The Zealous Christian: Semangat, Api, dan Ketekunan Seorang Kristen

Pendahuluan:
Dalam tradisi Reformed, iman bukan sekadar pengakuan intelektual atau kehadiran di gereja setiap Minggu. Iman sejati ditandai oleh semangat yang menyala-nyala untuk Tuhan — sebuah kualitas yang sering disebut sebagai zeal atau semangat ilahi. Artikel ini akan membahas secara mendalam: apa itu seorang Zealous Christian, mengapa penting, bagaimana pandangan pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, dan Tim Keller mengenai topik ini, serta bagaimana kita bisa mempraktikkan kehidupan Kristen yang penuh semangat di tengah dunia modern.
Catatan: Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab. AI hanya alat yang hasilnya harus dibandingkan kembali dengan Alkitab.
Apa Itu Zeal Menurut Alkitab?
Kata “zeal” dalam Alkitab sering diterjemahkan sebagai semangat, kecemburuan kudus, atau kesungguhan hati. Paulus menulis dalam Roma 12:11:
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”
Jonathan Edwards menyebut zeal sebagai api dalam hati orang percaya yang mendorong mereka mencintai Allah lebih dari segala sesuatu. Zeal bukan sekadar emosi sesaat, tetapi dorongan batin yang lahir dari kasih kepada Allah dan kebenaran-Nya.
Pandangan Pakar Teologi Reformed
1. John Calvin: Zeal yang Terikat pada Kebenaran
John Calvin, salah satu tokoh besar Reformasi, mengingatkan bahwa zeal yang sejati selalu harus terikat pada kebenaran firman Tuhan. Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menulis:
“Semangat tanpa pengetahuan adalah seperti pedang di tangan orang gila.”
Dengan kata lain, semangat tanpa kebenaran justru berbahaya. Calvin menentang fanatisme buta yang tidak disaring oleh firman Tuhan. Baginya, seorang Kristen yang bersemangat harus mengakar kuat pada pengajaran Alkitab.
2. Jonathan Edwards: Religious Affections
Dalam karya terkenalnya Religious Affections, Jonathan Edwards membedakan antara perasaan lahiriah dengan afeksi rohani sejati. Edwards berpendapat:
“Tanda paling pasti dari karya Roh Kudus dalam hati seseorang adalah gairah yang kuat dan suci kepada Allah.”
Menurut Edwards, semangat sejati adalah tanda lahirnya kembali (new birth). Itu bukan sekadar semangat untuk aktivitas agama, tetapi gairah batin untuk memuliakan Allah.
3. R.C. Sproul: Zeal Harus Disertai Kekudusan
R.C. Sproul menekankan bahwa zeal yang sejati akan selalu menghasilkan kekudusan hidup. Dalam bukunya The Holiness of God, Sproul menyebutkan:
“Orang yang sungguh mengenal kekudusan Allah tidak mungkin bersikap suam-suam kuku.”
Dengan kata lain, kesadaran akan kekudusan Allah akan mendorong kita hidup dengan semangat untuk menguduskan setiap aspek hidup — dari pikiran, perkataan, hingga perbuatan.
4. Tim Keller: Zeal dalam Konteks Modern
Tim Keller, dalam banyak khotbah dan tulisannya, menunjukkan bahwa zeal Kristen tidak selalu harus tampak dalam bentuk demonstratif (misalnya berteriak atau melompat-lompat dalam ibadah). Keller menekankan semangat dalam kasih, pengampunan, dan misi kepada dunia:
“Zeal sejati terlihat dalam cara kita mengasihi musuh, melayani yang miskin, dan bersaksi dengan rendah hati.”
Bagi Keller, seorang Zealous Christian di abad 21 adalah dia yang membawa api Injil ke setiap aspek kehidupan: pekerjaan, keluarga, pelayanan sosial.
10 Ciri-Ciri Zealous Christian
Berdasarkan Alkitab dan pemikiran para teolog Reformed, berikut ciri-ciri utama seorang Kristen yang bersemangat:
-
Cinta yang Mendalam kepada Allah
Seorang Zealous Christian lebih mencintai Tuhan daripada hal lain di dunia ini. -
Kesetiaan pada Firman Tuhan
Semangat mereka bukan untuk tradisi, denominasi, atau pemimpin manusia, tetapi untuk kebenaran Alkitab. -
Kerajinan dalam Doa
Mereka berdoa bukan karena kewajiban, tetapi karena rindu bersekutu dengan Allah. -
Ketekunan dalam Pencobaan
Semangat mereka tidak padam meskipun menghadapi penderitaan. -
Kerendahan Hati
Mereka tidak menyombongkan semangat mereka; mereka tahu itu adalah karya Roh Kudus. -
Kesediaan untuk Mengorbankan Kenyamanan
Zeal membuat mereka rela berkorban waktu, tenaga, bahkan harta untuk Injil. -
Kecintaan kepada Gereja
Mereka aktif membangun tubuh Kristus, bukan hanya menjadi penonton. -
Ketekunan Memberitakan Injil
Mereka ingin orang lain mengenal Yesus, bukan demi popularitas, tetapi demi kemuliaan Tuhan. -
Ketaatan Praktis
Semangat mereka terlihat dalam tindakan sehari-hari, bukan hanya kata-kata. -
Kehidupan yang Dipenuhi Buah Roh
Semangat sejati selalu diikuti oleh kasih, sukacita, damai, kesabaran, kebaikan, dan penguasaan diri.
Bahaya Zeal yang Salah
Perlu dicatat, sejarah Gereja dipenuhi contoh zeal yang salah arah:
-
Fanatisme kekerasan, seperti Perang Salib.
-
Kesombongan rohani yang merasa diri lebih baik dari orang lain.
-
Aktivitas pelayanan tanpa kasih, yang akhirnya hanya mengejar pengakuan.
John Calvin mengingatkan, zeal tanpa pengetahuan adalah bencana. Paulus sendiri menulis tentang orang Yahudi:
“Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.” (Roma 10:2)
Bagaimana Memelihara Zeal yang Sehat?
1. Tinggal dalam Firman Tuhan
Membaca dan merenungkan Alkitab setiap hari adalah cara utama memelihara semangat rohani. Roh Kudus bekerja melalui firman-Nya.
2. Berdoa dengan Tekun
Doa bukan hanya memohon kebutuhan, tetapi sarana untuk memperbarui hati agar terus menyala-nyala bagi Allah.
3. Hidup dalam Komunitas
Gereja adalah tempat kita saling menyalakan semangat. Ibrani 10:24-25 berkata:
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”
4. Melayani dengan Sukacita
Semangat kita akan tumbuh ketika kita menggunakan karunia yang Tuhan berikan untuk membangun tubuh Kristus.
5. Melawan Dosa dan Dingin Rohani
Tidak ada yang memadamkan semangat seperti dosa yang dipelihara. Pertobatan yang terus-menerus adalah kunci.
Zealous Christian dalam Sejarah Gereja
Beberapa contoh tokoh sejarah Gereja yang dikenal sebagai Zealous Christian:
-
Martin Luther: Dengan keberanian luar biasa, berdiri melawan penyimpangan Gereja pada zamannya.
-
John Knox: Dikenal sebagai reformator Skotlandia yang berdoa, “Tuhan, berikan aku Skotlandia atau aku mati.”
-
David Brainerd: Misionaris bagi suku Indian yang melayani hingga sakit parah, tetapi tetap menyala-nyala untuk Kristus.
Mereka menunjukkan bahwa zeal bukan hanya untuk masa muda atau masa-masa tertentu, tetapi panggilan seumur hidup.
Relevansi Zeal di Era Modern
Banyak orang Kristen hari ini merasa tawar atau apatis dalam iman mereka. Dunia modern menawarkan hiburan tanpa batas, kesibukan pekerjaan, media sosial, dan kenyamanan yang kadang membuat kita lupa akan panggilan utama kita.
Tim Keller mengingatkan bahwa salah satu tantangan utama Gereja modern adalah melawan apatisme rohani. Bagaimana caranya?
-
Sadari bahwa hanya Injil yang mampu memuaskan hati manusia.
-
Fokuslah pada kasih Allah di salib, bukan pada aktivitas keagamaan kosong.
-
Terlibatlah dalam pelayanan yang menyentuh hidup orang lain.
-
Jangan puas dengan iman yang dangkal; cari kedalaman relasi dengan Kristus.
Penutup
Menjadi seorang Zealous Christian bukan berarti selalu berteriak, selalu aktif di gereja, atau selalu sibuk melayani. Itu berarti memiliki hati yang menyala-nyala untuk Tuhan, dipenuhi kasih-Nya, dan menghasilkan buah dalam kehidupan sehari-hari.
Semangat sejati lahir dari pengenalan akan Allah, diperbarui setiap hari oleh firman dan doa, dan diarahkan untuk memuliakan Kristus, bukan diri sendiri.
Mari kita tutup dengan refleksi dari kata-kata Paulus:
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7)
Semoga kita semua, oleh kasih karunia Tuhan, dapat menjalani hidup sebagai Zealous Christian yang setia sampai akhir.