KITAB WAHYU:PENDAHULUAN (1)


PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
I) Penulis Kitab Wahyu.


Penulis Kitab Wahyu menyebut namanya sendiri sebagai ‘Yohanes’.
KITAB WAHYU:PENDAHULUAN (1)
gadget, otomotif, asuransi
Wahyu 1:1,2,4,9 - “(1) Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya, supaya ditunjukkanNya kepada hamba-hambaNya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikatNya yang diutusNya, Ia telah menyatakannya kepada hambaNya Yohanes. (2) Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya. ... (4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, ... (9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.”.

Wahyu 21:2 - “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”.

KJV: ‘And I John saw the holy city, new Jerusalem, coming down from God out of heaven, prepared as a bride adorned for her husband.’ [= Dan aku Yohanes melihat kota kudus, Yerusalem yang baru, turun dari Allah dari surga, disiapkan sebagai seorang pengantin yang dihiasi untuk suaminya.].

Catatan: hanya KJV/NKJV yang mempunyai nama ‘John’ / ‘Yohanes’ di sini.

Wah 22:8 - “Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya.”.

Tetapi ‘Yohanes’ siapa / yang mana?

1) Bapa-bapa gereja yang paling awal menganggap bahwa ini adalah rasul Yohanes, saudara Yakobus, anak Zebedeus.

Leon Morris (Tyndale) memberikan 3 buah kutipan yang menunjukkan bahwa 3 bapa gereja, yaitu Justin Martyr, Irreneaus, dan Clement of Alexandria, sama-sama percaya bahwa penulis Kitab Wahyu adalah rasul Yohanes.

a) “Justin says, with reference to Rev. 20, ‘There was a certain man with us, whose name was John, one of the apostles of Christ, who prophesied by a revelation. ...’” [= Justin berkata, berkenaan dengan Wah 20, ‘Ada orang tertentu bersama kita, yang namanya adalah Yohanes, seorang dari rasul-rasul Kristus, yang bernubuat oleh suatu wahyu. ...’] - Footnote hal 26.

Catatan: Kesaksian Justin Martyr ini sangat kuno, kurang lebih tahun 135 M.

b) “he (Irenaeus) says the apocalypse was written by ‘John, the disciple of the Lord,’ by which most agree that he means the apostle.” [= ia (Ireneaus) berkata bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh ‘Yohanes, murid Tuhan’, dengan mana kebanyakan orang setuju bahwa ia memaksudkan sang rasul.] - Footnote hal 26.

c) “He (Clement of Alexandria) speaks of ‘the Apostle John’ as having been on the isle of Patmos until ‘the tyrant’s death’ ... an apparent reference to Rev 1:9.” [= Ia (Clement dari Alexandria) berbicara tentang ‘rasul Yohanes’ sebagai ada di pulau Patmos sampai ‘kematian sang tiran / raja yang lalim’ ... suatu referensi yang jelas terhadap Wah 1:9.] - Footnote hal 26.

2) Alasan-alasan lain untuk memilih rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu.

a) Penulis menyatakan diri hanya sebagai ‘Yohanes’, tanpa penjelasan tambahan, dan ia tahu bahwa itu cukup bagi para pembacanya untuk mengetahui siapa dia. Tidak ada orang dalam gereja abad pertama, selain rasul Yohanes, yang begitu dikenal oleh orang-orang kristen saat itu, sehingga merasa cukup untuk menyatakan diri sebagai ‘Yohanes’.

b) Ada banyak konsep dan ungkapan yang sama antara Kitab Wahyu, Injil Yohanes dan Surat Yohanes. Misalnya:

1. Istilah LOGOS untuk menunjuk kepada Yesus, ditemukan hanya dalam Injil Yohanes, Surat Yohanes dan Kitab Wahyu (Yoh 1:1 1Yoh 1:1 Wah 19:13). Perlu diingat bahwa tidak ada penulis Kitab Suci lain yang menggunakan istilah LOGOS (Firman) untuk menunjuk kepada Yesus!

Yohanes 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”.

1Yohanes 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”.

Wahyu 19:13 - “Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namaNya ialah: ‘Firman Allah.’”.

2. Istilah ‘domba’ / ‘anak domba’ untuk menunjuk kepada Yesus juga demikian (Yoh 1:29,36 Wah 5:6).

Yoh 1:29,36 - “(29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. ... (36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah!’”.

Wah 5:6 - “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.”.

Memang dalam hal ini istilah bahasa Yunani yang digunakan berbeda. Dalam Kitab Wahyu digunakan kata Yunani ARNION, sedangkan dalam Injil Yohanes digunakan kata Yunani AMNOS. Tetapi menurut saya ini tidak terlalu menjadi soal.

3. Baik dalam Injil Yohanes maupun dalam Kitab Wahyu, Yesus digambarkan sebagai Gembala (Yoh 10:1-dst Wah 7:17).

Yohanes 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;”.

Wah 7:17 - “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.’”.

4. Baik Injil Yohanes maupun Kitab Wahyu menjanjikan air hidup bagi mereka yang haus (Yoh 4:10-14 Yoh 7:37-38 Wah 22:17).

Yohanes 4:10-14 - “(10) Jawab Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.’ (11) Kata perempuan itu kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? (12) Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?’ (13) Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.’”.

Yohanes 7:37-38 - “(37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum! (38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’”.

Wahyu 22:17 - “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”.

3) Pandangan alternatif: penulis Kitab Wahyu adalah Yohanes yang berbeda dengan rasul Yohanes.

Mulai pertengahan abad ke 3 (sekitar tahun 250 M), muncul suatu pandangan baru / alternatif, yang rupanya dimulai oleh seorang yang bernama Dionysius, yang menyatakan bahwa penulis Kitab Wahyu ini adalah Yohanes yang berbeda dengan rasul Yohanes.

Alasan-alasannya adalah:

a) Penulis Kitab Wahyu menyebut namanya sebagai ‘Yohanes’, padahal penulis Injil Yohanes dan Surat Yohanes tidak pernah menyebutkan jati dirinya.

b) Bahasa Yunani yang jelek dari Kitab Wahyu.

Alasan utama yang dipakai oleh orang-orang yang menganut pandangan ini adalah bahwa bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu jauh lebih jelek dari yang dipakai dalam Injil Yohanes dan Surat Yohanes.

William Barclay:

• “... from the point of view of grammar it is easily the worst Greek in The New Testament. He makes mistakes which no schoolboy who knew Greek could make. Greek is certainly not his native language; and it is often clear that he is writing in Greek and thinking in Hebrew.” [= ... dari sudut pandang gramatika / tata bahasa, itu adalah bahasa Yunani yang terjelek dalam Perjanjian Baru. Ia membuat kesalahan-kesalahan yang tidak mungkin akan dibuat oleh seorang anak sekolah yang mengerti bahasa Yunani. Yunani jelas bukanlah bahasa aslinya / bahasa ibunya; dan kadang-kadang jelas bahwa ia menulis dalam bahasa Yunani dan berpikir dalam bahasa Ibrani.] - hal 11-12.

• “The Greek of the Fourth Gospel is simple but correct; the Greek of the Revelation is rugged and vivid, but notoriously incorrect.” [= Bahasa Yunani dari Injil yang keempat adalah sederhana tetapi benar; bahasa Yunani dari Kitab Wahyu adalah kasar dan gamblang / hidup, tetapi terkenal tidak benar.] - hal 11-12.

A. T. Robertson mengutip Radermacher yang menyebut Kitab Wahyu ini sebagai: “the most uncultured literary production that has come down to us from antiquity,” [= hasil sastra / tulisan yang paling tidak beradab / berbudaya yang telah diturunkan kepada kita dari jaman purbakala,] - hal 273.

J. H. Moulton: “Its grammar is perpetually stumbling, its idiom is that of a foreign language, its whole style that of a writer who neither knows nor cares for literary form.” [= Gramatika / tata bahasanya terus-menerus tersandung, ungkapannya adalah ungkapan dari bahasa asing, seluruh gayanya adalah gaya dari seorang penulis yang tidak mengerti ataupun peduli pada bentuk sastra.] - ‘A Grammar of New Testament Greek’, Book II, hal 3.

4) Jawaban dari yang ‘pro rasul Yohanes’.

a) Bahwa seorang penulis di salah satu kitabnya atau suratnya tidak menyatakan namanya, sama sekali tidak bisa diartikan bahwa ia akan selalu melakukan hal itu.

b) Rasul Yohanes bukan orang berpendidikan (Kis 4:13), sehingga cocok dengan bahasa Yunani yang jelek dari kitab Wahyu.

Kis 4:13 - “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”.

Pada waktu menulis Injil Yohanes dan surat-surat Yohanes, bahasa Yunaninya bisa bagus mungkin karena ada seorang penulis / sekretaris (amanuensis) yang memoles bahasa Yunaninya (bdk. Ro 16:22 yang menunjukkan bahwa Paulus juga mempunyai penulis pada waktu menulis surat Roma).

Roma 16:22 - “Salam dalam Tuhan kepada kamu dari Tertius, yaitu aku, yang menulis surat ini.”.

Tetapi pada waktu Yohanes menulis kitab Wahyu ia tidak mempunyai seorang penulis / sekretaris.

Dengan jawaban ini, memang golongan yang ‘pro rasul Yohanes’ bisa mementahkan serangan tentang bahasa Yunani yang jelek ini, tetapi saya berpendapat bahwa ini membuka diri terhadap serangan dari golongan Liberal. Mengapa? Karena kalau demikian, bagaimana kita mempertahankan bahwa Kitab Suci itu inerrant / sama sekali tidak ada salahnya? Bukankah itu harus juga mencakup ketidak-bersalahan dalam hal bahasa Yunani? Karena itu perhatikan beberapa kutipan di bawah ini.

Pulpit Commentary:

“The writer gives ample proof that he was acquainted with the rules and even the subtleties of Greek grammar; yet he departs from those rules and neglects those subtleties with such carelessness that he has been accused of the grossest ignorance of the Greek language.” [= Penulis memberikan cukup bukti bahwa ia mengenal hukum-hukum dan bahkan seluk-beluk dari gramatika / tata bahasa dari bahasa Yunani; tetapi ia menyimpang dari hukum-hukum itu dan mengabaikan seluk-beluk itu dengan suatu kecerobohan sedemikian rupa sehingga ia dituduh sebagai ketidaktahuan terbesar / paling menyolok tentang bahasa Yunani.] - hal xxiii.

Dan Pulpit Commentary dalam hal xxiii-xxv memberikan puluhan contoh ‘kesalahan’ yang dilakukan oleh penulis Kitab Wahyu ini dalam persoalan bahasa Yunaninya.

Donald Guthrie: “his opinion on the inaccuracies of the Apocalypse does not stand up to modern critical judgment, which generally admits that the grammatical deviations are not due to ignorance” [= pandangannya tentang ketidak-akuratan dari Kitab Wahyu tidak bertahan terhadap penilaian kritik modern, yang pada umumnya mengakui bahwa penyimpangan gramatika / tata bahasa ini bukanlah disebabkan oleh ketidaktahuan] - ‘New Testament Introduction’, hal 936.

Catatan: yang dimaksud dengan ‘pandangannya’ adalah pandangan dari Dionysius, yang mengatakan bahwa bahasa Yunani dari Kitab Wahyu mempunyai banyak kesalahan.

Donald Guthrie melanjutkan:

“... the Greek of the Apocalypse is not simply an inaccurate form of Greek such as a learner writes before he has mastered the laws of the language, but a mixture of correct and incorrect forms which appear to be due to choice, not to accident, careless or ignorance. ... there is no doubt that the author had his own very definite reason for using unusual grammatical constructions.” [= ... bahasa Yunani dari Kitab Wahyu bukanlah bentuk Yunani yang tidak akurat seperti yang ditulis oleh seorang yang baru belajar yang belum menguasai hukum-hukum bahasa itu, tetapi suatu campuran bentuk yang benar dan tidak benar yang kelihatannya disebabkan oleh pemilihan, bukan karena kecelakaan / kebetulan, kesembronoan atau ketidaktahuan. ... tidak diragukan bahwa pengarangnya mempunyai alasannya sendiri yang tertentu pada waktu menggunakan susunan gramatika / tata bahasa yang tidak lazim.] - ‘New Testament Introduction’, hal 941.

Dari semua ini bisalah disimpulkan bahwa baik Pulpit Commentary maupun Donald Guthrie percaya bahwa penulis Kitab Wahyu melakukan ‘kesalahan’ dengan sengaja! Jadi jelas bahwa sebetulnya itu bukan kesalahan, tetapi pasti karena ada maksud / arti tertentu di dalam ‘kesalahan’ itu!

Mengapa rasul Yohanes melakukan ‘kesalahan’ dengan sengaja?

1. Karena ia menuliskan ungkapan Ibrani dalam bahasa Yunani.

Dalam catatan kaki di hal 941, Donald Guthrie mengatakan:

“Charles thought that a good number of them were due to reproduction of Hebrew idioms.” [= Charles beranggapan bahwa sebagian besar dari mereka disebabkan karena peniruan / penduplikatan ungkapan Ibrani.].

Catatan: Yang dimaksud dengen ‘Charles’ adalah R. H. Charles, yang menulis buku berjudul ‘The Grammar of the Apocalypse’.

2. Karena ia harus menuliskan pemandangan-pemandangan yang tak terlukiskan ke dalam bahasa manusia.

Merrill C. Tenney: “Some of the Greek in the Apocalypse seems awkward and even ungrammatical. One should remember that the author was attempting to put into human language scenes that could not be described in ordinary terms, and consequently his grammar and vocabulary both proved inadequate.” [= Sebagian dari bahasa Yunani dalam Kitab Wahyu kelihatan aneh dan bahkan tidak sesuai dengan gramatika / tata bahasa. Kita harus ingat bahwa pengarang mencoba menuliskan ke dalam bahasa manusia pemandangan-pemandangan / adegan-adegan yang tidak bisa digambarkan dengan istilah-istilah biasa, dan sebagai akibatnya baik gramatika / tata bahasa maupun perbendaharaan katanya, terbukti tidak memadai.] - ‘New Testament Survey’, hal 387.

Dengan demikian golongan yang ‘pro rasul Yohanes’ bisa menjawab serangan terhadap Inerrancy [= ketidakbersalahan] dari Alkitab. Tetapi bagaimana dengan golongan yang ‘anti rasul Yohanes’? Kalau mereka berpendapat bahwa bahasa Yunani dari Kitab Wahyu benar-benar mengandung banyak kesalahan, bagaimana mereka bisa menganut doktrin Inerrancy dari Alkitab?

II) Saat penulisan Kitab Wahyu.

1) Kitab Wahyu ditulis atau pada jaman kaisar Nero atau pada jaman kaisar Domitian.

Mengapa harus disimpulkan demikian? Karena Kitab Wahyu jelas ditulis kepada orang kristen yang menderita penganiayaan. Ini terlihat dari:

a) Pembuangan terhadap Yohanes di Patmos (1:9).

Wahyu 1:9 - “Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.”.

b) Pembunuhan terhadap Antipas, yang adalah orang yang setia kepada Tuhan dan merupakan saksi Tuhan (2:13).

Wahyu 2:13 - “Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada namaKu, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu, juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.”.

c) Pemenjaraan yang dibicarakan terhadap jemaat Smirna (2:10).

Wahyu 2:10 - “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”.

d) Ada orang-orang yang dibunuh karena Firman Allah dan kesaksian yang mereka miliki (6:9).

Wahyu 6:9 - “Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.”.

e) Perempuan yang mabuk oleh darah orang-orang kudus dan saksi-saksi Yesus (17:6 bdk. 16:6 18:24 19:2 20:4).

Wahyu 17:6 - “Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran.”.

Wahyu 16:6 - “Karena mereka telah menumpahkan darah orang-orang kudus dan para nabi, Engkau juga telah memberi mereka minum darah; hal itu wajar bagi mereka!’”.

Wahyu 18:24 - “Dan di dalamnya terdapat darah nabi-nabi dan orang-orang kudus dan darah semua orang, yang dibunuh di bumi.”.

Wah 19:2 - “sebab benar dan adil segala penghakimanNya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hambaNya atas pelacur itu.’”.

Wahyu 20:4 - “Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.”.

Ada 10 kaisar Roma yang menganiaya orang kristen, tetapi hanya 2 yang hidup pada jaman rasul Yohanes, yaitu Nero (tahun 54-68 M) dan Domitian (tahun 81-96 M), dan karena itu Kitab Wahyu pasti ditulis pada salah satu dari 2 pemerintahan itu.

Pada umumnya para penafsir berpendapat bahwa kitab Wahyu ditulis pada jaman kaisar Domitian, yaitu pada sekitar tahun 95-96 M. Tetapi para ‘preterist’ [= orang yang percaya bahwa hampir semua nubuat dalam Kitab Wahyu sudah digenapi pada masa yang dekat dengan penulisan Kitab Wahyu itu], mengambil tahun 69 M, persis sebelum tahun 70 M yang merupakan tahun kejatuhan Yerusalem, supaya dengan demikian mereka bisa memasukkan kejatuhan Yerusalem sebagai salah satu penggenapan kitab Wahyu.

2) Argumentasi untuk tahun 69 M (jaman Nero):

a) Bait Allah masih ada (Wahyu 11:1-2), padahal Bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M.

Keberatan: ini menafsirkan bagian yang bersifat simbolis (yaitu Bait Allah) sebagai sesuatu yang bersifat hurufiah.

b) Wahyu 17:10 menyebutkan tentang 7 raja, 5 sudah jatuh, yang ke 6 masih ada, yang ke 7 belum datang. Nero memang adalah kaisar yang ke 6.

c) Nama Nero (Neron Kesar) cocok dengan bilangan 666 dalam Wah 13:18.

d) Jika Yohanes menulis Injil Yohanes, Surat Yohanes, dan Kitab Wahyu, maka perbedaan bahasa Yunani (Yunani yang bagus untuk Injil Yohanes dan surat Yohanes; Yunani yang jelek untuk Kitab Wahyu), menunjukkan adanya perbedaan waktu yang cukup lama. Jadi mungkin sekali ia menulis Kitab Wahyu pada sekitar tahun 69 M, waktu kemampuan Yunaninya masih rendah, dan lalu menulis Injil Yohanes dan surat Yohanes pada akhir abad pertama, pada waktu bahasa Yunaninya sudah maju.

Untuk point d) ini ada keberatan yang cukup serius, karena:

1. Ini membuang kemungkinan adanya penulis / sekretaris pada waktu menulis Injil Yohanes dan Surat Yohanes.

2. Sekalipun bahasa Yunani yang digunakan dalam Kitab Wahyu mempunyai banyak ‘kesalahan’, tetapi di atas telah kita lihat bahwa itu bukan bahasa Yunani dari seorang yang baru belajar bahasa Yunani, tetapi ‘kesalahan’ yang disengaja karena adanya maksud tertentu di balik ‘kesalahan-kesalahan’ itu.

3. Kalau kesalahan bahasa Yunani itu betul-betul merupakan kesalahan, ini menghancurkan doktrin inerrancy [= ketidakbersalahan] dari Alkitab.

3) Argumentasi untuk tahun 96 M (jaman Domitian):

a) Penganiayaan yang dilakukan oleh Nero hanya terjadi di kota Roma dan dalam waktu relatif singkat, tetapi penganiayaan yang dilakukan oleh Domitian terjadi di seluruh wilayah kekaisaran Romawi. Dalam Kitab Wahyu Yohanes menulis kepada gereja-gereja, yang pada jaman ini terletak di Turki, yang cukup jauh dari Roma, sehingga tidak mungkin terjadi pada jaman Nero.

b) Binatang yang disembah (Wahyu 13:4,12,15 14:9,11 15:2 16:2 19:20 20:4) dianggap menunjuk kepada kaisar Romawi.

Wahyu 13:4,12,15 - “(4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: ‘Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?’ ... (12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. ... (15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.”.

Wahyu 14:9,11 - “(9) Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, ... (11) Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wahyu 15:2 - “Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.”.

Wahyu 16:2 - “Maka pergilah malaikat yang pertama dan ia menumpahkan cawannya ke atas bumi; maka timbullah bisul yang jahat dan yang berbahaya pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya.”.

Wahyu 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”.

Wahyu 20:4 - “Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.”.

Kaisar-kaisar lain juga disembah, tetapi penyembahan itu tidak diperintahkan oleh si kaisar, dan penyembahan itu tidak terlalu banyak. Tetapi pada jaman kaisar Domitian, penyembahan itu diperintahkan oleh Domitian yang menganggap dirinya sendiri sebagai allah, dan karena itu penyembahan itu tersebar luas.

c) Tahun 69 M dianggap terlalu pagi untuk menyebabkan gereja-gereja memburuk sampai taraf yang digambarkan dalam Kitab Wahyu.

1. Gereja Efesus sudah kehilangan kasih yang semula (Wah 2:4). Padahal pada waktu Paulus menulis surat Efesus, yaitu pada sekitar tahun 62 M, ia memuji jemaat Efesus atas kasih mereka (Ef 1:15).

Efesus 1:15 - “Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,”.

Wahyu 2:4 - “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”.

Homer Hailey: “It is true that this changed condition which developed between the time of Paul’s letter and Jesus’ letter in Revelation could have evolved within a decade, but it is not likely. However, by the time lapse of a generation or two it could easily have happened.” [= Adalah benar bahwa kondiri yang berubah ini yang berkembang di antara saat surat Paulus dan surat Yesus dalam Kitab Wahyu bisa berkembang dalam waktu 10 tahun, tetapi kemungkinannya kecil. Tetapi setelah selang waktu satu atau dua generasi itu bisa dengan mudah terjadi.] - hal 33.

2. Adanya pengaruh ajaran Nikolaus di Efesus dan Pergamus (Wah 2:6,15), padahal ajaran ini berkembang setelah jaman Paulus (Homer Hailey, hal 33).

Wahyu 2:6,15 - “(6) Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. ... (15) Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.”.

Homer Hailey: “The influence of the Nicolaitans over the church at Ephesus and Pergamum (2:6,15) developed only after Paul’s day, and this is a strong point in favor of the later date.” [= Pengaruh dari pengikut-pengikut Nikolaus atas gereja di Efesus dan Pergamus (2:6,15) berkembang hanya setelah jaman Paulus, dan ini adalah suatu argumentasi yang kuat bagi tanggal / penulisan belakangan.] - hal 33.

3. Gereja Laodikia sudah menjadi gereja yang jelek yang suam-suam kuku, yang hanya mendapatkan celaan, tetapi tidak mendapatkan pujian apapun dari Kristus (Wah 3:14-22). Padahal pada saat Paulus menulis surat Kolose, kelihatannya gereja Laodikia masih aktif, dan Paulus tidak memberikan kritikan apa-apa tentang mereka (Kol 4:13-16).

Kol 4:13-16 - “(13) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang dia, bahwa ia sangat bersusah payah untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan Hierapolis. (14) Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas. (15) Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya. (16) Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu.”.

Wah 3:15-17 - “(15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu. (17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,”.

Homer Hailey: “It would surely have required more than a decade for the church at Laodicea to depart so completely from its earlier acceptable status that there was nothing about it to be commended.” [= Pasti dibutuhkan lebih dari 10 tahun sehingga gereja Laodikia bisa meninggalkan secara total status semula yang bisa diterima sehingga di sana tidak ada apapun lagi untuk dipuji.] - hal 34.

Menurut saya argumentasi ini tidak cukup kuat, karena 10 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk membuat gereja yang baik menjadi buruk.

4) Kesimpulan.

Sukar dikatakan dengan pasti kapan penulisan Kitab Wahyu. Kedua kubu mempunyai argumentasinya sendiri-sendiri. Sekalipun mayoritas penafsir menganggap Kitab Wahyu ditulis pada tahun 95-96 M, tetapi pandangan yang mengatakan bahwa Kitab Wahyu ditulis tahun 69 M tetap merupakan pandangan yang memungkinkan. Tetapi kalaupun Kitab Wahyu ditulis pada tahun 69 M, yang berarti itu bukanlah kitab yang ditulis paling akhir, Kitab Wahyu tetap merupakan yang terakhir ditinjau dari sudut pemikiran / isinya.

Merrill C. Tenney: “Irrespective of whether or not it was the last in order to be written, it is final in its thought,” [= Terlepas dari apakah Kitab Wahyu adalah kitab yang ditulis paling akhir atau tidak, Kitab Wahyu adalah yang terakhir dalam pemikiran,] - ‘New Testament Survey’, hal 383.

III) Haruskah kita mempelajari Kitab Wahyu?

1) Kitab Wahyu jelas merupakan Kitab yang sangat sukar, bahkan yang paling sukar dalam seluruh Alkitab. Ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam penafsiran tentang Kitab Wahyu, yang berbeda satu sama lain, dan bahkan bertentangan satu sama lain.

Dr. Knox Chamblin mengutip kata-kata seorang yang bernama Childs:

“No book within the New Testament exhibits such a wide range of disagreement in its interpretation.” [= Tidak ada kitab dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan ketidaksetujuan yang begitu lebar dalam penafsirannya.].

Ini menyebabkan orang bingung pada waktu mempelajari Kitab Wahyu, dan bahkan dikatakan bahwa pada waktu belajar Kitab Wahyu tidak seorangpun bisa yakin akan kebenaran penafsiran yang ia anut / terima.

Herman Hoeksema: “A satisfactory exposition of the Book of Revelation is considered impossible by many. The book is so full of symbols and allegories, and its true meaning is couched in such mysterious language, that one can never feel sure that he has discovered its real sense.” [= Exposisi yang memuaskan tentang Kitab Wahyu dianggap mustahil oleh banyak orang. Kitab itu begitu penuh dengan simbol-simbol dan alegory-alegory, dan artinya yang benar dituliskan dalam bahasa yang begitu misterius, sehingga seseorang tidak akan pernah bisa merasa yakin bahwa ia telah menemukan artinya yang benar.] - hal 1.

Steve Gregg memberikan komentar atas sukarnya Kitab Wahyu dengan kata-kata sebagai berikut:

“Its very name in the Greek New Testament is The Apocalypse, which means the ‘unveiling’ or ‘uncovering,’ though it has proved to be more of an ‘obscuring’ to many modern readers. Was it this difficult to the original readers? We may never know, but it is likely that the original readers understood it better and with less difficulty than we do. They shared the author’s knowledge of the culture and of the kind of literature that Revelation is. This knowledge is something that we, coming two thousand year later, must learn through specialized study.” [= Namanya dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani adalah The Apocalypse, yang artinya adalah ‘penyingkapan’ atau ‘pembukaan’, sekalipun telah terbukti bahwa kitab ini lebih merupakan ‘pengaburan’ bagi banyak pembaca modern. Apakah kitab ini juga begitu sukar bagi pembaca orisinilnya? Kita mungkin tidak akan pernah tahu, tetapi adalah mungkin bahwa pembaca orisinil mengerti lebih baik dan dengan kesukaran yang lebih sedikit dari pada kita. Mereka sama-sama mengetahui pengetahuan pengarang tentang kebudayaan dan tentang jenis literatur dari Kitab Wahyu. Pengetahuan ini adalah sesuatu yang kita, yang baru muncul 2000 tahun setelahnya, harus mempelajarinya melalui pelajaran khusus.] - ‘Revelation: Four Views: A Parallel Commentary’, hal 4.

2) Mengingat akan hal di atas (yaitu sukarnya Kitab Wahyu), haruskah / perlukah orang kristen mempelajari Kitab Wahyu? Apakah mempelajari Kitab Wahyu tidak identik dengan membuang waktu, tenaga dan pikiran, karena kita toh tidak akan bisa mengertinya? Jawabannya jelas adalah ‘Kita perlu dan bahkan harus mempelajari Kitab Wahyu’. Mengapa?

a) Karena Kitab Wahyu termasuk dalam Kitab Suci, dan karena itu Kitab Wahyu adalah Firman Allah. Kalau Kitab Wahyu termasuk dalam Kitab Suci / Firman Allah, maka tentu saja Kitab itu harus dipelajari! Bdk. Kis 20:20,27 dan Mat 5:19 yang mengatakan bahwa Firman Tuhan harus diajarkan semuanya.

Kis 20:20,27 - “(20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; ... (27) Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.”.

Mat 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.

b) Kitab Wahyu ini merupakan satu-satunya Kitab dalam Kitab Suci yang memberikan janji berkat kepada yang membaca dan mentaatinya. Memang jelas bahwa orang yang membaca / mempelajari dan mentaati bagian manapun dari Kitab Suci akan diberkati. Tetapi Kitab Wahyu memberikan janji berkat khusus bagi orang yang membaca / mempelajari dan mentaati kitab ini.

Janji itu ada dalam Wah 1:3 yang berbunyi: “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.”.

Dan pada akhir Kitab Wahyu kembali diberi janji semacam itu, yang ada dalam Wah 22:7, yang berbunyi: “Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!”

Janji ini memberikan kepastian bahwa sekalipun kita mungkin tidak bisa mengerti sepenuhnya, tetapi kita pasti bisa mengerti secukupnya untuk bisa mentaatinya dan mendapatkan berkat yang dijanjikan itu.

Herman Hoeksema: “It may not be possible to satisfy the spirit of curiosity in which many approach this last book of Holy Writ; but one may surely so understand the ‘meaning of the Spirit’ that he receives the blessing which is here promised.” [= Mungkin tidak mungkin untuk memuaskan roh keingin-tahuan dalam mana banyak orang mendekati kitab yang terakhir dari Kitab Suci ini; tetapi seseorang pasti bisa mengerti ‘arti dari Roh’ sedemikian rupa sehingga ia menerima berkat yang dijanjikan di sini.] - hal 2.

Karena itu dalam mempelajari Kitab Wahyu ini BERHARAPLAH bahwa berkat itu akan saudara terima.

3) Tetapi tentu saja untuk orang yang masih bayi secara rohani, tidak dianjurkan untuk langsung mempelajari Kitab Wahyu. Mengapa?

a) Karena bayi membutuhkan susu bukan makanan keras (1Korintus 3:1-2 Ibrani 5:11-14)!

1Korintus 3:1-2 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.”.


Ibrani 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.

b) Dalam Hermeneutics [= ilmu penafsiran Kitab Suci] berlaku suatu prinsip yang didasarkan pada akal sehat, dimana ayat-ayat mudah / jelas harus dipakai untuk menafsirkan ayat-ayat sukar / tidak jelas. Jadi, kalau seseorang sudah banyak belajar Kitab Suci, dan sudah mempunyai pengertian yang baik tentang bagian-bagian yang mudah / jelas dari Kitab Suci, maka barulah ia boleh mempelajari Kitab Wahyu, sehingga ia bisa menggunakan pengertiannya terhadap ayat-ayat mudah / jelas itu untuk menjadi pembimbing / pengarah dalam menafsirkan Kitab Wahyu. Tetapi untuk orang yang belum mengerti apa-apa tentang Kitab Suci, ia tidak mempunyai bekal apapun untuk mengecheck penafsiran Kitab Wahyu.

4) Sukarnya Kitab Wahyu ini juga menyebabkan kita harus mempelajarinya dengan:

a) Sikap hati-hati.

Dr. Knox Chamblin mengatakan bahwa Luther berkata: “Christ is not honored in Revelation.” [= Kristus tidak dihormati dalam Kitab Wahyu.].

William Barclay mengatakan bahwa Luther, dan juga Zwingli, menolak Kitab Wahyu.

William Barclay: “Luther would have denied the Revelation a place in The New Testament. Along with James, Jude, Second Peter and Hebrews he relegated it to a separate list at the end of his New Testament. He declared that in it there are only images and visions such as are found nowhere else in the Bible. He complained that, notwithstanding the obscurity of his writing, the writer had the boldness to add threats and promises for those who kept or disobeyed his words, unintelligible though they were. In it, said Luther, Christ is neither taught nor acknowledged; and the inspiration of the Holy Spirit is not perceptible in it. Zwingli is equally hostile to the Revelation. ‘With the Apocalypse,’ he writes, ‘we have no concern, for it is not a biblical book. ... The Apocalypse has no savour of the mouth or the mind of John. I can, if I so will, reject its testimonies.’” [= Luther menolak untuk memberi tempat bagi Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru. Bersama dengan Yakobus, Yudas, 2Petrus dan Ibrani, ia menurunkan / mengasingkan Kitab Wahyu kepada suatu daftar yang terpisah pada akhir dari Perjanjian Barunya. Ia menyatakan bahwa dalam Kitab Wahyu hanya terdapat gambar-gambar dan penglihatan-penglihatan yang tidak pernah ditemukan dalam bagian lain dari Alkitab. Ia mengeluh bahwa sekalipun tulisannya begitu kabur / tidak jelas artinya, tetapi penulisnya mempunyai keberanian untuk menambahkan ancaman-ancaman dan janji-janji untuk mereka yang memelihara atau tidak mentaati kata-katanya, padahal kata-katanya itu tidak bisa dimengerti. Dalam Kitab Wahyu, kata Luther, Kristus tidak diajarkan ataupun diakui; dan pengilhaman Roh Kudus tidak nampak / tidak jelas dalam Kitab Wahyu. Zwingli sama bermusuhannya dengan Kitab Wahyu. ‘Dengan Kitab Wahyu’, tulisnya, ‘kami tidak mempunyai perhatian, karena itu bukan kitab yang alkitabiah. ... Kitab Wahyu tidak mempunyai rasa / bau dari mulut atau pikiran Yohanes. Saya dapat, jika saya mau, menolak kesaksiannya’.] - hal 1.


Blunder seperti itu bisa terjadi karena tidak hati-hati! Jadi, sekalipun ada janji berkat dalam Wahyu 1:3 dan Wahyu 22:7, tetapi jangan mempelajari secara tergesa-gesa / gegabah!

Dr. Knox Chamblin:

“sometimes fools rush in where angels fear to trod.” [= kadang-kadang orang-orang tolol buru-buru masuk dimana malaikat takut untuk menginjak.].

b) Banyak berdoa dan bersandar kepada Roh Kudus.

Next Post Previous Post