitaan-Nya bukan sekadar demi keselamatan manusia, tetapi yang terutama adalah untuk memuliakan Allah.
Jonathan Edwards dalam karyanya The End for Which God Created the World menegaskan bahwa segala sesuatu diciptakan untuk kemuliaan Allah. Penderitaan Kristus di kayu salib adalah ekspresi tertinggi dari kemuliaan Allah yang dinyatakan melalui kasih, keadilan, dan anugerah-Nya.
Ketika suara dari surga menjawab, “Aku telah memuliakan nama-Ku dan Aku akan memuliakannya lagi,” ini menunjukkan bahwa kemuliaan Allah telah dinyatakan melalui kehidupan dan pelayanan Yesus, dan akan dinyatakan secara lebih besar melalui kematian serta kebangkitan-Nya.
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa kemuliaan Allah adalah tujuan tertinggi dari segala sesuatu. Dalam konteks ini, salib bukan hanya alat keselamatan, tetapi juga sarana untuk memperlihatkan supremasi kemuliaan Allah di atas segala sesuatu.
3. Respons Manusia terhadap Kemuliaan Allah
Di Yohanes 12:29, Yohanes mencatat bahwa orang banyak yang mendengar suara dari surga memberikan tanggapan yang beragam. Ada yang mengira itu suara guntur, sementara yang lain mengira itu suara malaikat. Ini mencerminkan bagaimana manusia sering kali gagal mengenali pekerjaan Allah secara langsung.
Teologi Reformed mengajarkan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak bisa memahami kebenaran rohani. Seperti yang dikatakan dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menjelaskan bahwa natur manusia yang telah jatuh dalam dosa cenderung menolak wahyu Allah kecuali jika Roh Kudus membuka hati mereka.
Martyn Lloyd-Jones dalam Studies in the Sermon on the Mount juga menyoroti bagaimana respons manusia terhadap wahyu Allah sering kali didasarkan pada kondisi hati mereka. Orang yang belum diperbarui cenderung menganggap pekerjaan Allah sebagai sesuatu yang biasa atau bahkan mengabaikannya.
4. Makna Teologis Yohanes 12:27-29: Penderitaan dan Kemuliaan Yesus
1. Penderitaan Yesus: Panggilan yang Tak Terhindarkan (Yohanes 12: 27)
Yesus memulai dengan pernyataan yang menggambarkan pergumulan batin-Nya:“Sekarang, jiwa-Ku gelisah.”
a. Kegelisahan Yesus dan Ketaatan-Nya
Kata "gelisah" (tetaraktai dalam bahasa Yunani) menunjukkan keguncangan emosional yang mendalam. Ini mengingatkan kita pada doa Yesus di Taman Getsemani dalam Matius 26:39, di mana Dia berkata:"Ya Bapa-Ku, jikalau mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
D.A. Carson dalam The Gospel According to John menekankan bahwa kegelisahan ini menunjukkan aspek kemanusiaan Yesus. Meskipun Dia adalah Anak Allah, Dia tetap mengalami ketakutan dan kesedihan menjelang penderitaan-Nya.
Namun, Yesus tidak meminta untuk diselamatkan dari penderitaan itu. Sebaliknya, Dia mengakui bahwa itulah tujuan kedatangan-Nya ke dunia:“Untuk tujuan inilah Aku datang saat ini.”
John MacArthur menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan ketaatan penuh Yesus kepada kehendak Bapa. Penderitaan bukanlah suatu kebetulan, tetapi bagian dari rencana penebusan yang telah ditetapkan sejak awal.
2. Kemuliaan Melalui Penderitaan (Yohanes 12:28a)
Setelah mengungkapkan kegelisahan-Nya, Yesus berdoa:“Bapa, muliakanlah nama-Mu!”
a. Paradoks Penderitaan dan Kemuliaan
Dalam pemahaman manusia, penderitaan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan dengan kemuliaan. Namun, dalam teologi Kristen, penderitaan Kristus justru adalah jalan menuju kemuliaan.
Leon Morris dalam The Gospel According to John menjelaskan bahwa permintaan Yesus untuk memuliakan nama Bapa menunjukkan bahwa tujuan utama hidup-Nya adalah membawa kemuliaan bagi Allah, bahkan melalui penderitaan.
Dalam Filipi 2:8-9, Paulus menegaskan hubungan antara penderitaan dan kemuliaan Kristus:“Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.”
b. Kemuliaan Nama Allah
Dalam Perjanjian Lama, nama Allah sering kali dikaitkan dengan tindakan-Nya dalam sejarah. Dalam Yesaya 48:11, Allah berkata:"Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain."
Craig Keener dalam The IVP Bible Background Commentary menegaskan bahwa Yesus memahami penderitaan-Nya sebagai bagian dari rencana Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya kepada dunia.
3. Konfirmasi Ilahi: Suara dari Surga (Yohanes 12:28b-29)
Sebagai jawaban atas doa Yesus, terdengarlah suara dari surga:“Aku telah memuliakan nama-Ku dan Aku akan memuliakannya lagi.”
a. Tiga Kali Allah Berbicara dari Surga
Ini adalah salah satu dari tiga kali dalam Injil ketika Allah berbicara langsung dari surga:
- Saat Yesus dibaptis (Matius 3:17): "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
- Saat Yesus dimuliakan di gunung (Matius 17:5): "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan; dengarkanlah Dia!"
- Di sini, menjelang penderitaan Yesus
Menurut R.C. Sproul dalam The Holiness of God, suara ini adalah konfirmasi ilahi bahwa seluruh hidup dan pelayanan Yesus telah membawa kemuliaan bagi Allah, dan bahwa penderitaan-Nya akan semakin memuliakan Allah.
b. Respons Berbeda dari Orang Banyak
Orang banyak yang mendengar suara itu memberikan dua respons yang berbeda:
- Beberapa berkata itu suara guntur.
- Yang lain berkata seorang malaikat berbicara kepada Yesus.
William Barclay dalam The Daily Study Bible mencatat bahwa respons ini menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa mengenali pekerjaan Allah, bahkan ketika tanda-tanda luar biasa diberikan.
Ini mengingatkan kita pada Yohanes 1:10-11:“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.”
Kesimpulan: Penderitaan Membawa kepada Kemuliaan
Yohanes 12:27-29 mengajarkan bahwa penderitaan Yesus bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru merupakan jalan menuju kemuliaan. Teologi Reformed menegaskan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kedaulatan Allah dan bahwa penderitaan Yesus adalah bagian dari rencana kekal-Nya untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan menebus umat pilihan-Nya.
Beberapa poin penting yang dapat kita ambil dari teks ini adalah:
- Penderitaan Kristus adalah bagian dari rencana kekal Allah – Yesus datang bukan untuk menghindari penderitaan, tetapi untuk menggenapi kehendak Bapa.
- Kemuliaan Allah adalah tujuan utama dari karya keselamatan – Salib bukan hanya tentang kita, tetapi tentang memuliakan nama Allah.
- Manusia secara alami tidak dapat mengenali kemuliaan Allah tanpa anugerah-Nya – Seperti orang banyak yang tidak memahami suara dari surga, manusia membutuhkan Roh Kudus untuk mengenali kebenaran ilahi.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani Yesus dalam melihat penderitaan bukan sebagai akhir, tetapi sebagai sarana untuk menyatakan kemuliaan Allah. Seperti kata Rasul Paulus dalam Roma 8:18:"Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."
Kiranya kita semakin memahami bahwa di dalam penderitaan pun, Allah sedang mempersiapkan kemuliaan yang lebih besar, baik dalam hidup kita maupun dalam rencana kekal-Nya.