Kejadian 8:21 – Kasih Karunia dan Natur Dosa Manusia

Kejadian 8:21 – Kasih Karunia dan Natur Dosa Manusia

Ayat Referensi

"TUHAN mencium bau harum itu dan TUHAN berkata dalam hati-Nya, ‘Aku tidak akan lagi mengutuk tanah karena manusia sebab niat hati manusia itu jahat sejak masa mudanya. Aku juga tidak akan memusnahkan lagi setiap makhluk hidup seperti yang telah Aku lakukan.’” (Kejadian 8:21, AYT)

Pendahuluan

Kejadian 8:21 merupakan bagian dari kisah pasca-air bah ketika Nuh mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan Tuhan membuat suatu pernyataan penting tentang kondisi manusia serta keputusan-Nya untuk tidak lagi mengutuk bumi atau memusnahkan makhluk hidup sebagaimana yang telah dilakukan dalam air bah.

Dari sudut pandang teologi Reformed, ayat ini menyoroti beberapa tema utama:

  1. Natur dosa manusia – “sebab niat hati manusia itu jahat sejak masa mudanya.”

  2. Kasih karunia dan perjanjian Allah – Tuhan berjanji untuk tidak lagi mengutuk bumi.

  3. Penyembahan yang diterima oleh Allah – korban yang dipersembahkan oleh Nuh.

Artikel ini akan membahas eksposisi Kejadian 8:21 dengan merujuk pada beberapa pakar teologi Reformed, seperti John Calvin, Matthew Henry, Charles Spurgeon, dan R.C. Sproul, serta mengaitkannya dengan doktrin-doktrin utama dalam teologi Reformed.

1. Latar Belakang Kejadian 8:21

a. Konteks Pasca-Air Bah

Sebelum peristiwa ini, dunia telah mengalami penghakiman Allah melalui air bah karena kejahatan manusia yang begitu besar (Kejadian 6:5). Nuh dan keluarganya adalah satu-satunya yang diselamatkan karena mereka hidup benar di hadapan Tuhan. Setelah air surut, hal pertama yang dilakukan Nuh adalah mempersembahkan korban bakaran (Kejadian 8:20), yang diterima oleh Tuhan.

Matthew Henry dalam komentarnya menyatakan:

"Korban Nuh adalah ekspresi syukur dan penyembahan, yang menggambarkan bagaimana manusia harus datang kepada Allah dengan hati yang penuh hormat dan rendah hati."

Korban ini berkenan di hadapan Tuhan, dan Tuhan memberikan pernyataan dalam Kejadian 8:21 sebagai respons terhadapnya.

2. Eksposisi Kejadian 8:21 dalam Teologi Reformed

a. Natur Dosa Manusia

Frasa “sebab niat hati manusia itu jahat sejak masa mudanya” menegaskan doktrin kerusakan total (Total Depravity) dalam teologi Reformed.

John Calvin dalam Commentary on Genesis menulis:

"Ayat ini adalah bukti bahwa kejahatan tidak hanya berasal dari tindakan manusia tetapi juga dari hatinya. Dosa bukanlah sekadar kebiasaan, melainkan sesuatu yang tertanam dalam natur manusia sejak awal."

Kejahatan manusia sudah ada sejak kecil, bukan hanya karena pengaruh lingkungan tetapi karena dosa warisan dari Adam (Roma 5:12).

R.C. Sproul menambahkan dalam Reformation Study Bible:

"Alkitab tidak menggambarkan manusia sebagai makhluk yang secara alami baik tetapi sesekali berdosa. Sebaliknya, manusia secara alami cenderung kepada dosa, dan ini membuktikan perlunya anugerah Allah untuk keselamatan."

Implikasi dari ayat ini sangat besar: tanpa kasih karunia Allah, manusia akan selalu hidup dalam dosa dan pemberontakan terhadap Tuhan.

b. Kasih Karunia dan Perjanjian Allah

Tuhan menyatakan bahwa meskipun manusia tetap berdosa, Dia tidak akan lagi mengutuk bumi atau memusnahkan semua makhluk seperti dalam air bah.

Charles Spurgeon dalam khotbahnya tentang Kejadian 8:21 berkata:

"Ini adalah pernyataan luar biasa dari belas kasihan Tuhan. Meskipun manusia masih berdosa, Allah menunjukkan kesabaran dan kemurahan-Nya dengan tidak mengulangi penghukuman global seperti air bah."

Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan doktrin kasih karunia umum (Common Grace)—kasih karunia yang diberikan Tuhan kepada seluruh umat manusia, baik yang percaya maupun yang tidak percaya.

John Calvin menekankan bahwa keputusan Tuhan untuk tidak lagi mengutuk bumi bukan karena manusia layak, tetapi semata-mata karena kasih karunia-Nya.

"Allah dalam belas kasihan-Nya menahan murka-Nya agar dunia tetap dapat dihuni dan manusia dapat mengalami kasih-Nya, meskipun mereka tidak layak." (Calvin, Institutes of the Christian Religion)

Hal ini juga menjadi dasar bagi Perjanjian Nuh (Noahic Covenant) yang ditegaskan dalam Kejadian 9:11-17, di mana Tuhan memberikan pelangi sebagai tanda janji-Nya untuk tidak lagi menghancurkan dunia dengan air bah.

c. Penyembahan yang Diterima oleh Allah

Bagian awal ayat ini menyatakan bahwa Tuhan mencium bau harum korban Nuh, yang berarti korban itu diterima oleh-Nya.

Dalam teologi Reformed, ini merupakan gambaran dari korban Kristus yang sempurna.

R.C. Sproul menjelaskan:

"Korban Nuh adalah bayangan dari korban Kristus yang menjadi persembahan yang harum di hadapan Allah untuk menghapus dosa umat-Nya."

Dalam Perjanjian Baru, Efesus 5:2 berkata bahwa Kristus menyerahkan diri-Nya sebagai korban yang harum bagi Allah. Ini berarti bahwa hanya melalui Kristus, manusia dapat berkenan di hadapan Tuhan.

Matthew Henry menambahkan:

"Tuhan tidak menerima korban karena keindahan atau kuantitasnya, tetapi karena hati yang tulus dan iman kepada-Nya. Begitu pula, korban Kristus diterima karena Dia adalah Anak Allah yang sempurna."

Dari sini kita belajar bahwa ibadah sejati bukan hanya tentang ritual, tetapi tentang hati yang beriman dan tunduk kepada Tuhan.

3. Aplikasi Teologis dan Praktis

a. Kesadaran akan Natur Dosa

Kejadian 8:21 mengingatkan kita bahwa manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dosa bukan hanya sekadar kesalahan kecil, tetapi menjadi bagian dari natur manusia sejak kecil.

Aplikasi:

  • Kita harus rendah hati dan sadar bahwa kita membutuhkan anugerah Tuhan setiap hari.

  • Kita harus menghindari kesombongan rohani, karena semua manusia memiliki natur yang sama—cenderung kepada dosa.

b. Menghargai Kasih Karunia Tuhan

Tuhan tidak menghukum dunia lagi seperti dalam air bah karena kasih karunia-Nya. Ini mengajarkan bahwa kesabaran Tuhan bukan berarti Dia mengabaikan dosa, tetapi memberi kesempatan untuk bertobat (2 Petrus 3:9).

Aplikasi:

  • Kita harus hidup dalam pertobatan, tidak menyalahgunakan kesabaran Tuhan.

  • Kita harus menghargai kasih karunia Tuhan dengan hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya.

c. Penyembahan yang Berkenan kepada Tuhan

Korban Nuh diterima oleh Tuhan karena dipersembahkan dengan hati yang benar. Ibadah kita juga harus demikian.

Aplikasi:

  • Kita harus datang kepada Tuhan dengan hati yang tulus, bukan hanya sekadar menjalankan ritual keagamaan.

  • Penyembahan kita harus berfokus kepada Kristus, yang adalah korban sejati yang diterima oleh Allah.

Kesimpulan

Kejadian 8:21 mengajarkan kepada kita bahwa:

  1. Manusia memiliki natur dosa sejak kecil, sehingga tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri tanpa kasih karunia Tuhan.

  2. Allah tetap menunjukkan kasih karunia-Nya dan tidak lagi menghancurkan bumi, meskipun manusia berdosa.

  3. Penyembahan yang diterima Tuhan haruslah tulus dan berdasarkan iman, sebagaimana korban Nuh melambangkan korban Kristus yang sempurna.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran akan dosa, bersandar kepada kasih karunia Tuhan, dan menyembah Tuhan dengan hati yang tulus.

Next Post Previous Post