KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA (Sebuah Perspektif Teologis)
Pdt.Samuel T. Gunawan.
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Galatia 5:1)
Pengantar:
Di bulan Agustus ini, bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya,  yaitu kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus  1945. Artinya, sejak saat itu Indonesia adalah negara merdeka dan  berdaulat, bebas dari penjajahan, perbudakan dan penindasan para  penjajah. Kemerdekaan Indonesia dapat diartikan sebagai suatu kondisi  dimana negara kita terbebas dari berbagai penjajahan, perbudakan dan  penindasan. 
Ringkasnya, rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh  merdeka, Kristus telah memerdekakan kita” (Galatia 5:1). Kemerdekaan  sejati adalah kemerdekaan yang diperoleh di dalam Kristus dan melalui  karya-karyaNya.   Kemerdekaan ini tidak hanya bertujuan melepaskan kita dari belenggu dan  perbudakan dosa, tetapi juga agar kita melaksanakan tujuan dan maksud  Allah menciptakan kita. Paulus menegaskan,  “Karena kita ini buatan  Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,  yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di  dalamnya” (Efesus 2:10). 
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Galatia 5:1)
Pengantar:
Di bulan Agustus ini, bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya,
Sedangkan kedaulatan berarti wewenang untuk mengatur negara  tanpa adanya intervensi dan campur tangan pihak lain. Patut kita  bersyukur kepada Tuhan sebab hingga saat ini, rakyat Indonesia telah  menikmati kemerdekaan itu selama 76 tahun.
Namun, sangat menyedihkan bahwa banyak orang secara pribadi dan rohani belum mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka masih dijajah oleh “penjajah” yang lain, yaitu perbudakan dosa.
Namun, sangat menyedihkan bahwa banyak orang secara pribadi dan rohani belum mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka masih dijajah oleh “penjajah” yang lain, yaitu perbudakan dosa.
Dosa telah  mencengkram manusia dengan kuatnya dan membelenggu manusia sebagai  budaknya. Dan, manusia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Karena  itu, kita perlu bertanya “apakah kita telah mengalami kemerdekaan sejati  dari perbudakan dosa ini?” Kemerdekaan sejati ini hanya di dapat di  dalam Kristus melalui pekerjaan penebusanNya yang sudah selesai di kayu  salib. 
Rasul Paulus sangat menekankan bahwa Kristus telah memerdekakan  orang percaya dari pengaruh-pengar uh  yang bersifat merusak, yang dahulu memperbudak mereka, yaitu dari dosa,  si penguasa kejam yang membawa kepada  maut (Roma 6:18-23).
Selain itu, melalui kematian Kristus di kayu salib, orang Kristen tidak hanya telah dimerdekakan / dibebaskan dari perbudakan dosa tetapi juga telah dibebaskan dari berbagai perbudakan lainnya, yaitu:
Selain itu, melalui kematian Kristus di kayu salib, orang Kristen tidak hanya telah dimerdekakan / dibebaskan dari perbudakan dosa tetapi juga telah dibebaskan dari berbagai perbudakan lainnya, yaitu:
Pertama, perbudakan  hukum Taurat sebagai suatu sistem keselamatan yang membangkitkan dosa  dan memberi kekuatan kepadanya (Galatia 4:21 dab; 5:1; Roma 6:14;  7:5-13; 8:2; 1 Korintus 15:56); (2) 
Kedua, perbudakan Iblis dan kuasa  kegelapan yang jahat (1 Korintus 1:13);
Ketiga, perbudakan tahyul dan  keyakinan kepada ilah-ilah (1 Korintus 10:29; Galatia 4:8 ); (4) 
Keempat, perbudakan beban seremonial agama Yahudi (Galatia 2:4); dan (5)
Kelima, perbudakan prasangka-prasa ngka  yang dibangun oleh manusia, seperti prasangka rasial, budaya, dan  gender (Galatia 3:26-28). 
Kristus telah meruntuhkan penghalang-peng halang  yang diciptakan ras, budaya dan gender yaitu antara Yahudi dan non  Yahudi, antara hamba dan orang merdeka, antara laki-laki dan perempuan.   Terhadap semuanya ini, Paulus menegaskan bahwa orang percaya telah  dimerdekakan, dan kemerdekaan tersebut merupakan anugerah Kristus, yang  oleh kematianNya telah membayar lunas pembebasan umatNya dari perhambaan  ( 1 Korintus 6:20; 7:22). 
Untuk menerima “anugerah kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba kebenaran (Roma 6:18 ), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang (1 Korintus 9:19-23). Saat ini, kita yang telah dimerdekakan oleh Yesus dari dosa dan maut, Iblis dan kuasa kegelapan, serta dari kehidupan yang sia-sia, dimaksudkan untuk mengisi kemerdekaan itu dalam suatu kehidupan yang benar, mulia, dan penuh makna (Bandingkan Roma 12:1-2; Efesus 2:8-10).
Untuk menerima “anugerah kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba kebenaran (Roma 6:18 ), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang (1 Korintus 9:19-23). Saat ini, kita yang telah dimerdekakan oleh Yesus dari dosa dan maut, Iblis dan kuasa kegelapan, serta dari kehidupan yang sia-sia, dimaksudkan untuk mengisi kemerdekaan itu dalam suatu kehidupan yang benar, mulia, dan penuh makna (Bandingkan Roma 12:1-2; Efesus 2:8-10).
Dengan demikian kemerdekaan itu tidak hanya dimengerti secara negatif,  yaitu kemerdekaan dari dosa, iblis, dan lain sebagainya, tetapi secara  positif harus diisi dan dimaknai dengan sikap dan tindakan yang benar,  baik, kudus, dan mulia. Seseorang pernah mengatakan “Real freedom is not  only freedom from, but freedom for”, atau kemerdekaan sejati bukan  hanya kemerdekaan dari, tetapi kemerdekaan untuk.  
BACA JUGA: PENJAHAT YANG BERTOBAT: LUKAS 23:39-43
Penutup:
BACA JUGA: PENJAHAT YANG BERTOBAT: LUKAS 23:39-43
Penutup:
Ringkasnya, rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh
Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini  adalah “ergois agathois” diterjemahkan “perbuatan-perb uatan  yang baik”. Kata “agathois” berasal dari kata “agathos” yaitu kata  Yunani biasa untuk menerangkan gagasan yang “baik” sebagai kualitas  jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti “baik, mulia, patut, yang  terhormat, dan mengagumkan”.  
Akhirnya, selamat menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-76! Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian.
Akhirnya, selamat menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-76! Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian.
