PEMBAHASAN TENTANG KATA DUNIA:Yohanes 3:16
Oleh:Pdt.Budi Asali,M.Div.
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
otomotif, health |
1. Pembahasan tentang kata ‘dunia’ dalam Yohanes 3:16 ini.
Penafsiran Arminian pada umumnya: ‘dunia’ menunjuk kepada ‘semua dan setiap orang dalam dunia’. Dengan demikian maka Yohanes 3:16 ini akan mendukung Universal Atonement (= Penebusan Universal), karena kasih kepada ‘dunia’ inilah yang menyebabkan Allah menyerahkan AnakNya yang tunggal / memberikan penebusan.
Lenski (tentang Yohanes 3:16): “The universality already expressed in the title ‘the Son of man’ (1:51; 3:14) and in ‘everyone who believes’ (v. 15), is brought out with the most vivid clearness in the statement that God loved ‘the world,’ τὸν κόσμον, the world of men, all men, not one excepted. To insert a limitation, either here or in similar passages, is to misinterpret. We know of nothing more terrible than to shut out poor dying sinners from God’s love and redemption. But this is done by inserting a limiting word where Jesus and the Scriptures have no such word” [= Ke-universal-an sudah dinyatakan dalam gelar ‘Anak Manusia’ (1:51; 3:14) dan dalam ‘setiap orang yang percaya’ (ay 15), ditunjukkan dengan kejelasan yang paling hidup dalam pernyataan bahwa Allah mengasihi ‘dunia’, TON KOSMON, dunia dari manusia, semua manusia, tak seorangpun dikecualikan. Memasukkan suatu pembatasan, atau di sini atau dalam text-text yang serupa, adalah menafsirkan secara salah. Kita tidak tahu tentang apapun yang lebih mengerikan / buruk dari pada mencegah orang-orang berdosa yang malang dari kasih Allah dan penebusan. Tetapi ini dilakukan dengan memasukkan suatu kata yang membatasi dimana Yesus dan Kitab Suci tidak mempunyai kata seperti itu].
Pulpit Commentary: “This world cannot be the limited ‘world’ of the Augustinian, Calvinian interpreters - the world of the elect; it is that ‘whole world’ of which St. John speaks in 1John 2:2. ‘God will have all men to be saved’ (1Tim. 2:4). Calvin himself says, ‘Christ brought life, because the heavenly Father loves the human race, and wishes that they should not perish.’” [= ‘Dunia’ ini tidak bisa adalah ‘dunia yang terbatas’ dari penafsir-penafsir Augustinianisme dan Calvinisme - ‘dunia dari orang-orang pilihan’; itu adalah ‘seluruh dunia’ tentang mana Yohanes berbicara dalam 1Yoh 2:2. ‘Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan’ (1Tim 2:4). Calvin sendiri mengatakan, ‘Kristus membawa kehidupan karena Bapa surgawi mengasihi umat manusia, dan menginginkan supaya mereka tidak binasa’] - hal 123.
Catatan: Calvin memang mengatakan kata-kata itu, tetapi:
· dalam kata-kata / tafsirannya selanjutnya berkenaan dengan Yohanes 3:16, Calvin berkata: “And the words of Christ mean nothing else, when he declares the cause to be in the love of God. For if we wish to ascend higher, the Spirit shuts the door by the mouth of Paul, when he informs us that this love was founded on the purpose of his will, (Ephesians 1:5.)” [= Dan kata-kata Kristus tidak berarti selain, pada waktu Ia menyatakan penyebabnya sebagai ada dalam kasih Allah. Karena jika kita mau naik lebih tinggi, Roh menutup pintu oleh mulut Paulus, pada waktu ia memberi kita informasi bahwa kasih ini didasarkan pada rencana dari kehendakNya (Efesus 1:5)].
Ef 1:5 - “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
Jelas bahwa kasih yang dibicarakan oleh Calvin berhubungan dengan ‘election’ (= pemilihan).
· dalam tafsirannya tentang Yoh 17:23 ia mengatakan bahwa ‘Allah tidak mengasihi siapapun kecuali dalam Kristus’.
Yohanes 17:23 - “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.
Calvin (tentang Yoh 17:23): “‘And hast loved them.’ He means that it is a very striking exhibition, and a very excellent pledge, of the love of God towards believers, which the world is compelled to feel, whether it will or not, when the Holy Spirit dwelling in them sends forth the rays of righteousness and holiness. There are innumerable other ways, indeed, in which God daily testifies his fatherly love towards us, but the mark of adoption is justly preferred to them all. He likewise adds, ‘and hast loved them, As THOU HAST LOVED ME.’ By these words he intended to point out the cause and origin of the love; for the particle ‘as,’ means ‘because,’ and the words, ‘AS thou hast loved me,’ mean, ‘BECAUSE thou hast loved me;’ for to Christ alone belongs the title of ‘Well-beloved,’ (Matthew 3:17; 17:5.) Besides, that love which the heavenly Father bears towards the Head is extended to all the members, so that he loves none but in Christ” [= ‘Dan telah mengasihi mereka’. Ia memaksudkan bahwa itu merupakan suatu pertunjukan yang sangat menyolok, dan suatu tanda / janji / jaminan yang sangat bagus, tentang kasih Allah terhadap orang-orang percaya, yang dunia dipaksa untuk merasakan, apakah dunia mau atau tidak, pada waktu Roh Kudus yang diam di dalam mereka, mengeluarkan / menghasilkan sinar-sinar dari kebenaran dan kekudusan. Memang ada cara-cara lain dalam mana Allah setiap hari menyaksikan kasih kebapaanNya kepada kita, tetapi tanda dari adopsi secara benar diletakkan di depan semua yang lain. Ia juga menambahkan, ‘dan telah mengasihi mereka, seperti Engkau telah mengasihi Aku’. Dengan kata-kata ini Ia bermaksud untuk menunjukkan penyebab dan asal usul dari kasih itu; karena partikel ‘as / seperti’ berarti ‘karena’, dan kata-kata ‘seperti engkau telah mengasihi Aku’, berarti ‘karena Engkau telah mengasihi Aku’; karena gelar ‘kekasih’ hanya merupakan milik Kristus saja (Mat 3:17; 17:5). Disamping itu, kasih yang Bapa surgawi tunjukkan terhadap Kepala diperluas kepada semua anggota-anggota, sehingga Ia mengasihi tak seorangpun kecuali (yang ada) di dalam Kristus].
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi itu menunjukkan bahwa Calvin menganggap bahwa Allah hanya mengasihi orang-orang yang percaya!
Calvin lalu melanjutkan dengan berkata sebagai berikut: “Yet this gives rise to some appearance of contradiction; for Christ, as we have seen elsewhere, declares that the unspeakable love of God towards the world was the reason why he gave his only-begotten Son, (John 3:16.) If the cause must go before the effect, we infer that God the Father loved men apart from Christ; that is, before he was appointed to be the Redeemer. I reply, in that, and similar passages, love denotes the mercy with which God was moved towards unworthy persons, and even towards his enemies, before he reconciled them to himself. It is, indeed, a wonderful goodness of God, and inconceivable by the human mind, that, exercising benevolence towards men whom he could not but hate, he removed the cause of the hatred, that there might be no obstruction to his love. And, indeed, Paul informs us that there are two ways in which we are loved in Christ; first, because the Father ‘chose us in him before the creation of the world,’ (Ephesians 1:4;) and, secondly, because in Christ God hath reconciled us to himself, and hath showed that he is gracious to us, (Romans 5:10.) Thus we are at the same time the enemies and the friends of God, until, atonement having been made for our sins, we are restored to favor with God. But when we are justified by faith, it is then, properly, that we begin to be loved by God, as children by a father. That love by which Christ was appointed to be the person, in whom we should be freely chosen before we were born, and while we were still ruined in Adam, is hidden in the breast of God, and far exceeds the capacity of the human mind. True, no man will ever feel that God is gracious to him, unless he perceives that God is pacified in Christ. But as all relish for the love of God vanishes when Christ is taken away, so we may safely conclude that, since by faith we are ingrafted into his body, there is no danger of our falling from the love of God; for this foundation cannot be overturned, that we are loved, because the Father hath loved his Son” [= Tetapi ini menimbulkan apa yang kelihatannya seperti kontradiksi, karena Kristus, seperti telah kita lihat di tempat lain, menyatakan bahwa kasih yang tak terkatakan dari Allah kepada dunia adalah alasan mengapa Ia memberikan Anak TunggalNya, (Yoh 3:16). Jika penyebabnya harus berjalan di depan akibatnya, kami menyimpulkan bahwa Allah Bapa mengasihi manusia terpisah dari Kristus; artinya / yaitu, sebelum Ia ditetapkan menjadi Penebus. Saya menjawab bahwa dalam text itu, dan text-text lain yang mirip, kasih merupakan belas kasihan dengan mana Allah digerakkan kepada / menuju orang-orang yang tidak layak, dan bahkan kepada / menuju musuh-musuhNya, sebelum Ia memperdamaikan mereka dengan diriNya sendiri. Ini memang merupakan kebaikan yang sangat bagus dari Allah, dan tak terbayangkan oleh pikiran manusia, bahwa dengan menjalankan kebaikan terhadap manusia, yang hanya bisa Ia benci, Ia menyingkirkan penyebab kebencian itu, supaya di sana tidak ada halangan bagi kasihNya. Dan memang, Paulus memberi kita informasi bahwa di sana ada dua jalan dalam mana kita dikasihi dalam Kristus; pertama, karena Bapa ‘memilih kita dalam Dia sebelum dunia dijadikan’, (Ef 1:4); dan kedua, karena dalam Kristus Allah telah memperdamaikan kita dengan diriNya sendiri, dan telah menunjukkan bahwa Ia murah hari kepada kita, (Ro 5:10). Jadi, kita pada saat yang sama adalah musuh dan sahabat dari Allah, sampai, penebusan yang telah dibuat untuk dosa-dosa kita, kita dipulihkan / dikembalikan pada kesenangan Allah. Tetapi pada waktu kita dibenarkan oleh iman, pada saat itulah, secara tepat / benar, kita mulai dikasihi oleh Allah, sebagai anak-anak oleh seorang bapa. Kasih itu, dengan mana Kristus ditetapkan sebagai pribadi, dalam siapa kita harus dipilih dengan cuma-cuma sebelum kita dilahirkan, dan sementara kita tetap ada dalam kehancuran dalam Adam, tersembunyi dalam dada Allah, dan jauh melebihi kapasitas dari pikiran manusia. Memang benar, tak seorangpun pernah merasakan bahwa Allah itu murah hati kepadanya, kecuali ia merasakan bahwa Allah ditenangkan dalam Kristus. Tetapi karena semua jejak / petunjuk untuk kasih Allah hilang pada waktu Kristus diambil, demikian juga kita bisa dengan aman menyimpulkan bahwa, karena oleh iman kita dicangkokkan ke dalam tubuhNya, di sana tidak ada bahaya tentang kejatuhan kita dari kasih Allah; karena fondasi ini tidak bisa dibalikkan, bahwa kita dikasihi, karena Bapa telah mengasihi AnakNya].
Catatan: kalau kita melihat kutipan di atas ini, dimana Calvin menghubungkan dengan Yoh 3:16, maka kelihatannya harus disimpulkan bahwa dalam Yoh 3:16 itu Calvin tetap memaksudkan ‘dunia orang-orang pilihan’. Semua orang-orang pilihan sudah dikasihi, dengan kasih yang tersembunyi dalam dada Bapa. Nanti pada waktu orang-orang itu percaya kepada Kristus, barulah orang-orang itu bisa merasakan kasih Allah itu.
· dalam tafsirannya tentang Yoh 16:27, Calvin berkata: “God loves men in a secret way, before they are called, if they are among the elect; for he loves his own before they are created” (= Allah mengasihi manusia secara rahasia, sebelum mereka dipanggil, jika mereka termasuk orang-orang pilihan; karena Ia mengasihi milikNya sebelum mereka diciptakan) - hal 158.
Barnes’ Notes: “‘The world’. All mankind. It does not mean any particular part of the world, but man as man - the race that had rebelled, and that deserved to die. See John 6:33; 17:21. ... He tasted ‘death for every man,’ Heb. 2:9. He ‘died for all,’ (2Cor. 5:15). ‘He is the propitiation for the sins of the whole world,’ 1John 2:2” [= ‘Dunia’. Semua umat manusia. Itu tidak berarti sebagian tertentu dari dunia tetapi manusia sebagai manusia - umat manusia yang telah memberontak, dan yang layak untuk mati. Lihat Yoh 6:33; 17:21. ... Ia merasakan ‘kematian untuk setiap orang’, Ibr 2:9. Ia ‘mati bagi semua orang’ (2Kor 5:15). ‘Ia adalah pendamaian ... untuk dosa seluruh dunia’, 1Yoh 2:2] - hal 278.
Catatan: saya berpendapat bahwa penafsiran-penafsiran Arminian di atas ini dangkal sekali. Ayat-ayat yang mereka gunakan untuk mendukung pandangannya, kalau dibahas secara mendalam, sama sekali tidak mendukung, tetapi sebaliknya menentang, penafsiran mereka. Yoh 6:33 Yoh 17:21 1Yoh 2:2 sudah saya bahas di depan, sedangkan 1Timotius 2:4 Ibrani 2:9 2Kor 5:15 akan saya bahas di belakang.
Penafsiran Reformed tentang kata ‘dunia’ dalam Yohanes 3:16 ini bermacam-macam:
a. Kata ‘dunia’ menunjuk pada ‘hal-hal yang bertentangan dengan Allah’.
John Murray: “Our present interest is particularly the object, ‘the world’. In the usage of John this term is often used in an ethical or qualitative sense, the world as sinful, estranged and alienated from God, resting under his wrath and curse, the world, indeed, as detestable because it is the contradiction of all that is holy, good, righteous, true, and loving - the contradiction, therefore, of God. It is not the denotative extent that is in view but the character. ... It is what God loved in respect of its character that throws into relief the incomparable and incomprehensible love of God. ... God loved what is the antithesis of himself” (= Perhatian kita saat ini secara khusus adalah obyeknya, ‘dunia’. Dalam penggunaan Yohanes istilah ini sering digunakan dalam arti etika / moral atau kwalitet, dunia sebagai berdosa, jauh dan terasing dari Allah, berada di bawah murka dan kutukNya, dan bahkan dunia yang menjijikkan karena itu bertentangan dengan semua yang kudus, baik, adil, benar, dan kasih - dan karena itu bertentangan dengan Allah. Bukan luasnya yang dipersoalkan, tetapi sifatnya. ... Adalah apa yang Allah kasihi berkenaan dengan karakternyalah yang menggambarkan kasih Allah yang tidak ada bandingannya dan yang tak dapat dimengerti itu. ... Allah mengasihi apa yang bertentangan dengan diriNya sendiri) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 78-79.
Catatan: saya sukar untuk menerima penafsiran ini. Bandingkan dengan kata-kata William Hendriksen di bawah ini.
William Hendriksen (tentang Yohanes 3:16): “here mankind is not viewed as the realm of evil, breaking out into open hostility to God and Christ ..., for God does not love evil” (= di sini manusia / umat manusia tidak dipandang sebagai dunia kejahatan, berkobar / meletus ke dalam permusuhan terbuka kepada Allah dan Kristus ..., karena Allah tidak mengasihi kejahatan).
b. Kata ’dunia’ artinya adalah ‘Yahudi + non Yahudi’.
William Hendriksen: “By reason of the context and other passages in which a similar thought is expressed ..., it is probable that also here in 3:16 the term indicates ‘fallen mankind in its international aspect’: men from every tribe and nation; not only Jews but also Gentiles” (= Berdasarkan kontext dan text-text lain dalam mana pemikiran serupa dinyatakan ..., adalah mungkin bahwa juga di sini dalam 3:16 istilah ‘dunia’ itu menunjuk kepada ‘umat manusia yang jatuh dalam aspek internasionalnya’: manusia dari setiap suku dan bangsa; bukan hanya Yahudi tetapi juga non Yahudi) - hal 140.
Leon Morris (NICNT): “The Jews was ready enough to think of God as loving Israel, but no passage appears to be cited in which any Jewish writer maintains that God loved the world” (= Orang-orang Yahudi cukup siap untuk berpikir bahwa Allah mengasihi Israel, tetapi tidak ada kutipan dari penulis-penulis Yahudi yang mengatakan bahwa Allah mengasihi dunia) - hal 229.
Matthew Poole: “‘the world,’ that is, Gentiles as well as Jews. ... Our evangelist useth to take down the pride of the Jews, who dreamed that the Messiah came only for the benefit of the seed of Abraham, not for the nations of the world, he only came to destroy them” (= ‘dunia’, yaitu orang-orang non Yahudi maupun orang-orang Yahudi. ... Penginjil kita menggunakannya untuk menghancurkan kesombongan orang-orang Yahudi, yang berkhayal bahwa Mesias datang hanya untuk keuntungan dari keturunan Abraham, bukan untuk bangsa-bangsa dari dunia. Untuk mereka Ia datang hanya untuk menghancurkan) - hal 292.
c. Ada juga yang menafsirkan bahwa kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’ saja.
Catatan: sebetulnya arti ke 2 dan ke 3 di atas ini sama saja.
Arthur W. Pink: “‘KOSMOS’ has at least seven clearly defined different meanings in the New Testament. It may be asked, Has then God used a word thus to confuse and confound those who read the Scriptures? We answer, No! nor has He written His Word for lazy people who are too dilatory, or too busy with the things of this world, or, like Martha, so much occupied with ‘serving’, they have no time and no heart to ‘search’ and ‘study’ Holy Writ! Should it be asked further, But how is a searcher of the Scriptures to know which of the above meanings the term ‘world’ has in any given passage? The answer is: This may be ascertained by a careful study of the context, by diligently noting what is predicated of ‘the world’ in each passage, and by prayerfully consulting other parallel passages to the one being studied. ... ‘the world’ in John 3:16 refers to the world of believers (God’s elect)” [= ‘KOSMOS’ sedikitnya mempunyai 7 arti yang berbeda dalam Perjanjian Baru. Bisa dipertanyakan: kalau demikian apakah Allah menggunakan sebuah kata untuk membingungkan dan mengacaukan mereka yang membaca Kitab Suci? Kami menjawab: Tidak! tetapi Ia juga tidak menuliskan FirmanNya untuk orang-orang malas yang terlalu cenderung untuk menunda, atau terlalu sibuk dengan hal-hal dunia ini, atau, seperti Marta, yang begitu sibuk ‘melayani’ sehingga tidak mempunyai waktu untuk menyelidiki dan mempelajari Kitab Suci! Jika ditanyakan lebih lanjut: Tetapi bagaimana seorang penyelidik Kitab Suci bisa tahu mana dari arti-arti di atas yang harus diambil untuk istilah ‘dunia’ dalam satu text tertentu? Jawabannya adalah: Ini bisa diketahui dengan pasti dengan menyelidiki kontexnya dengan teliti, dengan memperhatikan apa yang disebut ‘dunia’ dalam setiap text, dan dengan membandingkan dengan text-text lain yang paralel dengan text yang sedang dipelajari, sambil banyak berdoa. ... ‘dunia’ dalam Yoh 3:16 menunjuk kepada ‘dunia orang-orang percaya’ (orang-orang pilihan Allah)] - ‘The Sovereignty of God’, (AGES) - hal 224-225 (Appendix 3).
Pembahasan John Owen tentang Yohanes 3:16.
John Owen: “The second thing controverted is the object of this love, pressed by the word ‘world;’ which our adversaries would have to signify all and every man; we, the elect of God scattered abroad in the world, with a tacit opposition to the nation of the Jews, who alone, excluding all other nations (some few proselytes excepted), before the actual exhibition of Christ in the flesh, had all the benefits of the promises appropriated to them, Rom. 9:4; in which privilege now all nations were to have an equal share” [= Hal kedua yang diperdebatkan adalah obyek dari kasih ini, yaitu kata ‘dunia’; yang oleh lawan-lawan kita (orang Arminian) diartikan sebagai ‘semua dan setiap orang’; sedangkan kami mengartikan sebagai ‘orang-orang pilihan Allah yang tersebar secara luas dalam dunia’, dengan suatu kontras yang tidak disebutkan dengan bangsa Yahudi, yang sebelum inkarnasi Kristus, dibedakan dengan semua bangsa-bangsa lain (kecuali beberapa orang-orang yang di-yahudi-kan), dalam hal mereka mempunyai semua keuntungan dari janji-janji yang cocok bagi mereka, Ro 9:4; tetapi sekarang hak tersebut telah dimiliki secara sama oleh semua bangsa lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 325.
John Owen: “By the ‘world,’ we understand the elect of God only” (= Dengan kata ‘dunia’, kami menafsirkannya sebagai orang-orang pilihan Allah saja) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 321.
Apa argumentasi yang diberikan oleh Owen?
· Kata ‘dunia’ dalam Yohanes 3:16 dan kata ‘dunia’ dalam Yohanes 3:17, artinya harus sama. Padahal kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:17 tidak mungkin diartikan ‘semua manusia dalam dunia ini’, tetapi harus diartikan ‘orang pilihan di seluruh dunia’.
Yohanes 3:17 - “Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”.
Catatan: kata ‘nya’ yang saya garis bawahi seharusnya adalah ‘dunia’. Jadi, dalam ayat ini seharusnya ada 3 x kata ‘dunia’. Yang saya bicarakan di sini adalah kata ‘dunia’ yang saya garis bawahi (kata yang kedua dan ketiga), bukan kata ‘dunia’ yang tidak saya garis bawahi (kata yang pertama).
· Owen (hal 322) juga mengatakan: kalau Allah mengasihi semua orang sehingga menyerahkan AnakNya untuk mati bagi mereka semua, mengapa hal ini tidak tercapai (dalam arti orang-orang itu tidak selamat)? Mengapa hal ini bisa terhalang sehingga tidak menghasilkan apa yang diinginkan? Mengapa Allah tidak menggunakan kuasaNya untuk menggenapi / melaksanakan keinginanNya?
· Owen (hal 324-325) menghubungkan dengan Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.
Ro 8:32 ini menunjukkan bahwa kasih, yang menyebabkan Allah menyerahkan Kristus bagi kita, adalah kasih yang sama, yang menyebabkan Allah mengaruniakan segala sesuatu kepada ‘kita’. Padahal dalam Roma 8:32 ini kata ‘kita’ jelas menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’ (bandingkan dengan Roma 8:33 - “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?”.
· Owen (hal 328) juga mengatakan bahwa kalau Allah memang mengasihi semua orang di dunia ini, mengapa Ia tidak menyatakan Yesus Kristus kepada semua orang di dunia? Mengapa Ia justru mengatur sehingga ada orang-orang yang sama sekali tidak pernah mendengar tentang Kristus?
Bdk. Kis 16:6-12 - “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. (8) Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. (9) Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. (11) Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; (12) dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari”.
Owen (hal 328) lalu mengatakan bahwa orang yang mempercayai bahwa kata ‘dunia’ berarti ‘semua dan setiap manusia di dunia ini’, harus mempercayai dan menerima hal-hal di bawah ini:
¨ Sebagian orang dikasihi dan juga dibenci oleh Allah dari kekekalan.
Mungkin kata ‘dikasihi’ ia dapatkan dari Yoh 3:16 (menurut penafsiran Arminian), sedangkan kata ‘dibenci’ ia dapatkan dari providensia Allah yang mengatur sehingga orang-orang tertentu sama sekali tidak pernah mendengar Injil, atau dari fakta bahwa ada orang-orang yang sekalipun mendengar Injil tetapi tidak diberi kasih karunia untuk bisa percaya.
¨ Kasih Allah kepada banyak orang menjadi tidak berbuah dan sia-sia.
¨ Anak Allah diberikan kepada mereka yang:
* Tidak pernah mendengar tentang Dia.
* Tidak diberi kuasa untuk percaya kepadaNya.
¨ Allah bisa berubah dalam kasihNya, atau Allah tetap mengasihi mereka yang ada dalam neraka (ingat bahwa pada saat Yesus mati, sudah ada orang-orang yang mati dalam dosa, dan karena itu pasti ada dalam neraka).
¨ Allah tidak memberi ‘segala sesuatu’ kepada mereka bagi siapa Ia memberikan AnakNya, dan ini bertentangan dengan Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.
¨ Allah tidak tahu sebelumnya siapa yang akan percaya dan diselamatkan.
John Owen: “unless, I say, all these blasphemies and absurdities be granted, it cannot be maintained that by the ‘world’ here is meant all and every one of mankind, but only men in common scattered throughout the world, which are the elect” (= kecuali semua hujatan dan hal-hal menggelikan ini dianggap benar, maka tidak bisa dipertahankan bahwa kata ‘dunia’ di sini berarti semua dan setiap orang dari umat manusia, tetapi hanya orang-orang yang tersebar di seluruh dunia, yang adalah orang-orang pilihan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.
Satu argumentasi lagi yang bisa diberikan untuk mendukung tafsiran ini adalah adanya kata ‘karena’ di awal Yohanes 3:16, yang jelas menunjukkan adanya hubungan antara Yohanes 3:16 dengan ayat sebelumnya, yaitu Yohanes 3:15. Padahal Yoh 3:14-15 berbunyi sebagai berikut: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Saya kira ini adalah sesuatu yang sangat penting, karena Yoh 3:15 sudah berbicara tentang ‘setiap orang yang percaya’ yang beroleh hidup yang kekal. Jadi kontexnya berbicara tentang ‘orang percaya’.
Sekarang, kalau kita mau menerima penafsiran ini, yang mengatakan bahwa kata ‘dunia’ dalam Yoh anes 3:16 ini menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’ saja, maka bagaimana sikap Allah terhadap ‘orang-orang non pilihan’ (reprobate)?
Arthur W. Pink: “The wicked God pities (see Matt. 18:33). Unto the unthankful and evil God is ‘kind’ (see Luke 6:35). The vessels of wrath He endures ‘with much long-suffering’ (see Rom. 9:22). But ‘His own’ God ‘loves’!!” [= Terhadap orang-orang jahat Allah berbelas kasihan (lihat Matius 18:33). Kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan jahat Allah itu ‘baik’ (lihat Lukas 6:35). Terhadap benda-benda kemurkaannya Allah ‘menaruh kesabaran yang besar’ (lihat Roma 9:22). Tetapi terhadap ‘orang-orang kepunyaanNya’ Allah ‘mengasihi’!!] - ‘The Sovereignty of God’, (AGES), hal 225 (Appendix 3).
John Murray, seorang ahli theologia Reformed, tidak setuju dengan penafsiran di atas. Ia membahas beberapa ayat yang memerintahkan kita meneladani Allah dengan mengasihi orang-orang jahat, yaitu:
· Mat 5:44-48 - “(44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”.
· Lukas 6:27-28,35-36 - “(27) Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; (28) mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. ... (35) Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. (36) Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati”.
Bandingkan kedua text di atas dengan Kis 14:16-17 yang berbunyi: “(16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, (17) namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan”, yang menunjukkan bahwa Allah memang baik / kasih kepada orang-orang jahat tersebut, dan tetap memberkati mereka.
John Murray: “It would be impossible to make such a disjunction between God’s kindness and mercy, on the one hand, which are expressly stated to be the pattern of our conduct, and love, with the result that, while kindness and mercy to the ungodly are predicated of God, yet love is not. In both passages love has the priority in exhortation and the character of God has primacy as the pattern by which we are to be directed. Are we to say that the love of God is to be excluded from the divine pattern while kindness and mercy are to be included? This would be exegetical violence amounting to monstrosity” (= Tidak mungkin membuat pemisahan seperti itu antara ‘kebaikan dan belas kasihan Allah’ yang dinyatakan secara jelas sebagai pola dari tingkah laku kita pada satu sisi, dan ‘kasih’, sehingga mengakibatkan bahwa Allah dikatakan ‘baik dan berbelas kasihan’ kepada orang-orang jahat, tetapi ‘tidak mengasihi’ mereka. Dalam kedua text, kasih mempunyai prioritas dalam nasehat, dan karakter / sifat Allah mempunyai keunggulan / keutamaan sebagai pola, dengan mana kita dipimpin. Apakah kita mau mengatakan bahwa pola ilahi tidak mencakup kasih Allah tetapi hanya mencakup kebaikan dan belas kasihan? Ini merupakan suatu pemaksaan yang tidak benar dalam melakukan exegesis sehingga menjadi sesuatu yang sangat aneh) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 67.
Kata-kata Murray ini memang perlu diperhitungkan, tetapi:
¨ kalau kita memperhatikan Mat 5:44-48 dan Luk 6:27-28,35-36 di atas, tidak ada kata-kata yang menunjukkan bahwa Allah mengasihi orang-orang yang ditentukan untuk binasa. Kalau demikian, apakah Allah tidak mengasihi orang-orang jahat? Tentu saja ya, karena bukanlah kita sebagai orang-orang pilihan / percaya juga adalah orang-orang jahat yang sebetulnya tidak layak dikasihi? Tetapi Allah mengasihi kita! Dan ini harus kita teladani!
¨ saya berpendapat bahwa ada ayat lain yang harus dipertimbangkan, yaitu Ro 9:13 - “seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub (elect), tetapi membenci Esau (reprobate).’”.
Tetapi tentang ayat ini perlu diingat juga bahwa dalam bahasa Kitab Suci, kata ‘membenci’ seringkali harus diartikan ‘kurang mengasihi’. Ini bisa kita dapatkan kalau kita membandingkan Luk 14:26 dengan Mat 10:37.
Lukas 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.
Bdk. Kejadian 29:30-31 - “(30) Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. (31) Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibukaNyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul”.
KJV: ‘(30) And he went in also unto Rachel, and he loved also Rachel more than Leah, and served with him yet seven other years. (31) And when the LORD saw that Leah was hated, he opened her womb: but Rachel was barren’ (= Dan ia menghampiri Rahel juga, dan ia mencintai Rahel juga lebih dari pada Lea, dan melayaninya tujuh tahun lagi. Dan ketika TUHAN melihat bahwa Lea dibenci, Ia membuka kandungannya: tetapi Rahel mandul).
Tetapi bagaimanapun juga, dalam Roma 9:13 itu kelihatannya kata ‘membenci’ memang harus diartikan sebagai ‘membenci’.
Bdk. Mal 1:2-4 - “(2) ‘Aku mengasihi kamu,’ firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’ ‘Bukankah Esau itu kakak Yakub?’ demikianlah firman TUHAN. ‘Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.’ (4) Apabila Edom berkata: ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,’ maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.’”.
Saya ingin menambahkan sendiri satu ayat lagi yang harus diperhitungkan, yaitu Markus 10:21 - “Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ‘Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’”.
Pemuda kaya yang datang kepada Yesus itu jelas bukan orang percaya, tetapi Yesus mengasihinya. Perlu juga diperhatikan bahwa kata ‘menaruh kasih’ diterjemahkan dari kata Yunani EGAPESEN, yang jelas kata dasarnya adalah AGAPAO.
Tetapi tentang ayat ini ada 2 hal yang juga perlu diperhatikan, yaitu:
· pemuda kaya itu belum tentu termasuk seorang reprobate (= orang yang ditentukan binasa), karena sekalipun memang pada saat itu ia menolak untuk percaya / mengikut Yesus, tetapi siapa tahu bahwa di kemudian hari ia bertobat?
· kita juga tidak tahu apakah pada waktu dikatakan bahwa Yesus mengasihi pemuda kaya itu, Yesus ditinjau sebagai Allah atau manusia.
Jown Owen menafsirkan ‘kasih Allah’ ini dengan cara yang sangat berbeda.
John Owen: “By ‘love’ in this place, all our adversaries agree that a natural affection and propensity in God to the good of the creature, lost under sin, in general, which moved him to take some way whereby it might possibly be remedied, is intended. We, on the contrary, say that by ‘love’ here is not meant an inclination or propensity of his nature, but an act of his will (where we conceive his love to be seated), and eternal purpose to do good to man, being the most trancendent and eminent act of God’s love to the creature” [= Untuk kata ‘kasih’ di tempat ini, semua musuh-musuh kita setuju bahwa yang dimaksudkan adalah suatu perasaan lembut yang alamiah dan kecenderungan dalam Allah bagi kebaikan makhluk ciptaanNya, yang terhilang di bawah dosa, secara umum, yang menggerakkanNya untuk mengambil jalan dengan mana itu memungkinkan diperbaiki. Sebaliknya kami mengatakan bahwa ‘kasih’ di sini tidak berarti suatu kecenderungan atau kecondongan untuk berbuat baik, tetapi suatu tindakan dari kehendakNya (yang merupakan kedudukan dari kasihNya menurut pemahaman kami), dan rencana / tujuan kekal untuk melakukan kebaikan kepada manusia, yang merupakan tindakan yang paling luar biasa dan menonjol dari kasih Allah kepada makhluk ciptaanNya] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 321.
Inti dari kata-kata Owen ini adalah: orang Arminian menganggap kasih Allah sebagai suatu perasaan, tetapi ia menganggap kasih Allah sebagai suatu tindakan yang didasarkan atas kehendak / rencana Allah.
Di bagian lain dari bukunya John Owen berkata: “... of reprobate persons, hated of God from eternity; ...” (= ... tentang orang-orang yang ditentukan untuk binasa, dibenci Allah dari kekekalan; ...) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 354.
John Calvin: “what I teach stands firm: that the reprobate are hateful to God, and with very good reason. For, deprived of his Spirit, they can bring forth nothing but reason for cursing.” (= apa yang saya ajarkan berdiri teguh: bahwa orang-orang reprobate dibenci Allah, dan dengan alasan yang baik. Karena, terpisah dari RohNya, mereka tidak bisa mengeluarkan apapun kecuali alasan untuk kutukan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter 24, no 17.
2. Pembahasan kata-kata ‘setiap orang yang percaya’.
Orang Arminian menganggap bahwa kata ‘setiap orang’ [KJV: ‘whosoever’ (= barangsiapa)] merupakan sebagian dari orang-orang yang menjadi obyek kasih Allah, sedangkan obyek dari kasih Allah adalah semua orang.
Tetapi Owen (hal 328-329) lalu berargumentasi: kalau demikian, ada pembatasan dari buah dari kasih Allah. Lalu pembatasan itu tergantung kepada apa / siapa? Menurut Owen ada 2 kemungkinan:
a. Tergantung kepada orang itu sendiri.
Kalau ini yang dipilih, maka akan bertentangan dengan 1Kor 4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
KJV: ‘For who maketh thee to differ from another? and what hast thou that thou didst not receive? now if thou didst receive it, why dost thou glory, as if thou hadst not received it?’ (= Karena siapa yang membuat engkau berbeda dari yang lain? dan apa yang engkau punyai yang tidak engkau terima? sekarang, jika engkau memang menerimanya, mengapa engkau bermegah seakan-akan engkau tidak menerimanya?).
b. Tergantung pada kehendak Allah.
Kalau demikian, maka Yohanes 3:16 menunjukkan bahwa Allah mengasihi semua orang tetapi Allah membatasi sehingga hanya sebagian dari mereka yang merasakan buah dari kasihNya.
John Owen: “To what end, then, I pray, did he love those other some?” (= Maka saya bertanya: apa tujuannya Ia mengasihi sebagian yang lain itu?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 329.
Owen lalu menambahkan bahwa kalau pembatasan ini tergantung kehendak / rencana Allah, maka penebusan universal tidak mempunyai landasan pada kehendak Allah.
John Owen: “Seeing that these words, ‘that whosoever believeth,’ do peculiarly point out the aim and intention of God in this business, if it do restrain the object beloved, then the salvation of believers is confessedly the aim of God in this business, and that distinguished from others; and if so, the general ransom is an empty sound, having no dependence on the purpose of God, his intention being carried out in the giving of his Son only to the salvation of believers, and that determinately, unless you will assign unto him a nescience of them that should believe” (= Melihat bahwa kata-kata ‘supaya barangsiapa / setiap orang yang percaya’ menunjukkan secara khusus tujuan dan maksud dari Allah dalam urusan ini, jika itu memang membatasi obyek yang dikasihi, maka keselamatan dari orang-orang percaya diakui sebagai tujuan Allah dalam urusan ini, dan itu dibedakan dari yang lain; dan jika demikian, penebusan umum / universal merupakan suatu bunyi yang kosong, yang tidak mempunyai ketergantungan pada rencana Allah, karena tujuanNya yang dilaksanakan dengan memberikan AnakNya hanyalah bagi keselamatan orang-orang percaya, dan itu merupakan sesuatu yang pasti, kecuali engkau menganggap Ia tidak tahu tentang siapa yang akan percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 329.
John Owen: “God gave not his Son, - 1. For them who never do believe; 2. Much less for them who never hear of him, and so evidently want means of faith; 3. For them on whom he hath determined not to bestow effectual grace, that they might believe” (= Allah tidak memberikan AnakNya, - 1. Untuk mereka yang tidak pernah percaya; 2. Lebih-lebih lagi untuk mereka yang tidak pernah mendengar tentang Dia, dan dengan demikian tidak mempunyai jalan untuk beriman; 3. Untuk mereka bagi siapa Ia telah menentukan untuk tidak memberikan kasih karunia yang efektif supaya mereka bisa percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 329.
Disamping itu, saya berpendapat bahwa sebetulnya dalam persoalan ini, terjemahan ‘setiap orang’ dari Kitab Suci Indonesia lebih benar dari pada terjemahan ‘whoever’ / ‘whosoever’ / ‘barangsiapa’ dari Kitab Suci bahasa Inggris.
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
KJV: ‘For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life’ (= Karena Allah begitu mengasihi dunia, sehingga Ia memberikan AnakNya yang tunggal, supaya barangsiapa percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal).
RSV: ‘For God so loved the world that he gave his only Son, that whoever believes in him should not perish but have eternal life’ (= Karena Allah begitu mengasihi dunia sehingga Ia memberikan AnakNya yang tunggal, supaya barangsiapa percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal).
John Owen: “i[na pa~v oJ pisteu>wn, - ‘that whosoever believeth,’ or ‘that every believer.’” (= HINA PAS HO PISTEUON, - ‘supaya barangsiapa percaya’, atau ‘supaya setiap orang percaya’) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.
Kata Yunani PAS sebetulnya artinya adalah ‘setiap orang’.
Juga kata ‘yang’ sebetulnya tidak ada, karena terjemahan hurufiahnya adalah: ‘that everyone believing’ (= supaya setiap orang percaya). Jadi, ‘setiap orang percaya’ ini tidak menunjuk kepada sebagian dari obyek yang dikasihi Allah, untuk siapa Ia memberikan AnakNya, tetapi menunjuk kepada seluruh obyek kasih Allah tersebut.
Dengan demikian, Yohanes 3:16 artinya adalah: Karena begitu besar kasih Allah terhadap orang-orang pilihan sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang percaya (= orang-orang pilihan itu) tidak binasa tetapi memperoleh hidup yang kekal. Penafsiran Reformed tentang kata dunia dalam Yohanes 3:16.