4 KEMERDEKAAN DALAM KRISTUS (1 PETRUS 2:16-17)

Ev. Calvin Renata
Dalam  1 Petrus 2:15, Petrus memberikan nasihat supaya kita tunduk kepada pemerintah, tetapi dalam ayat ke-16, Petrus mengatakan supaya kita hidup sebagai orang yang merdeka. Kedua ayat ini tidak berkontradiktif melainkan dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
4 KEMERDEKAAN DALAM KRISTUS (1 PETRUS 2:16-17)
otomotif, gadget, bisnis
Di satu pihak Petrus menuntut kita supaya tunduk kepada pemerintah, karena tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah. Tetapi pada 1 Petrus 2:16 Petrus tidak berbicara mengenai kemerdekaan jasmani, tetapi dalam konteks rohani.

Merdeka di dalam definisi paling sederhana artinya tidak ada yang menguasai, menindas, menekan, dan mengendalikan hidup kita lagi. Petrus dalam bagian ini memberikan perintah supaya kita hidup sebagai orang yang merdeka. 

Ada 4 hal yang harus kita mengerti dalam membaca bagian ini :

1. Pertama, ketika Alkitab berbicara mengenai kemerdekaan, Alkitab berbicara mengenai kemerdekaan dari dosa. Kemerdekaan yang pertama muncul dalam Alkitab adalah bebas dari dosa (Yohanes 8:33-34). Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Paulus mengatakan dalam Roma 6:18 bahwa kita telah merdeka dan menjadi hamba kebenaran. 

Saat manusia jatuh ke dalam dosa, ada sesuatu yang mengendalikan manusia dan itu adalah dosa itu sendiri. Kita sering kali berpikir bahwa konteks kemerdekaan diartikan dalam konteks jasmani, tetapi ketika Alkitab berbicara mengenai kemerdekaan, hal yang pertama kali dibicarakan adalah hal yang bersifat rohani.

Bangsa Yahudi mengatakan kepada Yesus bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah dijajah siapapun. Sebenarnya bangsa Israel sedang membohongi diri sendiri karena mereka pernah dijajah oleh Mesir. Yesus mengalihkan konteks penjajahan bukan kepada Mesir tetapi kepada dosa. Orang yang berdosa adalah hamba dosa, dan terikat kepada dosa. Siapakah yang bisa membebaskan kita dari kuasa dosa dalam hidup manusia? Hanya ada dalam diri Tuhan Yesus sendiri.

2. Kedua, Alkitab mengatakan manusia dimerdekakan dari hukuman kekal (kebinasaan). Dalam Roma 8:21, Paulus mengkontraskan 2 tujuan dari manusia. Manusia berdosa pasti menuju kebinasaan, tetapi kita harus bersyukur karena kita sudah dipindahkan dan dimerdekakan untuk memperoleh kemuliaan anak-anak Allah. Dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa, dosa bukan hanya membelenggu dan menindas manusia. 

Setelah kematian, kebinasaan kekal menanti orang berdosa. Hal ini dicatat dalam kitab Roma dan Wahyu. Pandangan ini tidak sama dengan pandangan saksi Yehova dimana mereka menganggap setelah kematian roh akan dihancurkan (annihilation). Yesus mengatakan upah dosa adalah maut. Maut yang dimaksud adalah kebinasaan kekal, bukan hanya binasa secara jasmani. 

Kita diingatkan bahwa kita sudah dibebaskan dari hukuman yang kekal. Kemerdekaan yang Tuhan berikan kepada kita, seringkali tidak bisa dirasakan saat ini, tetapi pada saat Yesus datang kedua kalinya. Kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena jika kita tidak dimerdekakan oleh Kristus kita adalah orang-orang yang patut dihukum kekal, dan semuanya itu adalah anugrah Tuhan, bukan karena usaha kita.

3. Ketiga, kemerdekaan dari hukuman taurat. Dalam Roma 7:6, Paulus mengatakan bahwa kita telah dibebaskan dari hukum taurat, sebab kita telah mati bagi dia yang mengurung kita yaitu taurat. Masihkah hukum taurat bagi kita orang yang sudah percaya? Jawabannya ya dan tidak. Hukum taurat berfungsi sebagai hukum moral, yaitu 10 perintah Allah sebagai pengingat kita. Hukum taurat berlaku bagi kita sebagai hukum moral. 

Tetapi hukum upacara (ceremonial law) dalam hukum taurat sudah tidak berlaku lagi. Kita sudah tidak lagi harus memotong binatang sebagai korban. Dalam bagian inilah kita dibebaskan dari hukum taurat. Aspek hukum upacara sudah dibebaskan saat Yesus mati di kayu salib.

4. Keempat, kita dimerdekakan dari tradisi kosong dan filsafat kosong buatan manusia. Dalam Kolose 2:20-22, Paulus berbicara mengenai aspek kemerdekaan orang percaya, kita bukan sekedar dimerdekakan dari dosa, kebinasaan, tetapi kita juga dimerdekakan dari tradisi dan filsafat yang salah. Di dalam hidup banyak sekali tradisi buatan manusia yang memperbudak hidup orang percaya. Inilah yang Paulus tegur dalam jemaat di Kolose, mereka sudah dimerdekakan oleh Tuhan, karena itu mereka sudah bebas dari cara pandang dan tradisi yang salah.

Ini adalah 4 hal yang Alkitab nyatakan, bahwa kita dimerdekakan dari 4 hal ini. Biarlah kita mengingat ke-4 hal ini saat kita membaca mengenai kemerdekaan dalam Alkitab.

Bagaimana sebenarnya relasi manusia dengan kemerdekaan itu?

Pertama, banyak manusia merasa merdeka, padahal sebenarnya tidak. Manusia tidak sadar ada kuasa yang membelenggu hidup mereka, yaitu dosa. Hal yang paling berbahaya di dalam hidup seseorang adalah orang yang merasa sehat, padahal di dalam dirinya ada banyak penyakit. Begitu pula dalam hal rohani, adalah orang yang merasa diri merdeka tetapi sebenarnya tidak merdeka di dalam Tuhan.

Kedua, ada orang yang sudah dimerdekakan oleh Tuhan, tetapi mereka masih diperbudak oleh banyak hal di dalam hidupnya. Banyak anak Tuhan dibelenggu di dalam ketakutan, kekhawatiran, amarah, kebencian dsbnya. Ini bukan hal yang sepele. Orang Kristen boleh marah, tetapi kemarahan harus cepat hilang. Yesus pun pernah marah, tetapi kemarahan seperti apa yang keluar dari Tuhan Yesus? Kita sudah dimerdekakan oleh Tuhan, tetapi banyak aspek di dalam hidup kita masih dibelenggu oleh hal lain.

Ketiga, orang yang sudah dimerdekakan dalam Tuhan dan hidup dalam kemerdekaan yang sebenarnya. Petrus menginginkan hal ini bagi kita. Saat kita menjadi anak Tuhan, kita dimerdekakan dari banyak hal tetapi selama kita hidup di dalam dunia, tidak mungkin kita bisa hidup dalam kesempurnaan. Kadang kekhawatiran, kebencian dan ketakutan itu muncul dalam diri kita, tetapi hal itu harus segera dimatikan dengan kuasa Tuhan, bukan dipelihara. Alkitab tidak mengatakan kita bisa mencapai kesempurnaan saat kita hidup di dunia, tetapi Alkitab menginginkan kita hidup dalam kemerdekaan yang sebenarnya.

Inilah 3 relasi manusia dengan kemerdekaan. Di manakah kita? Kita sendiri yang paling mengerti. Tetapi Petrus mengingatkan kita supaya kita hidup sebagai orang yang merdeka, dan tidak menggunakan kemerdekaan untuk berbuat dosa. 

Petrus memberikan kepada kita suatu batasan supaya kemerdekaan itu jangan dipakai sebagai selubung untuk berbuat kejahatan. Ini adalah penyeimbang yang Petrus berikan dalam pengertian tentang kemerdekaan. Paulus pernah mengatakan hal yang mirip dalam Galatia 5:13. Maksud dari Petrus dan Paulus adalah meskipun kita merdeka, kita harus berhati-hati dalam mempergunakan kemerdekaan tersebut. Orang Kristen biasanya mempunyai kesan yang positif. 

Seringkali kita mempergunakan kesan baik itu untuk berbuat kejahatan. Di dalam hidup kita kemerdekaan bukan berarti tidak ada hukum yang mengatur kita. Kita memang tidak diatur oleh hukum taurat, tetapi ada hukum Allah yang mengatur hidup kita. Kita bukan lagi hamba kejahatan, tetapi hamba kebenaran.

Bagaimanakah limitasi kemerdekaan yang diberikan Tuhan kepada kita? Supaya kita bisa menggunakannya tanpa melewati batasan yang diberikan oleh Tuhan?

1. Ketika kita tidak melakukan hal yang berkaitan dengan dosa dan kejahatan. Kita tidak lagi hidup dalam tuntutan taurat, selama apa yang kita lakukan bukan kejahatan atau dosa. Banyak orang memberikan tekanan berlebihan kepada hamba Tuhan. Hamba Tuhan tidak boleh pergi ke mall, bioskop atau berenang. Kegiatan tersebut tidak berdosa. Orang Kristen boleh melakukan apapun kecuali dosa dan kejahatan.

2. Kita bebas melakukan apa saja asalkan apa yang dilakukan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (1 Korintus 8:9). Petrus mengatakan supaya kebebasan yang kita punya tidak boleh menjadi batu sandungan bagi orang lain. Konteksnya adalah jemaat di Korintus hidup di antara orang yang tidak percaya, banyak orang mempersembahkan makanan dan minuman kepada dewa-dewa, dan orang Korintus bertanya apakah mereka boleh memakan makanan bekas persembahan ini. Petrus mengatakan jika dengan memakan makanan tersebut mereka sudah menjadi batu sandungan, maka sebaiknya jangan dimakan. Dalam hidup ini banyak hal yang Tuhan perbolehkan, tetapi kita harus meminta kepada Tuhan supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

3. Batasan ketiga adalah hikmat dari Allah. Terkadang hal yang kita lakukan tidak berdosa dan tidak menjadi batu sandungan, tetapi apakah hal tersebut baik bagi kita? Dalam 1 Korintus 6:12, dikatakan bahwa tidak semua hal berguna bagiku. Apakah yang kita lakukan bijaksana?

Ini adalah realitas kehidupan yang memberikan kita limitasi untuk menggunakan kebebasan kita sebijaksana mungkin. Tuhan memerdekakan kita bukan untuk menjadi orang percaya yang liar. Alkitab memberikan hal yang perlu dipertimbangkan dalam hidup kita.

BACA JUGA: KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA

Ada paradoks dalam kemerdekaan. Petrus mengatakan kita dimerdekakan dan supaya kita hidup sebagai orang merdeka, tetapi pada saat yang sama Alkitab juga mengingatkan bahwa kita sedang menghambakan diri kepada Allah. Orang Kristen adalah orang yang tidak 100% merdeka. Kita dipindah, dari yang sebelumnya diperbudak oleh dosa, sekarang diperbudak oleh Kristus.

Dalam 1 Petrus 2: 17, Petrus memberikan nasihat terakhir kepada pembacanya yaitu : Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah Raja. Petrus memberikan 4 obyek yang berbeda (semua orang, saudara, Allah, dan raja), tetapi Petrus menggunakan 3 kata kerja (menghormati, mengasihi, dan takut). 

Ketiga kata kerja ini tidak boleh dibalik. Yang patut ditakuti adalah Tuhan. Inilah prinsip hidup orang Kristen, yaitu bagaimana orang Kristen hidup di dalam dunia, menghormati raja dan orang lain, mengasihi saudara dan takut akan Allah.

Next Post Previous Post