HANYA IMAN 3 (sola fide)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
5. Yeh 18:5-9,21-22,24,26-28 - “(5) Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, (6) dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, (7) tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, (8) tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, (9) hidup menurut ketetapanKu dan tetap mengikuti peraturanKu dengan berlaku setia - ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH. ... (21) Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. (22) Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya. ... (24) Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya. ... (26) Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya. (27) Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. (28) Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”.
HANYA IMAN 3 (sola fide)
otomotif, health
Jawab:

a. Yehezkiel 18:5-9 berbicara tentang orang benar (orang percaya) yang membuktikan imannya melalui perbuatan baiknya. Maka ia akan hidup / selamat.

b. Yeh 18:21-22,27-28 menunjuk kepada orang jahat yang bertobat (tentu harus beriman), dan lalu membuktikan imannya melalui perbuatan baiknya, maka ia juga akan hidup / selamat.

c. Sedangkan Yeh 18:24,26 menunjuk kepada orang yang hanya secara lahiriah kelihatan benar. Kalau ia betul-betul adalah orang benar, tidak mungkin ia murtad (1Yoh 2:19).

1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”.

Bahwa ia murtad, menunjukkan bahwa ia bukan betul-betul orang benar, dan tentu saja karena hal itu ia akan binasa.

Catatan: dalam komentarnya tentang 1Yohanes 2:19, Adam Clarke hanya membahas bahwa Anti Kristus - Anti Kristus itu tidak sungguh-sungguh Kristen, tetapi potongan kalimat “sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita.” dalam 1Yoh 2:19 sama sekali tidak ia komentari!

Kasus yang sama dengan Yeh 18:24,26 terjadi dalam Yeh 3:20a - “Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati.”.

Kasus yang lain lagi yang sama dengan ini adalah Yeh 33:13,18 - “(13) Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya. ... (18) Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan, ia harus mati karena itu.”.

Calvin (tentang Yeh 3:20): “Here it may be asked, how can the just turn aside, since there is no righteousness without the spirit of regeneration? But the seed of the Spirit is incorruptible, (1Pet. 1:23,) nor can it ever happen that his grace is utterly extinguished; for the Spirit is the earnest and the seal of our adoption, for God’s adoption is without repentance, as Paul says. (Rom. 11:29.) Hence it may seem absurd to say, that the just recedes and turns aside from the right way. That passage of John is well known - if they had been of us, they had remained with us, (1John 2:19,) but because they have departed, that falling away proves sufficiently that they were never ours. But we must here mark, that ‘righteousness’ is here called so, which has only the outward appearance and not the root: for when once the spirit of regeneration begins to flourish, as I have said, it remains perpetually” [= Di sini bisa ditanyakan: bagaimana orang benar bisa menyimpang / berbalik, karena disana tidak ada kebenaran tanpa kelahiran baru? Tetapi benih dari Roh tidak dapat binasa (1Pet 1:23), juga tidak pernah bisa terjadi bahwa kasih karuniaNya dipadamkan secara total; karena Roh itu adalah jaminan dan meterai dari pengadopsian kita, karena pengadopsian Allah tidak akan disesali, seperti yang dikatakan oleh Paulus (Ro 11:29). Karena itu adalah menggelikan untuk mengatakan bahwa orang benar mundur dan menyimpang dari jalan yang benar. Text dari Yohanes merupakan text yang terkenal - ‘jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita’ (1Yoh 2:19), tetapi karena mereka telah meninggalkan kita, kemurtadan itu membuktikan secara cukup bahwa mereka tidak pernah termasuk pada kita. Tetapi di sini kita harus memperhatikan, bahwa ‘kebenaran’ di sini disebut demikian, yang hanya mempunyai penampilan lahiriah dan tidak mempunyai akarnya: karena kalau satu kali roh kelahiran baru mulai tumbuh dengan subur, seperti yang telah saya katakan, itu akan tinggal secara kekal] - hal 159.

1Petrus 1:23 - “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”.

Roma 11:29 - “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya.”.

Calvin (tentang Yeh 18:24): “In what sense, then, does Ezekiel mean that the just fall away? That question is easily answered, since he is not here treating of the living root of justice, but of the outward form or appearance, as we commonly say. Paul reminds us that God knows us, but adds, that this seal remains. (2Timothy 2:19.) God therefore claims to himself alone the difference between the elect and the reprobate, since many seem to be members of his Church who are only outwardly such. And that passage of Augustine is true, that there are many wolves within, and many sheep without. For before God demonstrates his election, the sheep wander, and seem altogether strangers to the hope of salvation. Meanwhile many hypocrites make use of the name of God, and openly boast themselves pre-eminent in the Church, but inwardly they are wolves. But because it often happens that some make the greatest show of piety and justice, the Prophet very properly says, that if such fall away, they cannot boast of their former righteousness before God, since its remembrance will be blotted out.” [= Lalu, dalam arti apa, Yehezkiel memaksudkan bahwa orang benar murtad? Pertanyaan itu dijawab dengan mudah, karena di sini ia tidak sedang membahas tentang akar yang hidup dari keadilan / kebenaran, tetapi tentang bentuk lahiriah / luar atau kelihatannya, seperti yang biasanya kita katakan. Paulus mengingatkan kita bahwa Allah mengenal kita, tetapi menambahkan, bahwa meteraiNya tetap. (2Tim 2:19). Karena itu Allah mengclaim bagi diriNya sendiri perbedaan antara orang-orang pilihan dan orang-orang non pilihan / reprobate, karena banyak orang kelihatannya adalah anggota-anggota dari GerejaNya yang hanya secara lahiriah seperti itu. Dan text dari Agustinus itu adalah benar, bahwa disana ada banyak serigala di dalam, dan banyak domba di luar. Karena sebelum Allah mendemonstrasikan pemilihanNya, domba-domba mengembara, dan kelihatannya sama sekali merupakan orang-orang asing bagi pengharapan keselamatan. Sementara itu, banyak orang-orang munafik menggunakan nama Allah, dan secara terbuka membanggakan diri mereka sendiri menonjol dalam Gereja, tetapi secara batin mereka adalah serigala-serigala. Tetapi karena sering terjadi bahwa beberapa / sebagian orang membuat pertunjukan terbesar tentang kesalehan dan keadilan / kebenaran, sang Nabi dengan sangat tepat mengatakan, bahwa jika orang seperti itu murtad, mereka tidak bisa membanggakan kebenaran mereka yang terdahulu di hadapan Allah, karena ingatan tentangnya akan dihapuskan.].

2Timotius 2:19 - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

Calvin (tentang Yeh 18:24): “In fine, we see that the word ‘righteousness’ is referred to our senses, and not to God’s hidden judgment; so that the Prophet does not teach anything but what we perceive daily” (= Kesimpulannya, kita melihat bahwa kata ‘kebenaran’ dihubungkan dengan panca indera kita, dan bukannya dengan penghakiman / penilaian yang tersembunyi dari Allah; sehingga sang nabi tidak mengajar apapun kecuali apa yang kita rasakan / mengerti sehari-hari) - ‘Commentary on Ezekiel’, hal 251.

Sekarang mari kita membandingkan dengan Yeh 36:26-27 yang menjamin bahwa orang percaya tidak mungkin murtad.

Yeh 36:26-27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan TETAP berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.”.

Mungkinkah Yehezkiel menentang sendiri ucapannya di sini?

Keberatan terhadap penafsiran Calvin.

Yeh 33:13 - “Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya.”.

Dalam ayat ini Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa orang itu pasti hidup. Karena itu jelaslah bahwa istilah ‘orang benar’ menunjuk kepada orang yang betul-betul adalah orang benar.

Jawaban saya:

Sekalipun Tuhan sendiri yang berbicara, Ia tetap sering berbicara dari sudut pandang manusia. Misalnya:

1. Dalam Yer 18:8 dan 1Sam 15:11 - Tuhan sendiri yang berkata bahwa Ia menyesal.

Yeremia 18:8 - “Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.”.

1Sam 15:11a - “‘Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firmanKu.’”.

Ini tetap harus dianggap dari sudut pandang manusia, dan demikian juga semua ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa Allah menyesal, karena:

a. Allah yang maha tahu tidak mungkin menyesal, karena ‘menyesal’ hanya bisa terjadi kalau kita tahu apa yang tadinya kita tidak tahu. Tetapi Allah itu maha tahu sehingga Ia mengetahui segala-galanya dari semula, dan karena itu Ia tidak mungkin menyesal!

b. Bil 23:19a dan 1Sam 15:29 mengatakan bahwa Allah bukanlah manusia sehingga harus menyesal.

Bil 23:19a - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.”.

1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.’”.

Catatan: perhatikan bahwa dalam 1Sam 15 itu, mula-mula dikatakan ‘Allah menyesal’ (ay 11), lalu dikatakan ‘Allah tidak tahu menyesal’ (ay 29), dan akhirnya dikatakan ‘Allah menyesal’ lagi (ay 35b).

Saya berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang kelihatannya kontradiksi ini, yaitu dengan menganggap bahwa bagian yang mengatakan ‘Allah menyesal’ merupakan bagian yang menggambarkan peninjauan dari sudut manusia, sedangkan bagian yang mengatakan ‘Allah tidak menyesal’ merupakan bagian yang menggambarkan peninjauan dari sudut Allah.

2. 2Raja 20:1-6 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’”.

Lagi-lagi di sini Tuhan bicara dari sudut pandang manusia, karena kalau dari sudut pandang Allah kematian itu jelas sudah ditentukan waktunya dan tidak bisa diubah, bahkan oleh Allah sendiri.

Jadi, dengan dua contoh di atas ini terlihat bahwa sekalipun Tuhan sendiri yang berbicara, Ia sering menyesuaikan kata-kataNya dengan kapasitas pengertian kita yang terbatas! Dan itu juga yang terjadi dengan Yeh 33:13! Jadi, orang itu hanya kelihatannya saja adalah orang benar, tetapi sebetulnya tidak demikian.

6. Yohanes 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.

KJV: ‘and he that believeth not the Son’ (= dan Ia yang tidak percaya kepada Anak).

RSV: ‘he who does not obey the Son’ (= ia yang tidak mentaati Anak).

NIV: ‘but whoever rejects the Son’ (= tetapi siapapun menolak Anak).

NASB: ‘but he who does not obey the Son’ (= tetapi ia yang tidak mentaati Anak).

Kata Yunani yang digunakan adalah APEITHON dari kata dasar APEITHEO, yang bisa berarti ‘tidak percaya’, ‘menolak untuk diyakinkan’, ‘tidak taat’ (Bible Works 7).

Calvin menafsirkan kata ini sebagai ‘tidak percaya’, dan banyak penafsir juga demikian. A. T. Robertson mengartikan kata ini sebagai ‘tidak taat’ tetapi selanjutnya ia tidak menafsirkan ayat ini. Pulpit Commentary menafsirkan kata Yunani ini sebagai ‘menolak untuk diyakinkan’. Adam Clarke kelihatannya menganggap bahwa artinya adalah ‘tidak percaya’, dan karena tidak percaya, maka tidak ada ketaatan.

Adam Clarke: “‘He that believeth not’ Or, obeyeth not - ‎APEITHOON‎: from ‎A‎, the alpha negative, and ‎PEITHOO‎, to persuade, or PEITHOMAI, to obey - the want of the obedience of faith. The person who will not be persuaded, in consequence, does not believe; and, not having believed, he cannot obey.” [= ‘Ia yang tidak percaya’ Atau, tidak taat - APEITHOON: dari A, alfa negatif, dan PEITHOO, meyakinkan, atau PEITHOMAI, taat - tidak adanya ketaatan dari iman. Orang yang tidak mau diyakinkan, dan konsekwensinya, tidak percaya; dan, karena tidak percaya, ia tidak bisa taat].

Catatan: alfa negatif itu A yang artinya ‘tidak / tidak ada’. Misalnya Atheis (tak ada Allah).


Jadi, saya kira tentang ayat tak ada persoalan. Penafsirannya adalah: atau orang itu tidak percaya, atau orang itu tidak mempunyai ketaatan sebagai bukti dari iman.

7. Filipi 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu TETAPLAH KERJAKAN KESELAMATANMU DENGAN TAKUT DAN GENTAR, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,”.

Jawab:

a. Calvin (hal 69) berkata bahwa kata ‘keselamatan’ di sini artinya adalah ‘the entire course of our calling’ (= seluruh jalan panggilan kita).

Jadi di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat kita masuk surga.

b. Kata ‘kerjakan’ dalam bahasa Yunaninya adalah KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to bring to completion’ (= menyelesaikan).

Jadi, ‘tetaplah kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus dengan tekun, sampai akhir!

c. Kata-kata ‘dengan takut dan gentar’.

(1) Kata-kata ini tentu tak berarti bahwa kita betul-betul harus ikut Tuhan dengan gemetaran! Artinya adalah: Paulus menghen­daki suatu usaha yang serius!

A. T. Robertson: “Paul has no sympathy with a cold and dead orthodoxy or formalism that knows nothing of struggle and growth” (= Paulus tidak bersimpati dengan kekolotan dan formalisme yang dingin dan mati, yang tidak mengenal pergumulan dan pertum­buhan).

(2) Kata-kata ini juga menunjukkan bahwa dalam berusaha kita harus punya kerendahan hati, yang diwujudkan dengan suatu kesadaran bahwa kita sebetulnya tidak bisa melakukan hal itu dengan kekuatan kita sendiri.

Calvin: “‘With fear and trembling.’ In this way he would have the Philippians testify and approve their obedience - by being submissive and humble. Now the source of humility is this - acknowledging how miserable we are, and devoid of all good. To this he calls them in this statement. For whence comes pride, but from the assurance which blind confidence produces, when we please ourselves, and are more puffed up with confidence in our own virtue, than prepared to rest upon the grace of God. In contrast with this vice is that fear to which he exhorts.” (= ‘Dengan takut dan gentar’. Dengan cara ini ia menginginkan orang-orang Filipi untuk menyaksikan dan menunjukkan ketaatan mereka - dengan tunduk dan rendah hati. Sumber dari kerendahan hati adalah ini - pengakuan betapa menyedihkan adanya kita, dan tidak mempunyai apapun yang baik. Kepada hal ini ia memanggil mereka dalam pernyataan ini. Karena dari mana datangnya kesombongan, kecuali dari kepastian yang dihasilkan oleh keyakinan yang buta, pada waktu kita menyenangkan diri kita sendiri, dan makin sombong dengan keyakinan dalam kebaikan kita sendiri, dari pada siap untuk bersandar pada kasih karunia Allah. Sebagai kontras dengan kejahatan ini adalah rasa takut itu, kepada mana ia mendesak.).

Kesimpulan: ayat ini menekankan tanggung jawab kita. Sekalipun kita diselamatkan oleh iman saja, dan sekalipun keselamatan kita dijamin tidak bisa hilang, itu tak berarti kita boleh hidup santai / semau gue, tetapi harus terus berusaha taat, bukan dengan sombong / keyakinan yang buta, tetapi dengan rendah hati dan bersandar kepada Allah!

8. Wahyu 21:27 - “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.”.

Ibrani 12:14 - “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”.


Pdt. Yesaya Pariadji menggunakan Wahyu 21:27 itu sebagai dasar bahwa untuk masuk surga harus suci. Tetapi baik Wah 21:27 maupun Ibrani 12:14 jelas tak mengajarkan kesucian / kekudusan sebagai dasar untuk masuk surga, tetapi ini merupakan bukti iman, sehingga orang yang mempunyainya menunjukkan dirinya sebagai orang beriman, dan itu yang menyebabkan dia masuk surga. Perhatikan juga bahwa orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan (Wah 21:27b) jelas adalah orang percaya.

Barnes’ Notes (tentang Ibr 12:14): “No one has ever been admitted to heaven in his sins;. ... God will not admit one unrepenting and unpardoned sinner to heaven.” (= Tak seorangpun telah pernah diterima di surga dalam dosa-dosanya; ... Allah tidak akan menerima satu orang berdosa yang tidak bertobat dan tidak diampuni di surga.). HANYA IMAN 3 (sola fide)

-bersambung-
Next Post Previous Post