KELUARAN 23:8 (SUAP MENURUT PANDANGAN ALKITAB)
Pdt.Samuel T.Gunawan.
Keluaran 23:8 “Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar”
PENDAHULUAN:
Suap adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan pihak tertentu melalui cara-cara yang tidak benar untuk mencapai tujuan-tujuan yang dianggap lebih menguntungkan atau memudahkan. Suap sifatnya selalu “menguntungkan’ pihak tertentu tetapi merugikan kepentingan orang lain. Suap disebut dengan istilah “sogok” atau “uang pelicin”. Namun, suap tidak terbatas hanya pada uang, tetapi dapat berbentuk mobil, tanah, perhiasan, rumah, seks, makanan dan minuman, emas, batu mulia, saham, dan lain sebagainya.
Suap telah menjadi masalah yang serius dan kompleks. Suap berakar dan bercabang di seluruh masyarakat, baik di organisasi yang berorientasi keagamaan maupun sekuler. Dalam arti luas, suap mencakup praktek penyalahgunaan kekuasaan dan pengaruh. Sungguh memprihatinkan bahwa suap juga terjadi di masyarakat yang religius, hal ini terjadi karena ajaran agama yang keliru dihayati.
Suap adalah “penyakit” yang ditimbulkan oleh pemisahan ajaran agama dari perilaku keseharian manusia. Memang, suap bisa saja dilakukan semua orang, baik yang beragama maupun yang tidak beragama, tetapi ajaran-ajaran agama dengan jelas mengajarkan moralitas yang baik, dengan jelas pula mengharamkan praktek-praktek suap dan sejenisnya.
PENJELASAN NAS RENUNGAN suap menurut pandangan Alkitab
Allah Menentang Suap
Ayat bacaan Keluaran 23:8 dengan tegas melarang praktek suap dan menggarisbawahi dua akibat dari suap, yaitu “membuat buta mata orang-orang yang melihat” dan “memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar”. Tampaknya, larangan mempraktekkan suap merupakan tema penting dalam Alkitab.
Secara etis teologis Allah mengingatkan dan memberikan peringatan bahwa sikap suap akan merusa tatatan moral yang baik dalam masyarakat. Misalnya Ulangan 16:19 menyatakan “Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar”.
Allah tidak hanya melarang tetapi Alkitab menujukkan bahwa Allah itu anti suap, sebagaimana yang dinyatakan dalam Ulangan 10:17, “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap”.
Dan, Allah akan menghukum orang yang melakukan suap (Ayub 15:34b).
Mengapa Orang Melakukan Suap?
Jika Allah begitu melarang praktek suap, lalu apa yang menyebabkan orang melakukan suap? Setidaknya ada dua alasan yang dapat diamati, yaitu: Pertama keinginan untuk menjadi kaya dan memperoleh keuntungan yang besar dalam sekejap. Inilah yang pernah terjadi di Israel, dimana Yoel dan Abia, anak-anak Samuel, “.. tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan” (1 Samuel 8:3).
Banyak orang ingin cepat kaya dan memiliki banyak harta benda, seperti rumah besar, mobil, dan perabot, serta pakaian mewah, dan lain sebagainya. Keinginan ini mendorong mereka untuk melakukan praktek suap; Kedua, kebiasaan atau gaya hidup yang salah dalam sebuah masyarakat. Hal ini dapat disebut sebagai “budaya suap”. Seseorang yang sejak lahir, balita, remaja dan dewasa bertumbuh dalam situasi masyarakt yang mempraktekkan suap sebagai hal yang biasa tidak lagi merasa bahwa suap adalah sesuatu yang tidak benar. Dengan kata lain, suap tidaklah suatu dosa. (Bandingkan: Mikha 3:11; 7:3).
Paulus menyingkapkan bahwa “cinta uang” adalah motivasi dibalik keinginan untuk menjadi kaya dengan menghahalkan segala cara, termasuk melalui praktek suap. Paulus mengingatkan, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang (φιλαργυρια - philarguria). Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Timotius 6:9-10).
Istilah kaya dalam bahasa Yunani adalah “plousios” yang berarti “kaya akan harta atau materi”, merupakan lawan dari kata Yunani “ptookhis” yang berarti “meminta-minta, mengemis atau miskin secara materi”. Keinginan untuk menjadi kaya telah menyebabkan banyak orang terjatuh ke dalam pencobaan dan jerat, bahkan kebinasaan (bandingkan 1 Timotius 6:9).
Paulus mengatakan bahwa beberapa orang karena memburu uang “apeplanêthêsan apo tês pisteôs (telah disesatkan dari ajaran yang benar yang diimani)”. Segala cara dihalalkan untuk mendapatkan uang dan atau meraup keuntungan besar, termasuk dengan cara menipu. Motivasi dibalik keinginan untuk menjadi kaya dengan melegalkan segala secara ini adalah “cinta uang”, yang oleh Paulus disebut sebagai “riza gar pantôn tôn kakôn ( akar dari segala yang jahat)”.
Kata Yunani “cinta uang” adalah “φιλαργυρια-philarguria” yang berasal dari kata “φιλαργυρος-philarguros”. Kata “philarguros” ini merupakan gabungan dari kata Yunani “φιλος-philos”, yang berarti “teman yang dikasihi atau sahabat”, dan “αργυρος-arguros” yang berarti “perak atau uang”. Kata “hamba uang” ini juga digunakan dalam Lukas 16:14 dan 2 Timotius 3:2 yaitu “philarguroi” yang lebih tepat diterjemahkan dengan “yang mencintai uang”.
Allah memang menginginkan kita hidup dalam berkatNya, tetapi bukan keinginan untuk menjadi kaya dengan melegalkan segala secara. Ia benar-benar menginginkan kehidupan kita berhasil menurut kehendakNya (Yosua 1:8).
Setidaknya ada dua hal yang menyakinkan kita bahwa Tuhan menginginkan hidup kita diberkati dan berhasil, yaitu:
Pertama, Tuhan memberikan kekuatan untuk berhasil. Tuhan tidak memberikan kita harta, tetapi kekuatan untuk memperoleh harta kekayaan, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini” (Ulangan 8:18).
Paulus mengingatkan bahwa “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Korintus 8:9).
Kedua, Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
Bagimana sikap Orang Kristen dalam menghadapi Suap
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan persoalan suap ini, yaitu:
(1) Orang Kristen harus memiliki prinsip iman.
Seseorang yang hidup dalam Tuhan tidak akan melakukan dan menerima suap, karena ia berkeyakinan bahwa sumber berkatNya adalah Tuhan (Yesaya 45:6-7; Ulangan 8:18);
(2) Orang Kristen harus takut kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan memberi keberanian pada kita untuk menolak ebiasaan manusia yang salah. Takut akan Tuhan ini selalu ditempatkan pada urutan pertama dalam Alkitab. Sebetulnya, ada lebih dari 300 contoh penggunaan kata takut akan Tuhan ini dalam Alkitab. Berikut ini dua diantaranya : 1 Samuel 12:14; Mazmur 34:10.
BACA JUGA: PENGAKUAN IMAN RASULI
Takut akan Tuhan ini berasal dari kata Ibrani Yira dan Pakhat; serta kata Yunani fabos mengandung pengertian yaitu : hormat, gentar, kagum pada Allah, dan kasih yang dalam pada Allah yang membawa pada ketaatan dan pengabdian kepadaNya. Dalam Mazmur pasal 112 dan 128 kita menemukan kata ”berbahagialah” yang dalam bahasa asli Alkitab dan bahasa Inggris adalah ”diberkatilah”.
Di dalam kedua pasal tersebut ada berkat yang luar biasa bagi seorang yang takut akan Tuhan, dan berkat itu akan diwariskan juga kepada anak dan cucu mereka; (3) Orang Kristen harus percaya bahwa Tuhan menyediakan dan mencukupi segala kebutuhannya (Filipi 4:19; Mazmur 23:1)
PENUTUP:
Keadaan yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa praktek suap sepertinya sudah biasa dan tampaknya mereka yang mempraktekan suap tidak dihukum tetapi justru sepertinya aman dan semakin kaya saja. Jawaban saya mengenai hal ini jelas berdasarkan Mazmur 37, yaitu: Tetaplah percaya kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik (Ayat 3-6); Jangan iri hati kepada orang yang berhasil tetapi melakukan kejahatan (ayat 1,7,8); Orang-orang yang melakukan kejahatan cepat atau lambat akan dihukum (ayat 2, 9-11).
Ringkasnya, karena Tuhan tidak dapat disuap (Ulangan 10:17) dan Ia melarang suap (Keluaran 23:8; Ulangan 16:19), maka Ia tidak akan tinggal diam ketika orang-rang melakukan praktek suap. Karena itu, orang yang menyuap : (1) tidak akan pernah menikmatinya dengan aman; (2) cepat atau lambat ia akan dihukum Tuhan.
REFERENSI: SUAP MENURUT PANDANGAN ALKITAB
Bertens, K., 2013. Etika. Edisi Revisi. Penerbit Kanasius: Yogyakarta
Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Chamblin, J. Knox., 2006. Paul and The Self: Apostolic Teaching For Personal Wholeness.Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Ezra, Yakoep., 2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Douglas, J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terj, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus., 2005. Staying Sane in a Crazy World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Littaeur, Florence & Rose Sweet., 2013. Personality Plus at Work. Terjemahan, penerbit ANDI: Yokyakarta.
Meyer, Paul. J., 2007. 24 Kunci Sukses. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, penerbit Literatur SAAT : Malang.
Tomatala, Yakob., 2003. Pemimpin Yang Handal: Pengembangan Sumber Daya Manusia Kristen Menjadi Pemimpin Yang Kompeten. Penerbit YT Leadership Foundation: Jakarta.
Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Terjemahan, penerbit ANDI: Yokyakarta.