Filipi 4:8: Pikiran yang Berkenan kepada Allah

Filipi 4:8: Pikiran yang Berkenan kepada Allah

Pendahuluan

Filipi 4:8 adalah salah satu ayat dalam Alkitab yang menekankan pentingnya pola pikir yang benar bagi orang percaya. Rasul Paulus memberikan daftar kualitas yang harus menjadi fokus pemikiran umat Kristen:

“Akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang indah, semua yang terpuji, semua yang sempurna, semua yang patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini dengan eksposisi dari beberapa teolog Reformed terkemuka, seperti John Calvin, Charles Hodge, Herman Bavinck, dan Martyn Lloyd-Jones.

Konteks Filipi 4:8

Surat Filipi ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Filipi untuk menasihati dan menguatkan mereka dalam iman. Pasal 4 membahas bagaimana orang percaya harus bersukacita dalam Tuhan (Filipi 4:4), tidak khawatir (Filipi 4:6-7), dan hidup dalam damai sejahtera Allah.

Filipi 4:8 secara khusus menekankan pentingnya mengarahkan pikiran kepada hal-hal yang baik dan berkenan kepada Allah. Dalam konteks dunia yang dipenuhi dengan godaan dan pemikiran yang tidak sehat, Paulus menegaskan bahwa pikiran yang benar adalah bagian dari hidup kudus yang dikehendaki oleh Tuhan.

Eksposisi Filipi 4:8 dalam Perspektif Teologi Reformed

1. "Semua yang benar" (ho alethes)

Kata benar dalam bahasa Yunani merujuk pada sesuatu yang sesuai dengan kebenaran objektif, yaitu kebenaran Allah.

John Calvin, dalam Commentary on Philippians, menjelaskan bahwa pemikiran yang benar adalah pemikiran yang selaras dengan firman Tuhan. Ia menulis:

“Hanya ketika kita dipenuhi oleh firman-Nya, kita dapat membedakan mana yang benar dan yang tidak, karena hati manusia cenderung tersesat oleh kebohongan dunia.”

Pemikiran yang benar berasal dari pengenalan akan Allah dan kebenaran Injil.

Charles Hodge, dalam Systematic Theology, menekankan bahwa berpikir benar berarti menolak segala bentuk penipuan, kesalahan doktrinal, dan pemikiran yang bertentangan dengan Alkitab.

2. "Semua yang mulia" (ho semnos)

Kata mulia dalam bahasa Yunani berarti sesuatu yang bermartabat, terhormat, dan layak dihormati.

Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa pemikiran yang mulia adalah pemikiran yang mengarahkan hati kepada kemuliaan Tuhan, bukan kepada hal-hal duniawi yang rendah. Ia menulis:

“Hanya ketika manusia mengarahkan pikirannya kepada hal-hal yang mulia, ia dapat hidup sesuai dengan panggilannya sebagai gambar Allah.”

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghindari pemikiran yang dangkal dan sebaliknya, memikirkan hal-hal yang penuh kebijaksanaan dan kebajikan.

3. "Semua yang adil" (ho dikaios)

Kata adil di sini mengacu pada segala sesuatu yang sesuai dengan standar moral Allah.

John Piper menafsirkan bahwa berpikir tentang apa yang adil berarti mengasihi keadilan dan hidup dalam kebenaran yang telah dinyatakan oleh Allah dalam Kitab Suci.

B.B. Warfield, seorang teolog Reformed lainnya, menambahkan bahwa berpikir adil berarti memandang segala sesuatu dari perspektif keadilan Allah, bukan dari standar dunia yang sering kali tidak adil.

4. "Semua yang suci" (ho hagnos)

Kata suci dalam bahasa Yunani merujuk pada sesuatu yang murni dan tidak tercemar oleh dosa.

John Calvin menegaskan bahwa pemikiran yang suci adalah pemikiran yang menghindari dosa dan pencemaran duniawi. Ia menulis:

“Hati manusia mudah terkontaminasi oleh godaan dunia, sehingga kita harus terus-menerus mengarahkan pikiran kepada hal-hal yang murni.”

Dalam konteks modern, ini berarti menjauhi pikiran yang dipenuhi hawa nafsu, iri hati, dan kebencian, serta menggantinya dengan pemikiran yang memuliakan Tuhan.

5. "Semua yang indah" (ho prosphiles)

Kata indah dalam ayat ini bukan hanya berarti sesuatu yang estetis, tetapi juga segala sesuatu yang menyenangkan di mata Tuhan.

Martyn Lloyd-Jones, dalam Spiritual Depression, menjelaskan bahwa berpikir tentang hal-hal yang indah berarti memikirkan tentang kasih, belas kasihan, dan segala sesuatu yang membangun iman.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang membawa damai, bukan hal-hal yang merusak hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

6. "Semua yang terpuji" (ho euphemos)

Kata terpuji dalam bahasa Yunani merujuk pada segala sesuatu yang memiliki reputasi baik dan layak dipuji.

Herman Bavinck menjelaskan bahwa berpikir tentang hal-hal yang terpuji berarti mengarahkan pikiran kepada teladan hidup Kristus dan segala sesuatu yang membawa hormat bagi nama-Nya.

Dalam praktiknya, ini berarti menolak pikiran yang mengarah kepada fitnah, gosip, dan segala sesuatu yang tidak membawa kemuliaan bagi Tuhan.

7. "Pikirkanlah semuanya itu"

Kata pikirkanlah (logizesthe) dalam bahasa Yunani adalah kata kerja dalam bentuk perintah yang berarti "merenungkan dengan mendalam."

John Calvin menekankan bahwa ini bukan hanya sekadar nasihat, tetapi suatu perintah untuk terus-menerus mengarahkan pikiran kepada hal-hal yang benar di hadapan Tuhan.

Menurut Charles Spurgeon, ini menunjukkan bahwa iman Kristen bukan hanya soal tindakan, tetapi juga soal pola pikir yang benar. Apa yang kita pikirkan akan menentukan bagaimana kita bertindak.

Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

1. Mengisi Pikiran dengan Firman Tuhan

Sebagai orang percaya, kita harus mengisi pikiran kita dengan kebenaran Firman Tuhan agar tidak terpengaruh oleh pemikiran dunia yang bertentangan dengan kehendak Allah.

2. Menjaga Pikiran dari Pengaruh Dunia

Kita hidup di dunia yang dipenuhi dengan informasi yang sering kali tidak sesuai dengan prinsip Alkitab. Oleh karena itu, kita harus selektif dalam memilih apa yang kita konsumsi, baik dalam bentuk bacaan, tontonan, maupun percakapan sehari-hari.

3. Mengembangkan Pola Pikir yang Membangun

Pemikiran yang benar akan menghasilkan tindakan yang benar. Dengan berpikir tentang hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, indah, dan terpuji, kita akan semakin bertumbuh dalam karakter yang mencerminkan Kristus.

Kesimpulan

Filipi 4:8 mengajarkan bahwa pola pikir yang benar adalah bagian penting dari hidup Kristen. Dari perspektif teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa orang percaya harus terus-menerus mengarahkan pikirannya kepada hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, indah, dan terpuji agar hidupnya berkenan kepada Tuhan.

Sebagai respons, kita harus mengisi pikiran kita dengan Firman Tuhan, menjauhi pengaruh dunia yang merusak, dan membangun pola pikir yang memuliakan Allah. Dengan demikian, kita akan semakin serupa dengan Kristus dalam segala aspek kehidupan kita.

Next Post Previous Post