2 ARTI KEMERDEKAAN KRISTEN YANG SESUNGGUHNYA

Samuel T. Gunawan, M.Th.

“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Galatia 5:1)
2 ARTI KEMERDEKAAN KRISTEN YANG SESUNGGUHNYA
PENDAHULUAN: 

Di bulan Agustus ini, bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya, yaitu kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Artinya, sejak saat itu Indonesia adalah negara merdeka dan berdaulat, bebas dari penjajahan, perbudakan dan penindasan para penjajah. Kemerdekaan Indonesia dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana negara kita terbebas dari berbagai penjajahan, perbudakan dan penindasan. Sedangkan kedaulatan berarti wewenang untuk mengatur negara tanpa adanya intervensi dan campur tangan pihak lain. 

Patut kita bersyukur kepada Tuhan sebab hingga saat ini, rakyat Indonesia telah menikmati kemerdekaan itu selama 69 tahun. Namun, sangat menyedihkan bahwa banyak orang secara pribadi dan rohani belum mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka masih dijajah oleh “penjajah” yang lain, yaitu perbudakan dosa. Dosa telah mencengkeram manusia dengan kuatnya dan membelenggu manusia sebagai budaknya. Dan, manusia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri.

Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Manusia telah rusak total (total depravity) yang artinya bahwa kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan bahwa secara natur tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). 

Dosa juga mengakibatkan ketidakmampuan total (total inability) yang artinya bahwa seseorang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; dan bahwa tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. 

Memang, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakkan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.

1. DIMERDEKAKAN DARI PERBUDAKAN DOSA

Dosa telah mencengkeram manusia dengan kuatnya dan membelenggu manusia sebagai budaknya. Dan, manusia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Karena itu, kita perlu bertanya “apakah kita telah mengalami kemerdekaan sejati dari perbudakan dosa ini?” Kemerdekaan sejati ini hanya di dapat di dalam Kristus melalui pekerjaan penebusan-Nya yang sudah selesai di kayu salib. Rasul Paulus sangat menekankan bahwa Kristus telah memerdekakan orang percaya dari pengaruh-pengaruh yang bersifat merusak, yang dahulu memperbudak mereka, yaitu dari dosa, si penguasa kejam yang membawa kepada maut (Roma 6:18-23). 

Begitu pentingnya pekerjaan penebusan ini sehingga Perjanjian Baru menggunakan 5 kata yang berbeda untuk mengekspresikannya, yaitu, “kopher” menunjuk kepada jumlah uang yang dibayar untuk menebus orang yang telah kehilangan hak hidup (Keluaran 21:28; 30:12), “agorazo” berarti menebus atau membeli dalam sebuah transaksi (2 Petrus 2:1). “lutron” berarti uang tebusan yang memberi pengertian bahwa kematian Kristus adalah tebusan bagi orang banyak (Markus 10:45), “Rhuomi” berarti membebaskan (Kisah Para Rasul 20:28), dan “polutrisis” berarti pembebasan berdasarkan pembayaran harga tunai dan tuntas. Harga itu ialah kematian Kristus dan dengan darah-Nya (Efesus 1:7).

Selain itu, melalui kematian Kristus di kayu salib, orang Kristen tidak hanya telah dibebaskan dari perbudakan dosa tetapi juga telah dibebaskan dari berbagai perbudakan lainnya, yaitu: 

(1) Pertama, perbudakan hukum Taurat sebagai suatu sistem keselamatan yang membangkitkan dosa dan memberi kekuatan kepadanya (Roma 7:5-13; 8:2; 1 Korintus 15:56); 

(2) Kedua, perbudakan Iblis dan kuasa kegelapan yang jahat (2 Timotius 2:26); 

(3) Ketiga, perbudakan takhayul dan keyakinan kepada Ilah-Ilah (1 Korintus 10:29; Galatia 4:8); 

(4) Keempat, perbudakan beban seremonial agama Yahudi (Galatia 2:4); dan 

(5) Kelima, perbudakan prasangka-prasangka yang dibangun oleh manusia, seperti prasangka rasial, budaya, dan gender (Galatia 3:26-28). 

Kristus telah meruntuhkan penghalang-penghalang yang diciptakan ras, budaya dan gender yaitu antara Yahudi dan non Yahudi, antara hamba dan orang merdeka, antara laki-laki dan perempuan. Terhadap semuanya ini, Paulus menegaskan bahwa orang percaya telah dimerdekakan, dan kemerdekaan tersebut merupakan anugerah Kristus, yang oleh kematian-Nya telah membayar lunas pembebasan umat-Nya dari perhambaan (1 Korintus 6:20; 7:22).

2. DIMERDEKAKAN UNTUK HIDUP BAGI ALLAH DAN MELAKUKAN PERBUATAN-PERBUATAN YANG BAIK

Untuk menerima “anugerah kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus dan percaya kepada-Nya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba kebenaran (Roma 6:18), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang (1 Korintus 9:19-23). 

Saat ini, kita yang telah dimerdekakan oleh Yesus dari dosa dan maut, Iblis dan kuasa kegelapan, serta dari kehidupan yang sia-sia, dimaksudkan agar kita bisa hidup bagi Allah sebagaimana yang rasul Paulus katakan, “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Roma 6:11; Bandingkan Galatia 2:19), dan mengisi kemerdekaan itu dalam suatu kehidupan yang benar, mulia, dan penuh makna (Bandingkan Roma 12:1-2; 1 Korintus 6:11; Efesus 2:8-10). 

Pernyataan klasik tentang keselamatan hanya “karena kasih karunia oleh iman” adalah frase Yunani “tê gar khariti este sesôsmenoi dia tês pisteôs” yang diterjemahkan “Sebab adalah karena kasih karunia kamu telah diselamatkan melalui iman”, langsung diikuti oleh pernyataan ini “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10). 

Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois agathois” diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois” berasal dari kata “agathos” yaitu kata Yunani biasa untuk menerangkan gagasan yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti “baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”. 

Dengan demikian kemerdekaan itu tidak hanya dimengerti secara negatif, yaitu kemerdekaan dari dosa, iblis, dan lain sebagainya, tetapi secara positif harus diisi dan dimaknai dengan sikap dan tindakan yang benar, baik, kudus, dan mulia. Seseorang pernah mengatakan “Real freedom is not only freedom from, but freedom for”, atau “kemerdekaan sejati bukan hanya kemerdekaan dari, tetapi kemerdekaan untuk”. 

Charles R. Swindoll mengatakan, “kemerdekaan adalah kebebasan... kebebasan dari sesuatu dan kebebasan untuk melakukan sesuatu”. Jadi pada intinya kita telah dimerdekakan : 

(1) oleh Kristus dari perbudakan dosa dan berbagai bentuk perbudakan lainnya; 

(2) untuk hidup bagi Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.

ALASAN MENGAPA GAGAL HIDUP BAGI ALLAH

Namun, kenyataannya banyak orang Kristen gagal untuk hidup bagi Allah. Mengapa? Beberapa orang Kristen telah berusaha untuk hidup bagi Allah dengan kekuatan mereka sendiri. Ini mustahil! Sebab kehidupan Kristen tidak hanya sulit untuk dijalani bahkan mustahil dijalani dengan kekuatan kita sendiri. 

Seberapa pun besarnya kemampuan kita untuk hidup bagi Allah dengan mematuhi disiplin rohani, atau mematuhi hukum Taurat, itu tidak akan pernah cukup. Sebagai contoh, tidak lama setelah orang Israel mengatakan kepada Tuhan “Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan’. Lalu Musa pun menyampaikan jawab bangsa itu kepada TUHAN” (Keluaran 19:8), segera setelah itu mereka melanggar perintah pertama dan kedua dari Sepuluh Perintah (Keluaran 20:1-18). Mereka membuat patung anak lembu emas di kaki gunung sinai untuk disembah (Keluaran 32).

Setiap orang pastilah menginginkan sesuatu yang baik dalam hidupnya, tetapi kenyataannya ia justru banyak melakukan yang tidak baik. Beberapa orang menyesali dosanya dan bertekad untuk bertobat dari perbuatan-perbuatan yang salah, tetapi berulang kali mereka gagal untuk keluar dari kesalahannya. Setiap usaha manusia untuk keluar dari dosa dan kesalahannya tidaklah pernah berhasil. Semakin manusia berusaha, pada kenyataannya semakin jatuh dalam dosa. 

Semakin mau hidup suci, semakin berbuat dosa. Artinya, semakin gigih seseorang berusaha menaati perintah Allah dan berusaha hidup bagi-Nya dengan kemampuannya sendiri, mereka tidak akan mampu. Jadi, bagaimanakah caranya supaya kita bisa hidup bagi Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan berkenan kepada-Nya? Ada tiga cara, yaitu : 

(1) Mengizinkan Kristus hidup melalui kita (Galatia 2:19); 

(2) Hidup di dalam kekuatan kasih karunia (2 Korintus 1:12); dan 

(3) Hidup oleh Roh dan hidup dipimpin Roh Kudus (Galatia 5:25).

BAGAIMANAKAH KITA BISA HIDUP BAGI ALLAH?

1. Mengizinkan Kristus Hidup Melalui Kita (Galatia 2:19).

Kebenaran penting yang telah diabaikan oleh banyak orang Kristen adalah pernyataan bahwa “kita hanya bisa hidup bagi Allah apabila kita terlebih dahulu mengizinkan Kristus hidup melalui kita” (Galatia 2:19). 

Karena itu, rahasia kekuatan kehidupan Kristen adalah, “Kristus yang hidup melalui kita!” Bukan kita yang hidup bagi Yesus, tetapi Yesus hidup melalui kita. Rasul Paulus mengatakan, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Galatia 2:20-21; Bandingkan 2 Korintus 4:10-11).

2. Hidup di dalam kekuatan kasih karunia (2 Korintus 1:12).

Ketika kita berfokus terhadap apa yang harus kita lakukan dengan kemampuan kita sendiri, kita menempatkan diri kita di bawah legalisme. Dan ini adalah sebuah kebodohan! Tetapi, ketika kita berfokus pada apa yang Kristus telah lakukan, kita berjalan dalam kekuatan supranatural kasih karunia. Kasih karunia memberitahu kita apa yang sudah Kristus genapkan dan selesai kerjakan di kayu salib bagi kita. 

Perhatikan kecaman Paulus kepada jemaat di Galatia yang ingin kembali kepada legalisme hukum Taurat, “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! 

Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mukjizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?” (Galatia 3:1-5).

Kata Yunani “bodoh” adalah “anoētos” yang berarti “tidak terpelajar; atau tidak berpengertian”. Kata ini digunakan sebanyak 6 kali dalam Perjanjian Baru Yunani (Galatia 3:1,3; bandingkan Lukas 24:25; Roma 1:14; 1 Timotius 6:9; Titus 3:3). 

Kata Yunani “mempesona” adalah “baskainō” yang berarti “menyihir, mempengaruhi, menipu”. Kata ini digunakan hanya 1 kali dalam Perjanjian Baru. Perhatikanlah, bahwa jika dibandingkan dengan jemaat Galatia ada satu jemaat yang paling paling bermasalah, yaitu jemaat di Korintus. Jemaat Korintus ini bermasalah baik secara doktrinal, kurangnya moralitas, hubungan seksual di antara anggota keluarga (insert), hubungan dengan persembahan berhala dan sebagainya. Sekalipun demikian, Paulus tidak pernah menyebut jemaat Korintus ini sebagai “orang-orang yang bodoh”. 

Reaksi Paulus ini menunjukkan bahwa ia begitu tidak senang terhadap legalisme hukum Taurat bagi keselamatan yang diajarkan dalam jemaat di Galatia. Sebab bagi pakar hukum Taurat yang telah diubahkan oleh Kristus ini jelaslah bahwa “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat” (Galatia 2:16)


Karena itu, rasul Paulus melarang orang Kristen menjauh dari kasih karunia Allah dengan menasihati, “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang” (Ibrani12:15), tetapi justru Paulus memerintahkan orang Kristen agar “... jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus” (2 Timotius 2:1; Bandingkan Ibrani 13:9), dan bahwa “... Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah” (Roma 5:2). 

Kasih karunia itu memampukan kita bekerja lebih keras, seperti yang dikatakan Rasul Paulus, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Korintus 15:10). 

Senada dengan Paulus, rasul Petrus memberikan nasehat yang penting dan sangat berharga ketika berkata “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru selamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya” (2 Petrus 3:18). Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “bertumbuhlah” adalah “auksanete”, merupakan bentuk kata kerja aktif imperatif atau kata kerja bentuk perintah. 

Kata “auksanete” ini berasal dari kata “auksano” yang berarti “tumbuh, bertambah, berkembang, dan bertambah besar”. Di sini Petrus menasihati untuk bertumbuh dalam pengertian akan kasih karunia karena makin baik pengertian kita akan kasih karunia, makin baik kita akan menjalani hidup sebagai orang percaya. Cara untuk bertumbuh dalam pengertian akan kasih karunia berarti bertumbuh dalam pengetahuan akan Yesus Kristus, sebab kasih karunia bukanlah suatu konsep yang abstrak, tetapi suatu Pribadi. 

Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “pengenalan” adalah “gnosis” yang berarti “pengetahuan yang sebenarnya”. Dengan demikian, cara kita bertumbuh dalam kasih karunia adalah dengan mengenal Yesus Kristus melalui persekutuan yang akrab dengan Dia, karena makin baik kita mengenal Yesus, makin banyak kita mengalami kasih karunia-Nya.

Kasih karunia ini jugalah yang menjadi rahasia kekuatan Musa pemimpin besar itu! Karena itu, menyadari pentingnya penyertaan Tuhan, Musa berdoa kepada Tuhan, “Berkatalah Musa kepada-Nya: ‘Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” 33:17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau.’ Tetapi jawabnya: ‘Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.’ Tetapi firman-Nya: ‘Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” (Keluaran 33:15-19).

3. Hidup oleh Roh dan hidup dipimpin Roh Kudus (Galatia 5:25).

Ketika rasul Paulus mengatakan “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan”(Galatia 5:2), ia menghubungkannya dengan hidup oleh Roh dan hidup dipimpin oleh Roh (Bandingkan Galatia 5:16,24). Kedua hal ini berbeda.

(1) Hidup oleh Roh disebut sebagai pengalaman lahir baru di mana kita menerima kehidupan baru dari Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Regenerasi merupakan suatu perubahan seketika dan radikal dari kematian rohani menjadi kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. 

Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progresif. Paulus mengatakan, “ telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). 

Di sini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti “tindakan yang seketika atau sekejap”. Regenerasi juga merupakan perubahan yang radikal. Kata Latin “radix” berarti “akar”, sehingga regenerasi merupakan suatu perubahan pada akar natur kita. 

Dengan demikian regenerasi berarti: 

(a) penanaman (pemberian) kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya manusia telah mati secara rohani (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). Manusia yang telah mati secara rohani tidak mungkin dapat bekerja sama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri, karena regenerasi merupakan tindakan Allah dan manusia hanya menerimanya; 

(b) perubahan yang total yaitu perubahan mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yehezkiel 36:26). Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Matius 15:18-19).

(2) Hidup dipimpin oleh Roh disebut juga hidup yang dikendalikan oleh Roh, yaitu dengan terus menerus mengalami “kepenuhan Roh”. Alkitab memerintahkan orang percaya untuk senantiasa “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18). 

Kata “penuh dengan Roh” dalam ayat ini adalah frase Yunani “plérousthe en pneumati” bentuk present imperatif pasif, bukan bentuk aorist (masa lampau). Bentuk kata kerja ini menunjukkan bahwa kita harus terus menerus dipenuhi dengan Roh. Jadi kata ini menunjukkan kontinuitas, yaitu pemenuhan yang berkelanjutan dan bukan sementara. 

Fakta bahwa semua orang Kristen telah hidup oleh Roh tidak berarti mereka selalu berserah penuh kepada Roh Kudus; atau dengan kata lain, tidak semua orang Kristen yang telah dibaptis (satu kali) oleh Roh Kudus itu, penuh dengan Roh Kudus. Karena itulah Rasul Paulus mengatakan “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Galatia 5:24).

Daftar berikut adalah contoh penggunaan kata “penuh dengan Roh Kudus” dalam Alkitab. Kisah Para Rasul 2:4 Mengatakan “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”. Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus, dengan berani berkhotbah di hadapan Mahkamah Agama. “Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: "Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?" Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua”(Kisah Para Rasul 4:7-8). 

Jemaat yang ketakutan, dan terancam penganiayaan, justru berkumpul dan berdoa, “..berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani” (Kisah Para Rasul 4:29-31). 

Stefanus mengadakan pembelaan yang berani di hadapan Mahkamah Agama dan “Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah Para Rasul 7:54-56).

Tuhan Yesus mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan ke atas Saulus, “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 9:17). 

Konfrontasi Paulus dengan Elimas, seorang tukang sihir yang “menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya. Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia, dan berkata: ‘Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu?” (Kisah Para Rasul 13:8-10).

Di luar Kitab Kisah Para Rasul kita menemukan satu keluarga yang penuh dengan Roh Kudus, yaitu Zakharia, Elisabet dan Yohanes: “Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat..”(Lukas 1:67); “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus” (Lukas 1:41); “Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya (Lukas 1:15). 

Yesus Kristus “penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun” (Lukas 4:1). Dalam setiap bagian ayat-ayat di atas dengan jalas mencantumkan kata-kata “penuh dengan Roh Kudus”. Hal ini membuktikan bagaimana Roh Kudus mendominasi kehidupan rasul-rasul, murid-murid dan jemaat mula-mula. 

Kepenuhan Roh adalah sumber dari segala kuasa, mukjizat, tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban yang membuat gereja mula-mula diberkati dan berpengaruh. Hal ini menegaskan kepada kita pentingnya kata-kata Rasul Paulus “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18).

PENUTUP: 

Ringkasnya, rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita” (Galatia 5:1). Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang diperoleh di dalam Kristus dan melalui karya-karya-Nya. Kemerdekaan ini tidak hanya bertujuan melepaskan kita dari belenggu perbudakan dosa dan berbagai perbudakan lainnya tetapi juga agar kita melaksanakan tujuan dan maksud Allah menciptakan kita. 

Kita hidup bagi Allah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik dan mulia. Bagaimanakah kita melakukan? Dengan cara (1) mengizinkan Kristus hidup melalui kita; (2) hidup di dalam kasih karunia; dan (3) hidup dipimpin oleh Roh Kudus. 

REFERENSI: 

Davids, Peter H., 2000. Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Baru. Terjemahan, Diterbitkan Departemen Literatur SAAT: Malang.

Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 2 Jilid. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.

Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.

Gunawan, Samuel., 2014. Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini. Penerbit Bintang Fajar Ministries: Palangka Raya.

Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Cetakan 11, Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.

Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, 2 & 3, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Gutrie, Donald., 2009. Pengantar Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.

Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Murray, John., 1999. Penggenapan dan Penerapan Penebusan. Terjemahan Penerbit Momentum : Jakarta.

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 1. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Prince, Derek., 2005. Iman Yang Olehnya Kita Hidup. Terjemahan, Penerbit Derek Princ Ministries Indonesia: Jakarta.

Ridderbos, Herman., 2004. Paul: An Outline of His Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Ryken, Leland, James C. Wilhoit, Tremper Longman III, editor., 2002. Kamus Gambaran Alkitab.Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Scahnabal, Echhard J., 2010. Rasul Paulus Sang Misionaris: Perjalanan, Stategi dan Metode Misi Rasul Paulus. Terj, Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Swindoll, Charles R., 1999. The Grace Awakening. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.

Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Next Post Previous Post