KESELAMATAN ADALAH PENGANGKATAN SEBAGAI ANAK ALLAH
Doni Abadi Nababan.
KESELAMATAN SECARA UMUM
Istilah Selamat atau Keselamatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, Selamat : terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka, bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan; kerusakan, dsb. Keselamatan : perihal (keadaan dsb) selamat; kesejahteraan; kebahagiaan dsb.
Sedangkan menurut kamus gambaran Alkitab mengenai keselamatan melukiskan apa yang Allah telah lakukan, sedang dilakukan dan akan dilakukan demi laki-laki dan perempuan yang menderita kesengsaraan, kematian, dan ketiadaan arti dari kondisi manusia. Keselamatan menunjuk pada suatu proses aktif dan pengaruh yang diakibatkannya, keduanya menunjuk kepada kata kerja Selamat (save) dan kepada kata benda Keselamatan (salvation).
Dalam Ensiklopedia Alkitab masa kini, Keselamatan, Ibrani Yesyu’a dan Yunani Soteria, berarti tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. Pergeseran arti ‘Keselamatan’ dalam Alkitab bergerak dari ihwal fisik kelepasan moral dan spiritual. Demikianlah bagian-bagian paling depan PL berkembang dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perseorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka, ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur; bagian-bagian paling akhir PL memberikan tekanan yang lebih besar pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas keterberkatan secara moral dan religious, dan memperluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan. PB dengan jelas menunjukkan keterbukaan manusia kepada dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yang hanya dapat diperoleh dalam Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yang makin lama makin jelas tentang bagaimana Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan bagaimana Dia sendiri pada diriNya adalah satu-satunya keselamatan manusia.
Menurut hemat penulis, secara umum keselamatan adalah suatu proses dimana terjadi sebuah tindakan yang bermaksud untuk menolong dan melepaskan seseorang dari mara bahaya yang memungkin seseorang tersebut akan mengalami kepahitan bahkan sampai pada kematian.
Kata “keselamatan” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Sozo” yang artinya: (menyelamatkan, membebaskan, mengawetkan, melestarikan, menyembuhkan.) Dan dalam kaitannya dengan manusia berarti “menyembuhkan dari kematian atau mempertahankan hidup”. Manusia diciptakan dalam keadaan kudus dan tanpa dosa oleh Allah. Manusia diciptakan sempurna adanya. Manusia pertama yaitu Adam dan Hawa hidup dalam keadaan yang tak bercacat dan tak bernoda dan Allah memberikan perintah kepada mereka untuk memelihara taman eden. Manusia diciptakan oleh Allah dengan kehendak bebas dan bebas memilih yang baik dan yang jahat. Tetapi, karena memilih yang salah maka hubungan dengan Allah putus dan secara rohani mengalami kematian. Dengan demikian keselamatan dibutuhkan oleh orang-orang yang sudah mengalami kematian rohani.
Terminologi keselamatan dalam perjanjian Lama berasal dari kata “Yasa” (yasa) dan “Yesua” (yesua). Kata ini hanya ditemukan dalam bentuk Niphal (passif) dan Hiphil (aktif), yang artinya meyerahkan atau membebaskan. Gambaran yang paling menonjol dan jelas tentang keselamatan pada Perjanjian lama adalah peristiwa “Keluaran dari Mesir”. Dalam proses perjalanan umat dari Mesir menuju Israel, Musa memberi instruksi atau perintah kepada umat Israel agar selalu menaati pesan Allah ( Keluaran 14:13).
Selanjutnya W.L. Liefeld mengatakan ada beberapa istilah dari Bahasa Ibrani yang menyebutkan tentang keselamatan:
a. Yasa (yesua)
Dalam Mazmur 51:16, kata yang dipakai disini adalah תְּשׁוּעָתִ֑י (keselamatanku) dari kata yasa, yang artinya keselamatanku. Maksud teks ini, Daud memohon perbaikan keselamatan demi penyelamatan diri. Jadi, keselamatan dihubungkan dengan “kasih Tuhan”.
b. Yesua (yasa)
Kata ini dapat kita jumpai dalam Keluaran 14:13 dengan memakai kata יַעֲשֶׂ֥ה (yasa). Ayat ini hendak menekankan supaya umat Allah tetap bertahan sampai Tuhan membawa keselamatan kepadanya.
c. Yesa (yesa)
Kata ini dipergunakan kepada Tuhan, dimaan Tuhan disebut sebagai keselamatanku יִ֜שְׁעִ֗י (yisi). Tuhan digambarkan sebagai “tanduk” dan “batu karang” serta “panji-panji keselamatan” Mazmur. 18:3; 65:5).
Menurut Perjanjian Lama
Keselamatan menurut PL mempunyai unsur-unsur baik yang tertuju kepada manusia maupun tertuju kepada Allah. Manusia terancam bahaya, musibah fisik, penganiayaan oleh lawan dan kematian. Dalam persekutuan umat pilihan Allah, keterbelengguan (ketertawanan) merupakan pengalaman nyata, yang daripadanya kelepasan mutlak diperlukan, dan gagasan-gagasan tentang keselamatan terutama yang bersifat kesukaan dan duniawi. Bahaya yang lebih gawat adalah dimana perseorangan dan masyarakat berdiri di hadirat Allah, yang kehendak-Nya sudah mereka langgar dan yang murka-Nya telah menimpa mereka.
Alat-alat keselamatan, langsung atau tidak langsung, disediakan melalui para bapak leluhur, hakim, pemberi hukum, imam, raja, dan nabi. Hukum, baik bersifat ritual maupun moral, akibat dosa manusia, tidak mampu memberikan keselamatan yang penuh, tapi menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraan manusia. Juga dalam batas-batas tertentu ‘mengerem’ kesalahan manusia; tapi penyalahgunaannya sebagai aturan moral legalisme dua muka. Pertama, pencapaian manusia dibeberkan di hadapan Allah dalam tuntutan yang bersifat membenarkan diri sendiri, untuk memperoleh keselamatan.
Kekakuan upacara terancam oleh bahaya yang sama, tapi sementara kemuncak penyelenggaraan upacara Hari Pendamaian hanya menggenapi pengampunan atas dosa-dosa yang tidak sengaja, maka rinciannya menunjuk kedepan kepada datangnya keselamatan sejati. Penekanan nabi-nabi akan betapa perlunya perubahan batiniah, menggarisbawahi bobot kesalahan perbuatan manusia. Juga membimbing kepada ramalan tentang keselamatan mesianis yang apokaliptik, bila Allah, sesuai janji-Nya, akan datang sendiri dalam keselamatan dalam sebagai Allah yang adil dan juruselamat (Yes 44:17; Dan 7:13). Ajaran PL tentang keselamatan mencapai puncaknya dalam gambar Hamba yang menderita (lih. Yes 53); dalam hal ini PL menyediakan adegan untuk keselamatan dalam PB.
Menurut Perjanjian Baru
Dalam injil Sinoptik kata keselamatan diucapkan hanya satu kali oleh Yesus (Lukas 19:9). Ayat itu dapat mengacu kepada diriNya sendiri sebagai kandungan keselamatan yang memberikan pengampunan kepada Zakheus, atau kepada sesuatu yang nyata oleh perubahan tindakan yang dilakukan oleh pemungut cukai itu. Tapi Tuhan Yesus menggunakan kata kerja ‘selamat’ dan istilah-istilah yang serupa, untuk menyatakan pertama-tama apa yang akan dilakukan-Nya dalam kedatangan-Nya (Markus 3:4 secara implikatif, dan secara langsung Lukas 4:18; 9:56; Matius 18:11; 20:28), dan kedua, apa yang dituntut dari manusia (Markus 8:35; Lukas 7:50; 8:12; 13:24; Matius 10:22). Luk 18:26 dan konteksnya, menunjukkan bahwa keselamatan menghimbau hati yang menyesal, sifat seperti kanak-kanak, ketidakberdayaan diri yang pasrah menerima, dan penyangkalan segala sesuatu demi Kristus, kondisi-kondisi yang mustahil dapat dipenuhi manusia tanpa bantuan.
Perjanjian Baru memberikan gambaran tentang penggenapan dari apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Mesias menjadi penggenapan apa yang dinantikan menyangkut campur tangan Allah dalam menyelamatkan manusia. Namun didalam Perjanjian Baru Keselamatan yang akan dilakukan oleh Yesus menunujuk keselamatan dari dosa. PB menunjukkan dengan jelas keterbu-dakan manusia oleh karena dosa, bahaya dan akibat dari dosa itu sendiri yaitu maut (Rom 6:23).
Mengacu kepada Roma 3:8-10,23 bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan Kemuliaan Allah. Kondisi manusia itu tidak seperti yang dimaksudkan oleh Allah waktu menciptakannya. Rupa dan gambar Allah pada diri manusia sudah tercoreng-moreng. Dosa bersifat universal, menyangkut geografis termasuk individual manusia baik kepribadian ataupun eksistensi manusia. Kerusakan akibat dosa terjadi secara total termasuk didalamnya alam semesta (Kejadian 3:17-18; Roma 8:19-22). Oleh karena itu manusia tidak akan mungkin menyelamatkan dirinya sendiri (Efesus 2:8-9). Maka Perjanjian Baru dengan jelas menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling utama adalah keselamatan dari akibat dosa yaitu maut.
Konsep keselamatan menurut Paulus
Keselamatan dalam teologi Paulus lebih dikenal dengan tema “Pembenaran” (dikaiosis) diri hanya terdapat dalam Roma 4:25 dan 5:18 sedang kata kerja “membenarkan” (dikaioun) digunakan 15 kali dalam Roma dan 8 kali dalam Galatia. Disamping itu dalam korintus hanya terdapat dalam 1Korintus 4:4 dan 1Korintus 6:11.
Paulus menyatakan bahwa Kitab Suci dapat memberi manusia “hikmat dan menuntun ke keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus” (2 Timotius 3:15), dan menyediakan sarana-sarana yang penting untuk menikmati keselamatan yang penuh. Dengan memperluas dan menerapkan konsep PL tentang keadilan Tuhan yang menjadi bayang-bayang bagi keadilan yang menyelamatkan didalam PB, Paulus menunjukkan betapa tidak ada keselamatan oleh hukum. Sebab hukum hanya dapat menunjukkan kehadiran dan memancing aktivitas dosa, dan membungkamkan manusia dalam kesalahannya di hadapan Allah (Roma 3:19; Galatia 2:16). Keselamatan disediakan sebagai anugerah dari Allah yang adil yang berbuat dalam rahmat kepada pendosa yang tidak layak. Pendosa yang oleh anugerah iman, percaya kepada keadilan Kristus, memberikan kepada pendosa yang tak layak itu (yaitu memperhitungkan baginya keadilan Kristus yang sempurna), mengampuni dosa-dosanya, mendamaikan dia dengan diri-Nya sendiri di dalam dan melalui Kristus yang sudah “membuat perdamaian melalui darah salib-Nya” (2Korintus 5:18; Roma 5:11;Kolose 1:20), mengangkatnya menjadi keluarga-Nya (Galatia 4:5; Efesus 1:13; 2Korintus 1:22) memberinya materai, kesungguhan, dan buah sulung dari Roh-Nya didalam hatinya, dan dengan demikian menjadikannya mahluk baru. Oleh Roh yang sama sarana keselamatan berikutnya memampukan dia berjalan dalam kehidupan yang baru, sambil makin mematikan perbuatan-perbuatan daging (Roma 8:13) sampai akhirnya ia dijadikan sama dengan Kristus (Roma 8:29) dan keselamatannya digenapi dalam kemuliaan (Filipi 3:21).
Konsep Keselamatan Menurut Beberapa Aliran Gereja
1. Lutheran
Sejak awal gereja telah mempercayai penyelamatan itu adalah tindakan Allah semata, bahkan salah seorang bapak gereja, Augustinus mengatakan manusia tidak bisa berbuat sesuatu apapun untuk memperoleh keselamatan, karena ia hanya mempunyai kemampuan untuk berdosa. Kemampuan untuk menghindari dosa dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah yang menjadi syarat untuk mendapat keselamatan adalah semata-mata karunia Allah kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Namun pandangan ini tidak sepenuhnya diterima oleh gereja waktu itu (Gereja Katolik Roma). Selain pandangan Augustinus, pada waktu itu gereja memahami bahwa keselamatan itu diperoleh apabila melakukan semua apa yang diperintahkan Allah dalam Alkitab dan menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Gereja.
Pandangan gereja yang terakhir itulah yang menjadi pergumulan besar dalam kehidupan Luther. Walaupun ia sungguh-sungguh setia dalam kehidupannya sebagai rahib untuk hidup sesuai dengan perintah-perintah Allah dan memenuhi aturan-aturan Gereja, namun ia tidak mendapat ketenangan jiwa dan bahkan tidak mendapat kepastian akan mendapat keselamatan. Kasih karunia Kristus dalam pengorbanan-Nya di kayu salib dan pelayanan sakramen-sakramen yang dilakukan oleh gereja, ia menganggap itu tidak menolongnya. Sebab bagi Luther syarat memenuhi keselamatan yang ditetapkan oleh gereja tidak dapat dipenuhinya. Ia tidak mampu mengasihi Allah, melainkan ia hanya takut kepada-Nya. Dalam pergumulannya seperti itulah ia menemukan surat Paulus dalam Roma 1:16-17
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,… Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman”.
Ayat Alkitab ini menolong Luther untuk keluar dari pergumulannya. Ia memahami bahwa keselamatan bukan sesuatu yang dapat dikejar oleh manusia dengan segala macam perbuatan, melainkan sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada semua manusia yang menyerahkan diri sepenuhnya dengan menggunakan sarana iman. Disinilah mulainya muncul tiga istilah dalam bahasa Latin yang dikenal dengan: Pertama, Sola Gratia: bahwa manusia hanya diselamatkan oleh karena kasih karunia. Kedua, Sola Fide: bahwa manusia hanya memperoleh keselamatan jika ia menyerahkan diri dalam iman kepada Allah yang rahmani. Ketiga, Sola Scriptura: bahwa manusia hanya dapat tahu tentang Allah dan firman Allah yang terkandung dalam Alkitab.
Anugerah (kharis) merupakan pemberian yang tidak harus dibalas. Anugerah Allah yang membenarkan manusia sekaligus juga dapat diartikan bahwa manusia dikatakan benar dan dibuat benar. Kedua istilah ini berlaku dalam deretan tertentu, yakni pembenaran pertama bahwa manusia divonis benar dan dengan demikian dianggap benar; sedang pembenaran kedua dapat dimengerti dalam arti bahwa manusia dibuat benar. Walaupun anugerah suatu pemberian itu merupakan pandangan kemurahan Allah terhadap manusia. Pembenaran juga bukan karena perbuatan baik tetapi oleh iman semata. Dengan demikian iman harus memberi buah dan perbuatan yang baik, dan kita harus melakukan segala perbuatan yang baik sebagaimana diperintahkan Allah.
Konsep pemikiran Luther ini juga berkembang dikalangan para teolog Protestan di Indonesia, misalnya: Harun Hadiwijono mengatakan, bahwa karya penyelamatan Allah dilakukan dalam dua aspek, yaitu: Pertama, karya penyelamatan Allah secara obyektip, artinya penyelamatan yang dilakukan Allah dalam diri Kristus melalui kesengsaraan, kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam karya inilah, hubungan manusia dengan Allah dipulihkan kembali. Kedua, karya penyelamatan Allah secara subyektip artinya penyelamatan yang diusahakan oleh Kristus dengan perantaraan Roh Kudus. Atau dengan kata lain bahwa tindakan karya penyelamatan Allah telah berlangsung sebelum Kristus, yakni dengan memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya; sebab dengan perantaraan Israel, Allah mau menyampaikan keselamatan-Nya kepada segala bangsa (bnd. Kejadian 12:3). Namun Israel gagal memenuhi tugas dan panggilan yang Allah percayakan kepadanya. Meski demikian, kegagalan Israel bukan berarti bahwa umat manusia tidak ada harapan lagi. Kegagalan Israel tidak menghalangi maksud dan rencana Allah dengan umat manusia. Bagi-Nya ada harapan dan masa depan. Hal itu tampak jelas dalam janji-janji yang disampaikan oleh para nabi. Pada akhirnya janji rencana keselamatan itu dipenuhi dalam diri Kristus yang menjadi inti iman Kristen. Di dalam Kristus atau kemanusiaan Yesus, Allah sendiri bertindak dan tindakan-Nya itu sangat menentukan. Mengapa? Karena dosa yang menguasai dan memperbudak manusia Dia hancurkan, dan kepada manusia Dia berikan keselamatan, sehingga hubungan Allah dengan manusia dipulihkan kembali.
Salah satu gereja Protestan Lutheran yang terbesar di Indonesia, mengaku dalam konfessinya tentang keselamatan sbb:
“Keselamatan adalah karya Allah, yaitu kelepasan dari dosa, dari kuasa iblis dan maut, dan dari aneka ragam kuasa yang bertentangan dengan firman Allah. Karena dengan karunia dan kasih Allahlah keselamatan dilaksanakan, yaitu dengan penebusan Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, yang mati di kayu salib, yang turun ke dalam maut setelah dikuburkan dan yang bangkit dari kematian pada hari ketiga. Jalan untuk menerima keselamatan itu adalah melalui iman yang dilahirkan oleh Roh Kudus dan iman itulah yang diperhitungkan Allah sebagai kebenaran manusia. Keselamatan itu adalah kemuliaan Allah dan kebahagiaan manusia. Orang percaya telah dibebaskan, walaupun dia masih mengalami pergumulan di dunia ini. Karunia Allah senantiasa melepaskan orang percaya dari aneka ragam bahaya dalam kehidupan sehari-hari, secara jasmani maupun rohani, baik perorangan maupun kelompok.
Penampakan dari keselamatan itu dalam kehidupan orang percaya di dunia ini ialah kehidupan yang kudus, yang menghasilkan buah-buah Roh ( 1 Yohanes 3: 16; 2 Korintus 8:9; Kis 4:12; Galatia 5:22). Dengan ajaran ini ditekankan tidak ada keselamatan selain dari keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan hanya Yesus Kristuslah yang empunya orang yang diselamatkan-Nya. Iblis maupun kuasa yang lain dari kekuasaan Kristus tidak berkuasa merampasnya (Roma 8:38-39). Karena itu kita menolak ajaran yang mengatakan , bahwa manusia dapat menyelamatkan dirinya dari kuasa dosa, dari kuasa iblis dan dari kematian dengan cara meninggalkan keramaian di dunia ini. Kita juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa usaha manusialah yang menentukan keselamatannya”
2. Calvinis
Pada dasarnya teologi Calvin bertolak dari teologi Luther yakni Sola Fide, Sola Gratia, dan Sola Scriptura, namun demikian tidak berarti bahwa Calvin menerima begitu saja teologi Luther melainkan ia menampilkan ciri tersendiri dengan alasan: Pertama, Calvin hidup dalam keadaan berbeda dengan Luther. Calvin mewarisi pemikiran reformis 10 tahun sesudah Luther. Kedua, Latarbelakang pendidikan yang berbeda.
Seluruh keselamatan terkandung di dalam Kristus, oleh sebab itu kita harus menjaga jangan sampai bagian yang paling kecil sekalipun kita anggap bersumber pada orang lain. Yesus sendiri mengajarkan kepada kita bahwa keselamatan itu ada pada-Nya. Kalau kita menginginkan karunia-karunia Roh, apapun juga: itu terdapat dalam pengurapan-Nya. Kalau kita mencari kekuatan terdapat dalam pemerintahan-Nya. Kalau mencari kesucian ditemukan dalam cara Ia dikandung. Mencari kerahiman ada dalam kelahiran-Nya yang membuat Dia sama dengan kita dalam segala hal, agar Ia belajar menderita bersama kita. Kalau kita mencari penebusan ada dalam penderitaan-Nya. Dan kalau kita mencari pembebasan dari kesalahan ada dalam hukuman atas diri-Nya; hapusnya kutuk dalam salib-Nya; pemuasan dalam pengorbanan-Nya; penyucian ada dalam darah-Nya; pendamaian kembali, turunnya dalam turun-Nya ke neraka.
Allah menyelamatkan manusia melalui Kristus. Dibenarkan oleh karena iman yang dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang pilihan-Nya. Orang yang percaya kepada Kristus adalah “cermin pilihan”, tidak perlu meragukan lagi keselamatannya, sebab biarpun dia tetap berdosa, Allah tidak pernah akan membiarkan dia sampai binasa. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak menerima keselamatan yang diberikan dalam Kristus, maka itu bukan kehendak mereka sendiri, melainkan kehendak Allah. Penolakan adalah sisi balik yang logis untuk pemilihan. Allah menolak orang-orang tertentu dan membiarkan dalam kebinasaan tidak patut diketahui manusia. Manusia dilarang untuk mencari rahasia-rahasia Allah. Ia harus menerima kenyataan-kenyataan yang disaksikan oleh Alkitab. Maksud Calvin mengatakan demikian bukan untuk membuat orang percaya bimbang tentang keselamatan mereka melainkan justru hendak memberikan kepastian yang lebih mantap.
Salah satu pengajaran Calvin adalah “Predestinasi”. Di dalam predestinasi ini ia mengajarkan bahwa karya penebusan hanya untuk orang-orang pilihan Allah. Dengan kata lain keselamatan itu tidak bersyarat, karena kedaulatan Allah sanggup menyelamatkan manusia sampai ke akhir. Allah sanggup memelihara keselamatan yang Ia sudah kerjakan (One saved always saved). Yohanes 3:15; 17:12; 10:27-30; Roma 11:29; 2 Tes. 3:3; 2 Timotius 1:12; Ibrani 5:9: Yudas 23,24.
Penekanan utama keselamatan menurut Calvinis adalah :
Faktor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dari dosa bukanlah keputusan orang yang bersangkutan melainkan kedaulatan anugrah Allah.
Penerapan keselamatan kepada umat Allah berakar di dalam ketetapan kekal (eternal degree) Allah, dimana berdasarkan itu Ia memilih umatNya untuk beroleh hidup yang kekal, bukan berdasarkan kebaikan manusia.
Walaupun semua orang mendengar berita Injil dan dipanggil untuk menerimanya tetapi anugrah Allah yang menyelamatkan bersifat partikuler (tertentu) yaitu dikaruniakan hanya kepada kaum pilihan.
Anugrah keselamatan Allah adalah efektif dan tidak akan hilang, artinya Allah tidak akan membiarkan kaum pilihanNya kehilangan keselamatan mereka.
Walaupun penerapan keselamatan dalam diri umat Allah meliputi berbagai aspek dan karya manusia tetapi penerapan yang utama adalah karya Roh Kudus.
3. Armenianisme
Armenianisme adalah kelompok yang muncul di kalangan Protestan Calvinis di Belanda yang dipelopori oleh Jacob Arminus tahun 1610. Dalam dokumen yang diberi judul Remontran, terkandung beberapa pandangan sbb:
Pemilihan dan penolakan (Predestinasi) didasarkan sebelum iman (percaya).
Kematian Kristus adalah untuk semua orang, namun hanya orang yang percaya saja yang dapat menikmatinya.
Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak dapat melakukan perbuatan baik. Mereka hanya mencapai keselamatan dengan pencurahan kuasa melalui Roh Kudus.
Rahmat Allah adalah permulaan dan akhir dari segala perbuatan baik.
Rahmat Allah dapat memelihara orang beriman dari setiap penggodaan.
Mereka mengajarkan kepastian keselamatan yang bersyarat; yang menekankan pada tanggung jawab manusia (Human Responsibility). Allah tidak memaksakan orang untuk selamat. Orang yang percaya bisa saja jatuh ke dalam kemurtadan dan kesesatan kecuali bertobat (Yoh. 1:12-13). Ayat-ayat lain dalam Alkitab adalah: 1 Taw. 28:9; 1 Sam. 25:1-44; Matius 7:24; 1 Korintus 9:27; Ibrani 4:1; Yoh. 3:30; Ibrani 6:1-6; 10:23-29; 1 Pet. 5:8; 2 Petrus 2:20).
4. Methodis
Jhon Wesley dalam khotbahnya yang mengutip Efesus 2:8 “Sebab kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”. Berkat yang diberikan Allah kepada manusia datang karena anugerah, kemurahan dan karunia Allah semata. Manusia diselamatkan dari dosa bukan karena perbuatan baik dan kesuciannya, tetapi semata-mata berasal dari Allah sendiri. Keselamatan tidak terjadi begitu saja tetapi adalah didasarkan iman kepada Kristus, sebab dengan mengenal Kristus otomatis kita mengenal Allah. Kristus adalah pusat iman.
Keselamatan dari akibat dosa berarti juga keselamatan dari ketakutan, artinya bahwa keselamatan tidak lagi menimbulkan takut bahwa kita akan jatuh dari kasih karunia Allah dan janji-Nya. Keselamatan membawa kita kepada damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh keselamatan dari dosa dan kuasa dosa, kita mendapat pembenaran dalam arti bahwa pembenaran itu terjadi karena pelepasan dari hukuman oleh penebusan Kristus. Orang yang dibenarkan dan yang diselamatkan oleh iman berarti juga dilahirkan kembali. Ia dilahirkan kembali dari Roh Kudus untuk menerima hidup baru, hidup yang tersembunyi dengan Kristus di dalam Allah (Kol. 3:3).
5. Pentakosta
Aspek pembahasan tentang keselamatan dalam doktrin Pentakosta terdapat dalam Ibrani 2:3 “keselamatan yang besar” (so great a salvation) yang dianugerahkan Allah bagi semua orang yang percaya kepada Kristus sebagai juru selamatnya, Terminologi umum dalam Alkitab yang digunakan untuk menterjemahkan tentang ‘keselamatan’ dan ‘kehidupan kekal’ adalah berbicara tentang pemberian Allah kepada semua orang percaya lewat penebusan Kristus dari dosa. Kedua istilah di atas dihubungkan secara rapat dengan jalan menyelamatkan dan juga kehidupan yang kekal, namun keduanya memiliki penekanan masing-masing.
Pengalaman akan keselamatan adalah merupakan aplikasi salib dan itu adalah keuntungan semua orang beriman. Teologi Pentakosta tentang keselamatan cukup dipahami dengan percaya kepada-Nya.
Pengertian dasar keselamatan adalah kelepasan dari sesuatu keadaan dimana seseorang tidak dapat menolong dirinya. Berdasarkan kesaksian Alkitab, kelepasan adalah pekerjaan Allah yang memerdekakan orang dari ikatan dosa dan membawa mereka pada suatu tempat yang mulia melalui Yesus Kristus. Keselamatan yang diberikan Allah telah melahirkan dua dampak, ‘secara negatif’ yakni keselamatan adalah kelepasan dari dosa dan murka Allah. Dengan demikian tujuan Kristus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan para pendosa dari dosanya dan melepaskan mereka dari murka Allah (I Tim 1:15; Roma 5:9). Pekerjaan Kristus yang melepaskan para pendosa dari suatu kehidupan yang didominasi/dikuasai, yang oleh Paulus tulis sebagai ‘this present evil age’ (melepaskan dari dunia jahat yang sekarang ini) (Galatia 1:4). Secara positif, keselamatan adalah mengetahui Kristus secara pribadi sebagai Juruselamat dan memperkenalkan penyelamatan-Nya atas para pendosa untuk suatu kehidupan pemuridan. Dengan demikian aliran Pentakosta membenarkan perkataan Kristus yang mengatakan : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6).
Keselamatan bersangkutpaut dengan keseluruhan diri (menyeluruh) dan menyentuh tiap-tiap area kehidupan. Aplikasi menyeluruh tentang keselamatan dalam kehidupan orang-orang percaya secara pribadi ditekankan dalam teologi Pentakosta. Tiap-tiap orang yang oleh imannya menerima Kristus sebagai juruselamat diperbaharui secara rohani.
Keselamatan diawali dengan keadilan dan regenerasi-kelahiran baru-menghasilkan hidup yang kekal. Dalam penyelamatan pribadi, seseorang masuk dalam hubungan yang benar dengan Allah dan dihilangkan dari beban dosa dan diberi kebebasan untuk memenuhi kehendak Allah. Pada saat keselamatan dialami Roh Kudus tinggal dalam diri orang percaya tersebut, melaluinya pengudusan dan penyucian hati dan pikiran menghendaki orang-orang yang percaya dibawa kepemahaman harmoni dalam kehendak Allah. Kemudian dalam pengalaman baptisan Roh Kudus, Roh menguasai orang-orang percaya untuk merespons sepenuhnya panggilan Allah dengan melayani dan pemuridan. Keselamatan bagi orang percaya akan tiba pada pemenuhan akhir dalam tubuh yang sudah dibangkitkan ( 1 Pet. 1:5).
Anugerah Allah dan keselamatan terarah dari masa lalu, kini dan masa yang akan datang dalam kehidupan orang Kristen. Dalam PB (Yunani) kata kerja menyelamatkan bagi orang Kristen diterjemahklan dalam tiga bentuk.
Pertama, Orang Kristen adalah orang yang sudah diselamatkan. Yesus mengatakan kepada perempuan yang berdosa “imanmu telah menyelamatkan engkau” (Lukas 7:50), penyelamatan berdiri sebagai suatu fakta yang sudah dipenuhi melalui iman (Ef. 2:8). Ketika orang-orang menaruh percaya kepada Yesus Kristus, mereka telah diselamatkan (Kis. 16:31). Maksudnya adalah mereka telah dilepaskan dari kegelapan kepada terang, dan telah ditebus dari dosa, dibenarkan, dan mengalami rekonsiliasi dengan Allah. Pada saat mereka datang dalam iman kepada Kristus, hal itu menjadi bukti awal dari pengalaman mereka diselamatkan.
Kedua, Orang Kristen kini sedang diselamatkan. Keselamatan adalah suatu pengalaman yang dinamis. Roh Kudus terus-menerus bekerja dalam hati orang-orang percaya dan memberi mereka kekuatan (Ef. 3:16). Mereka mengalami lebih dan lebih lagi kasih Allah dan bertumbuh dalam iman dan pengetahuan. Paulus berbicara tentang keselamatan sebagai suatu realitas yang berjalan bagi orang-orang yang percaya: “kepada semua yang hilang”, salib adalah kebodohan, tetapi “bagi kita yang telah diselamatkan” itu merupakan kuasa Allah. ( 1 Kor. 1:18; 2 Kor. 2:15). Dia menekankan bahwa aspek keselamatan yang berjalan itu dikerjakan oleh orang-orang percaya sendiri dengan takut dan gentar ( Flp. 2:12-13).
Keselamatan adalah hadiah yang menjadi milik orang-orang percaya tetapi tidak sepenuhnya diberikan kepada mereka. Kepenuhan keselamatan kita direalisasikan pada masa yang akan datang, ketika Kristus datang kembali ( Ibr. 9:28; 2 Tim. 4:18). Penggunaan “keselamatan kita” begitu dekat pada saat kita percaya (Rm. 13:11). Melalui iman dalam Kristus, Allah memelihara kita dengan kuasa-Nya untuk “keselamatan kita siap dinyatakan pada masa yang akan datang” (1 Petrus 1:5).
Ketiga, Orang Kristen akan diselamatkan. Hadiah kehidupan orang Kristen adalah suatu pengharapan yang penuh akan keselamatan di masa yang akan datang. Kita sebagai orang Kristen dapat dengan yakin mendeklarasikan bahwa kita telah diselamatkan, telah dilepaskan dari kematian kepada hidup. Tetapi sebagaimana Allah terus-menerus bekerja dalam kita, dan kita juga mengerjakan keselamatan kita, kita menantikan waktu terakhir dimana secara lengkap kita diselamatkan dari semua dosa dan kejahatan diubah sesuai dengan kehendak Kristus dengan tranformasi tubuh.
Jalan keselamatan. Perjanjian Lama berbicara tentang “jalan keselamatan dan jalan yang tidak benar” ( Mzm.1:6; bnd. Yes. 30:21; Yer. 21:8), tetapi dalam PB dibuka dengan pelayanan Yohanes Pembaptis. Dalam Yes. 40:3, Mal. 3:1 dia beritakan bahwa tiap-tiap yang datang untuk mendengarkannya “persiapkan jalan untuk Tuhan” “luruskan jalan bagi-Nya” ( Mrk. 1:3; bnd. Mat. 3:3; Lukas 3:4). Persiapkanlah adalah membuat semua orang menjadi melihat “keselamatan dari Allah” (Lukas 3:6). Jalan Tuhan adalah kemahakuasan Allah yang menyelamatkan di dalam Yesus Kristus.
Kristus adalah jalan keselamatan. Yesus mengajarkan bahwa ada dua jalan, yaitu jalan yang lebar dan jalan yang sempit ( Matius 7:13-14), tetapi Yesus juga menklaim bahwa Dia adalah jalan keselamatan. Yesus berkata kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” ( Yoh. 14:6). Yesus tidak hanya mengajarkan jalan kepada Allah, tetapi Dia sendiri adalah jalan.
Orang Kristen mula-mula mengetahui bahwa Kristus dan memuji-Nya adalah jalan menuju keselamatan. Dengan dipenuhi Roh Kudus, Petrus mendeklarikasikan bahwa tidak ada keselamatan dalam nama lain di bawah kolong langit yang melaluinya diperoleh keselamatan ( Kis. 4:12). Paulus juga mengajarkan bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan ( bnd. Ef. 2:18). Penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa Kristus telah membuka sesuatu yang baru dan jalan kehidupan kepada Bapa ( Ibrani 10:19-20 bnd. 7:5). Jalan itulah yang membuat kita dekat dengan Allah melalui Kristus dan pekerjaan-Nya yang menyelamatkan melalui salib.
Iman Kristen adalah “jalan” keselamatan. “Jalan” menjadi suatu tanda untuk iman Kristen. Kekristenan mula-mula adalah orang yang berjalan sebab mereka memeluk iman Kristen sebagai jalan. Sebelum penangkapannya, Paulus mengejar orang-orang Kristen yang mengikuti jalan-Nya ( Kis. 9:2; 22:4). tetapi setelah diselamatkan, dia memberitakan tentang iman, yang sebelumnya membinasakan ( Gal. 1:23). Hamba perempuan yang diidentifikasi dalam khotbah Paulus mengatakan jalan keselamatan ( Kis. 16:17). Dalam perjalanan Paulus di Efesus, dia berhadapan dengan oposisi yang kuat yakni orang-orang Yahudi yang menghambat jalan Tuhan, dan timbul huru-hara karena jalan Tuhan ( Kis. 19:9; 19:23). Dengan demikian iman Kristen akan jalan kehidupan yang ditandai oleh Alkitab sebagai jalan keselamatan. Menolak jalan ini adalah menolak “jalan kebenaran”, “jalan yang benar”, dan “jalan kekebenaran” ( 2 Petrus 2:2, 15, 21).
Pengangkatan dalam bahasa Yunani “Huiothesia”, yang berasal dari huios yang berarti putera dan thesis yang berarti menempatkan. Dan sebagaimana yang ditujukan oleh kata Yunani, pengangkatan anak secara harfiah berarti “ditempatkan sebagai anak sendiri”. Istilah ini dipakai untuk orang-orang percaya dalam hal-hal yang menyangkut hak, kedudukan, dan hak istimewa. Yohanes menekankan hubungan orang percaya sebagai anak-anak Tuhan, kita dilahirkan dari Allah dan bertumbuh menjadi makin dewasa (Yohanes 1:12, 13; 1 Yohanes 3:1).
Latar Belakang Pengangkatan
Sebagian besar kebudayaan mempunyai kebiasaan yang sama dengan pengangkatan. Musa, seorang budak, diangkat oleh puteri Firaun di negeri Mesir. Lempengan-lempengan tanah liat (tablet-tablet) Nuzu menyatakan suatu kebiasan di mana suatu pasangan yang tidak mempunyai anak dapat mengangkat seorang anak laki-laki yang akan melayani mereka selama mereka hidup dan menjadi ahli waris mereka pada saat mereka meninggal. Hukum-hukum Yahudi (Ibrani) tidak memasukkan hukum yang berhubungan dengan pengangkatan, dan kata Yunani untuk pengangkatan tidak terdapat dalam septuaginta. Hal ini mungkin dikarenakan adanya hukum tentang perkawinan kaum lewi yang memberikan jalan bagi suatu keluarga untuk mendapatkan ahli waris yang akan mewarisi miliknya.
Pengangkatan merupakan suatu segi yang sangat biasa dalam kehidupan orang Yunani-Romawi dan hal inilah yang menjadi latar belakang dari konsep Perjanjian Baru. Pasangan tanpa anak seringkali mengangkat seorang anak laki-laki yang kemudian menjadi ahli waris mereka. Sekalipu anak laki-laki yang telah diangkat itu mempunyai orangtua kandung yang masih hidup, mereka tidak mempunyai lagi ha katas dirinya setelah pengangkatan terjadi. Seringkali orangtua rela membiarkan anak mereka diangkat oleh keluarga lain jika hal tersebut dapat memberikan kehidupan jauh yang lebih baik.
Ajaran Paulus tentang Pengangkatan
Ajaran tersebut semata-mata adalah dari Paulus, dan ia memakai istilah itu sebanyak lima kali (Roma 8:15,23; 9:4; Galatia 4:5; Efesus 1:5)
a. Pengangkatan Israel sebagai suatu bangsa (Rm. 9:4). Bdk. Keluaran 4:22)
b. Pengangkatan orang-orang percaya sebagai individu-individu. Tindakan Allah ini telah ditentukan dari semula (Efesus 1:5) sehingga dapat dikatakan bahwa rencana Allah yang telah ditentukan dari juga memasukkan penentuan kita sebagai anak yang diangkat. Hal tersebut bisa terjadi karena kematian Kristus (Gal. 4:5). Hal itu terjadi pada waktu kita percaya dan menjadi anggota dalam keluarga Allah (Rm. 8:15), tetapi realisasinya yang penuh masih menunggu sampai kita menerima tubuh kebangkitan (Roma 8:23).
Pemerincian Pengangkatan
a. Pengangkatan berarti menempatkan diri kita dalam suatu keluarga yang bukan keluarga kita secara alami (bdk. Efesus 2:3). Anak-anak yang seharusnya dimurkai menjadi anak-anak Allah.
b. Pengangkatan berarti kebebasan total dari hubungan-hubungan yang ada sebelumnya, teristimewa hubungan dengan Hukum Taurat (Galatia 4:5). Dengan kata lain, sisi lain pengangkatan adalah kebebasan dari Hukum Taurat.
c. Pengangkatan bisa terjadi hanya karena perbuatan sukarela atau sengaja dari Dia yang mengerjakan pengangkatan. Sebelum dunia diciptakan, rencana Allah telah memasukkan pengangkatan kita ( Ef. 1:5).
d. Pengangkatan berarti bahwa kita mempunyai hak penuh untuk menikmati seluruh hak istimewa dalam keluarga Allah (Rm. 1:5). Pertumbuhan rohani mungkin termasuk dalam menikmati hak-hak istimewa itu, tetapi setiap orang percaya mempunyai hak terhadap semua itu sejak saat penyelamatannya. Dan semua ini terjadi karena penebusan Kristus. (Gal. 4:5).
Pengangkatan sebagai anak meliputi tiga hubungan waktu :
1) Dalam ketetapan Allah, pengangkatan anak merupakan tindakan dalam kekekalan yang silam (Efesus 1:5). Sebelum Allah memulai rencana penebusan dengan Ibrani, bahkan sebelum penciptaan, Allah telah menetapkan bahwa kita akan menjadi anak-anak-Nya.
2) Dalam pengalaman pribadi, orang percaya menjadikan anak Allah pada saat ia menerima Yesus Kristus. Alkitab menyatakan, “Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus” (Galatia 3:26), dan “Karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita” (Galatia 4:6). Sebelum diselamatkan, orang bukan Yahudi adalah budak dan orang Yahudi adalah anak yang belum akil balig; melalui pengangkatan sebagai anak, keduanya secara sah adalah anak-anak Allah (Galatia 4:1-7).
3) Akan tetapi, penyataan sepenuhnya dari hak kita sebagai anak Tuhan masih menanti kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Pada saat itulah pengangkatan sebagai anak Allah akan menjadi nyata secara sempurna (Roma 8:23). Ketika itu tubuh kita akan dibebaskan dari segala pencemaran dan kefanaan serta dijadikan tubuh kebangkitan yang mulia seperti tubuh kebangkitan Kristus (Filipi 3:20,21).
Keistimewaan sebagai Anak Adopsi
Selanjutnya Paulus berkata dalam pasal yang pertama bahwa Allah telah melakukan sesuatu yang lain bagi kita. Ia bukan hanya telah menghidupkan kita, membangkitkan kita, membuat kita menjadi sensitif dan hidup bagi Allah, tetapi Ia juga mengadopsi atau mengangkat kita menjadi anak di dalam keluarga Allah (Efesus 1:5). Status kita dinaikkan menjadi ahli waris. Menurut hukum: jika anda mengadopsi anak, anda tidak akan pernah diijinkan atau dapat untuk mencabut hak warisnya. Anda dapat mencabut hak waris dari anak-anak kandung atau anak yang dilahirkan secara natural, tetapi menurut hukum anda tidak dapat mencabut hak ahli waris bagi anak yang diadopsi. Ia akan tetap menjadi anak anda selamanya.
Itulah cara Allah mengangkat kita menjadi anak-Nya. Jika kita diangkat menjadi anak-Nya atau diadopsi, kita akan diadopsi atau diangkat menjadi anak-Nya untuk selama-lamanya. Sekali kita diselamatkan kita akan tetap diselamatkan untuk selama-lamanya. Jika anda benar-benar sudah diselamatkan, anda akan tetap diselamatkan untuk selama-lamanya. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang telah diselamatkan namun kemudian bisa terhilang dan kehilangan keselamatannya, itu adalah ajaran yang asing yang tidak ada di dalam Alkitab. Allah mengajarkan kepada kita bahwa jika kita telah diselamatkan maka kita diselamatkan untuk selama-lamanya. Dan sekali kita diangkat menjadi anak-Nya kita akan tetap menjadi anak-Nya untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu kita adalah keluarga Allah dan status kita dinaikkan menjadi ahli waris. Bukan hanya itu, tetapi rasul juga menegaskan bahwa kita sebenarnya telah ditentukan atau dipredestinasikan untuk ditinggikan di dalam Kristus.
Makna keselamatan
Keselamatan adalah kasih karunia Allah bagi semua manusia yang percaya kepada Yesus Kristus. “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” ( Yoh 3:16 ). Allah yang sangat mengasihi kita telah rela memberikan Yesus sebagai korban ganti kita demi keselamatan kita. Dan Ia telah mengangkat setiap orang yang percaya didalam-Nya menjadi anak-anak-Nya sebagai keluarga Kerajaan Allah.
Kesimpulan dan Aplikasi
Menurut Hemat kelompok penulis, sebagai seorang anak yang telah diangkat kedalam keluarga kerajaan Allah dan telah beroleh kasih karunia yang diberikan Tuhan Yesus, oleh sebab itu setiap orang percaya dan yang telah menerima kasih karunia itu hendak representasikan hidupnya sebagai orang yang selalu mengucap syukur lewat perbuatan sehari-hari sehingga mampu membagikan terang yang ada padanya.
Dan telah disinggung diatas bahwa tujuan dari penciptaan manusia bukanlah untuk diselamatkan, melainkan kita diselamatkan agar kita menjadi seperti maksud penciptaan semula untuk memuliakan Allah. Namun ‘natur” manusia, seluruh keberadaan manusia sudah berdosa, maka untuk kembali seperti yang dimaksudkan Allah harus diciptakan kembali dari kondisi yang lama. Barang siapa yang percaya kepada Kristus adalah ciptaan Baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. Maka untuk ‘proses’ menjadi ciptaan baru haruslah melalui kelahiran kembali (Yohanes 3:5 ; Band Kej. 2;9).
Pengertian lahir baru (regenerasi) harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas yaitu menyangkut pembaharuan secara totalitas didalam pengudusan dan konversi kehidupan dari yang mati menjadi hidup, dari seteru menjadi mempunyai hubungan yang hidup dengan Allah. Harus kita ingat bahwa kelahiran kembali yaitu masuknya keselamatan dalam hidup kita adalah benar-benar pembaruan, adanya suatu ciptaan baru, adanya kehidupan yang baru. Dengan demikian bahwa lahir baru benar-benar menjadi suatu kepastian bagi kita bahwa kita masuk menjadi warga kerajaan Allah, yang namanya ada terdaftar disorga (Lukas 10;20)
Kelahiran kembali adalah syarat penting untuk memperoleh kehidupan kekal. Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh (Yoh. 3;3-6). Manusia telah mati dalam kedagingannya, maka ia perlu untuk dilahirkan kembali dari Roh. Amal, agama, usaha memperbaiki diri sendiri, menjadi anggota Gereja tidak akan dapat membawa seseorang kepada keselamatan (Titus 3;3-5).KESELAMATAN ADALAH PENGANGKATAN SEBAGAI ANAK ALLAH