Percaya Tanpa Melihat: Kisah Tomas dan Kebangkitan

Percaya Tanpa Melihat: Kisah Tomas dan Kebangkitan

Pendahuluan

Kisah Tomas yang meragukan kebangkitan Yesus adalah salah satu bagian yang paling dikenal dari narasi pasca-kebangkitan dalam Injil Yohanes. Dalam Yohanes 20:24–29, kita melihat dinamika antara iman dan keraguan, kehadiran Kristus yang membangun iman, dan berkat yang Yesus janjikan bagi mereka yang percaya tanpa melihat. Artikel ini akan membahas perikop ini secara mendalam berdasarkan eksposisi ayat demi ayat serta refleksi dari para teolog Reformed, seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul, serta pemikir-pemikir kontemporer lainnya.

1. Konteks Historis dan Naratif

Tomas: Sang Skeptis dalam Komunitas Iman

Tomas, disebut juga Didimus yang berarti "kembar", adalah tokoh yang sering dikaitkan dengan keraguan. Namun, John Calvin menekankan bahwa keraguan Tomas adalah cerminan dari keraguan manusia pada umumnya. Dalam komentarnya terhadap Injil Yohanes, Calvin menulis bahwa Tomas sebenarnya mewakili semua orang yang "menginginkan bukti yang tidak terbantahkan untuk hal-hal rohani".

Keraguannya bukan semata-mata penolakan iman, melainkan hasil dari cinta yang dalam kepada Kristus. Tomas adalah murid yang berani berkata, "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama Dia" (Yoh. 11:16). Keraguannya muncul karena ia telah begitu mengasihi Yesus, sehingga kematian-Nya terasa sebagai kehancuran harapan.

2. Eksposisi Ayat per Ayat

Yohanes 20:24–25: Tomas dan Keraguan yang Jujur

Kecuali aku melihat... aku tidak akan percaya.”

Keraguan Tomas menunjukkan bahwa iman bukanlah hasil otomatis dari pernyataan saksi lain, tetapi memerlukan perjumpaan pribadi. R.C. Sproul menyatakan, "Iman Kristen bukanlah kepercayaan buta, tetapi iman yang terinformasi berdasarkan bukti nyata."

Namun, Sproul juga mencatat bahwa Tomas sebenarnya diberi cukup alasan untuk percaya—kesaksian dari teman-temannya sendiri, yang selama ini berjalan bersama Yesus. Keraguannya adalah bentuk dari penolakan terhadap otoritas kesaksian apostolik.

Prinsip Reformed yang ditekankan:

Sola Scriptura dan testimonium Spiritus Sanctiiman yang sejati lahir bukan hanya dari bukti luar, tetapi dari kesaksian Roh Kudus dalam hati.

Yohanes 20:26: Kristus Menampakkan Diri Lagi

Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka.”

Dalam delapan hari, Tomas tetap tinggal bersama para murid. Ini menunjukkan bahwa meskipun dia ragu, dia tetap berada dalam komunitas iman. Ini adalah pelajaran penting: dalam keraguan, jangan menjauh dari gereja.

John Piper pernah menulis, "Iman yang sejati sering kali tumbuh bukan di luar, tetapi di dalam komunitas umat Allah."

Kehadiran Yesus yang melintasi tembok menunjukkan tubuh kemuliaan-Nya yang telah dibangkitkan. Namun, Yesus tetap mengenali kebutuhan Tomas. Dia tidak menegur Tomas dengan keras, tetapi memberi bukti yang diminta—ini mencerminkan belas kasih Tuhan terhadap mereka yang bergumul dalam iman.

Yohanes 20:27: Kristus Menjawab Keraguan

Jangan tidak percaya, tetapi percayalah!”

Yesus tidak sekadar memenuhi permintaan Tomas, tetapi juga menantangnya untuk bergerak dari ketidakpercayaan menuju iman. Kata kerja Yunani yang digunakan di sini adalah "ginou pistos" (γίνου πιστός), dalam bentuk imperatif: "Jadilah percaya!"—ini bukan pilihan, tetapi panggilan ilahi.

Teolog seperti Herman Bavinck menekankan bahwa iman adalah pemberian Tuhan yang bekerja dalam kehendak manusia, bukan hanya keputusan rasional.

Yohanes 20:28: Pengakuan Iman Tomas

Ya, Tuhanku dan Allahku!”

Inilah klimaks dari seluruh Injil Yohanes. Sejak awal kitab ini menyatakan, “Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1), dan kini seorang manusia mengakui Yesus sebagai “Tuhan dan Allah”.

Pengakuan ini adalah salah satu pernyataan tertinggi tentang keilahian Kristus dalam seluruh Perjanjian Baru. Bagi para teolog Reformed, ini mengukuhkan doktrin Kristologi: bahwa Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati (vera Deus, vera homo).

John Owen menulis bahwa pengakuan iman seperti ini hanya mungkin terjadi melalui penerangan Roh Kudus. Tanpa Roh, manusia hanya melihat manusia biasa dalam diri Yesus.

Yohanes 20:29: Berkat bagi Mereka yang Tidak Melihat

Diberkatilah mereka yang tidak melihat, tetapi percaya.”

Inilah momen transisi besar dalam Injil. Dari iman yang berdasarkan penglihatan menjadi iman berdasarkan kesaksian dan Firman. Ini adalah fondasi bagi gereja masa kini.

Yesus berbicara langsung kepada generasi setelah para rasul—termasuk kita hari ini. Iman yang tidak berdasarkan penglihatan, tetapi kesaksian Alkitab, dipuji sebagai iman yang diberkati.

Calvin menulis bahwa ini adalah "dorongan bagi semua orang percaya di masa depan bahwa mereka tidak dirugikan oleh ketidakhadiran Kristus secara fisik".

3. Aplikasi Teologis dan Praktis

a. Iman yang Berakar pada Firman

Iman Kristen bukan mitos atau kepercayaan buta. Ini adalah respons terhadap wahyu Allah dalam Kristus, sebagaimana disaksikan dalam Alkitab. Teologi Reformed menekankan bahwa Firman adalah pusat dari iman.

Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17)

b. Keraguan Bukan Akhir dari Iman

Tomas menunjukkan bahwa keraguan bisa menjadi jembatan menuju iman yang lebih dalam. Tuhan tidak menolak si peragu, tetapi mendekatinya dengan kasih.

Sebagaimana dicatat oleh Sinclair Ferguson, “Keraguan bisa menjadi alat anugerah bila kita membawanya ke kaki Kristus dan memohon jawaban.”

c. Komunitas sebagai Tempat Pemulihan

Tomas tetap tinggal bersama para murid, dan di situlah Yesus menjumpainya. Ini menekankan pentingnya gereja sebagai komunitas tempat iman diteguhkan.

d. Yesus Adalah Tuhan dan Allah

Pengakuan Tomas adalah pengakuan gereja. Iman Kristen berdiri atau jatuh pada pernyataan ini. Kita tidak hanya percaya kepada seorang guru moral, tetapi kepada Tuhan yang bangkit dan hidup.

4. Refleksi dari Tokoh-Tokoh Reformed

John Calvin

Calvin melihat peristiwa ini sebagai bukti keilahian Kristus dan kelemahan manusia. Ia menekankan bahwa Tuhan sering kali menanggapi kelemahan iman dengan kebaikan, bukan kemarahan.

Herman Bavinck

Bavinck menekankan integrasi antara wahyu khusus (Firman) dan wahyu dalam Kristus. Tomas mewakili manusia yang membutuhkan pencerahan Roh Kudus untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan.

R.C. Sproul

Sproul menekankan bahwa iman Tomas berubah dari skeptisisme empiris menjadi pengakuan teologis. Ia menyatakan, “Ketika Tomas melihat bukti, ia tidak hanya berkata ‘Saya percaya Engkau hidup,’ tetapi ‘Engkau adalah Tuhanku dan Allahku’.”

5. Penutup: Iman Zaman Ini

Yesus berkata, "Diberkatilah mereka yang tidak melihat, tetapi percaya." Itu adalah kamu dan saya. Kita tidak melihat tubuh Yesus yang bangkit secara fisik, tetapi kita melihat-Nya melalui Firman dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati.

Iman bukanlah pengganti bukti, tetapi kepercayaan kepada Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus. Dan dalam iman itu, kita tidak kekurangan—justru kita diberkati.

Kesimpulan

Kisah Tomas adalah pelajaran tentang keraguan yang dipulihkan oleh kasih Yesus, dan tentang berkat iman yang tidak bergantung pada penglihatan. Ini adalah dorongan bagi setiap orang percaya zaman ini untuk menggenggam janji Firman dan hidup dalam iman kepada Kristus yang bangkit.

Next Post Previous Post