Yohanes 13:27-30: Pengkhianatan Yudas Dalam Kedaulatan Allah

Yohanes 13:27-30: Pengkhianatan Yudas Dalam Kedaulatan Allah

Pendahuluan

Yohanes 13:27-30 menggambarkan momen yang sangat dramatis dalam kisah pengkhianatan Yudas Iskariot. Dalam ayat-ayat ini, Yudas menerima roti dari Yesus, dan setelah itu Iblis merasukinya, menandakan titik tanpa kembali dalam rencana pengkhianatannya terhadap Yesus.

Ayat ini berbunyi:

27 Dan, setelah Yudas menerima potongan roti itu, Iblis merasukinya. Karena itu, Yesus berkata kepadanya, “Apa yang akan kauperbuat, lakukanlah segera!”
28 Tidak seorang pun dari mereka yang sedang makan itu mengerti mengapa Yesus mengatakan demikian kepada Yudas.
29 Beberapa dari mereka menyangka karena Yudaslah yang memegang kotak uang sehingga Yesus berkata kepadanya, “Belilah hal-hal yang kita butuhkan untuk perayaan,” atau supaya dia memberikan sesuatu kepada orang miskin.
30 Jadi, setelah menerima potongan roti, Yudas pergi ke luar saat itu juga; dan saat itu sudah malam. (Yohanes 13:27-30, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam dari Yohanes 13:27-30 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat bagaimana kehendak Allah berdaulat dalam pengkhianatan Yudas, peran Iblis, dan implikasi rohani bagi kehidupan orang percaya.

1. Konteks Yohanes 13:27-30 dalam Injil Yohanes

Pasal 13 dari Injil Yohanes menggambarkan peristiwa Perjamuan Malam Terakhir, di mana Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya dan memberikan perintah baru tentang kasih.

Dalam Yohanes 13:21, Yesus menyatakan bahwa salah satu dari murid-Nya akan mengkhianati-Nya, yang menimbulkan kebingungan di antara murid-murid. Yudas kemudian menerima roti dari Yesus, dan setelah itu Iblis merasukinya, menandakan bahwa saat pengkhianatannya telah tiba.

Beberapa poin penting dalam konteks Yohanes 13:27-30:

  1. Yesus tahu sejak awal bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya (Yohanes 6:64, Yohanes 13:18-19).
  2. Yudas telah dirasuki oleh niat jahat bahkan sebelum Perjamuan Malam Terakhir (Yohanes 12:6).
  3. Iblis masuk ke dalam Yudas setelah ia menerima roti dari Yesus, menunjukkan bahwa ia telah menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada dosa (Yohanes 13:27).
  4. Para murid tidak memahami apa yang terjadi, menunjukkan betapa cerdiknya pengkhianatan Yudas (Yohanes 13:28-29).
  5. Yudas pergi keluar ke dalam kegelapan, secara simbolis menunjukkan kondisi rohaninya yang telah jatuh dalam dosa (Yohanes 13:30).

2. Eksposisi Yohanes 13:27-30

a) Yohanes 13:27 – "Dan, setelah Yudas menerima potongan roti itu, Iblis merasukinya."

Bagian ini menunjukkan bahwa pengaruh Iblis atas Yudas mencapai puncaknya setelah ia menerima roti dari Yesus.

Menurut John Calvin, Yudas bukan hanya dipengaruhi oleh dosa, tetapi benar-benar dikuasai oleh Iblis. Calvin menjelaskan bahwa ini adalah bentuk penghukuman dari Allah, karena Yudas telah menolak anugerah yang ditawarkan kepadanya.

R.C. Sproul menegaskan bahwa Yudas secara sadar memilih untuk mengikuti keinginan Iblis. Ini menunjukkan bahwa kejahatan tidak terjadi di luar kehendak manusia, tetapi melibatkan kerja sama aktif dari mereka yang menolaknya.

b) Yohanes 13:27 – "Apa yang akan kauperbuat, lakukanlah segera!"

Yesus memberikan izin kepada Yudas untuk melakukan pengkhianatannya tanpa ragu-ragu atau penundaan.

Menurut John Owen, ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya mengetahui rencana Yudas, tetapi juga mengendalikan seluruh situasi. Bahkan di tengah pengkhianatan, Yesus tetap berdaulat dan menjalankan rencana keselamatan-Nya.

Martyn Lloyd-Jones menambahkan bahwa Yesus tidak berusaha menghentikan Yudas karena kematian-Nya adalah bagian dari rencana kekal Allah. Ini menggarisbawahi doktrin pemeliharaan Allah yang berdaulat atas semua peristiwa, termasuk kejahatan manusia.

c) Yohanes 13:28-29 – Murid-murid Tidak Mengerti Maksud Yesus

Para murid tidak memahami apa yang Yesus katakan kepada Yudas.

Menurut John Calvin, ini menunjukkan bahwa pengkhianatan Yudas begitu tersembunyi sehingga bahkan murid-murid yang lain tidak menyadarinya. Ini juga memperlihatkan betapa liciknya dosa ketika seseorang tetap berada di dalamnya.

R.C. Sproul menambahkan bahwa murid-murid berpikir Yesus menyuruh Yudas membeli sesuatu untuk perayaan, yang menunjukkan bahwa mereka masih belum memahami bahwa kematian Yesus sudah sangat dekat.

d) Yohanes 13:30 – "Jadi, setelah menerima potongan roti, Yudas pergi ke luar saat itu juga; dan saat itu sudah malam."

Yudas meninggalkan Yesus dan memasuki kegelapan, baik secara fisik maupun rohani.

Menurut John Owen, frase "saat itu sudah malam" bukan hanya keterangan waktu, tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam. Yudas keluar dari terang Yesus dan masuk ke dalam kegelapan dosa yang akhirnya membawa kehancurannya.

Martyn Lloyd-Jones menegaskan bahwa ini adalah gambaran dari nasib semua orang yang menolak Kristus. Mereka berpaling dari terang dan berjalan menuju kegelapan kekal.

3. Teologi Reformed tentang Pengkhianatan Yudas dan Kedaulatan Allah

a) Kedaulatan Allah dalam Pengkhianatan Yudas

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kedaulatan Allah, termasuk pengkhianatan Yudas.

Menurut John Calvin, Yudas memainkan peran dalam rencana Allah yang kekal, tetapi itu tidak mengurangi tanggung jawabnya atas pengkhianatannya. Yudas tetap dihukum bukan karena ia ditakdirkan untuk berbuat jahat, tetapi karena ia secara sadar memilih untuk melawan Yesus.

R.C. Sproul menekankan bahwa kejahatan Yudas tidak dapat menggagalkan rencana keselamatan Allah. Sebaliknya, melalui pengkhianatan Yudas, Kristus justru menggenapi rencana penebusan-Nya.

b) Hati yang Dikeraskan oleh Dosa

Yudas adalah contoh bagaimana seseorang yang terus hidup dalam dosa akan mengalami pengerasan hati hingga titik tanpa kembali.

Menurut John Owen, Yudas bukan tiba-tiba menjadi pengkhianat, tetapi secara bertahap menyerahkan dirinya kepada dosa, hingga akhirnya Iblis sepenuhnya menguasainya.

Martyn Lloyd-Jones menegaskan bahwa ini menjadi peringatan bagi semua orang percaya agar tidak bermain-main dengan dosa, karena dosa yang dibiarkan berkembang akan menghancurkan hati nurani.

4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

a) Jangan Menolak Peringatan dari Tuhan

Yudas telah berulang kali diberi kesempatan untuk bertobat, tetapi ia tetap menolak.

John Calvin menekankan bahwa jika seseorang terus-menerus menolak panggilan Tuhan, ada titik di mana hati mereka akan dikeraskan, dan mereka tidak bisa kembali.

b) Tetap Berpegang pada Yesus sebagai Terang Dunia

Seperti Yudas yang masuk ke dalam kegelapan, orang yang menjauh dari Yesus akan hidup dalam kegelapan dosa.

Martyn Lloyd-Jones menegaskan bahwa kita harus tetap hidup dalam terang Injil dan menjauhi segala bentuk kompromi dengan dosa.

Kesimpulan

Yohanes 13:27-30 mengajarkan bahwa pengkhianatan Yudas terjadi dalam kedaulatan Allah, tetapi ia tetap bertanggung jawab atas dosanya.

Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:

  1. Allah tetap berdaulat atas kejahatan manusia.
  2. Hati yang dikeraskan oleh dosa dapat membawa seseorang kepada kebinasaan kekal.
  3. Hanya dalam Yesus ada terang kehidupan, dan di luar Dia hanya ada kegelapan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Kristus dan menjauhi setiap bentuk kompromi dengan dosa.

Next Post Previous Post