Yohanes 2:19: Nubuat Yesus tentang Kebangkitan-Nya

Pendahuluan
Yohanes 2:19 adalah salah satu pernyataan Yesus yang penuh makna dan kontroversial. Ketika Yesus berkata, "Hancurkan Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan membangunnya kembali," banyak orang, termasuk para pemimpin Yahudi, salah memahami perkataan-Nya secara harfiah. Namun, dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini memiliki makna yang dalam mengenai kematian dan kebangkitan Kristus serta penggenapan rencana keselamatan Allah.
Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Yohanes 2:19 berdasarkan teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Charles Hodge, dan Martin Lloyd-Jones.
1. Teks Yohanes 2:19
"Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, 'Hancurkan Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan membangunnya kembali.'" (Yohanes 2:19, AYT)
2. Konteks Yohanes 2:19
a. Peristiwa Penyucian Bait Allah
Yohanes 2:19 terjadi setelah Yesus mengusir para pedagang dari Bait Allah (Yohanes 2:13-17). Tindakan ini mengejutkan banyak orang, terutama para pemimpin Yahudi, yang kemudian menuntut bukti otoritas Yesus (Yohanes 2:18).
Jawaban Yesus dalam Yohanes 2:19 adalah sebuah nubuat yang merujuk pada kematian dan kebangkitan-Nya. Namun, para pemimpin Yahudi gagal memahami makna rohani dari perkataan-Nya dan menganggapnya sebagai ancaman terhadap Bait Allah yang fisik.
Menurut John Calvin, kesalahpahaman ini menunjukkan ketidakmampuan manusia secara alami untuk memahami kebenaran rohani tanpa penerangan dari Roh Kudus.
3. Eksposisi Yohanes 2:19 dalam Perspektif Teologi Reformed
a. "Hancurkan Bait Allah Ini" – Nubuat tentang Kematian Kristus
Yesus menggunakan istilah "Bait Allah" untuk merujuk pada diri-Nya sendiri (Yohanes 2:21). Dengan berkata "Hancurkan Bait Allah ini," Yesus merujuk pada kematian-Nya di kayu salib, yang dilakukan oleh manusia berdosa, termasuk para pemimpin Yahudi.
Menurut Herman Bavinck, ini menunjukkan bahwa kematian Yesus bukanlah suatu kebetulan, tetapi adalah bagian dari rencana keselamatan Allah yang telah ditetapkan sejak semula (Kisah Para Rasul 2:23).
R.C. Sproul menambahkan bahwa tindakan manusia dalam menyalibkan Kristus adalah ekspresi kebencian mereka terhadap Allah, tetapi ironisnya, justru melalui kematian-Nya, keselamatan bagi umat manusia digenapi.
Yesaya 53:10 mengatakan:
"Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan Dia dengan kesakitan. Jika Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah, Ia akan melihat keturunan-Nya, Ia akan lanjut umur, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya."
Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus bukanlah kekalahan, tetapi penggenapan rencana Allah yang sempurna.
b. "Dalam Tiga Hari Aku Akan Membangunnya Kembali" – Nubuat tentang Kebangkitan Kristus
Bagian kedua dari pernyataan Yesus ini merujuk pada kebangkitan-Nya pada hari ketiga, yang menjadi dasar utama iman Kristen (1 Korintus 15:17).
Menurut Charles Hodge, kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa pengorbanan-Nya diterima oleh Allah dan bahwa Ia memiliki kuasa atas maut.
Yesus beberapa kali menubuatkan kebangkitan-Nya sendiri, seperti dalam Matius 12:40:
"Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan besar tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."
Paulus dalam Roma 1:4 menegaskan bahwa kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa Ia adalah Anak Allah dengan kuasa.
c. Bait Allah dalam Teologi Reformed – Kristus sebagai Pusat Penyembahan
Dalam Perjanjian Lama, Bait Allah adalah tempat di mana Allah hadir di tengah umat-Nya. Namun, dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah Bait Allah yang sejati.
Menurut Martin Lloyd-Jones, ini berarti bahwa tempat penyembahan sejati tidak lagi berpusat pada bangunan fisik, tetapi pada pribadi Kristus.
Yesus berkata dalam Yohanes 4:23:
"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, ketika penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran."
Ini menunjukkan bahwa Kristus menggantikan fungsi Bait Allah sebagai pusat penyembahan.
Dalam Efesus 2:19-22, Paulus menjelaskan bahwa gereja, yaitu umat percaya, sekarang menjadi Bait Allah yang dibangun di atas dasar Kristus.
4. Implikasi Teologis Yohanes 2:19 dalam Kehidupan Kristen
a. Kematian dan Kebangkitan Yesus Adalah Fondasi Iman Kristen
Jika Yesus tidak bangkit, maka iman kita sia-sia (1 Korintus 15:14). Oleh karena itu, kita harus hidup dalam keyakinan bahwa kebangkitan Kristus adalah jaminan keselamatan kita.
b. Penyembahan Sejati Berpusat pada Kristus
Dalam Perjanjian Lama, orang harus datang ke Bait Allah untuk beribadah. Tetapi sekarang, kita dapat menyembah Allah di mana saja, karena Kristus adalah pusat penyembahan kita.
c. Kuasa Kristus Mengalahkan Maut dan Dosa
Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Ia berkuasa atas maut dan dosa. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut terhadap kematian, karena Kristus telah memberikan hidup yang kekal bagi kita (Roma 6:9).
d. Kita Adalah Bait Allah yang Hidup
Paulus berkata dalam 1 Korintus 6:19-20 bahwa tubuh kita adalah Bait Roh Kudus. Ini berarti bahwa kita harus hidup dalam kekudusan dan memuliakan Allah dalam segala hal.
5. Kesimpulan
Yohanes 2:19 adalah nubuat Yesus tentang kematian dan kebangkitan-Nya, yang menjadi dasar keselamatan bagi umat manusia.
Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:
-
Kematian Yesus di kayu salib adalah bagian dari rencana Allah yang kekal.
-
Kebangkitan Yesus adalah bukti bahwa Ia memiliki kuasa atas maut dan dosa.
-
Kristus adalah Bait Allah yang sejati, dan kita menyembah Allah melalui Dia.
-
Orang percaya adalah Bait Allah yang hidup, dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan pelayanan kepada Tuhan.
Sebagai orang percaya, marilah kita hidup dalam keyakinan akan kebangkitan Kristus dan memusatkan penyembahan kita hanya kepada-Nya.