Iman yang Bertumbuh (Yohanes 16:29-30)

Pendahuluan: Saat Pemahaman Murid Terbuka
Dalam Yohanes 16:29-30, kita melihat seolah-olah terjadi titik terang dalam pemahaman para murid terhadap pribadi dan identitas Yesus. Setelah berbulan-bulan berjalan bersama Dia, kini mereka berkata:
“Sekarang kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu... Karena itu, kami percaya bahwa Engkau datang dari Allah.” (Yohanes 16:30, AYT)
Namun benarkah mereka benar-benar mengerti? Dan jika ya, pemahaman seperti apa yang dimaksud? Ayat ini membuka ruang untuk eksplorasi mendalam seputar iman, pengertian rohani, dan pencerahan ilahi, yang menjadi pusat ajaran teologi Reformed.
Teks Alkitab: Yohanes 16:29–30 (AYT)
[29] Murid-murid-Nya berkata, “Nah, sekarang Engkau berbicara terus terang dan tidak menggunakan perumpamaan lagi.”
[30] “Sekarang, kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu seseorang bertanya kepada-Mu. Karena itu, kami percaya bahwa Engkau datang dari Allah.”
I. Konteks Historis dan Teologis Yohanes 16
Pasal 16 merupakan bagian dari Amanat Perpisahan Yesus (Yohanes 13–17), di mana Ia mempersiapkan murid-murid-Nya menghadapi peristiwa salib, kebangkitan, dan pengutusan Roh Kudus.
Yesus telah banyak mengajar mereka melalui perumpamaan, bahasa simbolik, dan istilah rohani. Namun, dalam bagian ini, Yesus berbicara dengan lebih terbuka (Yoh. 16:25), yang ditanggapi oleh murid-murid sebagai pemahaman baru.
II. Eksposisi Ayat demi Ayat
Yohanes 16:29 — "Sekarang Engkau berbicara terus terang"
Frasa ini menunjukkan bahwa para murid merasa mereka mulai memahami maksud Yesus, karena Ia tidak lagi menggunakan gaya bahasa yang samar atau perumpamaan.
John Calvin mencatat:
“Para murid mengira bahwa mereka mengerti karena kata-kata Yesus tampak lebih jelas. Namun, pemahaman mereka masih sangat dangkal. Pengakuan mereka menunjukkan kerinduan iman, bukan kedalaman pengertian.”
Artinya, meskipun mereka mengaku mengerti, sebenarnya mereka baru di ambang pemahaman rohani sejati. Ini sejalan dengan prinsip Reformed bahwa iman sejati adalah karya Roh Kudus, bukan hasil logika manusia semata.
Yohanes 16:30 — "Sekarang kami tahu..."
Murid-murid menyatakan bahwa mereka sekarang tahu bahwa Yesus tahu segala sesuatu dan datang dari Allah. Ini adalah pengakuan yang luar biasa. Mereka mulai menyadari bahwa Yesus bukan hanya guru biasa, tetapi sumber pengetahuan ilahi dan utusan Allah.
Namun, D.A. Carson dalam The Gospel According to John menulis:
“Pengakuan mereka lebih bersifat impulsif ketimbang hasil refleksi penuh. Pemahaman mereka masih belum utuh, dan Yesus tahu itu. Ia segera menantang mereka dengan pertanyaan, ‘Sekarang kamu percaya?’ (ay. 31)”
Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun ada deklarasi iman, namun iman tersebut belum teruji, belum dimurnikan oleh penderitaan dan peristiwa salib yang akan datang.
III. Teologi Reformed: Iman, Pemahaman, dan Pencerahan Ilahi
A. Iman adalah Anugerah Allah
Dalam teologi Reformed, iman tidak lahir dari kapasitas intelektual manusia, tetapi adalah karya Roh Kudus yang menerangi hati.
R.C. Sproul menulis:
“Manusia dalam dosa tidak bisa memahami perkara rohani kecuali Roh Kudus membuka matanya. Maka, bahkan saat murid berkata ‘kami tahu’, pemahaman mereka hanya mungkin karena Allah telah mulai bekerja di hati mereka.”
Efesus 2:8-9 juga menegaskan: “Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”
B. Pemahaman yang Bertumbuh
John Calvin dalam Institutes menyatakan bahwa iman itu bertumbuh. Murid-murid di Yohanes 16 sedang berada di tahap awal pengertian yang kelak akan diperjelas oleh kehadiran Roh Kudus (Yoh. 14:26).
“Iman bukan sekadar pengetahuan kognitif, tetapi hubungan dengan Kristus yang hidup. Pemahaman itu berkembang seiring dengan pekerjaan Roh.”
C. Ketegangan antara Pengakuan dan Realitas
Yohanes 16:30 mengungkapkan tensi antara kepercayaan yang diucapkan dan pemahaman yang sesungguhnya. Murid-murid berkata “kami percaya”, tetapi sebentar lagi mereka akan tercerai-berai ketika Yesus ditangkap (Yoh. 16:32).
Dalam kerangka Reformed, ini menunjukkan bahwa iman yang sejati diuji dalam penderitaan, dan kedewasaan rohani bukan sekadar apa yang diucapkan, tetapi apa yang dihidupi.
IV. Pelajaran dari Reaksi Para Murid
A. Iman yang Belum Matang
Deklarasi iman murid di ayat ini mirip seperti semangat Petrus yang berkata, “Aku tidak akan menyangkal Engkau,” tetapi beberapa jam kemudian ia melakukannya.
Iman yang belum diuji bisa berbicara besar, namun hanya iman yang dimurnikan oleh penderitaan yang menjadi iman sejati.
B. Kerinduan yang Murni
Walau pengertian mereka belum penuh, yang tampak jelas adalah kerinduan mereka untuk percaya. Ini penting dalam teologi Reformed: iman bukan tentang keutuhan doktrin, tetapi tentang arah hati yang dipimpin Roh.
Herman Ridderbos menulis:
“Apa yang kita lihat di sini bukan iman yang sempurna, melainkan iman yang sedang dibentuk—iman yang bersandar pada pewahyuan Yesus sebagai utusan Allah.”
V. Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Jangan Bergantung pada Pemahaman Diri Sendiri
Iman bukanlah hasil dari logika manusia semata. Banyak hal dalam hidup Kristen melibatkan ketundukan, bukan sekadar pemahaman.
Amsal 3:5-6:
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.”
2. Biarkan Roh Kudus Memimpin Pemahaman
Roh Kudus adalah Sang Pengajar sejati. Pemahaman kita terhadap Alkitab dan kebenaran rohani akan semakin jelas seiring kita membuka hati terhadap pimpinan-Nya.
Yohanes 16:13 berkata bahwa Roh Kebenaran akan “memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”
3. Iman yang Sejati Tumbuh Melalui Penderitaan
Seperti para murid, iman kita akan mengalami ujian. Tapi justru di tengah krisis, pemurnian iman terjadi.
1 Petrus 1:6-7:
“Agar ujian imanmu... menghasilkan pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada waktu Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”
VI. Refleksi: Apakah Aku Benar-benar Mengerti?
Mungkin seperti murid-murid, kita pernah berkata, “Sekarang aku mengerti.” Tapi kemudian saat penderitaan datang, kita goyah.
Iman yang teguh bukan sekadar pengakuan saat damai, tetapi kesetiaan saat badai. Maka:
-
Apakah aku percaya hanya saat semuanya lancar?
-
Apakah pemahamanku tentang Kristus bertumbuh melalui Firman dan Roh?
-
Apakah aku benar-benar percaya bahwa Yesus tahu segala sesuatu dan datang dari Allah?
VII. Doa Reflektif
“Tuhan Yesus, sering kali kami mengira kami sudah mengerti, padahal hati kami masih penuh kebimbangan. Terangi kami dengan Roh Kudus-Mu, agar kami sungguh mengenal-Mu bukan hanya dengan akal, tetapi dengan iman yang hidup. Bentuk kami dalam pemurnian, agar kami berakar dalam Engkau. Amin.”
Kesimpulan: Dari Pengakuan ke Kepenuhan Iman
Yohanes 16:29–30 adalah momen krusial yang menunjukkan bagaimana iman sering kali dimulai dari pengakuan yang tulus namun belum dewasa. Para murid berkata “kami percaya,” tetapi pengertian mereka akan diuji dan dimurnikan di kayu salib dan kebangkitan Kristus.
Dalam teologi Reformed, momen ini mencerminkan kebenaran bahwa iman sejati bertumbuh melalui firman, Roh Kudus, dan ujian hidup. Bukan soal pemahaman sempurna, tetapi arah hati yang tertuju kepada Kristus dan kebergantungan total pada anugerah-Nya.
“Sekarang kami tahu... karena itu kami percaya.”
Semoga kita pun berkata demikian, dengan iman yang diteguhkan oleh kasih dan kebenaran Kristus.