Pertanyaan Umum yang Diajukan Orang Kristen tentang Pengampunan

Pertanyaan Umum yang Diajukan Orang Kristen tentang Pengampunan

Pendahuluan

Pengampunan adalah salah satu konsep paling mendasar dalam iman Kristen. Alkitab penuh dengan ajaran tentang bagaimana Allah mengampuni manusia, dan bagaimana kita juga dipanggil untuk mengampuni orang lain. Namun, banyak orang Kristen masih memiliki pertanyaan mendalam tentang pengampunan.

  • Apakah pengampunan berarti melupakan kesalahan orang lain?
  • Haruskah saya mengampuni seseorang yang tidak meminta maaf?
  • Bagaimana jika saya kesulitan mengampuni?
  • Apakah Allah benar-benar mengampuni semua dosa?
  • Apa hubungan antara pengampunan dan rekonsiliasi?

Dalam artikel ini, kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum tentang pengampunan berdasarkan teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, J.I. Packer, dan John Piper.

1. Apakah Pengampunan Berarti Melupakan Kesalahan Orang Lain?

Eksposisi Alkitab

Banyak orang Kristen berpikir bahwa mengampuni berarti melupakan sepenuhnya kesalahan orang lain. Namun, Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus melupakan dosa yang telah dilakukan terhadap kita.

Dalam Ibrani 8:12, Tuhan berfirman:

"Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka."

Ayat ini sering disalahartikan bahwa Tuhan secara harfiah melupakan dosa kita. Namun, dalam konteksnya, ini berarti bahwa Tuhan tidak lagi memperhitungkan dosa kita terhadap kita. Ia tidak menghapus ingatan-Nya, tetapi Ia memilih untuk tidak menggunakannya sebagai dasar penghukuman terhadap kita.

J.I. Packer dalam Knowing God menjelaskan:
"Ketika Tuhan berkata bahwa Ia tidak lagi mengingat dosa-dosa kita, itu bukan berarti Ia kehilangan ingatan, tetapi bahwa Ia tidak lagi memperhitungkan dosa itu terhadap kita karena sudah dibayar oleh Kristus."

Kesimpulan:

Pengampunan tidak berarti melupakan dosa, tetapi memilih untuk tidak menyimpannya sebagai senjata terhadap orang lain.
Tuhan sendiri tidak melupakan dosa, tetapi Ia tidak lagi memperhitungkannya terhadap kita.

2. Haruskah Saya Mengampuni Seseorang yang Tidak Meminta Maaf?

Eksposisi Alkitab

Yesus berkata dalam Markus 11:25:

"Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya kamu menaruh sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya Bapamu yang di surga juga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

Ayat ini menunjukkan bahwa mengampuni bukanlah tanggapan terhadap pertobatan orang lain, tetapi keputusan hati kita di hadapan Tuhan.

John Piper menulis:
"Kita mengampuni karena kita telah diampuni, bukan karena orang lain meminta maaf terlebih dahulu."

Namun, ada perbedaan antara pengampunan pribadi dan rekonsiliasi:

  • Pengampunan pribadi adalah tindakan kita melepaskan dendam di hadapan Tuhan, bahkan jika orang yang bersalah tidak meminta maaf.
  • Rekonsiliasi membutuhkan pertobatan dari pihak yang bersalah.

Yesus di kayu salib berkata:

"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)

Yesus tidak menunggu orang-orang yang menyalibkan-Nya meminta maaf sebelum Ia berdoa agar mereka diampuni.

Kesimpulan:

Kita dipanggil untuk mengampuni, bahkan jika orang lain tidak meminta maaf.
Pengampunan tidak selalu berarti rekonsiliasi, tetapi itu membebaskan kita dari kepahitan.

3. Bagaimana Jika Saya Kesulitan Mengampuni?

Eksposisi Alkitab

Terkadang, kita tahu bahwa kita harus mengampuni, tetapi kita tetap merasa sulit untuk melakukannya.

Paulus berkata dalam Efesus 4:32:

"Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."

John Calvin menulis:
"Kita tidak memiliki hak untuk menahan pengampunan dari orang lain ketika kita sendiri telah menerima pengampunan dari Tuhan yang jauh lebih besar."

Jika kita merasa sulit untuk mengampuni, kita bisa:

  1. Berdoa kepada Tuhan agar memberi kita hati yang lembut.
  2. Merenungkan kasih karunia Allah yang telah mengampuni dosa kita yang lebih besar.
  3. Membaca firman Tuhan dan mengizinkan Roh Kudus mengubah hati kita.

Kesimpulan:

Mengampuni bisa sulit, tetapi dengan pertolongan Tuhan, itu mungkin.
Merenungkan pengampunan yang telah kita terima akan membantu kita mengampuni orang lain.

4. Apakah Allah Benar-Benar Mengampuni Semua Dosa?

Eksposisi Alkitab

Beberapa orang berpikir bahwa dosa mereka terlalu besar untuk diampuni. Namun, Alkitab menegaskan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk pengampunan Allah bagi mereka yang bertobat dan percaya kepada Kristus.

Dalam 1 Yohanes 1:9, dikatakan:

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

Namun, Alkitab juga menyebutkan dosa yang tidak terampuni dalam Matius 12:31-32:

"Setiap dosa dan hujat akan diampuni manusia, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni."

Dosa ini merujuk pada penolakan terus-menerus terhadap Roh Kudus dan Injil Kristus. Seseorang yang khawatir bahwa ia telah melakukan dosa yang tidak terampuni kemungkinan besar belum melakukannya, karena hatinya masih ingin mencari pengampunan Tuhan.

R.C. Sproul menjelaskan:
"Allah tidak pernah menolak orang yang datang kepada-Nya dengan pertobatan sejati."

Kesimpulan:

Tuhan mengampuni semua dosa bagi mereka yang bertobat dan percaya kepada Kristus.
Satu-satunya dosa yang tidak terampuni adalah menolak Kristus hingga akhir hidup.

5. Apa Hubungan Antara Pengampunan dan Rekonsiliasi?

Eksposisi Alkitab

Banyak orang berpikir bahwa pengampunan dan rekonsiliasi adalah hal yang sama, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara keduanya.

Yesus berkata dalam Matius 18:15:

"Jika saudaramu berbuat dosa terhadapmu, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan engkau, engkau telah mendapatnya kembali."

Ayat ini menunjukkan bahwa rekonsiliasi membutuhkan dua pihak, sedangkan pengampunan adalah keputusan pribadi.

J.I. Packer menulis:
"Pengampunan dapat diberikan secara sepihak, tetapi rekonsiliasi hanya bisa terjadi ketika ada pertobatan dari pihak yang bersalah."

Jika seseorang melukai kita tetapi tidak bertobat, kita tetap harus mengampuni mereka di hadapan Tuhan, tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus kembali mempercayai mereka tanpa adanya bukti perubahan.

Kesimpulan:

Pengampunan adalah keputusan pribadi, rekonsiliasi membutuhkan pertobatan dari kedua belah pihak.
Kita dapat mengampuni seseorang tanpa harus langsung mempercayai mereka kembali.

Kesimpulan

Pengampunan adalah bagian mendasar dari iman Kristen, tetapi juga penuh dengan tantangan. Dari perspektif teologi Reformed, kita telah melihat bahwa:

Pengampunan tidak berarti melupakan, tetapi memilih untuk tidak menyimpan dendam.
Kita harus mengampuni bahkan jika orang lain tidak meminta maaf.
Mengampuni bisa sulit, tetapi dengan pertolongan Tuhan, itu mungkin.
Allah benar-benar mengampuni semua dosa bagi mereka yang bertobat.
Pengampunan dan rekonsiliasi tidak selalu berjalan bersamaan.

Sebagaimana Efesus 4:32 berkata:

"Saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."

Apakah kita siap untuk hidup dalam pengampunan sebagaimana Kristus telah mengampuni kita?

Next Post Previous Post