MENELADANI ANAK MANUSIA (MATIUS 20:26-28)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
MENELADANI ANAK MANUSIA (Matius 20:26-28). Matius 20:26-28 - “(Matius 20:26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Pengantar:
Kata-kata ‘sama seperti’ pada awal Matius 20:28 menunjukkan bahwa kita harus meneladani Anak Manusia / Yesus. Memang salah satu tujuan Allah menjadi manusia adalah supaya Ia bisa memberikan teladan bagi kita. Karena itu mula-mula kita akan mempelajari tentang apa yang dilakukan oleh Anak Manusia / Yesus ini.
I) Apa yang dilakukan oleh Anak Manusia (Matius 20:28).
2 Matius 20:8: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
1) ‘Datang’ (Matius 20:28).
Sekalipun Yesus memang dilahirkan oleh Maria, tetapi kalau kita meneliti semua ayat-ayat yang berhubungan dengan inkarnasi, maka terlihat bahwa mayoritas ayat-ayat itu bukannya mengatakan bahwa Yesus itu lahir / dilahirkan ke dalam dunia, tetapi datang ke dalam dunia.
‘Datang’ berbeda dengan ‘lahir / dilahirkan’ karena ‘datang’ menunjukkan suatu tindakan aktif dan menunjukkan pre-existence [= keberadaan sebelumnya] dari Yesus, dan ini menunjukkan kekekalan dan keilahian Yesus!
Penerapan:
a) Apakah dalam merayakan Natal ini saudara percaya bahwa Yesus yang sudah menjadi manusia itu adalah Allah sendiri?
b) Karena Yesus adalah Allah, maka tidak ada orang yang bisa selamat kalau tidak percaya kepada Yesus. Mengapa? Karena tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah!
2) ‘Bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani’ (Matius 20:28).
Kalau seorang presiden / pejabat tinggi datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk melayani, tetapi sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada waktu Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk dilayani sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini dikatakan bahwa Ia datang justru untuk melayani!
Ada banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan:
a) Markus 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Ia mengatakan bahwa datang untuk memberitakan Injil, dan ini berarti suatu pelayanan.
b) Yohanes 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.”.
Bahwa pelayanan Ia gambarkan sebagai makananNya, menunjukkan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang rutin dalam hidupNya, dan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang Ia lakukan dengan senang hati, bukan dengan berat hati! Apakah saudara juga bersikap sama seperti Yesus dalam hal pelayanan?
c) Markus 6:30-34 - “(30) Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. (31) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. (32) Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. (33) Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. (Markus 6:34) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”.
Ia sibuk dengan pelayanan sehingga tidak sempat makan. Awas, ini bukanlah sesuatu yang harus ditiru terus menerus, karena memelihara kesehatan juga merupakan kewajiban kita!
d) Lukas 23:43 - di kayu salibpun, dalam keadaan menderita kesakitan yang luar biasa, Ia masih melayani penjahat yang bertobat.
3) ‘Untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’ ( Matius 20:28).
Matthew Henry: “Let them consider that ‘the Son of Man came not to be ministered to, but to minister, and to give his life a ransom for many,’ v. 28. Our Lord Jesus here sets himself before his disciples as a pattern of those two things before recommended, humility, and usefulness.” [= Hendaklah mereka mempertimbangkan bahwa ‘Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’, Matius 20:28. Tuhan kita Yesus di sini memberikan diriNya sendiri di hadapan murid-muridNya sebagai suatu pola / teladan dari dua hal itu yang sebelumnya dinasehatkan, kerendahan hati dan kebergunaan.].
Matthew Henry: “Never was there such an example of beneficence and usefulness as there was in the death of Christ, who ‘gave his life a ransom for many.’ He lived as a servant, and went about doing good; but he died as a sacrifice, and in that he did the greatest good of all. He came into the world on purpose to give his life a ransom; it was first in his intention.” [= Tidak pernah ada suatu teladan seperti itu dari kemurahan hati dan kebergunaan seperti di sana ada dalam kematian Kristus, yang ‘memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’. Ia hidup sebagai seorang pelayan / hamba, dan berkeliling melakukan kebaikan; tetapi Ia mati sebagai suatu korban, dan dalam hal itu Ia melakukan kebaikan yang terbesar dari semua kebaikan. Ia datang ke dalam dunia dengan sengaja untuk memberikan nyawaNya sebagai suatu tebusan; itu adalah yang pertama / terutama dalam maksud / tujuanNya.].
Matthew Henry: “Christ, by parting with his life, made atonement for sin, and so rescued ours; he was made sin, and a curse for us, and died, not only for our good, but in our stead, Acts 20:28; 1 Peter 1:18,19. Secondly, It was a ransom for many, sufficient for all, effectual for many;” [= Kristus, dengan berpisah dengan nyawaNya, membuat penebusan untuk dosa, dan dengan demikian menyelamatkan nyawa kita; Ia dijadikan dosa, dan suatu kutuk bagi kita, bukan hanya untuk kebaikan kita, tetapi di tempat kita, Kisah Para Rasul 20:28; 1Petrus 1:18-19. Yang kedua, Itu adalah tebusan bagi banyak orang, cukup untuk semua orang, mujarab / efektif bagi banyak orang’;].
Barnes’ Notes: “‘To give his life a ransom for many.’ The word ‘ransom’ means literally a price paid for the redemption of captives. In war, when prisoners are taken by an enemy, the money demanded for their release is called a ransom; that is, it is the means by which they are set at liberty. So anything that releases anyone from a state of punishment, or suffering, or sin, is called a ransom. ... This was done by the death of Jesus - by giving his life a ransom. The meaning is, that he died in the place of sinners, and that God was willing to accept the pains of his death in the place of the eternal suffering of the redeemed.” [= ‘Untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’. Kata ‘tebusan’ secara hurufiah berarti suatu harga yang dibayarkan untuk penebusan tawanan-tawanan. Dalam perang, pada waktu orang-orang tahanan diambil oleh musuh, uang yang dituntut untuk pembebasan mereka disebut suatu tebusan; yaitu, itu adalah cara / jalan dengan mana mereka dibebaskan. Jadi apapun yang membebaskan siapapun dari keadaan dari hukuman, atau penderitaan, atau dosa, disebut suatu tebusan. ... Ini dilakukan oleh kematian Yesus - dengan memberikan nyawaNya menjadi suatu tebusan. Artinya adalah, bahwa Ia mati di tempat orang-orang berdosa, dan bahwa Allah mau menerima rasa sakit dari kematianNya di tempat dari penderitaan kekal dari orang-orang yang ditebus.].
The Biblical Illustrator (New Testament): “Christ did not come into the world merely to be an example, or merely to reveal the Godhead. His sacrifice was substitutionary. ... The word ‘for’ has a vicarious meaning.” [= Kristus tidak datang ke dalam dunia semata-mata untuk menjadi teladan, atau semata-mata untuk menyatakan Allah. KorbanNya merupakan penggantian. ... Kata ‘untuk’ mempunyai arti penggantian.].
The Biblical Illustrator (New Testament): “The question has been asked, ‘Who receives the ransom?’ Not Satan. Satan has no rights. It was paid to the Great Judge.” [= Pertanyaan telah ditanyakan, ‘Siapa yang menerima tebusan?’ Bukan Iblis. Iblis tidak mempunyai hak. Itu dibayar kepada Hakim yang Agung / besar.].
William Hendriksen (tentang Matius 20:28): “There are passages, however, which, taken out of their context, seem to teach that Jesus came to this earth in order to pay the ransom for every individual living on earth in the past, present, and future. As soon as these passages are interpreted in the light of their contexts it immediately appears that this is not the meaning. Rather, the river-bed of grace has broadened. The church has become international, and it is in that sense that ‘the grace of God has appeared, bringing salvation to all men’ (Titus 2:11; cf. I Tim. 2:6). ... Male and female, rich and poor, old and young, Jew and Gentile, slave and free, the Lord gathers his church from all of these classes. He is truly ‘the Savior of the world’ (John 4:42; I John 4:14; cf. I Tim. 4:10).” [= Tetapi ada text-text yang diambil keluar dari kontext mereka, kelihatannya mengajarkan bahwa Yesus datang ke bumi ini untuk membayar tebusan bagi setiap individu yang hidup di bumi di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Begitu text-text ini ditafsirkan dalam terang dari kontext mereka segera terlihat bahwa ini bukanlah artinya. Lebih tepat / baik, dasar / tepi sungai dari kasih karunia telah melebar. Gereja telah menjadi internasional, dan dalam arti itu bahwa ‘kasih karunia Allah telah muncul / kelihatan, membawa keselamatan bagi semua orang’ (Titus 2:11; bdk. 1Timotius 2:6). ... Laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, tua dan muda, Yahudi dan non Yahudi, budak dan orang merdeka, Tuhan mengumpulkan gerejaNya dari semua golongan-golongan ini. Ia benar-benar adalah ‘Juruselamat dunia’ (Yohanes 4:42; 1Yohanes 4:14; bdk. 1Timotius 4:10).].
Tadi sudah dibicarakan bahwa salah satu tujuan Yesus datang ke dalam dunia adalah supaya bisa menjadi teladan bagi kita. Tetapi itu bukanlah tujuan utama Ia datang ke dalam dunia! Pelayanan / tujuan Yesus yang terutama untuk datang ke dunia, adalah untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Penerapan:
a) Gereja / hamba Tuhan yang menekankan supaya orang kristen meneladani Yesus, tetapi mengabaikan / menomer-duakan berita tentang kematian Kristus untuk menebus dosa manusia dan perlunya manusia percaya kepada Yesus untuk bisa diselamatkan, adalah gereja / hamba Tuhan yang salah / sesat!
b) Dalam Natal, ini adalah sesuatu yang harus direnungkan! Yesus datang untuk mati! Tidak tahukah Yesus bahwa Ia akan ditolak, dibenci, difitnah? Tidak tahukah Yesus bahwa Ia akan ditangkap dan diadili? Tidak tahukah Yesus bahwa Ia akan dicambuki habis-habisan? Tidak tahukah Yesus bahwa Ia akan mengalami kematian yang mengerikan dan terkutuk, yaitu melalui penyaliban? Tentu Ia tahu akan semua itu! Tetapi karena kasihNya kepada kita, Ia tetap mau datang ke dalam dunia, menjadi manusia, dan mengalami semua itu untuk menebus dosa-dosa kita! Kita yang berdosa, dan kitalah yang seharusnya mengalami semua itu, tetapi Yesus rela menanggung semua itu, supaya kita bebas dari hukuman dosa, asal kita mau beriman / percaya kepada Yesus!
Pertanyaannya: sudahkah saudara percaya kepada Yesus? Kalau belum, jangan meneladani Dia! Percaya kepadaNya dulu, baru meneladani Dia!
II) Meneladani Anak manusia / Yesus.
Tidak semua hal-hal di atas bisa kita teladani! ‘Datang’, ‘Pre-existence / keberadaan sebelum lahir’, ‘keilahian’, jelas tidak bisa diteladani!
Lalu hal apa yang harus diteladani?
1) Harus mau melayani (Matius 20:26-27).
Matius 20:26-27: “(26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;”.
Bdk. Yohanes 20:21 - “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’”.
Jadi, Yesus mengutus kita seperti Bapa mengutus Yesus! Dengan demikian, kehidupan yang meneladani Kristus adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan. Kristus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Kita juga harus demikian. Kehidupan Kristus dipenuhi pelayanan. Kita juga harus demikian. Tetapi mayoritas orang kristen adalah orang yang minta dilayani, dan tidak mau melayani. Ini bukan kehidupan yang meneladani Yesus!
Contoh kehidupan yang tidak meneladani Yesus:
a) Kalau saudara hanya datang ke gereja seminggu 1 x dan tidak melakukan apa-apa di gereja (tidak melayani).
b) Kalau saudara hanya memberi persembahan, dan menganggap bahwa uang itu tujuannya untuk membayar orang-orang tertentu (pendeta, penginjil) supaya mereka melayani Tuhan, sehingga saudara sendiri tidak perlu melayani / bekerja bagi Tuhan.
c) Kalau nama saudara terdaftar sebagai pekerja gereja, tetapi saudara tidak pernah melakukan apa-apa!
d) Kalau saudara melayani tetapi dengan hati yang berat.
e) Kalau saudara tidak mau memberitakan Injil.
Perhatikan juga bahwa kita bukan sekedar harus menjadi pelayan / hamba Tuhan, tetapi juga pelayan / hamba manusia (perhatikan kata ‘pelayanmu’ dan ‘hambamu’ dalam Matius 20:26-27).
Bandingkan dengan Yohanes 13:14 - “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;”.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan menyuruh murid-muridNya membasuh kakiNya, tetapi menyuruh mereka saling membasuh kaki.
Memang ini tidak boleh diartikan bahwa kita betul-betul harus menjadi hamba / pelayan manusia semata-mata! Ini tentu salah. Tetapi maksudnya: kita harus mau menjadi hamba / pelayan Tuhan dengan jalan menjadi pelayan / hamba manusia! Di sini kita melihat bahwa ego, kesombongan, harga diri, gengsi, harus dikorbankan!
Penerapan:
1. Kalau saudara masuk ke kamar kecil gereja dan menjumpainya dalam keadaan bau karena adanya orang yang buang air tanpa disiram, maukah saudara melakukan pelayanan yang rendah dengan menyiramnya? Atau saudara merasa diri saudara terlalu tinggi untuk melakukan hal itu?
2. Kalau saudara mempunyai kendaraan, maukah saudara melayani sesama saudara seiman yang tidak mempunyai kendaraan dengan jalan menjemputnya untuk pergi ke gereja?
BACA JUGA: PENGHIANATAN YUDAS (MATIUS 26:46-49)
2) Bagaimana dengan ‘menyerahkan nyawa menjadi tebusan bagi banyak orang’? Apakah ini sesuatu yang harus diteladani? Jawabnya adalah ‘ya dan tidak’! Apa maksudnya? Lihat penjelasan di bawah ini.
a) Dalam menyerahkan nyawa kita untuk menebus dosa orang lain, itu tidak mungkin kita lakukan.
Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Ini salah terjemahan, bandingkan dengan terjemahan NIV di bawah ini.
Psalm 49:6-7 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” [= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
b) Tetapi dalam menyerahkan nyawa demi melayani orang lain, itu harus kita lakukan.
Seseorang mengatakan bahwa orang yang percaya pada Yohanes 3:16 juga harus melakukan 1Yohanes 3:16 yang berbunyi: “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”.
Apa artinya ‘menyerahkan nyawa untuk orang lain’? Artinya rela berkorban apapun, kalau perlu berkorban nyawa! Ini sesuatu yang penting dalam pelayanan, karena pelayanan tanpa pengorbanan bukanlah pelayanan!
Penutup :
Marilah kita merayakan Natal tahun ini dengan:
1) Percaya kepada Kristus.
2) Meneladani Anak manusia / Kristus dengan cara mau melayani Tuhan dengan melayani manusia, dan rela berkorban dalam pelayanan itu!
Maukah saudara?
-AMIN-