PERUMPAMAAN ORANG KAYA YANG BODOH (2)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Lukas 12:13-21 - “(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
PERUMPAMAAN ORANG KAYA YANG BODOH (2)
gadget, otomotif, asuransi
C) Lukas 12: 16-20: “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”.

1) Ay 15,21 menunjukkan arah / penekanan dari perumpamaan ini!

Ay 15,21: “(15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ ... (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

2) Ay 16-18: “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.”.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari ay 16-18 ini:

a) Ini menunjukkan bahwa orang ini melakukan pekerjaan yang baik / jujur, tetapi ia toh dikecam. Apalagi orang tamak yang bekerja dengan tidak jujur atau mau mendapatkan uang dengan cara yang tidak halal!

Sebagai contoh, kalau saudara menemukan sebuah dompet, dan dalam dompet itu ada uang, KTP, dsb, sehingga saudara tahu siapa pemilik dompet itu dan bisa mengembalikannya, apakah saudara mengembalikan dompet tersebut?

Bdk. Ul 22:1-3 - “(1) ‘Apabila engkau melihat, bahwa lembu atau domba saudaramu tersesat, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; haruslah engkau benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu. (2) Dan apabila saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya kepadanya. (3) Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu.”.

Majalah Reader’s Digest pernah mengadakan semacam percobaan untuk mengetahui kejujuran manusia di banyak kota dan negara di dunia ini. Mereka melakukannya dengan menyebarkan di kota-kota besar di beberapa negara sebanyak 1.100 dompet, masing-masing berisikan uang senilai $ 50 dalam mata uang lokal, disertai dengan nama, alamat dan nomor telpon dari si pemilik.

Dompet-dompet itu disebarkan di tempat-tempat yang bervariasi, seperti tempat telpon umum, di depan bangunan kantor, toko-toko, tempat parkir, restoran, dan bahkan tempat ibadah. Juga pada saat suatu dompet ditinggalkan di suatu tempat, dompet itu diawasi dari jauh, untuk melihat reaksi dari si penemu dompet.

Hasil total, 44 % dari dompet-dompet itu tidak kembali. Hasil terperinci:

1. Denmark & Norwegia kembali 100 %.

Sampai diberi komentar: apakah perlu di sana orang mengunci pintu rumah?

2. Singapura kembali 90 %.

3. Australia & Jepang kembali 70 %.

4. Amerika Serikat kembali 67 %.

5. Inggris kembali 65 %.

6. Belanda kembali 50 %.

7. Jerman kembali 45 %.

8. Rusia kembali 43 %.

9. Filipina kembali 40 %.

10. Itali kembali 35 %.

11. Cina kembali 30 %.

12. Mexico kembali 21 %.

Hal yang menarik adalah bahwa kadang-kadang orang kaya tidak mengembalikan dompet itu, sebaliknya orang miskin, yang betul-betul membutuhkan, justru mengembalikannya.

Di Lausanne, Swiss, seorang wanita berpakaian bagus, memakai mantel dan sepatu hak tinggi, sedang berjalan dengan anaknya perempuan. Perempuan itu membungkuk untuk mengambil dompet itu, lalu mereka berdua berpandang-pandangan, dan perempuan itu lalu memasukkan dompet itu ke kantongnya, dan tidak mengembalikannya.

Sebaliknya seorang bangsa Albania, yang lari dari Kosovo dan bekerja sebagai pelayan restoran di Swiss, mengembalikan dompet itu sambil berkata: ‘Saya tahu betapa keras / berat seseorang harus bekerja untuk mendapatkan uang sebanyak itu’.

Juga seorang Kanada menemukan uang itu, dan ia lalu berpikir: ‘Mungkin pemiliknya adalah seorang cacat, yang membutuhkan uang ini lebih dari saya’. Ia lalu mengembalikan uang itu, padahal ia sendiri adalah orang miskin yang bekerja sebagai seorang pemulung kaleng-kaleng minuman untuk didaur-ulang.

Ada seorang wanita di North Carolina, Amerika Serikat, yang pada waktu menemukan dompet itu, mula-mula berpikir: ‘Aku bisa menggunakan uang ini’. Tetapi ia lalu melihat ada foto seorang bayi dalam dompet itu, dan lalu berpikir bahwa pemilik dompet ini lebih membutuhkan uang ini dari aku. Dan ia lalu mengembalikan dompet itu.

Ada beberapa orang yang mengembalikan dompet itu karena mereka sendiri pernah kehilangan dompet dan tidak kembali. Seorang di Belanda mengembalikan dompet itu sambil berkata: ‘Pada saat saya adalah seorang anak, saya kehilangan dompet saya di taman hiburan, dan tidak pernah kembali. Saya tidak mau pemilik dompet ini merasakan hal yang sama’.

Bagaimana pengembalian dompet di kalangan orang-orang yang religius?

Seorang wanita muslim Malaysia, yang sekalipun sama sekali tidak kaya, tanpa ragu-ragu sesaatpun, mengembalikan uang itu. Ia berkata: ‘Sebagai orang Islam, saya sadar akan pencobaan dan bagaimana mengalahkannya’.

Di Taipei, seorang pemeluk agama Buddha yang sungguh-sungguh, menemukan dompet itu dan langsung mengembalikannya, dan ia berkata: ‘Adalah kewajibanku untuk melakukan perbuatan baik’.

Di Rusia, seorang wanita yang dibayar untuk mengajar anak-anak di rumah, mengembalikan dompet itu untuk mentaati salah satu dari 10 hukum Tuhan. Ia berkata: ‘Beberapa tahun yang lalu, mungkin aku sudah mengambilnya, tetapi sekarang aku sudah berubah secara total. Seperti dikatakan: Janganlah mengingini milik sesamamu’.

Tetapi di Mexico, sedikitnya 2 orang kristen (katolik) mengambil dompet itu, melihat isinya, lalu membuat tanda salib, dan tidak mengembalikannya.

Reader’s Digest memberi komentar: “The cash, they must have decided, was heaven-sent.” [= Mereka pasti memutuskan / menganggap bahwa uang tunai itu dikirim dari surga.] - hal 40.

Artikel itu ditutup dengan kata-kata sebagai berikut: “For the rest of you, those who kept the cash, you’ve got our number - and we know where you live.” [= Untuk kalian yang lain, yang menahan uang tunai itu, kalian punya nomer telpon kami - dan kami tahu dimana kalian tinggal.] - hal 41.

b) Ay 16-18 ini juga menunjukkan bahwa makin seseorang itu kaya, makin banyak problem yang ia hadapi. Akhirnya ia menjadi semakin sibuk, dan makin tidak punya waktu untuk Tuhan! Kalau ini menggambarkan kehidupan saudara, bertobatlah, sebelum Tuhan juga ‘tidak punya waktu’ untuk saudara!

Bdk. Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.

c) Ay 16-18 juga menunjukkan bahwa kekayaan tidak akan pernah memberi kepuasan kepada orang yang tamak, karena ia akan selalu ingin lebih kaya lagi.

Bdk. Pkh 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”.

Seseorang mengatakan: “The increase serves not as water to quench but as fuel to feed the fire.” [= Pertambahan kekayaan itu tidak berfungsi sebagai air untuk memadamkan, tetapi sebagai bahan bakar / bensin untuk mengobarkan api.].

William Barclay: “The Romans had a proverb which said that money was like sea-water; the more a man drank the thirstier he became. Similarly, as long as our attitude is that of the rich fool our desire will always be to get more - and that is the reverse of the Christian way.” [= Orang Romawi mempunyai pepatah yang berkata bahwa uang itu seperti air laut; makin seseorang meminumnya, makin ia jadi haus. Secara sama, selama sikap kita adalah seperti sikap dari orang kaya yang bodoh itu, keinginan kita akan selalu adalah untuk mendapat lebih banyak - dan itu adalah kebalikan dari jalan Kristen.].

Karena itu, kalau saudara ingin kaya dengan pikiran bahwa kalau kaya bisa enak / tenteram / damai, saudara justru salah besar. Makin saudara kaya, makin saudara tidak puas!

Pkh 4:7-8 - “(7) Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari: (8) ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanyapun tidak puas dengan kekayaan; - untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? - Inipun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.”.

Pkh 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”.

3) Lukas 12: 19: “Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”.

Ayat ini menunjukkan bahwa yang diinginkan oleh orang kaya itu hanyalah bersenang-senang.

Earl L. Martin: “This man had foresight, but not spiritual foresight. He did not see far enough ahead. ... He needed not bigger barns, but a bigger heart. The accumulation of things without a growth of the soul is spiritually suicidal.” [= Orang ini mempunyai kepedulian untuk memperhatikan masa depan, tetapi bukan dalam hal rohani. Ia tidak melihat cukup jauh ke depan. ... Ia tidak memerlukan lumbung-lumbung yang lebih besar tetapi suatu hati yang lebih besar. Pengumpulan hal-hal / barang-barang tanpa suatu pertumbuhan dari jiwa adalah bunuh diri rohani.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

Earl L. Martin: “‘The cares of the world’ as well as ‘the deceitfulness of riches’ may choke the spiritual life. The first warning was against foolishness in the use of money; the second was against the foolishness of worry or anxious care. ... Torturing worry is the poor man’s form of worldliness; luxurious self-indulgence is the rich man’s; one is as hurtful to spirituality as the other.” [= ‘Kekuatiran dunia’ maupun ‘tipu daya kekayaan’ bisa mencekik kehidupan rohani. Peringatan pertama adalah terhadap kebodohan dalam penggunaan uang; yang kedua adalah terhadap kebodohan tentang kekuatiran. ... Kekuatiran yang menyiksa adalah bentuk keduniawian dari orang miskin; pemuasan diri sendiri yang mewah adalah bentuk keduniawian orang kaya; yang satu sama merusaknya terhadap kerohanian seperti yang lain.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

Matius 13:22 - “Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”.

Kalau saudara adalah orang seperti orang kaya itu, maka baca dan renungkan ayat di bawah ini.

Pkh 11:9 - “Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”.

4) Lukas 12: 20: “Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”.

a) Orang ini disebut ‘bodoh’ oleh Allah!

Orang ini jelas adalah orang yang sukses dalam bisnis / pekerjaannya sehingga menjadi kaya. Kalau pada jaman ini mungkin ia adalah semacam konglomerat. Dan orang-orang seperti ini pada jaman ini selalu dianggap sebagai orang yang pandai / hebat oleh dunia. Tetapi Allah menganggap orang kaya ini bodoh!

Renungkan: bagaimana dunia memandang saudara? Dan bagaimana Allah memandang saudara? Yang mana yang lebih penting bagi saudara, pandangan dunia tentang diri saudara atau pandangan Allah tentang diri saudara?

b) Mengapa ia disebut sebagai orang bodoh?

1. Karena ia mengira / menganggap bahwa hatinya bisa disenangkan oleh uang, makanan, minuman dsb. Kalau saudara beranggapan bahwa saudara bisa berbahagia kalau mempunyai hal-hal duniawi, maka saudara juga adalah orang bodoh!

2. Orang ini hidup hanya untuk sekarang. Ia tak peduli tentang kekekalan / hidup yang akan datang. Apakah saudara adalah orang seperti itu?

3. Orang ini hanya hidup untuk hal-hal jasmani / duniawi. Ia sedikitpun tak memikirkan hal rohani. Ia mementingkan pekerjaan / kekayaan lebih dari Tuhan.

Bdk. Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.

J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya ‘Awake My Heart’, tgl 9 Maret, memberikan puisi sebagai berikut (berkenaan dengan orang yang mengusir Yesus karena kehilangan 2000 babi dalam Mat 8:28-34 / Mark 5:1-20):

“Rabbi, begone! Thy powers

Bring loss to us and ours.

Our ways are not as Thine.

Thou lovest men, we, swine.

Oh, get you hence, Omnipotence,

And take this fool of Thine!

His soul? What care we for his soul?

What good to us that Thou hast made him whole,

Since we have lost our swine?

And Christ went sadly,

He had wrought for them a sign

Of love, and hope, and tenderness divine;

They wanted - swine!

Christ stands without our door and gently knocks;

But if our gold, or swine, the entrance blocks,

He forces no man’s hold - He will depart,

And leaves us to the meanness of our heart”

[= Rabi / Guru, enyahlah! KuasaMu

Membawa kerugian / kehilangan kepada kami dan milik kami

Jalan kami tidaklah seperti jalanMu

Engkau mengasihi manusia, kami mengasihi babi.

O, pergilah dari sini, Yang mahakuasa.

Dan bawalah orang tolol milikMu ini!

Jiwanya? Apa peduli kami tentang jiwanya?

Apa untungnya bagi kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh,

Karena kami telah kehilangan babi kami?

Dan Kristus pergi dengan sedih,

Ia telah membuat tanda untuk mereka

Tentang kasih, dan pengharapan, dan kelembutan ilahi;

Mereka menginginkan - babi!

Kristus berdiri di luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut;

Tetapi jika emas kita, atau babi kita, menutup jalan masuk,

Ia tidak memaksa penolakan manusia - Ia akan pergi,

Dan meninggalkan kita pada kepicikan / kejahatan hati kita].

4. Orang ini tak pernah bersyukur kepada Tuhan / memuji Tuhan.

5. Orang ini adalah orang yang egois. Perhatikan bahwa dalam kata-katanya ada 8 x kata ‘aku’ dan 5 x kata ‘ku’. Perhatikan juga kata-kata ‘bagi dirinya sendiri’ dalam ay 21.

William Hendriksen: “He should have realized that there were other people who were in need of some of his grain. He missed the joy of generous giving. All he could think of was tearing down the old barns or granaries in order to build bigger ones, in which to store for himself his grain, etc.” [= Ia seharusnya sudah menyadari bahwa di sana ada orang-orang lain yang membutuhkan sedikit dari gandumnya. Ia kehilangan / tidak mendapat sukacita dari pemberian yang murah hati. Semua yang bisa ia pikirkan adalah merobohkan lumbung yang lama untuk membangun lumbung yang lebih besar, dalam mana ia bisa menyimpan bagi dirinya sendiri gandumnya, dsb.].

Kis 20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”.

KJV: ‘It is more blessed to give than to receive.’ [= Adalah lebih diberkati untuk memberi dari pada untuk menerima.].

c) Ingat bahwa sekalipun orang yang disebut ‘bodoh’ dalam bacaan ini adalah ‘orang kaya’, tetapi bukan hanya orang kaya yang bisa menjadi bodoh. Saudara yang adalah orang miskin juga bisa bodoh, dan sebaliknya, orang yang kaya bisa juga menjadi bijaksana / pandai!

Henry Ward Beecher: “Riches are not an end of life, but an instrument of life.” [= Kekayaan bukanlah tujuan hidup tetapi alat dari hidup.].

Kalau saudara bisa mempunyai filsafat hidup seperti ini maka, tak jadi soal apakah saudara kaya atau miskin, saudara adalah orang bijak!

William Barclay menceritakan tentang John Wesley yang tinggal di Oxford dengan gaji £ 30 / tahun. Ia hidup hanya dengan 28 £ dan sisanya ia berikan kepada orang lain. Pada saat gajinya naik menjadi 60, lalu 90, lalu 120 £, ia tetap hidup dengan 28 £ dan sisanya ia berikan kepada orang lain. Kalau saudara hidup seperti John Wesley, maka tidak jadi soal saudara kaya atau miskin, saudara adalah orang bijak! Tetapi persoalannya, apakah saudara hidup seperti John Wesley? Atau seperti orang kaya yang bodoh dalam bacaan ini?

Komentar Philip Schaff tentang Calvin:

1. “Riches and honors had no charms for him. He soared far above filthy lucre and worldly ambition. His only ambition was that pure and holy ambition to serve God to the best of his ability.” [= Kekayaan dan kehormatan tidak mempunyai daya tarik baginya. Ia membubung tinggi di atas uang yang kotor dan ambisi duniawi. Satu-satunya ambisinya adalah ambisi yang suci dan murni untuk melayani Allah dengan sebaik-baiknya.] - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 838.

2. “When Pope Pius IV heard of his death he paid him this tribute: ‘The strength of that heretic consisted in this, - that money never had the slightest charm for him. If I had such servants, my dominions would extend from sea to sea.’” [= Ketika Paus Pius IV mendengar tentang kematiannya ia memberikan penghormatan ini: ‘Kekuatan dari orang sesat ini adalah hal ini, - bahwa uang tidak pernah mempunyai daya tarik yang paling kecil sekalipun untuknya. Jika saya mempunyai pelayan-pelayan seperti itu, daerah kekuasaanku akan meluas dari laut ke laut’.] - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 839.

d) Ini adalah kematian yang tiba-tiba, dan ini bisa terjadi pada siapapun juga!

Perhatikan kontras antara ‘bertahun-tahun lamanya’ / ‘many years’ dalam ay 19 dengan ‘malam ini’ dalam ay 20! Banyak orang mengira hidupnya masih panjang, padahal kematian sudah begitu dekat!

Lukas 12: 19-20: “(19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”.

Bandingkan dengan:

1. Amsal 27:1 - “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.”.

2. Yak 4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.

3. Mazmur 39:5-7 - “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela (7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.”.


Lenski: “The French painter Eugene Burnaud brings out the inwardness of what is conveyed by Jesus. He paints the rich man as he has come to his decision. He has carefully recounted his gold and his silver, setting aside one sack after another. A certain amount that is to be used for other purposes is placed on a shelf above his head. The money that is to be used for the new buildings is stacked on the table before him. Now he leans back - furrows of thought on his forehead, a faraway look in his eyes - he is thinking of the great change the replacement will make, the money and the work it will mean, and the picture it will make, all the new, fine, grand storehouses, full to overflowing with ‘all my grain and good things.’ What a picture! But turn the page. There is the same man, cold in death, his hands crossed on his breast!” [= Pelukis Perancis Eugene Burnaud mengeluarkan / menunjukkan bagian dalam dari apa yang disampaikan oleh Yesus. Ia menggambarkan orang kaya itu pada waktu ia sampai pada keputusannya. Ia telah dengan sangat teliti menghitung lagi emas dan peraknya, menyimpan kantong-kantong satu per satu. Sejumlah tertentu yang harus digunakan untuk tujuan-tujuan lain di tempatkan pada rak di atas kepalanya. Uang yang harus digunakan untuk bangunan-bangunan yang baru, ditumpuk di meja di depannya. Sekarang ia bersandar - kerut-kerut dari pikiran di dahinya, suatu pandangan yang jauh dalam matanya - ia sedang berpikir tentang perubahan besar yang akan dibuat oleh penggantian itu, yang berarti uang dan pekerjaan, dan keadaan yang akan dibuatnya, semua lumbung-lumbung yang baru, bagus, besar / hebat, penuh melimpah dengan ‘semua gandumku dan hal-hal baikku / barang-barangku’. Betul-betul suatu keadaan yang hebat / bagus! Tetapi baliklah halaman itu. Di sana ada orang yang sama, dingin dalam kematian, tangannya disilangkan / dilipat pada dadanya!].

William Barclay memberikan suatu percakapan sebagai berikut:

A: I will learn my trade [= Aku akan belajar berdagang].

B: And then? [= Lalu?].

A: I will set up in business [= Aku akan memulai bisnis].

B: And then? [= Lalu?].

A: I will make my fortune [= Aku akan menjadi kaya].

B: And then? [= Lalu?].

A: I suppose that I shall grow old and retire and live on my money [= Aku kira aku akan menjadi tua dan pensiun dan hidup dari uangku].

B: And then? [= Lalu?].

A: Well, I suppose that some day I will die [= Aku kira suatu hari aku akan mati].

B: And then? [= Lalu?].

Kalau saudara begitu mementingkan kekayaan / pekerjaan / bisnis, maka renungkan percakapan di atas ini, dan cobalah menjawab pertanyaan yang terakhir!

e) Pada saat kita mati, harta / uang kita sama sekali tak berguna!

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

1. 1Tim 6:17-19 - “(17) Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. (18) Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (19) dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.”.

2. Amsal 11:4 - “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.”.

3. Mazmur 49:17-21 - “(17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.”.

D) Ay 21: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

Ayat ini merupakan kesimpulan dari perumpamaan, dan menunjukkan nasib dari orang ini yang kaya secara duniawi tetapi miskin secara rohani.

Bdk. Wahyu 3:17 - “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, ...”.

Supaya saudara tak menjadi seperti orang ini, turutilah kata-kata Yesus dalam Mat 6:19-21 - “(19) Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”.

Dan saudara hanya bisa mempunyai harta di surga / kekayaan rohani, kalau saudara percaya dan mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh.

Yak 2:5 - “Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?”.

Wahyu 3:17-18 - “(17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, (18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.”.

Kesimpulan / penutup.

Yesus menolak untuk mengurus warisan (Lukas 12: 14), dan lalu mengajarkan ay 15-21. Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak peduli orang itu kehilangan warisan asal ia tidak kehilangan nyawanya / masuk neraka! Bdk. Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

Dan semua orang yang tidak percaya kepada Yesus, akan kehilangan nyawanya (masuk neraka)! Maukah saudara percaya kepada Yesus?

Bagaimana dengan saudara, uang vs surga, yang mana yang saudara pilih?

-AMIN-
Next Post Previous Post