Jangan Jauhkan Diri dari Persekutuan: Ibrani 10:25

Jangan Jauhkan Diri dari Persekutuan: Ibrani 10:25

Pendahuluan: Persekutuan Sebagai Anugerah, Bukan Beban

Dalam dunia yang semakin individualistis, banyak orang Kristen menghadapi godaan untuk menjauh dari komunitas iman. Namun, Firman Tuhan dalam Ibrani 10:25 memberikan peringatan dan dorongan yang kuat:

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25, AYT)

Ayat ini bukan sekadar seruan moral, melainkan memiliki bobot teologis mendalam yang menunjukkan esensi dari komunitas perjanjian, iman yang aktif, dan pengharapan eskatologis. Dalam artikel ini, kita akan membahas Ibrani 10:25 berdasarkan tafsiran beberapa tokoh teologi Reformed seperti John Owen, R.C. Sproul, John Piper, dan John Calvin, serta membingkainya dalam konteks kontemporer.

I. Konteks Historis dan Teologis Ibrani 10:25

1. Siapa Penulis dan Penerima Surat Ibrani?

Surat Ibrani ditulis kepada orang-orang Yahudi Kristen yang berada di bawah tekanan berat untuk meninggalkan iman Kristen mereka dan kembali kepada Yudaisme. Mereka mengalami penganiayaan, marginalisasi sosial, dan kehilangan status hukum.

Menurut F.F. Bruce dan John Owen, seluruh pasal 10 dalam Ibrani adalah seruan kepada ketekunan iman (perseverance of the saints), sebuah doktrin penting dalam teologi Reformed.

2. Tiga Dorongan dalam Ibrani 10:19–25

Penulis memberikan tiga ajakan utama:

  • “Marilah kita menghampiri Allah…” (ayat 22)

  • “Marilah kita teguh berpegang pada pengharapan…” (ayat 23)

  • “Marilah kita saling memperhatikan…” (ayat 24–25)

Ayat 25 adalah puncak dari ajakan ketiga: menghidupi iman dalam komunitas, bukan secara pribadi.

II. Eksposisi Ibrani 10:25 (Kata per Kata)

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita…”

Frasa ini secara eksplisit melarang kebiasaan absen dari komunitas ibadah. Dalam bahasa Yunani asli digunakan kata ἐγκαταλείπω (egkataleipō), yang juga berarti meninggalkan atau mengabaikan dengan sengaja. Kata ini digunakan juga oleh Yesus di salib (Mat. 27:46) ketika berseru, “Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

John Owen menekankan bahwa kata ini tidak hanya berarti absen fisik, tetapi juga sikap hati yang menjauh dari komunitas tubuh Kristus.

Dalam konteks Reformasi, John Calvin dengan tegas menyatakan dalam Institutes of the Christian Religion bahwa "tidak ada keselamatan di luar Gereja". Bukan dalam pengertian Katolik Roma, tetapi dalam makna bahwa tubuh Kristus adalah sarana kasih karunia.

“Seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang”

Penulis mengenali bahwa memang ada beberapa orang yang sudah biasa absen dari pertemuan ibadah. Ini bukan sekadar kesalahan sesaat, tapi sudah menjadi pola hidup – suatu “habit of neglect.”

R.C. Sproul dalam Essential Truths of the Christian Faith menulis: “Ketika ibadah tidak lagi menjadi prioritas, itu tanda awal kemunduran rohani.”

“Tetapi marilah kita saling menasihati…”

Kata menasihati di sini berasal dari kata Yunani παρακαλέω (parakaleō), yang artinya lebih dalam dari sekadar memberi nasihat. Ia juga berarti menghibur, menguatkan, dan mendorong secara pribadi.

John Piper mengaitkan hal ini dengan fungsi “one anothering” dalam komunitas Kristen: mendorong satu sama lain untuk terus setia hingga akhir.

“Dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

Ini adalah pengingat akan urgensi eskatologis. Hari Tuhan menunjuk kepada kedatangan Kristus yang kedua, dan semakin dekatnya hari itu menjadi motivasi untuk hidup dalam persekutuan yang aktif.

Dalam teologi Reformed, kesetiaan kepada Kristus bukanlah hal yang dilakukan sendirian, tetapi dalam tubuh komunitas kudus.

III. Pandangan Para Teolog Reformed

1. John Calvin

Calvin melihat ibadah bersama sebagai saripati kehidupan Kristen. Dalam komentarnya terhadap Ibrani, ia berkata bahwa "Allah tidak memberikan karunia rohani untuk digunakan secara egois, tetapi untuk membangun tubuh Kristus."

2. John Owen

Owen memperingatkan bahwa meninggalkan ibadah adalah langkah awal menuju ketidaktaatan yang lebih besar. Baginya, penyembahan publik adalah sarana utama untuk mempertahankan iman dan kasih karunia.

3. R.C. Sproul

Dalam Truths We Confess, Sproul menyebut bahwa absen dari gereja adalah penolakan terhadap otoritas Kristus, karena Kristus sendiri yang mendirikan gereja sebagai tubuh-Nya di dunia.

4. John Piper

Piper menekankan bahwa ibadah bersama adalah tempat “pertumbuhan kasih dan kebenaran yang tidak bisa digantikan oleh ibadah pribadi.”

IV. Prinsip Teologi Reformed yang Terlihat dalam Ibrani 10:25

1. Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus)

Keberadaan dalam komunitas adalah sarana untuk mempertahankan iman. Orang percaya akan terpelihara oleh anugerah, dan salah satu sarana pemeliharaan itu adalah komunitas iman.

2. Means of Grace (Sarana Kasih Karunia)

Gereja dan persekutuan kudus adalah wadah utama di mana kasih karunia Allah disalurkan, termasuk melalui firman, sakramen, dan persekutuan.

3. Covenantal Community (Komunitas Perjanjian)

Umat Tuhan hidup dalam komunitas, bukan sebagai individu otonom. Ini merefleksikan pola perjanjian dalam Perjanjian Lama dan Baru.

V. Aplikasi Kontemporer: Relevansi Ibrani 10:25 Hari Ini

1. Menjawab Budaya Individualisme

Banyak orang Kristen modern merasa cukup dengan ibadah online atau “iman pribadi.” Namun, ayat ini adalah seruan keras terhadap bahaya iman yang terisolasi.

2. Membangun Komunitas yang Menguatkan

Gereja harus menciptakan suasana persekutuan yang membangun dan menasihati – bukan sekadar rutinitas keagamaan.

3. Menghadapi Akhir Zaman dengan Komunitas

Semakin hari Tuhan mendekat, semakin kita harus hidup dalam tubuh Kristus, saling menopang dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan iman yang lebih berat.

VI. Studi Kasus dan Ilustrasi Praktis

Studi Kasus 1: Gereja di Tengah Pandemi

Pandemi COVID-19 memberikan tantangan besar terhadap ibadah fisik. Namun, banyak gereja Reformed menekankan kembalinya ibadah tatap muka sebagai wujud iman yang sehat.

Ilustrasi: Seorang jemaat yang mulai absen karena “kenyamanan digital,” akhirnya mengalami penurunan iman dan kehilangan sukacita pelayanan.

Studi Kasus 2: Kaum Muda dan Gereja

Generasi muda sering merasa bahwa gereja tidak relevan. Namun, justru mereka paling membutuhkan komunitas spiritual yang mendorong dan menasihati mereka dalam kasih.

VII. Kesimpulan: Setia Bersekutu, Setia kepada Kristus

Ibrani 10:25 adalah seruan untuk tetap berada dalam tubuh Kristus, bahkan di tengah tantangan dan godaan zaman.

Dengan menjauhkan diri dari persekutuan, kita sebenarnya menjauh dari kasih karunia. Tapi dengan hadir, mendengar firman, saling menasihati, dan beribadah bersama, kita sedang hidup sesuai dengan kehendak Allah dan menyambut hari-Nya dengan setia.

FAQ Singkat

Apa makna Ibrani 10:25 secara singkat?
Ajakan untuk tidak menjauh dari komunitas iman dan untuk terus hadir dalam persekutuan ibadah, sambil saling mendorong dan menasihati.

Mengapa penting hadir di gereja secara fisik?
Karena gereja adalah tubuh Kristus dan tempat kasih karunia Allah disalurkan. Kehadiran fisik mencerminkan ketaatan dan kesatuan tubuh.

Bagaimana Ibrani 10:25 berhubungan dengan akhir zaman?
Semakin hari Tuhan mendekat, kita dipanggil untuk semakin giat membangun komunitas rohani yang saling menasihati dan memperkuat iman.

Next Post Previous Post