LUKAS 16:19-31 (LAZARUS DAN ORANG KAYA)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
LUKAS 16:19-31 (LAZARUS DAN ORANG KAYA)

Lukas 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

I) Perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi?

Para penafsir memperdebatkan apakah bagian ini merupakan suatu perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi. Kebanyakan penafsir menganggap cerita ini sebagai perumpamaan, tetapi ada beberapa di sini mempunyai pandangan berbeda.

Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “Luke did not say that this narrative was a parable; perhaps it was an actual occurrence” (= Lukas tidak mengatakan bahwa cerita ini adalah suatu perumpamaan; mungkin cerita ini merupakan suatu kejadian sungguh-sungguh).

Calvin: “Some look upon it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to be the narrative of an actual fact. But that is of little consequence, provided that the reader comprehends the doctrine which it contains” (= Sebagian orang memandangnya sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi. Tetapi itu kecil akibat / konsekwensinya, asalkan pembaca mengerti doktrin / ajaran yang dikandungnya) - hal 184.

Catatan: bukan hanya nama ‘Lazarus’, tetapi terutama nama ‘Abraham’, ada dalam cerita ini. Tak pernah ada perumpamaan dengan nama orang, apalagi nama orang yang betul-betul ada / pernah hidup, dimasukkan di dalam perumpamaan itu. Sebagai tambahan dari saya, suatu perumpamaan biasanya ada dongengnya, dan lalu ada artinya atau realitanya (bdk. Matius 13:3-9,18-23 Matius 13:24-30,36-43). Kalau cerita ini dongengnya, lalu mana / apa arti atau realitanya? Dan kalau ini dongengnya, bagaimana mungkin ada nama-nama orang-orang yang pernah sungguh-sungguh hidup masuk di dalamnya?

Adam Clarke: “This account of the rich man and Lazarus is either a parable or a real history. If it be a parable, it is what may be; if it be a history, it is which has been. Either a man may live as is here described, and go to perdition when he dies; or, some have lived in this way, and are now suffering the torments of an eternal fire. The accounts is equally instructive in whichsoever of these lights it is viewed” (= Cerita tentang orang kaya dan Lazarus, atau merupakan suatu perumpamaan, atau suatu sejarah yang sungguh-sungguh. Jika itu adalah suatu perumpamaan, itu merupakan sesuatu yang bisa terjadi; jika itu merupakan suatu sejarah, itu adalah apa yang telah terjadi. Atau seseorang bisa hidup seperti yang digambarkan di sini, dan pergi ke neraka pada saat ia mati; atau, beberapa orang telah hidup dengan cara ini, dan sekarang sedang menderita siksaan dari api yang kekal. Cerita ini sama-sama bersifat instruktif dalam terang yang manapun cerita ini dipandang) - hal 464.

Saya berpendapat bahwa bagian akhir dari kata-kata Clarke maupun Calvin di atas merupakan sesuatu yang penting. Sebetulnya tak terlalu jadi soal apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan. Menurut saya itu tak akan terlalu membedakan penafsiran dari text ini. Karena itu banyak juga penafsir yang tak membahas sama sekali tentang apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan.

II) Bagian yang kelihatan (Lukas 16: 19-22a,23a).

Bagian yang kelihatan adalah kehidupan dari 2 orang dalam cerita ini (Lazarus dan orang kaya) sampai mereka mati dan dikuburkan.

Sekarang mari kita mempelajari beberapa hal dari bagian ini.

1) Kedua orang itu sama-sama adalah orang Yahudi.

a) Untuk Lazarus itu terlihat dari namanya.

Nama Lazarus berasal dari kata Ibrani EL AZAR yang berarti ‘God has helped’ (= Allah telah menolong).

b) Untuk orang kaya ini terlihat dari:

1. Ia menyebut Abraham dengan sebutan ‘bapa’ (ay 24,27,30), dan Abraham menyebutnya dengan sebutan ‘anak’ (ay 25). Sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ di sini tidak mungkin diartikan dalam arti rohani (seperti misalnya dalam Lukas 19:9), karena orang kaya ini jelas bukan orang beriman. Jadi sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ harus diartikan secara jasmani, dan ini menunjukkan bahwa orang kaya ini adalah keturunan Abraham.

2. Orang kaya ini mempunyai 5 saudara, dan Abraham mengatakan bahwa kelima saudaranya itu mempunyai ‘kesaksian Musa dan para nabi’ (ay 29), yang jelas menunjuk pada Perjanjian Lama. Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama, jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang Yahudi (bdk. Roma 3:1-2). Kalau mereka adalah orang Yahudi, maka jelas bahwa orang kaya itu juga adalah orang Yahudi.

Catatan: para penafsir biasanya menyebut orang kaya ini dengan sebutan ‘Dives’, yang sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata bahasa Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).

2) Kedua orang ini mempunyai 2 kehidupan yang sangat kontras (Lukas 16: 19-21).

a) Yang satu sangat kaya, yang lain sangat miskin.

Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia dikatakan bahwa Lazarus adalah seorang ‘pengemis’ (Lukas 16: 20). Demikian juga KJV dan NIV menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis). Tetapi sebetulnya kata Yunani yang dipakai hanyalah berarti ‘orang miskin’. Karena itu RSV/NASB yang menterjemahkan ‘a poor man’ (= seorang miskin), merupakan terjemahan yang lebih benar.

Barnes’ Notes: “‘Beggar.’ Poor man. The original word does not mean ‘beggar,’ but simply that he was ‘poor.’ It should have been so translated to keep up the contrast with the ‘rich man.’” (= ‘Pengemis’. Orang miskin. Kata orisinilnya tidak berarti ‘pengemis’ tetapi hanya bahwa ia ‘miskin’. Itu seharusnya diterjemahkan demikian untuk memelihara / melanjutkan kontras dengan ‘orang kaya’.) - hal 234.

Catatan: Lenski mengatakan bahwa kalau kata PTOCHOS digunakan sebagai kata benda maka artinya memang adalah ‘pengemis’.

Selanjutnya perlu diketahui bahwa untuk kata ‘orang miskin’ ini digunakan kata Yunani PTOCHOS. Dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang bisa diartikan ‘orang miskin’, yaitu PTOCHOS, PENES, dan PENICHROS, tetapi artinya sebetulnya agak berbeda. Kata PENES dan PENICHROS juga berarti ‘orang miskin’ tetapi ini menunjuk kepada orang miskin yang masih mempunyai sedikit uang. Tetapi kata PTOCHOS menunjuk kepada orang miskin yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa.

Pulpit Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam Matius 5:3 sebagai berikut:

· “PTOCHOS, in classical and philosophical usage, implies a lower degree of poverty than PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari PENES (2Korintus 9:9)] - hal 147.

· “The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has nothing superfluous, the PTOCHOS nothing at all” (= Orang yang PENES adalah orang yang begitu miskin sehingga ia mendapatkan roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak mempunyai apapun) - hal 147.

Perbedaan ini ditunjukkan secara menyolok dalam cerita tentang seorang janda miskin yang memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam Lukas 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.

Dalam Lukas 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Lukas 21:3, tetapi dalam Lukas 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS dan dalam Lukas 21:3 digunakan kata Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Lukas 21:2 sekalipun janda itu miskin, tetapi ia masih mempunyai uang sedikit (2 peser), dan karenanya digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam Lukas 21:3 digunakan kata PTOCHOS.

b) Yang satu ‘setiap hari bersukaria dalam kemewahan’ / berpesta (Lukas 16: 19); yang lain ‘ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu’ (Lukas 16: 21).

William Barclay: “In that time there were no knives, forks or napkins. Food was eaten with hands and, in every wealthy houses, the hands were cleansed by wiping them on hunks of bread, which were then thrown away. That was what Lazarus was waiting for” (= Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau serbet. Makanan dimakan dengan tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan dibersihkan dengan mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah yang ditunggu oleh Lazarus) - hal 213-214.

c) Yang satu mempunyai rumah; yang lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (Lukas 16: 20). Kelihatannya orang kaya itu cukup baik, karena ia membiarkan Lazarus tidur di emperan rumahnya. Coba rumah saudara emperannya ditiduri pengemis, apa nggak ngamuk?

d) Yang satu berpakaian ‘jubah ungu dan kain halus’ (ay 19a); yang lain bahkan tidak bisa membeli perban untuk membalut luka-lukanya sehingga anjing-anjing menjilati luka-lukanya (ay 21b).

Pulpit Commentary: “This purple, the true sea purple, was a most precious and rare dye, and the purple garment so dyed was a royal gift, and was scarcely used save by princes and nobles of very high degree. ... The fine linen (byssus) was worth twice its weight in gold” (= Warna ungu ini, sungguh-sungguh ungu laut, merupakan bahan celup / pewarna yang paling berharga dan jarang, dan pakaian ungu yang dicelup bahan pewarna seperti itu merupakan pemberian yang megah / indah, dan jarang dipakai kecuali oleh pangeran-pangeran dan bangsawan-bangsawan dari tingkat yang sangat tinggi. ... Kain lenan halus harganya 2 x beratnya dalam emas) - hal 66.

Wycliffe Bible Commentary: “‘Linen, used for undergarments, was equally expensive” (= Kain halus / lenan, digunakan untuk pakaian dalam, sama mahalnya).

Dari kontras yang diceritakan ini terlihat bahwa dalam pandangan Tuhan, orang yang diberkati tidak selalu kaya, dan orang yang dikutuk tidak selalu miskin. Adalah mungkin diberkati tetapi miskin, dan dikutuk tetapi kaya!

3) Kedua orang ini sama-sama mati (Lukas 16: 22a,23a)!

Norval Geldenhuys (NICNT): “The rich man, like the sick beggar, also died - neither his multitude of possessions not his influence among men could protect him against the inevitability of death” (= Orang kaya itu, seperti pengemis yang sakit itu, juga mati - kekayaannya yang banyak maupun pengaruhnya di antara manusia, tidak bisa melindunginya terhadap kematian yang tidak bisa dihindari) - hal 425.

Ditinjau dari satu sudut, orang miskin lebih sukar mati dari orang kaya. Mengapa? Karena orang kaya bisa membeli segala makanan yang enak-enak, sehingga menjadi gemuk, kolesterolnya naik, dan mudah terkena serangan jantung. Sedangkan orang miskin makanannya sederhana sehingga relatif bebas dari bahaya itu.

Tetapi, ditinjau dari sudut yang lain, orang miskin lebih mudah mati dibandingkan dengan orang kaya. Mengapa? Karena kalau orang kaya sakit, ia dengan mudah membeli obat, pergi ke dokter, bahkan kalau perlu berobat ke luar negeri, untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi kalau orang miskin sakit, apalagi dalam masa krismon seperti sekarang, ia tidak bisa membeli obat atau pergi ke dokter, sehingga cepat mati.

Tetapi apakah seseorang itu kaya atau miskin, tua atau muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap saja semua orang akan mati (bdk. Ibrani 9:27 - “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”).

Celakanya, kita tidak tahu kapan kematian itu akan ‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi pada hari ini, siapkah saudara?

4) Kedua orang ini sama-sama dikubur.

Memang untuk orang kaya disebutkan penguburannya (ay 23a), sedangkan untuk Lazarus tidak. Tetapi rasanya tidak mungkin Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya pasti akan mengganggu banyak orang. Orang kaya diceritakan penguburannya sedangkan Lazarus tidak, karena Lazarus dikubur secara sederhana, sedangkan orang kaya dikubur dengan upacara yang hebat, peti mati yang mahal, kuburan yang indah dsb.

Jaman sekarang juga banyak orang kaya yang pada saat kematiannya, dikubur dengan upacara yang sangat megah dan mewah, dihadiri banyak orang, dan sebagainya. Tetapi kalau ia adalah orang yang tidak percaya, maka semua itu bukan hanya tidak berguna, tetapi bisa dikatakan hanya sebagai olok-olok saja!

Biasanya manusia menyoroti kehidupan hanya sampai di sini. Kematian dan penguburan dianggap sebagai akhir segala-galanya. Andaikata cerita ini hanya berhenti sampai sini, maka jelas bahwa semua orang menginginkan kehidupan orang kaya itu, bukan kehidupan Lazarus. Karena itu manusia berusaha mati-matian untuk kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam cerita ini, Yesus melanjutkan dengan menunjukkan bagian yang tidak kelihatan, yang seringkali diabaikan orang.

III) Bagian yang tidak kelihatan / tidak diperhatikan (Lukas 16: 22b,23b-31).

Bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan dalam ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya jauh lebih panjang dari bagian yang kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam hidup kita, kita harus lebih menekankan bagian yang tidak kelihatan ini.

The Biblical Illustrator (New Testament): “WHAT COMES AFTER DEATH IS TO US OF FAR MORE IMPORTANCE THAN WHAT COMES BEFORE” (= Apa yang datang setelah kematian lebih penting bagi kita dari pada apa yang datang sebelumnya).

Bandingkan dengan:

· 1Korintus 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

· Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

Memang Kristus juga berguna untuk hidup yang sekarang ini, tetapi yang terutama Ia berguna untuk hidup setelah kematian. Jadi kalau selama ini saudara mempercayaiNya hanya sebagai penyembuh, pemberi berkat jasmani, penolong dari kesukaran, dsb, maka renungkan apa yang dikatakan oleh Paulus di sini! Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi kehidupan saudara setelah kematian!

Dalam bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan bahwa Lazarus ada di pangkuan Abraham (ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’ sebetulnya adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara hurufiah menggunakan kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran yang diberikan oleh cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham seakan-akan ia adalah anak kecil. Gambarannya adalah bahwa ia ada dalam pelukan Abraham. Ini menunjukkan ia ada di surga.

Adam Clarke mengatakan bahwa gambaran ‘dada Abraham’ menunjuk pada kebiasaan / tradisi Yahudi dalam perjamuan makan mereka (khususnya perjamuan Paskah), dimana semua orang makan sambil duduk miring, dan menyandarkan siku kiri pada meja makan, sehingga kepala dari orang di kanannya ada di dekat dadanya (bdk. Yohanes 13:25). Clarke menambahkan bahwa ‘dada Abraham’ merupakan suatu ungkapan yang digunakan di antara orang-orang Yahudi untuk menunjuk pada Firdaus Allah (surga).

Yohanes 13:25 - “Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepadaNya: ‘Tuhan, siapakah itu?’”.

KJV: ‘lying on Jesus’ breast’ (= bersandar pada dada Yesus).

Sementara itu orang kaya digambarkan masuk ke ‘alam maut’ (Lukas 16: 23). Kata ‘alam maut’ ini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani HADES, dan di sini jelas artinya adalah ‘neraka’ [KJV/NIV: ‘hell’ (= neraka)], karena orang kaya itu dikatakan ‘menderita sengsara’ (ay 23a), ‘sangat kesakitan dalam nyala api’ (ay 24b) dan ‘sangat menderita’ (ay 25b). Orang kaya ini adalah orang Yahudi, tetapi ia masuk ke neraka.

What money cannot buy.

“Money will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven” (= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali ke surga).

Lazarus dan Orang kaya (2)

Apa yang bisa kita pelajari dari semua ini?

1) Semua ini menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian.

Dan Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa kehidupan yang sekarang ini singkat (Mazmur 90:10 Yakobus 4:14), sebaliknya kehidupan setelah kematian itu, baik di surga maupun di neraka, adalah kekal.

Mazmur 90:9-10 - “(9) Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemasMu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. (10) Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”.

Catatan: kata ‘keluh’ maksudnya ‘keluhan’. RSV/NASB: ‘a sigh’ (= suatu keluhan).

Yakobus 4:14 - “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.

Karena itu bodohlah orang yang menekankan kehidupan yang sekarang ini dan mengabaikan kehidupan yang akan datang.

2) Dalam kehidupan setelah kematian itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka.

a) Surga dan neraka adalah tempat.

William Hendriksen: “In the present parable ‘Hades’ is clearly the place of torments and of the flame. It is ‘hell’” (= Dalam perumpamaan ini ‘HADES’ jelas adalah tempat siksaan dan api. Itu adalah ‘neraka’) - hal 784.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “‎The permanent place of punishment for the lost is ‘hell,’ the lake of fire. ... Hell is a place of torment and loneliness” (= Tempat permanen dari penghukuman untuk orang-orang yang terhilang adalah ‘neraka’, lautan api. ... Neraka adalah suatu tempat penyiksaan dan kesendirian).

Bible Knowledge Commentary: “Lazarus went to Abraham’s side while the rich man... was buried and was in hell, a place of conscious torment (vv. 24, 28). ... ‘Abraham’s side’ apparently refers to a place of paradise for Old Testament believers at the time of death (cf. Luke 23:43; 2 Cor 12:4)” [= Lazarus pergi ke sisi Abraham sementara orang kaya ... dikubur dan ada di neraka, suatu tempat penyiksaan yang bisa disadari / dirasakan (ay 24,28). ... Sisi Abraham kelihatannya menunjuk pada suatu tempat dari Firdaus untuk orang-orang percaya Perjanjian Lama pada saat kematian (bdk. Lukas 23:43; 2Korintus 12:4)].

Catatan:

1. Penafsir ini, maupun William Hendriksen di atas, menganggap cerita Lazarus dan orang kaya ini sebagai perumpamaan, tetapi mereka toh beranggapan bahwa surga dan neraka merupakan tempat. Memang menurut saya kalaupun cerita ini dianggap sebagai perumpamaan, itu tidak bisa menghindarkan seseorang dari fakta bahwa surga dan neraka itu adalah suatu tempat.

2. Bagian akhir dari kata-kata dari Bible Knowledge Commentary ini perlu diwaspadai karena orang ini bukan orang Reformed, tetapi dari kalangan Dispensationalisme.

R. L. Dabney: “The place of this eternal life is usually called heaven. It is undoubtedly a place proper, and not merely a state” (= Tempat dari kehidupan kekal ini biasanya disebut surga. Itu tak diragukan adalah suatu tempat tertentu, dan bukan semata-mata suatu keadaan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 849.

b) Karena hanya ada 2 tempat setelah kematian, kalau saudara tidak masuk ke surga, maka tidak ada tempat lain yang tersisa selain neraka! Karena itu pastikan bahwa saudara sedang menuju ke surga!

Dalam tafsirannya tentang Yohanes 3:16 Leon Morris (NICNT) berkata: “John sets perishing and life over against one another. He knows no other final state” (= Yohanes mengkontraskan kebinasaan dan kehidupan satu dengan yang lain. Ia tidak mengenal keadaan akhir yang lain) - hal 230.

Illustrasi: ada seorang yang suka mengejek orang Kristen. Suatu hari ia bertanya untuk mengolok-olok, dengan kata-kata sebagai berikut: “Apa benar Yunus itu ada dalam perut ikan 3 hari?”. Orang Kristen itu tak terlalu mau meladeni, dan ia berkata: “Tak tahu. Nanti kalau aku masuk surga, aku tanya Yunusnya sendiri”. Orang itu lalu berkata: “Bagaimana kalau Yunusnya tak ada di surga?”. Orang Kristen itu menjawab: “Kalau begitu, kamu yang tanya dia!”.

3) Setelah kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka.

Memang yang masuk surga atau neraka hanya jiwa / rohnya, sementara tubuhnya harus menantikan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.

Tetapi, mengapa dalam cerita ini dikatakan Abraham punya dada, Lazarus punya jari dan orang kaya punya lidah? Bukankah mereka tidak mempunyai tubuh?

A. H. Strong: “Here many unanswerable questions may be asked: Had the rich man a body before the resurrection, or is this representation of a body only figuration? Did the soul still feel the body from which it was temporarily separated, or have souls in the intermediate state temporary bodies? However we may answer these questions, it is certain that the rich man suffers, while probation still lasts for his brethren on earth” (= Di sini bisa ditanyakan banyak pertanyaan yang tak bisa dijawab: apakah orang kaya itu mempunyai suatu tubuh sebelum kebangkitan orang mati, atau apakah gambaran tentang suatu tubuh ini hanya merupakan suatu kiasan? Apakah jiwa tetap merasakan tubuhnya dari mana jiwa itu dipisahkan sementara, atau apakah jiwa dalam intermediate state mempunyai tubuh sementara? Bagaimanapun kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, adalah jelas bahwa orang kaya itu menderita, sementara masa percobaan masih berlangsung bagi saudara-saudaranya di bumi / dunia) - ‘Systematic Theology’, hal 999-1000.

Kata-kata Strong selanjutnya di bawah ini merupakan jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang ia berikan di atas.

A. H. Strong: “In the parable of the rich man and Lazarus, the body is buried, yet still the torments of the souls are described as physical. Jesus here accommodates his teaching to the conceptions of his time, or, better still, uses material figures to express spiritual realities” (= Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, tubuh dikuburkan, tetapi tetap siksaan terhadap jiwa digambarkan sebagai bersifat fisik. Di sini Yesus menyesuaikan ajaranNya dengan konsep-konsep dari jamanNya, atau lebih tepat, menggunakan kiasan yang bersifat materi untuk menyatakan kenyataan / fakta rohani) - ‘Systematic Theology’, hal 1000.

4) Cerita tentang Lazarus dan orang kaya ini bertentangan dengan:

a) Pandangan yang menyatakan adanya api pencucian (Roma Katolik).

Doktrin omong kosong ini memang tidak pernah mempunyai dasar Kitab Suci kecuali yang diputarbalikkan semaunya sendiri.

b) Pandangan yang berkata bahwa pada saat mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai Yesus datang keduakalinya. Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur / tidak sadar, tetapi sebaliknya sangat sadar!

c) Kepercayaan tentang adanya tempat penantian.

Orang yang percaya akan adanya tempat penantian mengatakan bahwa antara kematian sampai kedatangan Yesus yang keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi perhatikan cerita ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih hidup (ay 28), dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang keduakalinya. Tetapi ia sudah ada di neraka dan Lazarus sudah ada di surga. Jadi jelas bahwa tidak ada tempat penantian.

Memang sebelum kedatangan Yesus yang keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa / rohnya. Nanti pada saat Yesus datang keduakalinya, akan ada kebangkitan daging / orang mati dan barulah jiwa / roh dipersatukan kembali dengan tubuh dan orang itu masuk surga / neraka secara utuh (tubuh + jiwa / roh).

5) Dalam keadaan setelah kematian ini keadaan dari dua orang ini menjadi terbalik; dan kontrasnya menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih hidup di dunia.

a) Kontrasnya terlihat begitu mereka mati, karena untuk orang kaya hanya dikatakan bahwa ia dikubur, sedangkan untuk Lazarus dikatakan bahwa ia dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan / dada Abraham.

Wycliffe Bible Commentary: “The parable emphasizes that the beggar was carried by angels into paradise; the best that could be said for the rich man was that he was buried” (= Perumpamaan ini menekankan bahwa si pengemis dibawa oleh malaikat-malaikat ke dalam Firdaus / surga; yang terbaik yang bisa dikatakan untuk orang kaya itu adalah bahwa ia dikubur).

b) Orang kaya itu masuk alam maut (HADES), yang di sini jelas harus diartikan sebagai ‘neraka’.

Lukas 16: 23-25: “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut (HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.

Bandingkan keadaan orang kaya ini dengan penggambaran dalam Mazmur 49:17-21 - “(17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan”.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “C.S. Lewis was told about a gravestone inscription that read: ‘Here lies an atheist - all dressed up and no place to go.’ Lewis quietly replied, ‘I bet he wishes that were so!’” (= C. S. Lewis diceritai tentang sebuah tulisan batu nisan yang berbunyi: ‘Di sini berbaring seorang atheis - berpakaian lengkap dan tak ada tempat untuk pergi’. Lewis menjawab dengan pelan, ‘Saya bertaruh / yakin ia berharap itu memang begitu!’).

c) Lazarus ada di pangkuan / dada Abraham, yang jelas menunjuk pada surga.

William G. T. Shedd (vol II, hal 599) membuktikan bahwa ‘dada Abraham’ menunjuk pada surga dengan cara yang menarik. Ia menunjuk pada Mat 8:11 - “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga”.

Terjemahan hurufiah dari Matius 8:11 seharusnya adalah seperti dalam NASB.

NASB: ‘many shall come from east and west, and recline at the table with Abraham, and Isaac, and Jacob, in the kingdom of heaven’ (= banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan bersandar / berbaring di meja dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan sorga).

Kata ‘bersandar / berbaring’ ini menunjuk pada cara orang-orang Yahudi makan, khususnya kalau mereka makan dalam Perjamuan Paskah. Mereka duduk miring ke kiri sehingga kepala bisa bersandar pada dada dari orang di sebelah kirinya.

Bdk. Yohanes 13:23 - “Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihiNya, bersandar dekat kepadaNya, di sebelah kananNya”.

KJV: ‘Now there was leaning on Jesus’ bosom one of his disciples, whom Jesus loved’ (= Dan disana bersandar pada dada Yesus satu dari murid-muridNya, yang dikasihi oleh Yesus).

Kalau Lazarusnya bersandar di dada Abraham, sedangkan Abrahamnya ada di surga (berdasarkan Matius 8:11 di atas), maka jelas bahwa Lazarus juga ada di surga.

Tetapi Lenski mempunyai pandangan berbeda. Ia menganggap bahwa istilah ‘dada Abraham’ tidak menunjuk pada perjamuan makan seperti digambarkan di atas, tetapi hanya sebagai ‘dalam pelukan Abraham’, tetapi ini tetap juga menunjuk kepada surga.

Lenski: “‘Abraham’s bosom’ is a Jewish designation for heaven” (= ‘Dada Abraham’ merupakan penggambaran / nama Yahudi untuk surga) - hal 849.

d) Orang kaya yang kehausan dalam api itu minta setetes air kepada Lazarus! Sekarang ia yang mengemis kepada Lazarus, dan ia tidak bisa mendapatkan sekalipun hanya setetes air yang begitu diinginkannya! Bukan saja kontras dalam kehidupan di dunia menjadi terbalik, tetapi juga kontrasnya menjadi bertambah hebat!

Lenski: “Do not ask what kind of fire caused the flame by which the rich man was anguished. ... The fire torments the devils who have no bodies, the spirits of the damned before they are reunited with their earthly bodies, and finally also their bodies. ... Much is made of the fire, nothing whatever of the water into which Lazarus was to dip the tip of his finger. When Jesus speaks of things incompehensible in comprehensible language, let us therewith rest content” (= Jangan bertanya jenis api apa yang menyebabkan nyala api yang menyebabkan orang kaya itu menderita. ... Api menyiksa setan-setan yang tidak mempunyai tubuh, roh-roh dari orang-orang yang terkutuk sebelum mereka dipersatukan dengan tubuh-tubuh duniawi mereka, dan akhirnya juga tubuh-tubuh mereka. ... Banyak dibicarakan tentang api, tak ada apapun tentang air, ke dalam mana Lazarus harus mencelupkan ujung jarinya. Pada waktu Yesus berbicara tentang hal-hal yang tidak bisa dipengerti sepenuhnya dalam bahasa yang bisa dimengerti, hendaklah kita puas dengan itu) - hal 854-855.

Lenski: “All mercy is ended in hell. Even the least mercy as when a mere drop of water is asked for a tongue that is burned to a crisp; ... He whose tongue daily tasted the finest wines and the most delectable cooling drinks now burns with ceaseless flame. Pitiless are the final judgments of God” (= Semua belas kasihan berhenti di neraka. Bahkan belas kasihan yang terkecil seperti pada waktu hanya setetes air diminta untuk suatu lidah yang dibakar sampai kering; ... Ia yang lidahnya setiap hari mencicipi anggur yang terbaik dan minuman dingin yang paling lezat, sekarang terbakar nyala api yang tak ada henti-hentinya. Penghakiman akhir dari Allah adalah tanpa belas kasihan) - hal 855.

6) Keadaan itu bersifat permanen / tidak bisa berubah (ay 25-26).

Lukas 16: 25-26: “(25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

Orang kaya itu minta Abraham menyuruh Lazarus memberinya setetes air, tetapi Abraham menolak permintaan itu (ay 25), dan mengatakan bahwa ada jurang yang tak terseberangi di antara surga dan neraka, sehingga tidak ada yang bisa menyeberang, baik dari surga ke neraka maupun dari neraka ke surga (ay 26). Ini bukan hanya menunjukkan bahwa orang-orang di surga, seandainya mereka ingin, tak akan bisa membantu / meringankan penderitaan orang-orang yang ada di neraka, dan ini bahkan juga menunjukkan bahwa sekali masuk surga akan selama-lamanya di surga dan sekali masuk neraka akan selama-lamanya di neraka!

Barnes’ Notes: “How can men believe that there will be a restoration of all the wicked to heaven? The Saviour solemnly assures us that there can be no passage from that world of woe to the abodes of the blessed. ... If there is any thing certain from the Scripture, it is, that they who enter hell return no more; they who sink there, sink for ever” (= Bagaimana manusia bisa percaya bahwa di sana akan ada suatu pemulihan dari semua orang-orang jahat ke surga? Sang Juruselamat dengan khidmat meyakinkan kita bahwa di sana tidak ada jalan lintas dari dunia kesengsaraan ke tempat kediaman dari orang-orang yang diberkati. ... Jika ada sesuatu yang pasti dari Kitab Suci, itu adalah, bahwa mereka yang masuk ke neraka tidak akan kembali lagi; mereka yang tenggelam di sana, tenggelam selama-lamanya) - hal 235.

Norval Geldenhuys (NICNT): “After death the time of grace is past - their fate has been sealed finally and forever” (= Setelah kematian waktu kasih karunia telah lewat - nasib mereka telah disahkan untuk terakhir-kalinya dan selama-lamanya) - hal 426.

Louis Berkhof: “Scripture represents the state of the unbelievers after death as a fixed state. The most important passage that comes into consideration here is Luke 16:19-31.” (= Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang tidak percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Lukas 16:19-31) - ‘Systematic Theology’, hal 693.

Kepermanenan keberadaan di surga dan di neraka ini bertentangan dengan:

a) Ajaran yang mengatakan adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua), yang mengatakan bahwa kalau seseorang sampai mati tidak percaya Yesus, maka nanti akan diberi kesempatan kedua, dimana mereka akan diinjili di tempat penantian.

Juga ajaran Andereas Samudera, yang mengatakan bahwa setelah seseorang mati, rohnya bisa gentayangan dan merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini bisa diinjili dan bisa bertobat dan diselamatkan.

Ini semua adalah ajaran sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita ini, karena dalam cerita ini orang kaya itu langsung masuk ke neraka, dan sekalipun di sana ia jelas sekali menyesal / bertobat, tetapi ia tidak bisa diselamatkan / diampuni!

Lenski memberi komentar tentang ay 26 dengan kata-kata sebagai berikut: “The sense of the statement is that death decides forever, it either heaven or hell. This is not stressed by those who believe in the realm of the dead and make room for conversions in its lower part and thus a transfer into the higher part” (= Arti dari pernyataan ini adalah bahwa kematian menentukan selama-lamanya, atau surga atau neraka. Ini tidak ditekankan oleh mereka yang percaya pada dunia orang mati dan membuat kemungkinan untuk pertobatan-pertobatan di bagian yang lebih rendah dan lalu suatu perpindahan ke bagian yang lebih tinggi) - hal 857.

William Hendriksen: “it will become clear that the one great truth here emphasized is that once a person has died, his soul having been separated from his body, his condition, whether blessed or doomed, is fixed forever. There is no such thing as a ‘second’ chance” (= akan menjadi jelas bahwa satu kebenaran besar / agung yang ditekankan di sini adalah bahwa sekali seseorang telah mati, setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya, kondisinya, apakah diberkati atau dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal yang disebut ‘kesempatan kedua’) - hal 785.

b) Ajaran yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu hanya bersifat sementara.

Maksudnya, kalau orang masuk neraka, maka setelah sekian waktu, dimana Allah merasa hukuman orang itu sudah cukup, maka orangnya akan diangkat dari neraka dan dimasukkan ke surga. Ini ajaran salah / sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita yang sedang kita bahas ini!

Saya ingin memberikan beberapa kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Lukas 16:26 yang diberi judul ‘The Bridgeless Gulf’ (= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).

Charles Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 414.

Charles Haddon Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for ever” (= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 418.

Charles Haddon Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall be shut out of it. You do not love the Sabbath; you are shut out from the eternal Sabbath” (= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi untuk memasukinya. Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 419-420.

Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Ibrani 4:1-11.

Charles Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.

Charles Haddon Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with God ... There is no communion with God in hell. There are prayers, but they are unheard; there are tears, but they are unaccepted; there are cries for pity, but they are all an abomination unto the Lord” (= Surga adalah tempat persekutuan yang manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan dengan Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa, tetapi mereka tidak dijawab; ada air mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan untuk belas kasihan, tetapi semuanya merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.

Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

Charles Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never being spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

Kalau ada saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah kata-kata Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus sebelum terlambat!

7) Penyesalan tidak ada gunanya dalam kehidupan setelah kematian (Lukas 16: 27-31).

Kalau orang kaya itu begitu ingin bahwa saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan, maka pasti ia sendiri juga sangat ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir: ‘Andaikata aku dulu mau mempedulikan Injil yang diberitakan oleh pendeta / orang kristen itu kepadaku ...’. Neraka penuh dengan ‘andaikata’ tetapi semua ‘andaikata’ ini sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada Yesus, lakukanlah sekarang! Dalam kehidupan setelah kematian, penyesalan dan semua ‘andaikata’, tidak berguna!

Norval Geldenhuys (NICNT): “The Saviour related this parable not in order to satisfy our curiosity about life after death but to emphasis vividly the tremendous seriousness of life on this side of the grave - on the choice made here by us depends our eternal weal or woe” (= Sang Juruselamat menceritakan perumpamaan ini bukan untuk memuaskan keingin-tahuan kita tentang kehidupan setelah kematian, tetapi untuk menekankan dengan gamblang / hidup keseriusan yang sangat hebat dari kehidupan pada sisi ini dari kubur - pada pilihan yang kita buat di sini, tergantung kemakmuran / kesejahteraan atau kesengsaraan kekal kita) - hal 427.

Louis Berkhof: “It (Scripture) also invariably represents the coming final judgment as determined by the things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menggambarkan bahwa penghakiman terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi pada saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang keduakalinya] - ‘Systematic Theology’, hal 693.

2Korintus 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).

Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini. Penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti hanya tergantung pada apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya.

Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.

Karena itu, kalau mau bertobat / percaya kepada Kristus, lakukan itu sekarang! Jangan menunda, karena besok mungkin sudah terlambat!

Lazarus dan Orang kaya (3)

IV) Mengapa Lazarus masuk surga dan orang kaya masuk neraka?

1) Apakah ay 25 menunjukkan bahwa Lazarus masuk surga karena Lazarus miskin dan menderita selama hidupnya di dunia, sedangkan orang kaya masuk neraka karena selama di dunia hidupnya enak? Jadi setelah kematian keadaan lalu dibalik?

Lukas 16: 25: “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.

Sepintas lalu kelihatannya ay 25 menunjukkan hal itu. Tetapi tidak, pasti bukan itu alasannya. Ini terlihat dari fakta bahwa Abraham kaya semasa hidupnya, tetapi ia toh masuk surga! Dan bisa saja seseorang miskin di dunia, dan setelah mati lalu masuk neraka!

Mari kita melihat beberapa kutipan dari tafsiran Calvin tentang ay 25 ini.

Calvin: “When it is said that he is tormented in hell, because he had received his good things in his lifetime, we must not understand the meaning to be, that eternal destruction awaits all who have enjoyed prosperity in the world. On the contrary, as Augustine has judiciously observed, poor Lazarus was carried into the bosom of rich Abraham, to inform us, that riches do not shut up against any man the gate of the kingdom of heaven, but that it is open alike to all who have either made a sober use of riches, or patiently endured the want of them. All that is meant is, that the rich man, who yielded to the allurements of the present life, abandoned himself entirely to earthly enjoyments, and despised God and His kingdom, now suffers the punishment of his own neglect” (= Pada waktu dikatakan bahwa ia disiksa dalam neraka, karena ia telah menerima hal-hal baiknya dalam hidupnya, kita tidak boleh mengerti bahwa artinya adalah bahwa kehancuran kekal menunggu semua yang di sini menikmati kemakmuran dalam dunia ini. Sebaliknya, seperti telah diamati oleh Agustinus dengan bijaksana, Lazarus yang miskin dibawa ke dada Abraham yang kaya, untuk memberi informasi kepada kita bahwa kekayaan tidak menutup terhadap siapapun pintu gerbang kerajaan surga, tetapi bahwa itu terbuka secara sama bagi semua yang atau telah menggunakan kekayaan dengan waras, atau dengan sabar menanggung ketiadaan dari kekayaan. Semua yang dimaksudkan adalah, bahwa orang kaya, yang menyerah pada daya tarik dari hidup yang sekarang ini, membuang dirinya sendiri sepenuhnya pada penikmatan duniawi, dan meremehkan Allah dan kerajaanNya, sekarang menderita hukuman dari pengabaiannya sendiri) - hal 189.

Calvin: “When it is said of Lazarus, on the other hand, that he enjoys comfort, because he had suffered many distresses in the world, it would be idle to apply this to all whose condition is wretched; because their afflictions, in many cases, are so far from having been of service to them, that they ought rather to bring upon them severer punishment. But Lazarus is commended for patient endurance of the cross, which always springs from faith and a genuine fear of God; for he who obstinately resists his sufferings, and whose ferocity remains unsubdued, has no claim to be rewarded for patience, by receiving from God comfort in exchange for the cross” (= Sebaliknya, pada waktu dikatakan tentang Lazarus, bahwa ia menikmati hiburan, karena ia telah menderita banyak penderitaan dalam dunia ini, merupakan sesuatu yang tak berdasar untuk menerapkan hal ini kepada semua yang kondisinya buruk; karena penderitaan mereka, dalam banyak kasus, bukannya melayani mereka tetapi malahan membawa kepada mereka hukuman yang lebih berat. Tetapi Lazarus dipuji untuk sikap menahan salib yang sabar, yang selalu muncul dari iman dan suatu rasa takut yang asli terhadap Allah; karena ia yang dengan tegar tengkuk menolak penderitaan-penderitaannya, dan yang kegarangannya tetap tidak ditundukkan, tidak berhak untuk diberi pahala untuk kesabaran, dengan menerima dari Allah penghiburan untuk mengganti salibnya) - hal 190.

Calvin: “To sum up the whole, they who have patiently endured the burden of the cross laid upon them, and have not been rebellious against the yoke and chastisements of God, but, amidst uninterrupted sufferings, have cherished the hope of a better life, have a rest laid up for them in heaven, when the period of their warfare shall be terminated. On the contrary, wicked despisers of God, who are wholly engrossed in the pleasures of the flesh, and who, by a sort of mental intoxication, drown every feeling of piety, will experience, immediately after death, such torments as will efface their empty enjoyments” (= Untuk meringkas seluruhnya, mereka yang dengan sabar telah menanggung beban dari salib yang diletakkan pada diri mereka, dan tidak memberontak terhadap kuk dan hajaran dari Allah, tetapi di tengah-tengah penderitaan-penderitaan yang terus menerus, telah memegang dalam pikirannya pengharapan tentang kehidupan yang lebih baik, mempunyai suatu istirahat yang disimpan di surga bagi mereka di surga, pada waktu masa peperangan mereka diakhiri. Sebaliknya, penghina-penghina yang jahat dari Allah, yang sepenuhnya dipikat / diasyikkan dalam kesenangan-kesenangan daging, dan yang, oleh suatu jenis kemabukan mental, menenggelamkan setiap perasaan kesalehan, akan mengalami, segera setelah kematian, siksaan-siksaan yang akan menghapuskan kenikmatan-kenikmatan kosong mereka) - hal 190.

2) Kalau begitu mengapa Lazarus masuk surga dan mengapa orang kaya masuk neraka?

a) Untuk orang kaya.

1. Ia jelas mempunyai banyak dosa, khususnya dosa pasif, dimana ia tidak menolong Lazarus.

William Barclay: “As someone said, ‘It was not what Dives did that got him into gaol; it was what he did not do that got him into hell.’ ... It is a terrible warning that the sin of Dives was not that he did wrong things, but that he did nothing” [= Seperti dikatakan seseorang: ‘Bukan apa yang dilakukan oleh Dives (= orang kaya) yang memasukkannya ke dalam penjara; tetapi apa yang tidak dilakukannya yang memasukkannya ke dalam neraka’. ... Merupakan suatu peringatan yang mengerikan bahwa dosa Dives bukanlah bahwa ia melakukan hal-hal yang salah, tetapi bahwa ia tidak melakukan apa-apa] - hal 214.

Adam Clarke: “our blessed Lord has not represented this man as a monster of inhumanity, but merely as an indolent man, who sought and had his portion in this life, and was not at all concerned about another” (= Tuhan yang terpuji tidak menggambarkan orang ini sebagai suatu monster yang kejam, tetapi semata-mata sebagai seorang manusia yang malas / tidak berbuat apa-apa, yang mencari dan mendapatkan bagiannya dalam hidup ini tetapi tidak peduli sama sekali kepada orang lain) - hal 464.

Bandingkan dengan:

· Yakobus 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.

· Matius 25:41-45 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku”.

Karena itu pada saat memikirkan dosa, jangan hanya memikirkan hal salah apa yang saudara perbuat, tetapi pikirkan juga hal baik apa yang tidak saudara lakukan, seperti:

¨ tidak ke gereja.

¨ tidak belajar Firman Tuhan.

¨ tidak berdoa.

¨ tidak melayani Tuhan / memberitakan Injil.

¨ tidak mengasihi Allah.

¨ tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

¨ dan sebagainya.

2. Ia tidak percaya.

a. Ini sebetulnya terlihat dari seluruh Kitab Suci yang secara jelas menunjukkan bahwa orang-orang yang akan masuk neraka adalah orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus!

b. Ketidak-percayaannya juga terlihat dari fakta bahwa dalam cerita ini ia tidak diberi nama / tidak mempunyai nama.

Bandingkan dengan Wahyu 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

Dalam cerita ini orang kaya itu tidak mempunyai nama; itu menunjukkan ia bukan orang percaya.

c. Ketidak-percayaannya juga terlihat dari fakta bahwa ia tidak mendengar / mempedulikan Firman Tuhan.

Lukas 16: 29: “Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu”.

Tentang ay 29 ini, Norval Geldenhuys (NICNT) berkata: “From these words it follows that the rich man was lost because he did not listen to the Law and the Prophets, and not because he was rich” (= Dari kata-kata ini terlihat bahwa orang kaya itu terhilang karena ia tidak mendengarkan pada Hukum Taurat dan kitab para nabi, dan bukan karena ia kaya) - hal 430.

Kata-kata ini memang masuk akal, karena Abraham mengatakan bahwa supaya kelima saudara orang kaya itu tidak menyusulnya ke neraka, mereka harus mendengar pada hukum Taurat dan kitab para nabi. Jadi, orang kaya itu sendiri, seandainya dalam hidupnya di dunia ia mendengar pada hukum Taurat dan kitab para nabi, ia tentu tidak akan berada dalam neraka pada saat ini. Tetapi ternyata ia berada dalam neraka, dan itu membuktikan bahwa dalam hidupnya ia tidak mendengar, atau tidak mempedulikan hukum Taurat dan kitab para nabi (Firman Tuhan). Dan ini jelas menunjukkan ketidak-percayaan, karena iman timbul dari pendengaran.

Roma 10:17 - “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

d. Ketidak-percayaannya tidak berubah sekalipun ada peringatan baginya pada saat Lazarus mati.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The fact that Lazarus died first was a strong witness to the rich man, a reminder that one day he would also die, but even a death at his very doorstep did not melt the man’s heart” (= Fakta bahwa Lazarus mati dulu merupakan suatu kesaksian yang kuat kepada orang kaya itu, suatu peringatan bahwa suatu hari ia juga akan mati, tetapi bahkan kematian di pintu rumahnya tidak mencairkan hati orang ini).

Dalam kontex Kitab Suci maka jelaslah bahwa ketidak-percayaannya ini harus lebih ditekankan dari pada dosanya. Mengapa? Karena semua orang mempunyai banyak dosa, baik aktif maupun pasif. Itu tidak menghalangi mereka masuk ke surga asal mereka mau percaya kepada Kristus. Tetapi orang yang tidak percaya kepada Kristus, betapapun baik / saleh hidupnya dan betapapun sedikitnya dosanya, akan masuk ke neraka, karena ia tetap adalah orang berdosa yang harus dihukum untuk dosa-dosanya.

b) Untuk Lazarus.

Ia pasti juga adalah orang berdosa, tetapi ia adalah orang yang percaya. Dari mana kita tahu hal itu?

1. Dari seluruh Kitab Suci yang menunjukkan bahwa hanya orang percaya kepada Yesus yang bisa masuk ke surga!

2. Dalam cerita ini Lazarus mempunyai nama.

Wahyu 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

Lazarus mempunyai nama; itu menunjukkan ia orang percaya. Sudahkah nama saudara tertulis dalam kitab kehidupan?

V) Tanggapan kita.

1) Untuk orang yang belum percaya.

Cepatlah bertobat dan percaya kepada Kristus.

Kisah Para Rasul 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.

Kisah Para Rasul 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.

a) Jangan mencari mujijat dulu baru mau percaya. Mengapa?

1. Karena Tuhan tidak selalu mau memberi mujijat.

Dalam kasus kelima saudara orang kaya itu, tidak dilakukan mujijat supaya mereka bertobat.

Bandingkan dengan 1Korintus 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.

2. Tuhan menggunakan firman, bukan mujijat, untuk mempertobatkan orang.

Lukas 16: 30-31: “(30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

Calvin: “all that is here affirmed by Christ is, that even the dead could not reform, or bring to a sound mind, those who are deaf and obstinate against the instructions of the law” (= semua yang ditegaskan di sini oleh Kristus adalah, bahwa bahkan orang mati tidak bisa mereformasi, atau membawa pada pikiran yang sehat, mereka yang tuli dan tegar tengkuk terhadap pengajaran-pengajaran dari hukum Taurat).

Calvin: “Some would desire that angels should descend from heaven; others, that the dead should come out of their graves; others, that new miracles should be performed every day to sanction what they hear; and others, that voices should be heard from the sky. But if God were pleased to comply with all their foolish wishes, it would be of no advantage to them; for God has included in his word all that is necessary to be known, and the authority of this word has been attested and proved by authentic seals. Besides, faith does not depend on miracles, or any extraordinary sign, but is the peculiar gift of the Spirit, and is produced by means of the word. Lastly, it is the prerogative of God to draw us to himself, and he is pleased to work effectually through his own word” (= Sebagian orang menginginkan supaya malaikat-malaikat turun dari surga; yang lain supaya orang mati keluar dari kubur; yang lain supaya mujijat-mujijat yang baru dilakukan setiap hari untuk menyetujui / mendukung apa yang mereka dengar; dan yang lain supaya suara terdengar dari langit. Tetapi seandainya Allah berkenan untuk menuruti semua keinginan tolol mereka, itu tidak akan ada gunanya bagi mereka; karena Allah telah memasukkan dalam firmanNya semua yang perlu untuk diketahui, dan otoritas dari firman ini telah diperlihatkan dan dibuktikan oleh meterai-meterai yang otentik / asli. Disamping itu, iman tidak tergantung pada mujijat-mujijat, atau tanda luar biasa apapun, tetapi merupakan pemberian khusus dari Roh, dan dihasilkan dengan menggunakan firman. Terakhir, merupakan hak khusus dari Allah untuk menarik kita kepada diriNya sendiri, dan Ia berkenan untuk bekerja secara efektif melalui firmanNya).

Tentang kata-kata orang kaya dalam ay 30, William Hendriksen berkata: “How wrong he was! Someone from the dead did actually appear to the people. And his name was Lazarus (though not the Lazarus of the parable). The story is found in John 11. Was the result that everybody was converted? Not at all. The result was that Christ’s enemies planned to put to death the risen Lazarus (John 12:10), and were more determined than ever to destroy Jesus (John 11:47-50). ... Jesus rose from the dead. But those who refused to believe Moses and the Prophets were not convinced, and certainly not converted. Read Matt. 28:11-15” [= Alangkah salahnya ia! Seseorang dari orang mati betul-betul muncul kepada orang-orang. Dan namanya adalah Lazarus (sekalipun bukan Lazarus dari perumpamaan ini). Cerita itu ditemukan dalam Yoh 11. Apakah ini menyebabkan setiap orang bertobat? Sama sekali tidak. Hasilnya adalah bahwa musuh-musuh Kristus merencanakan untuk membunuh Lazarus yang bangkit itu (Yohanes 12:10), dan lebih berketetapan hati dari sebelumnya untuk menghancurkan Yesus (Yohanes 11:47-50). ... Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi mereka yang menolak untuk percvaya kepada Musa dan nabi-nabi tidak diyakinkan, dan pasti tidak bertobat. Bacalah Matius 28:11-15] - hal 787.

Yohanes 11:47-53 - “(47) Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. (48) Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.’ (49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. (53) Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia”.

Yohanes 12:9-11 - “(9) Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkanNya dari antara orang mati. (10) Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, (11) sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus”.

Matius 28:11-15 - “(11) Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. (12) Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu (13) dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur. (14) Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ (15) Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini”.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Though miracles can attest to the authority of the preacher, they cannot produce either conviction or conversion in the hearts of the lost. Faith that is based solely on miracles is not saving faith (John 2:23-25). A man named Lazarus did come back from the dead, and some of the people wanted to kill him! (see John 11:43-57; 12:10) Those who claim that there can be no effective evangelism without ‘signs and wonders’ need to ponder this passage and also John 10:41-42” [= Sekalipun mujijat-mujijat bisa meneguhkan otoritas dari si pengkhotbah, mujijat-mujijat itu tidak bisa menghasilkan keyakinan atau pertobatan dalam hati dari orang-orang yang terhilang. Iman yang didasarkan semata-mata pada mujijat-mujijat bukanlah iman yang menyelamatkan (Yoh 2:23-25). Seseorang bernama Lazarus betul-betul kembali dari antara orang mati, dan beberapa dari orang-orang itu ingin membunuhnya! (Lihat Yohanes 11:43-57; 12:10). Mereka yang mengclaim bahwa di sana tidak mungkin ada penginjilan yang efektif tanpa ‘tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban’ perlu merenungkan text ini dan juga Yoh 10:41-42].


Yohanes 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.

Yohanes 10:41-42 - “(41) Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’ (42) Dan banyak orang di situ percaya kepadaNya”.

Norval Geldenhuys (NICNT): “These last words of the parable were undoubtedly uttered by the Saviour with a view to His own resurrection. The sign for which the Jews had so often asked would be given by His resurrection, but He knew that even this would not move the worldly-minded to a saving faith in Him. And this was abundantly proved by the actual course of events” (= Kata-kata terakhir dari perumpamaan ini tidak diragukan diucapkan oleh sang Juruselamat dengan suatu pandangan pada kebangkitanNya sendiri. Tanda yang telah begitu sering diminta oleh orang-orang Yahudi akan diberikan oleh kebangkitanNya, tetapi Ia tahu bahwa bahkan ini, tidak akan menggerakkan pikiran duniawi pada suatu iman yang menyelamatkan kepadaNya. Dan ini secara berlimpah-limpah dibuktikan oleh jalannya peristiwa-peristiwa dalam realitanya) - hal 427.

b) Sekarang kita mempunyai Kitab Suci lengkap, bukan hanya Perjanjian Lama.

Calvin: “The division of the word of God, which Abraham makes into the Law and the Prophets, refers to the time of the Old Testament. Now that the more ample explanation of the Gospel has been added, there is still less excuse for our wickedness, if our dislike of that doctrine hurries us in every possible direction, and, in a word, if we do not permit ourselves to be regulated by the word of God” (= Pembagian firman Allah, yang Abraham buat menjadi hukum Taurat dan nabi-nabi, menunjuk pada jaman Perjanjian Lama. Sekarang bahwa lebih banyak penjelasan dari Injil telah ditambahkan, di sana ada lebih sedikit lagi dalih / alasan untuk kejahatan kita, jika ketidak-senangan kita tentang ajaran / doktrin itu menggerakkan kita ke setiap arah yang memungkinkan, dan singkatnya, jika kita tidak mengijinkan diri kita sendiri untuk diatur oleh firman Allah) - hal 193.

Dengan Perjanjian Lama saja seseorang seharusnya sudah bisa percaya (ay 29-31), dan kalau ia tidak percaya itu adalah salahnya sendiri, dan itu membuat ia masuk neraka selama-lamanya. Apalagi bagi kita pada jaman sekarang, yang mempunyai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Kitab Suci ini, khususnya Perjanjian Barunya, memberitahu kita tentang kematian Yesus untuk dosa-dosa kita dan bahwa dengan percaya kepada Yesus kita pasti selamat, dan bahwa itu adalah satu-satunya jalan ke surga! Adanya terang yang lebih besar ini, memberikan kita tanggung jawab yang juga lebih besar (Lukas 12:47-48)! Karena itu cepatlah percaya, sebelum terlambat.

2) Untuk saudara yang sudah percaya tetapi hidup menderita.

Penderitaan bisa disebabkan karena dosa. Jadi periksalah hidup saudara. Kalau memang ada dosa, bertobatlah.

Tetapi penderitaan belum tentu karena dosa. Bisa saja penderitaan muncul justru karena saudara taat kepada Tuhan, seperti dalam kasus Ayub. Kalau ini kasus saudara, maka jangan menganggap Tuhan tidak adil. Jangan hanya melihat bagian yang kelihatan, lihatlah / renungkanlah bagian yang tidak kelihatan dalam cerita ini.

Tetaplah ikut Tuhan dalam suka maupun duka. Nanti saudara akan bertemu Dia dalam Kerajaan Surga.

- AMIN –
Next Post Previous Post