Mazmur 4:1 Allah yang Mendengar Seruan Umat-Nya

Pendahuluan
Doa adalah nafas iman orang percaya. Namun seringkali kita bertanya dalam hati: Apakah Allah sungguh mendengar doa kita? Pertanyaan ini biasanya muncul ketika kita berada dalam penderitaan, kesesakan, atau ketidakpastian hidup.
Mazmur 4 adalah nyanyian Daud yang menggambarkan seruan hati seorang anak Tuhan di tengah tekanan. Ayat pertama menjadi inti dari seluruh mazmur ini:
“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah yang membenarkan aku. Ketika aku dalam kesesakan, Engkau telah memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” (Mazmur 4:1)
Mazmur ini merupakan mazmur doa pada waktu malam, sebagai pengakuan iman dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Hari ini kita akan merenungkan ayat ini dalam tiga bagian besar:
-
Allah yang membenarkan kita.
-
Allah yang memberi kelegaan di tengah kesesakan.
-
Allah yang mendengar doa anak-anak-Nya.
Dan kita akan melihat bagaimana kebenaran ini diterapkan dalam kehidupan orang percaya berdasarkan ajaran para teolog Reformed.
I. Allah yang Membenarkan Kita
1. “Ya Allah yang membenarkan aku”
Daud membuka doanya dengan sebuah pengakuan iman yang mendalam. Ia tidak berkata: “Allah yang menolong aku,” atau “Allah yang menyelamatkan aku,” melainkan “Allah yang membenarkan aku.”
John Calvin dalam komentarnya atas Mazmur 4 menekankan bahwa kata ini menunjukkan kepercayaan Daud kepada Allah sebagai hakim yang adil, yang membenarkan umat-Nya meskipun dituduh oleh musuh.
Calvin menulis:
“Daud menyebut Allah sebagai yang membenarkan dia, sebab ia tidak bersandar pada kebenaran diri, tetapi pada pembelaan Allah yang setia terhadap hamba-Nya.”
Artinya, dasar doa Daud bukanlah jasa atau kesalehan pribadinya, melainkan pembenaran yang datang dari Allah.
2. Pembenaran: inti Injil
Bagi kita orang percaya dalam Perjanjian Baru, istilah “Allah yang membenarkan” menemukan puncaknya dalam doktrin pembenaran oleh iman. Rasul Paulus berkata:
“Sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” (Roma 3:23-24)
Dengan demikian, ketika kita berdoa, kita dapat datang dengan keyakinan bukan karena kita layak, tetapi karena Allah telah membenarkan kita di dalam Kristus.
Martin Luther menegaskan:
“Pembenaran oleh iman adalah artikel utama di mana gereja berdiri atau jatuh.”
Maka, doa kita hanya mungkin didengar karena kita telah dibenarkan di hadapan Allah melalui Kristus.
II. Allah yang Memberi Kelegaan di Tengah Kesesakan
1. “Ketika aku dalam kesesakan...”
Daud menggambarkan keadaannya sebagai kesesakan (Ibrani: tsar), yang berarti keadaan terjepit, terhimpit, atau tidak ada jalan keluar. Mazmur ini kemungkinan besar ditulis ketika Daud menghadapi pemberontakan Absalom, anaknya sendiri. Ia dikejar, dikhianati, dan ditolak oleh banyak orang.
Di tengah situasi itu, Daud berseru kepada Allah.
2. “Engkau telah memberi kelegaan kepadaku”
Kata kelegaan (Ibrani: rachab) berarti ruang yang luas, lapang, lega. Gambaran ini kontras dengan kesesakan. Daud percaya bahwa Allah sanggup melepaskannya dari keadaan terjepit menuju ruang kebebasan.
Matthew Henry dalam tafsirannya menulis:
“Allah yang dulu telah melepaskan kita, adalah Allah yang sama yang akan menolong kita lagi. Ingatan akan pertolongan Allah di masa lalu adalah alasan untuk percaya pada pertolongan-Nya di masa kini.”
Daud tidak hanya mengingat penderitaan, tetapi juga kesetiaan Allah. Inilah yang memberi kekuatan bagi iman.
3. Penerapan bagi orang percaya
Kita juga sering mengalami kesesakan hidup: tekanan ekonomi, konflik keluarga, sakit penyakit, bahkan penganiayaan karena iman. Namun firman ini mengingatkan bahwa Allah yang dahulu menolong umat-Nya, tetap sama hingga hari ini.
R.C. Sproul menekankan:
“Providensia Allah berarti tidak ada satu pun peristiwa dalam hidup kita yang lepas dari tangan-Nya. Bahkan dalam kesesakan, Allah sedang menuntun kita kepada ruang kelegaan.”
III. Allah yang Mendengar Doa Anak-Anak-Nya
1. “Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku”
Permohonan Daud sederhana: ia meminta belas kasihan dan telinga Allah yang mendengar. Doa sejati selalu berakar pada kerendahan hati di hadapan Allah yang kudus.
Doa bukanlah cara memaksa Allah mengikuti kehendak kita, melainkan seruan seorang anak yang bergantung penuh kepada Bapanya.
2. Allah yang berbelas kasih
Mazmur 103:13 berkata:
“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.”
Daud menyadari bahwa dasar pengabulan doa bukanlah kelayakan dirinya, tetapi kasih setia Allah.
Jonathan Edwards menulis:
“Doa orang percaya sampai ke hadirat Allah bukan karena kekuatan kata-kata, melainkan karena darah Kristus yang membuka jalan masuk ke takhta kasih karunia.”
3. Keyakinan dalam doa
Yesus sendiri berjanji dalam Yohanes 14:13-14:
“Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya...”
Maka, kita memiliki keyakinan penuh bahwa Allah mendengar doa kita ketika kita datang melalui Kristus, Sang Perantara Agung.
IV. Aplikasi Bagi Hidup Orang Percaya
1. Berdoalah dengan iman
Mazmur 4:1 mengingatkan kita bahwa doa bukan sekadar rutinitas, tetapi seruan iman kepada Allah yang membenarkan kita. Jangan biarkan keraguan menghalangi kita untuk berseru kepada Allah.
2. Ingat pertolongan Allah di masa lalu
Ketika kita menghadapi kesesakan, mari kita mengingat kesetiaan Allah di masa lalu. Seperti Daud, marilah kita berkata: “Engkau telah memberi kelegaan kepadaku.”
3. Datanglah dengan kerendahan hati
Doa sejati lahir dari hati yang sadar akan ketidaklayakan, namun percaya pada belas kasihan Allah.
4. Hiduplah dalam penghiburan doa
Doa bukan hanya meminta pertolongan, tetapi juga menemukan kelegaan di hadirat Allah. Inilah yang membuat Daud dapat tidur dengan tenang (Mazmur 4:9): “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur; sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.”
Kesimpulan
Saudara-saudara, Mazmur 4:1 menunjukkan kepada kita tiga kebenaran besar:
-
Allah adalah Allah yang membenarkan kita – dasar doa kita adalah pembenaran oleh iman di dalam Kristus.
-
Allah adalah Allah yang memberi kelegaan – di tengah kesesakan hidup, Dia mampu membawa kita ke ruang yang lapang.
-
Allah adalah Allah yang mendengar doa – sebagai Bapa penuh kasih, Ia mendengar seruan anak-anak-Nya.
Maka, marilah kita menjadikan doa bukan hanya kebiasaan, tetapi nafas iman yang terus mengarahkan kita pada Allah yang hidup.
Kiranya kita semua boleh berseru seperti Daud:
“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah yang membenarkan aku!”
Soli Deo Gloria.