Khotbah Kaum Ibu: Menjadi Wanita yang Penuh Kasih dan Pengampunan (Kolose 3:13–14)
.jpg)
Kolose 3:13–14 (AYT):
“Sabarlah seorang terhadap yang lain, dan saling mengampunilah jika ternyata ada seorang yang bersalah terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampunimu, maka kamu juga harus saling mengampuni. Di atas semua itu, kenakanlah kasih, yang menjadi pengikat yang sempurna.”
Pendahuluan: Peran Istimewa Seorang Wanita
Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan,
Kita hidup di zaman yang semakin kompleks. Tuntutan terhadap wanita, terlebih kaum ibu, terus bertambah — sebagai istri, ibu, menantu, pelayan Tuhan, bahkan pencari nafkah. Dalam tekanan ini, mudah bagi kita untuk lelah, kecewa, dan terluka — baik oleh pasangan, anak, teman, bahkan jemaat.
Namun dalam Kolose 3:13-14, Tuhan memanggil kita untuk tetap menjadi pribadi yang penuh kasih dan pengampunan. Ini bukan sekadar tuntutan moral, tapi cerminan dari hati Kristus yang hidup dalam diri kita.
Hari ini, mari kita bersama-sama belajar bagaimana menjadi wanita yang tidak hanya kuat secara fisik dan emosional, tapi juga kuat dalam kasih dan pengampunan, sehingga kehadiran kita menjadi berkat dalam keluarga, gereja, dan masyarakat.
I. MENGAMPUNI SEPERTI TUHAN MENGAMPUNI
1. “Saling mengampunilah...”
Mengampuni bukan pilihan bagi orang Kristen, tetapi perintah. Kata “saling” menunjukkan bahwa setiap orang berpotensi melukai dan dilukai. Ini berarti kita semua perlu saling mengampuni, bukan menuntut diampuni lebih dulu.
“Sabarlah seorang terhadap yang lain, dan saling mengampunilah...”
Dalam relasi rumah tangga, konflik sering terjadi. Sebagai ibu, kita sering terluka oleh sikap anak, suami, atau mertua. Namun, Tuhan tidak memanggil kita untuk menyimpan luka, melainkan mengampuni.
2. Mengampuni adalah tindakan, bukan perasaan
Mengampuni bukan berarti melupakan begitu saja atau pura-pura tidak sakit hati. Tapi mengampuni berarti memilih untuk tidak membalas, dan melepaskan hak untuk membenci. Bahkan kalau rasa sakit masih ada, pengampunan adalah keputusan rohani yang menyenangkan hati Tuhan.
“Sama seperti Tuhan telah mengampunimu, maka kamu juga harus saling mengampuni.”
Yesus mengampuni kita bukan karena kita layak, tapi karena kasih-Nya. Demikian pula kita diminta untuk mengampuni, bukan karena orang lain pantas, tapi karena kita sudah diampuni lebih dulu.
3. Pengampunan memerdekakan hati kita
Menyimpan dendam hanya membuat hati kita penuh racun. Kita jadi cepat marah, sinis, sulit percaya, bahkan menderita secara fisik. Tapi ketika kita mengampuni, kita bukan sedang membenarkan kesalahan orang lain, melainkan membebaskan diri kita dari belenggu luka.
II. KASIH SEBAGAI PENGIKAT YANG SEMPURNA
1. “Kenakanlah kasih...”
Setelah bicara soal pengampunan, Paulus berkata:
“Di atas semua itu, kenakanlah kasih, yang menjadi pengikat yang sempurna.”
Kata “kenakanlah” menunjukkan bahwa kasih bukan muncul otomatis, tapi harus dipilih dan dipraktikkan. Sama seperti kita memakai pakaian setiap hari, kita juga perlu memilih untuk mengasihi setiap hari.
Kasih adalah pakaian yang menyatukan semua hal baik dalam hidup orang percaya.
2. Apa itu kasih yang sejati?
Dalam 1 Korintus 13:4-7, kasih digambarkan sebagai:
-
Sabar
-
Murah hati
-
Tidak cemburu
-
Tidak sombong
-
Tidak menyimpan kesalahan
-
Tidak bersukacita karena kejahatan
-
Menutupi segala sesuatu
Bayangkan jika setiap wanita Kristen mengenakan kasih seperti itu setiap hari: dalam mengasuh anak, melayani suami, atau melayani di gereja. Dunia akan melihat Yesus melalui kehidupan kita.
3. Kasih menyembuhkan dan menyatukan
Paulus menyebut kasih sebagai pengikat yang sempurna. Artinya, kasih adalah lem yang menyatukan segala relasi. Tanpa kasih, pelayanan menjadi kering, rumah tangga menjadi ladang konflik, dan komunitas menjadi penuh kepalsuan.
Sebaliknya, kasih menutupi banyak pelanggaran (Amsal 10:12). Kasih mampu menyembuhkan luka, membangun jembatan, dan membuka pintu pemulihan.
III. CONTOH PRAKTIS WANITA YANG PENUH KASIH DAN PENGAMPUNAN
1. Hanna (1 Samuel 1–2): Wanita yang tidak membalas ejekan
Hanna diejek oleh Penina karena tidak punya anak. Tapi dia tidak membalas. Ia memilih datang kepada Tuhan dan mencurahkan hatinya. Tuhan menghormati kelembutan hatinya dan memberinya Samuel.
2. Abigail (1 Samuel 25): Wanita yang penuh hikmat dan damai
Ketika suaminya, Nabal, berlaku bodoh terhadap Daud, Abigail bertindak cepat untuk mendamaikan. Ia menjadi juru damai dan menyelamatkan banyak orang. Kasih dan kebijaksanaannya memuliakan Tuhan.
3. Maria, ibu Yesus: Wanita yang menyimpan luka dalam kasih
Maria melihat anaknya disalib, dihina, dan ditolak. Tapi ia tetap setia di kaki salib. Ia tidak menyimpan dendam, tapi memelihara pengharapan bahwa Tuhan punya rencana. Wanita seperti Maria adalah simbol kasih yang bertahan sampai akhir.
IV. TANTANGAN UNTUK WANITA DI ZAMAN SEKARANG
1. Media sosial dan luka hati
Zaman sekarang, banyak wanita saling melukai lewat komentar, gosip, bahkan unggahan yang membanding-bandingkan. Dunia mendorong kita untuk pamer, menuntut hak, dan membalas sakit hati. Tapi sebagai wanita Kristen, kita dipanggil untuk menjadi berbeda.
2. Lelah dalam peran sebagai istri, ibu, dan pelayan
Ketika sudah terlalu lelah, kasih bisa pudar. Kita mulai mudah marah, mudah tersinggung, dan sulit mengampuni. Tapi di sinilah kasih Kristus bekerja: memberi kekuatan baru. Roh Kudus akan memampukan kita untuk tetap lembut dan mengampuni, bahkan saat kita lelah.
3. Memaafkan masa lalu yang menyakitkan
Mungkin ada ibu yang masih menyimpan luka karena dikhianati pasangan, diabaikan anak, atau dilukai keluarga. Hari ini, Tuhan berkata:
“Seperti Aku sudah mengampunimu, ampuni juga mereka.”
Lepaskan, dan biarkan Roh Kudus menyembuhkan hatimu.
V. CARA HIDUP SEBAGAI WANITA YANG PENUH KASIH DAN PENGAMPUNAN
1. Mulai dari doa pribadi
Setiap pagi, sebelum memulai hari, berdoalah:
“Tuhan, tolong aku hari ini untuk mengenakan kasih dan mengampuni. Ubah hatiku agar menjadi seperti hati-Mu.”
2. Belajar mengampuni hal kecil setiap hari
Latih diri kita untuk tidak mudah tersinggung. Maafkan anak yang lupa mengucapkan terima kasih. Maafkan suami yang lalai. Maafkan rekan pelayanan yang bicara tanpa pikir panjang.
3. Pilih perkataan yang membangun
Wanita yang penuh kasih tidak menyebar gosip, tidak menyindir, dan tidak menyakiti dengan kata-kata. Pilihlah kata-kata yang menghibur, menguatkan, dan menyejukkan.
4. Jadikan kasih dan pengampunan sebagai teladan untuk generasi berikutnya
Anak-anak melihat bagaimana kita memperlakukan orang lain. Ketika mereka melihat kita mengampuni dan tetap mengasihi, mereka akan belajar melakukan hal yang sama.
Penutup: Kenakanlah Kristus, Kenakanlah Kasih
Ibu-ibu yang terkasih,
Menjadi wanita yang penuh kasih dan pengampunan bukan berarti kita menjadi lemah. Justru sebaliknya, kita sedang memancarkan kekuatan Kristus di dalam kita.
Kolose 3:13-14 adalah panggilan bagi kita semua untuk hidup sesuai dengan karakter Yesus:
Mengampuni sebagaimana kita sudah diampuni
Mengenakan kasih sebagai pakaian utama setiap hari
Menjadi pengikat damai dalam keluarga dan komunitas
Mari kita mohon kekuatan dari Tuhan untuk melakukannya. Karena kasih dan pengampunan sejati bukan berasal dari kita, tapi dari Roh Kudus yang tinggal dalam kita.
Doa Penutup:
Tuhan Yesus, kami bersyukur karena Engkau telah mengampuni kami dan mengasihi kami tanpa syarat. Kami mohon, ajarilah kami untuk menjadi wanita yang penuh kasih dan pengampunan, seperti Engkau. Tolong kami dalam kelemahan kami, dan pakailah hidup kami untuk menjadi berkat bagi keluarga, gereja, dan dunia. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.