Pro Kontra Tentang Persembahan Persepuluhan (8b)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
A. W. Pink: “‘To whom also Abraham gave a tenth part of all’ (verse 2). Melchizedek’s ‘blessing’ of Abraham was the exercise of his priesthood; Abraham’s paying him tithes was the recognition of it. Abraham had just obtained a most memorable victory over the kings of Canaan, and now in his making an offering to Melchizedek, he acknowledged that it was God who had given him the victory and owned that Melchizedek was His servant. Under the Mosaic dispensation we find the Levitical priests were supported by the tithes of the people: Numbers 18:24. In like manner, God’s servants today ought to be so maintained: 1 Corinthians 9:9,10. Melchizedek’s receiving of Abraham’s tithe was a sacerdotal act: it was given as to God, and received by His officer in this world. This comes out plainly in the apostle’s reasoning thereon in the later verses.” [= ‘Kepada siapa juga Abraham memberi sepersepuluh dari semuanya’ (ay 2). Berkat Melkisedek kepada Abraham adalah pelaksanaan dari imamatnya; pemberian persembahan persepuluhan oleh Abraham kepadanya adalah pengakuan tentang hal itu. Abraham baru memperoleh suatu kemenangan yang paling mengesankan atas raja-raja Kanaan, dan sekarang dalam pemberian persembahannya kepada Melkisedek, ia mengakui bahwa adalah Allah yang telah memberinya kemenangan dan mengakui bahwa Melkisedek adalah pelayanNya. Di bawah jaman Musa kita mendapati imam-imam Lewi disokong oleh persembahan persepuluhan dari bangsa itu: Bil 18:24. Dengan cara yang sama, pelayan-pelayan Allah jaman sekarang harus dipelihara seperti itu: 1Kor 9:9,10. Penerimaan Melkisedek terhadap persembahan persepuluhan Abraham merupakan suatu tindakan imamat: itu diberikan seperti kepada Allah, dan diterima oleh pejabatNya dalam dunia ini. Ini muncul / keluar dengan jelas dalam argumentasi sang rasul setelah itu dalam ayat-ayat belakangan.] - ‘An Exposition of Hebrews’, hal 413 (AGES).
gadget, bisnis, otomotif |
Ajaran-ajaran selanjutnya dari John Owen berkenaan
dengan persembahan persepuluhan dalam exposisinya tentang Ibr 7:
1. Beberapa
arti dari persembahan persepuluhan.
John Owen: “But as unto the question in hand, I shall
briefly give my thoughts about it in the ensuing observations and propositions:
- By ‘tithes’ is understood either the express law of tithing, or paying the
tenth of all our substance and of the whole increase of the earth; or only the
dedicating of a certain portion of what we have
unto the uses of the worship and service of God.” [= Tetapi
berkenaan dengan pertanyaan yang ada, saya akan memberikan pemikiran saya
secara singkat tentangnya dalam pengamatan dan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut: - Oleh ‘persembahan persepuluhan’ dimengerti
atau hukum yang jelas tentang persembahan persepuluhan, atau membayar
sepersepuluh dari semua milik / kekayaan dan dari seluruh pertambahan dari bumi
/ tanah; atau hanya pembaktian dari suatu bagian
tertentu dari apa yang kita punyai pada penggunaan-penggunaan dari kebaktian /
ibadah dan pelayanan dari Allah.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 42 (AGES) / buku vol 5, hal 325.
Catatan:
saya tidak tahu point terakhir itu John Owen dapatkan dari mana. Itu jelas
bukan persembahan persepuluhan!
John Owen: “1. If this latter be intended, it is with me
past all doubt and question that a bountiful part of our enjoyments is to
be separated unto the use and service of the worship of God, particularly unto
the comfortable and honorable supportment of them that labor in the ministry.
And it is no small part of that confusion which we suffer under, that
Christians, being in all places compelled to pay the tenth by civil laws unto
some or other, whether they will or no, are either discouraged, or disenabled,
or think themselves discharged from doing that which God certainly requireth at
their hands in a way of duty. However, this will be no excuse for any, for
generally they have yet left unto them that whereby they may discharge their
duty in an acceptable manner; and I cannot but wonder how some men can satisfy
their consciences in this matter, in such circumstances as I shall not now
name.” [= 1. Jika yang
belakangan ini yang dimaksudkan, bagi saya tak
diragukan atau dipertanyakan bahwa suatu bagian yang banyak / berlimpah-limpah
dari penikmatan / milik kita harus dipisahkan pada penggunaan dan pelayanan
dari kebenaran / ibadah dari Allah, khususnya pada penyokongan yang cukup /
lumayan / sebanyak yang dibutuhkan dan terhormat dari mereka yang berjerih
payah dalam pelayanan. Dan bukanlah bagian kecil dari kebingungan /
kekacauan yang kita alami itu bahwa orang-orang Kristen, yang di semua tempat
dipaksa untuk membayar sepersepuluh oleh undang-undang pada satu atau lain hal,
apakah mereka mau atau tidak, merasa kecil hati, atau tidak mampu, atau
menganggap diri mereka sendiri dilepaskan dari tindakan melakukan apa yang
Allah secara pasti tuntut dari tangan mereka dalam suatu jalan kewajiban. Tetapi, ini bukan alasan / dalih bagi siapapun, karena pada
umumnya mereka masih mempunyai sisa bagi mereka sehingga dengan itu mereka bisa
melaksanakan kewajiban mereka dengan cara yang bisa diterima; dan
saya hanya bisa bertanya-tanya bagaimana beberapa / sebagian orang bisa
memuaskan hati nurani mereka dalam hal ini, dalam keadaan seperti itu yang
tidak akan saya sebutkan sekarang.] -
‘Hebrews’, vol 7, hal 42 (AGES) / buku vol 5, hal 325.
2. Di bawah ini John Owen lagi-lagi menekankan
persembahan sukarela!
John Owen: “For my part, I do judge that the way of
maintenance of ministers by voluntary benevolence, in a way of duty and
obedience unto Christ, though it be not likely the most plentiful, is yet the
most honorable of all others. And of this judgment I shall be, until I am
convinced of two things: [1.] That true honor doth not consist
in the respect and regard of the minds of men unto the real worth and
usefulness of those who are honored, but in outward
ceremonies and forced works of regard. [2.] That it is not the duty which every church owes to Jesus
Christ, to maintain those who labor in the word and doctrine,
according to their ability; or that it is any
gospel-duty which is influenced by force or compulsion.” [= Untuk saya,
saya menilai bahwa cara pemeliharaan pelayan-pelayan oleh kemurahan hati yang
sukarela, dalam suatu jalan kewajiban dan ketaatan kepada Kristus, sekalipun
itu kemungkinannya bukan yang paling banyak / berlimpah-limpah, tetapi adalah
yang paling terhormat dari semua yang lain. Dan saya akan tetap menilai seperti
ini, sampai saya yakin tentang 2 hal: (1.) Bahwa hormat yang benar / sejati
tidak terdiri dari rasa hormat dari pikiran manusia pada nilai dan kebergunaan
yang sungguh-sungguh dari mereka yang dihormati, tetapi
dalam upacara-upacara lahiriah dan pekerjaan-pekerjaan dari / tentang hormat yang
dipaksakan. (2.) Bahwa bukanlah kewajiban yang setiap gereja
berhutang kepada Yesus Kristus, untuk memelihara mereka yang berjerih payah
dalam firman dan ajaran, sesuai dengan kemampuan mereka; atau bahwa di sana ada kewajiban injil manapun yang dipengaruhi
oleh kekerasan atau paksaan.]
- ‘Hebrews’, vol 7, hal 78 (AGES) / buku vol 5, hal 356.
Tanggapan saya:
a. Apakah memberi persembahan
persepuluhan termasuk ‘upacara lahiriah’?
John Owen memang menganggap hukum tentang persembahan persepuluhan sebagai
Ceremonial Law (lihat no 3. di bawah), tetapi ia tidak memberikan bukti yang bisa
diterima tentang hal ini.
b. Apakah berbakti kepada Tuhan
pada hari Sabat bukan termasuk sesuatu yang diharuskan / ‘dipaksakan’ dalam
jaman Perjanjian Baru? Apakah hukum-hukum yang lain dari Perjanjian Lama yang
tetap berlaku pada jaman Perjanjian Baru, seperti misalnya hukum kasih, bukan
diharuskan / ‘dipaksakan’???
c. Bandingkan kata-kata John
Owen di atas dengan kata-kata Arthur W. Pink di bawah ini.
A. W.
Pink: “There are few
things on which many of the Lord’s people are more astray than the matter of
giving to His cause and work. Are our offerings to be regulated by sentiment
and impulse, or by principle and conscience? That is only another way of
asking, Does God leave us to the promptings of gratitude and generosity, or has
He definitely specified His mind and stated what
portion
of His gifts to us are due Him in return? Surely He has not left this important
point undefined. He has given us His Word to be a lamp unto our feet, and
therefore He cannot have left us in darkness concerning any obligation or
privilege that pertains to our dealings with Him.” [= Di sana ada sedikit hal-hal tentang
mana banyak dari umat Tuhan lebih menyimpang dari pada persoalan memberi pada
perkara dan pekerjaanNya. Apakah
pemberian-pemberian kita harus diatur oleh perasaan dan dorongan hati yang
tiba-tiba, atau oleh prinsip / hukum dan hati nurani? Itu hanya merupakan suatu
cara lain dari menanyakan, Apakah Allah meninggalkan kita pada kesediaan dari
rasa terima kasih dan kemurahan hati, atau apakah Ia telah secara pasti
menyatakan pikiranNya dan menyatakan berapa bagian dari pemberianNya kepada
kita harus diberikan kembali kepadaNya? Pasti Ia
tidak membiarkan / meninggalkan pokok penting ini tanpa ketentuan! Ia telah
memberikan kita FirmanNya sebagai suatu lampu bagi kaki kita, dan karena itu Ia
tidak bisa telah membiarkan / meninggalkan kita dalam kegelapan berkenaan
dengan kewajiban dan hak apapun dalam urusan kita dengan Dia.] - ‘An Exposition of Hebrews’, hal 423 (AGES).
3. Dan
ini pembahasan John Owen dalam exposisinya tentang Ibr 7:8.
Ibr 7:8 - “Dan di sini (HODE)
manusia-manusia fana menerima persepuluhan, dan di sana (EKEI) Ia,
yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup.”.
John Owen (tentang
Ibr 7:8): “(2.) The determination of the time, or
place, or manner of the opposition, in these
adverbs w=de and ejkei~ ‘here’ and there.’ =Wde usually
refers unto place;
and some think that the apostle hath respect unto Jerusalem, the
seat of the Levitical priesthood, and the land of Canaan, which
alone was tithable according to the law; for
the Jews do judge, and that rightly, that the law of legal tithing
extended not itself beyond the bounds of the land of Canaan, - a sufficient
evidence that it was positive and ceremonial. In
opposition hereunto, ejkei~,
‘there,’ must signify some other place, or any place where the priesthood of
Melchisedec hath its signification; that is, in Christian religion. But the
truth is, if w=de,
‘here,’ signifies a certain and determinate place, that opposed in ejkei~, ‘there,’ must be Salem, where
Melchisedec dwelt; which was not only afterwards tithable, as
within the bounds of Canaan, but most probably was Jerusalem
itself, as we have declared. This
conjecture, therefore, is too curious; nor do we need to tie up ourselves unto
the precise signification of the word w=de,
although that also be sometimes used with respect unto time as well as place.
Wherefore these words, ‘here’ and ‘there,’ do express the several different
states under consideration. ‘Here,’ is in the case of the Levitical priesthood;
and ‘there’ respects the case of Melchisedec, as stated, Genesis 14.” [= (2.) Penentuan
tentang waktu, atau tempat, atau cara pertentangan, dalam kata-kata keterangan w=de (HODE) and ejkei~ (EKEI) ‘di sini’ dan
‘di sana’. =Wde (HODE) biasanya menunjuk pada tempat; dan
beberapa / sebagian orang beranggapan bahwa sang rasul menghubungkan dengan
Yerusalem, kedudukan dari imamat orang Lewi, dan tanah
Kanaan, yang merupakan satu-satunya yang bisa ditarik persembahan persepuluhan
sesuai dengan hukum Taurat; karena orang-orang Yahudi memang menilai,
dan itu secara benar, bahwa hukum tentang pemberian persembahan
persepuluhan yang sah tidak menyebar / menjangkau di luar batasan dari tanah
Kanaan, - suatu bukti yang cukup bahwa itu adalah positif dan bersifat upacara. Bertentangan
dengan ini, ejkei~ (EKEI), ‘di sana’, harus berarti / menunjuk
pada suatu tempat lain, atau tempat apapun dimana imamat dari Melkisedek
mempunyai artinya; yaitu, dalam agama Kristen. Tetapi kebenarannya adalah,
jika w=de (HODE),
‘di sini’, berarti / menunjuk pada suatu tempat yang pasti dan tertentu, maka
tempat yang bertentangan dalam ejkei~ (EKEI),
‘di sana’, harus adalah Salem, dimana Melkisedek tinggal; yang bukan hanya
belakangan bisa ditarik persembahan persepuluhan,
karena ada di dalam batasan-batasan dari Kanaan, tetapi
sangat mungkin adalah Yerusalem sendiri, seperti telah kami nyatakan. Karena itu,
dugaan ini adalah terlalu aneh; juga kita tidak perlu mengikat diri kita
sendiri pada arti yang persis dari kata w=de (HODE), sekalipun itu
juga kadang-kadang digunakan berkenaan dengan waktu maupun tempat. Karena
itu kata-kata ini, ‘di sini’ dan ‘di sana’, menyatakan beberapa keadaan yang
berbeda yang dipertimbangkan. ‘Di sini’, adalah dalam kasus dari imamat orang
Lewi; dan ‘di sana’ berkenaan dengan kasus dari Melkisedek, seperti dinyatakan,
Kej 14.]
- ‘Hebrews’, vol 7, hal 105 (AGES) / buku vol 5, hal 376.
Tanggapan saya
(saya hanya membahas hal-hal yang berhubungan dengan persembahan persepuluhan):
a. John
Owen menganggap hukum tentang persembahan persepuluhan adalah hukum ceremonial
/ upacara, tetapi itu didasarkan pada suatu asumsi, yang menurut saya salah, bahwa hukum tentang persembahan persepuluhan hanya berlaku
di Kanaan. Ini sudah dibicarakan dalam pelajaran di depan (point no
1).
b. Tentang Melkisedek sebagai
raja Salem, ada pro kontra tentang apa artinya istilah itu. Bandingkan dengan komentar-komentar
di bawah ini.
Simon Kistemaker: “Melchizedek was
king of Salem, a city generally identified with Jerusalem (Ps. 76:2),” [= Melkisedek adalah Raja dari Salem, suatu kota yang
biasanya dikenali / dianggap Yerusalem (Maz 76:3),].
Maz 76:2-3 - “(2) Allah terkenal di Yehuda, namaNya
masyhur di Israel! (3) Di Salem sudah ada
pondokNya, dan kediamanNya di Sion!”.
Simon Kistemaker: “Also, he was king
of Salem, and the word Salem means ‘peace.’” [=
Juga, ia adalah raja Salem, dan kata Salem berarti ‘damai’.].
Catatan:
Bagi saya 2 komentar Kistemaker di atas ini saling bertentangan.
J. Vernon McGee (tentang ay 2): “It has been supposed by some that Salem was
Jerusalem. I do not think that is true at all. Salem is not a place - the word salem means ‘peace.’ He does not say that
Melchizedek was king of Jerusalem. He was king of peace; he was a man who could
make peace in that day. I am sure he was king of a literal city somewhere, but
it doesn’t mean he was king of Jerusalem - it could have been any place. He was
king of peace.” [= Telah dianggap
oleh beberapa / sebagian orang bahwa Salem adalah Yerusalem. Saya sama sekali tidak
menganggap bahwa itu adalah benar. Salem bukanlah suatu tempat - kata ‘Salem’ berarti ‘damai’. Ia tidak berkata bahwa
Melkisedek adalah raja dari Yerusalem. Ia adalah raja damai; ia
adalah seseorang yang bisa membuat damai pada jaman itu. Saya yakin ia adalah raja dari suatu kota hurufiah di suatu
tempat, tetapi itu tidak berarti ia adalah raja dari Yerusalem - itu bisa
adalah tempat manapun. Ia adalah raja
damai.] - Libronix.
Catatan: Tafsiran
ini sangat memungkinkan, karena 2 alasan:
(1) Kristus
adalah raja / pangeran damai (Yes 9:5), sehingga kalau Melkisedek sebagai
TYPEnya juga adalah raja damai, maka itu cocok.
Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk
kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di
atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
(2) Ini
juga cocok dengan kata-kata dari Ibr 7:2.
Ibr 7:2 - “Kepadanyapun Abraham memberikan
sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama
raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja
damai sejahtera.”.
KJV: ‘King of Salem, which is, King of peace;’ [= Raja Salem, yang adalah, Raja damai;].
RSV: ‘king of Salem, that is, king of peace.’ [= raja Salem, yaitu, raja damai.].
NIV: “‘king of Salem’ means ‘king of peace.’ ” [= ‘raja Salem’ artinya ‘raja damai’].
NASB: ‘King of Salem, which is King of peace;’ [= Raja Salem, yang adalah Raja damai;].
4. Lanjutan
pembahasan John Owen tentang Ibr 7:8.
John Owen (tentang
Ibr 7:8): “2. The foundation of the
comparison, that wherein both agreed, is in this, that they received tithes. It is
expressed of the one sort only, namely, the Levitical priests, - they
received tithes; but it is understood of the other also,
whereon the word is repeated and inserted in our translation, ‘But there he
receiveth them.’ Deka>tav
lamba>nousi, ‘They
do receive tithes,’ in the present tense. But
it may be said, there was none that then did so, or at least ‘de jure’ could do
so, seeing the law of tithing was abolished.
Wherefore an enallage may be allowed here of the present time for that which
was past; ‘they do,’ that is, ‘they did so’ whilst the law was in force. But
neither is this necessary; for, as I have before observed, the apostle admits,
or takes it for granted, that the Mosaical system of worship was yet continued,
and argueth on that concession unto the necessity of its approaching abolition.
And yet we need not here the use of this supposition; for the words
determine neither time nor place, but the state of religion under the law. According
unto the law are tithes to be
paid unto, and received by such persons. This, therefore,
is agreed, that both the Levitical priests and Melchisedec received tithes.” [= Dasar dari
perbandingan, itu dalam mana keduanya setuju, adalah dalam ini, bahwa mereka menerima persembahan persepuluhan. Itu
dinyatakan dari satu jenis saja, yaitu, imam-imam Lewi, - mereka menerima
persembahan persepuluhan; tetapi itu dimengerti tentang yang lain juga, dalam
mana kata itu diulang dan dimasukkan / disisipkan dalam terjemahan kita,
‘Tetapi di sana ia menerima mereka / persembahan persepuluhan’. Deka>tav lamba>nousi (Dekatas
LAMBANOUSI), ‘Mereka memang
menerima persembahan persepuluhan’, DALAM
present tense. Tetapi bisa dikatakan, di sana tidak ada siapapun
yang pada waktu itu melakukan hal itu, atau setidaknya ‘de jure’ / ‘berdasarkan
hukum’ bisa melakukan begitu, mengingat hukum tentang persembahan persepuluhan
telah dihapuskan. Karena itu suatu pertukaran (tenses) bisa
diijinkan di sini tentang saat present untuk itu yang sudah lalu / lampau;
‘mereka menerima’, yaitu, ‘mereka dulu menerima’ pada waktu hukum Taurat masih
berlaku. Tetapi ini juga tidak perlu dilakukan; karena, seperti telah saya
perhatikan sebelumnya, sang rasul mengakui, atau menganggapnya sebagai benar,
bahwa sistim penyembahan / ibadah Musa masih berlanjut, dan berargumentasi pada
penerimaan itu pada keharusan dari penghapusannya yang mendekat. Tetapi di sini
kita tidak membutuhkan penggunaan anggapan ini; karena kata-katanya tidak
menentukan waktu atau tempatnya, tetapi keadaan dari agama di bawah hukum
Taurat. Menurut hukum Taurat persembahan persepuluhan
dibayarkan kepada, dan diterima oleh orang-orang seperti itu. Karena itu, ini
disetujui, bahwa baik imam-imam Lewi maupun Melkisedek menerima persembahan
persepuluhan.]
- ‘Hebrews’, vol 7, hal 105-106 (AGES) / buku vol 5, hal 376-377.
Catatan: John Owen mengatakan bahwa pada saat itu tidak ada
yang melakukan hukum tentang persembahan persepuluhan, karena hukum itu telah
dihapuskan. Tetapi ia mengatakan itu tanpa memberikan dasar / argumentasi
apapun.
Bandingkan dengan
kata-kata F. F. Bruce di bawah ini.
F. F. Bruce (tentang Ibr 7:5-6a): “In Israel
agricultural produce was tithed year by year and the tithe was allocated to the
tribe of Levi ‘for an inheritance’ (Lev. 18:21, the ‘commandment’ of v. 5), and
one tenth of that tithe was further earmarked for the priesthood (Num. 18:26).
In Nehemiah’s time the Levites received the tithes
under the supervision of the priests and brought the ‘tithe
of the tithes’ to the temple to be handed over to the priests (Neh.
10:38f.). By the first century a.d., however, there is reason to think
that the administration of the tithes was carried out by the priests.” [= Di Israel hasil dari tanah diambil persembahan persepuluhan tahun demi
tahun dan persembahan persepuluhan dialokasikan pada suku Lewi ‘sebagai suatu
warisan’ (Im 18:21, ‘hukum / perintah’ dari ay 5), dan sepersepuluh dari
persembahan persepuluhan itu selanjutnya ditandai untuk imamat (Bil 18:26).
Pada jaman Nehemia orang-orang Lewi menerima persembahan persepuluhan di bawah
pengawasan dari imam-imam dan membawa ‘persembahan persepuluhan dari
persembahan persepuluhan’ ke Bait Suci untuk diberikan kepada imam-imam (Neh
10:38-dst). Tetapi pada abad pertama Masehi, di sana
ada alasan untuk menganggap bahwa pelaksanaan dari persembahan persepuluhan
dilaksanakan oleh imam-imam.] - ‘The Epistle to the HEBREWS’ (Libronix).
Harus diakui F. F. Bruce juga mengatakan hal itu tanpa
dasar, karena ia tak menyebutkan apa alasan yang ia maksudkan. Tetapi hal yang
sama dilakukan oleh John Owen.
5. Komentar
aneh dari John Owen.
John Owen: “I shall not enter into any long digression
about this controverted subject. It is such as wherein the various interests of
men have engaged their utmost diligence, on the one hand and on the other. ... And without solicitousness concerning offense, I shall take
leave to say, that it is no safe plea for many to insist on, that tithes are
due and divine, as they speak, - that is, by a binding law of God, - now under
the gospel. For be the law and institution what
it will, nothing is more certain than that there is nothing due under the
gospel, by virtue of God’s command or institution with respect unto his
worship, unto any who do not wholly give up themselves unto the ministry, and
‘labor in the word and doctrine;’ unless they be such as are disenabled by age
and infirmities, who are not to be forsaken all the days of their lives. For
men to live in pleasure and idleness, according to the pomp, vanities, and
grandeur of the world, neither rising early, nor going to bed late, nor spending
their time and strength in the service of the church, according to the duties
required of all the ministers thereof in the gospel, to sing unto themselves
that tithes are due to them by the appointment and law of God, is a fond
imagination, a dream that will fill them with perplexity when they shall awake.” [= Saya tidak akan masuk ke
dalam penyimpangan panjang apapun tentang pokok yang diperdebatkan ini. Itu
adalah sedemikian rupa dalam mana berbagai-bagai kepentingan manusia telah
melibatkan kerajinan mereka yang tertinggi, pada sisi yang ini maupun sisi yang
lain. ... Dan tanpa kekuatiran berkenaan dengan
pelanggaran / tindakan menyinggung, saya akan minta ijin untuk mengatakan,
bahwa bukanlah pembelaan / dalih yang aman bagi banyak orang untuk berkeras
bahwa persembahan persepuluhan adalah harus dan ilahi, seperti mereka katakan,
- yaitu, oleh suatu hukum yang mengikat dari Allah, - sekarang di bawah injil. Karena biarlah hukum dan kebiasaan / praktek ada seperti yang
dikehendakinya, tak ada yang lebih pasti dari pada bahwa di sana tidak ada apapun yang harus di bawah injil, berdasarkan atas
hukum Allah atau kebiasaan / praktek berkenaan dengan penyembahan / ibadahNya,
kepada siapapun yang tidak menyerahkan sepenuhnya diri mereka sendiri pada
pelayanan, dan ‘berjerih payah dalam firman dan ajaran’; kecuali mereka adalah
orang-orang yang tidak mampu oleh usia dan kelemahan-kelemahan, yang tidak
boleh ditinggalkan sepanjang hidup mereka. Bagi
orang-orang untuk hidup dalam kesenangan dan kemalasan, sesuai dengan
kemegahan, kesia-siaan, dan kebesaran dari dunia, tidak bangun pagi ataupun
tidur terlambat, juga tidak menghabiskan waktu dan kekuatan mereka dalam
pelayanan dari gereja, sesuai dengan kewajiban-kewajiban yang dituntut dari
semua pelayan-pelayan / pendeta-pendeta darinya dalam injil, untuk bernyanyi
bagi diri mereka sendiri bahwa persembahan persepuluhan adalah
hak mereka oleh penetapan dan hukum Allah, merupakan suatu khayalan tolol,
suatu mimpi yang akan memenuhi mereka dengan kebingungan pada saat mereka
terbangun.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 41-42 (AGES) / buku
vol 5, hal 324-325.
Bdk. 1Tim 5:17 - “Penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang
dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.”.
Tanggapan saya: rasanya di
sini John Owen mengijinkan persembahan persepuluhan bagi
hamba Tuhan yang sungguh-sungguh! Ini aneh dan rasanya bertentangan
dengan bagian-bagian lain dari tulisannya tentang Ibr 7 dimana ia menentang
tetap berlakunya persembahan persepuluhan.
Kesimpulan: John Owen menentang persembahan
persepuluhan dalam tafsirannya tentang Ibr 7, tetapi hal yang menyolok
bagi saya adalah, bahwa ia menentang persembahan persepuluhan TANPA MENGGUNAKAN
PENAFSIRANNYA TENTANG IBR 7 INI SAMA SEKALI! Yang ia lakukan adalah membantah
penggunaan ayat-ayat lain, yang menurut dia digunakan oleh orang-orang yang pro
persembahan persepuluhan, dan bahkan kebanyakan ayat yang ia bahas, saya
sendiri tidak pernah gunakan untuk menekankan keharusan memberikan persembahan
persepuluhan. Dan pembahasan tentang ayat-ayat yang saya gunakan, ia bahas
secara sangat tak memuaskan, karena menggunakan argument from silence [=
argumentasi dari ke-diam-an], misalnya berkenaan dengan 1Kor 9:13-14.
Berbeda sekali dengan Calvin dan Arthur W. Pink, yang akan
saya berikan di bawah, yang dalam tafsiran mereka tentang Ibr 7, betul-betul
menggunakan exposisi dari ayat-ayat
dalam Ibr 7 untuk mengharuskan persembahan persepuluhan.
Sekarang saya akan membahas exposisi dari penafsir-penafsir lain tentang
Ibr 7 berkenaan dengan persembahan persepuluhan.
J. Vernon McGee (tentang Ibrani 7:5): “In Abraham the sons of Levi, who were descended from
Abraham, paid tithes to Melchizedek. This shows that Melchizedek was superior
to Aaron and his family. My friend, one of the ways in which you recognize the
lordship of Jesus Christ is by coming and making a gift to Him. Every gift
ought to be more than just to a church or to some other ministry; it should be
a gift to the Lord Jesus Christ. You recognize His lordship, and you are a
priest worshiping when you bring a gift to Him.” [= Dalam Abraham anak-anak Lewi, yang diturunkan dari
Abraham, memberikan persembahan persepuluhan
kepada Melkisedek. Ini menunjukkan bahwa Melkisedek lebih tinggi dari Harun dan
keluarganya. Sahabatku, salah satu cara dalam mana
engkau mengakui keTuhanan dari Yesus Kristus adalah dengan datang dan memberi
pemberian kepada Dia. Setiap pemberian seharusnya harus lebih dari sekedar
kepada suatu gereja atau suatu pelayanan yang lain; itu harus merupakan suatu
pemberian kepada Tuhan Yesus Kristus. Engkau mengakui keTuhananNya,
dan engkau adalah seorang imam yang sedang berbakti / menyembah pada waktu
engkau membawa suatu pemberian kepada Dia.] - Libronix.
Catatan:
sebetulnya penafsir ini tak memberikan argumentasi tentang persembahan
persepuluhan, tetapi kutipan ini saya berikan di sini hanya karena saya
menganggap kata-katanya bagus.
Sekarang kita lihat exposisi Calvin tentang Ibr 7 berkenaan dengan
persembahan persepuluhan.
Calvin (tentang Ibr
7:4): “‘Now consider,’ etc. This is the fourth comparison
between Christ and Melchisedec, that Abraham presented tithes to him. But
though tithes were instituted for several reasons, yet the Apostle here refers
only to what serves his present purpose. One reason why tithes were paid to the
Levites was, because they were the children of Abraham, to whose seed the land
was promised. It was, then, by a hereditary right that a portion of the land
was allotted to them; for as they were not allowed to possess land, a
compensation was made to them in tithes. There was also another reason, - that
as they were occupied in the service of God and the public ministry of the
Church, it was right that they should be supported at the public cost of the
people. Then the rest of the Israelites owed them tithes as a remuneration for
their work. But these reasons bear not at all on the present subject;
therefore, the Apostle passes them by. The only reason now alleged is, that as
the people offered the tithes as a sacred tribute to God, the Levites only
received them. It hence appears that it was no small honor that God in a manner
substituted them for himself. ... Then the argument is this, - Abraham, who
excelled all others, was yet inferior to Melchisedec; then Melchisedec had the
highest place of honor, and is to be regarded as superior to all the sons of
Levi. The first part is proved, for what Abraham owed to God he gave to
Melchisedec: then by paying him the tenth he confessed himself to be inferior.” [= ‘Sekarang pertimbangkanlah’ / ‘Camkanlah’, dst. Ini
adalah perbandingan keempat antara Kristus dan Melkisedek, bahwa Abraham
memberikan persembahan persepuluhan kepada dia. Tetapi sekalipun persembahan persepuluhan
diadakan karena beberapa alasan, tetapi sang Rasul di sini hanya menunjuk pada
apa yang berguna untuk tujuannya saat ini. Satu alasan mengapa persembahan
persepuluhan dibayarkan kepada orang-orang Lewi adalah, karena mereka adalah
anak-anak / keturunan Abraham, kepada keturunan siapa tanah itu dijanjikan.
Maka, adalah oleh hak keturunan bahwa sebagian dari tanah itu dibagikan kepada
mereka; tetapi karena mereka tidak diijinkan untuk memiliki tanah, suatu
kompensasi / penggantian kerugian dibuat bagi mereka dalam persembahan
persepuluhan. Disana juga ada alasan yang lain, - bahwa karena
mereka mengambil tempat dalam pelayanan Allah dan pelayanan umum dari Gereja,
adalah benar bahwa mereka harus ditopang / disokong oleh pengeluaran umum dari
bangsa itu. Maka sisa dari bangsa Israel berhutang persembahan persepuluhan kepada
mereka sebagai suatu balasan untuk pekerjaan mereka. Tetapi
alasan-alasan ini sama sekali tidak berhubungan dengan pokok saat ini; karena
itu, sang Rasul melewatinya. Satu-satunya alasan yang sekarang dinyatakan
adalah, bahwa karena bangsa itu mempersembahkan persembahan persepuluhan
sebagai suatu upeti / penghormatan yang keramat / kudus kepada Allah,
orang-orang Lewi hanya menerimanya. Maka kelihatannya bukan suatu kehormatan
yang kecil bahwa Allah dengan suatu cara menggantikan mereka untuk diriNya sendiri. ... Maka argumentasinya
adalah ini, - Abraham, yang melampaui semua yang lain, adalah lebih rendah dari
Melkisedek; maka Melkisedek mempunyai tempat tertinggi dari kehormatan, dan
harus dianggap lebih tinggi dari semua anak-anak / keturunan Lewi. Bagian
pertama dibuktikan, karena apa yang Abraham berhutang kepada Allah, ia berikan
kepada Melkisedek: maka dengan memberinya sepersepuluh ia mengakui dirinya
sendiri sebagai lebih rendah.].
Calvin (tentang Ibr
7:5): “‘And verily they,’ etc. It would be more suitable
to render the words thus, ‘because they are the sons of Levi.’ The Apostle
indeed does not assign it as a reason that they received tithes
because they were the sons of Levi; but he is comparing the whole tribe with
Melchisedec in this way. Though God granted to the Levites the right of
requiring tithes from the people, and thus set
them above all the Israelites, yet they have all descended from the same
parent; and Abraham, the father of them all, paid tithes to a
priest of another race: then all the descendants of Abraham are inferior to
this priest. Thus the right conferred on the Levites was particular as to the
rest of their brethren; yet Melchisedec, without exception, occupies the
highest place, so that all are inferior to him. Some think that the tenths of
tenths are intended, which the Levites paid to the higher priests; but there is
no reason thus to confine the general declaration. The view, then, I have given
is the most probable.” [= ‘Dan
sesungguhnya mereka’, dst. Adalah lebih cocok untuk menterjemahkan kata-kata
itu demikian, ‘karena mereka adalah anak-anak Lewi’. Sang Rasul memang tidak
memberikan itu sebagai suatu alasan bahwa mereka menerima persembahan persepuluhan karena mereka adalah
anak-anak Lewi; tetapi ia sedang membandingkan seluruh suku dengan Melkisedek
dengan cara ini. Sekalipun Allah memberikan kepada
orang-orang Lewi hak untuk mendapatkan persembahan persepuluhan dari bangsa
itu, dan dengan demikian meletakkan mereka di atas semua orang Israel, tetapi
mereka semua telah diturunkan dari orang tua yang sama; dan Abraham, bapa dari
mereka semua, memberikan persembahan persepuluhan kepada seorang imam dari
bangsa yang lain: maka semua keturunan Abraham adalah lebih rendah dari imam
ini. Demikianlah hak yang diberikan kepada orang-orang Lewi adalah khusus
berkenaan dengan saudara-saudara mereka; tetapi Melkisedek, tanpa kecuali,
menempati tempat tertinggi, sehingga semua adalah lebih rendah dari dia.
Beberapa orang / sebagian orang menganggap bahwa
persembahan persepuluhan dari persembahan persepuluhan yang dimaksudkan, yang
orang-orang Lewi berikan kepada imam-imam yang lebih tinggi; tetapi di sana
tidak ada alasan untuk membatasi pernyataan umum itu seperti itu.
Maka, pandangan yang telah saya berikan adalah yang paling memungkinkan.].
Calvin (tentang
Ibr 7:6): “‘Blessed him,’ etc.
This is the fifth comparison between Christ and Melchisedec. The Apostle
assumes it as an admitted principle that the less is blessed by the greater;
and then he adds that Melchisedec blessed Abraham: hence the conclusion is that
the less was Abraham. But for the sake of strengthening his argument he again
raises the dignity of Abraham; for the more glorious Abraham is made, the
higher the dignity of Melchisedec appears. For this purpose he says that
Abraham had the promises;
by which he means that he was the first of the holy race with whom
God made the covenant of eternal life. It was not indeed a common honor that
God chose him from all the rest that he might deposit with him the privilege of
adoption and the testimony of his love. But all this was no hindrance that he
should not submit himself in all his preeminence to the priesthood of
Melchisedec. We hence see how great he was to whom
Abraham gave place in these two things, - that he suffered himself to be
blessed by him, and that he offered him tithes as to God’s vicegerent.” [= ‘Memberkati dia’, dst. Ini adalah perbandingan
kelima antara Kristus dan Melkisedek. Sang Rasul menganggapnya sebagai suatu
prinsip yang diterima / diakui bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang
lebih tinggi; dan lalu ia menambahkan bahwa Melkisedek memberkati Abraham: maka
kesimpulannya adalah bahwa yang lebih rendah adalah Abraham. Tetapi demi
menguatkan argumentasinya ia lagi-lagi menaikkan kewibawaan dari Abraham;
karena makin mulia Abraham dibuat, makin tinggi kewibawaan dari Melkisedek
terlihat. Untuk tujuan ini ia berkata bahwa Abraham mempunyai janji-janji;
dengan mana ia maksudkan bahwa ia adalah yang pertama dari bangsa yang kudus
itu dengan siapa Allah telah membuat perjanjian tentang hidup yang kekal.
Memang bukan suatu kehormatan yang umum bahwa Allah memilih dia dari semua
sisanya supaya Ia bisa meletakkan / menempatkan dengan dia hak dari adopsi dan
kesaksian dari kasihNya. Tetapi semua ini bukanlah halangan bahwa ia tidak
boleh menundukkan dirinya sendiri dalam semua keunggulannya pada imamat dari
Melkisedek. Maka kita melihat betapa besar ia
terhadap siapa Abraham memberi tempat dalam dua hal ini, - bahwa ia membiarkan
dirinya sendiri diberkati olehnya, dan bahwa ia memberikan persembahan
persepuluhan kepadanya sebagai wakil Allah.].
Ibr 7:8 - “Dan di sini manusia-manusia fana menerima persepuluhan,
dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup.”.
Catatan: Kata-kata
‘Dia’ dan ‘Ia’ tak seharusnya diawali dengan huruf besar karena
kedua kata ini menunjuk kepada Melkisedek, bukan kepada Kristus.
KJV: ‘And here men that die receive tithes; but there he
receiveth them, of whom it is
witnessed that he liveth.’ [= Dan di sini
orang-orang yang (bisa) mati menerima persembahan persepuluhan; tetapi di sana
ia menerima persembahan persepuluhan itu, tentang siapa disaksikan bahwa ia
hidup.].
RSV: ‘Here tithes are received by mortal men; there, by
one of whom it is testified that he lives.’ [= Di sini
persembahan persepuluhan diterima oleh orang-orang yang fana / bisa mati; di
sana, oleh seseorang tentang siapa disaksikan bahwa ia hidup.].
NIV: ‘In the one case, the tenth is collected by men who
die; but in the other case, by him who is declared to be living.’ [= Dalam satu kasus, sepersepuluh dipungut oleh
orang-orang yang (bisa) mati; tetapi dalam kasus yang lain, oleh dia yang
dinyatakan sebagai hidup.].
NASB: ‘And in this case mortal men receive tithes, but in
that case one receives them, of whom it is
witnessed that he lives on.’ [= Dan dalam kasus
ini orang-orang yang fana / bisa mati menerima persembahan persepuluhan, tetapi
dalam kasus itu seseorang menerima persembahan persepuluhan itu, tentang siapa
disaksikan bahwa ia hidup terus.].
Calvin (tentang Ibr
7:8): “‘Of whom it is witnessed that he liveth.’ He
takes the silence respecting his death, as I have said, as an evidence of his
life. This would not indeed hold as to others, but as to Melchisedec it ought
rightly to be so regarded, inasmuch as he was a type of Christ. For as the
spiritual kingdom and priesthood of Christ are spoken of here, there is no
place left for human conjectures; nor is it lawful for us to seek to know
anything farther than what we read in Scripture. But we are not hence to
conclude that the man who met Abraham is yet alive, as some have childishly
thought, for this is to be applied to the other person whom he represented,
even the Son of God. And by these words the Apostle intended to show, that the
dignity of Melchisedec’s priesthood was to be perpetual, while that of the
Levites was temporary. For he thus reasons, - those to whom the Law
assigns tithes are
dying men; by which it was indicated that the priesthood would some time be
abrogated, as their life came to an end: but the Scripture makes no mention of
the death of Melchisedec, when it relates that tithes were paid to him; so the
authority of his priesthood is limited by no time, but on the contrary there is
given an indication of perpetuity. And
this is added for this purpose, lest a posterior law, as it is usual, should
seem to take away from the authority of a former law. For it might have been
otherwise objected and said, that the right which Melchisedec formerly
possessed is now void and null, because God had introduced another law by
Moses, by which he transferred the right to the Levites. But the
Apostle anticipates this objection by saying, that tithes were
paid to the Levites only for a time, because they did not live; but that
Melchisedec, because he is immortal, retains even to the end what was once
given to him by God.” [= ‘Yang tentang dia diberi
kesaksian, bahwa ia hidup.’ Ia mengambil ke-diam-an berkenaan dengan
kematiannya, seperti telah saya katakan, sebagai suatu bukti dari kehidupannya.
Ini memang tidak berlaku berkenaan dengan orang lain, tetapi berkenaan dengan
Melkisedek, itu secara benar harus dianggap seperti itu, karena ia adalah TYPE
dari Kristus. Karena kerajaan rohani dan imamat Kristus yang dibicarakan di
sini, di sana tidak ada tempat tersisa untuk dugaan-dugaan manusia; juga
tidaklah sah bagi kita untuk mengetahui apapun lebih jauh dari apa yang kita
baca dalam Kitab Suci. Tetapi kita tidak boleh dari sini menyimpulkan bahwa
orang yang bertemu dengan Abraham masih hidup, seperti beberapa orang telah
berpikir seperti anak-anak, karena ini harus diterapkan kepada orang lain yang
ia wakili, yaitu Anak Allah. Dan oleh kata-kata ini
sang Rasul bermaksud untuk menunjukkan, bahwa kewibawaan dari imamat Melkisedek
haruslah kekal, sedangkan imamat dari Lewi adalah sementara. Karena ia berargumentasi demikian, - orang-orang bagi siapa
hukum Taurat memberikan persembahan
persepuluhan adalah orang-orang yang akan mati;
oleh mana ditunjukkan bahwa imamatnya suatu waktu akan dihapuskan, pada waktu kehidupan
mereka sampai pada akhirnya: tetapi Kitab Suci tidak menyebutkan kematian dari
Melkisedek, pada waktu itu menceritakan bahwa persembahan
persepuluhan diberikan kepadanya; maka otoritas
dari imamatnya tidak dibatasi oleh waktu, tetapi sebaliknya di sana diberikan
suatu petunjuk tentang kekekalan. Dan ini ditambahkan untuk
tujuan ini, supaya jangan suatu hukum yang datang belakangan, seperti biasanya,
kelihatannya mengambil otoritas dari suatu hukum yang lebih dulu. Karena kalau
tidak demikian bisa dibantah dan dikatakan, bahwa hak yang dulu dimiliki oleh
Melkisedek sekarang adalah kosong dan tidak mengikat, karena Allah telah
memperkenalkan suatu hukum yang lain oleh Musa, dengan mana ia memindahkan hak
itu kepada orang-orang Lewi. Tetapi sang Rasul mengantisipasi keberatan ini dengan
mengatakan bahwa persembahan persepuluhan diberikan kepada orang-orang Lewi hanya untuk suatu waktu,
karena mereka tidak hidup (selamanya); tetapi bahwa Melkisedek, karena ia
kekal, mempertahankan bahkan sampai akhir apa yang pernah sekali diberikan
kepadanya oleh Allah.].
Apa yang Calvin katakan di atas sesuai dengan apa yang
ia katakan dalam tafsirannya tentang Bil 18:20.
Calvin (tentang Bil 18:20): “As to the present passage,
God requires tithes of the people for the maintenance of the tribe of Levi. It
is indeed certain that the custom had existed of old among the ancient
patriarchs before the Law, that they should vow or offer tithes to God, as
appears from the example of Abraham and Jacob. Moreover, the Apostle infers
that the priesthood of Melchisedec was superior to that of the Law, because,
when Abraham paid him tithes, he also received tithes of Levi himself. (Genesis
14:20; 28:22; Hebrews 7:11.) But there were two different and special
reasons for this payment of tithes, which God ordained by Moses. First, because
the land had been promised to the seed of Abraham, the Levites were the
legitimate inheritors of a twelfth part of it; but they were passed over, and
the posterity of Joseph divided into two tribes: unless, therefore, they had
been provided for in some other way, the distribution would have been unequal.
Again, forasmuch as they were employed in the sanctuary, their labor was worthy
of some remuneration, nor was it reasonable that they should be defrauded of
their subsistence, when they were set apart for the performance of the sacred
offices, and for the instruction of the people. Two reasons are consequently
laid down why God would have them receive tithes from the rest of the people,
viz., because they had no part in Israel, and because they were engaged in the
service of the tabernacle. ... ‘The priesthood being
changed, the right also is at the
same time transferred.’ (Hebrews 7:12.) The Apostle there contends,
that whatever the Law had conferred on the Levitical priests now belongs to
Christ alone, since their dignity and office received its end in Him.” [= Berkenaan dengan text ini, Allah menuntut
persembahan persepuluhan dari bangsa itu untuk pemeliharaan suku Lewi. Memang
pasti bahwa kebiasaan itu telah ada sejak jaman dulu di antara bapa-bapa
leluhur kuno sebelum hukum Taurat, sehingga mereka menazarkan dan
mempersembahkan persembahan persepuluhan kepada Allah, seperti terlihat dari
contoh / teladan Abraham dan Yakub. Lebih lagi / selanjutnya, sang Rasul
menyimpulkan / berpendapat bahwa keimaman Melkisedek lebih tinggi dari pada
keimaman dari hukum Taurat, karena pada waktu Abraham memberikan persembahan
persepuluhan kepadanya, ia juga menerima persembahan persepuluhan dari Lewi
sendiri. (Kej 14:20; 28:22; Ibr 7:11). Tetapi disana ada dua alasan yang
berbeda dan khusus untuk pembayaran persembahan persepuluhan ini, yang Allah
tentukan oleh Musa. Pertama, karena tanah / negeri
itu telah dijanjikan kepada keturunan Abraham, orang-orang Lewi adalah pewaris-pewaris
yang sah dari seperduabelas bagian darinya; tetapi mereka dilewati,
dan keturunan Yusuf dibagi menjadi dua suku: karena itu, kecuali mereka telah
dipelihara dengan cara lain, pembagian ini akan tidak merata / sama. Lalu, karena mereka dipekerjakan
di tempat kudus, jerih payah mereka layak mendapat suatu pemberian upah / gaji,
juga merupakan sesuatu yang tak masuk akal bahwa mereka harus kehilangan
hal-hal pokok dari kehidupan mereka, pada waktu mereka dipisahkan untuk
melaksanakan tugas-tugas keramat / kudus, dan untuk pengajaran bangsa / umat
itu. Sebagai akibatnya, dua alasan diberikan mengapa Allah
menghendaki mereka menerima persembahan persepuluhan dari sisa bangsa itu,
yaitu, karena mereka tidak mendapat bagian di Israel, dan karena mereka
terlibat dalam pelayanan dari Kemah Suci. ‘Keimaman
/ imamatnya berubah, haknya
juga pada saat yang sama dipindahkan.’
(Ibr 7:12). Sang Rasul disana berargumentasi, bahwa apapun yang hukum Taurat telah berikan kepada imam-imam Lewi
sekarang menjadi milik dari Kristus saja, karena kewibawaan dan jabatan mereka
berakhir di dalam Dia.].
Sekarang kita lihat exposisi A. W. Pink tentang Ibr 7 berkenaan dengan
persembahan persepuluhan.
A. W. Pink: “There is one other passage to
be looked at, namely Hebrews 7:5 and 6: ‘And verily they that are of the sons
of Levi, who receive the office of the priesthood, have a commandment to take
tithes of the people according to the law, that is, of their brethren, though
they come out of the loins of Abraham: But he, whose descent is not counted
from them, received tithes of Abraham, and blessed him that had the promises.’
(Notice the order: ‘received tithes of Abraham, and blessed him that had the
promises’). And without all contradiction the less is blessed of the better.’ In
the seventh chapter of Hebrews the Holy Spirit through the apostle Paul is
showing the superiority of Christ’s priesthood over the order of the priesthood
of the Levites, and one of the proofs of which He establishes the transcendency
of the Melchizedek order of the priesthood of Christ was that Abraham, the
father of the chosen people, acknowledged the greatness of Melchizedek by
rendering tithes to him. The reference in Hebrews 7 is to what is recorded in
Genesis 14, where we have two typical characters brought before us - Melchizedek,
a type of Christ in three ways: first, in his person, combining the kingly and
the priestly offices; second, a type of Christ in his names, combining
righteousness and peace, for ‘Melchizedek’ itself means ‘peace’; and third, a
type of Christ in that he pronounced blessing on Abraham and brought forth
bread and wine, the memorials of his death. But
not only was Melchizedek there a type of Christ, but Abraham was also a typical
character, a representative character, seen there as the father of the
faithful; and we find he acknowledged the priesthood of Melchizedek by giving
him a tenth of the spoils which the Lord had enabled him to secure in
vanquishing those kings, and as that is referred to in Hebrews, where the
priesthood of Christ and our blessings from our relations to it and our
obligation to it are set forth, the fact that Abraham paid tithes to
Melchizedek as mentioned there, indicates that as Abraham is the father of the
faithful, so he left an example for us, his children, to follow - in rendering
tithes unto Him of whom Melchizedek was the type. And the beautiful
thing in connection with the Scripture is that the last time the tithe is
mentioned in the Bible (here in Hebrews 7) it links the tithe directly with
Christ Himself. All intermediaries are removed. In the Old Testament the tithes
were brought to the priests, then carried into the storehouse, but in the final
reference in Scripture, the tithe is linked directly with Christ, showing us
that our obligations in the matter are concerned directly with the great Head
of the Church.” [= Di sana ada
satu text yang lain untuk dilihat, yaitu Ibr 7:5 dan 6: ‘Dan mereka dari
anak-anak Lewi, yang menerima jabatan imam, mendapat tugas, menurut hukum
Taurat, untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari
saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga adalah keturunan Abraham.
Tetapi Melkisedek, yang bukan keturunan mereka, memungut persepuluhan dari
Abraham dan memberkati dia, walaupun ia adalah pemilik janji.’ (Perhatikan
urut-urutannya: ‘menerima persembahan persepuluhan dari Abraham, dan memberkati
dia yang mempunyai janji-janji’). ‘Memang tidak
dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.’ Dalam pasal yang ketujuh dari surat Ibrani, Roh Kudus melalui rasul
Paulus sedang menunjukkan kesuperioran dari imamat Kristus atas orde dari
imamat Lewi, dan salah satu dari
bukti-bukti tentang mana ia meneguhkan keunggulan imamat Kristus dari orde
Melkisedek adalah bahwa Abraham, nenek moyang dari bangsa pilihan, mengakui
kebesaran Melkisedek dengan memberikan persembahan persepuluhan kepadanya. Referensi dalam
Ibr 7 adalah apa yang dicatat dalam Kej 14, dimana kita mempunyai 2 karakter
yang bersifat sebagai TYPE dibawa ke hadapan kita - Melkisedek, suatu TYPE
dari Kristus dalam 3 cara: pertama, dalam diri / pribadinya,
menggabungkan jabatan raja dan imam; kedua,
suatu TYPE dari Kristus dalam nama-namanya, menggabungkan kebenaran dan damai,
karena ‘Melkisedek’ itu sendiri berarti ‘damai’;
dan ketiga, suatu TYPE dari Kristus dalam hal ia
memberikan berkat kepada Abraham dan membawa roti dan anggur, tanda peringatan
dari kematianNya. Tetapi bukan hanya Melkisedek yang
merupakan suatu TYPE dari Kristus di sana, tetapi Abraham juga adalah karakter
yang bersifat sebagai TYPE, suatu karakter yang mewakili, dilihat di sana
sebagai bapa orang-orang percaya; dan kita mendapati ia mengakui imamat dari
Melkisedek dengan memberinya sepersepuluh dari hasil rampasan yang Tuhan telah
mampukan untuk ia dapatkan dalam mengalahkan raja-raja itu, dan karena itu
ditunjuk dalam surat Ibrani, di mana imamat dari Kristus dan berkat-berkat kita
dari hubungan kita padanya dan kewajiban kita padanya diajukan / dinyatakan,
fakta bahwa Abraham memberi persembahan persepuluhan kepada Melkisedek
sebagaimana disebutkan di sana, menunjukkan bahwa karena Abraham adalah bapa
orang-orang percaya, maka ia meninggalkan suatu teladan bagi kita,
anak-anaknya, untuk diikuti - dalam memberikan persembahan persepuluhan kepada
Dia tentang siapa Melkisedek adalah TYPEnya. Dan hal yang indah berkenaan dengan Kitab Suci adalah bahwa kali
yang terakhir persembahan persepuluhan disebutkan dalam Alkitab (di sini dalam
Ibr 7) itu menghubungkan persembahan persepuluhan secara langsung dengan
Kristus sendiri.
Semua pengantara disingkirkan. Dalam Perjanjian Lama persembahan persepuluhan
dibawa kepada imam-imam, lalu dibawa ke dalam rumah penyimpanan /
perbendaharaan, tetapi dalam
referensi terakhir dalam Kitab Suci, persembahan persepuluhan dihubungkan secara
langsung dengan Kristus, menunjukkan kepada kita bahwa kewajiban-kewajiban kita
dalam persoalan itu berkenaan secara langsung dengan Kepala yang Agung dari
Gereja.] - ‘Tithing’, hal 10-11 (AGES).
Catatan: ada kesalahan dalam kata-kata A. W. Pink di atas ini.
Nama ‘Melkisedek’ bukan
berarti ‘damai’ tetapi ‘raja kebenaran’ (Ibr 7:2).
A. W. Pink: “Again, in proportion as the
priesthood of Christ is superior to the priesthood of Aaron, so are our
obligations to render tithes to Him. The Aaronic priesthood was recognized and
owned by Israel through their payment of the tithe to them. In the seventh
chapter of Hebrews the Holy Spirit has argued the superiority of the priesthood
of Christ, which is after the order of Melchizedek, on the fact, or on the basis
of the fact rather, that Melchizedek himself received tithes from Abraham. That
is the very argument the Holy Spirit uses there to establish the superiority of
the Mechizedek order of Christ’s priesthood. He appeals to the fact as recorded
in Genesis 14, that Melchizedek, who was the type of Christ, received tithes
from Abraham, and argues from that that inasmuch as Levi was in the loins of
Abraham, therefore the Melchizedek priesthood of Christ is greater than that of
Aaron because Abraham himself paid tithes to Melchizedek, who is a type of
Christ. Therefore, in proportion to the greater blessings and privileges that
we enjoy, we are under deeper obligations to God; and in proportion as Christ’s
priesthood is superior to that of the Levites, so is our obligation the greater
to render tithes unto the Lord today, than that under which His people lived in
Old Testament times.” [=
Sebagai tambahan, karena dalam perbandingan imamat Kristus lebih tinggi dari
imamat Harun, demikianlah kewajiban-kewajiban kita untuk memberikan persembahan
persepuluhan kepada Dia. Imamat
Harun diakui oleh Israel melalui pemberian persembahan persepuluhan mereka
kepada mereka.
Dalam pasal yang ketujuh dari surat Ibrani Roh Kudus telah berargumentasi
tentang kesuperioran dari imamat Kristus, yang mengikuti orde Melkisedek, pada
fakta, atau berdasarkan fakta, bahwa Melkisedek sendiri menerima persembahan
persepuluhan dari Abraham. Itu adalah argumentasi yang Roh Kudus gunakan di
sana untuk meneguhkan kesuperioran dari orde Melkisedek dari imamat Kristus. Ia
menarik pada fakta yang dicatat dalam Kej 14, bahwa Melkisedek, yang adalah
TYPE dari Kristus, menerima persembahan persepuluhan dari Abraham, dan
berargumentasi dari sana bahwa karena Lewi ada dalam tubuh dari Abraham, karena
itu imamat
Melkisedek dari Kristus lebih besar dari pada imamat Harun karena Abraham sendiri memberi
persembahan persepuluhan kepada Melkisedek, yang adalah TYPE dari Kristus. Karena itu, sebanding dengan
berkat-berkat dan hak-hak yang lebih besar yang kita nikmati, kita ada di bawah
kewajiban-kewajiban yang lebih dalam kepada Allah; dan sebanding dengan imamat
Kristus yang lebih tinggi dari imamat Lewi, demikian juga kewajiban kita lebih
besar untuk memberi persembahan persepuluhan jaman sekarang ini, dari pada kewajiban
di bawah mana umatNya hidup dalam jaman Perjanjian Lama.] - ‘Tithing’, hal 13 (AGES).
Baca Juga: Eksposisi Yohanes 16:8-11
A. W. Pink: “‘To whom also Abraham gave a tenth part of all’ (verse 2). Melchizedek’s ‘blessing’ of Abraham was the exercise of his priesthood; Abraham’s paying him tithes was the recognition of it. Abraham had just obtained a most memorable victory over the kings of Canaan, and now in his making an offering to Melchizedek, he acknowledged that it was God who had given him the victory and owned that Melchizedek was His servant. Under the Mosaic dispensation we find the Levitical priests were supported by the tithes of the people: Numbers 18:24. In like manner, God’s servants today ought to be so maintained: 1 Corinthians 9:9,10. Melchizedek’s receiving of Abraham’s tithe was a sacerdotal act: it was given as to God, and received by His officer in this world. This comes out plainly in the apostle’s reasoning thereon in the later verses.” [= ‘Kepada siapa juga Abraham memberi sepersepuluh dari semuanya’ (ay 2). Berkat Melkisedek kepada Abraham adalah pelaksanaan dari imamatnya; pemberian persembahan persepuluhan oleh Abraham kepadanya adalah pengakuan tentang hal itu. Abraham baru memperoleh suatu kemenangan yang paling mengesankan atas raja-raja Kanaan, dan sekarang dalam pemberian persembahannya kepada Melkisedek, ia mengakui bahwa adalah Allah yang telah memberinya kemenangan dan mengakui bahwa Melkisedek adalah pelayanNya. Di bawah jaman Musa kita mendapati imam-imam Lewi disokong oleh persembahan persepuluhan dari bangsa itu: Bil 18:24. Dengan cara yang sama, pelayan-pelayan Allah jaman sekarang harus dipelihara seperti itu: 1Kor 9:9,10. Penerimaan Melkisedek terhadap persembahan persepuluhan Abraham merupakan suatu tindakan imamat: itu diberikan seperti kepada Allah, dan diterima oleh pejabatNya dalam dunia ini. Ini muncul / keluar dengan jelas dalam argumentasi sang rasul setelah itu dalam ayat-ayat belakangan.] - ‘An Exposition of Hebrews’, hal 413 (AGES).
Catatan: Saya kira 1Kor 9:9-10 seharusnya lebih
tepat diganti dengan 1Kor 9:13-14.
1Kor 9:9-14
- “(9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau
memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan?
(10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu
pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam
pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan
benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi
dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu
dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak
mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya
jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak
tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat
penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah,
mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan
telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari
pemberitaan Injil itu.”.
A. W.
Pink: “At a
very early date the Lord made it known that a definite portion of the saints’
income should be devoted to Him who is the Giver of all. There was a period of
twenty-five centuries from Adam until the time that God gave the law to Israel
at Sinai, but it is a great mistake to suppose that His people were, at that
time, without a definite communication from Him upon their several duties. A
careful study of the book of Genesis reveals clear traces of a primitive
revelation, which seems to have centered about these things: the offering of
sacrifices to God, the observance of the Sabbath, and the giving of tithes.
While we cannot today place our finger upon any positive enactment or command
of God for any of those three things in those early days, nevertheless, from
what is recorded
we are compelled
to assume that such must have been given.” [= Pada saat yang sangat awal Tuhan
menyatakan bahwa suatu bagian tertentu dari penghasilan orang-orang kudus harus
dikhususkan bagi Dia yang adalah sang Pemberi dari semua. Di sana ada periode
dari 25 abad dari Adam sampai saat dimana Allah memberikan hukum Taurat kepada
Israel di Sinai, tetapi merupakan suatu kesalahan yang besar untuk menganggap
bahwa umatNya pada saat itu berada tanpa suatu pemberian pesan tertentu dari
Dia tentang beberapa kewajiban mereka. Suatu pembelajaran yang teliti tentang
kitab Kejadian menyatakan jejak-jejak yang jelas dari suatu wahyu primitif, yang
kelihatannya telah berpusat pada hal-hal ini: persembahan dari korban-korban kepada Allah, perayaan / ketaatan
tentang Sabat, dan pemberian persembahan persepuluhan. Sekalipun kita pada jaman ini tidak bisa menunjuk dengan jari kita
pada undang-undang atau perintah yang positif dari Allah untuk yang manapun
dari tiga hal itu pada jaman awal, tetapi dari apa yang dicatat kita dipaksa
untuk menganggap bahwa hal-hal seperti itu pasti telah diberikan.] - ‘An Exposition of Hebrews’, Vol 1, hal 423-424 (AGES).
Memang tentang memberi korban kepada Allah, itu sudah
ada pada jaman Kain dan Habel, padahal belum pernah ada perintahnya. Dari mana
mereka tahu itu harus diberikan?
Larangan bekerja pada hari Sabat sudah ada dalam Kel
16, sebelum hukum tentang hari Sabat diberikan dalam Kel 20:8-11. Tetapi untuk
larangan dalam Kel 16 itu ada firman Tuhan yang jelas.
Dan memberikan persembahan persepuluhan dilakukan oleh
Abraham (Kej 14:20) dan Yakub (Kej 28:22), sebelum pertama-kalinya hukum
tentang persembahan persepuluhan diberikan (Im 27:30).
A. W.
Pink: “No
one can point to a ‘thus saith the Lord’ requiring Noah to offer a sacrifice to
Him, nor can we assign chapter and verse giving a command for the saints to
tithe ere the law was given; yet is it (it is?) impossible to account for
either without presupposing a revelation of God’s mind on those points. The
fact that Abraham did give a
tithe or tenth to Melchizedek, intimates that he acted in accordance with God’s
will. So too the words of Jacob in Genesis 28:22 suggests the same thing. This
principle of recognizing God’s ownership and owning His goodness, was later
incorporated into the Mosaic law: Leviticus 27:30. Finally, it is taken note of
here in Hebrews 7, and in the humble judgment of the writer the passage which
is before us presents an argument which admits of no refutation. Abraham paid
tithes to Melchizedek, and Abraham is the father of all that believe (Romans 4;
Galatians 3). He is the pattern man of faith. He is the outstanding exemplar of
the stranger and pilgrim on earth whose Home is in Heaven. Melchizedek is the
type of Christ. If then Abraham gave the tithe to Melchizedek, most assuredly
every Christian should give tithes to Christ, our great High Priest.” [= Tak seorangpun bisa menunjuk pada
kata-kata ‘demikianlah firman Tuhan’ yang menuntut Nuh untuk mempersembahkan
suatu korban bagiNya, juga kita tidak bisa menyebutkan pasal dan ayat yang
memberikan suatu perintah untuk orang-orang kudus untuk memberikan persembahan
persepuluhan sebelum hukum Taurat diberikan; tetapi adalah mustahil untuk
menerangkan yang manapun dari keduanya tanpa mensyaratkan suatu wahyu dari
pikiran Allah tentang hal-hal itu. Fakta bahwa Abraham memang memberikan suatu
persembahan persepuluhan atau sepersepuluh kepada Melkisedek, menunjukkan
secara implicit bahwa ia bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Demikian juga
kata-kata Yakub dalam Kej 28:22 menyatakan secara tak langsung hal yang sama.
Prinsip untuk mengakui kepemilikan Allah dan pengakuan akan kebaikanNya,
belakangan dimasukkan ke dalam Hukum Musa: Im 27:30. Akhirnya, itu dicatat di
sini dalam Ibr 7, dan dalam penilaian yang rendah hati dari penulis, text yang
ada di depan kita memberikan suatu argumentasi yang tidak bisa dibantah. Abraham memberi persembahan
persepuluhan kepada Melkisedek, dan Abraham adalah bapa dari semua orang yang
percaya (Ro 4; Gal 3). Ia adalah pola dari orang percaya. Ia adalah model ideal
yang sangat bagus tentang orang-orang asing dan pengembara di bumi yang
Rumahnya ada di Surga. Melkisedek adalah TYPE dari Kristus. Maka jika Abraham
memberikan persembahan persepuluhan kepada Melkisedek, sudah pasti orang
Kristen harus memberi persembahan persepuluhan kepada Kristus, Imam Besar Agung
kita.] - ‘An Exposition of Hebrews’, Vol
1, hal 424 (AGES).
Nuh juga
tak pernah mendapat perintah untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Dari
mana ia tahu-tahu bisa mempersembahkan korban? Tidak bisa tidak, itu pasti
diberitahukan kepadanya oleh Tuhan, sekalipun hal itu tidak ditulis dalam
Alkitab.
Juga satu
hal lagi berkenaan dengan korban yang diberikan oleh Nuh. Dari mana ia tahu
mana binatang yang haram dan yang tidak haram? Itu tak pernah diberitahukan
kepadanya, dan baru muncul dalam hukum Taurat (Im 11). Tidak bisa tidak, kita
harus menyimpulkan bahwa itu diberitahukan kepadanya oleh Tuhan, sekalipun hal
itu tidak diceritakan dalam Alkitab.
Kej
7:2,8-9 - “(2) Dari segala binatang yang tidak haram
haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang
yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; ... (8) Dari binatang
yang tidak haram dan yang
haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi,
(9) datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan dan betina,
seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh.”.
Kejadian 8:20 -
“Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang
yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram
diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas
mezbah itu.”.
-bersambung-