MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS

Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th.
MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS
gadget, otomotif, bisnis
MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS. “(Ibrani 9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (Ibrani 9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (Ibrani 9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (Ibrani 9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” (Ibrani 9:11-14)

PENDAHULUAN: 

Aspek korban dari kematian Kristus terlihat dari beberapa ayat referensi yang berbicara tentang darah-Nya. Allah telah membuat Kristus menjadi jalan pendamaian melalui darah-Nya (Roma 3:25); kita dibenarkan oleh darah-Nya (Roma 5:9); Kita memiliki penebusan melalui darah-Nya (Efesus 1:7); Kita telah didekatkan kepada Allah oleh darah Kristus (Efesus 2:13); kita memiliki damai melalui darah yang dicurahkan di salib (Kolose 1:20).

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Penulis Kitab Ibrani yang menyatakan bahwa “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22; Bandingkan Matius 26:26-29; Yohanes 19:34-35; 1 Yohanes 1:7).

Darah Yesus yang berharga dan yang tidak mungkin bercacat adalah darah Perjanjian Baru (Wahyu 12:11; Ibrani 9). Semua darah korban perjanjian sebelumnya menunjuk pada darahNya. Darah Yesus menggenapi dan mengakhiri semua darah binatang korban. Darah Yesus adalah darah Perjanjian Kekal.

Darah yang mengalir dari tubuh Tuhan Yesus mulai dari peristiwa di Taman Getsemeni hingga penyalibanNya merupakan pencurahan darah bagi keselamatan kita yang sarat dengan makna. Hari ini dalam ibadah pra paskah III kita akan melihat makna dari pencurahan darah Yesus. Pencurahan darah Yesus paling jelas disebutkan sebanyak lima kali yang disebabkan oleh terkoyaknya tubuh dan luka-luka hebat yang dialamiNya.

1. PENCURAHAN DARAH YESUS DI TAMAN GETSEMANI (LUKAS 22:44)

Setelah Perjamuan Terakhir, Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Ketika Yesus berdoa, kegalauan mental-Nya tidak tertahankan sehingga Ia berkata, “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Markus 14:34). Stress tingkat tinggi yang dialami Yesus pada peristiwa di taman Getsemani itu sebenarnya menyebabkan Yesus tidak bisa menangis.

Puncak dari stress tersebut secara medis dikenal dengan fenomena “hematidrosis” yang terjadi dalam situasi stress paling berat. Fenomena “hematidrosis” terjadi ketika pembuluh kapiler yang mengalirkan darah ke kelanjar keringat tiba-tiba pecah, terbuka, dan membocorkan darah kesaluran keringat yang mengakibatkan darah bercampur keringat. (Bandingkan Ibrani 12:3-4).

Hal ini bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat di kulit karena peradangan dan pembangkakan di bawah kulit dalam kelenjar keringat. Namun dalam kondisi ini saya tidak yakin bahwa Yesus menangis. Karena stress tingkat tinggi ini menyebabkan Yesus justru tidak dapat menangis. Perlu diketahui bahwa ketika tubuh kita merasakan suatu ancaman, maka sistem saraf kita akan beralih ke modus stress, dan pada saat itu proses menangis ditangguhkan.

Hanya ketika seseorang rileks kegiatan menangis itu mulai terjadi. Secara fisiologis, sistem saraf parasimpatik bertanggung jawab untuk relaksasi. Tetapi, menangis atau mengeluarkan air mata juga merupakan aktivitas dari sistem saraf parasimpatik. Jadi pada saat seorang orang mengalami stres karena suatu keadaan tertentu biasanya ia tidak menangis, tetapi dalam keadaan itu tidak bahagia. Namun ketika, ia mulai menangis, itu berarti sistem sarafnya mulai nyaman atau mencapai suatu tahap bisa menerima keadaan tertentu itu.

Menurut beberapa penafsir Alkitab, Ibrani 5:7 ini merujuk pada peristiwa di taman Getsemani tersebut, dikatakan demikian, “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan”.

Kata kerja Yunani yang dipakai untuk “ratap tangis” dalam ayat ini adalah kata kerja “kraugazo” yang berarti menangis dengan penderitaan yang dalam”. Walaupun Matius, Markus maupun Lukas tidak ada menyebutkan bahwa Kristus sedih hingga Ia sampai menangis sewaktu Ia berdoa di taman Getsemani. Namun frase, “Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut” nampaknya mendukung peristiwa di taman Getsemani sebagai rujukan Ibrani 5:7 tersebut.

Jadi kapan Yesus manangis pada peristiwa di taman Getsemani itu jika merujuk pada Ibrani 5:7, kemungkinan secara medis, Ia bisa menangis ketika sistem sarafnya mulai nyaman atau mencapai suatu tahap bisa menerima keadaan yang akan terjadi atasnya, itu terjadi persis ketika untuk ketiga kalinya Ia berkata kepada Bapa di dalam doaNya, “bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi”. Yesus merasakan kesedihan yang dalam (Matius 26:38), Ia merasa ketakutan hingga berkeringat hebat seperti titik-titik darah.

Dampak dari stress Kristus ini bukan saja menghasilkan keringat yang luar biasa bercampur darah, tetapi setelah Ia bisa menerima keadaan keharusan kematianNya Ia pun bisa menangis, bukan karena kekalahan melainkan karena pikiran-Nya telah menang atas pergumulan-Nya yang sangat hebat itu (Lukas 22:44).

PertanyaanNya: Apa yang menyebabkan Yesus mengalami stress tingkat tinggi tersebut? Jawabannya “cawan” yang akan diberikan kepadaNya (Markus 14:36; Lukas 22:42). Cawan itu adalah simbol murka Allah atas dosa manusia ( Bandingkan: Yesaya 51:17; Yeremia 25:15-16, 27-28). Dalam ayat-ayat tersebut orang-orang berdosa meminum cawan mereka yang penuh dosa. Mereka minum sampai mabuk. Namun, orang-orang ini tidak mabuk oleh anggur, tetapi mabuk oleh dosa mereka. Dan akibatnya, mereka menderita.

Ketika di taman Getsemani itu, Yesus tahu bahwa Ia akan meminum cawan, yaitu murka Allah yang begitu hebat atas dosa manusia. Karena itulah Yesus tidak meminta Allah Bapa untuk menyingkirkan salib (penderitaan), melainkan cawan (murka Allah) itu. Seluruh murka Allah yang ditimpakan kepada manusia inilah yang ditanggung oleh Yesus. Dan itu telah ditanggungnya ketika 3 jam di atas kayu salib tepat ketika ia berkata: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46). Kristus telah meredakan murka Allah (propisiasi) melalui penyalibanNya (Roma 3:25).

Propisiasi berarti bahwa kematian Yesus Kristus secara penuh memuaskan semua tuntutan kebenaran Allah terhadap orang berdosa. Karena Allah adalah kudus dan benar, maka Ia tidak dapat mengabaikan dosa; melalui karya Yesus Kristus, Allah telah dipuaskan dan standar kebenaran-Nya telah dipenuhi. Propisiasi berarti seorang berdosa yang melawan Allah dijauhkan dari murka karena Allah telah dipuaskan oleh suatu pembayaran. Itu berarti murka Allah diredakan karena telah disediakan pengganti yang setimpal yang menanggung murka itu. 

Melalui kematian-Nya, Yesus bukan hanya membatalkan penanggungan murka Allah kepada orang berdosa, tetapi Dia menanggung murka tersebut dengan mengalihkanya kepada diriNya sendiri. Murka Allah itu bukan ditiadakan, tetapi telah dipuaskan oleh kematian Kristus. 

Jadi propisiasi adalah tindakan yang tertuju pada Allah, yaitu dengan meredakan murka atau mengalihkan murka Allah dengan korban tebusan. Kata Ibrani yang dipakai untuk menjelaskan propisiasi adalah “khapar” yang berarti “menutupi”, merupakan kata yang menyangkut upacara menutupi dosa dalam Perjanjian Lama (Imamat 4:35; 10:17). 

Sedangkan kata kerja Yunani “hilaskomai” artinya “untuk mempropisiasikan”, muncul dua kali di Perjanjian Baru (Lukas 18:13; Ibrani 2:7); Kata bendanya muncul tiga kali dalam Perjanjian Baru, yaitu “hilasmos” (1 Yohanes 2:2; 4:10) dan “hilasterion” di Roma 3:25). 

Kenyataan akan adanya murka Allah menimbulkan keharusan untuk meredakan murka itu. Adanya murka Allah atas manusia ini dinyatakan dengan jelas di dalam Alkitab. Lebih dari dua puluh kata yang berlainan dan yang digunakan sebanyak kira-kira 580 kali menyatakan murka Allah dalam Perjanjian Lama (2 Raja-raja 13:3; 23:26; Ayub 21:20; Yeremia 21:12; Yeheskiel 8:18; 16:38; 23:25; 24:13). 

Disetiap tempat selalu dinyatakan bahwa dosa merupakan penyebab murka Allah. Sementara itu, bahwa murka dalam Perjanjian Baru merupakan konsep dasar untuk menyatakan perlunya pendamaian. Perjanjian baru memakai kata yang terpenting, yaitu “orge” menyataan murka yang lebih tetap (Yohanes 3:36; Roma 1:18; Efesus 2:23; 1 Tesalonika 2:16; Wahyu 6:16); dan “thumos” menyatakan murka yang lebih bernafsu (Wahyu 14:10,19; 15:1,7; 16:1; 19:15). 

Kedua kata itu dengan jelas menyatakan permusuhan ilahi terhadap dosa secara pribadi. Untuk meredakan murka ini bukan merupakan soal balas dendam melainkan soal keadilan, dan hal itu menuntut pengorbanan Anak Allah.

Dengan demikian jelaslah bahwa propisiasi berhubungan dengan peredaan murka Allah. Karena Allah itu kudus, murkaNya ditujukan pada dan harus dialihkan supaya manusia dapat luput dari kehancuran kekal. Dan Allah menyediakan jalan keluar bagi dosa dengan mengutus Kristus sebagai pemenuhan tuntutan atas dosa-dosa manusia. AkibatNya, kematian Kristus memuaskan tuntutan Allah dan meredakan murka Allah. Kini, daripada meminta manusia melakukan sesuatu untuk mendapatkan perkenan-Nya, Allah justru meminta manusia untuk didamaikan dengan-Nya melalui karya yang telah dituntaskan Kristus (2 Korintus 5:20). 

Rasul Yohanes menjelaskan bahwa peredaan murka ini bukan hanya bagi dosa orang-orang percaya, atau pilihan saja, tetapi juga bagi seluruh dunia ketika ia berkata, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). Kata “pendamaian” dalam ayat ini adalah terjemahan dari kata Yunani “hilasmos”, yang dalam King James Version diterjemahkan dengan “propitiation”.

2. PENCURAHAN DARAH YESUS AKIBAT HUKUMAN CAMBUK (YOHANES 19:1) 

Walaupun Pilatus tidak menemukan keslahan pada Yesus, namun karena keinginannya untuk menyenangkan orang banyak maka ia menyuruh menghukum Yesus dengan hukuman cambuk. Hukuman cambuk setara dengan hukuman penyaliban, tetapi hukuman cambuk tidak selalu berakhir dengan kematian. Pencabukan Romawi terkenal sangat kejam dan brutal. 

Biasanya pakaian narapidana dilucuti dan terhukum tersebut diikat ditiang atau ditempat hukuman pencabukan. Jika orang yang dicambuk itu bukan orang Romawi atau orang Yahudi maka para algojo akan leluasa menghajar tanpa batas bahkan sampai mati, tergantung dari suasana hati algojo yang melaksanakan hukum cambuk. Namun khusus bagi orang Yahudi, hukuman cambuk tidak boleh melebihi 40 kali cambukan. Biasanya dilakukan 39 kali cambukan. Demikian juga yang dialami oleh Yesus, sebagai orang Yahudi, Ia dicambuki sebanyak 39 kali. 

Perlu diketahui, cambuk yang digunakan adalah kepangan tali kulit dengan bola-bola logam yang dijalin kedalamnya, serta potongan-potongan duri tajam atau tulang iga pada ujungnya. Dengan cemeti seperti ini maka bola-bola itu menyebabkan memar atau lebam yang dalam, duri tajam atau tulang iga akan mengiris daging pada tubuh dengan hebat. 

Punggung yang dipukul itu akan menjadi begitu tercabik-cabik sehingga sebagian dari tulang belakang kadangkala terlihat akibat irisan yang dalam, sangat dalam (bandingkan Mazmur 22:14-18). Pencabukan ini akan dilakukan kesegala arah, dari bahu turun ke punggung, pantat, dan kebagian belakang kaki. 

Seorang dokter peneliti hukum cambuk romawi menyatakan bahwa selagi pencambukan berlanjut, luka koyakan akan tercabik sampai ke otot-otot kerangka dibawahnya dan mengasilkan goresan-goresan daging berdarah yang gemetar. 

Eusebeus, seorang sejarawan abad ketiga mendeskripsikan pencambukan dengan mengatakan bahwa ketika terjadi pencabukan pembuluh-pembuluh si penderita terbuka telanjang, dan otot-otot, urat-urat, dan isi perut si korban dapat terlihat. Dengan demikian dapat dipastikan banyak orang akan mati akibat pemukulan semacam ini sebelum mereka sampai disalib. Setidaknya, si korban akan mengalami kesakitan hebat dan keguncangan hipovolemik atau efek-efek kehilangan sejumlah besar darah. 


Akibat dari keguncangan hipovolemik ini adalah: jantung berdetak cepat untuk mencoba memompa darah yang tidak ada disana; tekanan darah turun, menyebabkan kepingsanan atau keadaan tak sadarkan diri; ginjal berhenti menghasilkan urin untuk mempertahankan volume yang masih tinggal; orang tersebut menjadi sangat haus sewaktu tubuhnya sangat membutuhkan cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang. 

Dapat dipastikan bahwa Kristus berada dalam keguncangan hipovolemik ini ketika Ia berjalan terhuyung-huyung ke lokasi hukuman mati di Kalvari, memikul batang kayu yang horizontal. Akhirnya Yesus tak sadarkan diri, dan serdadu Roma memerintahkan Simon dari Kirene untuk memikul salib bagiNya. 

Selanjutnya Alkitab mengatakan bahwa Yesus berkata “aku haus”, tetapi bukan air yang diterimanNya melainkan cuka (Yohanes 19:28). Karena efek-efek mengerikan dari pemukulan ini, sudah pasti bahwa Yesus sudah berada dalam kondisi yang serius sampai kritis bahkan sebelum paku-paku ditancap menembus kedua tangan dan kaki-Nya.

Mengapa Yesus harus mengalami hukuman cambuk ini? Apakah hal ini karena semata-mata merupakan hukuman yang berlaku pada saat itu? Atau adakah makna lain dibalik hukman cambuk yang diderita oleh Yesus ? sekitar tujuh ratus tahun sebelum peristiwa pencabukkan Kristus tersebut, nabi Yesaya memberitahu alasannya demikian, “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5). 

Melalui hukuman pencabukan ini, Yesus menanggung penyakit kita. Dalam setiap cambukan terjadi bilur-bilur pada tubuh Yesus yang menurut rasul Petrus, “oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24; Bandingkan Matius 8:17). Pengorbanan dan pencurahan darah ini berlaku satu kali untuk selamanya (Ibrani 7:26-27). 

3. PENCURAHAN DARAH YESUS AKIBAT MAHKOTA DURI DAN PUKULAN DI KEPALA-NYA (MATIUS 27:28-31). 

Dari tempat pencabukan, yang berada diluar istana, Yesus dibawa lagi ke istana, yaitu gedung pengadilan. Seteklah disiksa, pakaianNya dikenakan kembali padaNya untuk menutupi bagian tubuhNya yang dicambuk. Setelah peristiwa pencambukan itu, hukuman yang lebih berat lagi menantinya. Mereka mengganti jubahNya dengan jubah ungu dan memberikan mahkota duri di kepalaNya. 

Bukan sebagai tanda penghormatan, tetapi sebagai bentuk hinaan padaNya. Perlu diketahui, bahwa mahkota duri tersebut dibuat dari ranting-ranting kering tanaman duri yang asli berasal dari Palestina yang disebut Paliurus Aculeatus, sejenis pohon yang memiliki duri-duri yang panjang sekitar 2,5 cm, sangat tajam yang dengan mudah dapat menembus kulit kepalaNya, dan sangat beracun. 

Mahkota duri ini dililit di sekeliling kepala Yesus, bukan hanya dikening atau pinggiran kepala, tetapi bagian atas kepala-Nya juga dippenuhi tanaman berduri itu. Kira-kira ada lebih dari 100 duri pada rangkaian mahkota duri itu. Yang lebih mengerikan lagi, mereka memukuli kepada-Nya dengan tongkat buluh yang tadinya diberikan kepada Yesus. 

Akibatnya, duri-duri itu manancap dikepalaNya, bahkan serpihan serpihan duri itu masuk dan tertinggal dibagian dalam kepalaNya. Racun dari duri-duri yang menancap di kepala Yesus itu, tidak hanya menyebabkan gatal, tetapi membuat darah tidak dapat membeku, dan terus mengalir keluar. DarahNya tercurah karena luka mahkota duri dan pukulan itu! Dalam kondisi seperti ini Yesus harus berjalan memikul salib menuju bukit Golgota.


Mengapa Yesus harus mengalami hukuman mahkota duri dan pukulan tersebut? Bagi orang Kristen, mahkota duri yang dipakaikan di kepala Yesus adalah peringatan bahwa Yesus memang benar-benar raja. Suatu hari, seluruh alam semesta akan tunduk di hadapan Yesus sebagai "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (Wahyu 19:16). Apa yang dianggap para prajurit Romawi sebagai hinaan, justru mewakilkan kedua peran Yesus, yakni hamba yang menderita (Yesaya 53), dan Sang Mesias yang Rajani (Wahyu 19). 

Namun, mahkota duri juga menunjukkan kesediaan Yesus menanggung penderitaan dan hinaan demi kita. Pencurahan darah karena mahkota duri dan pukulan di kepala Yesus tersebut bertujuan untuk menebus dan melepaskan kita dari kutuk. Ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia terkena kutuk (Kejadian 3:17-19). Semak duri dan rumput duri yang dihasilkan tanah merupakan kutuk akibat dosa manusia, sekaligus menujukkan kemiskinan dan kemelaratan manusia. Bukan hanya kutuk itu yang ditanggung oleh Yesus, bahkan seluruh kutuk hukum Taurat telah ditanggungnya bagi kita (Galatia 3:17-18). 

Kutuk ditanggung oleh Yesus supaya kita dapat menikmati berkat-berkatNya. Namun sangat disayangkan, masih ada orang Kristen yang meragukan kebenaran tentang berkat di dalam Kristus ini. Jika Tuhan memang tidak menghendaki orang Kristen hidup dalam berkat-berkatNya, seperti yang dipikirkan dan diajarkan oleh beberapa orang tertentu, maka ayat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat Galatia yang menyatakan bahwa kematian Kristus di kayu salib agar kita menerima berkat-berkatNya harus dibuang. 

Dan, tentu saja pemikiran yang demikian jelas keliru. Rasul Paulus mengatakan “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu... Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. 

Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Galatia 3:13-14, 26-29).

4. PENCURAHAN DARAH YESUS AKIBAT PENANCAPAN PAKU PADA TANGAN DAN KAKI-NYA (LUKAS 23:33). 

Peristiwa penyaliban Yesus dengan tangan dan kakiNya yang dipaku sudah dinubuatkan dalam Mazmur 22:17. Ketika Yesus tiba ditempat penyaliban inilah yang terjadi pada Kristus: Ia akan dibaringkan, dan kedua tangannya dipakukan dalam posisi terentang ke batang kayu horizontal. 

Balok salib ini, (yang dipikul Kristus dari tempat pencambukan) disebut patibulum, dan pada tahap ini balok tersebut dipisahkan dari batang kayu vertikal, yang secara permanen ditancapkan ditanah. Paku yang ditancapkan ditangan dan kaki Yesus adalah paku besar yang panjangnya 5 sd 7 inci (12 sd 18 cm) dan meruncing ke suatu ujung tajam.

Paku ini ditancapkan menembus pergelangan tangan sekitar 1 inci dibawah telapak tangan. Ini adalah posisi pemakuan yang kokoh yang akan mengunci posisi tangan. Tetapi akibatnya, paku ini akan menembus dan meremukkan tempat dimana urat syaraf tengah berada, ini adalah urat syarat terbesar yang menuju ketangan. Rasa sakit yang amat sangat sakit dan tak tertahankan.

Dengan demikian, sebenarnya tidak ada satu kata pun yang dapat mendeskripsikan penderitaan hebat yang ditimbulkan selama penyaliban. Kemudian, Yesus dinaikkan selagi balok horizontal dipasangkan ketiang (balok) vertikal, selanjutnya paku-paku ditancapkan menembus kedua kakiNya.

Karena disana ada urat syaraf kaki, maka rasa sakit akibat penancapan paku ini sama dengan yang terjadi pada pergelangan tangan. Urat syaraf yang hancur dan putus, suatu kondisi yang amat sangat menyakitkan. Dalam posisi tergantung ini, kedua lengan Kristus langsung terentang dan kedua bahuNya akan berubah posisi. Dengan posisi dan kondisi demikian Kristus tergantung dikayu salib.

Apakah makna paku-paku yang menancap pada kaki dan tangan Yesus tersebut? Kerumunan orang banyak yang berada di sana dengan pasti menyimpulkan bahwa tujuan pemakuan itu adalah hanya sekedar untuk penyaliban, agar kedua tangan dan kakiNya mampu menahan tubuhnya yang tergantung pada kayu salib.

Namun, Alkitab memberitahu kita makna yang jauh lebih penting dari peristiwa pemakuan itu, rasul Paulus mengatakan, “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita.

Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.” (Kolose 2:13-14). Jadi, secara teologis, ketika tangan dan kaki Yesus dipakukan, pada saat yang sama semua pelanggaran kita telah dipakukan dikayu salib.

Artinya, diantara tangan dan kaki Yesus terdapat sebuah daftar panjang pelanggaran dan kejahatan kita, disebut sebagai surat hutang yang oleh ketentuan hukum mendakwa kita. Semua pelanggaran itu telah dihapus oleh Yesus! Pencurahan darah dari tangan dan kaki yang tertancap paku itu bertujuan untuk menghapus dosa-dosa kita. Itulah peristiwa pendamaian bagi kita!

5. PENCURAHAN DARAH YESUS AKIBAT LAMBUNG-NYA DITIKAM (YOHANES 19:34). 

Orang yang digantung dikayu salib dalam posisi vertikal akan mengalami suatu kematian perlahan yang diakibatkan oleh asfiksiasi yaitu sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah, ini karena: tekanan-tekanan pada otot dan diafragma membuat dada berada pada posisi menarik nafas. 

Agar dapat bernafas individu harus mendorong kakinya agar tekanan pada otot-otot dapat dihilangkan untuk sesaat. Ketika melakukan itu paku akan merobek kaki, lalu akhirnya mengunci posisi terhadap tulang-tulang tumit kaki. Setelah dapat menarik nafas, orang itu kemudian akan dapat rileks dan menarik nafas lagi. Kemudian ia harus mendorong tubuhnya naik untuk menghembuskan nafas, menggesek punggungnya yang berdarah ke kayu salib yang kasar. 

MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS
gadget, otomotif, bisnis
Ini akan berlangsung terus menerus sampai kepayahan sepenuhnya, dan orang itu tidak akan mampu mengangkat diri dan bernafas lagi. Saat nafas orang tersebut semakin perlahan, ia mengalami apa yang disebut asidosis pernafasan yaitu karbon dioksida dalam darah larut sebagai asam karbonik, menyebabkan keasaman darah meningkat. Ini menyebabkan detak jantung yang tidak menentu, inilah saat-saat menjelang kematian. Kita ingat inilah saat-saat dimana Yesus berkata “Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan nyawa-Ku”. Dan kemudian Ia mati akibat berhentinya detak jantung. 

PENUTUP: 

Keguncangan hipovolemik akan menyebabkan jantung berdebar dengan kencang terus menerus yang akan mengakibatkan kegagalan jantung, menyebabkan terkumpulnya cairan dalam membran disekitar jantung yang disebut pericardia effusion, dan ini juga terjadi disekitar paru-paru yang dikenal pleural effusion. 

Inilah yang menyebabkan serdadu Roma menusukkan tombak ke pinggang kananNya (diantara tulang-tulang rusuk) untuk menegaskan bahwa Yesus telah mati. Tombak yang ditusuk itu menembus paru-paru kanan dan ke jantung. Saat tombak itu ditarik keluar, sejumlah cairan (pericardial effusion dan pleural effusion) keluar. Ini terlihat sebagai cairan jernih seperti air diikuti dengan banyak darah (Yohanes 19:4). 

Dengan demikian kesimpulan-Nya, sama sekali tidak ada keraguan bahwa Yesus benar-benar mati, sebagai korban bagi dosa seluruh dunia (1 Korintus 15:1-4). Namun peristiwa penikaman lambung Yesus ini bukan hanya sekedar memastikan kematian-Nya, melainkan peristiwa ini mengandung makna supranatural. 

Peristiwa ini hanya ditulis oleh rasul Yohanes untuk menunjukkan bahwa kematian Kristus adalah untuk kehidupan kita. Setiap kelahiran selalu diawali dengan keluarnya air dan darah. Air dan darah yang mengalir dari tubuh Yesus merupakan awal kelahiran baru kita. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus tidak hanya menghapus dosa dunia, tetapi juga menjamin kehidupan baru bagi mereka yang berada di dalam Dia (2 Korintus 5:17; Efesus 2:1-5).

Perlu ditegaskan bahwa yang mengalami kematian adalah kemanusiaan Yesus, karena hakikat keilahian Kristus tidak bisa mati. Ketika Logos mengambil natur manusia saat inkarnasi tujuannya agar Ia dalam kemanusiaanNya dapat menanggung penghukuman atas dosa-dosa. Saat penyaliban itu kemanusiaan Kristus menanggung hukuman dosa manusia dan di dalam kemanusiaan itu Ia mati.

Walalupun Kristus mengalami banyak siksaan dan penderitaan yang hebat sampai penyaliban-Nya, tetapi penyebab final dari kematian bukanlah penderitaan dan penyaliban itu sendiri melainkan karena kematian Kristus merupakan rencana kekal Allah untuk penyelamatan manusia berdosa. Sedangkan penyebab efisien dati kematianNya adalah diriNya sendiri yang dengan rela menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan manusia.

Jadi penyebab efisien kematian Kistus bukalah karena Ia terlalu lelah, atau terlalu menderita, atau pun karena kehabisan darah, atau penyebab lain apapun. Itu semua memang harus Ia alami, tetapi bukan itu penyebab efisien kematianNya. Teriakan Yesus yang menyerahkan nyawaNya ke dalam tangan Bapa itulah yang secara efisien menjadi penyebab kematianNya sendiri (Lukas 23:46; Bandingkan Yohanes 10:11,17-18

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


REFERENSI: MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS

Anderson, Leith. A., 2009. Yesus : Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya. Terjemahan, Penerbit Gloria Graffa : Yogyakarta.

Chamblin, J. Knox., 2006. Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribad. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. 

Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Teologi. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.

Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta. 

Eaton, Michael 2008. Jesus Of The Gospel. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1 & 2 Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.

Evan, Craig. A., 2008. Merekayasa Yesus. Terjemahan, Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988. New Dictionary Of Theology. Jilid 1 & 2, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.

Grudem, Wayne., 2009. Kebenaran Yang Memerdekakan. Terjemahan, Penerbit Metanoia: Jakarta.

Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.

Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 1. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.

Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Ladd, Geoge Eldon, 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta. 

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Marinella, Mark A., 2009. Yesus Yang Disalibkan Bagiku. Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yogyakarta.

Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. 

Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.

Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang. 

Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. 

Stott, John., 2010. Kristus Yang Tiada Tara. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. 

Strobel, Lee., 2005. Pebuktian Atas Kebenaran Yesus. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam.

Tong, Stephen., 2004. Yesus Kristus Juruselamat Dunia. Penerbit Momentum: Jakarta.

Yancey, Philip, 1997. Bukan Yesus Yang Saya Kenal. Terjemahan, Penerbit Profesional Books : Jakarta.

Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS.
Next Post Previous Post