HANYA IMAN 4 (sola fide)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
9. Kisah Para Rasul 10:34-36 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran BERKENAN KEPADANYA. (36) Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.”.
HANYA IMAN 4 (sola fide)
otomotif, health
Calvin (tentang Kis 10:35): “But it seemeth that this place doth attribute the cause of salvation unto the merits of works. For if works purchase favor for us with God, they do also win life for us which is placed in the love of God towards us. Some do also catch at the word ‘righteousness,’ that they may prove that we are not justified freely by faith, but by works. But this latter thing is too frivolous.”(= Tetapi kelihatannya tempat ini memang menghubungkan penyebab dari keselamatan dengan jasa dari perbuatan-perbuatan baik. Karena jika perbuatan-perbuatan baik membeli kebaikan / kemurahan Allah bagi kita, maka perbuatan-perbuatan baik juga memenangkan hidup untuk kita yang ditempatkan dalam kasih Allah terhadap kita. Sebagian orang juga memegang kata ‘kebenaran’, sehingga / supaya mereka bisa membuktikan bahwa kita tidak dibenarkan dengan cuma-cuma oleh iman, tetapi oleh perbuatan-perbuatan baik. Tetapi hal yang belakangan ini adalah terlalu sembrono / tolol.).

Ada beberapa hal yang perlu dipersoalkan tentang text ini:

a. Penekanan dari ayat ini, kalau dilihat dari seluruh kontext (Kis 10), adalah bahwa Tuhan tidak membedakan antara orang Yahudi dan orang non Yahudi.

Dalam Perjanjian Lama, memang keduanya sangat dibedakan, tetapi dalam Perjanjian Baru (sejak kematian dan kebangkitan Kristus), maka tembok pemisah antara keduanya sudah diruntuhkan, dan tak ada lagi pembedaan.

Efesus 2:11-21 - “(11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu - sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - (12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. (13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.”.

Roma 10:12 - “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya.”.

1Korintus 12:13 - “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.”.

Galatia 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”.

Kolose 3:11 - “dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.”.

b. Ay 35 mengatakan ‘takut akan Dia dan mengamalkan kebenaran’.

Kebanyakan penafsir yang menganggap bahwa kata-kata ‘takut akan Allah’ menunjuk pada kesalehan terhadap Allah, sedangkan kata-kata ‘mengamalkan kebenaran’ menunjuk pada kesalehan terhadap sesama manusia.

Barnes’ Notes: “‘He that feareth him.’ This is put for piety toward God in general. ... ‘And worketh righteousness.’ Does what is right and just. This refers to his conduct toward man. ... These two things comprehend the whole of religion, the sum of all the requirements of God - piety toward God, and justice toward people; and as Cornelius had showed these, he showed that, though a Gentile, he was actuated by true religion” (= ‘Ia yang takut akan Dia’. Ini dikemukakan untuk kesalehan terhadap Allah secara umum. ... ‘Dan mengamalkan kebenaran’. Melakukan apa yang benar dan adil. Ini menunjuk kepada tingkah lakunya terhadap manusia. ... Kedua hal ini mencakup seluruh agama, total dari semua tuntutan Allah - kesalehan terhadap Allah, dan keadilan terhadap orang-orang; dan karena Kornelius telah menunjukkan hal-hal ini, ia menunjukkan bahwa, sekalipun ia seorang non Yahudi, ia digerakkan oleh agama yang benar).

Adam Clarke: “‘fears God,’ worships him alone (for this is the true meaning of the word), and ‘worketh righteousness,’ abstains from all evil, gives to all their due, injures neither the body, soul, nor reputation of his neighbour” [= ‘takut akan Allah’, menyembah Dia saja (karena ini adalah arti yang benar dari kata ini), dan ‘mengamalkan kebenaran’, menjauhkan diri dari semua kejahatan, memberikan kepada semua orang hak mereka, tidak menyakiti / melukai tubuh, jiwa ataupun reputasi / nama baik dari sesamanya].

Matthew Henry: “Observe, Fearing God, and working righteousness, must go together; for, as righteousness towards men is a branch of true religion, so religion towards God is a branch of universal righteousness. Godliness and honesty must go together, and neither will excuse for the want of the other” (= Perhatikan, Takut akan Allah, dan mengamalkan kebenaran, harus berjalan bersama-sama; karena sebagaimana kebenaran terhadap sesama manusia merupakan suatu cabang dari agama yang benar, demikian juga agama terhadap Allah merupakan suatu cabang dari kebenaran universal. Kesalehan dan kejujuran harus berjalan bersama-sama, dan tidak ada satu yang memberi alasan absennya yang lain).

Calvin: “‘He which feareth God, and doth righteousness.’ In these two members is comprehended the integrity of all the whole life. For ‘the fear of God’ is nothing else but godliness and religion; and ‘righteousness’ is that equity which men use among themselves, taking heed lest they hurt any man, and studying to do good to all men. As the law of God consisteth upon (of) these two parts, (which is the rule of good life) so no man shall prove himself to God but he which shall refer and direct all his actions to this end, neither shall there be any sound thing in all offices, (duties,) unless the whole life be grounded in the fear of God” [= ‘Ia yang takut akan Allah, dan mengerjakan kebenaran’. Dalam kedua anggota / bagian ini tercakup integritas / kelurusan dari seluruh kehidupan. Karena ‘rasa takut akan Allah’ bukan lain dari kesalehan dan agama; dan ‘kebenaran’ adalah keadilan yang digunakan manusia di antara diri mereka sendiri, dengan memperhatikan supaya mereka tidak menyakiti manusia manapun, dan belajar untuk melakukan apa yang baik kepada semua manusia. Seperti hukum Taurat Allah terdiri dari kedua bagian ini, (yang adalah peraturan dari kehidupan yang baik) demikianlah tidak ada seorangpun yang akan membuktikan dirinya kepada Allah kecuali ia yang menyerahkan dan mengarahkan semua tindakan-tindakannya pada tujuan ini, dan tidak ada hal yang sehat apapun dalam semua kewajiban, kecuali seluruh kehidupan didasarkan pada rasa takut akan Allah].

c. Kornelius jelas adalah orang yang sudah beriman.

Sekalipun ia adalah orang non Yahudi, tetapi pasti sudah mendengar Firman Tuhan (Perjanjian Lama). Kornelius pasti adalah orang beriman, biarpun imannya merupakan iman Perjanjian Lama (percaya kepada Mesias yang akan datang). Berdasarkan apa saya yakin bahwa ia mempunyai iman Perjanjian Lama? Perhatikan text di bawah ini.

Kis 10:2-3,22,30 - “(2) Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. (3) Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya: ‘Kornelius!’ ... (22) Jawab mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.’ ... (30) Jawab Kornelius: ‘Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilauan”.

Dari text ini terlihat bahwa:

(1) Ia berdoa pada pk 3 petang, yang merupakan jam doa Yahudi (ay 3,30).

Adam Clarke: “I‎t was about the ninth hour of the day, answering to our three o’clock in the afternoon (see note at Acts 3:1), the time of public prayer, according to the custom of the Jews” [= Itu kira-kira jam yang ke 9 dari hari itu, sesuai dengan pk. 3 petang (lihat catatan pada Kis 3:1), saat doa umum, menurut kebiasaan orang-orang Yahudi].

(2) Ia banyak memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi (ay 2)!

Perhatikan bahwa di sini dikatakan bahwa ia memberi banyak sedekah secara khusus kepada umat Yahudi. Ia bisa melakukan hal itu, tidak bisa tidak, karena ia setuju dengan ajaran agama mereka, dan merasa berhutang budi pada ajaran agama mereka yang telah ia terima sebagai kebenaran!

Lenski: “Cornelius cultivated the two outstanding virtues of the Jewish religion: he gave abundant alms and he was diligent in prayer. The beneficiaries of his charity were ‘the people,’ LAOS so often signifying the Jewish people. He had found so much through them that he made generous and grateful return” [= Kornelius mengusahakan 2 hal baik yang menonjol / terkemuka dalam agama Yahudi: ia memberi banyak sedekah dan ia rajin / tekun dalam doa. Penerima dari kemurahan hatinya adalah ‘bangsa itu’, LAOS begitu sering menunjuk kepada bangsa Yahudi. Ia telah mendapatkan begitu banyak melalui mereka sehingga ia melakukan balasan yang murah hati dan penuh terima kasih] - hal 395.

(3) Ia terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi (ay 22).

Calvin (tentang ay 22): “‘Cornelius, a just man.’ Cornelius’ servants commend their master not ambitiously, or to the end they may flatter him, but that Peter may the less abhor his company. And for this cause they say that he was approved of the Jews, that Peter may know that he was not estranged from true and sincere godliness. For even those which were superstitious, though they served idols, did boast that they were worshippers of God. But Cornelius could not have the Jews, who retained the worship of the true God alone, to be witnesses of his godliness, unless he had professed that he worshipped the God of Abraham with them” (= ‘Kornelius, orang benar’. Pelayan-pelayan Kornelius memuji tuan mereka bukan secara ambisius, atau dengan tujuan untuk menjilatnya, tetapi supaya Petrus bisa berkurang dalam kejijikannya terhadap kumpulannya. Dan untuk alasan ini mereka berkata bahwa ia direstui oleh orang-orang Yahudi, supaya Petrus tahu bahwa ia bukanlah orang yang asing / jauh dari kesalehan yang benar dan tulus. Karena bahkan mereka yang mempercayai takhyul, sekalipun mereka menyembah berhala, membanggakan diri bahwa mereka adalah penyembah-penyembah Allah. Tetapi Kornelius tidak bisa mempunyai orang-orang Yahudi, yang mempertahankan penyembahan terhadap Allah yang benar saja, menjadi saksi-saksi dari kesalehannya, kecuali ia telah mengaku bahwa ia menyembah Allah dari Abraham bersama mereka).

Calvin, dalam kata-katanya yang telah saya kutip di atas ini, secara benar menjadikan ini sebagai bukti bahwa Kornelius pasti setuju dengan agama Yahudi, karena kalau tidak, tidak mungkin ia akan terkenal baik dalam kalangan bangsa Yahudi.

Ingat bahwa orang-orang Yahudi adalah bangsa yang sangat fanatik dalam hal agama, dan karena itu tidak mungkin sekedar karena sedekah dari Kornelius kepada orang-orang Yahudi menyebabkan ia bisa terkenal baik dalam kalangan orang-orang Yahudi, kalau ia tidak setuju dengan agama Yahudi.

(4) Ia disebut sebagai ‘orang yang benar’.

Dalam ay 22 Kitab Suci Indonesia menyebutkan Kornelius sebagai seorang perwira yang ‘tulus hati’. Ini terjemahan yang salah.

KJV: ‘a just man’ (= seorang yang adil / benar).

RSV: ‘an upright ... man’ (= seorang ... yang lurus / jujur).

NIV/NASB: ‘a righteous ... man’ (= seorang ... yang benar).

Kata Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, dan menurut saya terjemahan ‘orang benar’ adalah yang terbaik.

Bdk. Roma 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”.

Ia hanya bisa dikatakan sebagai ‘orang benar’ kalau ia mempunyai iman, dan ia tidak mungkin bisa mempunyai iman Perjanjian Baru, karena ia belum pernah mendengar Injil Perjanjian Baru sepenuhnya.

(5) Juga kalau dilihat dari Kis 10:4,31,35 jelas bahwa Kornelius berkenan di hadapan Allah.

Kis 10:4,31,35 - “(4) Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: ‘Ada apa, Tuhan?’ Jawab malaikat itu: ‘Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. ... (31) dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapanNya. ... (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran BERKENAN KEPADANYA.”.

Ia tidak mungkin bisa berkenan kepada Allah kecuali ia beriman!

Bdk. Ibrani 11:4-6 - “(4) Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah BERKENAN akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. (5) Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia BERKENAN kepada Allah. (6) Tetapi TANPA IMAN TIDAK MUNGKIN ORANG BERKENAN KEPADA ALLAH. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”.

Calvin (tentang Ibr 11:4): “‘By faith Abel offered,’ etc. The Apostle’s object in this chapter is to show, that however excellent were the works of the saints, it was from faith they derived their value, their worthiness, and all their excellences; and hence follows what he has already intimated, that the fathers pleased God by faith alone” (= ‘Karena iman Habel telah mempersembahkan’, dst. Tujuan sang rasul dalam pasal ini adalah untuk menunjukkan bahwa, bagaimanapun bagus / hebatnya pekerjaan / perbuatan baik dari orang-orang kudus, adalah dari iman pekerjaan / perbuatan baik itu mendapatkan nilai mereka, kelayakan mereka, dan semua kebagusan mereka; dan karena itu maka mengikutilah apa yang telah ia isyaratkan, bahwa bapa-bapa memperkenan Allah hanya oleh iman).

Calvin (tentang Ibr 11:4): “He says, first, that Abel’s sacrifice was for no other reason preferable to that of his brother, except that it was sanctified by faith: for surely the fat of brute animals did not smell so sweetly, that it could, by its odor, pacify God. The Scripture indeed shows plainly, why God accepted his sacrifice, for Moses’s words are these, ‘God had respect to Abel, and to his gifts.’ It is hence obvious to conclude, that his sacrifice was accepted, because he himself was graciously accepted. But how did he obtain this favor, except that his heart was purified by faith” (= Ia berkata, pertama, bahwa persembahan Habel bukan karena alasan apapun lebih diterima dari persembahan saudaranya, kecuali bahwa itu dikuduskan oleh iman: karena pastilah lemak dari binatang tidak berbau begitu harum, sehingga oleh baunya itu bisa menenangkan Allah. Kitab Suci menunjukkan dengan jelas mengapa Allah menerima persembahannya, karena kata-kata Musa adalah ini: ‘Allah / TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu’ (Kej 4:4b). Jadi jelas bahwa kesimpulannya adalah, bahwa persembahannya diterima karena ia sendiri diterima dengan kasih karunia. Tetapi bagaimana ia mendapatkan kebaikan ini, kecuali bahwa hatinya dimurnikan oleh iman).

Calvin (tentang Ibrani 11:4): “‘God testifying,’ etc. He confirms what I have already stated, that no works, coming from us can please God, until we ourselves are received into favor, or to speak more briefly, that no works are deemed just before God, but those of a just man: for he reasons thus, - God bore a testimony to Abel’s gifts; then he had obtained the praise of being just before God. This doctrine is useful, and ought especially to be noticed, as we are not easily convinced of its truth; for when in any work, anything splendid appears, we are immediately rapt in admiration, and we think that it cannot possibly be disapproved of by God: but God, who regards only the inward purity of the heart, heeds not the outward masks of works. Let us then learn, that no right or good work can proceed from us, until we are justified before God” (= ‘Allah bersaksi’ dst / ‘ia memperoleh kesaksian’. Ia menegaskan apa yang telah saya nyatakan, bahwa tak ada pekerjaan / perbuatan baik, yang datang dari kita yang dianggap benar di hadapan Allah, kecuali pekerjaan / perbuatan baik dari orang yang benar: karena ia berargumentasi sebagai berikut, - Allah memberi suatu kesaksian pada persembahan Habel; pada saat itu ia telah mendapatkan pujian bahwa ia benar di hadapan Allah. Doktrin ini berguna, dan harus diperhatikan secara khusus, karena kita tidak mudah diyakinkan tentang kebenarannya: karena pada waktu dalam pekerjaan / perbuatan baik apapun, terlihat adanya apapun yang baik, kita segera dipenuhi dengan kekaguman, dan kita berpikir bahwa itu tidak mungkin bisa tidak direstui oleh Allah: tetapi Allah, yang hanya memandang / melihat pada kemurnian batin dari hati, tidak memperhatikan topeng lahiriah dari pekerjaan / perbuatan baik. Maka, hendaklah kita belajar, bahwa tidak ada pekerjaan / perbuatan baik atau benar bisa keluar dari kita, sampai kita dibenarkan di hadapan Allah).

Calvin (tentang Ibr 11:5): “Moses indeed tells us, that he was a righteous man, and that he walked with God; but as righteousness begins with faith, it is justly ascribed to his faith, that he pleased God” [= Musa memang memberitahu kita, bahwa ia (Henokh) adalah orang benar, dan bahwa ia berjalan dengan Allah; tetapi karena kebenaran dimulai dengan iman, maka dengan benar hal itu dianggap berasal dari imannya, sehingga ia memperkenan Allah].

Calvin (tentang Ibrani 11:6): “The reason he assigns why no one can please God without faith, is this, - because no one will ever come to God, except he believes that God is, and is also convinced that he is a remunerator to all who seek him. If access then to God is not opened, but by faith, it follows, that all who are without it, are the objects of God’s displeasure” (= Alasan yang ia berikan mengapa tak seorangpun bisa memperkenan Allah tanpa iman, adalah ini, - karena tak seorangpun akan pernah datang kepada Allah, kecuali ia percaya bahwa Allah ada, dan juga diyakinkan bahwa Ia adalah seorang yang memberi pahala kepada semua orang yang mencariNya. Jika jalan masuk kepada Allah tidak terbuka kecuali oleh iman, maka akibatnya adalah bahwa semua orang yang tanpa iman merupakan obyek dari ketidak-senangan Allah).

Lenski: “what makes any man well-pleasing to God is faith; without it there is no possibility of pleasing God” (= apa yang membuat manusia manapun berkenan kepada Allah adalah iman; tanpa itu tidak ada kemungkinan untuk memperkenan Allah) - hal 386.

John Owen: “faith is the only way and means whereby any one may please God” (= iman adalah satu-satunya jalan dan cara dengan mana seseorang bisa memperkenan Allah) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.

John Owen: “‘All pleasing of God is, and must be, by faith, it being impossible it should be otherwise.’” (= Semua yang memperkenan Allah adalah, dan haruslah, oleh iman, dan tidak mungkin lainnya) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.

John Owen: “‘It is impossible to please God any other way but by faith.’ Let men desire, design, and aim at it whilst they please, they shall never attain unto it. ... Hereunto Scripture bears testimony from first to last, namely, that none can, that none shall, ever please God but by faith” (= ‘Adalah tidak mungkin untuk memperkenan Allah dengan jalan lain kecuali oleh iman’. Hendaklah manusia menginginkan, merencanakan dan mengarahkan padanya semau mereka, mereka tidak akan pernah mencapainya. ... Dengan ini Kitab Suci memberi kesaksian dari awal sampai akhir, yaitu, bahwa tak seorangpun bisa, bahwa tak seorangpun akan, pernah memperkenan Allah kecuali oleh iman) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 38.

Jadi, kalau Kornelius bisa dipuji-puji karena tindakan-tindakan salehnya, tidak bisa tidak, ia pasti adalah orang beriman.

Supaya saudara tidak menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘iman’ dalam Ibr 11:6 ini sekedar ‘suatu kepercayaan bahwa Allah itu ada’, tetapi juga berhubungan dengan keselamatan, perhatikan komentar-komentar di bawah ini!

Calvin (tentang Ibr 11:6): “The second clause is that we ought to be fully persuaded that God is not sought in vain; and this persuasion includes the hope of salvation and eternal life, for no one will be in a suitable state of heart to seek God except a sense of the divine goodness be deeply felt, so as to look for salvation from him. We indeed flee from God, or wholly disregard him, when there is no hope of salvation” (= Anak kalimat yang kedua adalah bahwa kita harus diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah tidak dicari dengan sia-sia; dan keyakinan ini mencakup pengharapan keselamatan dan hidup kekal, karena tak seorangpun akan berada dalam keadaan hati yang cocok untuk mencari Allah kecuali suatu perasaan tentang kebaikan ilahi dirasakan secara mendalam, sehingga orang itu mencari keselamatan dari Dia. Kita akan lari dari Allah, atau sepenuhnya mengabaikanNya, pada saat tidak ada pengharapan keselamatan).

Calvin (tentang Ibr 11:6): “But many shamefully pervert this clause; for they hence elicit the merits of works, and the conceit about deserving. And they reason thus: ‘We please God by faith, because we believe him to be a rewarder; then faith has respect to the merits of works.’ This error cannot be better exposed, than by considering how God is to be sought; while any one is wandering from the right way of seeking him, he cannot be said to be engaged in the work. Now Scripture assigns this as the right way, - that a man, prostrate in himself, and smitten with the conviction that he deserves eternal death, and in self-despair, is to flee to Christ as the only asylum for salvation. Nowhere certainly can we find that we are to bring to God any merits of works to put us in a state of favor with him. Then he who understands that this is the only right way of seeking God, will be freed from every difficulty on the subject; for reward refers not to the worthiness or value of works but to faith” (= Tetapi banyak orang secara memalukan membengkokkan anak kalimat ini; karena mereka mendapatkan jasa dari pekerjaan / perbuatan baik, dan kesombongan tentang kelayakan. Dan mereka beralasan sebagai berikut: ‘Kita memperkenan Allah oleh iman, karena kita mempercayaiNya sebagai seorang yang memberi upah; maka iman mempunyai rasa hormat pada jasa dari pekerjaan / perbuatan baik’. Kesalahan ini tidak bisa dinyatakan dengan lebih jelas, dari pada dengan mempertimbangkan bagaimana Allah harus dicari; sementara seseorang sedang mengembara / menyimpang dari jalan yang benar untuk mencari Dia, ia tidak bisa dikatakan terlibat dalam pekerjaan / perbuatan baik. Kitab Suci memberikan ini sebagai jalan yang benar, - bahwa seseorang, yang merendahkan dirinya sendiri, dan dipukul oleh suatu keyakinan bahwa ia layak mendapatkan kematian kekal, dan dalam keputus-asaan tentang diri sendiri, harus lari kepada Kristus sebagai satu-satunya perlindungan untuk keselamatan. Pasti kita tidak bisa menemukan dimanapun bahwa kita harus membawa kepada Allah jasa pekerjaan / perbuatan baik apapun untuk meletakkan kita dalam suatu keadaan disukai / disenangi oleh Dia. Maka ia yang mengerti bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang benar untuk mencari Allah, akan dibebaskan dari setiap kesukaran tentang pokok ini; karena upah tidak menunjuk pada kelayakan atau nilai dari pekerjaan / perbuatan baik tetapi pada iman).

Calvin (tentang Ibr 11:6): “From these two clauses, we may learn how, and why it is impossible for man to please God without faith; God justly regards us all as objects of his displeasure, as we are all by nature under his curse; and we have no remedy in our own power. It is hence necessary that God should anticipate us by his grace; and hence it comes, that we are brought to know that God is, and in such a way that no corrupt superstition can seduce us, and also that we become assured of a certain salvation from him” (= Dari dua anak kalimat ini, kita bisa belajar bagaimana dan mengapa merupakan sesuatu yang mustahil bagi manusia untuk memperkenan Allah tanpa iman; Allah dengan benar / adil menganggap kita semua sebagai obyek dari ketidak-senanganNya, karena kita semua secara alamiah ada di bawah kutukNya; dan kita tidak mempunyai obat dalam kuasa kita sendiri. Karena itu merupakan sesuatu yang perlu bahwa Allah mendahului kita dengan kasih karuniaNya; dan lalu terjadilah, bahwa kita dibawa untuk mengetahui bahwa Allah ada, dan dengan cara sedemikian rupa sehingga tak ada takhyul jahat apapun bisa membujuk kita, dan juga sehingga kita yakin tentang suatu keselamatan tertentu dari Dia).

e. Tetapi bagaimanapun juga Kornelius perlu ditambah pengetahuannya tentang Injil, dan karena itu kalau kita lihat Kis 10:36-43, Petrus memberitakan Injil kepada dia dan keluarganya.

Kis 10:36-43 - “(36) Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. (37) Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, (38) yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. (39) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuatNya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. (40) Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, (41) bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. (42) Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. (43) Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.

Kesimpulan: jelaslah bahwa Kornelius pada saat itu adalah orang beriman, biarpun imannya adalah iman Perjanjian Lama, tetapi ini tetap menyebabkan ia sudah bisa membuahkan perbuatan baik dalam kehidupannya.

Jadi jelas, bahwa Kis 10:34-35 tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk mengajar keselamatan karena perbuatan baik!

10. Yakobus 2:14-26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) JADI KAMU LIHAT, BAHWA MANUSIA DIBENARKAN KARENA PERBUATAN-PERBUATANNYA DAN BUKAN HANYA KARENA IMAN. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.

Jawab:

Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.

Contoh:

a. Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.

Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.

Yakobus 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”.

b. Roma 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.

Ro 4:1-4 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.”.

Gal 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”.

Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.

c. Ef 2:8-9 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.

Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”.

Juga kelihatannya Ibr 11:31 bertentangan dengan Yakobus 2:25.

Ibrani 11:31 - “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”.

Yak 2:25 - “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.


Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:
(1) Adanya perbedaan tujuan.

Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik.

Bdk. Kis 15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.”.

Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Gal 2:16,21 Ef 2:8-9).

Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.

(2) Adanya perbedaan penggunaan istilah.

(a) Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksud­kannya sebagai akibat / hasil dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

(b) Istilah ‘iman / percaya’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus.

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’). Perkecualiannya adalah Yak 2:23, karena di sana Yakobus mengutip dari Kej 15:6.

Calvin: “it appears from the first words, that he speaks of false profession of faith: for he does not begin thus, ‘If any one has faith;’ but, ‘If any says that he has faith;’ by which he certainly intimates that hypocrites boast of the empty name of faith, which really does not belong to them” [= kelihatan dari kata-kata pertama, bahwa ia (Yakobus) berbicara tentang pengakuan iman yang palsu: karena ia tidak memulai demikian, ‘Jika seorang mempunyai iman’; tetapi ‘Jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’; dengan mana ia pasti mengisyaratkan bahwa orang-orang munafik membanggakan tentang nama / sebutan yang kosong dari iman, yang sesungguhnya bukan milik mereka].

(c) Istilah ‘dibenarkan’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan oleh Allah’.

Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).

Catatan:

· Kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.

Pembedaan arti untuk istilah yang sama juga terjadi dalam kasus di bawah ini:

Matius 5:17-18 - “(17) ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”.

Efesus 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.

Dalam kedua text di atas ada istilah ‘hukum Taurat’. Tetapi kalau dalam Mat 5:17-18 dikatakan bahwa hukum Taurat tidak akan ditiadakan, maka dalam Ef 2:15 dikatakan bahwa pada saat kematian Yesus hukum Taurat itu dibatalkan. Satu-satunya cara untuk mengharmoniskan kedua text ini adalah dengan memberikan arti yang berbeda untuk istilah ‘hukum Taurat’ itu. Dalam Mat 5:17-18, istilah ‘hukum Taurat’ harus diartikan hukum moral, sedangkan dalam Ef 2:15, istilah ‘hukum Taurat’ itu harus diartikan ‘ceremonial law’ (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan).

Kalau pembedaan arti untuk istilah yang sama boleh dilakukan di sini, mengapa tidak boleh juga dilakukan untuk mengharmoniskan Yakobus dengan Paulus?

· Kalau saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!

Kesimpulan:

Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.

Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.

Calvin: “When Paul says that we are justified by faith, he means no other thing than that by faith we are counted righteous before God. But James has quite another thing in view, even to shew that he who professes that he has faith, must prove the reality of his faith by his works” (= Ketika Paulus mengatakan bahwa kita dibenarkan oleh iman, ia memaksudkan tidak lain dari bahwa oleh iman kita dianggap benar di hadapan Allah. Tetapi Yakobus menujukan pandangannya pada hal yang lain, yaitu untuk menunjukkan bahwa ia yang mengaku bahwa ia mempunyai iman, harus membuktikan realita dari imannya oleh pekerjaan / perbuatan baiknya).

Adam Clarke: “Learned men have spent much time in striving to reconcile these two writers, and to show that Paul and James perfectly accord; one teaching the pure doctrine, the other guarding men against the abuse of it” (= Orang-orang terpelajar telah menghabiskan banyak waktu dalam pergumulan untuk mendamaikan kedua penulis ini, dan untuk menunjukkan bahwa Paulus dan Yakobus sesuai secara sempurna; yang satu mengajarkan doktrin yang murni, yang lain menjaga orang-orang dari penyalah-gunaan doktrin itu).

Jamieson, Fausset & Brown: “At all events the Holy Spirit by James combats, not Paul, but those who abuse Paul’s doctrine” (= Bagaimanapun / apapun yang terjadi, Roh Kudus oleh Yakobus, bukan melawan Paulus, tetapi melawan mereka yang menyalah-gunakan doktrin / ajaran Paulus).

Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25 2:12). Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

Satu hal yang tak boleh dilupakan adalah bahwa dalam kontext Yak 2:14-26 itu sendiri, Yakobus tetap menunjukkan kepercayaan yang sama dengan Paulus, yaitu keselamatan karena iman saja, yaitu dalam Yak 2:23 dimana ia mengutip Kej 15:6.

Yakobus 2:23 - “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu PERCAYALAH Abraham kepada Allah, MAKA ALLAH MEMPERHITUNGKAN HAL ITU KEPADANYA SEBAGAI KEBENARAN.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa iman tidak mungkin digabungkan dengan perbuatan baik sebagai syarat keselamatan, karena adanya ayat ini.

Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.

Kesimpulan tentang semua ayat-ayat yang seakan-akan menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik. Ada beberapa kemungkinan:

(a) Perbuatan baik merupakan bukti dari iman, dan adanya perbuatan baik menunjukkan adanya iman, dan sebaliknya, adanya iman pasti menimbulkan perbuatan baik.

(b) Tujuannya ayat-ayat seperti itu adalah mendorong orang Kristen supaya berbuat baik.

(c) Perbuatan baik hanya menyelamatkan, kalau perbuatan baik itu dilakukan secara sempurna (tanpa pernah gagal / berbuat dosa).

(d) Perbuatan baik itu merupakan tanggung jawab orang percaya.

Yang jelas, tidak ada ayat dimana perbuatan baik betul-betul dinyatakan sebagai sesuatu yang bisa menyelamatkan kita, atau membantu kita dalam keselamatan kita. Kalau untuk keselamatan, maka karya Kristus di atas kayu salib sudah cukup, dan kita hanya perlu percaya kepada Dia.

Cynddylan Jones mengomentari Efesus 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works.” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri.) - Haddon W. Robinson, ‘Biblical Preaching’, hal 87.


Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God.”(= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci.) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

Archbishop William Temple yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut:

“All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed.” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus.) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
-bersambung-
Next Post Previous Post