Yohanes 16:31–33: Percayakah Kamu Sekarang?

Pendahuluan: Ketegangan antara Iman dan Ketakutan
Perikop Yohanes 16:31–33 ini merupakan bagian penutup dari pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia menghadapi salib. Di sini, kita melihat konflik antara pengakuan iman murid-murid dan kelemahan mereka yang akan datang. Di tengah ketakutan dan perpisahan, Yesus memberikan penghiburan yang besar: damai dalam Dia dan kemenangan atas dunia.
Dalam terang teologi Reformed, bagian ini bukan hanya mencerminkan pergumulan murid-murid saat itu, tetapi juga perjalanan iman setiap orang percaya yang hidup di tengah dunia yang penuh penderitaan.
I. Konteks Yohanes 16: Amanat Perpisahan dan Penghiburan
Yohanes 13–17 adalah bagian dari Amanat Perpisahan Yesus. Pasal 16 khususnya berisi:
-
Janji penghibur (Roh Kudus)
-
Peringatan akan penganiayaan
-
Kesedihan yang akan berubah menjadi sukacita
Akhir pasal ini (Yohanes 16:31–33) adalah pernyataan klimaks Yesus, yang menyatukan realitas penderitaan dan janji damai.
II. Eksposisi Yohanes 16:31–33
A. Yohanes 16:31: “Percayakah kamu sekarang?”
1. Pertanyaan yang Menantang
Yesus tidak sedang merayakan iman murid-murid, melainkan mengujinya. Pertanyaan ini menyiratkan keraguan terhadap kedewasaan iman mereka.
John Calvin menulis:
“Yesus menunjukkan bahwa mereka belum benar-benar percaya dalam pengertian yang dalam, sebab mereka akan segera tersandung.”
Yesus tahu bahwa iman mereka masih lemah dan belum tahan uji.
2. Iman yang Baru Bertumbuh
Yesus menyadari bahwa iman murid-Nya sedang dalam proses. Dalam pandangan Reformed, iman adalah anugerah yang bertumbuh melalui firman dan pengalaman penderitaan.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Iman bukan hasil keputusan manusia, tetapi pekerjaan Roh Kudus yang berproses dalam hati orang percaya.”
B. Yohanes 16:32: “Kamu akan dicerai-beraikan… meninggalkan Aku…”
1. Nubuat tentang Kelemahan Murid
Yesus menubuatkan bahwa murid-murid akan lari, meninggalkan-Nya sendirian. Ini menunjukkan bahwa iman yang tidak dibangun di atas salib akan runtuh di bawah tekanan.
Namun Yesus tidak berkata ini dengan kemarahan, melainkan dengan belas kasih dan pengertian.
D.A. Carson menulis:
“Yesus menubuatkan kegagalan murid-murid, bukan untuk mempermalukan mereka, tapi agar mereka belajar bahwa penghiburan sejati datang dari Dia, bukan dari kekuatan mereka sendiri.”
2. “Aku tidak sendiri, karena Bapa bersama-Ku”
Di tengah kesendirian yang akan datang, Yesus berpegang pada keintiman-Nya dengan Bapa. Ini menjadi model bagi kita: saat ditinggalkan, kita tidak sendiri jika kita berada dalam persekutuan dengan Allah.
C. Yohanes 16:33: “Dalam Aku kamu memiliki damai sejahtera”
1. Damai Sejati Hanya di Dalam Kristus
Yesus tidak berjanji bahwa dunia akan damai, tetapi bahwa damai itu ditemukan di dalam Dia. Ini bukan sekadar perasaan tenang, melainkan jaminan keselamatan, penerimaan, dan pemeliharaan Allah.
Sinclair Ferguson menjelaskan:
“Damai dalam Kristus bukan berarti bebas dari masalah, tetapi keyakinan bahwa Allah tetap berdaulat dan menyertai di tengah penderitaan.”
2. “Di dunia kamu akan mengalami penganiayaan”
Yesus realistis. Orang percaya tidak imun terhadap penderitaan. Sebaliknya, penganiayaan adalah bagian dari hidup dalam dunia yang melawan terang.
John Piper menyatakan:
“Penganiayaan bukan kegagalan Injil, melainkan bukti bahwa Injil sedang bekerja.”
3. “Kuatkanlah hatimu! Aku telah mengalahkan dunia!”
Pernyataan ini adalah dasar dari semua penghiburan: kemenangan Kristus telah selesai!
Calvin menyebut ini sebagai “penyegelan janji Injil”: bahwa semua penderitaan bukan akhir, sebab Kristus telah menang melalui salib dan kebangkitan.
III. Ajaran Teologi Reformed dalam Yohanes 16:31–33
A. Iman adalah Anugerah yang Bertumbuh
Teologi Reformed menekankan bahwa iman bukan berasal dari kehendak manusia, tapi adalah karunia Allah (Efesus 2:8–9). Ayat ini menunjukkan proses bertumbuhnya iman, dari pengakuan lisan menuju iman yang matang setelah melalui penderitaan.
B. Providensia Allah dalam Penderitaan
Allah tidak absen dalam penderitaan orang percaya. Justru dalam penganiayaan dan kesendirian, Allah bekerja untuk menyatakan kuasa dan kehadiran-Nya.
R.C. Sproul berkata:
“Allah tidak hanya membiarkan penderitaan — Ia menggunakannya untuk memurnikan iman dan menggenapkan rencana kekal-Nya.”
C. Kristus adalah Sumber Damai Sejati
Damai bukan dari situasi eksternal, tetapi dari kesatuan dengan Kristus. Damai ini bersifat objektif — karena kita telah diperdamaikan dengan Allah (Roma 5:1).
IV. Aplikasi dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Jangan Tertipu oleh Damai Dunia
Dunia menawarkan damai yang semu: melalui kenyamanan, prestasi, dan penerimaan sosial. Namun damai itu bisa lenyap dalam sekejap. Damai sejati hanya ditemukan dalam hubungan dengan Kristus.
2. Siap Hadapi Penderitaan dengan Iman
Yesus sudah memberi tahu bahwa penderitaan akan datang. Maka kita tidak perlu panik, tetapi siapkan hati dengan firman, doa, dan persekutuan yang mendalam.
3. Jangan Bersandar pada Kekuatan Sendiri
Murid-murid jatuh karena percaya pada kekuatan sendiri. Kita dipanggil untuk bergantung pada kekuatan Roh Kudus, bukan pada kepercayaan diri atau pengalaman spiritual masa lalu.
4. Pegang Janji Kemenangan Kristus
Apa pun yang kamu alami — tekanan mental, pengkhianatan, kesepian, kehilangan — ingat bahwa Yesus telah mengalahkan dunia. Kemenangan-Nya adalah jaminan bagi kemenanganmu.
V. Bahaya yang Harus Diwaspadai
A. Iman Emosional Tanpa Dasar Injil
Seperti murid-murid yang berkata “kami percaya” (Yoh. 16:30), banyak orang Kristen mengira mereka kuat secara rohani — tapi belum memiliki akar yang dalam dalam kebenaran Injil.
B. Injil Tanpa Salib
Beberapa pengajaran modern menekankan damai dan kemenangan, tapi mengabaikan penderitaan dan salib. Yohanes 16:33 mengajarkan damai di tengah dunia yang penuh penderitaan, bukan di luar penderitaan.
VI. Doa Reflektif
“Tuhan Yesus, sering kali iman kami masih rapuh seperti para murid-Mu. Kami berkata percaya, tapi mudah goyah. Kuatkan kami dalam kasih dan damai-Mu. Ajari kami untuk tetap teguh di tengah penganiayaan. Dan tolong kami untuk percaya bahwa kemenangan-Mu adalah jaminan damai kami. Amin.”
Kesimpulan: Damai dalam Kristus, Bukan Dunia
Yohanes 16:31–33 menunjukkan ketegangan iman yang nyata dalam kehidupan murid dan semua orang percaya. Yesus tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tetapi menjanjikan damai sejati di tengah dunia yang menolak Injil.
“Kuatkanlah hatimu! Aku telah mengalahkan dunia.”
Inilah dasar pengharapan kita:
-
Bukan kekuatan kita, tetapi kemenangan-Nya.
-
Bukan situasi tenang, tetapi kehadiran-Nya di tengah badai.
Mari pegang janji ini, dan berjalan dengan iman yang bersandar pada kasih karunia, bukan pada kemampuan diri.