Mengapa Kita Mempunyai 4 Injil?
Pendahuluan
Salah satu pertanyaan yang sering muncul ketika membaca Perjanjian Baru adalah: mengapa kita memiliki empat Injil — Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes — dan bukan hanya satu? Bukankah satu Injil saja sudah cukup untuk menceritakan kehidupan Yesus Kristus?
Pertanyaan ini penting karena menyentuh dasar iman Kristen dan otoritas Kitab Suci. Keempat Injil merupakan inti dari Perjanjian Baru, dan masing-masing memiliki fokus, tujuan, serta audiens yang berbeda. Melalui empat Injil, kita mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, kaya, dan utuh tentang pribadi dan karya Yesus Kristus.
Artikel ini akan membahas secara mendalam eksposisi Alkitabiah tentang keberadaan empat Injil, menguraikan pandangan para pakar Alkitab, serta memberikan aplikasi teologis dan praktis bagi orang percaya di zaman modern.
Bagian I: Injil dalam Perspektif Alkitab
1. Injil Sebagai Kesaksian tentang Kristus
Kata “Injil” berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti kabar baik. Injil bukan hanya dokumen sejarah, tetapi kesaksian iman tentang karya Allah dalam Yesus Kristus.
Dalam Perjanjian Baru, Injil mengacu pada:
-
Berita tentang Yesus Kristus (Markus 1:1).
-
Pesan keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:1-4).
-
Catatan tertulis tentang kehidupan Yesus (Matius, Markus, Lukas, Yohanes).
2. Empat Injil Sebagai Bagian dari Kanon
Keempat Injil diterima sebagai bagian dari kanon Perjanjian Baru sejak awal gereja mula-mula. Irenaeus (sekitar 180 M) menegaskan bahwa harus ada empat Injil, tidak kurang dan tidak lebih. Ia menggunakan analogi empat mata angin dan empat wajah kerub dalam Yehezkiel 1 sebagai simbol keutuhan Injil.
3. Injil sebagai Kesaksian yang Beragam tetapi Harmonis
Meskipun ada empat Injil, inti pesannya tetap satu: Yesus Kristus adalah Mesias, Anak Allah, dan Juruselamat dunia. Empat Injil memberikan perspektif yang berbeda, tetapi saling melengkapi, bukan saling bertentangan.
Bagian II: Eksposisi Alkitab Tentang Empat Injil
1. Injil Matius
-
Ciri khas: Ditulis untuk orang Yahudi.
-
Tujuan: Menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.
-
Kata kunci: Penggenapan nubuat.
-
Contoh: Matius sering menulis, “Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi…” (Mat. 1:22; 2:15; 4:14).
-
Fokus: Yesus sebagai Raja.
2. Injil Markus
-
Ciri khas: Injil terpendek, langsung, dan penuh aksi.
-
Tujuan: Ditulis untuk orang Roma yang menghargai tindakan nyata.
-
Kata kunci: “Segera” (euthys).
-
Fokus: Yesus sebagai Hamba yang menderita, yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya (Markus 10:45).
3. Injil Lukas
-
Ciri khas: Ditulis dengan gaya sejarah yang teliti.
-
Tujuan: Ditujukan kepada Teofilus dan pembaca non-Yahudi.
-
Fokus: Yesus sebagai Juruselamat semua bangsa, penuh belas kasih kepada orang miskin, perempuan, dan orang tersisih.
-
Kekuatan: Banyak perumpamaan dan kisah yang hanya ada di Lukas (misalnya orang Samaria yang baik hati, anak yang hilang).
4. Injil Yohanes
-
Ciri khas: Injil terakhir, lebih teologis dan reflektif.
-
Tujuan: Menunjukkan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang kekal, Anak Allah, dan sumber hidup kekal.
-
Ayat kunci: Yohanes 20:31, “Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”
-
Fokus: Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan yang kekal.
Bagian III: Mengapa Harus Ada Empat Injil?
1. Untuk Memberikan Perspektif yang Berbeda
Setiap Injil ditulis dari sudut pandang yang berbeda:
-
Matius → Yesus sebagai Raja (singa).
-
Markus → Yesus sebagai Hamba (lembu).
-
Lukas → Yesus sebagai Manusia sejati (manusia).
-
Yohanes → Yesus sebagai Anak Allah (rajawali).
2. Untuk Menjangkau Audiens yang Berbeda
-
Matius → Orang Yahudi.
-
Markus → Orang Roma.
-
Lukas → Orang Yunani.
-
Yohanes → Seluruh dunia.
3. Untuk Memberikan Kesaksian yang Lebih Kuat
Dalam hukum Yahudi, kesaksian dua atau tiga saksi diperlukan untuk menyatakan suatu hal benar (Ulangan 19:15). Keempat Injil memberikan kesaksian yang lebih dari cukup tentang Yesus Kristus.
4. Untuk Menunjukkan Keutuhan dan Keindahan Kristus
Satu Injil saja tidak cukup untuk menggambarkan keagungan Kristus. Empat Injil bersama-sama memperlihatkan Yesus secara utuh: Raja, Hamba, Manusia, dan Allah.
5. Untuk Meneguhkan Iman Jemaat
Empat Injil ditulis pada masa yang berbeda dan oleh penulis yang berbeda, tetapi semuanya menegaskan hal yang sama: Yesus adalah Mesias, Juruselamat dunia. Hal ini meneguhkan iman jemaat mula-mula dan juga kita hari ini.
Bagian IV: Pandangan Para Pakar Alkitab
1. Irenaeus (130–202 M)
Irenaeus menulis bahwa tidak mungkin ada lebih atau kurang dari empat Injil, karena dunia memiliki empat penjuru mata angin dan gereja tersebar di seluruh dunia. Empat Injil mencerminkan kesatuan Injil dengan keanekaragaman yang indah.
2. Augustinus (354–430 M)
Augustinus menekankan harmoni keempat Injil. Menurutnya, Injil bukan empat kebenaran yang berbeda, tetapi empat kesaksian tentang satu kebenaran, yaitu Kristus.
3. F.F. Bruce
Bruce menekankan bahwa keempat Injil adalah dokumen sejarah yang dapat dipercaya. Perbedaan-perbedaan kecil justru menunjukkan keaslian catatan tersebut, bukan rekayasa.
4. D.A. Carson
Carson menjelaskan bahwa empat Injil memberikan potret berlapis tentang Yesus. Seperti potret 3D yang membutuhkan banyak sudut pandang, demikian pula Kristus digambarkan dari berbagai sudut untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya.
5. N.T. Wright
Wright menekankan pentingnya memahami Injil sebagai kisah besar (grand narrative). Empat Injil membawa kita masuk ke dalam kisah Allah yang menyelamatkan dunia melalui Yesus, dari perspektif yang berbeda tetapi tetap selaras.
Bagian V: Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya
1. Menghargai Keberagaman Perspektif
Keempat Injil mengajarkan bahwa kita tidak boleh membatasi Kristus pada satu sudut pandang saja. Kita harus belajar dari seluruh Kitab Suci untuk mengenal Dia lebih dalam.
2. Meneladani Kristus dalam Segala Aspek
-
Dari Matius, kita belajar mengenal Yesus sebagai Raja yang berotoritas.
-
Dari Markus, kita belajar melayani dengan rendah hati.
-
Dari Lukas, kita belajar belas kasih kepada semua orang.
-
Dari Yohanes, kita belajar beriman kepada Kristus sebagai Anak Allah.
3. Menjadi Saksi Kristus yang Konsisten
Seperti empat Injil yang saling melengkapi, demikian pula orang Kristen dipanggil untuk memberikan kesaksian hidup yang utuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
4. Menjawab Keraguan Dunia Modern
Banyak orang skeptis mempertanyakan mengapa ada empat Injil dengan perbedaan detail. Kita dapat menjawab bahwa justru keberagaman ini menunjukkan otentisitas dan memperkaya kesaksian tentang Yesus.
Kesimpulan
Mengapa kita mempunyai empat Injil?
-
Karena Allah ingin memberikan kesaksian yang lengkap tentang Kristus.
-
Karena masing-masing Injil ditujukan untuk audiens yang berbeda dengan fokus yang unik.
-
Karena empat Injil memberikan perspektif yang saling melengkapi, memperlihatkan Yesus sebagai Raja, Hamba, Manusia sejati, dan Anak Allah.
-
Karena empat Injil meneguhkan iman, memperindah Injil, dan menjadi dasar gereja sepanjang zaman.
Dengan memahami keempat Injil secara menyeluruh, kita semakin mengasihi Yesus, mengenal karya-Nya dengan lebih dalam, dan dimampukan untuk menjadi saksi Kristus yang hidup di dunia ini.