HANYA IMAN 5 (sola fide)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
c) Ada 2 perbuatan baik yang seringkali dianggap secara salah sebagai hal-hal yang harus ada (bersama-sama dengan iman) supaya seseorang bisa selamat. Sekalipun dua hal ini sebetulnya termasuk dalam perbuatan baik, tetapi karena banyak orang Kristen mengkhususkan 2 hal ini, maka saya membuat pembahasannya secara terpisah di tempat ini.
PERTAMA: PENGAKUAN DOSA.
Banyak orang berpandangan bahwa dosa yang diakui adalah dosa yang diampuni.
1Yohanes 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
Karena itu, mereka lalu menyimpulkan bahwa orang percaya yang tidak sempat mengakui dosanya sebelum mati, tidak diampuni dan tidak selamat.
Anehnya, contoh yang selalu digunakan adalah orang yang mati pada saat berzinah.
Jawaban saya:
1. Apa sebabnya perzinahan selalu digunakan sebagai contoh? Apakah ini dosa khusus? Kalau dosa ini, terhadap mana orangnya tidak sempat bertobat, menyebabkan orangnya masuk neraka, bagaimana dengan dosa-dosa lain, yang semuanya juga bisa dilakukan, dan lalu orangnya mati tanpa sempat mengaku dosa? Misalnya, marah, benci, iri hati, cinta uang, mencuri bolos gereja, dsb? Dan mengingat manusia begitu berdosa, sehingga tidak ada saat seseorang bisa hidup suci murni, maka apakah semua orang Kristen yang tidak mengaku dosa persis sebelum mati, akan masuk neraka?
2. Ada berapa persen orang Kristen yang persis sebelum mati sempat mengaku dosa?
3. Apakah penjahat yang bertobat di salib itu mengaku dosa dan minta ampun kepada Tuhan atas dosa-dosanya? Ia tidak mengaku dosa, tetapi ia dijamin masuk Firadus / surga.
4. Kristus mati untuk menebus semua dosa dari semua orang-orang pilihanNya.
a. Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.
b. Kolose 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita”.
c. 1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segalakejahatan”.
d. Titus 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.
e. Kis 13:39 - “Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa.”.
Apakah ada ayat yang mengatakan bahwa Ia hanya mati menebus dosa-dosa yang diakui?
5. Mengatakan bahwa orang percaya yang mati tanpa sempat mengaku dosa itu masuk neraka adalah sama dengan mengakui doktrin sesat keselamatan karena perbuatan baik! Mengapa? Karena jelas pengakuan dosa merupakan tindakan / perbuatan kita!
KEDUA: BAPTISAN / TINDAKAN MENYERAHKAN DIRI UNTUK DIBAPTIS.
Bagaimana dengan ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita selamat oleh iman + baptisan? Ada beberapa ayat yang biasanya digunakan untuk ini:
1. Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”.
Calvin mengatakan bahwa Gereja Roma Katolik menggunakan ayat ini untuk mengatakan bahwa dosa-dosa diampuni di dalam baptisan, dan bagi Calvin itu sama dengan membuang injil.
Matthew Henry, Adam Clarke, dan Albert Barnes mengatakan bahwa baptisan ditekankan di sini karena baptisan merupakan suatu pengakuan terbuka bahwa mereka percaya kepada Kristus.
Adam Clarke (tentang Kis 2:38): “‘And be baptized every one of you.’ Take on you the public profession of the religion of Christ, by being baptized in his name; and thus acknowledge yourselves to be his disciples and servants.” (= ‘Dan dibaptislah setiap orang dari kamu’. Tunjukkanlah pengakuan umum tentang agama dari Kristus, dengan dibaptis dalam namaNya; dan dengan demikian mengakui dirimu sendiri sebagai murid-murid dan pelayan-pelayanNya.).
Bdk. Mat 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.
Adam Clarke (tentang Kis 2:38): “‘For the remission of sins.’ ... In reference to the remission or removal of sins: baptism pointing out the purifying influences of the Holy Spirit; ... For baptism itself purifies not the conscience; it only points out the grace by which this is to be done.” (= ‘Untuk pengampunan dosa-dosa’. ... Berkenaan dengan pengampunan atau penghapusan dosa-dosa: baptisan menunjukkan pengaruh-pengaruh yang penyucian dari Roh Kudus; ... Karena baptisan itu sendiri tidak menyucikan hati nurani; itu hanya menunjukkan kasih karunia dengan mana ini harus dilakukan.).
Calvin (tentang Yoh 3:5): “It is true that, by neglecting baptism, we are excluded from salvation; and in this sense I acknowledge that it is necessary; but it is absurd to speak of the hope of salvation as confined to the sign.” (= Adalah benar bahwa, dengan MENGABAIKAN baptisan, kita dikeluarkan dari keselamatan; dan dalam arti ini saya mengakui bahwa baptisan itu perlu; tetapi adalah menggelikan untuk berbicara tentang pengharapan keselamatan sebagai dibatasi pada tanda itu.).
Barnes’ Notes (tentang Kis 2:38): “‘For the remission of sins.’ ... There is nothing in baptism itself that can wash away sin. That can be done only by the pardoning mercy of God through the atonement of Christ. But baptism is expressive of a willingness to be pardoned in that way, and is a solemn declaration of our conviction that there is no other way of remission. He who comes to be baptized, comes with a professed conviction that he is a sinner; that there is no other way of mercy but in the gospel, and with a professed willingness to comply with the terms of salvation, and to receive it as it is offered through Jesus Christ.” (= ‘Untuk pengampunan dosa-dosa’. ... Tak ada apapun dalam baptisan itu sendiri yang bisa mencuci / membersihkan dosa. Itu hanya bisa dilakukan oleh belas kasihan yang mengampuni dari Allah melalui penebusan Kristus. Tetapi baptisan adalah pernyataan dari suatu kerelaan untuk diampuni dengan cara itu, dan adalah suatu pernyataan khidmat dari keyakinan kita bahwa di sana tidak ada jalan lain dari pengampunan. Ia yang datang untuk dibaptis, datang dengan suatu keyakinan yang diakui bahwa ia adalah seorang berdosa; bahwa di sana tidak ada jalan lain dari belas kasihan kecuali dalam injil, dan dengan suatu kerelaan yang diakui untuk memenuhi / menuruti syarat-syarat keselamatan, dan untuk menerimanya sebagaimana itu ditawarkan melalui Yesus Kristus.).
Bible Knowledge Commentary (tentang Kis 2:38): “A problem revolves around the command ‘be baptized’ and its connection with the remainder of 2:38. There are several views: (1) One is that both repentance and baptism result in remission of sins. In this view, baptism is essential for salvation. The problem with this interpretation is that elsewhere in Scripture forgiveness of sins is based on faith alone (John 3:16,36; Rom 4:1-17; 11:6; Gal 3:8-9; Eph 2:8-9; etc.). Furthermore Peter, the same speaker, later promised forgiveness of sins on the basis of faith alone (Acts 5:31; 10:43; 13:38; 26:18). (2) A second interpretation translates 2:38, ‘Be baptized... on the basis of the remission of your sins.’ The preposition used here is EIS which, with the accusative case, may mean ‘on account of, on the basis of.’ It is used in this way in Matt 3:11; 12:41; and Mark 1:4. Though it is possible for this construction to mean ‘on the basis of,’ this is not its normal meaning; EIS with the accusative case usually describes purpose or direction. (3) A third view takes the clause ‘and be baptized, every one of you, in the name of Jesus Christ’ as parenthetical. Several factors support this interpretation: (a) The verb makes a distinction between singular and plural verbs and nouns. The verb ‘repent’ is plural and so is the pronoun ‘your’ in the clause ‘so that your sins may be forgiven’ ... Therefore the verb ‘repent’ must go with the purpose of forgiveness of sins. On the other hand the imperative ‘be baptized’ is singular, setting it off from the rest of the sentence. (b) This concept fits with Peter’s proclamation in Acts 10:43 in which the same expression ‘sins may be forgiven’ (APHESIN HAMARTION) occurs. There it is granted on the basis of faith alone. (c) In Luke 24:47 and Acts 5:31 the same writer, Luke, indicates that repentance results in remission of sins.” [= Suatu problem beredar di sekeliling perintah ‘dibaptislah / hendaklah kamu dibaptis’ dan hubungannya dengan sisa dari Kis 2:38. Ada beberapa pandangan: (1) Salah satu adalah bahwa baik pertobatan maupun baptisan menghasilkan pengampunan dosa. Dalam pandangan ini, baptisan adalah hakiki / mutlak perlu untuk keselamatan. Problem dengan penafsiran ini adalah bahwa di tempat lain dalam Kitab Suci pengampunan dosa di dasarkan pada iman saja (Yoh 3:16,36; Ro 4:1-17; 11:6; Gal 3:8-9; Ef 2:8-9; dsb.). Lebih jauh lagi Petrus, pembicara yang sama, belakangan menjanjikan pengampunan dosa-dosa berdasarkan iman saja (Kis 5:31; 10:43; 13:38; 26:18). (2) Penafsiran yang kedua menterjemahkan Kis 2:38, ‘Dibaptislah / hendaklah kamu dibaptis ... berdasarkan pengampunan dosa-dosamu’. Kata depan yang digunakan di sini adalah EIS yang, dengan kasus akusatif, bisa berarti ‘karena, berdasarkan’. Itu digunakan dengan cara ini dalam Mat 3:11; 12:41; dan Mark 1:4. Sekalipun adalah mungkin bagi konstruksi / susunan ini untuk berarti ‘berdasarkan’, ini bukanlah artinya yang normal; EIS dengan kasus akusatif biasanya menggambarkan tujuan atau arah. (3) Pandangan ketiga menerima anak kalimat ‘dan dibaptislah, setiap orang dari kamu, dalam nama Yesus Kristus’ sebagai berada dalam tanda kurung. Beberapa faktor mendukung penafsiran ini: (a) Kata kerjanya membuat suatu pembedaan antara kata-kata kerja dan kata-kata benda bentuk tunggal dan jamak. Kata kerja ‘bertobatlah’ ada dalam bentuk jamak dan demikian juga kata ganti orang ‘mu’ dalam anak kalimat ‘supaya dosa-dosaMU bisa diampuni’ ... Karena itu kata kerja ‘bertobatlah’ harus cocok / berjalan bersama dengan tujuan dari pengampunan dosa-dosa. Di sisi lain kata perintah ‘dibaptislah / hendaklah kamu dibaptis’ ada dalam bentuk tunggal, berlawanan dengan sisa dari kalimatnya. (b) Konsep ini cocok dengan proklamasi Petrus dalam Kis 10:43 dalam mana ungkapan yang sama ‘dosa-dosanya bisa diampuni’ (APHESIN HAMARTION) muncul. Di sana itu diberikan berdasarkan iman saja. (c) Dalam Luk 24:47 dan Kis 5:31 penulis yang sama, Lukas, menunjukkan bahwa pertobatan menghasilkan pengampunan dosa-dosa.].
Kis 5:31 - “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.”.
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
Kis 13:38 - “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.”.
Kis 26:18 - “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.”.
Lukas 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.”.
Perhatikan bahwa ayat-ayat referensi yang digunakan ini sama sekali tidak menyinggung baptisan!
F. F. Bruce (NICNT) menambahkan satu ayat lagi, yaitu Kis 3:19 - “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan,”.
Calvin (tentang Kis 2:38): “Let us know, therefore, that forgiveness of sins is grounded in Christ alone, and that we must not think upon any other satisfaction, save only that which he hath performed by the sacrifice of his death.” (= Karena itu, hendaklah kita mengetahui, bahwa pengampunan dosa-dosa didasarkan pada Kristus saja, dan bahwa kita tidak boleh berpikir atas pemuasan lain apapun, kecuali hanya atas apa yang telah Ia lakukan oleh korban kematianNya.).
Calvin (tentang Kis 2:38): “he commandeth them to be baptized for the remission of sins; for although God hath once reconciled men unto himself in Christ ‘by not imputing unto them their sins,’ (2 Corinthians 5:19,) and doth now imprint in our hearts the faith thereof by his Spirit; yet, notwithstanding, because baptism is the seal whereby he doth confirm unto us this benefit, and so, consequently, the earnest and pledge of our adoption, it is worthily said to be given us for the remission of sins. For because we receive Christ’s gifts by faith, and baptism is a help to confirm and increase our faith, remission of sins, which is an effect of faith, is annexed unto it as unto the inferior mean.” [= ia memerintahkan mereka untuk dibaptis untuk pengampunan dosa-dosa; karena sekalipun Allah telah sekali memperdamaikan manusia dengan diriNya sendiri dalam Kristus ‘dengan tidak memperhitungkan kepada mereka dosa-dosa mereka’, (2Kor 5:19), dan sekarang menanamkan iman dalam hati kita oleh RohNya; tetapi sekalipun demikian, karena baptisan adalah meterai dengan mana Ia meneguhkan kepada kita manfaat ini, dan sebagai akibatnya, jaminan dari pengadopsian kita, itu secara layak dikatakan telah diberikan kepada kita untuk pengampunan dosa-dosa. Karena kita menerima karunia-karunia Kristus oleh iman, dan baptisan adalah suatu pertolongan untuk meneguhkan dan meningkatkan iman kita, pengampunan dosa, yang merupakan suatu hasil / akibat dari iman, dihubungkan dengannya seperti dengan cara yang lebih rendah.].
Calvin (tentang Kis 2:38): “‘In the name of Christ.’ Although baptism be no vain figure, but a true and effectual testimony; notwithstanding, lest any man attribute that unto the element of water which is there offered, the name of Christ is plainly expressed, to the end we may know that it shall be a profitable sign for us then, if we seek the force and effect thereof in Christ, and know that we are, therefore, washed in baptism, because the blood of Christ is our washing; and we do also hereby gather, that Christ is, the mark and end whereunto baptism directeth us; wherefore, every one profiteth so much in baptism as he learneth to look unto Christ.” (= ‘Dalam nama Kristus’. Sekalipun baptisan bukanlah gambaran yang sia-sia, tetapi suatu kesaksian yang benar dan efektif; sekalipun demikian, supaya jangan ada orang yang menghubungkan dengan elemen air apa yang disana ditawarkan, nama Kristus dengan jelas / explicit dinyatakan, dengan tujuan supaya kita bisa tahu bahwa itu akan merupakan suatu tanda yang berguna bagi kita, jika kita mencari kekuatan dan hasil / akibat darinya dalam Kristus, dan karena itu tahu bahwa kita dicuci dalam baptisan, karena darah Kristus adalah pencucian kita; dan dengan ini kita juga mengumpulkan, bahwa Kristus adalah tanda dan tujuan pada mana baptisan mengarahkan kita; karena itu setiap orang mendapatkan keuntungan begitu banyak dalam baptisan pada waktu ia belajar memandang kepada Kristus.).
Saya simpulan kata-kata / tafsiran Calvin tentang baptisan:
a. Baptisan itu sendiri tidak menyelamatkan, hanya iman yang menyelamatkan.
b. Mengapa baptisan dikatakan mengampuni dosa? Karena baptisan adalah meterai / tanda yang Allah sendiri berikan, dan Dia tidak mau tanda itu diabaikan / diremehkan begitu saja.
c. Baptisan hanya ada manfaatnya kalau kita memandang kepada Kristus.
2. Markus 16:15-16 - “(15) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”.
Ada orang-orang yang menggunakan ayat ini sebagai ayat bukti bahwa keselamatan didapatkan bukan hanya dengan iman saja, tetapi dengan iman + baptisan. Contoh: Gereja Roma Katolik.
Bukan hanya Gereja Roma Katolik, tetapi Gereja Sidang Jemaat Kristus (Gereja Lokal / Local Church) dan bahkan ada juga dari kalangan gereja Protestan yang mempunyai kepercayaan seperti ini.
Pulpit Commentary: “A great alternative is propounded. There is no middle course supposed. BELIEF AND BAPTISM ARE THE CONDITION OF SALVATION; disbelief ensures condemnation”(= Suatu alternatif / pilihan diajukan. Di sana dianggap tidak ada jalan tengah. KEPERCAYAAN DAN BAPTISAN ADALAH SYARAT DARI KESELAMATAN; ketidak-percayaan memastikan penghukuman).
Catatan: kata-kata yang saya cetak dengan huruf besar ini salah / sesat!
Jawaban saya:
a. Pertama-tama perlu diketahui dan diingat bahwa Mark 16:8b-20 adalah text yang diragukan keasliannya.
Wycliffe Bible Commentary: “This verse has been used by some to attempt to prove that baptism is necessary for salvation. In the first place, the fact that the statement appears only in this questionable conclusion to the book of Mark should indicate the need for caution in the use of the verse as a proof-text.” (= Ayat ini telah digunakan oleh beberapa orang untuk berusaha membuktikan bahwa baptisan adalah perlu untuk keselamatan. Pertama, fakta bahwa pernyataan itu muncul hanya di penutup yang dipertanyakan bagi kitab Markus ini harus menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam penggunaan dari ayat ini sebagai suatu ayat bukti.).
Tetapi karena ada ayat lain, yang tidak diragukan keasliannya, yang juga berbicara dengan nada serupa, yaitu Kis 2:38, maka tidak cukup untuk mengatakan bahwa Mark 16:16 itu palsu. Kita harus menafsirkan ayat-ayat seperti itu dengan menafsirkannya bersama-sama dengan seluruh ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang berbicara tentang hal itu. Juga karena banyaknya orang yang tetap menerima text ini sebagai text asli dari Alkitab, maka kita harus bisa menafsirkannya.
b. Sekarang mari kita perhatikan Mark 16:16 ini dengan lebih seksama. Kalau dilihat dari bagian awalnya kelihatannya orang yang percaya dan dibaptis yang akan selamat. Tetapi seandainya memang demikian, mengapa pada bagian akhirnya dikatakan bahwa yang dihukum bukan orang yang tidak dibaptis, tetapi orang yang tidak percaya? Mengapa kata ‘dibaptis’ yang ada pada bagian awal, dihapuskan pada bagian akhir dari ayat ini?
Markus 16:16 - “Siapa yang PERCAYA DAN DIBAPTIS akan diselamatkan, tetapi siapa yang TIDAK PERCAYA akan dihukum.”.
Bible Knowledge Commentary: “Though the New Testament writers generally assume that under normal circumstances each believer will be baptized, 16:16 does not mean that baptism is a necessary requirement for personal salvation. The second half of the verse indicates by contrast that one who does not believe the gospel will be condemned by God (implied) in the day of final judgment (cf. 9:43-48). The basis for condemnation is unbelief, not the lack of any ritual observance. ... Thus the only requirement for personally appropriating God’s salvation is faith in Him (cf. Rom 3:21-28; Eph 2:8-10)” [= Sekalipun penulis-penulis Perjanjian Baru secara umum menganggap bahwa di bawah kondisi yang normal setiap orang percaya akan dibaptis, Mark 16:16 tidak berarti bahwa baptisan adalah syarat yang perlu untuk keselamatan pribadi. Setengah bagian yang kedua dari ayat itu menunjukkan oleh kontras bahwa orang yang tidak percaya injil akan dihukum oleh Allah (secara implicit) pada hari penghakiman terakhir (bdk. 9:43-48). Dasar dari penghukuman adalah ketidak-percayaan, bukan tidak adanya ketaatan yang bersifat upacara yang manapun. ... Jadi, satu-satunya syarat untuk secara pribadi mengambil keselamatan Allah bagi diri sendiri adalah iman kepadaNya (bdk. Ro 3:21-28; Ef 2:8-10)].
A. T. Robertson: “The omission of baptized with ‘disbelieveth’ would seem to show that Jesus does not make baptism essential to salvation. Condemnation rests on disbelief, not on baptism. So salvation rests on belief. Baptism is merely the picture of the new life not the means of securing it. So serious a sacramental doctrine would need stronger support anyhow than this disputed portion of Mark” (= Penghapusan / penghilangan dari ‘dibaptis’ dengan ‘tidak percaya’ kelihatannya menunjukkan bahwa Yesus tidak membuat baptisan mutlak perlu untuk keselamatan. Penghukuman disandarkan pada ketidak-percayaan, bukan pada baptisan. Jadi keselamatan didasarkan pada kepercayaan. Baptisan adalah semata-mata gambaran dari kehidupan yang baru, bukan cara untuk memastikan hal itu. Doktrin tentang sakramen yang begitu serius memerlukan dukungan yang lebih kuat dari bagian yang diperdebatkan dari Markus ini).
Wycliffe Bible Commentary: “it should be noted that in the second half of the verse the only basis for condemnation is a refusal to believe. It may therefore be concluded that the only basis of salvation is belief. Such an interpretation is in full harmony with the teaching of the NT as a whole on the subject (cf. Rom 3:28; Eph 2:8-9)” [= harus diperhatikan bahwa dalam separuh kedua dari ayat itu satu-satunya dasar untuk penghukuman adalah suatu penolakan untuk percaya. Karena itu bisa disimpulkan bahwa satu-satunya dasar dari keselamatan adalah kepercayaan. Penafsiran seperti itu sesuai sepenuhnya dengan ajaran dari PB secara keseluruhan tentang pokok ini (bdk. Ro 3:28 Ef 2:8-9)].
Roma 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.
c. Baptisan ditekankan seakan-akan merupakan syarat keselamatan karena memang kalau seseorang mengabaikan / meremehkan baptisan, ia tidak diselamatkan.
Matthew Henry: “Dr. Whitby here observes, that they who hence infer ‘that the infant seed of believers are not capable of baptism, because they cannot believe, must hence also infer that they cannot be saved; faith being here more expressly required to salvation than to baptism. And that in the latter clause baptism is omitted, because it is not simply the want of baptism, but the contemptuous neglect of it, which makes men guilty of damnation, otherwise infants might be damned for the mistakes or profaneness of their parents.’” (= Dr. Whitby di sini mengamati, bahwa mereka yang dari sini menyimpulkan ‘bahwa benih bayi dari orang-orang percaya tidak boleh dibaptis karena mereka tidak bisa percaya, karena hal itu harus juga menyimpulkan bahwa mereka tidak bisa diselamatkan; karena iman di sini dibutuhkan dengan lebih jelas bagi keselamatan dari pada bagi baptisan. Dan bahwa dalam anak kalimat belakangan baptisan dihapuskan, karena bukanlah sekedar karena tidak adanya baptisan, tetapi kelalaian yang bersifat menghina / merendahkan terhadapnya, yang membuat orang-orang bersalah yang menyebabkan penghukuman, kalau tidak bayi-bayi bisa dihukum untuk kesalahan-kesalahan atau keduniawian dari orang tua mereka’).
Barnes’ Notes: “It is worthy of remark that Jesus has made ‘baptism’ of so much importance. He did not say, indeed, that a man could not be saved without baptism, but he has strongly implied that where this is neglected ‘knowing it to be a command of the Saviour,’ it endangers the salvation of the soul. Faith and baptism are the beginnings of a Christian life: the one the beginning of piety in the soul, the other of its manifestation before men or of a profession, of religion” (= Layak diperhatikan bahwa Yesus telah membuat ‘baptisan’ begitu penting. Ia memang tidak berkata bahwa seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa baptisan, tetapi Ia secara kuat menunjukkan secara implicit bahwa dimana hal ini diabaikan ‘dengan mengetahuinya sebagai suatu perintah dari sang Juruselamat’, itu membahayakan keselamatan dari jiwa. Iman dan baptisan adalah permulaan dari suatu kehidupan Kristen: yang satu permulaan dari kesalehan dalam jiwa, yang lain dari manifestasi / perwujudannya di hadapan manusia atau dari suatu pengakuan, tentang / dari agama).
Menurut saya, orang yang mengaku percaya kepada Kristus, tetapi tidak mau dibaptis, jelas bukan orang percaya, dan itu yang menyebabkan dia tidak selamat.
d. Kerelaan untuk dibaptis merupakan buah dari iman, tanpa mana, kita memang tidak akan diselamatkan. Sebetulnya point ini hampir sama dengan point c. di atas.
Pulpit Commentary: “He that believeth and is baptized shall be saved; but he that disbelieveth shall be condemned. These words are very important. The first clause opposes the notion that faith alone is sufficient for salvation, without those works which are the fruit of faith. He that believeth and is baptized shall be saved; that is, he that believeth, and as an evidence of his faith accepts Christ’s baptism, and fulfils the promises and vows which he then took upon himself, working out his own salvation with fear and trembling, shall be saved” (= ‘Ia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan; tetapi ia yang tidak percaya akan dihukum.’ Kata-kata ini sangat penting. Anak kalimat yang pertama menentang pikiran / gagasan bahwa iman saja cukup untuk keselamatan, tanpa pekerjaan / perbuatan baik itu, yang adalah buah dari iman. Ia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan; artinya, ia yang percaya, dan sebagai suatu bukti dari imannya menerima baptisan Kristus, dan menggenapi janji-janji dan nazar-nazar yang pada saat itu ia ambil bagi dirinya sendiri, mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, akan diselamatkan).
BACA JUGA: HANYA IMAN 6 (SOLA FIDE)
e. Baptisan seakan-akan digabungkan dengan iman sebagai syarat keselamatan, karena baptisan merupakan tanda lahiriah dari iman.
Calvin (tentang Mat 28:19): “‘Baptizing them.’ Christ enjoins that those who have submitted to the gospel, and professed to be his disciples, shall be baptized; partly that their baptism may be a pledge of eternal life before God:, and partly that it may be an outward sign of faith before men. For we know that God testifies to us the grace of adoption by this sign, because he engrafts us into the body of his Son, so as to reckon us among his flock; and, therefore, not only our spiritual washing, by which he reconciles us to himself, but likewise our new righteousness, are represented by it. But as God, by this seal confirms to us his grace, so all who present themselves for baptism do, as it were, by their own signature, ratify their faith.” (= ‘Baptislah mereka’. Kristus memerintahkan supaya mereka yang telah tunduk kepada injil, dan mengaku untuk menjadi murid-muridNya, harus dibaptis; sebagian karena baptisan mereka bisa merupakan suatu janji tentang hidup yang kekal di hadapan Allah; dan sebagian karena itu bisa menjadi suatu tanda lahiriah dari iman di hadapan manusia. Karena kita tahu bahwa Allah menyaksikan kepada kita kasih karunia dari pengadopsian oleh tanda ini, karena Ia mencangkokkan kita ke dalam tubuh dari AnakNya, sehingga menganggap kita di antara kawanan dombaNya; dan karena itu, bukan hanya pembasuhan rohani kita, dengan mana Ia memperdamaikan kita kepada diriNya sendiri, tetapi juga kebenaran kita, diwakili / digambarkan oleh baptisan itu. Tetapi karena Allah, oleh meterai ini meneguhkan kasih karuniaNya kepada kita, maka semua orang yang memberikan diri mereka sendiri untuk dibaptis, seakan-akan memang, oleh tanda tangan mereka sendiri, mensahkan iman mereka.).
BACA JUGA: PENGINJILAN PRIBADI (2)
Tetapi Calvin secara sangat jelas menekankan bahwa baptisan tidak punya andil dalam menyelamatkan, dan yang menyelamatkan hanyalah iman.
Calvin (tentang Markus 16:16): “Baptism is joined to the faith of the gospel, in order to inform us that the mark of our salvation is engraved on it; for had it not served to testify the grace of God, it would have been improper in Christ to have said, that they who shall believe and be baptized shall be saved. Yet, at the same time, we must hold that it is not required as absolutely necessary to salvation, so that all who have not obtained it must perish; for it is not added to faith, as if it were the half of the cause of our salvation, but as a testimony. I readily acknowledge that men are laid under the necessity of not despising the sign of the grace of God; but though God uses such aids in accommodation to the weakness of men, I deny that his grace is limited to them. In this way we will say that it is not necessary in itself, but only with respect to our obedience” (= Baptisan digabungkan dengan iman dari injil, untuk memberi informasi kepada kita bahwa tanda dari keselamatan kita diukirkan padanya; karena seandainya itu tidak berguna untuk memberi kesaksian tentang kasih karunia Allah, maka adalah tidak benar bagi Kristus untuk mengatakan bahwa mereka yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan. Tetapi pada saat yang sama, kita harus memegang / mempercayai bahwa ITU TIDAKLAH DIPERLUKAN / DIHARUSKAN SEBAGAI KEPERLUAN SECARA MUTLAK BAGI KESELAMATAN, sehingga semua yang tidak / belum mendapatkannya harus binasa; karena HAL ITU TIDAK DITAMBAHKAN PADA IMAN, SEAKAN-AKAN ITU ADALAH SETENGAH DARI PENYEBAB DARI KESELAMATAN KITA, tetapi sebagai suatu kesaksian. Saya siap untuk mengakui bahwa manusia diletakkan di bawah keharusan untuk tidak meremehkan tanda dari kasih karunia Allah; tetapi sekalipun Allah menggunakan bantuan / pertolongan seperti itu untuk menyesuaikan dengan kelemahan manusia, saya menyangkal bahwa kasih karuniaNya dibatasi pada mereka. Dengan cara ini kami mengatakan bahwa ITU BUKANLAH PERLU DALAM DIRINYA SENDIRI, TETAPI HANYA BERKENAAN DENGAN KETAATAN KITA).
-bersambung-