HANYA IMAN 1 (SOLA FIDE): IMAN DAN PERTOBATAN

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
IV) Iman dan Pertobatan.
HANYA IMAN 1 (sola fide)
otomotif, health
A) Kita diselamatkan oleh ‘iman saja’, bukan oleh ‘perbuatan baik’ atau oleh ‘iman dan perbuatan baik’.

Salah satu semboyan reformasi adalah SOLA FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Jadi, yang menyelamatkan kita hanyalah iman. Perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil untuk menyelamatkan / membawa kita kesurga.

1) Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?

a) Karena manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik.

Kita lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini menyebabkan manusia di luar Kristus itu sebetulnya sama sekali tidak bisa berbuat baik. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

1. Kejadian 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala (bukan ‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan ‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata,”.

Kata ‘semata-mata’ diterjemahkan ‘continually’ (= terus menerus) oleh KJV/RSV/NASB, dan ‘all the time’ (= selalu / setiap saat) oleh NIV.

Bahkan Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, menafsirkan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa manusia hanya bisa berbuat dosa, dan tak ada perbuatan baiknya sama sekali.

2. Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya,”.

3. Roma 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.

4. Ro 8:7-8 - “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”.

5. Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.”.

Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?

1. Karena tindakan itu tidak lahir dari iman.

Roma 1:5 - “Dengan perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya.”.

Kata-kata ‘percaya DAN taat’ ini salah terjemahan; entah dari mana muncul kata ‘dan’ itu.

KJV: ‘obedience to the faith’ (= ketaatan kepada iman). Ini juga salah terjemahannya. Jamieson, Fausset & Brown juga menganggap ini salah terjemahan, dan ia menterjemahkan seperti RSV/NASB.

RSV/NASB: ‘the obedience of faith’ (= ketaatan dari iman).

NIV: ‘the obedience that comes from faith’ (= ketaatan yang datang dari iman).

Menurut saya, terjemahan NIV, sekalipun tidak hurufiah, memberikan arti yang benar.

Inilah ketaatan yang betul-betul adalah ketaatan, yaitu ketaatan yang lahir dari iman kepada Yesus, atau datang dari iman kepada Yesus.

Adam Clarke (tentang Ro 1:5): “Of obedience, as the necessary consequence of genuine faith.” (= Tentang ketaatan, sebagai suatu konsekwensi yang perlu dari iman yang sejati / asli / sungguh-sungguh.).

Barnes’ Notes (tentang Ro 1:5): “‘For obedience to the faith.’ In order to produce, or promote obedience to the faith; that is, to induce them to render that obedience to God which faith produces. There are two things therefore implied. (1) That the design of the gospel and of the apostleship is to induce men to obey God. (2) That the tendency of faith is to produce obedience. There is no true faith which does not produce that.” [= ‘Untuk ketaatan kepada iman’. Untuk menghasilkan, atau memajukan / mengembangkan ketaatan kepada iman; yaitu, untuk menyebabkan mereka untuk memberikan ketaatan itu kepada Allah, yang iman hasilkan. Karena itu, ada dua hal yang ditunjukkan secara implicit. (1) Bahwa rancangan dari injil dan dari kerasulan adalah untuk menyebabkan orang-orang untuk mentaati Allah. (2) Bahwa kecenderungan dari iman adalah untuk menghasilkan ketaatan. Tidak ada iman yang benar / sejati yang tidak menghasilkan itu.].

William Hendriksen (tentang Roma 1:5): “The purpose for which Paul was appointed was to bring about obedience of faith. Such obedience is based on faith and springs from faith. In fact, so very closely are faith and obedience connected that they may be compared to inseparable identical twins. When you see the one you see the other. A person cannot have genuine faith without having obedience, nor vice versa.” (= Tujuan untuk mana Paulus ditetapkan adalah untuk menyebabkan ketaatan dari iman. Ketaatan seperti itu didasarkan pada iman dan muncul dari iman. Dalam faktanya / sebenarnya, begitu sangat dekatnya hubungan iman dan ketaatan sehingga mereka bisa dibandingkan dengan kembar identik yang tak terpisahkan. Pada waktu kamu melihat yang satu kamu melihat yang lain. Seseorang tidak bisa mempunyai iman yang sejati / asli / sungguh-sungguh tanpa mempunyai ketaatan, ataupun sebaliknya.).

A. T. Robertson (tentang Roma 1:5): “‎the obedience which springs from faith” (= ketaatan yang muncul dari iman).

Vincent (tentang Ro 1:5): “‎The English Revised Version (1885): ‘unto obedience of faith.’ ‘Unto’ marks the object of the grace and apostleship: ‘in order to bring about.’ Obedience of faith is the obedience which characterizes and proceeds from faith.” [= The English Revised Version (1885): ‘kepada ketaatan dari iman’. ‘Kepada’ menunjukkan tujuan dari kasih karunia dan kerasulan: ‘untuk menyebabkan’. Ketaatan dari iman adalah ketaatan yang memberi ciri kepada, dan keluar dari, iman.].

Catatan: Calvin, Hodge, John Murray, Jamieson, Fausset & Brown menafsirkan bahwa istilah ini artinya ketaatan kepada iman (dalam arti Injil). Tetapi saya tak setuju dengan penafsiran ini.

2. Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.

Yohanes 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”.

3. Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.

1Korintus 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.

Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?

b) Firman Tuhan memberikan gambaran yang menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.

1. Kesalehan manusia digambarkan seperti kain kotor.

Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;”.

Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang percayapun seperti kain kotor di hadapan Allah!

2. Dosa / kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.

Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.

Yehezkiel 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu.”.

Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan bulanan dari seorang perempuan).

Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga.”.

Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ (= masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).

Jadi, kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.

Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu pemikiran yang sangat tidak beres, kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk masuk surga!

Siapapun yang menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!

Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?

Kej 6:8-9 - “(8) Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. (9) Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”.

Ayub 1:1 - “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”.

Lukas 1:5-6 - “(5) Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. (6) Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.”.

Jawab:

1. Mereka bisa saleh karena mereka jelas adalah orang-orang yang beriman.

2. Kesalehan mereka itu tidak boleh diartikan ‘suci’, karena akan bertentangan dengan Ro 3:23 yang menyatakan semua orang berdosa. Satu-satunya yang dikecualikan hanyalah Yesus sendiri (Ibr 4:15 2 Korintus 5:21). Jadi, kesalehan mereka ini harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.

c) Seandainya ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.

Bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. ... (21b) Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.


Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!

2) Keselamatan karena iman saja.

a) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman adalah:

1. Roma 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.

Perhatikan kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini. Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga, tidak mungkin ada kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.

Bdk. Yesaya 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.”.

2. Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.

3. Galatia 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.

4. Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

5. Filipi 3:8-9 - “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”.

6. Roma 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.”.

7. Kisah para rasul 15:1-11 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.

Bdk. ay 11b dengan Roma 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.

Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja Yerusalem membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya oleh iman saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang menekankan bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat (ay 1).


8. Lukas 23:42-43 - “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Penjahat yang boleh dikatakan tak punya perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah ke gereja, belum dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus, hanya karena ia percaya kepada Yesus.

-bersambung-
Next Post Previous Post