Kesetiaan Allah dalam Janji-Nya: Ibrani 6:14

Kesetiaan Allah dalam Janji-Nya: Ibrani 6:14

Pendahuluan

Ibrani 6:14 menegaskan janji Tuhan kepada Abraham bahwa Ia akan memberkatinya dan membuat keturunannya sangat banyak. Dalam teologi Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan kesetiaan Allah, doktrin perjanjian, dan anugerah Tuhan dalam pemilihan umat-Nya.

Surat Ibrani ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang menghadapi pencobaan dan godaan untuk kembali ke Yudaisme. Penulis Ibrani ingin meneguhkan mereka dengan menunjukkan bahwa janji-janji Allah pasti digenapi dalam Kristus.

Dalam artikel ini, kita akan menggali makna janji Allah, kesetiaan-Nya, dan penerapan janji ini dalam kehidupan orang percaya, berdasarkan perspektif teologi Reformed.

1. Kesetiaan Allah dalam Janji-Nya

A. Janji kepada Abraham dan Penggenapannya dalam Kristus

John Calvin dalam Commentary on Hebrews menjelaskan bahwa janji Tuhan kepada Abraham bukan hanya janji jasmani, tetapi juga janji rohani. Tuhan tidak hanya menjanjikan keturunan fisik, tetapi juga keturunan iman yang akan digenapi dalam Kristus (Galatia 3:29).

Herman Bavinck menegaskan bahwa janji Tuhan kepada Abraham adalah bagian dari rencana penebusan-Nya. Dalam Kejadian 22:17, Tuhan berjanji akan memperbanyak keturunan Abraham seperti bintang di langit. Ini mengacu pada umat pilihan Tuhan di segala zaman, yang akhirnya digenapi dalam gereja sebagai Israel rohani (Roma 9:6-8).

B. Janji yang Tidak Dapat Dibatalkan

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa janji Tuhan adalah mutlak dan tidak tergantung pada usaha manusia. Tuhan tidak dapat berbohong (Ibrani 6:18), dan janji-Nya kepada Abraham tetap berlaku hingga sekarang.

Aplikasi bagi kita:

  • Tuhan tetap setia dalam janji-Nya, meskipun kita sering tidak setia.
  • Keselamatan yang dijanjikan dalam Kristus tidak dapat dibatalkan karena didasarkan pada kesetiaan Allah, bukan pada usaha manusia.

2. Ibrani 6:14 dan Doktrin Perjanjian

A. Perjanjian Allah dengan Abraham

Dalam teologi perjanjian Reformed, janji kepada Abraham adalah bagian dari Perjanjian Kasih Karunia yang digenapi dalam Kristus.

Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa perjanjian ini memiliki dua aspek:

  1. Janji Jasmani: Bangsa Israel sebagai keturunan fisik Abraham.
  2. Janji Rohani: Keselamatan bagi semua orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi (Galatia 3:8-9).

B. Kristus sebagai Penggenapan Perjanjian

Jonathan Edwards menekankan bahwa Kristus adalah keturunan Abraham yang sejati, melalui siapa semua bangsa diberkati (Galatia 3:16). Janji dalam Ibrani 6:14 mengarah kepada penggenapan yang lebih besar dalam Yesus Kristus, yang membawa berkat keselamatan bagi dunia.

Implikasi bagi kita:

  • Sebagai orang percaya, kita menjadi bagian dari umat perjanjian dan turut menerima berkat yang dijanjikan kepada Abraham.
  • Keselamatan kita terjamin dalam Kristus, karena Ia adalah penggenapan dari perjanjian Allah.

3. Ibrani 6:14 dan Anugerah Allah

A. Berkat Allah adalah Anugerah, Bukan Hasil Usaha

John Calvin menegaskan bahwa semua berkat Allah adalah hasil dari kasih karunia-Nya, bukan usaha manusia. Abraham tidak mendapatkan janji ini karena perbuatannya, tetapi karena Tuhan memilihnya berdasarkan kasih karunia-Nya (Kejadian 12:1-3).

Matthew Henry dalam komentarnya menjelaskan bahwa janji dalam Ibrani 6:14 menunjukkan anugerah Allah yang melimpah. Tuhan tidak hanya memberkati, tetapi memberkati berlimpah-limpah, yang menunjukkan kemurahan dan kasih setia-Nya.

B. Doktrin Pemilihan dan Anugerah Allah

Herman Bavinck menekankan bahwa janji Tuhan kepada Abraham berkaitan erat dengan doktrin pemilihan. Tuhan memilih Abraham bukan karena Abraham layak, tetapi karena kasih karunia-Nya.

Dalam teologi Reformed, pemilihan Allah ini bukan berdasarkan kehendak manusia, tetapi berdasarkan rencana kekal-Nya (Efesus 1:4-5). Oleh karena itu, janji Allah dalam Ibrani 6:14 meneguhkan bahwa keselamatan kita bergantung sepenuhnya pada anugerah Tuhan, bukan pada usaha kita.

Aplikasi bagi kita:

  • Kita harus hidup dalam rasa syukur atas anugerah Tuhan.
  • Jangan mengandalkan usaha sendiri untuk memperoleh berkat atau keselamatan, tetapi bersandar sepenuhnya pada janji Tuhan.

4. Implikasi Ibrani 6:14 dalam Kehidupan Orang Percaya

A. Hidup dalam Iman seperti Abraham

Abraham menerima janji Tuhan dengan iman (Roma 4:20-21). John Owen menjelaskan bahwa iman yang sejati bersandar penuh kepada Tuhan, bukan pada keadaan atau perasaan.

Sebagai orang percaya, kita harus:

  • Tetap percaya pada janji Tuhan, meskipun kita belum melihat penggenapannya.
  • Bersabar dalam iman, seperti Abraham yang menunggu janji Tuhan dengan tekun.

B. Kesetiaan Tuhan sebagai Dasar Pengharapan Kita

R.C. Sproul menekankan bahwa pengharapan Kristen didasarkan pada kesetiaan Tuhan, bukan pada kondisi dunia. Dunia ini penuh dengan ketidakpastian, tetapi janji Tuhan tetap teguh selamanya.

Aplikasi bagi kita:

  • Jangan takut menghadapi masa depan, karena Tuhan yang berjanji kepada Abraham adalah Tuhan yang sama yang menjaga kita.
  • Percayalah bahwa janji Tuhan akan digenapi pada waktu-Nya, meskipun kita harus menunggu dengan sabar.

Kesimpulan

Ibrani 6:14 menegaskan bahwa Tuhan setia dalam janji-Nya. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan beberapa kebenaran utama:

  1. Janji Tuhan kepada Abraham tidak hanya bersifat jasmani, tetapi terutama bersifat rohani, yang digenapi dalam Kristus.
  2. Janji Tuhan tidak bisa dibatalkan, karena didasarkan pada kesetiaan-Nya, bukan pada usaha manusia.
  3. Berkat Tuhan adalah hasil dari anugerah-Nya, bukan hasil perbuatan kita.
  4. Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam iman seperti Abraham dan percaya bahwa janji Tuhan akan digenapi.

Sebagai anak-anak perjanjian, kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan, ketaatan, dan ketekunan. Kiranya kita tetap setia, percaya kepada janji Tuhan, dan menanti dengan iman bahwa Ia akan menggenapi setiap firman-Nya.

Next Post Previous Post