Ibrani 2:18: Kristus yang Mampu Menolong dalam Pencobaan

Ibrani 2:18: Kristus yang Mampu Menolong dalam Pencobaan

Pendahuluan

Ibrani 2:18 adalah ayat yang menegaskan solidaritas Yesus dengan manusia dalam penderitaan dan pencobaan. Ayat ini memberikan penghiburan bagi orang percaya bahwa Yesus, sebagai Imam Besar yang berbelaskasihan, benar-benar memahami pencobaan yang kita hadapi dan dapat menolong kita.

Ayat ini berbunyi:

"Sebab, karena Ia sendiri telah menderita ketika dicobai, Ia dapat menolong mereka yang dicobai." (Ibrani 2:18, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam Ibrani 2:18 berdasarkan perspektif teologi Reformed dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita juga akan melihat bagaimana ayat ini mengajarkan keimaman Kristus, pencobaan-Nya sebagai manusia, dan bagaimana Ia menolong umat-Nya yang mengalami pencobaan.

1. Konteks Ibrani 2:18 dalam Surat Ibrani

Surat Ibrani ditulis untuk meneguhkan iman orang percaya, terutama mereka yang menghadapi penderitaan dan godaan untuk meninggalkan Kristus. Pasal 2 berfokus pada inkarnasi Yesus, bagaimana Ia menjadi manusia sejati agar bisa menjadi Imam Besar yang sempurna bagi umat-Nya.

Beberapa poin penting dalam konteks Ibrani 2:18:

  1. Yesus mengambil rupa manusia untuk mati bagi dosa manusia (Ibrani 2:14-15).
  2. Yesus menjadi Imam Besar yang setia dan berbelaskasihan (Ibrani 2:17).
  3. Karena Ia telah dicobai, Ia dapat menolong orang percaya yang mengalami pencobaan (Ibrani 2:18).

Ayat ini memberikan jaminan bahwa Kristus bukan hanya Allah yang berdaulat, tetapi juga Imam Besar yang memahami kelemahan manusia.

2. Eksposisi Ibrani 2:18

a) "Sebab, karena Ia sendiri telah menderita ketika dicobai..."

Bagian ini menunjukkan bahwa Yesus mengalami penderitaan yang nyata dalam pencobaan-Nya di dunia.

Menurut John Calvin, frasa ini menegaskan realitas kemanusiaan Yesus. Ia tidak hanya "tampak" sebagai manusia, tetapi benar-benar mengalami penderitaan yang kita alami. Ia mengalami kelaparan, kelelahan, pengkhianatan, dan bahkan kematian.

John Owen menekankan bahwa pencobaan Yesus adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Dengan mengalami pencobaan, Yesus menjadi perantara yang sempurna antara Allah dan manusia.

R.C. Sproul menambahkan bahwa meskipun Yesus dicobai, Ia tidak pernah berdosa (Ibrani 4:15). Ini berarti Ia memahami pencobaan secara penuh, tetapi tetap kudus dan tanpa cela.

b) "...Ia dapat menolong mereka yang dicobai."

Bagian ini menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekadar memahami penderitaan kita, tetapi Ia juga aktif menolong kita.

Menurut John Calvin, ini adalah bukti dari kasih Kristus kepada umat-Nya. Ia tidak hanya melihat kita menderita dari kejauhan, tetapi turun langsung untuk menolong kita.

John Owen menegaskan bahwa pertolongan Yesus bersifat efektif. Ini berarti Ia bukan hanya menawarkan penghiburan, tetapi juga memberikan kekuatan nyata bagi orang percaya untuk menghadapi pencobaan.

R.C. Sproul menghubungkan bagian ini dengan doktrin pemeliharaan Allah. Karena Yesus telah mengalami pencobaan, Ia tahu bagaimana memberikan pertolongan yang tepat bagi umat-Nya.

3. Teologi Reformed tentang Pencobaan dan Pertolongan Kristus

a) Pencobaan Yesus dan Ketidakberdosaan-Nya

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Yesus benar-benar dicobai, tetapi tidak pernah berdosa.

Menurut John Calvin, pencobaan Yesus bukan sekadar ujian, tetapi juga bagian dari penggenapan ketaatan-Nya kepada Allah. Ia menang atas pencobaan yang pertama kali menggagalkan Adam, sehingga Yesus adalah Adam kedua yang membawa kemenangan bagi umat manusia (Roma 5:19).

John Owen menambahkan bahwa jika Yesus berdosa, maka Ia tidak bisa menjadi Juruselamat yang sempurna. Oleh karena itu, meskipun Ia mengalami pencobaan, Ia tetap kudus dan tanpa cela.

b) Yesus Sebagai Imam Besar yang Berbelaskasihan

Dalam Perjanjian Lama, imam besar berperan sebagai perantara antara Allah dan manusia.

R.C. Sproul menekankan bahwa Yesus adalah penggenapan dari keimaman Perjanjian Lama. Perbedaannya adalah bahwa Yesus tidak hanya membawa korban, tetapi Ia sendiri adalah korban itu.

Menurut Martyn Lloyd-Jones, keimaman Yesus bukan hanya teori teologis, tetapi kenyataan yang memberikan penghiburan bagi umat-Nya. Kita memiliki Imam Besar yang benar-benar memahami penderitaan kita.

c) Pertolongan Yesus yang Efektif

Teologi Reformed mengajarkan bahwa pertolongan Yesus bukan hanya bersifat emosional, tetapi benar-benar memberikan kekuatan bagi umat-Nya.

John Owen menekankan bahwa Yesus tidak hanya berkata "Aku mengerti penderitaanmu," tetapi Ia benar-benar bekerja untuk memberikan pertolongan. Ini mencakup:

  1. Pemberian Roh Kudus yang menguatkan kita dalam pencobaan.
  2. Firman Tuhan sebagai pedoman bagi kita dalam menghadapi godaan.
  3. Kehadiran-Nya yang nyata dalam hidup orang percaya.

R.C. Sproul menegaskan bahwa karena Yesus adalah Allah yang hidup, pertolongan-Nya bukan hanya sebatas kata-kata, tetapi kuasa yang nyata bagi mereka yang percaya.

4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

a) Mengandalkan Kristus dalam Pencobaan

Sebagai orang percaya, kita sering menghadapi godaan, penderitaan, dan kesulitan.

John Calvin menegaskan bahwa kita tidak boleh menghadapi pencobaan dengan kekuatan sendiri. Sebaliknya, kita harus bersandar pada Kristus yang telah menang atas pencobaan.

b) Percaya bahwa Yesus Memahami Penderitaan Kita

Karena Yesus telah mengalami pencobaan, kita bisa datang kepada-Nya dengan keyakinan bahwa Ia memahami kita.

Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa kita tidak perlu takut untuk membawa penderitaan kita kepada Yesus. Ia bukan Tuhan yang jauh, tetapi Imam Besar yang penuh belas kasihan.

c) Hidup dalam Ketaatan kepada Kristus

Karena Yesus telah menang atas pencobaan, kita juga harus berusaha hidup dalam kekudusan dan ketaatan.

John Owen menegaskan bahwa iman yang sejati akan selalu menghasilkan kehidupan yang kudus. Jika kita benar-benar percaya bahwa Yesus telah menolong kita, maka kita harus menunjukkan itu dalam kehidupan yang memuliakan Dia.

Kesimpulan

Ibrani 2:18 menegaskan bahwa Yesus adalah Imam Besar yang berbelaskasihan, yang memahami pencobaan manusia, dan mampu menolong kita dalam setiap kesulitan.

Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:

  1. Yesus benar-benar mengalami pencobaan, tetapi tetap tanpa dosa.
  2. Sebagai Imam Besar, Yesus tidak hanya memahami penderitaan kita, tetapi juga memberikan pertolongan yang nyata.
  3. Orang percaya harus bersandar pada Kristus dalam setiap pencobaan, karena hanya Dia yang mampu menolong kita.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengandalkan Kristus dalam setiap pencobaan, datang kepada-Nya dengan keberanian, dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

Next Post Previous Post