KITAB WAHYU 1:4-8 (1) - 7 BILANGAN DAN KASIH KARUNIA

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Wahyu 1:4-8 - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya - (6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. (7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (Wahyu1:8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
KITAB WAHYU 1:4-8 (1) - 7 BILANGAN DAN KASIH KARUNIA
gadget, otomotif, asuransi
Wahyu 1: 4a: “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu,”.

1) Ini menunjukkan bahwa Kitab Wahyu ini sebetulnya adalah sebuah surat.

Kebanyakan surat-surat dalam Perjanjian Baru dimulai dengan salam dari penulis kepada pembaca / penerima surat, dan salam itu biasanya berbentuk berkat. Berkat seperti itu bukanlah sekedar merupakan suatu ‘wish’ [= keinginan] dari penulis, tetapi merupakan Firman Allah yang betul-betul memberkati umat Allah yang mendengar dan mempercayainya.

2) Buku / surat ini ditujukan kepada 7 jemaat / gereja, yang ada di Asia Kecil.

a) ‘Asia Kecil’.

Steve Gregg: “These churches were in Asia, which was not, as now, the name of a continent, but of a Roman province, identified with modern Turkey.” [= Gereja-gereja ini ada di Asia, yang tidak seperti sekarang dimana itu merupakan nama suatu benua, tetapi suatu Propinsi Romawi, identik dengan Turki modern.] - hal 54.

b) Bilangan 7 dalam Kitab Wahyu.

Bilangan / simbol 7 keluar / digunakan sangat banyak, menurut Homer Hailey dan William Barclay bilangan ini keluar sebanyak 54 x dalam Kitab Wahyu.

Misalnya:

1. 7 gereja / jemaat (1:4 2:1,8,12,18 3:1,7,14).

2. 7 Roh Allah (1:4 4:5 5:6).

3. 7 meterai (6:1,3,5,7,9,12 8:1).

4. 7 sangkakala (8:6,7,8,10,12 9:1,13 11:15).

5. 7 guruh (10:3).

6. 7 cawan (16:1,2,4,8,10,12,17).

7. 7 kepala (12:3 13:1).

8. 7 berkat / ucapan bahagia (1:3 14:13 16:15 19:9 20:6 22:7 22:14).

Bilangan 7 ini merupakan bilangan sempurna yang menyimbolkan ‘completeness’ / ‘fulness’ [= kelengkapan / kesempurnaan / kepenuhan].

c) 7 jemaat / gereja.

1. Ke 7 jemaat itu disebutkan namanya dalam Wahyu 1:11 dan Wah 2-3.

2. Dalam peta ke 7 kota itu, mulai dari Efesus, Smirna, Pergamum, Tiatira, Sardis, Filadelfia, Laodikia, membentuk ‘irregular circle’ [= lingkaran yang tidak rata / tidak beraturan].

3. Arti dari ‘7 jemaat / gereja’.

William Hendriksen: “These seven churches represent the entire Church throughout this dispensation.” [= 7 gereja ini mewakili seluruh Gereja di sepanjang jaman ini.] - hal 52.

William Barclay: “Seven is the perfect number because it stand for completeness. It is, therefore, suggested that, when John wrote to seven Churches, he was, in fact, writing to the whole Church.” [= 7 adalah bilangan sempurna karena itu berarti kelengkapan. Karena itu diusulkan bahwa pada waktu Yohanes menulis kepada 7 Gereja, sebenarnya ia menulis kepada seluruh Gereja.] - hal 29.

John Stott: “The seven churches of Asia, though historical, represent the local churches of all ages and of all lands.” [= Tujuh gereja Asia, sekalipun bersifat sejarah, mewakili gereja-gereja lokal dari semua jaman dan semua tempat.] - hal 13.

3) Bunyi salamnya: “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu,” (Wahyu 1: 4).

a) Kasih Karunia.

‘Kasih karunia’ adalah kebaikan Allah yang diberikan kepada mereka yang tidak layak mendapatkannya. Sebagai orang berdosa kita layaknya langsung dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Kalau kita masih dibiarkan hidup, sebetulnya itu sudah merupakan kasih karunia. Lebih-lebih kalau Allah itu mau memilih kita untuk diselamatkan, menyediakan jalan keselamatan dengan menyerahkan AnakNya untuk menjadi manusia dan lalu memikul hukuman dosa kita di kayu salib, dan memberikan iman kepada kita sehingga kita betul-betul diselamatkan, maka itu jelas adalah kasih karunia dari Allah.

Roma 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.

Mazmur 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

b) Damai sejahtera.

‘Damai sejahtera’ [= peace] merupakan hasil / akibat dari pemberian kasih karunia, dan ‘damai’ / ‘peace’ ini menunjuk pada:

1. Damai antara manusia dengan Allah melalui Kristus.

William Barclay: “the harmony restored between God and man through Christ.” [= keharmonisan dipulihkan antara Allah dan manusia melalui Kristus.] - hal 29.

2. Keadaan hati orang yang telah didamaikan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Padahal penerima Kitab Wahyu ini adalah gereja yang menderita penganiayaan. Jelas bahwa ‘damai dalam badai’ adalah sesuatu yang memungkinkan! Bandingkan dengan Filipi 4:6-7 yang berbunyi: “(6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”.

Sebaliknya keadaan orang dunia / orang yang tidak percaya adalah seperti Yesaya 57:20-21 yang berbunyi: “(20) Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. (21) Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku.”.

Kedua hal ini (‘damai bagi orang benar’ dan ‘tidak ada damai bagi orang fasik’) digabungkan dalam Amsal 28:1 yang berbunyi: “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda.”.

Wahyu 1: 4b-5a: “(4b) dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5a) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.”.

Ayat ini mencakup ketiga pribadi dari Allah Tritunggal. Jadi salam dalam ay 4a itu diberikan oleh ke 3 pribadi dari Allah Tritunggal.

1) “dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” (ay 4b).

a) Istilah ini berasal dari Keluaran 3:14-15.

Beasley-Murray (hal 54) mengatakan bahwa Keluaran 3:14 - ‘I am who I am’ [= Aku adalah Aku], dalam Septuaginta [= Perjanjian Lama berbahasa Yunani] diterjemahkan ‘I am he who is’ [= Aku adalah Dia yang ada sekarang], dan dalam Jerusalem Targum diperpanjang menjadi ‘I am he who is and who will be’ [= Aku adalah Dia yang ada sekarang dan yang akan ada], dan bahkan dalam salah satu komentarnya diperpanjang lagi menjadi ‘I am he who is, and who was, and I am who will be’ [= Aku adalah Dia yang ada sekarang, yang ada dulu, dan Aku adalah yang akan ada].

Robert H. Mounce (NICNT): “This paraphrase of the divine name stems from Exodus 3:14-15 and calls attention to the fact that all time is embraced within God’s eternal presence.” [= Pernyataan dengan kata-kata lain tentang nama ilahi ini berasal dari Kel 3:14-15 dan meminta perhatian pada fakta bahwa seluruh waktu dicakup dalam kehadiran kekal dari Allah.] - hal 68.

b) Istilah ini menunjuk pada Allah Bapa yang tidak berubah.

Ungkapan ‘Aku adalah Aku’ dalam Kel 3:14 menunjukkan:

1. Sifat Allah yang ada dari diriNya sendiri (self-existent).

2. Kekekalan Allah.

3. Ketidak-berubahan Allah.

Karena itu, maka ungkapan ‘dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang’ juga menunjukkan hal yang sama.

Bandingkan dengan Ibr 13:8 yang berbunyi: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”. Di sini ketidakberubahan itu ditujukan kepada Yesus!

c) Mengapa berbeda dengan ‘eternal I am’ [= ‘Aku adalah’ yang kekal].

Yohanes 8:58 - “Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada”.

Ini salah terjemahan; kata ‘telah’ itu seharusnya tidak ada.

KJV/RSV: ‘Before Abraham was, I am’.

NIV/NASB: ‘Before Abraham was born, I am’.

Jadi, pada masa lampau maupun akan datang untuk Allah / Yesus seharusnya tetap digunakan ‘I am’. Tetapi mengapa dalam Wah 1:4 ini tidak demikian?

Herman Hoeksema: “But this eternal God, Whose Being cannot be measured or limited by time, revealed Himself in time. To this revelation of Himself in time refer the other two expressions, ‘who was’ and ‘who is to come,’” [= Tetapi Allah yang kekal ini, yang diri / keberadaanNya tidak bisa diukur dengan waktu, menyatakan diriNya sendiri dalam waktu. Kedua ungkapan yang lain, ‘who was’ dan ‘who is to come’ menunjuk pada wahyu tentang diriNya sendiri dalam waktu ini,] - hal 18.

Mungkin ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita. Bandingkan ini dengan bahasa Anthropomorphism dalam Alkitab, yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia berbentuk manusia. Misalnya Amsal 15:3 berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yesaya 59:1 berbicara tentang ‘tangan Allah’, padahal Allah adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tentunya tidak mempunyai mata ataupun tangan. Ini juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita.

d) Manfaat kata-kata ini bagi orang kristen yang dianiaya.

Ini penting untuk gereja / orang kristen yang ada di tengah-tengah penganiayaan, dimana bagi mereka masa depan betul-betul tidak menentu. Dengan kata-kata ini mereka diingatkan bahwa dengan keberadaanNya yang melampaui waktu, Allah mempunyai kontrol yang berdaulat atas sejarah maupun masa depan.

e) Penyimpangan gramatika bahasa Yunani.

James B. Ramsey mengatakan bahwa dalam ayat ini gramatika bahasa Yunani ‘dilindas’, karena tidak ada bahasa yang bisa memikul beban nama ini (‘Revelation’, hal 45).

James B. Ramsey: “The words used in the original Greek here are very remarkable. They violate the most ordinary and fixed rules of grammar, as if to intimate that the very name of God must burst through all the ordinary laws of human language in order to find fitting terms - that indeed no human language can bear the burden of this name.” [= Kata-kata yang digunakan dalam bahasa asli Yunani di sini adalah sangat luar biasa. Mereka melanggar peraturan-peraturan yang paling biasa dan tetap / tertentu dari tata bahasa, seakan-akan untuk mengisyaratkan / menyatakan secara tak langsung bahwa nama Allah harus meledak melalui semua hukum-hukum biasa dari bahasa manusia untuk menemukan istilah-istilah yang cocok - bahwa memang tak ada bahasa manusia bisa memikul beban dari nama ini.] - hal 45.

Vincent: “‘From Him which is, and which was and which is to come.’ (ἀπὸ ὁ ὢν καὶ ὁ ἦν καὶ ὁ ἐρχόμενος / APO HO ON KAI HE EN KAI HO ERKHOMENOS). ... This portion of the salutation has no parallel in Paul, and is distinctively characteristic of the author of the Book of Revelation. It is one of the solecisms in grammatical construction which distinguishes this book from the other writings of John. The Greek student will note that the pronoun ‘which’ (ὁ / HO) is not construed with the preposition ‘from’ (ἀπὸ / APO), which would require the genitive case but stands in the nominative case.” [= ‘dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang’ (APO HO ON KAI HE EN KAI HO ERKHOMENOS). ... Bagian salam ini tidak mempunyai paralel dalam Paulus, dan adalah karakteristik yang khusus dari pengarang Kitab Wahyu. Itu adalah salah satu dari pelanggaran / penggunaan tata bahasa yang tidak standard dalam konstruksi tata bahasa yang membedakan kitab ini dari tulisan-tulisan lain dari Yohanes. Pelajar bahasa Yunani akan memperhatikan bahwa kata ganti ‘which / yang’ (HO) tidak digabungkan dengan kata depan ‘from / dari’ (APO), yang menuntut kasus genitif tetapi berada dalam kasus nominatif.].

William Barclay: “But to get the full meaning of this we must look at it in the Greek, for John bursts the bonds of grammar to show his reverence for God. We translate the first phrase ‘from him who is’; but that is not what the Greek says. A Greek noun is in the nominative case when it is the subject of a sentence, but, when it is governed by a preposition it changes its case and its form. It is so in English. ‘He’ is the subject of a sentence; ‘him’ is the object. When John says that the blessing comes ‘from him who is’ he should have put ‘him who is’ in the genitive case after the preposition; but quite ungrammatically he leaves it in the nominative. It is as if we said in English ‘from he who is’, refusing to change ‘he’ into ‘him’. John has such an immense reverence for God that he refuses to alter the form of his name even when the rules of grammar demand it.” [= Tetapi untuk mendapatkan arti yang sepenuhnya dari hal ini kita harus melihatnya dalam bahasa Yunani, karena Yohanes meledakkan ikatan tata bahasa untuk menunjukkan hormatnya kepada Allah. Kita menterjemahkan ungkapan pertama ‘from him who is’; tetapi itu bukanlah apa yang dikatakan dalam bahasa Yunaninya. Suatu kata benda dalam bahasa Yunani ada dalam nominative case bila kata itu merupakan subyek dari kalimat, tetapi bila kata itu didahului oleh suatu kata depan / kata perangkai maka kata itu berubah dalam case maupun bentuknya. Begitu juga dalam bahasa Inggris. ‘He’ adalah subyek dari suatu kalimat; ‘him’ adalah obyek. Pada waktu Yohanes berkata bahwa berkat datang ‘from him who is’ ia seharusnya meletakkan ‘him who is’ dalam genitive case setelah kata depan / kata perangkai; tetapi bertentangan dengan hukum tata bahasa ia membiarkannya dalam nominative case. Itu seperti kalau dalam bahasa Inggris kita berkata ‘from he who is’, menolak mengubah ‘he’ menjadi ‘him’. Yohanes mempunyai hormat yang begitu besar untuk Allah, sehingga ia menolak untuk mengubah bentuk dari namaNya bahkan pada waktu hukum tata bahasa menuntut hal itu.] - hal 30.

Catatan: kalau mau mempelajari tentang ‘case’ [= kasus] dalam tata bahasa Yunani, termasuk genitive case dan penggunaannya, saudara bisa melihat di sini: http://www.bcbsr.com/greek/gcase.html

William Barclay: “John is not finished with his amazing use of language. The second phrase is ‘from him who was’. Literally, John says ‘from the he was’. The point is that ‘who was’ would be in Greek a participle. The odd thing is that the verb EIMI (to be) has no past participle. Instead there is used the participle GENOMENOS from the verb GIGNOMAI, which means not only ‘to be’ but also ‘to become’. ‘Becoming’ implies change and John utterly refuses to apply any word to God that will imply any change; and so he uses a Greek phrase that is grammatically impossible and that no one ever used before.” [= Yohanes belum selesai dengan penggunaaan bahasanya yang mengherankan. Ungkapan kedua adalah ‘from him who was’. Secara hurufiah Yohanes berkata ‘from the he was’. Persoalannya adalah bahwa dalam bahasa Yunani ‘who was’ adalah suatu participle. Hal yang aneh adalah bahwa kata kerja EIMI (to be / adalah) tidak mempunyai participle dalam bentuk lampau. Sebagai gantinya digunakan participle GENOMENOS dari kata kerja GIGNOMAI, yang bukan hanya berarti ‘to be’ / ‘adalah’ tetapi juga ‘to become’ / ‘menjadi’. ‘Becoming’ / ‘menjadi’ menunjukkan suatu perubahan dan Yohanes menolak sama sekali untuk menggunakan suatu kata bagi Allah yang menunjukkan suatu perubahan; dan ia lalu menggunakan suatu ungkapan bahasa Yunani yang secara tata bahasa adalah tidak mungkin dan yang tidak pernah digunakan oleh siapapun sebelumnya.] - hal 30.

2) “dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya,” (Wahyu 1: 4c).

a) Istilah ‘7 Roh’ ini muncul di 3 tempat lain, yaitu Wahyu 3:1 4:5 5:6.

Wah 3:1 - “‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!”.

Wahyu 4:5 - “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.”.

Wahyu 5:6 - “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.”.

Catatan: dalam Wahyu 1: 4c ini istilah yang muncul hanyalah ‘ketujuh roh’, sedangkan dalam Wah 3:1 4:5 5:6 istilah yang muncul adalah ‘ketujuh Roh Allah’.

b) Ada yang menafsirkan bahwa ‘7 roh’ ini menunjuk kepada 7 malaikat yang ada di hadapan Allah dalam Wahyu 8:2.

Yang menguatkan pandangan ini adalah:

1. Lukas 9:26 dan 1Tim 5:21 yang juga berbicara tentang Yesus, Bapa dan malaikat-malaikat.

Lukas 9:26 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

1Timotius 5:21 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak.”.

2. Kata-kata ‘ada di hadapan tahtaNya’ (Wahyu 1: 4c), karena dalam Kitab Wahyu malaikat dinyatakan ada di hadapan Allah / tahta (Wah 8:2). Mungkin dirasa aneh kalau Roh Kudus dikatakan ada di hadapan Allah / tahta Allah. Tetapi perlu diingat bahwa Wah 4:5 mengatakan 7 Roh Allah ada di hadapan tahta.

Wahyu 8:2 - “Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.”.

Wahyu 4:5 - “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.”.

Keberatan terhadap penafsiran ‘malaikat’ ini:

a. Kalau Yohanes memang memaksudkan 7 malaikat, mengapa ia tidak menggunakan istilah ‘malaikat’ seperti dalam Wah 8:2 tetapi menggunakan istilah ‘roh’?

b. Bagaimana mungkin ‘malaikat’ bisa muncul di antara Allah Bapa dan Kristus dalam suatu pemberian berkat?

Wah 1:4-5a - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, DARI Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, DAN DARI ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5a) DAN DARI Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.”.

c) Saya berpendapat bahwa ‘7 Roh’ ini menunjuk kepada Roh Kudus, dan karenanya kata ‘roh’ di sini seharusnya dimulai dengan huruf besar.

Tetapi mengapa dikatakan ‘7 Roh’? Ada macam-macam penafsiran:

1. Bilangan 7 tidak menunjukkan bahwa ada 7 Roh Kudus, tetapi melambangkan kesempurnaan. Tetapi tentu saja sebetulnya Roh Kudus hanya satu.

Bdk. 1Kor 12:4,7-11 - “(4) Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. ... (7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya.”.

2. A. T. Robertson: “There is the one Holy Spirit with seven manifestations here to the seven churches” [= Di sana ada satu Roh Kudus dengan tujuh manifestasi di sini kepada tujuh gereja] - hal 286.

Mungkin maksudnya dikatakan 7 roh, karena gerejanya juga 7.

3. Ada yang beranggapan bahwa 7 Roh Allah ini berhubungan dengan Yes 11:2 - “Roh TUHAN(1) ada padanya, roh hikmat(2) dan pengertian(3), roh nasihat(4) dan keperkasaan(5), roh pengenalan(6) dan takut akan TUHAN(7);”.

Tetapi Homer Hailey tidak setuju dengan penafsiran ini dengan alasan: “for there the prophet describes the Spirit of Jehovah in three descriptive couplets, making six characteristics instead of seven (Isa. 11:2).” [= karena di sana nabi itu menggambarkan Roh Yehovah dalam tiga bait / untai yang bersifat menggambarkan, membuat enam ciri / sifat dan bukannya tujuh (Yesaya 11:2).] - hal 99.

Saya setuju dengan Hailey.

Dari 3 penafsiran di atas ini saya setuju dengan yang pertama.

3) “dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.” (Wahyu 1: 5a).

a) Yesus yang adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal, di sini diletakkan di tempat terakhir. Ini bukan sesuatu yang aneh, karena dalam 2Kor 13:13 urut-urutannya juga ‘kacau’. Dan memang dalam ayat-ayat dimana ketiga Pribadi ini muncul, urut-urutannya sering dibolak-balik, mungkin untuk menunjukkan bahwa tak ada satu di antara Mereka yang unggul dari yang lain.

Mat 3:16-17 - “(16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

Matius 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.

1Korintus 12:4-6 - “(4) Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. (5) Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. (6) Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.”.

2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”.

Efesus 4:4-6 - “(4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.”.

1Petrus 1:2 - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”.

Wahyu 1:4-5a - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5a) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.”.

Dalam Wahyu 1:4 ini Yesus diletakkan terakhir mungkin karena dalam ayat-ayat selanjutnya (ay 5b-7) Yohanes terus membahas / membicarakan tentang Yesus.

b) Pernyataan tentang Yesus Kristus ini menggambarkan 3 hal:

1. ‘Saksi yang setia’.

a. Yesus memang datang ke dunia, untuk memberikan kesaksian (Yoh 18:37 bdk. Yoh 3:11 Yoh 3:32-33 Yoh 8:14 1Tim 6:13).

b. Perlu diketahui bahwa ‘saksi’ mensyaratkan orangnya mengetahui / melihat sendiri.

William Barclay: “A witness is essentially a person who speaks from first-hand knowledge. That is why Jesus is God’s witness. He is uniquely the person with first-hand knowledge about God.” [= Seorang saksi adalah seseorang yang berbicara dari pengetahuan langsung. Itu sebabnya Yesus adalah saksi Allah. Ia adalah seseorang yang unik dengan pengetahuan langsung tentang Allah.] - hal 32.

c. Sebutan ‘Saksi yang setia’ untuk Yesus ini penting untuk gereja pada saat itu, yang banyak mengalami penderitaan / penganiayaan karena Pemberitaan Injil yang mereka lakukan (bdk. 2:13 11:3 17:6). Dengan ini mereka bisa meneladani Kristus sehingga tetap menjadi saksi yang setia di tengah-tengah penderitaan / penganiayaan (bdk. 2:10,13). Juga perlu diketahui bahwa kata Yunani untuk ‘saksi’ adalah MARTUS, dan dari sini diturunkan kata ‘martir’. Memang ada hubungan yang erat antara ‘saksi’ dan ‘martir’.

2. ‘yang pertama bangkit dari antara orang mati’.

Ini menunjuk pada kematian dan kebangkitanNya. Sebetulnya yang ditekankan di sini bukan kematianNya tetapi kebangkitanNya (tetapi jelas bahwa kebangkitan mensyaratkan kematian, karena kalau tidak mati bagaimana bisa bangkit?). KebangkitanNya ini ditekankan untuk memberikan penghiburan dan kekuatan bagi orang kristen yang menderita karena Kristus. Sekalipun Kristus mati, tetapi Ia lalu bangkit, dan orang kristen juga akan mengikuti pola itu.

NASB/RSV: ‘the first-born of the dead’ [= Yang sulung / dilahirkan pertama dari orang mati].

NIV: ‘the firstborn from the dead’ [= Yang sulung / dilahirkan pertama dari orang mati].

Kata ‘pertama’ / ‘firstborn’ [= sulung] diterjemahkan dari kata Yunani PROTOTOKOS, yang bisa berarti:

a. Yang dilahirkan pertama / sulung. Yesus memang yang pertama bangkit dengan tubuh kebangkitan. Kita akan menyusul sebagai anak ke 2, ke 3 dst.

b. Orang yang menempati posisi / tempat pertama. Ini karena anak sulung mewarisi kehormatan dan kuasa ayahnya.

3. ‘yang berkuasa atas raja-raja bumi ini’.

NIV/NASB: ‘the ruler of the kings of the earth’ [= pemerintah / penguasa dari raja-raja dunia / bumi].

Ini menunjuk pada keberadaanNya pada saat sudah dimuliakan di sorga / sebelah kanan Allah, dimana Ia berkuasa atas semua raja-raja (bdk. 1Pet 3:22 Wahyu 17:14 Wahyu 19:16).

1Petrus 3:22 - “yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya.”.

Wahyu 17:14 - “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.’”.

Wahyu 19:16 - “Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama, yaitu: ‘Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.’”.

Jadi, pemerintah Romawi yang tadinya mengadili dan menyalibkan Dia, sekarang ada di bawah kekuasaanNya. Ini khususnya memberikan penghiburan bagi orang kristen abad pertama yang menderita penganiayaan dari pemerintah Romawi. Sekalipun kelihatannya Romawi yang berkuasa, tetapi sebetulnya Kristuslah yang berkuasa atas semua (bdk. Maz 2:1-3 & Maz 2:4-9).

Mazmur 2:1-9 - “(1) Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (2) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya: (3) ‘Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!’ (4) Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. (5) Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murkaNya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarahNya: (6) ‘Akulah yang telah melantik rajaKu di Sion, gunungKu yang kudus!’ (7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. (9) Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.’”.

Dulu Yesus menolak ‘cara mudah’ yang ditawarkan oleh setan dalam pencobaan di padang gurun (Mat 4:8-10); Ia memilih ‘cara yang sukar tetapi benar’ untuk mendapatkan semua itu, yaitu melalui kematian, kebangkitan dan kenaikanNya ke surga (bdk. Filipi 2:5-11). Jadi ini memberikan teladan bagi kita untuk tidak mengikuti ‘cara mudah’ yang ditawarkan oleh setan.


Penerapan: Ada banyak ‘cara mudah’ untuk menjadi kaya, seperti menggunakan dukun, pesogen, melakukan korupsi, atau bekerja dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan Alkitab, dsb. Juga ada ‘cara mudah’ untuk berhasil dalam study, seperti menyogok guru, beli soal ujian, nyontek, dsb. Apakah saudara menuruti godaan setan seperti ini?

Dua point yang terakhir berhubungan dengan Mazmur 89:28 - “Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang maha tinggi di antara raja-raja bumi.”. Ini makin mengarah pada arti ke 2 dari kata PROTOTOKOS di atas.
KITAB WAHYU 1:4-8 (1) - 7 BILANGAN DAN KASIH KARUNIA
-bersambung
Next Post Previous Post