Kematian atas Kematian dalam Kematian Kristus

Kematian atas Kematian dalam Kematian Kristus

Pendahuluan

Dalam sejarah teologi Kristen, salah satu karya yang paling berpengaruh dalam doktrin penebusan adalah The Death of Death in the Death of Christ oleh John Owen. Buku ini merupakan pembelaan klasik terhadap doktrin penebusan khusus (particular redemption) atau yang sering disebut sebagai limited atonement dalam Teologi Reformed. Konsep ini menegaskan bahwa kematian Kristus secara efektif menebus dosa hanya bagi umat pilihan-Nya, bukan bagi seluruh manusia secara umum. Artikel ini akan membahas tema utama dalam buku tersebut serta pandangan beberapa pakar teologi Reformed lainnya dalam menginterpretasikan makna dari kematian Kristus.

1. Latar Belakang: Siapa John Owen?

John Owen (1616–1683) adalah seorang teolog Puritan yang dikenal karena kedalaman pemikirannya dan kontribusinya terhadap Teologi Reformed. Ia menulis The Death of Death in the Death of Christ sebagai tanggapan terhadap pandangan Arminian yang menyatakan bahwa Kristus mati bagi semua orang tanpa kecuali, tetapi penebusan itu hanya menjadi efektif jika seseorang memilih untuk percaya. Owen menegaskan bahwa kematian Kristus memiliki tujuan yang pasti dan efektif bagi umat pilihan Allah.

Owen berargumen bahwa jika Kristus benar-benar menebus dosa setiap individu di dunia, maka semua orang akan diselamatkan (universalism). Namun, karena tidak semua orang diselamatkan, maka kesimpulan logisnya adalah bahwa kematian Kristus memang ditujukan secara khusus bagi umat pilihan-Nya.

2. Inti Argumen dalam The Death of Death in the Death of Christ

Buku Owen memiliki beberapa poin utama yang menjadi dasar pemahaman tentang penebusan Kristus, yaitu:

a. Kematian Kristus Bersifat Efektif

Owen menegaskan bahwa kematian Kristus bukan sekadar suatu kemungkinan penebusan, melainkan suatu tindakan yang pasti dalam menyelamatkan orang-orang yang telah dipilih Allah. Ia mengutip berbagai ayat Alkitab, seperti:

"Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku." (Yohanes 10:15)

Ayat ini menunjukkan bahwa Kristus secara spesifik mati bagi domba-domba-Nya, yaitu umat pilihan Allah. Jika Ia mati bagi semua orang, maka harusnya semua orang selamat, tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan.

b. Tujuan Allah dalam Penebusan

Owen juga menekankan bahwa Allah memiliki tujuan yang pasti dalam kematian Kristus. Jika Kristus mati bagi semua orang tetapi tidak semua orang selamat, maka kematian-Nya tidak mencapai tujuan yang dimaksudkan. Namun, karena Allah adalah Mahakuasa, maka mustahil rencana-Nya bisa gagal. Dengan demikian, penebusan Kristus pasti efektif bagi umat pilihan.

c. Doktrin Keterbatasan Penebusan (Limited Atonement)

Owen mengajarkan bahwa penebusan Kristus bersifat terbatas dalam cakupan (hanya bagi umat pilihan), tetapi tidak terbatas dalam kuasa. Dengan kata lain, kematian Kristus cukup untuk menyelamatkan semua orang, tetapi secara efektif hanya diterapkan bagi mereka yang telah dipilih Allah sejak kekekalan.

3. Pandangan Teolog Reformed Lain tentang Konsep Ini

Beberapa teolog Reformed setelah Owen turut membahas dan mengembangkan doktrin penebusan khusus ini. Beberapa di antaranya adalah:

a. Charles Haddon Spurgeon

Spurgeon, seorang pengkhotbah Reformed terkenal pada abad ke-19, mendukung pemahaman Owen mengenai penebusan khusus. Ia pernah berkata:

"Kita percaya bahwa melalui kematian-Nya, Yesus benar-benar menebus orang-orang yang telah dipilih oleh Bapa."

Menurut Spurgeon, jika Kristus mati bagi semua orang tetapi beberapa orang tetap binasa, maka kematian-Nya tidak sepenuhnya efektif, yang bertentangan dengan ajaran Alkitab tentang kuasa dan kehendak Allah.

b. R.C. Sproul

Sproul, seorang teolog Reformed modern, juga menjelaskan bahwa doktrin ini tidak berarti membatasi nilai kematian Kristus, tetapi menegaskan tujuan dan efektivitasnya. Ia menekankan bahwa:

"Jika penebusan itu universal, maka keselamatan harusnya juga universal. Namun, karena tidak semua orang diselamatkan, maka ada keterbatasan dalam penerapannya, bukan dalam nilainya."

Sproul menekankan bahwa Allah secara sengaja memilih siapa yang akan menerima manfaat dari kematian Kristus.

c. John Piper

Piper, seorang teolog dan pengkhotbah Reformed masa kini, menjelaskan bahwa penebusan Kristus adalah bagian dari rencana keselamatan yang sudah ditetapkan Allah sejak kekekalan. Ia berkata:

"Yesus tidak hanya membuka kemungkinan keselamatan, tetapi Dia benar-benar menyelamatkan umat-Nya."

Bagi Piper, jika keselamatan bergantung pada kehendak bebas manusia, maka itu akan menjadikan manusia sebagai penentu akhir keselamatan, bukan Allah. Ini bertentangan dengan ajaran Alkitab tentang anugerah Allah yang berdaulat.

4. Implikasi Teologis dan Praktis

Doktrin The Death of Death in the Death of Christ memiliki beberapa implikasi penting bagi iman dan kehidupan Kristen:

a. Jaminan Keselamatan yang Kokoh

Karena kematian Kristus benar-benar efektif bagi umat pilihan, maka mereka yang percaya dapat memiliki kepastian keselamatan. Tidak ada seorang pun yang telah ditebus yang bisa kehilangan keselamatannya karena penebusan itu adalah karya Allah yang sempurna.

b. Penginjilan yang Didorong oleh Anugerah

Doktrin ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak perlu memberitakan Injil. Justru, karena kita percaya bahwa Allah telah memilih umat-Nya, kita dengan yakin bisa menginjili semua orang, mengetahui bahwa Allah pasti akan menyelamatkan orang-orang yang telah ditetapkan-Nya.

c. Penekanan pada Kedaulatan Allah

Pemahaman ini menegaskan bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia, tetapi sepenuhnya adalah anugerah Allah. Ini menghindarkan kita dari kecenderungan berpikir bahwa kita bisa "menentukan" keselamatan kita sendiri.

Kesimpulan

Buku The Death of Death in the Death of Christ oleh John Owen adalah salah satu pembelaan klasik terhadap doktrin penebusan khusus yang diyakini oleh banyak teolog Reformed. Owen menunjukkan bahwa kematian Kristus bukan sekadar membuka kemungkinan keselamatan bagi semua orang, tetapi benar-benar efektif dalam menyelamatkan umat pilihan. Pandangan ini didukung oleh teolog Reformed lain seperti Spurgeon, R.C. Sproul, dan John Piper.

Doktrin ini meneguhkan bahwa keselamatan adalah karya Allah yang sempurna dan tidak dapat digagalkan oleh kehendak manusia. Implikasi teologisnya membawa keyakinan yang kokoh bagi orang percaya bahwa mereka benar-benar ditebus oleh darah Kristus dan dijamin keselamatannya. Oleh karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam kepastian iman dan dengan penuh semangat memberitakan Injil, mengetahui bahwa Allah pasti akan menyelamatkan orang-orang yang telah dipilih-Nya sejak kekekalan.

Next Post Previous Post