PENGAKUAN IMAN RASULI - Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong. 

12 PENGAKUAN IMAN RASULI. 

1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. 2. Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita. 3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria. 4. Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. 5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati. 6. Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa. 7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 8. Aku percaya kepada Roh Kudus. 9. Gereja yang Kudus dan Am, Persekutuan Orang Kudus 10. Pengampunan Dosa. 11. Kebangkitan Tubuh. 12. dan Hidup Yang Kekal. Amin. 
PENGAKUAN IMAN RASULI - Pdt. Dr. Stephen Tong
otomotif, bisnis
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 1: Butir Pertama (1)

Pengakuan Iman Rasuli (PIR) merupakan dokumen pertama yang mengubah seluruh konsep alam semesta yang pernah dipikirkan manusia. Sebelum adanya PIR, pemikiran filsafat Yunani memonopoli studi alam semesta dan menjadi pikiran terpenting. Kebudayaan Tiongkok dan India menjelaskan alam semesta secara kabur dan tidak jelas. Sementara orang Yunani berpendapat bahwa manusia dapat menyelidiki alam semesta dengan pikirannya sendiri. Maka, mereka mulai melihat lebih dahulu daripada bangsa lain dalam hal mengetahui bintang-bintang yang ada di angkasa. Lalu Yunani menaruh bintang menjadi objek studi yang diasumsi, diamati, dan dicatat. Diamati dengan mata telanjang karena masih belum ada teleskop. Sampai hari ini dalam bangsa besar dan kebudayaan penting ada alat astronomi. Di Nanjing (Tiongkok) masih ada alat astronomi yang sangat rumit yang dibuat sekitar 650 tahun lalu di awal Dinasti Ming, Dinasti Sung, dan sebagainya. 

Kali ini saya ingin menekankan apa hubungan alam semesta dengan manusia, di mana manusia menjadi subjeknya dan alam semesta ini menjadi objek penyelidikannya. Manusia menyelidiki alam semesta, tetapi alam semesta menjadi tidak penting dan manusia itu yang menjadi penting. Dalam pemikiran seperti ini, diharapkan manusia bisa menguasai, atau paling tidak, mengerti alam semesta. Manusia ingin mengerti dan menguasai langit, bumi, alam, tumbuhan, hewan, dan semua makhluk lain. Memang manusia diciptakan lebih tinggi dari segala ciptaan dan manusia diciptakan paling mirip dengan Allah.

Ketika muncul PIR, terjadilah penerobosan besar. Yunani melihat alam semesta sebagai sistem tertutup (closed system). Dalam sistem tertutup, manusia adalah yang tertinggi dan menguasai alam semesta sebagai tuan di atasnya. Alam semesta sebagai lingkungan di mana kita ada dan menjelajah. Maka, sejak zaman pra-Sokrates hingga Aristoteles, penyelidikan alam semesta menjadi salah satu cabang filsafat terpenting, yang disebut kosmologi.

Jika Anda melihat lukisan besar, The School of Athens, karya Raphael, akan terlihat puluhan filsuf yang pada pusatnya hanya ada dua orang, yaitu Plato dan Aristoteles. Satu tangan Plato memegang buku dan tangan satunya menunjuk ke langit; satu tangan Aristoteles juga memegang buku dan tangan lainnya menunjuk ke bawah. Di sini mau diungkapkan bagaimana Plato menginterpretasi alam semesta berbeda dari Aristoteles. Plato mementingkan idealisme dan dunia kosmologi, maka ia memegang buku Timaeus (berarti menyelidiki alam semesta) dengan tangan menunjuk ke atas menyatakan ia mempelajari kosmologi. Raphael menggunakan Leonardo da Vinci sebagai model Plato. Plato mendirikan sekolah tinggi bernama Akademia, yang memiliki ratusan murid. Tetapi ada satu muridnya yang istimewa dari Makedonia, yaitu Aristoteles. Akhirnya Plato menyimpulkan, “Akademia terdiri dari dua unsur, yaitu badan semua murid dan otak dari seorang genius yang namanya Aristoteles.” Ini adalah kalimat besar dan terbukti karena Aristoteles seumur hidup menulis lebih dari seribu buku dalam berbagai bidang yang berbeda. Tiap buku yang bersifat otoritatif dan memiliki nilai yang sangat tinggi di zamannya. Ia menulis buku Meteorology yang membicarakan tentang berbagai bintang, buku Geology tentang lapisan-lapisan bumi, dan buku Movement of Animals tentang binatang dan geraknya. Buku-buku ini disimpan oleh muridnya di perpustakaan terbesar di dunia dan terpenting, yakni perpustakaan di Alexandria (Mesir, Afrika).

Ada yang mengatakan bahwa Sokrates, Plato, dan Aristoteles sudah memikirkan semua yang pernah dipikirkan manusia dari zaman ke zaman. Jadi, dari Adam sampai sekarang, semua yang pernah dipikirkan manusia, tidak ada satu pun yang tidak pernah tidak dipikirkan oleh tiga orang besar ini. Memang, Yunani sejak 2.500 tahun lalu telah menghasilkan tiga genius dari tiga generasi: guru, murid, dan cucu murid. Sebelum mereka memikirkan tentang alam semesta, buku yang ada cuma berkisar dua tema: On Principles dan On Nature. Semua orang yang berani menulis dua tema ini dipandang sebagai orang yang memiliki intelektualitas tinggi. On Nature tentang alam; On Principlestentang prinsip, yaitu memakai prinsip apa kita studi tentang alam dan mengajar, menyalurkan pengetahuan kepada dunia tentang alam.

Perkataan Sokrates yang revolusioner, “Yunani mau tahu apa pun, gunung, laut, padang, gurun, rimba, tanah, dan pulau, tetapi tidak mau tahu tentang diri sendiri. Apa gunanya?” Kalimat ini menggugah seluruh bangsa, bahwa mereka harus mempelajari diri sendiri. Belajar gnothi seauton (Yun.) artinya: know yourself. Pasca Sokrates, filsafat tidak berhenti di kosmologi, mulai menelusuri antropologi, etika, interpersonal relationship, metode masyarakat, maka pengetahuan bukan hanya yang di luar diri tetapi juga ke manusia sendiri.

Ketika PIR muncul, ia pertama kali langsung menerobos, sehingga manusia bukan menjadi subjek yang menyelidiki objek, yaitu alam semesta, tetapi mengaku bahwa di antara kita ada suatu kekuatan, rahasia, metode, prinsip, wahyu, hikmat dari atas kita, dan kita mengetahui pemiliknya bukan kita, tetapi Tuhan. Maka, selain dunia yang kita lihat, kita harus menemukan suatu penyebab di luar alam semesta, yang lebih tinggi daripada diri kita, sehingga dari situ kita mengerti dan memberikan hikmat pada kita. Hikmat itu membuat kita mengerti bagaimana mengetahui dan menyelidiki alam semesta.

PIR menjadi suatu terobosan besar di mana mitologi Tionghoa dan India masih kacau dalam menjelaskan tentang alam semesta. Orang India mengerti alam semesta sebagai suatu dataran besar di mana ada empat gajah yang menopang empat sudutnya, sehingga bumi yang rata ini bisa berdiri. Jika gajah itu bergoyang, terjadilah gempa bumi. Orang Tionghoa mengerti alam semesta berasal dari Pan-gu, seorang tua yang ada di dalam suatu telur. Telur itu membungkusnya, lalu memakai palu mengetuk ke atas, sehingga kulit telur itu makin besar dan makin tinggi. Akhirnya kulit yang di atas menjadi langit dan kulit yang di bawah menjadi bumi. Pemikiran seperti ini sama sekali tidak memiliki bukti dan dukungan ilmiah. Inilah cara dunia Timur mengerti alam semesta.

Sekitar tahun 585 SM, Thales, orang pertama di dunia filsafat Gerika berani mengatakan, “Pada tanggal 28 Mei 585, kalian tidak akan melihat matahari.” Orang-orang menertawakan, menyindir, dan menghina dia. Tetapi tepat pada hari itu, apa yang dikatakannya terjadi. Mereka terkejut dan bingung bagaimana Thales tahu hal itu. Ternyata Thales sudah berhasil menghitung gerakan matahari, bumi, dan bulan, sehingga bisa menduga terjadinya gerhana. Maka, gerhana sudah diketahui oleh manusia sejak kira-kira 500 tahun sebelum Yesus lahir. Tetapi ini adalah suatu pengertian, penelitian, dan penyelidikan dengan sistem tertutup.

Sampai di zaman Isaac Newton, ia masih menggunakan sistem tertutup untuk mengerti alam semesta. Barulah di abad ke-20 ada seorang filsuf, Thomas Kuhn, berkata, “Kita perlu paradigm shift, hingga ada metode dan konsep baru yang berbeda. Konsep dan paradigma yang berubah memerlukan sistem terbuka. Suatu sistem terbuka menyebabkan kita mengerti segala sesuatu dan tidak lagi diikat. Orang yang diikat oleh konsep Arminian tidak mungkin mengerti Alkitab; orang yang diikat oleh konsep komunisme tidak mungkin mengerti demokrasi; orang yang diikat oleh konsep feodalisme tidak mungkin mengerti dunia modern; orang yang diikat oleh pikiran Islam tidak mungkin mengerti Allah Tritunggal.

Sistem tertutup mengikat dan mematikan pikiran dan pengertian manusia, sehingga manusia menjadi budak dari sistem tertutup seumur hidupnya. Ketika masih muda, saya terus memikirkan gereja seharusnya bagaimana. Akhirnya saya mengetahui sebenarnya apa yang diajarkan Alkitab tidak sama dengan apa yang kita terima dari para pendeta tua. Untuk berani menerobos yang sudah terbiasa selama ini, perlu suatu paradigma kebebasan. Ketika saya mempelajari dan menyelidikinya, saya sangat terkejut. Sistem terbuka pertama bukan dari Thomas Kuhn, tetapi dari PIR.

Dengan butir pertama: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.” Dalam butir ini kita melihat terbukanya suatu sistem baru untuk manusia yang melampaui pemikiran Yunani. Orang Yunani berkata setelah melihat alam semesta, tidak ada yang lebih lagi dari itu. Tetapi saat orang Kristen melihat alam semesta, melihat ada Allah di atas yang menjadi Bapaku: Ialah Sang Pencipta, Sang Allah Bapa, yang memberikan hidup baru padaku, maka aku disebut anak-Nya. Jika dibandingkan dengan mitologi Tiongkok (Pan-gu) dan mitologi India (empat gajah), kita segera melihat dan perlu memaklumi bahwa mereka tidak memiliki wahyu Tuhan. Mereka bahkan tidak mengerti bahwa bumi ini bulat. Setelah Magellan mengitari bumi satu kali, atau ketika Columbus menemukan benua Amerika, barulah manusia mengetahui bahwa bumi ini bulat. Setelah Vasco da Gama, Columbus, dan Magellan, barulah orang percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Copernicus benar adanya. Bahkan kemudian Copernicus memberitahukan kita bahwa bumi yang mengitari matahari, bukan matahari yang mengitari bumi. Namun, semua ini baru bisa dimengerti setelah orang menerima dan mengerti Alkitab, mengerti Sang Pencipta sebagai unsur paradigma yang baru, unsur sistem terbuka yang dimungkinkan, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.”

Butir pertama ini berkata tentang Allah. Butir kedua dan ketiga berbicara tentang adanya batas antara yang dicipta (yang pasif) dan yang mencipta (yang aktif). Jika tidak ada inisiatif dari pencipta, maka tidak ada objek ciptaan yang jadi. Jika Allah tidak merencanakan dan memiliki tujuan dalam menciptakan segala sesuatu yang kemudian dilaksanakan dalam aktivitas penciptaan dan menerjunkan diri di dalam karya ciptaan-Nya, maka tidak ada sesuatu pun yang jadi. Segala sesuatu bisa ada karena Tuhan yang mengadakan, dari yang tidak ada menjadi ada. Ini semua seturut dengan rencana pertama Allah, yaitu penciptaan.

“Aku percaya kepada Allah” adalah satu pernyataan yang besar sekali. Dengan kalimat ini kita membagi manusia menjadi dua kelompok, yaitu: theis dan atheis. Atheis percaya tidak ada Allah, sementara theis percaya ada Allah. Ada yang berkata ada Allah di luar diri manusia, dan ada yang mengatakan tidak ada. Tetapi sebenarnya, Allah tidak mungkin menjadi ada karena kita percaya Dia ada, atau sebaliknya menjadi tidak ada karena manusia tidak percaya Dia ada. Jika tidak demikian halnya, maka kita memiliki subjek iman yang menjadi penentu untuk segala tujuan dan kekakuan menuju objek iman. Manusia dengan subjektivitasnya menyebabkan ia hanya dapat mengubah diri, tidak bisa mengubah fakta yang ada di luar dirinya. Allah bukan hasil proses menjadi. Ia tidak menjadi ada atau menjadi tidak ada. Istilah “menjadi” tidak tepat dan tidak layak dikenakan pada diri Allah yang kekal. Allah tidak mungkin “menjadi” ada, dan tidak ada unsur apa pun yang bisa menjadikan Ia ada. Allah ada pada diri-Nya sendiri, tanpa perlu penyebab.

Allah adalah yang ada pada diri-Nya sendiri, yang konsisten tidak berubah, kekal, tidak mengalami perubahan, tidak mengalami proses, dan tidak membutuhkan penyebab. Maka konsep “percaya kepada Allah” ditanamkan oleh Allah ke dalam diri manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah. Dengan demikian, setiap manusia tidak mungkin tidak memiliki konsep Allah di dalam dirinya. Semua orang mengetahui dan percaya ada Allah, karena Allah telah menanamkan konsep keberadaan diri-Nya di dalam manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah sendiri. Tetapi jika seseorang memiliki kepercayaan terhadap Allah kurang benar, bukan Allah yang kurang benar, tetapi mata, pandangan, pemikiran, dan konsep orang itu yang telah mengalami distorsi.

Misalnya, sebuah pena jika saya taruh di dalam gelas berisi air, maka seolah-olah pena tersebut bengkok. Tetapi pena itu sebenarnya tidak bengkok. Yang membuat pena itu terlihat bengkok adalah mata dan pikiran kita. Memang terlihat mata kita baik, tetapi pandangan mata kita tidak tahu bahwa ketika pena itu melewati air, mengalami pembiasan sehingga kita melihat pena itu bengkok. RenĂ© Descartes, seorang filsuf Prancis mengatakan, “Dalam hal seperti ini terbukti ada distorsi yang dikerjakan setan.” Ini pertama kali di dalam sejarah filsafat, seorang filsuf memakai istilah “setan” untuk menjelaskan fenomena yang kita rasa tidak benar. Ia berkata tentang istilah di dalam ide yang disebut “clearness of idea”. Ide yang jelas di pikiran kita sering menjadi tidak jelas dalam fakta, maka kita bisa salah melihat fakta. Fenomena dan realitas selalu ada jarak, sehingga kita ditipu oleh fenomena (gejala yang kita lihat) dan tidak mengetahui dengan sesungguhnya realitas yang asli, tepat, akurat, dan yang tidak salah.

Pada saat engkau pergi ke sebuah desa yang belum pernah tersentuh pendidikan, lalu engkau bertanya: dunia mengelilingi matahari atau matahari mengelilingi bumi? Mereka akan menjawab matahari mengelilingi bumi. Orang yang tidak mengerti, akan mempertahankan sistem tertutup, lalu mencela dan memaki-maki orang yang mengerti dengan menggunakan sistem terbuka. Di sini kita melihat ada jarak antara fenomena dan realitas. Orang yang tidak mengerti selalu tertipu oleh fenomena.

Dengan pemikiran di atas saya membawa Anda memikirkan PIR:“Aku percaya kepada Allah.” Ada tiga macam orang, a) theis (aku percaya Allah dan Ia ada); b) agnostik (aku tidak percaya Allah, tidak peduli Ia ada atau tidak); dan c) atheis (aku percaya tidak ada Allah). Yang pertama, salah satunya adalah orang Kristen, percaya Allah dengan satu iman di dalam saya tentang Allah di luar saya. Orang kedua berkata, saya tidak percaya Allah, atau tepatnya tidak peduli Dia ada atau tidak, pokoknya aku tidak percaya. Ini adalah orang agnostik, karena ia beranggapan Allah tidak mungkin diketahui manusia, sehingga tidak mungkin berelasi dengan Allah. Orang ketiga berkata, saya tidak percaya ada Allah. Ini orang atheis.

Selain ketiga macam orang ini, masih ada yang disebut pantheis, yang percaya Allah ada di alam. Seluruh alam jika digabungkan, totalitas itu disebut Allah. Alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Salah seorang pantheis terkenal di dalam sejarah adalah Benedict Spinoza, seorang Yahudi yang tinggal di Amsterdam, Belanda. Ia seorang pantheis, tidak percaya ada Yehovah yang menciptakan langit dan bumi, akhirnya ia dikucilkan dari sinagoge Yahudi. Saat dikucilkan, dalam upacara ekskomunikasi dengan memasang dua belas lilin yang mewakili setiap suku Israel, maka setiap lilin ditiup sambil orang berteriak, “Terkutuklah engkau. Engkau tidak mendapat bagian dalam suku Simeon.” Setelah semua lilin ditiup, pintu dibuka dan ia diusir keluar. Sejak saat itu, Spinoza di Amsterdam sampai mati, tidak seorang Yahudi pun boleh menyapanya. Ia tidak menikah dan menjadi seorang penggosok lensa optik. Tidak ada lagi orang Yahudi yang memesan lensa kepadanya. Ia hanya mendapat uang dan pekerjaan dari orang Belanda, sehingga sisa sedikit orang yang mengenal dia. Ia sering kelaparan, tidak cukup makan, susah sampai mati sebatang kara. Orang Yahudi percaya pada Allah, tetapi sampai pada butir kedua, “Aku percaya pada Yesus Kristus,” orang Yahudi sudah tidak mau percaya.

Menurut legenda, ketika dua belas rasul terakhir kali berkumpul di Yerusalem, sebelum pergi ke seluruh dunia menginjili, mereka menetapkan apa yang akan dikabarkan, apa yang harus dipercaya oleh orang Kristen di seluruh dunia dan segala bangsa. Pada saat itu, kedua belas rasul masing-masing memberi sumbangsih satu per satu, lalu dikumpulkan, diselidiki, disetujui, dan sepakat menjadi dokumen untuk seluruh dunia. Setelah mereka pergi, tidak satu pun yang kembali lagi, karena semua mati martir, kecuali Yohanes, rasul yang termuda. Pada saat itu, menjadi orang Kristen berbahaya, didiskriminasi, dianiaya, dibunuh. Sekarang di Indonesia menjadi orang Kristen terlalu mudah, enak, bebas, dan istimewa. Ketika engkau menikmati hak kebebasan sebagai Kristen, hendaklah engkau mengaku: pertama, Aku percaya pada Allah. Ia ialah Bapa yang Mahakuasa, Ia Pencipta langit dan bumi. 

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 2: Butir Pertama (2)

Saya berharap saya boleh mewariskan pemikiran tentang tiga hal yang penting bagi iman kita, tindakan kita, dan apa yang harus kita doakan di hadapan Allah, yaitu Sepuluh Hukum, Doa Bapa Kami, dan Pengakuan Iman Rasuli.

Kalimat pertama Pengakuan Iman Rasuli (PIR) ini: Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Di seluruh dunia dan agama, tidak ada doktrin yang disimpulkan dalam tiga kalimat pendek, terkesan sederhana, tetapi sudah mencakup hal-hal yang paling penting secara komprehensif di dalam iman kekristenan. Kita tidak menemukan di dalam agama-agama, manusia menyebut dan mengakui Allah di sorga sebagai Bapa, sebagai Pencipta, dan sebagai Allah yang Mahakuasa. Tiga kalimat ini bukan kesimpulan dari theolog-theolog genius, tetapi diturunkan oleh para rasul yang diutus oleh Tuhan Yesus sendiri. 

Gereja harus memelihara ajaran yang diturunkan dari para nabi Perjanjian Lama dan rasul Perjanjian Baru. Dari Perjanjian Baru kita mengerti Perjanjian Lama, karena Perjanjian Lama mengandung Perjanjian Baru, dan Perjanjian Baru menggenapi Perjanjian Lama. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu keutuhan yang terdiri dari dua bagian. Inilah wahyu Allah melalui pekerjaan Roh Kudus menggerakkan para nabi dan rasul.

Setelah itu, Tuhan Yesus Kristus sendiri turun ke dunia, menjelma menjadi tubuh yang berdaging dan berdarah seperti engkau dan saya. Yesus adalah Allah menjadi manusia; Yesus adalah Sang Pencipta yang berbalut tubuh yang dicipta, menjadi manusia hidup di tengah engkau dan saya, untuk menjadi Juruselamat dan Perantara antara kita dan Bapa. Dia juga menjadi Wakil Allah, sehingga hanya Yesuslah di sepanjang sejarah umat manusia yang berani dan boleh mengatakan, “Barang siapa melihat Aku, dia melihat Allah.”

Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Ia mengatakan, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, Aku mengutus engkau.” Yesus menerima mandat dari Allah, dan kini Ia memberikan mandat kepada para rasul untuk menjadi wakil Kristus, sebagaimana Kristus menjadi Wakil Tuhan Allah. Rasul (Yun. apostolos) artinya utusan. Apostolos terbesar adalah Kristus. Raja terbesar di atas semua raja adalah Kristus; Nabi di atas semua nabi adalah Kristus; Imam di atas semua imam adalah Kristus. Kristus mewakili Tuhan Allah mengutus rasul, sehingga para rasul menjadi wakil Kristus yang mewakili Allah untuk segala zaman memberikan kepada kita firman. Perjanjian Lama diwahyukan kepada para nabi dan Perjanjian Baru diberikan kepada para rasul. Rasul dan nabi menjadi fondasi gereja.

Di dalam Efesus 2:19-20 dan 4:11 tertulis Gereja didirikan di atas rasul dan nabi. Urutan ini sengaja dibalik di dalam Perjanjian Baru (1Korintus 12:28; Efesus 2:20, 3:5, 4:11). Penyusunan ini sengaja melawan urutan kronologis. Tujuannya menegaskan kepada orang Kristen segala zaman bahwa tulisan rasul merupakan kunci untuk mengerti tulisan nabi. Engkau tidak mungkin mengerti pengajaran para nabi secara benar tanpa mengerti pengajaran para rasul. Perjanjian Baru merupakan kunci mengerti Perjanjian Lama. Maka, gereja harus menerima Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Gereja yang tidak menerima otoritas Alkitab bukanlah gereja. Itu sebabnya, Pengakuan Iman Rasuli menjadi pengakuan gereja, yang membuktikan kita milik Tuhan.

Banyak gereja saat ini tidak menyatakan PIR lagi. Mereka meremehkan tugas gereja ini. GRII tidak boleh tidak membacakan pengakuan iman ini, untuk menyatakan bahwa kita adalah orang yang menganut, percaya, dan beriman kepada Tuhan melalui doktrin-doktrin yang tertulis di dalam PIR. PIR berarti pengakuan terhadap iman Kristen seturut pengajaran yang diwariskan oleh para rasul. Oleh sebab itu, kita perlu meneliti dengan teliti dan terperinci PIR ini. Martyn Lloyd-Jones, salah seorang theolog Puritan yang agung di abad ke-20, mengkhotbahkan Efesus 1 sebanyak 128 kali, karena ia ingin orang mengerti firman dengan terperinci. Kiranya kita terus memiliki hasrat kehausan belajar dan mempunyai keinginan terus belajar seterperinci dan sedalam mungkin sehingga kita tidak menipu diri.

PIR memecahkan dan membedakan sejarah manusia menjadi dua bagian, sebelum dan sesudah-nya. Di sini kita melihat pentingnya PIR. Dunia sebelum PIR adalah dunia yang mengenal alam sebagai suatu objek dan manusia adalah subjek yang menyelidikinya. Semua pengertian didasarkan pada subjektivitas manusia. Manusia menganggap diri tuan rumah alam semesta, menganggap diri mengerti langit dan bumi, menjadi satu-satunya makhluk yang menganalisis, mempelajari, mengamati, dan mengerti alam semesta.

Sebagaimana kita mengetahui, manusia dicipta menurut peta teladan Allah, sehingga makhluk lain tidak mungkin mempunyai rasio, tidak mungkin mempunyai logika, selain manusia. Tetapi setelah PIR, manusia tidak lagi melihat alam sebagai objek observasi, manusia melihat alam yang diciptakan oleh Tuhan. Saya dan alam adalah ciptaan Allah. Maka, kalimat “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa”, dilanjutkan dengan kalimat “Pencipta langit dan bumi”. Ada keberadaan lain selain saya dan alam, yaitu Allah.

Allah tidak kelihatan, tetapi Dia ada, dan Dia menjadi Sumber dan Sebab semua ciptaan. Ini satu penerobosan yang tidak pernah muncul dalam sejarah. Ketika kita menyelidiki alam semesta, kebudayaan-kebudayaan besar berusaha menjelaskan dari mana asal alam semesta, tetapi tidak ada satu pun kebudayaan yang sanggup memberikan tanggung jawab yang cukup untuk memberi jawaban. Kebudayaan Tiongkok, India, Mesir, Babel, dan Yunani, semua berusaha menafsirkan alam. Namun mereka gagal memberikan jawaban yang tepat dari mana dunia ini berasal.

Kebudayaan Tiongkok sangat tua, dan tidak kalah dari Mesir, India, dan Babel. Tetapi ketika ditanya dari mana asal alam semesta, maka dijawab bahwa ada seorang tua yang bernama Pan-gu. Pan-gu berada dalam satu telur yang kecil dan Pan-gu itu begitu kecil. Ia membawa palu (dari mana datang palunya, tidak ada jawaban) dan memukulkan palu itu ke atas, akhirnya telur itu bengkak membesar ke atas karena terus-menerus dipukul dan menjadi langit. Landasannya menjadi bumi. Inilah awal langit dan bumi. Begitu mendengar cerita seperti ini, engkau langsung sadar bahwa itu adalah omong kosong. Cerita ini indah, tetapi tetap omong kosong.

Orang India mengatakan bumi ini datar berbentuk empat sudut dan ditopang oleh empat ekor gajah, satu di setiap sudutnya. Kalau gajah itu bergerak, terjadilah gempa. Kebudayaan Timur Tengah memikirkan ada dewa atau pencipta yang menjadikan bumi dan langit, tetapi sangat tidak jelas bagi mereka bagaimana terjadinya. Orang Yunani mengatakan bahwa langit dan bumi ini memang sudah ada dari aslinya tidak ada perubahan, memang sudah seperti ini dari dahulu kala (unchanging universe). Tugas manusia adalah menyelidiki, mencatat, dan memberikan pengertian itu kepada orang lain. Kebudayaan Gerika atau Yunani ini sangat agung.

Kebudayaan Hellenistik (Yunani) dan kebudayaan Hebrew (Ibrani) adalah dua kebudayaan besar pembentuk dasar pengetahuan manusia tentang alam semesta dalam kebudayaan Barat saat ini. Kebudayaan Barat berpengaruh besar pada kebudayaan dunia hingga saat ini. Kebudayaan Timur berbeda. Kebudayaan Timur tidak memikirkan dunia luar, tetapi dunia sekarang. Orang Tionghoa berpikir sangat duniawi, memikirkan dunia di sini. Orang India memikirkan dunia di sana. Mau berpikir caranya adalah membayangkan, maka tutup mata dan meditasi. Karena itu, patung Konfusius selalu buka mata, sementara Buddha selalu tutup mata. Sementara kebudayaan Gerika dan orang Barat berbeda. Mereka lebih memikirkan bagaimana tanggung jawab mereka terhadap dunia di luar dirinya, bagaimana meneliti alam semesta ini, apa yang ada di sorga dan di bumi ini. Dunia Barat ingin tahu ada apa di langit, apa itu bintang, berapa jaraknya. Semua mau dihitung dan berusaha memberikan penjelasan yang bertanggung jawab. Orang-orang Yunani adalah orang-orang yang sangat suka berpikir, suka menyelidiki, berusaha mengamati apa pun, berusaha mengerti dan menghitung, dan berusaha mengerti alam semesta ini. Maka, Protagoras mengatakan, “Manusia adalah pengukur segala sesuatu (homo mensura).”

Orang Gerika begitu gemar menyelidiki. Di tahun 584 SM di Miletus ada seorang bernama Thales. Ia adalah bapa filsafat Gerika. Dia mengumumkan bahwa tanggal 28 Mei yang akan datang orang tidak akan melihat matahari. Ia dianggap sedang omong kosong. Ternyata benar, hari itu Miletus gelap gulita karena gerhana. Ini terjadi karena semua bergerak. Bumi bergerak, matahari bergerak, bulan bergerak, bintang bergerak. Thales mampu menghitung dengan tepat bagaimana pergerakan bumi, matahari, bulan, sehingga tahu tepat kapan bulan menutupi matahari terhadap bumi. Inilah astronomi.

Orang Gerika kuno begitu pandai, tetapi orang Gerika sekarang begitu bodoh. Mereka tidak mampu mengelola ekonomi negara, menjadi bangkrut, dengan perdana menteri yang tidak jujur yang menjadi tertawaan dunia. Gerika hancur ekonominya akibat mereka terbiasa tidak membayar pajak. Itu berawal ketika Gerika dijajah oleh Turki. Mereka tidak mau membayar pajak kepada penjajah agar penjajah tidak mendapatkan uang dan akhirnya bangkrut. Setelah Turki pergi, mereka sudah terbiasa tidak mau membayar pajak, maka sekarang negaranya bangkrut. Gerika pernah mempunyai orang besar seperti Sokrates, Plato, Aristoteles yang begitu pandai. Tetapi 2.500 tahun kemudian menjadi begitu bodoh. Ini membuat saya semakin tidak memercayai cerita evolusi.

Di zaman sebelum Sokrates, ada satu kebiasaan yaitu menyelidiki alam. Mereka berjam-jam duduk mengamati bintang-bintang di langit, mencatat dan mengukur. Inilah astronomi, yaitu ilmu mempelajari perbintangan di langit. Maka semua buku Gerika adalah On Nature dan On Principles. Sampai di zaman Sokrates, ia mengubah arah pembelajaran. Engkau mau mengerti benda-benda yang jauh, hal-hal di luar sana yang jauh, mengapa engkau tidak mau mengerti dirimu sendiri. Apa pun mau kamu tahu tetapi tidak tahu diri, apa pun diselidiki tetapi tidak menyelidiki diri. Tercetuslah “gnothi seauton” (know yourself). Maka arah filsafat bergerak, dari astronomi menuju anthropologi, dari menyelidiki dunia luar menuju dunia dalam. Manusia mulai menyelidiki diri (self).

Ketika PIR mengatakan, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi,” kita masuk ke dalam arah yang baru. Manusia tidak menjadi pemilik alam semesta ini, manusia bukan subjek alam semesta, tetapi kini manusia harus sadar selain alam dan dirinya, ada Allah Pencipta semua itu. Ini menjadi satu lembaran baru. Tanpa PIR dunia akan berhenti pada keunggulan yang diberikan Gerika. Tanpa PIR manusia akan menjadi arogan karena menganggap diri pandai, penganalisis alam semesta. Tetapi Sokrates mengkritik manusia, mengapa begitu sombong sudah menyelidiki semua alam semesta, tetapi tidak tahu diri.

Sejarah mencatat, Sokrates mengatakan, “Siapa engkau yang berhak mendapat uang karena engkau mengajarkan kebenaran? Apakah kebenaran itu milikmu? Apakah sudah memonopoli kebenaran, sehingga ketika engkau mengajarkannya engkau berhak meminta uang? Apakah engkau memiliki alam semesta ini? Engkau salah.” Sokrates telah membuat revolusi dalam cara pikir manusia. Ia membuat revolusi dalam pencarian manusia, sehingga manusia harus mulai memikirkan siapa dirinya, mengapa ia bisa ada di tengah alam semesta, apa makna dan tujuan hidupnya. Untuk apa saya mempelajari semua yang lain kalau saya tidak mengenal diri saya sendiri? Dan ia membiarkan pertanyaan itu terus terbuka hingga saat ini.

Dengan demikian, kita melihat orang Gerika memiliki beberapa kelemahan: Pertama, mereka memperlakukan diri mereka sebagai subjek untuk mengerti alam semesta. Mereka menjadi guru mengajar orang lain tentang alam semesta. Mereka tahu dan mereka bisa tahu karena mereka menyelidiki, yang akhirnya membuat mereka menjadi sombong. Kedua, ketika mereka menyelidiki alam, mereka menggunakan pola pikir atau mentalitas yang disebut sistem tertutup (closed system). Menurut Paul Tillich, seorang Jerman, theolog Amerika Serikat, mengatakan, “Orang Yunani memperlakukan alam semesta seperti dunia plastik, yang selalu seperti itu, tidak berubah. Yang berubah adalah diri kita. Saya menyelidiki, dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Itulah perubahanku. Dunia ini tidak berubah, alam semesta ini tidak berubah, pengertian saya yang berubah, dan saya menuliskan apa yang sebelumnya tidak dimengerti untuk bisa mengerti semua materi itu. Seluruh jawaban terhadap ketidaktahuan ini, yaitu seluruh proses perubahan saya ini, saya ajarkan kepadamu.”

Sistem tertutup ini merajalela di dunia hampir dua ribu tahun. Sistem tertutup ini tidak bisa dikalahkan bahkan sampai zaman Sir Isaac Newton. Barulah di abad ke-20 ada perubahan revolusi yang baru, dari seorang filsuf ilmu pengetahuan yang bernama Thomas Kuhn. Thomas Kuhn adalah seorang filsuf Kristen Protestan, dan dia mengajarkan satu istilah yang sangat penting, yaitu paradigm shift (pergeseran paradigma). Setiap zaman tidak ada perubahan, kecuali terjadi perubahan paradigma maka dunia mengalami kemajuan. Manusia mulai berubah pola pikir dasarnya (paradigmanya). Paradigm shift ini sangat penting dan dia mengatakan bahwa kita perlu sistem terbuka (open system) di dalam melakukan riset. Menyelidiki segala sesuatu harus keluar dari sistem, dari ikatan yang telah membelenggu kita selama ribuan tahun. Kalau kita tidak bisa keluar dan melepaskan diri, gereja tidak akan bisa maju, masyarakat tidak berubah, kebudayaan tidak berubah, dan segala sesuatu menjadi mandek dan statis karena terkunci oleh keterbatasan sistem tertutup.

Ketika saya mempelajari ribuan tahun perkembangan manusia, saya akhirnya menyadari bahwa closed system sudah dibongkar oleh PIR. Janganlah menjadi orang Kristen yang hanya percaya kepada Kristus, lalu menghibur diri. Di dalam kekristenan terkandung semua kebenaran yang tertinggi yang dibutuhkan oleh sejarah di dalam kebudayaan manusia. Sejak hari pertama, sejak kalimat pertama PIR, “Aku percaya kepada Allah, aku percaya kepada Dia sebagai Bapa yang Mahakuasa, aku percaya kepada Dia sebagai Pencipta langit dan bumi,” maka kita mulai masuk ke open system. Manusia tidak lagi boleh menutup diri di dalam alam semesta, manusia harus menerobos batas alam semesta, di luar alam semesta ada Pencipta yang mencipta alam semesta. Allah adalah Sumber, Allah adalah Sebab, Allah adalah Pencipta di luar alam yang terbatas ini. Dan inilah pertama kali keterbatasan dibuka dan diterobos untuk masuk menuju ke tempat Bapa, dan menuju Bapa yang transenden yang telah menciptakan dunia ini. Maka, PIR merupakan suatu penerobosan yang pertama. Di sinilah awal kita memikirkan menerobos keberadaan alam dan diri yaitu dimulai dari mengenal Allah yang menciptakan

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 3: Butir Pertama (3)

PIR telah membagi sejarah menjadi sebelum dan sesudahnya. Bagaimana sebelumnya manusia hanya memandang alam dan sesudahnya manusia mengerti diri dan alam. Hal ini harus kita pikirkan baik-baik, karena mustahil firman Tuhan diturunkan, manusia bereaksi kepada firman Tuhan lalu tidak terjadi perubahan konsep dalam sejarah. Sejarah dibentuk oleh konsep-konsep yang kreatif, reaktif, dan responsif terhadap firman Tuhan. Dari situ manusia kemudian menentukan arah, prinsip, dan bagaimana meneruskan sejarah. Di dalam seluruh kebudayaan, salah satu tugas yang paling penting dan paling sulit adalah mengubah konsep manusia, karena konsep itu berakar di dalam hidup manusia dan memengaruhi seluruh perilakunya di masyarakat. Konsep menjadi dasar, memberi gairah, dan rasionalisasi di balik semua aktivitas. Maka, jika konsep salah, seluruh hidup akan salah; jika konsep benar maka seluruh hidup dan kelakuan akan bisa beres.

Konsep itu sangat mendasar, memengaruhi, dan penting bagi arah hidup manusia. Jika konsepnya adalah humanisme, maka mustahil menjamin keabsahan dan kebenaran yang tepat. Tetapi jika berasal dari Tuhan, konsep itu akan memberikan inspirasi, dorongan, dan perubahan untuk manusia kembali kepada firman Tuhan dan akan menjadi cahaya dan arah baru bagi manusia untuk hidup dalam kebenaran. Maka, dari mana konsep itu dibangun, bagaimana direspons, akan memengaruhi seluruh aktivitas dan perilaku kita selanjutnya.

Di antara semua konsep yang kita terima dari sejarah, tradisi, pengalaman, lingkungan, dan apa saja yang bisa kita selidiki, amati, analisis, dan terima, akhirnya tidak satu pun yang lebih penting dari konsep agama. Konsep agama menjadi konsep paling mendasar, menentukan, penting, dan memengaruhi kehidupan manusia. Jika konsep agama sudah salah, semua salah. Konsep agama yang benar hanya mungkin dicapai melalui ketaatan yang sungguh dan keinginan merespons Tuhan dengan mengikuti firman-Nya. Maka, Allah berkata, “Iman datang dari pendengaran akan firman Kristus.”

Tuhan menurunkan firman tertulis yaitu Alkitab dan inkarnasi Kristus, menjadi dasar bagaimana kita bereaksi. Ketika kita membaca Alkitab, kita harus bereaksi tunduk dan taat. Ketika menerima Kristus, kita selalu harus memiliki ketaatan dan kerelaan kepada-Nya. Dengan respons yang bertanggung jawab barulah iman seseorang boleh menjadi dasar bagi semua pemikiran dan ide agama. PIR merupakan reaksi manusia kepada firman Tuhan, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Keutuhan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi kesempurnaan wahyu yang Tuhan berikan kepada manusia. Maka, respons kepada Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ini menentukan iman kita.

Terlalu banyak orang mempunyai iman yang salah karena sembarangan menafsirkan Alkitab. Sering kita menambahkan imajinasi kita ke dalam firman Tuhan. Iman harus setia kepada kebenaran, yaitu kebenaran yang diwahyukan oleh Allah. Allah yang benar memberikan kebenaran sejati dengan hati yang mengasihi kita, lalu menurunkan firman untuk memimpin kita. Allah sejati benar-benar memberikan dengan sukarela barulah ada firman yang benar di dunia.

Agama timbul karena manusia percaya Allah memberikan wahyu. Jika Allah memberikan wahyu, sungguhkah wahyu itu berasal dari Allah yang sejati? Bagaimana jika Allahnya beda, bukan Allah yang sejati? Itu sebabnya di antara agama terdapat perbedaan secara kualitas. Ada agama yang mengatakan bahwa Allah tidak ada dan tidak boleh ada Anak, tetapi orang Kristen mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia.

“Aku percaya kepada Allah” yang dilanjutkan dengan “Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi”. Inilah respons manusia kepada Tuhan yang memberikan wahyu kepada manusia. Melalui Alkitab barulah kita mengenal siapa Allah. Jika Allah tidak mewahyukan diri, mustahil kita mengerti dan mengenal Dia melalui spekulasi imajinasi dan logika kita yang terbatas. Hanya dengan kita jujur, taat, dan setia kepada Allah yang setia memberikan firman kepada kita, barulah kita mungkin mendapatkan iman yang sejati. Iman sejati adalah kesetiaan total kepada kebenaran total yang diberikan dengan total kesetiaan Allah.

Butir pertama PIR langsung mempertanggungjawabkan pengertian manusia akan alam semesta. Berbagai kebudayaan mencoba memberikan jawaban, tetapi tidak ada yang secara tuntas. Kebudayaan Yunani sangat penting, khususnya dalam hal metodologi. Metode penelitian yang penting seperti induksi dan deduksi dikembangkan oleh pemikiran Gerika. Aristoteles berkata, “Pakailah cara deduksi dan induksi untuk menyelidiki alam semesta, maka pengertianmu akan menjadi lebih masuk akal.” Deduksi dan induksi merupakan cara penggunaan daya pikir secara logis dan menemukan segala yang dipikirkan rasio. Dengan adanya metode, manusia dalam memikirkan suatu objek bisa menjadi lebih akurat dan realistis. Metode seperti ini dimulai dari Yunani, ratusan tahun sebelum Yesus lahir.

Akibat dari cara penelitian model Yunani ini, mereka jatuh ke dalam closed system. Seperti dikatakan Paul Tillich, alam dalam pandangan Yunani adalah alam plastik yang tidak berubah. Yang bisa berubah adalah pengetahuan saya, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Barulah Thomas Kuhn mendobrak dengan paradigm shift dan memberikan penerobosan metode yang baru, bahwa dunia tiap saat berubah dan tidak statis. Dunia ini dinamis, tidak tetap dari dulu sampai sekarang. Pikiran perlu perubahan yang disebut sebagai paradigm shift (perubahan paradigma). Di abad ke-21 ini kita tahu bahwa langit dan bumi berubah. Kalimat ini pertama kali muncul di Alkitab: “Langit dan bumi akan berubah, dunia dan nafsunya akan binasa, tetapi satu titik firman Tuhan tidak akan berubah selama-lamanya.” Satu-satunya buku yang kontras dengan kebudayaan adalah Alkitab. Inilah filsafat dan metode pemikiran Allah sendiri, yang berbeda total secara kualitatif. Allah tidak pernah berubah, kontras dengan dunia yang berubah. Allah menciptakan dunia. Allah yang tidak berubah adalah Allah kita.

Thales dengan tepat meramalkan bahwa pada tanggal 28 Mei 585 SM matahari tidak bersinar. Orang menganggap dia gila. Mereka melawan, menertawakan, dan mengejeknya. Tetapi pada hari itu betul-betul matahari tidak tampak. Orang Miletus mengalami kegelapan di tengah siang hari dan segera sadar bahwa yang dikatakan itu bukan tipuan, bukan omong kosong, bukan teori bohong, tetapi sungguh terjadi. Ketika ditanya, Thales menjawab, “Aku mengamati alam semesta.” Semua gerakan yang terjadi pada bintang dan angkasa ia telusuri, selidiki, catat, dan hitung. Yunani berbeda dari India dan Tiongkok. Yunani tidak sembarangan menerima pemimpin agama. Sekarang kekristenan di Indonesia banyak yang hancur karena terlalu percaya kepada para pengkhotbah yang khotbah-khotbahnya tidak bertanggung jawab, kebenarannya tidak jelas, hanya enak didengar. Mereka ikut kebaktian, lalu membawa orang datang ke gereja seperti itu. Orang yang percaya takhayul seperti itu turut berdosa bersama para pengkhotbahnya yang dipakai Iblis. Maka di sini Thales mulai mengerti dan mempelajari astronomi (ilmu perbintangan).

Dunia maju karena orang memakai metodologi yang benar untuk menemukan kebenaran. Melalui cara yang benar, sekarang kita boleh melihat perpustakaan kita memiliki ratusan juta buku. Manusia bereaksi kepada alam semesta, mempunyai data, dan mendapatkan konklusi. Lalu mereka mengajarkannya kepada orang-orang yang belum tahu. Ini yang disebut sebagai pendidikan. Saat manusia menyelidiki alam semesta, manusia menjadi subjek dan alam menjadi objek.

Menurut Paul Tillich, orang Gerika melihat dunia ini bagaikan dunia plastik, yang tidak berubah, yang kita selidiki. Tetapi menurut Alkitab, dunia ini diciptakan oleh Allah Pencipta. Ketika saya menyelidiki dunia, saya tidak boleh menganggap diri sebagai subjek dan dunia ini objek. Jangan kita menganggap bisa mengetahui sesuatu yang tidak berubah, karena dunia ini berubah dan saya yang menyelidikinya juga berubah. Karena dunia ini berubah, maka janganlah menganggap bahwa dunia ini mutlak dan pengetahuan yang didapatkan manusia itu pasti. Konsep dunia harus berbeda dengan konsep Alkitab.

Ketika PIR hadir, barulah menjadi satu titik balik, adanya kesadaran bahwa bukan hanya di dalam alam semesta, tetapi di luar alam semesta ada Allah yang lebih tinggi dari alam semesta, yang memerintahkan orang Kristen untuk memandang alam semesta dan bereaksi secara berbeda dari orang non-Kristen. Sekalipun kebudayaan Yunani lebih tinggi daripada kebudayaan Timur mana pun, tetap bukanlah kebudayaan yang sepenuhnya benar.

Dunia dan kebudayaan Barat yang dipengaruhi pemikiran Yunani membangun universitas-universitas. Sejarah studi yang bermutu selalu dipengaruhi metodologi Yunani. Orang Yunani berkata, “Dalam semua bidang ada logi, dan semua logi mengandung unsur logika. Logika berinduk pada logos (Firman). Logos menjadi dasar segala studi.” Kebudayaan Yunani bisa menemukan itu karena Tuhan yang memberikannya kepada mereka. Ketika kebudayaan Yunani melampaui semua kebudayaan, mencapai keunggulan metodologi dan semua lainnya, Tuhan langsung memberikan anugerah, sehingga Alkitab tidak lagi memakai bahasa Ibrani; Alkitab Perjanjian Baru diwahyukan dalam dan melalui bahasa Yunani. Ini semua rencana Tuhan yang luar biasa.

Setelah PIR hadir, barulah orang sadar untuk “percaya kepada Allah”, bukan kepada alam. Konsep penting ini perlu kita mengerti, karena sebagian orang Kristen menganggap semua agama sama. Dari PIR kita mengetahui bahwa agama yang kita percaya bukanlah sekadar agama yang mudah. Di abad ke-20, ada dua filsuf yang terpenting, yaitu Thomas Kuhn dan Paul Ricoeur. Dari seratus filsuf, sekitar 92 di antaranya non-Kristen dan hanya 8 orang yang Kristen. Dari 8 orang itu, hanya Thomas Kuhn dan Paul Ricoeur (seorang Reformed) yang Protestan. Di sini saya melihat adanya pimpinan Tuhan untuk mengubah cara berpikir manusia menjadi lebih mengerti kebenaran. Kuhn dan Ricoeur menjadi filsuf Protestan yang penting di dalam membentuk filsafat abad ke-20.

Ucapan Tillich, “Dunia dalam pandangan Yunani merupakan dunia plastik, dunia yang tidak berubah,” telah diubahkan melalui pergeseran paradigma di abad ke-21. Saat ini, hampir tidak ada yang percaya dunia tidak berubah. Es di Kutub Utara terus mencair, permukaan air laut terus semakin tinggi, karena berat jenis es lebih ringan sekitar sepuluh persen dari berat jenis air. Maka ketika air membeku menjadi es, ia akan terapung di air. Ini adalah cara Tuhan, agar di musim dingin, es tidak tenggelam di dalam air. Jika es yang membeku tenggelam, maka semua ikan di laut akan mati. Tuhan mengasihi manusia sehingga ketika musim dingin tiba, air menjadi es dan es itu terapung, semua ikan di bawah terpelihara dengan baik.

Untuk menyelidiki alam diperlukan metode. Metode dan alam bisa berubah. Yang menyelidiki, yaitu manusia, juga berubah. Tetapi ada yang mutlak dan tidak berubah. Setelah adanya PIR, manusia harus membagi sejarah menjadi dua. Kini kita memasuki satu wilayah di mana kita harus mulai mengakui ada yang tidak berubah di balik semua yang berubah. Ada Sang Pencipta di atas semua ciptaan. Ada yang mutlak di atas yang relatif. Maka kini kita melihat segala sesuatu secara berbeda dari orang-orang non-Kristen. Orang-orang non-Kristen melihat dirinya sebagai subjek, alam semesta sebagai objek yang tidak berubah. Filsafat Yunani menyatakan, “Aku menggali rahasia untuk menjadi pengetahuan mendidik orang lain,” tetapi orang Kristen tidak.

Ketika PIR muncul dalam sejarah, orang Kristen mengerti dunia dicipta dan berubah. Hanya Allah Pencipta, Khalik langit dan bumi yang tidak berubah. Dalam kasus Thales, seolah-olah ia mengetahui alam semesta. Di PIR kita sama sekali tidak tahu, karena kita hanya diberi hak untuk berada di dalam, hidup untuk menikmati, dan otak untuk menyelidiki alam semesta. Dan dalam hal ini, kita menyadari bahwa baik kita maupun alam berubah. Kita harus memiliki iman dan memegang Allah yang tidak berubah, barulah kita memahami apa alam semesta itu. Dengan demikian, kita pun menyadari bahwa di alam semesta ini, kita bukanlah tuan rumah. Kita dicipta untuk menikmati anugerah Tuhan yang diberikan dalam alam untuk melayani manusia. Saya memperalat mobil untuk melayani saya; saya juga memakai listrik yang masuk ke rumah saya untuk menonton televisi, mendengar musik, dan menikmati AC.

Ada sesuatu yang dipakai sebagai materi dan ada metode yang dipakai untuk menyelidiki dan menemukan ilmu dan teknologi yang diperalat menjadi hamba untuk melayani saya. Saya bisa menikmati semua itu, tetapi itu bukan milik saya, sehingga tidak boleh saya miliki. Saya boleh menggunakan semua sumber yang Tuhan berikan untuk memperindah dan memudahkan hidup saya. Allah mencipta segalanya untuk dapat kita pakai dan nikmati. Tetapi kita harus mengakui bahwa dunia ciptaan ini adalah ciptaan Allah dan bukan milik kita. Di atas alam semesta, di atas langit dan bumi ini, kita percaya ada Pencipta (Khalik) yang menciptakan semua ini. Sejak PIR, manusia memiliki pengakuan yang baru. Kini saya tahu bahwa Engkaulah Pencipta dan Pemilik semua ciptaan yang Engkau ciptakan dan boleh saya pakai, yang saya ikrarkan dengan kalimat “Khalik langit dan bumi”. Saya datang, berdoa, mengagumi, menyembah, dan berterima kasih kepada Tuhan. 

PIR sedemikian agung karena PIR mengubah manusia agar tidak sombong dan beranggapan bahwa ia boleh menikmati sesukanya lalu menganggap diri sebagai tuan rumah. Kita sama sekali tidak berjasa, kita hanya menikmati pemberian Allah, Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta. Sebelum ini tidak ada sistem terbuka (open system) di mana manusia yang terbatas ini mengakui dan percaya kepada Dia yang tidak terbatas. Sebelum ini tidak ada yang mengetahui makna dan tujuan hidup manusia di dunia ini dan siapa Pemilik kita. PIR membawa kita kepada pengakuan percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta segala sesuatu. Kiranya semua dikembalikan bagi kemuliaan-Nya. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 4: Butir Pertama (4)

PIR (Pengakuan Iman Rasuli) merupakan suatu rangkaian kepercayaan orang Kristen yang berespons kepada Allah. Allah yang jujur dan diri-Nya adalah Kebenaran, memberikan kebenaran dengan setia dan jujur kepada manusia. Allah yang benar memberikan kebenaran dan kesejatian diri-Nya dengan sukarela bagi manusia, sehingga memungkinkan manusia untuk mengerti dan menerima yang benar. Jikalau Allah yang jujur tidak rela memberikan kebenaran kepada manusia, maka Dia akan membiarkan kita mendapatkan semua yang tidak benar, dan Ia membiarkan kita menerima semua yang kurang beres. Seorang ayah memberikan kepada anaknya dengan sungguh-sungguh yang terbaik, sebelum anaknya bisa membedakan yang terbaik dari yang kurang baik, yang bermutu dari yang kurang bermutu. Jikalau Allah tidak memberikan yang terbaik kepada manusia, kita tetap tidak mengerti, dan beranggapan kita telah menerima yang terbaik dan bersyukur kepada Allah, karena kita tidak bisa membedakan mana yang terbaik dan yang bukan. Allah yang benar, benar-benar memberikan kebenaran yang benar-benar benar dengan rela kepada manusia, berdasarkan iman dan anugerah yang benar. Ini merupakan dasar bagaimana kebenaran bisa diterima oleh manusia.

Jika Allah memberikan kepada kita yang palsu atau hal yang tidak benar, maka manusia pasti akan tertipu. Ketika Allah jujur, maka manusia harus mempertanggungjawabkan semua pengetahuan itu. Perlu respons yang benar dari manusia terhadap wahyu Allah yang benar. Allah yang sejati sungguh-sungguh mewahyukan kebenaran sejati; manusia sungguh-sungguh berespons taat kepada firman yang jujur. Sungguh-sungguh jujur menerima wahyu yang jujur disebut iman. Pengakuan Iman Westminster mengatakan, “Allah yang benar, benar-benar mewahyukan kebenaran kepada kita, sehingga apa yang diwahyukan dan Pewahyunya identik.” Allah kita tidak pernah menipu kita. Allah yang menyatakan diri adalah Allah yang sesungguhnya benar.

Allah yang benar sungguh-sungguh ingin memberitakan kebenaran substansi-Nya sehingga kita dapat dengan sungguh-sungguh merespons secara jujur untuk tunduk, taat, dan beriman kepada-Nya. Inilah iman. Iman di dalam pengertian Konfusius adalah “sungguh”. Konfusius berkata, “Aku tidak menulis apa-apa kepadamu. Aku hanya menceritakan kebenaran kepadamu. Ini bukan karyaku, buah pikiranku, tetapi hanya kutipan dari orang kuno.” Artinya, aku adalah orang jujur dan setia mengutip orang kuno supaya kamu mengerti. Konfusius adalah orang yang rendah hati di antara para filsuf. Dia mengatakan tahu untuk yang dia tahu, dan dia berani mengatakan tidak tahu untuk hal yang tidak dia tahu. Itulah tahu. Orang yang tidak tahu pura-pura tahu akhirnya membuat semua rusak. Banyak berita dipermainkan membawa berita yang tidak benar-benar jujur dan akhirnya dipakai untuk mencelakai orang lain. Semua berita palsu akan dibongkar oleh Tuhan, sementara yang jujur dan murni akan bertahan lama. Sampai hari ini berita yang dianggap jujur adalah dari Reuters di Prancis. Sejak hari pertama, filsafatnya adalah harus memberitakan sejujur-jujurnya berita yang benar supaya pembaca atau pendengar Reuters tidak perlu meragukan sumber ini sebagai penipuan. Orang yang mendirikan Reuters adalah orang yang beribadah kepada Tuhan.

Di dalam Pengakuan Iman Westminster ada prinsip, yaitu Allah sejati adalah Allah yang jujur setia, yang sungguh-sungguh, dan rela mewahyukan kebenaran yang sesungguhnya tentang Dia, yang adalah Kebenaran sesungguhnya. Maka, kita harus percaya dengan motivasi yang sungguh mau taat dan mau menerima kesediaan Tuhan dengan hati yang setia kepada-Nya. Iman sejati datang dari kejujuran yang taat kepada Allah yang jujur, yang rela memberikan kebenaran kepada kita.

Kita bersyukur kepada Tuhan, Pengakuan Iman Rasuli betul-betul membagi sejarah manusia menjadi dua bagian. Sebelum dan sesudah PIR, dalam bagaimana manusia mengerti dan menanggapi langit dan bumi. Ini memberikan isyarat bahwa kebudayaan dipengaruhi firman Tuhan. Inilah kunci untuk mengerti PIR. Melihat langit dan bumi lalu meninggalkannya itu adalah sikap kucing. Kucing, setelah melihat langit dan bumi tidak mungkin bercerita kepada kawannya kalau langit itu begitu baik. Kucing tidak mungkin berespons ketika melihat alam ciptaan. Bagi kucing, tidak ada yang bisa dimengerti, tidak perlu mengerti, dan juga tidak ada arti atau relevansi baginya. Kucing hanya melihat makanannya. Hanya itu yang relevan baginya. Yang dibutuhkan seekor kucing hanyalah kebutuhan naluri dan fisik saja.

Kebutuhan batiniah, yang bisa mengisi imajinasi dan memuaskan nafsu ingin tahu, hanya ada pada manusia. Urusan tentang dunia yang akan datang dan masalah hidup kekal tidak pernah jadi urusan binatang. Itu sebab kalimat pertama PIR berbicara tentang Allah, Bapa yang Mahakuasa. Saya membagi lapisan dunia kebudayaan dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama ketika manusia ingin tahu, di mana ia melewati semua binatang. Dia mengamati, menganalisis, mengukur, membuat statistik dan penilaian, yang akhirnya merupakan sebuah hasil studi. Belajar berarti engkau ingin mengerti. Ketika engkau mau mengerti sesuatu, maka engkau menjadi subjek dan sesuatu itu menjadi objek. Hal ini merupakan kombinasi dari saya yang berinisiatif mau mengerti dan secara pasif menerima fakta diajar oleh informasi yang saya terima. Inilah proses menjadi orang yang terpelajar. Proses seperti ini hanya terjadi pada manusia. Ini membuat manusia yang belajar menjadi sombong, merasa lebih tahu, mengetahui lebih dalam dari yang lain, dan mulai mengajar orang lain apa yang dia tahu. Di sini mulai terjadinya sekolah. Guru harus dibayar karena tahu lebih banyak. Ini kemudian dilawan oleh Sokrates, karena bagi Sokrates kebenaran bukan milik guru sehingga tidak ada alasan membayar guru. Maka bagi Sokrates, sekolah tidak boleh cari uang. Guru hanya menyalurkan sesuatu yang dia tahu, tetapi dia bukan pemilik kebenaran. Pikiran Sokrates ini sangat anggun untuk mengubah dunia. Engkau tahu bukan karena engkau hebat, tetapi hanya karena engkau tahu lebih dahulu dari orang lain. Pemikiran sama mirip dengan Konfusius yang 100 tahun lebih dahulu dari Sokrates. Keduanya tidak saling memengaruhi, tetapi anugerah Tuhan memberikan pemikiran yang hampir sama di Barat dan Timur.

Setelah Sokrates pendidikan menjadi populer, di mana Plato, Aristoteles, Iskandar Agung terus menjadikan dunia Gerika menjadi pusat studi untuk mendorong orang belajar. Hal ini sangat memengaruhi kebudayaan Barat. Empat ratus tahun kemudian Yesus lahir. Saat itu, bahasa Ibrani tidak lagi dipakai sebagai bahasa pengantar, melainkan bahasa Yunani untuk menerima wahyu Tuhan. Maka Perjanjian Lama menggunakan bahasa Ibrani, sementara Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani. Dengan demikian, dunia Gerika yang memengaruhi dunia pendidikan Barat dan sistem pengetahuan Barat, akan menerima pengetahuan dari Alkitab yang diwahyukan di dalam Perjanjian Baru sebagai dasar dan fondasi kebenaran sejati yang diwahyukan bagi manusia di tengah budaya, masyarakat, dan sejarah manusia. Ini akan membentuk iman kepada firman. Inilah lapisan pertama yang paling rendah dalam kebudayaan manusia, yaitu ilmu pengetahuan (sains).

Tingkatan kedua adalah manusia berpikir. Berpikir lebih tinggi dari tahu. Lapisan ini saya tidak mungkin tahu, tidak bisa sekolah di situ, tetapi saya ingin lebih dari tahu; tidak bisa dihitung, atau dinilai, atau dicari, tetapi harus dipikirkan siang dan malam. Inilah dunia pikir, yang berbeda dari dunia tahu. Tahu itu bisa diukur, bisa dibuktikan, bisa ada datanya. Yang dipikir tidak bisa diukur, tidak bisa dikenali objeknya. Apa yang engkau pikir tidak mungkin saya ketahui, karena yang engkau pikir melampaui kemampuan ukurku. Semua ilmuwan di wilayah tahu (scio), para filsuf di wilayah pikir (cogito). Ilmuwan (scientist) mengetahui yang bisa diukur, diamati, diselidiki dalam dunia langit dan bumi. Thales, bapa filsafat Gerika kuno, bapa kebudayaan Yunani yang paling penting, pada suatu hari mengumumkan bahwa pada tanggal 28 Mei 585, hari itu tidak ada sinar matahari. Hari itu Miletus akan gelap. Orang mengira ia gila, tetapi benar ketika tiba hari itu, Miletus gelap. Maka Thales dianggap nabi. Tapi dia bukan nabi dan bukan orang religius. Dia seorang ilmuwan. Ia meneliti dan menghitung pergerakan semua benda angkasa, akhirnya menemukan bahwa suatu hari bulan akan menutup matahari. Mempelajari alam, bintang-bintang di langit adalah tugas orang Gerika. Itulah sebabnya Gerika lebih penting dari Tiongkok dan India, karena Tiongkok dan India menjelaskan alam semesta secara ngawur.

Kita bisa meneliti, menganalisis, menghitung semua data ilmiah sehingga mendapatkan hasil yang terukur dan bisa kita terima. Di sini dunia ilmiah menjadi begitu dihormati. Pengertian dan metodologi ilmiah yang dipergunakan begitu sah untuk mendapat kesimpulan yang benar. Tetapi ilmiah adalah lapisan yang paling rendah. Ada lapisan (tingkatan) yang lebih tinggi yang tidak bisa dicapai melalui observasi, analisis, metode induksi, yang disebut dunia berpikir (cogito). Berpikir berarti melompat dari dunia fisik, dunia alamiah, dan masuk ke dunia pikiran, dunia ide, kreativitas, imajinasi. Hal ini tidak bisa mencapai keakuratan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga filsafat selalu memiliki kelonggaran untuk tidak mencari perhitungan akurat tetapi menerimanya secara pengertian saja. Ketika menikah, engkau tidak mengatakan, “Ini pengertian ilmiah siapa yang menjadi pasangan saya. Hidungnya harus 6,5 cm, warna kulitnya antara sawo dan wortel, beratnya 70 kg, baru bisa menjadi istri saya.” Besoknya karena makan beratnya menjadi 73 kg, maka langsung gagal jadi istri. Tidak ada ukuran yang pasti untuk apa yang dinamakan cinta. Ketika engkau jatuh cinta, itu melampaui logika dan analisis ukuran akurat. Kita pikir ia begitu baik, saya pikir saya sudah jatuh cinta padanya. Inilah lapisan atau tingkatan kedua, yaitu bagaimana kita berpikir.

Ketika kita sudah tidak puas berpikir, maka kita masuk ke dalam tingkatan ketiga, yaitu percaya. Kita bukan berpikir mengapa saya mencintai dia, tetapi saya percaya saya mencintai dia. Ini tingkat tertinggi. Saya menikah dengannya karena saya percaya ia cocok bagi saya. Di sini yang diperlukan bukan ukuran alam, bukan spekulasi pikiran, tetapi iman kepercayaan. Allah menciptakan dia, Allah mempertemukan saya dengan dia. Dalam kasus ini, urusan ilmiah menjadi kurang penting, filsafat kurang akurat, yang terpenting adalah iman kepercayaan yang menuju wilayah yang tertinggi. Kita memasuki wilayah kepercayaan (credo).

Ketika Pengakuan Iman Rasuli ditulis, delapan kali disebutkan “Aku percaya” (credo). Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi; Aku percaya kepada Yesus Kristus; dan seterusnya. Ini adalah argumen, dokumen, hal yang mencatat iman kepercayaan yang sesuai dengan ajaran rasuli, yang pertama kali disambut oleh seluruh dunia dan dinyatakan oleh orang Kristen kepada Tuhan.

Kita kini membicarakan bagaimana reaksi manusia kepada Allah, khususnya menanggapi yang diciptakan bagi kita. Allah, Engkau menciptakan dunia ini bagiku; aku hidup dalam dunia ini, aku menghadapi langit dan bumi, dan aku tahu bahwa mengerti semua ini sangat berbeda dari dunia Gerika. Orang Gerika menganggap alam semesta sebagai objek penyelidikan manusia. Aku memerlukan dunia sekitarku, aku memerlukan segala di dunia untuk memberi pasokan hidup bagiku. Aku belajar bukan hanya untuk menambah kebutuhanku, tetapi juga menambah pengetahuanku. Ketika saya menyelidiki saya tahu. Tahu tidak menambah pasokan, hanya menambah kenikmatan pengertian. Ini dunia yang paling rendah. Ketika menyelidiki alam, mereka menduga merekalah subjek dan alam sebagai objek. Mereka inisiator, lalu mereka mempunyai pengetahuan di mana mereka sebagai penerima, sebagai objek yang pasif. Maka, di sini manusia sebagai subjek dan sekaligus objek.

Tuhan tidak mau engkau menjadi subjek; Tuhan tidak mau engkau menjadi sombong. Hanya karena engkau menyelidiki alam semesta lalu engkau menganggap diri penemu, penguasa, lalu merebut kemuliaan Tuhan. Maka, PIRmerupakan satu dokumen pengubah situasi humanistik, yang berpusat pada manusia, menjadi menyadari bahwa Allah adalah pusat, karena Dia Pencipta alam semesta. Banyak orang menyelidiki alam semesta sebagai mainannya. Banyak ilmuwan menganggap dia sedang mempermainkan dunia di bawahnya. Dia memakai pengetahuan dan kebenaran yang dia tahu untuk mengeduk uang sebanyak mungkin, khususnya ilmu-ilmu terapan. Ilmu terapan tidak boleh mendominasi hidup manusia. Anak muda yang sekolah tinggi menjadi insinyur, ahli biologi, ahli kimia harus berhati-hati untuk tidak dipakai setan. Setelah engkau studi dan menemukan prinsip-prinsip biologi, kimia, dan lain-lain, lalu mendapatkan obat-obat, karena pengetahuanmu yang tinggi engkau mengambil keuntungan yang sangat besar dari obat yang engkau temukan. Itu memperkaya diri, itu adalah koruptor dalam dunia ilmu.

Saya bukan hanya ingin tahu, ingin berpikir, tetapi sampai pada tingkat saya percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Ketika kalimat ketiga, “Khalik langit dan bumi” muncul, sejarah mulai menerobos era baru dalam relasi saya dengan alam semesta. Dulu orang Gerika menjadi tuan rumah, berinisiatif menyelidiki, mengukur, dan berusaha mengetahui rahasia langit dan bumi, lalu menjadi sombong dan menjual komoditas pengetahuan, mendapat uang banyak dan menjadi kaya. Di abad ke-21 ini, para ilmuwan terapan menemukan sesuatu, dipatenkan, lalu mendapat kuasa monopoli untuk menjadi kaya melalui penemuannya. Saya rasa itu adalah semacam perampok yang berkebudayaan tinggi.

Banyak orang Kristen yang pandai memakai kepintarannya untuk mendapatkan uang banyak demi kejahatan diri sendiri dan sifat egoisnya sendiri. Orang Kristen yang sungguh mencintai Tuhan akan mengatakan bahwa uang yang diberikan kepada saya adalah pinjaman yang merupakan kepercayaan yang Tuhan letakkan di tangan saya. Maka, akan ada pengujian dari Tuhan apakah saya setia dan mencintai Tuhan, jujur atau tidak. Ketika iman kepercayaan menjadi dasarmu, engkau masuk ke dalam wilayah ketiga. Ketika engkau menyamakan Sepuluh Hukum dan Pengakuan Iman Rasuli dengan konstitusi negara, maka engkau belum mengerti wilayah rohaninya. Ketika engkau menyamakan tulisan Kitab Suci dengan semua artikel kenegaraan, filsafat, hukum, ajaran-ajaran di universitas, engkau belum mengerti di mana perbedaan kualitatif (qualitative difference) dan kekhususan firman Tuhan.

Melihat ada Pencipta yang lebih tinggi melampaui alam semesta merupakan iman kepercayaan pertama Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan Iman Rasuli luar biasa karena ada di dalam wilayah yang berbeda dari semua kebudayaan dan agama yang lain. Mereka tidak memiliki sumber yang melampaui dunia ciptaan, yang melampaui dunia fisik, yang menuju kepada Allah Pencipta sebagai Inisiator, Sang Satu yang mewahyukan kebenaran kepada umat manusia. Dan dalam tahap yang terakhir ini, saya mengetahui bahwa saya bukan apa-apa kecuali sebuah objek. Saya bukan subjek, saya bukan Tuhan. Saya hanyalah makhluk kecil yang dikontrol oleh-Nya, yang adalah Tuhan dan Pemilik hidup saya. Orang yang percaya Pengakuan Iman Rasuli menaklukkan diri, memperlakukan diri sebagai sesuatu yang kecil di dalam ke-Tuhan-an Allah. Saya tidak mungkin mengatur hidup saya seturut kebebasan saya sendiri. Jean-Paul Sartre, seorang filsuf Prancis yang terkenal, mengatakan, “Engkau harus mengambil keputusan, engkau harus menentukan masa depanmu sendiri, engkau tidak pernah boleh percaya, atau taat kepada siapa pun atau membiarkan siapa pun menentukan rencana masa depanmu.”

Di usia dua puluh tahun saya telah membaca filsafat Sartre, Heidegger, Kierkegaard, dan lain-lain. Ketika saya muda, teman sebaya saya tidak tertarik filsafat. Mereka hanya sibuk makan di mana, bagaimana mendapat uang banyak, dan itu semua tidak penting bagi saya. Saya berpikir bagaimana memberitakan firman, mengerti kebenaran dengan jalur yang benar, menganalisis kelemahan filsafat yang dipikirkan manusia. Dalam khotbah saya berusaha merangsang pikiran pendengar untuk mengembalikan fungsi rasio, yang dicipta dan dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, setia kepada firman sebagai orang yang bertanggung jawab di dalam iman kepercayaan, melampaui apa yang dipikirkan dan diketahui manusia. Iman kepercayaanmu itu haruslah didasarkan pada wahyu Allah yang jujur di dalam kerelaan-Nya untuk menyatakan kebenaran kepadamu. Dengan demikian, biarlah pikiran dan kepercayaan kita bisa seturut kebenaran Allah. Inilah tugas seumur hidup kita. Saya tahu karena saya percaya di dalam Engkau, Allahku, yang aku percaya sebagai Tuhanku. Engkau Tuan Pemilik dan Satu-satunya yang mengontrol hidupku, pikiranku, pengetahuanku, dan imanku. Biarlah ketika engkau makin pandai, makin bergelar tinggi, engkau sadar semua itu dari Tuhan. Seberat apa pun yang kaupikirkan, berapa besar penemuanmu, ingatlah bahwa semua pikiran itu berasal dan dimiliki oleh Tuhan. Mengapa? Karena kalimat: Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Amin

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 5: Butir Pertama (5)

Kita telah melihat betapa kegagalan kebudayaan-kebudayaan agung mengerti tentang asalnya dunia ini dan bagaimana Pengakuan Iman Rasuli telah memberikan pengertian yang begitu luar biasa. Kebudayaan Yunani yang menjadi dasar budaya Barat telah begitu unggul meneliti fenomena alam, memberikan kekuatan pendidikan, yang membuat kita menyekolahkan anak kita ke Barat, bukan ke India atau Afrika. Tetapi munculnya Perjanjian Baru di mana Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah… segala sesuatu dijadikan oleh Dia,” (Yohanes 1:1, 3) dan sampai Ibrani 11 dikatakan, “bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, hingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat,” maka kebudayaan Yunani tidak bisa dibandingkan dengan Alkitab, karena hanya Alkitab yang membahas asal mula alam semesta ini, sehingga iman Kristen pun dinyatakan.

Butir pertama Pengakuan Iman Rasuli berkata, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.” Ini pertama kali iman melihat dunia di luar dunia ciptaan ini. Ini disebut sistem terbuka, suatu penerobosan keluar batasan lingkup dunia ciptaan. Sistem terbuka ini dimulai oleh kekristenan. Sistem ini tidak dimiliki oleh bangsa Tionghoa, India, Babilonia, Mesir, bahkan Yunani. Theolog Amerika, Paul Tillich mengatakan, “Dunia Gerika adalah dunia plastik,” yaitu suatu dunia yang sudah ditetapkan, statis, tidak berubah, dan menanti kita untuk menelitinya. Pandangan Alkitab sama sekali berbeda. Jika Sang Pencipta mau, maka sesuatu bisa ada atau musnah, maka kita perlu menerobos dunia ciptaan ini dan mau mengerti dunia Allah Pencipta. 

Para ilmuwan tidak tahu, bahwa penelitian Yunani itu merupakan sistem tertutup. Sistem tertutup ini berjalan terus hingga era Newton. Barulah di abad ke-20 muncul seorang dari delapan filsuf Kristen yang besar, di antara ratusan filsuf yang ada, yaitu Thomas Kuhn. Ia berkata, “Kemajuan perubahan sejarah terjadi jika ada pergeseran paradigma (paradigm shift).” Jika paradigma berubah, baru ada kemajuan dalam metodologi. Ia berkata bahwa kita harus belajar meneliti sesuatu dengan sistem terbuka.

Butir pertama PIR ini ada jauh sebelum ditetapkannya metodologi bahwa dunia alam ini tidak boleh membelenggu kita, tetapi kita harus menerobos, melampaui, dan melihat dunia di luar dunia ciptaan, yaitu Sang Pencipta, barulah kita mengerti dari mana datangnya dunia ini. Aku di dalam dunia ciptaan, mengenal Allah Pencipta dalam lingkup yang terbelenggu, tetapi imanku mendapat kebebasan sejati melalui wahyu Allah Pencipta dunia ini.

Butir pertama PIR berkata, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.” Inilah berharganya iman kita, yang merupakan pembebasan di dalam hati kita. Karena Allah adalah Pencipta langit dan bumi, kita mendapatkan iman ini. Hanya dalam butir ini saja kita melihat bagaimana iman membangun kerohanian. Dalam tahapan kebudayaan, pengetahuan adalah hal terendah. Meneliti materi itu hal yang rendah. Meneliti manusia lebih tinggi. Orang yang mendapat kesulitan di dalam bidang teknologi merasa bahwa mereka itu yang tertinggi dalam dunia ini, tetapi di gereja kita, banyak pemuda yang menyadari dari tempat yang tadinya mereka pikir itu “yang tertinggi di dunia” kini mereka tinggalkan, lalu sekolah theologi dan menjadi hamba Tuhan. Yang manusia pandang tinggi, dipandang rendah oleh Tuhan; yang manusia pandang rendah, sering kali dipandang tinggi oleh Tuhan. Ilmu itu rendah karena ilmu dan teknologi hanya memperbaiki kehidupan jasmani, tetapi tidak bisa meningkatkan moralitas dan memuaskan kebutuhan rohani kita.

Saya pernah berkhotbah di MIT (Massachusetts Institute of Technology) sekitar dua puluh tahun yang lalu, bahwa ada tiga tahapan kebudayaan, yaitu dari kata Latin: scio, cogito, dan credo. (1) Scio, artinya “aku tahu”, yaitu aku mengamati, meneliti, dan memperhitungkan, sehingga saya tahu. Ini merupakan pengetahuan akan alam ini. Tetapi ketika kita tidak bisa lagi melampaui batasan ini, maka kita harus masuk ke upaya melakukan kebaikan. Ilmuwan tidak mampu menjelaskan tentang dosa dan kebajikan. Maka, ketika seseorang mau mengetahui yang lebih tinggi dari ilmu pengetahuan, dia tidak lagi bisa meneliti dan menghitungnya, tetapi harus mulai membayangkannya. (2) Cogito, artinya “aku berpikir”, di mana sekalipun orang merasa sudah berpikir jelas, ia tetap belum tentu benar. Maka, sering kali timbul berbagai perdebatan, karena apa yang engkau ungkapkan berbeda argumentasinya dengan orang lain. Ada pepatah Tionghoa mengatakan, “Masing-masing orang menganggap diri benar dan menganggap orang lain salah.” Ketika kita tiba pada tahapan “aku berpikir” maka sulit sekali untuk kita masuk ke jawaban yang mutlak. Maka dunia psikologi, etika, dan agama semua bersifat relatif. Yang oleh orang India dianggap baik, oleh orang Tionghoa dianggap tidak baik. Yang orang Kristen anggap baik, oleh orang Muslim dianggap tidak baik, dan seterusnya. Yang tidak bisa diselesaikan dengan ilmu, hanya bisa kita bayangkan. Ketika membayangkan tidak bisa menyelesaikan, kita pun butuh melangkah lebih tinggi lagi. (3) Credo, artinya “aku percaya”. Inilah yang tertinggi. PIR di tempat yang tertinggi karena mulai bukan dengan “aku tahu” atau “aku berpikir”, tetapi dengan “aku percaya”. Inilah yang diumumkan oleh orang Kristen kepada dunia. Kita melampaui ilmu dan filsafat, membangun iman kita di atas kebenaran yang Allah wahyukan. Allah yang sungguh ada, mewahyukan kebenaran yang sejati, aku sungguh menerimanya dengan tulus dan taat kepada apa yang Allah wahyukan, dan itu menjadi keyakinan kepercayaan kita.

Kepercayaan, yaitu sungguh taat dan tunduk pada Allah yang mewahyukan kebenaran yang sejati, dengan hati yang jujur mau takluk pada wahyu Allah sejati dari Allah yang sejati dan sungguh jujur. Wahyu Allah itu sejati, kebenaran yang Allah wahyukan itu, yaitu kebenaran sejati. Aku sungguh percaya pada Allah sejati, yang sungguh mewahyukan kebenaran yang sejati. Inilah namanya kepercayaan keyakinan. Maka, keyakinan tidak bisa dipisahkan dengan kesejatian. Dalam pemahaman orang-orang Yunani, iman dengan firman sejati juga tidak bisa dipisahkan. Di sinilah masalah terbesar dalam agama.

Setiap agama berkata mereka menerima wahyu. Tetapi wahyu yang diyakini diterima oleh satu agama, ternyata berbeda dari wahyu yang diterima oleh agama-agama lain. Maka kita pun menjadi bingung. Apakah Allah bercabang lidah? Tentu tidak mungkin. Kebenaran itu adalah kebenaran, Allah adalah kebenaran. Tuhan Yesus Kristus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Di dalam 1 Yohanes 5:9 dikatakan, “Roh Kudus adalah Roh kebenaran,” maka Allah Tritunggal adalah Allah yang sejati. Saat kita sungguh mengerti, maka kita akan taat kepada Allah dan wahyu yang sejati. Ketika kita sungguh percaya akan wahyu yang sejati, itulah yang disebut keyakinan. PIR mulai dari hal ini.

Di dalam PIR ada delapan kali dikatakan “Aku percaya”. Dan semua itu dimulai dari, “Aku percaya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi,” sampai diakhiri dengan, “Aku percaya pada hidup yang kekal.” Ini berarti bahwa orang Kristen ialah orang-orang yang menerima anugerah keselamatan dan hidup yang kekal dari Allah. Frasa kedua berkata, “Bapa yang Mahakuasa.” Di dalam kemahakuasaan-Nya, bukan berarti Allah mempunyai kekuatan untuk melakukan apa saja. Allah tidak bisa berdosa, maka jika Anda berkata Ia adalah Allah yang Mahakuasa, maka Ia harus bisa berbuat dosa, kemahakuasaan Allah tidak bisa dijelaskan seperti itu. Kemahakuasaan hanya bisa dimengerti bahwa semua kekuatan dalam hal yang bajik berasal dan datang dari-Nya.

Ketika kita berkata, “Bapa yang Mahakuasa,” kita sedang membahas bahwa Ia adalah sumber segalanya. Ia permulaan dari segala kuasa kebajikan. Ia menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu. Setelah menciptakan, Ia menjadi penguasa langit dan bumi. Maka ketika Yesus menyebut Allah, Ia berkata, “Oh, Tuhan langit dan bumi.” Ini merupakan kalimat teladan yang Yesus ucapkan kepada Allah Bapa. Dalam Alkitab ada sebagian sebutan yang kebanyakan orang tidak mengerti. Ketika Paulus menjelaskan tentang ilah dalam dunia ini, ia sedang menunjuk kepada Iblis bukan kepada Allah. Tetapi ketika Yesus berkata, “Raja dunia ini,” itu menunjuk kepada Iblis, bukan kepada Allah. Raja dunia adalah penguasa yang menguasai pendosa di dalam dunia, dan itu menunjuk kepada Iblis. Ilah dunia ialah tuhan palsu yang dianggap sebagai ilah manusia, dan disembah. Ketika Tuhan Yesus membahas tentang Allah, Ia berkata, “Tuhan langit dan bumi, Tuhan pengontrol semua penguasa, penghakim seluruh langit dan bumi.” Dia adalah Allah.

Ada dua macam manusia, 1) yang percaya kepada Allah dan 2) yang tidak percaya kepada Allah. Orang yang tidak percaya kepada Allah ada dua macam, yaitu 1) yang tidak percaya Allah itu ada, dan 2) yang percaya Allah itu tidak ada. Percaya Allah tidak ada, berarti secara konseptual sama sekali tidak ada Allah. Yang kedua adalah orang yang tidak peduli keberadaan Allah, karena ia tahu Allah ada, tetapi tidak mau percaya kepada-Nya. Kemudian, ada satu golongan manusia lain, yaitu kaum agnostik, yang tidak mau tahu baik Allah ada atau tidak ada. Konfusius berkata, “Mungkin ada, mungkin tidak ada, saya percaya mungkin Allah ada, tetapi saya tidak mau mendiskusikannya. Aku tidak mau berbicara tentang yang aneh, yang berkuasa, misterius, kacau, dan ilahi.” Dia berkata bahwa penguasa segala sesuatu mungkin ada, tetapi saya tidak tahu siapa dia, maka saya sebut dia sebagai langit.

Laozhi berkata, “Ada yang namanya firman, ada sebelum dunia dicipta.” Ia tidak menyebutnya sebagai Allah, tetapi sebagai firman yang kekal. Menurut Islam, percaya kepada Allah yang Esa, yang kekal, yang ada dalam dunia roh, yang tidak tampak, yang menciptakan, tetapi tidak dilahirkan, dan juga tidak melahirkan. Menurut kekristenan, “Aku percaya kepada Allah: Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus; Allah Tritunggal. Allah yang saling berhubungan, Bapa mengasihi Anak, Anak mengasihi Roh Kudus, Roh Kudus mengasihi Bapa, sehingga timbul komunikasi, persekutuan, dan saling memerhatikan.” Inilah fondasi dari segala komunitas. Jika engkau mengerti relasi Allah Tritunggal, maka engkau akan belajar saling mengasihi.

Hanya Alkitab yang paling sempurna, tepat, kekal, universal, dan tidak berubah. Kebenaran sejati telah diwahyukan, maka aku percaya kepada Allah, yang merupakan Allah yang Esa, tidak berubah, kekal, bajik, kudus, dan adil. Iman kita pun dibangun di atas kebenaran yang murni ini. Ketika engkau bertanya kepada penganut Hinduisme, tentang kepercayaan mereka kepada Allah, maka akan dijawab, “Lembu, kuda, domba, dan babi ialah Allah, karena mereka ada nyawanya, yang ada nyawa pasti ada sifat ilahi di dalamnya.” Orang Hindu memiliki 360 juta dewa. Di dalam konsep Hindu, semua hewan ialah Allah. Yang paling mereka hormati salah satunya adalah lembu, karena lembu membajak barulah engkau mendapat makanan.

Di dalam sejarah filsafat, ada beberapa keyakinan kepada Tuhan. Salah satunya adalah (1) Deisme, yaitu natural theism. Kepercayaan bahwa Allah adalah Allah alam. Artinya, Allah mencipta segalanya, lalu Ia membiarkannya. Suatu hari ada akhir zaman di mana kekuatan alam habis, sehingga selesai semuanya. Paham deisme dimulai sekitar abad ke-17 dari kota Cherbury, kota kecil di Inggris. Di situ ada seorang bernama Herbert of Cherbury. Ia menemukan teori yaitu alam ada karena diciptakan Allah, tetapi setelah selesai diciptakan dan menaruh dalil dan kekuatan alam, maka Allah pun beristirahat dan membiarkan alam berputar dengan sendirinya. Teori ini kemudian dikembangkan oleh William Paley. Akhir abad ke-17 hingga abad ke-19, Prancis telah menciptakan arloji dan lonceng yang terbaik di dunia. Di Paris ada orang genius bernama Abraham Brequet yang membuat Tourbillion, yang memengaruhi dunia arloji hingga sekarang ini. Tourbillion ditambah dengan minute repeater, menjadi arloji termahal di dunia. Di Prancis banyak sekali ahli arloji. Paley mengatakan, “Jika arloji berputar, maka ia mulai bergerak, dan pergerakan itu sampai pernya habis energi untuk berputar, berhentilah arloji tersebut. Demikian pula Allah mencipta dunia ini, menaruh kekuatan di dalamnya, maka dunia ini berputar sampai satu hari kekuatan itu habis dan berhentilah semuanya pada hari kiamat.” Teori deisme ini memengaruhi dari Inggris sampai ke seluruh Eropa. Maka, mereka mengajak orang Kristen meninggalkan Tuhan Yesus, tetapi meninggikan ilmu. Kita percaya kepada Allah dan penciptaan, tetapi kita tidak percaya Dia menguasai, karena Allah setelah menciptakan, membiarkan semua berjalan sendiri. Pikiran Herbertof Cherbury dan William Paley memengaruhi generasi muda di Eropa yang membuat gereja kosong. Prancis menjadi kasihan sekali, karena mereka tidak mempunyai Tuhan dan menentang kekristenan. Berbagai akibat deisme menyebabkan Eropa kehilangan pegangan iman. Belanda yang pertama menyetujui LGBT. Kejahatan terjadi di mana-mana. Semua ini terjadi karena mereka meninggalkan PIR dan kepercayaan yang murni. PIR merupakan jaminan terbesar dalam kehidupan manusia, dimulai dari bagaimana manusia percaya kepada Allah, masyarakat saling menghormati, sampai akhirnya masuk ke dalam dunia kekekalan. (2) Pantheisme merupakan filsafat kedua, di mana manusia percaya bahwa alam ini adalah Allah, sehingga sifat ilahi ada di segala makhluk dan benda. Dengan pemahaman ini pasti nuranimu menjadi yang terbaik, karena hewan pun tidak akan engkau celakai, karena Allah itu adalah alam. Hingga abad ke-21, di era postmodern ini, pemahaman yang banyak dianut masyarakat postmodernadalah pantheisme. (3) Politheisme, adalah pemahaman seperti Hindu, yaitu percaya banyak Allah. Orang Kristen harus menghormati kebebasan mereka, tetapi tidak perlu menerima pendirian mereka, karena kita memiliki wahyu Allah sejati yang secara sungguh telah mewahyukan kebenaran sejati. Dengan demikian keyakinan iman kita berbeda. Kita harus kembali kepada Alkitab dengan kalimat pertamanya, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 6: Butir Pertama (6)

Mengerti PIR adalah hal yang sangat serius, sangat penting, dan sangat memerlukan perhatian khusus, karena ini mewakili reaksi kita kepada Tuhan setelah firman diberikan ke dalam dunia. Diberikannya firman ke dunia menyatakan kesungguhan Allah memberikan kebenaran sejati dari motivasi yang jujur oleh Allah, satu-satunya Kebenaran kepada manusia yang mau Ia didik, Ia wahyukan, dan perlengkapi dengan kebenaran firman. Oleh karena itu, seharusnya manusia dengan jujur memberikan tanggapan yang suci dan sungguh kepada kesetiaan Tuhan. Kesungguhan Allah ketika bertemu dengan kesungguhan respons manusia, akan menghasilkan iman kepercayaan yang sungguh pula.

Iman adalah hal yang paling serius dalam hidup manusia. Tanpa iman kepercayaan, tidak seorang pun diperkenan Allah. Di hadapan Allah bukan kelakuan yang diperhitungkan, karena kelakuan kita bobrok penuh kepura-puraan. Kelakuan manusia semua bercacat-cela sehingga tidak memperkenan Allah. Martin Luther mengatakan, “Iman adalah penerimaan terhadap penerimaan.” Luther masuk ke wilayah yang begitu limpah dan jitu dalam mengerti iman. Iman berarti aku menerima fakta, fakta bahwa aku telah diterima oleh Tuhan.

Mengapa Tuhan menerima saya yang tidak layak, tidak beres, tidak patut, tidak berkualifikasi cukup, dan tidak cukup syarat untuk diterima? Dalam hal ini saya tidak menolak, tidak membantah, tidak berdebat, melainkan menerima ini sebagai fakta yang Tuhan telah kerjakan di luar kemampuan pikiran saya. Ini adalah anugerah yang saya terima. Martin Luther telah membawa seluruh umat manusia mengerti iman yang sekaligus di dalamnya mengisi anugerah yang tidak layak kita terima.

Fakta yang sungguh terjadi ketika kita yang tidak layak diberkati Tuhan, tidak layak diterima oleh Tuhan, betul-betul telah diterima karena anugerah-Nya. Tuhan berkata kepada Israel, “Jangan anggap Aku memilih kamu karena kebolehanmu. Aku memilih kamu bukan karena engkau memiliki sedikit kelayakan, tetapi karena Aku adalah kasih.” Allah mengasihi kita karena Allah adalah kasih dan kita tidak patut dikasihi, sementara Yang Mengasihi kita memiliki kemurahan limpah dari kemungkinan kesanggupan kita dikasihi, maka Allah mengasihi kita.

Ketika tua, Musa berkata, “O, Israel, engkau adalah bangsa yang terkecil di antara bangsa-bangsa, tetapi Allah telah memilih engkau menjadi umat-Nya.” Allah tidak memilih Mesopotamia atau Mesir yang besar, atau Persia yang perkasa. Tuhan mengasihi Israel dan memilihnya untuk menjadi umat kepunyaan-Nya. Hal ini dimengerti oleh Paulus ketika ia tua. Ia mengatakan, “Tuhan memilih yang kurang, yang miskin, yang lemah, yang bodoh, yang tidak patut dicintai Tuhan.” Itulah anugerah! Anugerah Tuhan begitu besar hingga kita bisa berespons kepada-Nya.

Saya berulang kali mengatakan, “Manusia bukan seperti bagaimana perilakunya, manusia bukan menurut apa yang ia pikir, manusia bukan menurut apa yang ia rasa, tetapi manusia adalah menurut bagaimana ia bereaksi di hadapan Allah.” Nilai manusia disetarakan dengan reaksinya di hadapan Allah. Hal ini berbeda dari pandangan filsafat, psikologi, semua kebudayaan, dan agama. Agama kebanyakan hanya mengerti manusia menurut apa yang ia lakukan. Alkitab tidak mengatakan demikian. Tidak ada apa pun yang kaulakukan yang dapat menyenangkan Allah. Alkitab menegaskan bahwa bagaimana engkau bereaksi kepada Tuhan itulah yang menentukan nilaimu di dalam kekekalan. Oleh karena itu, reaksi kita kepada Tuhan menentukan nasib kekekalan kita. Iman adalah reaksi total kita kepada Tuhan.

Pengakuan Iman Rasuli adalah reaksi kepada Tuhan melalui iman. Bagi dunia, mungkin iman kurang penting, kita mau percaya apa dianggap bukan urusan serius. Tuhan tidak pernah mengatakan demikian. Meskipun Allah memberikan kebebasan beragama, tetapi kebebasan beragama tidak menjamin engkau hidup dalam kebenaran. Kebebasan beragama adalah hak yang diberikan Tuhan, tetapi kebebasan beragama – yang tidak diatur oleh Roh Kudus dan kebenaran Tuhan – akan membinasakan engkau. Sama seperti orang bisa berkebebasan untuk bunuh diri, atau minum obat bius sebanyak-banyaknya, atau mau loncat ke dalam laut, tetapi semua kebebasan itu tidak membawa pertumbuhan hidup kepada orang tersebut, sebaliknya bisa menjadi musuh Tuhan. Tindakan kita akan menunjukkan bagaimana kita bereaksi di hadapan Allah. Kita harus berani berbicara pada dunia jika kita harus berbicara, kita harus berani berperang jika memang harus berperang. Ketika kita tidak berani berbicara ketika kita harus berbicara, kita bukan saksi Kristus. Orang Kristen yang lemah dan mudah dibeli dengan uang bukanlah orang Kristen. Pengakuan Iman Rasuli adalah reaksi umat pilihan yang setia kepada wahyu Allah. Ketika kita sungguh-sungguh berkata ya, Allah menjadi iman kita. 

Saya membagi kebudayaan manusia ke dalam tiga lapisan. 1) Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ingin tahu (Latin: scio). Tidak ada kucing yang ingin tahu matahari itu apa dan apa bedanya dari bulan. Macan juga tidak ingin tahu. Hanya manusia yang ingin tahu. Anak dari kecil sudah ingin tahu banyak hal. Tetapi ingin tahu adalah lapisan paling rendah. Maka ilmu pengetahuan adalah hal yang paling rendah. Ilmu pengetahuan menyelidiki alam dan itu hal yang paling rendah. Sokrates mengatakan, “Engkau mengetahui segala sesuatu tetapi tidak mengetahui siapa dirimu, itu adalah kebodohan.” Hal ini memutarbalikkan dan mengarahkan filsafat ke tingkat yang lebih tinggi. 2) Manusia menjadi makhluk berpikir (Latin: cogito). Manusia mulai berupaya mencari pengertian, tidak cukup tahu, tetapi mau mengerti. Tahu itu berkenaan dengan objek, berpikir berkaitan dengan subjek. Berpikir di dalamnya menyangkut bagaimana merelasikan, menganalisis, memperhitungkan berbagai hal, bukan sekadar mengetahui suatu objek. Maka engkau harus berpikir lebih tinggi dari sekadar tahu. 3) Tetapi masih ada yang lebih tinggi lagi, yaitu percaya (Latin: credo). Ketika engkau mencintai seorang wanita, engkau bukan tahu apa seluruh seluk-beluk wanita itu, atau engkau mengerti apakah dia akan membuat engkau bahagia, tetapi karena engkau percaya bahwa ia akan memberikan kebahagiaan. Seberapa pun pandai seseorang berpikir, ia tidak akan pernah tahu jodohnya akan menjadi apa. Maka, percaya adalah hal yang paling tinggi. Persoalannya adalah engkau percaya kepada siapa. 

Jika engkau percaya kepada yang tidak bisa dipercaya, maka engkau telah menginvestasikan hidupmu ke dalam wilayah yang salah. Jika engkau percaya kepada laki-laki yang tidak patut dipercaya, dia akan mempermainkan cintamu dan percayamu, maka engkau akan menghancurkan hidupmu di dalam iman yang salah. Itu sebabnya, Allah sejati dengan motivasi sejati memberikan pengajaran yang sejati yaitu kebenaran yang tepat, barulah boleh menjadi reaksi kita untuk beriman dengan jujur kepada-Nya. Yang jujur bertemu dengan yang jujur akan menghasilkan iman sejati dan keuntungan sejati. Itulah investasi yang sejati. Yang jujur ketemu penipu, maka imannya akan rugi.

Pengakuan Iman Rasuli berada di tempat tertinggi. Jangan beranggapan orang Kristen percaya takhayul. Kita berbeda dari semua karena kita beriman kepada Dia yang adalah Sang Kebenaran, yang sungguh-sungguh memberitahukan kepada kita kebenaran kekal untuk menjadi dasar iman kita. Lapisan ketiga ini merupakan kalimat pertama Pengakuan Iman Rasuli, Credo Dios (Aku percaya kepada Allah). Tiga kalimat pertama Credo ini adalah: 1) Aku percaya kepada Allah; 2) Bapa yang Mahakuasa; 3) Pencipta langit dan bumi.

Aku percaya kepada Allah, ini adalah sikap manusia kepada Tuhan yang mewahyukan kebenaran kepada kita. Dunia terbagi menjadi dua, yaitu manusia yang percaya kepada Allah dan yang tidak percaya kepada Allah. Tetapi yang sama-sama mengaku percaya Allah, ternyata Allah dari semua agama memiliki konotasi yang berbeda. Kali ini kita membicarakan yang tidak mau percaya kepada Allah. Yang tidak percaya kepada Allah masih terbagi menjadi dua kelompok lagi, yaitu: 1) Yang tidak percaya kepada Allah, dan 2) Yang percaya Allah tidak ada. Ada orang yang ketika ditanya apakah ia atheis, ia mengatakan tidak. Ia tidak mengakui bahwa ia atheis karena ia tetap percaya ada Allah, tetapi ia tidak merasa mengenal Allah itu ataupun perlu percaya dan bersandar kepada-Nya. Di zaman Charles Darwin, ada dua profesor yaitu Thomas Henry Huxley dan Sir Herbert Spencer. Kedua orang ini memopulerkan Teori Evolusi ke seluruh dunia yang berbahasa Inggris. Mereka adalah kawan baik Darwin, dan seperti Darwin, mereka tidak pernah menyatakan diri sebagai seorang atheis. Darwin pernah mengatakan, “Saya tetap percaya ada Allah, tetapi apa yang disebut Allah saya tidak tahu. Saya tidak berani mengatakan Allah tidak ada, tetapi saya tidak tahu.” Inilah paham agnostik. Atheis berarti tidak ada Allah, agnostik berarti tidak tahu Allah ada. Agnostik abad ke-19 dimulai oleh Thomas Henry Huxley yang kemudian disetujui oleh Sir Herbert Spencer.

Selain agnostik, ada deisme. Deisme mulai dari Herbert of Cherbury. Dia percaya Allah ada, Allah menciptakan alam semesta ini, tetapi sesudah itu Allah diam dan apatis. Allah yang menciptakan tidak lagi ada hubungan langsung dengan semua ciptaan-Nya. Manusia harus berusaha sendiri, alam berjalan dengan sendirinya, bagaikan pembuat jam, yang setelah membuatnya, memutar pernya lalu membiarkannya berjalan terus sampai jam itu rusak. Ini yang dimengerti oleh Herbert of Cherbury. Ini bagaikan binatang yang setelah melahirkan anak, anaknya dalam tiga menit sudah bisa buka mata lalu bisa berjalan dan mencari makan sendiri. Manusia tidak demikian. Manusia setelah lahir menunggu satu tahun baru bisa berjalan. Manusia tidak seperti binatang. Manusia paling sulit dipelihara, maka manusia paling bernilai. Manusia paling tinggi hidupnya, maka memerlukan pemeliharaan yang sangat susah. Kita beriman kepada Tuhan, kita percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Ini adalah kepercayaan kepada Allah dalam tiga tahapan: 1) Percaya kepada Allah dan keberadaan-Nya; 2) Percaya di dalam Allah yang kuasa-Nya terpelihara kekal; 3) Percaya bahwa dengan kuasa itu Ia memelihara dan mencukupi seluruh ciptaan-Nya. Aku percaya kepada Allah, Bapa sumber yang Mahakuasa memelihara segala sesuatu; Pencipta, Pelindung, dan Penyedia segala sesuatu di sorga dan di bumi. Di dalam satu iman kepercayaan butir pertama ini terkandung tiga hal yang begitu penting.

Ketika kita melihat alam semesta, orang Kristen menjawab bahwa alam semesta ada karena diciptakan oleh Allah. Orang Tionghoa dan orang India, memiliki takhayulnya yang sulit dipertanggungjawabkan. Orang Gerika mencoba menyelidiki dan mencari jawaban ilmiah, sampai-sampai Thales sejak tahun 585 BC sudah menemukan gerhana. Mereka mencoba mencari asal mula alam semesta ini tetapi tidak ada jawaban yang memadai. Hanya dari Kitab Suci kita mendapatkan jawaban yang jelas dan lugas. Kitab Suci yang pertama menyodorkan sistem terbuka (open system)untuk mengetahui alam semesta ini. Kita bersyukur Pengakuan Iman Rasuli yang pertama membuka pikiran manusia dan menggeser manusia dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka. Amin

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 7: Butir Kedua (1) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita.

Kita sudah menyelesaikan butir pertama PIR tentang iman kepada Allah, dan hari ini kita mulai butir kedua. Inilah kebahagiaan di antara umat manusia. Semacam orang percaya kepada Allah yang tak tampak, di sorga, sebagai Tuhan, Bapa, dan Pemilik alam semesta. Sesudah butir pertama, butir kedua yang paling panjang, penting, limpah, dan inti yaitu iman kepada Yesus Kristus, di mana PL menjadikan Kristus sebagai pusat, PB menjadikan Kristus sebagai berita.

Iman Kristen ada dalam diri Kristus. Tanpa Kristus tidak ada sasaran dan intisari iman, serta kuasa pelayanan. Kristus yang terutama, terawal, terakhir, dan yang menyempurnakan. Dalam Kristus Allah bekerja, mempersatukan, dan menopang segala yang sudah diciptakan. PL mengandung Kristus, PB mewujudkan. PL memproyeksikan ke depan tentang PB di mana Kristus sebagai Juru Selamat dan Tuhan orang percaya. Inilah butir kedua, Yesus bukan dipercaya hanya sebagai Pencipta, tetapi Tuhan. Kenapa Kristus diimani sebagai Tuhan? Untuk Allah Bapa, tiga frasa membentuk butir pertama. Untuk Yesus Kristus, 13 frasa yang membentuk konfesi. Untuk Roh Kudus, cuma satu kalimat, “Aku percaya kepada Roh Kudus.” Memang sejak ratusan tahun lalu, para theolog sudah menyadari kenapa percaya kepada Roh Kudus hanya perlu satu kalimat. Kita tahu cuma satu kalimat, “Aku percaya kepada Roh Kudus,” akan menjadi celah yang terlalu besar, yang berefek Karismatik sembarang menafsirkan Roh Kudus. Karena dalam PIR tidak jelas, tidak lengkap, atau tidak teliti membahas Roh Kudus. Maka dalam minggu-minggu selanjutnya kita akan menjelaskannya semua. Saya percaya penjelasan tentang PIR di sini akan menjadi penjelasan yang paling teliti dan sempurna di antara mimbar Indonesia.

Dalam butir kedua tentang Kristologi ada 13 frasa, dimulai dengan: “Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita.” Atau versi lain: “Aku percaya kepada Yesus Kristus, Tuhanku. Ialah Anak Allah yang tunggal.” Urutan sedikit berbeda itu tidak penting, intinya semua sudah ada di dalam. Yesus Kristus sebagai Tuhan. Ini dimulai kapan? Yesus Kristus disebut dan diimani sebagai Tuhan, apakah karena Ia mempunyai karya yang agung hingga kita mengangkat Dia masuk ke wilayah keilahian, yaitu manusia diperilah dan disebut sebagai Tuhan? Saya percaya bukan karena Yesus sudah sangat besar dan agung, hingga Ia diangkat dan diperilah menjadi Allah dan Tuhan. Sebenarnya, sedari mula saat Yesus lahir sudah diberi tahu kepada kita, Ialah Tuhan. Ini tercantum dalam nubuat malaikat kepada orang yang menjaga domba di padang belantara di luar pintu gerbang kota Betlehem. Kepada para penggembala malaikat berkata, “Hari ini aku memberitakan kepadamu satu berita sukacita yang bersangkut paut dengan segala bangsa.” Ini adalah berita universal, global, untuk seluruh umat manusia, bahwa hari ini telah dilahirkan seorang Juru Selamat yaitu Kristus. Istilah Yesus sebagai Tuhan, bukan setelah Ia lahir, mati, selesai hidup, menyembuhkan banyak orang lalu diperdewa dan disebut Tuhan. Yesus adalah Tuhan, dalam kekekalan sudah Tuhan, sebelum lahir sudah Tuhan. Dalam proklamasi, “Hari ini telah dilahirkan bagimu seorang Juru Selamat yaitu Kristus Tuhan,” sekaligus tiga nama dinyatakan kepada satu kelompok yang termiskin di antara orang Yahudi, yaitu para gembala yang semalam suntuk harus menjaga domba, karena mereka miskin. Pekerjaan ini begitu menguras tenaga agar mendapat nafkah untuk menyambung hidup, tetapi mereka justru kelompok kecil pertama yang menerima berita dari sorga melalui malaikat bahwa Yesus adalah Tuhan.

Dalam seluruh butir kedua tentang Kristologi, ada keunikan dibandingkan butir-butir lain. Butir kedua adalah satu-satunya yang berbicara tentang peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Dalam sejarah, di saat dan tempat tertentu, Ia harus dilahirkan dan disalibkan. Jadi, kelahiran Kristus bukan khayalan di awang-awang, tetapi nyata dalam sejarah, bersangkut dengan manusia yang ada dan hidup dalam sejarah. Dan ini adalah suatu konfesi yang khusus tentang tempat, waktu, dan keberadaan dalam sejarah. Berbeda dengan semua agama lain, kekristenan percaya kepada sesuatu yang berwujud, pernah terjadi, dan peristiwanya pernah ada dalam sejarah. Para dewa dalam mitologi Yunani tidak pernah tahu kapan dan di mana lahirnya. Para dewa yang diperilah Tionghoa, semuanya manusia biasa seperti kita, penuh dosa, kelemahan, dan belum pernah jadi Allah. Manusia yang diperilah adalah ilah yang dipersamakan seperti manusia dan ilah seperti itu omong kosong. Jika ia manusia, maka ia bukan Allah. Jika ia ilah dalam kekosongan, maka tak pernah menjadi manusia. Jadi, tidak ada relevansi dengan hidup manusia dalam sejarah. Tapi, kekristenan sangat berbeda. Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, Ia bukan Allah khayalan atau mitologis, tetapi Allah yang menciptakan langit dan bumi. Ia bukan manusia yang diperilah, tetapi Allah yang menjelma menjadi manusia. Maka, keistimewaan butir kedua ini merupakan keistimewaan iman Kristen itu sendiri. Tanpa semua yang terwujud dalam waktu dan tempat, maka kekristenan tidak ada dasar.

Apa dasar mitologi Yunani? Tidak ada tempat, zaman, dan manusia bersangkut paut dengan para dewa mereka. Semua dewa Yunani tidak sungguh ada, hanya khayalan dan mitos. Demikian juga semua yang diperilah manusia hanyalah para manusia biasa yang tidak pernah mempunyai sifat ilahi. Mereka sendiri pun tidak pernah mengklaim diri mereka sebagai yang ilahi dan juga tidak berhak diperilah menjadi objek penyembahan. Mereka adalah manusia yang sungguh pernah ada, tetapi bukan ilah. Maka, dalam Kristologi dan PIR, butir kedua mempunyai keistimewaan yaitu Allah menjelma menjadi manusia. Saat Allah menjelma menjadi manusia, ada tempat, waktu, dan orang-orang yang bersangkut paut dengan-Nya. Inilah kelebihan kekristenan, yaitu tidak menanamkan iman pada khayalan atau imajinasi kosong. Kita mempunyai iman yang ditujukan kepada satu Pribadi yang pernah turun menjadi manusia, yang sungguh ada dalam sejarah. Ia dilahirkan melalui rahim Maria yang digerakkan Roh Kudus. Di zaman Maria dan Pilatus di abad pertama, sejarahnya jelas. Lahir di Betlehem, tempatnya jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Disalibkan di Yerusalem di bawah penghakiman Pilatus. Kota Yerusalem sampai sekarang masih ada. Desa Betlehem sampai sekarang masih ada. Maria seorang manusia yang pernah hidup dalam dunia. Pilatus seorang yang dalam sejarah tercatat sebagai gubernur yang dikirim kekaisaran Romawi. Tempat, waktu, dan orang-orang membuktikan iman kita bukan kepada ilah yang tidak diketahui dan dikenal. Allah yang menciptakan alam semesta bukan ilah deis yang membiarkan ciptaan-Nya hidup dan mati sendiri, membiarkan dunia berputar menurut hukum alam, dan kekuatan yang sudah disediakan dalam diri alam sendiri, sampai kekuatan dunia ini habis lalu berhenti beredar dan manusia musnah.

Dalam kekristenan, Allah menciptakan dunia dan tidak membiarkan dunia hidup dan mati sendiri. Ia menopang, memelihara, dan mengunjungi umat-Nya di dunia yang Ia ciptakan dan kasihi. Menyebut Yesus sebagai Tuhan sebenarnya dilarang dilakukan mereka yang ada dalam kekaisaran Romawi, karena Romawi menetapkan konstitusi, bahwa kaisarlah pemilik dan tuhan atas tiap warganya. Entah sudah berapa raja dan kerajaan telah dikalahkan kekaisaran Romawi, maka seluruh rakyat mereka otomatis menjadi milik kaisar. Jika ada orang yang tidak mau mengaku kaisar sebagai tuhan, maka ia dianggap melawan dan memberontak kepada kekaisaran Romawi, dan harus ditangkap, diadili, dan dipenggal kepalanya. Tetapi, orang Yahudi tidak mau memanggil kaisar sebagai tuhan dan tidak mau menyerah sebagai budak kaisar. Di antara semua wilayah Romawi, yang paling sulit dikuasai yaitu kota Yerusalem, karena kaum Yahudi tidak mau menaati kaisar, mereka hanya mau mendengar para imam mereka sendiri, khususnya kepada Imam Kepala sebagai pemimpin rohani seluruh kaum Yahudi.

Yahudi sulit berubah konsep dan agama, mereka tahunya Jehovah is our Lord. Selain Yehovah tidak ada allah, selain Yehovah tidak ada tuhan. Maka, seluruh Yahudi bersedia dibunuh dan darah mereka dialirkan membasahi seluruh tanah Yehuda. Akhirnya, Romawi takluk dan membuat kebijakan, yaitu dalam kekaisaran Romawi harus memanggil kaisar sebagai tuhan, tetapi ada daerah Yahudi yang diizinkan tidak usah memanggil kaisar sebagai tuhan, karena bagi mereka Yehovah yang dipanggil sebagai Tuhan. Itu satu kekaisaran dua sistem. Kurang lebih dua ribu tahun kemudian, Tiongkok di bawah Deng Xiaoping menerapkan satu negara dua sistem. Deng berkata, seluruh Tiongkok menyetujui dan berbakti kepada komunisme, kecuali Taiwan dan Hongkong boleh mempunyai sistem demokrasi. Satu negara dua sistem, bukan dimulai dari Deng Xiaoping dan Tiongkok modern, tetapi sudah ada saat kekaisaran Romawi menerapkan kebijakan itu atas Yahudi. Namun, kekaisaran Romawi sangat khawatir jika di Yerusalem terjadi huru-hara dan pemberontakan yang besar, maka puluhan ribu serdadu dikirim dari Roma untuk menjaga di sekeliling kota Yerusalem, apalagi saat tiga hari raya yang ditetapkan Musa, di mana orang Yahudi mesti meninggalkan kampung halaman dan kotanya, pergi bersama menuju Yerusalem untuk merayakannya. Ratusan ribu orang dari tiap kota dan desa mendatangi Yerusalem untuk mengadakan upacara keagamaan. Jika terjadi huru-hara, maka para pemberontak akan langsung dibunuh.

Tetapi terjadi suatu perubahan besar, setelah dewasa, Yesus menyembuhkan dan mengajar di seluruh tanah Yudea. Lalu, orang-orang mulai menyebut Yesus sebagai Tuhan. Menyebut Yesus sebagai Tuhan akan menjadi suatu potensi pemberontakan yang konkret dan sangat berbahaya mengancam kekaisaran Romawi. Sebelumnya, semua menyebut kaisar sebagai tuhan, lalu sekarang kenapa menyebut Yesus yang Tuhan? Yesus manusia yang dilahirkan di Betlehem. Ia dianggap bukan Allah yang menciptakan langit dan bumi, Ia hanyalah manusia saja. Tetapi bagi orang Kristen, Yesus adalah Tuhan. Ia telah mati dan bangkit dari orang mati, kami percaya Dialah Tuhan kami. Maka, Romawi mulai menganiaya orang Kristen karena orang Kristen menyebut Yesus itu Tuhan. Ini membuat kacau dan pusing tentara Romawi. Akhirnya terjadi penganiayaan besar kepada mereka yang percaya Yesus sebagai Tuhan.

Sepanjang sejarah, percaya Yesus dibagi menjadi dua aliran: percaya Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan percaya Yesus adalah teladan dan guru. Sepanjang sejarah, kaum intelektual memakai cara-cara rasional untuk tidak menerima bahwa Yesus itu Tuhan dan Juru Selamat, hanya menerima bahwa Yesus itu guru dan teladan yang baik. Kaum Injili percaya Yesus Tuhan, kaum liberal percaya Yesus teladan. Kaum Injili menerima keselamatan Yesus, kaum Karismatik menerima berkat dan kekayaan dari Tuhan. Timbullah perpecahan di antara kaum yang beriman kepada Kristus.

Saya membagi paling tidak ada tiga yang terbesar: (1) Yesus Tuhan dan Juru Selamat; (2) Yesus guru dan teladan yang baik; (3) Yesus pemberi berkat dan “Sinterklas” (Ia memberi kekayaan, kesuksesan, kelancaran, kesehatan kepadamu dan anakmu). Ini yang dianut banyak kaum Karismatik radikal yang sudah merusak kekristenan. Tetapi kaum Injili, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, masih banyak yang percaya Yesuslah Tuhan dan Juru Selamat. Nama “Yesus” dalam bahasa Ibraninya, Yoshua. Gelar Kristus Yunaninya Christos dan Ibraninya Mesiah, artinya yaitu Yang Diurapi.

Ada tiga macam orang yang diurapi: nabi, imam, dan raja. Para raja dan para imam harus diurapi, sedangkan para nabi diurapi Tuhan langsung dengan Roh-Nya, kecuali Elisa yang diurapi Elia. Ketiga jabatan ini (nabi, imam, dan raja) diberikan Allah kepada Sang Anak, mengutus-Nya ke dunia, menjadi Imam di tengah Allah dan manusia, Raja mewakili Allah memerintah seluruh ciptaan, dan Nabi mewakili-Nya menyatakan firman. Hakikatnya yaitu Dialah Allah yang menjelma menjadi manusia.

Hari ini saya menjelaskan dari Tuhan, Kristus, baru Yesus. Yesus adalah Kristus, Kristus adalah Yesus. Yesus Kristus adalah Tuhan. Allah kita yang menjelma menjadi manusia Yesus Kristus. Ketiga nama ini: Tuhan, Yesus, Kristus, untuk satu Pribadi, yaitu Tuhan yang kita percaya sebagai Juru Selamat. Yesus datang ke dunia, meminjam rahim seorang remaja, Maria. Maria menerima wahyu dan naungan dari Roh Kudus. Dalam sejarah tidak pernah ada orang lain yang menerima naungan dari Roh Kudus selain Maria. Roh Kudus berkata, “Engkau akan mengandung Anak Allah di tempat yang Mahatinggi. Ialah Kristus, Sang Kudus dari Allah yang dikirim ke dunia ini.” Inilah satu-satunya manusia yang masih remaja, gadis yang tidak bersetubuh tetapi boleh melahirkan anak karena dinaungi Roh Kudus. Ini satu-satunya kasus dalam sejarah sejak Adam sampai Hari Tuhan, karena inkarnasi hanya terjadi satu kali. Hanya satu kali saja Allah menjadi manusia melalui naungan Roh Kudus atas Maria dan meminjam rahimnya sebagai tempat mengandung Yesus Kristus. Demikian kematian Yesus, dalam penderitaan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Pilatus dan Maria sungguh pernah ada. Melalui Pilatus, Yesus mati di Golgota. Nama kedua orang ini harus masuk PIR. Nama Pilatus masuk PIR karena membuktikan Yesus sungguh pernah masuk dalam sejarah, ke dunia, real, menjadi manusia, hingga tentang kelahiran dan kematian-Nya dapat dipertanggungjawabkan. Kita punya akta lahir sebagai bukti kita pernah dilahirkan. Di dalamnya dicantumkan tahun, bulan, hari, dan tempat kelahiran, nama ayah dan ibu. Demikian Allah menyingkat kelahiran hanya pakai satu orang, yaitu Maria yang rahimnya dinaungi Roh Kudus. Demikian juga dengan sangat singkat Tuhan memakai hanya satu nama sejarah untuk membuktikan Yesus pernah mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Maka, kita melihat Allah bertanggung jawab tentang peristiwa yang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah, yaitu mengirim Yesus sebagai Juru Selamat yang datang menggantikan kita. Lahir, besar, taat, mati, disalibkan, dikuburkan, dibangkitkan, dan sampai kembali ke sorga. Kristologi dalam iman Kristen sangat penting. Saat menjadi manusia, tugas Yesus yaitu mati dan bangkit, tetapi saat kita menyebut gelar “Kristus” maka Ia ada jabatan: Nabi, Imam, dan Raja. Sebagai Nabi, Yesus mewakili Allah berbicara rencana dan firman-Nya kepada kita. Sebagai Imam, Yesus disalib menggantikan kita, Ia ada di tengah Allah dan manusia. Dan sebagai Raja, Yesus menjadi Tuhan atas ciptaan-Nya, termasuk kita.

“Dan percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita.” Kita menyebut Yesus sebagai Tuhan, karena Ia bersama dengan Allah menciptakan langit dan bumi, dan menguasai hidup kita. Dan kita sebut Ia Juru Selamat, karena Ia pernah menjelma menjadi manusia, namanya Yesus Kristus. Kenapa percaya Allah saja belum cukup, masih harus percaya Yesus? Bukankah Allah itu Tritunggal? Jika aku percaya kepada Allah, hati berkata Allah Tritunggal, sudah cukup bukan? Tetapi Allah berkata, kita harus berani mengaku iman kita kepada kaum non-Kristen, hingga memasukkan frasa ini. “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal,” disambung satu frasa lagi, “Tuhan kita”.

Dalam bahasa Mandarin, butir pertama PIR diterjemahkan: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta dan Penguasa alam semesta.” Lebih lengkap. Lalu, butir kedua: “Aku percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus,” baru ditulis, “yang dilahirkan melalui anak dara Maria, dan yang dinaungi Roh Kudus.” Kita percaya Yesus adalah Tuhan, barulah hidup kita tenang, karena ada yang mencukupkan kita dengan segala kekuatan. Kita percaya Yesus adalah Tuhan, karena melalui mengalirkan darah di atas salib, mati, dan dikuburkan, akhirnya Ia bangkit, membuktikan bahwa Ialah Anak Allah. Kita membahas kedua butir ini. Butir pertama tiga frasa, butir kedua hanya dua frasa saja yang disebut. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita. Saya mau tanya, apakah Yesus Tuhanmu yang kauimani hanya secara kognitif atau sungguh dengan hati yang takluk kepada-Nya, menjadikan Dia Tuhanmu, Pemilikmu, dan Penguasa hidupmu.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 8: Butir Kedua (2) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita.

Hari ini saya meneruskan PIR butir pertama dilanjutkan ke butir ke-2. Butir ke-2 yang terpanjang, terpenting, karena inilah inti iman Kristen yaitu Kristus atau kristologi. Kristologi pernah kita seminarkan 25 tahun lalu pertama kalinya di Indonesia, cuma 3 hari, tetapi untuk SPIK bagi Generasi Baru sudah 3 kali (pertama, Yesus: Jalan, Kebenaran, dan Hidup; kedua, Yesus: Imam, Nabi, dan Raja; dan ketiga, Yesus: Allah, Manusia, dan Pengantara) dan nanti keempat di April, Kristus dalam Alam Semesta, Sejarah, dan Gereja. Semuanya agak berbeda dengan penguraian yang saya khotbahkan dalam PIR. Butir pertama sudah lebih dari sebulan kita bahas. Saya akan memberi sedikit kesimpulan tentang butir pertama frasa ke-2 (“Bapa yang Mahakuasa”). 

Tidak dikatakan “Allah yang Mahakuasa” tetapi “Bapa yang Mahakuasa” karena relasi Allah dengan kita itu relasi yang intim antara Bapa dan anak, jadi kita sebut Allah sebagai Bapa. Sebutan Allah sebagai Bapa hanya ada di dalam iman Kristen khususnya dalam PIR. Sepanjang ratusan tahun, banyak orang mulai memikirkan jika Allah memang Mahakuasa: Kenapa setan masih ada? Kurangkah kuasa-Nya menyingkirkan semua kesengsaraan? Dan, kenapa dunia ini masih tidak sempurna? Maka, atas butir ini orang-orang menyerang iman Kristen, “Allah pasti tidak sempurna, jika sempurna kenapa kuasa-Nya tidak bisa melenyapkan itu? Mungkin Allah Mahakuasa, tetapi Ia tidak mau menghancurkan setan, memusnahkan kejahatan, dan menghentikan sengsara, sehingga yang Mahakuasa hatinya kurang baik dan pasti tidak Mahabajik.” Di antara 2 hal ini menjadi kesulitan bagi orang yang menyerang kekristenan atau orang yang melihat apa yang bisa diterima manusia. Manusia yang rasionalis menganggap rasio harus dimutlakkan dan menjadi tolok ukur, maka yang tidak masuk akal atau sesuai rasio pasti bukan kebenaran. Kaum intelektual yang menganggap diri pintar selalu bersikap seperti itu, membanggakan diri, merasa terpelajar, dan mempunyai reasoning power yang kuat, maka menilai kekristenan pasti tidak masuk akal.

Saat berumur 15 tahun, saya mempunyai pikiran seperti itu, menganggap diri seorang pemuda yang terintelek, terpintar, dan tidak ada yang sebaya saya yang bisa melawan saya dalam belajar apa pun. Maka, saya melihat bahwa orang tanpa alasan menerima kekristenan, itu bodoh, kurang akal, dan takhayul. Pelan-pelan, saya dipengaruhi atheisme. Di mana Allah? Saya tidak bisa lihat, buktikan, pikirkan dengan jelas, dan alami. Saya jatuh ke dalam atheisme, komunisme, evolusionisme. Bagi saya, semua agama itu tak bertanggung jawab dan teruji, mustahil diterima kaum intelektual. Akhirnya saya mulai pikir, jika Kristen tidak masuk akal, kenapa umat Kristen begitu banyak dan banyak di antaranya yang pintar? Sejak Revolusi Industri Inggris sampai tahun 1960-an, ada 300 ilmuwan dan penemu, di mana 262 orang di antaranya ialah Kristen, termasuk Galileo, Kepler, Newton, penemu chloroform, dan lain-lain. Dalam kebimbangan, saya mencoba melewati suatu jangka waktu tidak percaya Tuhan. Saya tidak mau ke gereja dan memelihara iman Kristen, tetapi menyombongkan diri. Saya mulai pikir, apakah pikiran itu sendiri boleh tahan uji. Jika saya mengukur semua kebenaran yang diklaim dalam agama melalui rasio manusia yang kecil, sedangkan rasio ini tidak bisa diandalkan, maka saya menipu diri. 

Allah adalah Allah, karena Ia mutlak, sempurna, kekal, tak bersalah, dan satu-satunya sumber kebenaran. Pikiran manusia selalu terkurung cara berpikir atau dalil logika yang sempit. Misalnya, jika bukan begini, maka begitu; jika bukan begitu, maka begini. Ini alternatif yang tertutup sebagai sistem tertutup yang membelenggu manusia sendiri. Jika dalil logika sendiri tidak bisa dipercaya, apakah rasio pasti benar? Kurang lebih 300 tahun yang lalu, John Locke berkata, “Do not think that there are only 2 alternatives of rational and counter-rational.” Rasional yaitu yang masuk akal dan kontra-rasional yaitu yang tidak masuk akal. Manusia selalu membagi segalanya menjadi 2 kemungkinan saja: rasional dan kontra-rasional. Locke telah memberi istilah penting dalam sejarah filsafat, “supra-rasional”, yaitu sesuatu yang melampaui akal. Saya percaya, ada 2 hal yang sangat menonjol dalam pikiran Locke: konsep supra-rasional dan toleransi. Ia menulis buku tentang toleransi dan mengubah sistem agama di Inggris, karena agama yang otoritatif selalu menganggap diri benar, dan menekan, menganiaya, bahkan membunuh kaum yang berbeda, dan merasa inilah hak yang seharusnya ada pada mahkamah agama. Bagi Locke, harus ada toleransi bagi mereka yang berpikir dan berkeyakinan yang berbeda, dan membiarkan mereka hidup tanpa boleh ditekan atau dianiaya.

Suatu pagi di atas gunung, Yosua dikejutkan seseorang yang besar berdiri di hadapannya. Maka, ia bertanya, “Kawankah kau atau lawan?” Orang itu menjawab, “Bukan, tetapi akulah panglima bala tentara Tuhan. Sekarang aku datang.” Kalimat itu mengandung kemungkinan ketiga. Ini suatu open system; 2 jalan itu closed system. Yosua lega, “Aku memimpin sekitar 600.000 serdadu dan sekarang aku tidak sendiri.” Saat kemungkinan ketiga muncul, pengharapan mulai terbit. “Sekarang aku tidak usah takut, ini jawaban Tuhan.” Dalam sejarah, manusia terikat pada either-or: Jika bukan begini, pasti lawannya. Tuhan mempunyai pikiran yang berbeda. Jawaban Allah, “Pikiran-Ku lebih tinggi daripada either-or.” Ini baru dimengerti Kierkegaard 3.300 tahun setelah nas itu ditulis. Ia berkata, bukan either-or, tetapi neither-nor. Cara Tuhan sangat berbeda, maka Barth berkata, “God is the Wholly Other.” Ia sama sekali berbeda dengan apa pun. Kau bisa membayangkan Allah mestinya begini, akhirnya kau berkata Allah lebih tinggi daripada yang kaupikirkan. Allah memimpinmu.

Saat berumur 16 tahun, saya pikir jika menerima komunisme, atheisme, evolusionisme, dan materialisme dialektis, apakah saya dapat mengerti alam semesta, kekristenan, dan kesulitan? Barulah saya mulai membuka pikiran dan tidak mengandalkan rasio, karena rasio tidak bisa diandalkan, terbatas, dan mengikat diri yang tidak kita sadari. Dalam setengah tahun saya berdoa, “Tuhan, jika Engkau Allah sejati, nyatakanlah Engkau bisa menjawab pertanyaanku. Tolong ubahlah aku menjadi anak-Mu yang mengerti kebenaran. Aku akan terlepas dari ikatan rasio, dan menerima kebenaran.” Allah berkata kepada Yosua, neither-nor. Saya mulai digugah. Jika rasio bukan mutlak dan sempurna, tetapi terbatas, bagaimana menilai Allah yang tak terbatas? Maka pikiran saya mulai loncat, melalui tidak percaya rasio sebagai mutlak, tetapi tidak mau melawan dalil rasio dalam pergumulan sulit dan paradoks ini, saya mengembangkan cara mengerti semua doktrin dengan cara sendiri. Saya berpikir seperti Descartes berpikir, tentang pikiran dan keraguan, dan saat saya ragu saya tidak boleh meragukan bahwa saya sedang ragu. Dari situ rasionalisme mulai. “Saya berpikir, maka saya ada.” Saat berpikir saya memakai pikiran meragukan semua, tetapi saya tidak boleh meragukan bahwa saya sedang berpikir. Boleh ragu, tidak boleh ragu bahwa saya sedang ragu. Saat sedang ragu, saya ada karena saya bisa berpikir. Meragukan adalah bukti saya masih hidup. Saya memakai cara yang beda yang menerobos Descartes.

Gelas ini transparan, maka baru bisa dilihat isinya. Dulu raja minum tidak tahu isinya, begitu minum racun langsung mati. Kaca transparan membuat saya lebih mudah mendeteksi isinya. Benda yang tidak tahu ia di situ tetapi ia ada di situ, namanya kaca. Rasio memerlukan keterbukaan untuk alternatif yang lain, neither-nor. Neither-nor melampaui 2 pilihan yang sudah ada. Kaca mengubah pandangan/ konsep melihat dan konsep komunikasi. Jika rasio saya masih tertutup dan terkunci dalam konsep lama, saya tidak bisa percaya Tuhan. Yang bisa percaya Tuhan yaitu mau melampaui kemungkinan either-or yang membatasi. Maka saat umur 17 tahun kurang 2 bulan, ada buku dan pendeta yang cukup baik dari luar negeri memberi penjelasan yang mengubah saya. Akhirnya saya mulai tunduk kepada Tuhan, merendahkan hati, dan berkata, “Tuhan, jika Engkau sudah menjawabku, aku akan berjanji berkeliling dunia menjawab pertanyaan-pertanyaan banyak orang. Banyak pemuda/i dan kaum remaja yang pintar memakai rasio meragukan Tuhan. Tolong beriku kekuatan dan pengertian, aku berjanji kepada-Mu pergi ke seluruh dunia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.” Sekarang saya sudah tua, tetapi masih menjalankan apa yang saya janjikan pada Tuhan. Tahun lalu, saya berkeliling ke AS, antara lain ke Columbia University, MIT, Harvard University, Boston College, Boston University, San Francisco University, UC Berkeley, Cornell University, dan Rockefeller College menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, menjalankan apa yang pernah saya janjikan di hadapan Tuhan.

Saat dikunjungi orang besar itu, barulah Yosua tahu, let God be God. Jangan menaruh Allah di bawah wilayah ciptaan, lalu memakai logika ciptaan menekan Dia. Allah berhak dan layak “melawan” hukum, karena semua hukum Ia yang buat. Ia melampaui semua hukum. Di sini kita membentuk kembali bagaimana saya beriman Kristen dan menerima wahyu Tuhan yang melampaui akal. Terakhir saya menemukan, saat saya berpikir ini, saya berpikir bagaimana pikiran saya berpikir. Dengan pikiran memikirkan bagaimana pikiran berpikir. Di sini saya menemukan suatu kesulitan terbesar. Yang berpikir, yang dipikir, dan pikiran tentang bagaimana otak berpikir. Yang berpikir itu subjek, yang dipikir itu objek. Subjeknya dan objeknya otak. Lalu pikirannya yaitu bagaimana otak berpikir. Di situ saya mulai menemukan keterbatasanrasionalisme. Buntulah kesulitan manusia dalam hal pikiran, sehingga rasio bukan mutlak dan ada keterbatasan. Saat rasio berpikir tentang rasio itu sendiri untuk tahu bagaimana rasio berpikir, maka ada hal yang rasio tidak mengerti, karena rasio sendiri tidak tahu bagaimana berpikir. Semuanya kacau balau dan menjadi satu. Akhirnya saya menyerah. Saat sudah mengerti semua ini, saya berani menjadi hamba Tuhan yang rasional, tetapi bukan rasionalis. Saya memakai rasio, sebagai ciptaan Allah, untuk memikirkan tentang Allah. Tetapi Allah itu Allah, rasio itu rasio. Rasio diciptakan Allah, rasio bukan Allah, dan Allah bukan rasio. Allah lebih tinggi daripada rasio, maka iman tidak boleh dikurung, dibatasi, dan tunduk sebagai budak rasio. Iman harus melampaui rasio.

Masih ingat buku dan film Da Vinci Code yang ditulis Dan Brown? Semua saya ikuti dan membuat suatu seminar untuk menjelaskan kemustahilan Da Vinci Code, di mana peserta di Jakarta saja sekitar 7.000 orang dan di beberapa kota Asia Tenggara lebih dari 48.000 orang. Saat itu buku ini terjual kurang lebih 60 juta eksemplar, maka tampaknya kekristenan akan dirobohkan dan dihancurkan seorang Dan Brown. Tetapi sekarang sudah lebih dari 20 tahun sejak buku itu terbit, kekristenan tidak roboh. Mustahil, manusia dengan otaknya mau melawan Allah yang melampaui otak. Kau berkata, jika manusia Kristen itu otaknya jelek, pikirannya rendah, pengetahuannya masih primitif, mudah dihancurkan. Saya membuktikan GRII bukan gereja yang mudah dihancurkan, tetapi secara bertanggung jawab menjelaskan firman Tuhan yang menaklukkan kaum intelektual yang tertinggi agar menyembah Tuhan dan takkan dirobohkan Dan Brown. Dengan semangat dan keberanian seperti ini, kita tampil di hadapan dunia intelektual. Kristen yang sudah teruji dan terbukti yaitu Kristen Reformed dan yang mau menginjili. Selama 500 tahun ini Reformed telah kukuh, gigih, berani, memelihara iman Kristen melawan semua serangan, baik dari filsafat, politik, agama, kebudayaan, mitologi yang berusaha menyerang kekristenan. Reformed mempunyai gabungan di antara rasional, tetapi bukan rasionalis. Kita berpikir, tetapi tidak menyembah rasio sebagai ilah. Akhirnya, kita bisa berdiri, melawan, dan bertahan. Tuhan yang coba diserang dan dihancurkan, bukan saja tidak hancur, malah yang mencoba menghancurkan Tuhan hancur sendiri. Karena Allah hidup adanya. Maka, istilah yang tepat bukan “Allah”, tetapi “Bapa”. Yang disebut Bapa yang Mahakuasa, berarti Dia Allah yang menjadi Bapa yang mengasihi kita.

Lalu, kenapa frasa “Allah yang Mahakuasa” bisa ditolak. Tahun 1950, seorang filsuf sejarah Inggris terbesar, Sir Arnold Toynbee, menulis 12 volume A Study of History yang membahas tentang apa yang pernah terjadi di Barat dan Timur sepanjang sejarah. Ia membagi puluhan macam kebudayaan. Aztek, Maya, Babilonia, Romawi, Mesir, Siria, Tiongkok, Jepang, India, seluruh dunia diberikan ilustrasi dan penjelasan. Saat tuanya, ia menyimpulkan dengan menulis satu volume lagi A Study of History yang agak pendek. Toynbee berkata, jika Allah Mahakuasa maka hati-Nya tidak baik, hingga Ia masih mengizinkan setan mengganggu kita, membiarkan ada cacat dan sakit, agar kita menderita. Jika Allah Mahabaik pasti Ia tidak Mahakuasa. Allah Mahabaik artinya mestinya semua baik, sempurna, aman, dan sejahtera. Jika Allah Mahabaik pasti tidak Mahakuasa, jika Allah Mahakuasa pasti tidak Mahabaik, maka Allah itu salah satu, either-or. Seperti kasus Yosua, di mana Allah Mahabaik sekaligus Mahakuasa, hanya dapat dimengerti dari “Bapa”. Bapa penuh dengan kasih, kemurahan, hikmat, dan mempunyai niat yang baik bagi anak-anak-Nya dengan segala rencana dan pemeliharaan-Nya. Tuhan berkata, “Aku Mahakuasa dan Mahabaik, tetapi hal yang terjadi masih ada cacat, setan, kesulitan, dan sengsara karena 2 hal: waktu-Ku belum tiba dan Aku memproses umat-Ku dengan mendidik dan menguji mereka.”

Jika kau sudah mengalami penerobosan dan pelampauan, di mana bukan either-or tetapi neither-nor, maka kau menjadi orang yang merdeka. Allah memiliki sifat melampaui, yaitu supratransenden atas segala sesuatu. Maka, kita melihat Allah selalu memakai neither-nor dan supratranscendent method dalam memberikan firman. Tuhan mau orang dengan hati yang murni terbuka kepada-Nya, agar Tuhan sendiri yang bekerja dalam hatinya, menjadikannya orang yang melampaui either-or yang bersifat mengikat dan membatasi. Tadi saya menyinggung 2 hal: “Aku Bapamu” dan “waktu-Ku belum tiba”. Anak berkata, “Kenapa Papa tidak memberikan saya uang sebanyak mungkin, engkau kan banyak uang?” Papa menjawab, “Aku tidak boleh memberimu banyak. Jika aku memberimu banyak uang, aku merusakmu dan melanggar didikanku atasmu.” Semua orang kaya yang memberi anaknya banyak uang, merusak mereka. Saya menyesali gereja ini karena beberapa orang kaya mengira saya selalu memarahi orang kaya dan sekarang tidak mau datang lagi. Tetapi kenapa saya berkata, “Kamu anak kaya dalam bahaya,” karena kamu lahir dalam keluarga kaya sehingga kamu tidak punya kesempatan berjuang yang cukup, karena mau apa pun kamu akan senantiasa diberi. Allah yang Mahakuasa tidak memberi segala yang kita doakan. Jika kau berdoa apa saja diberi, maka kau sudah mulai dibuang Tuhan. Yang kaudoakan tidak diberi, membuktikan Tuhan mengasihimu. Beri tahu orang kaya, “Pak Tong masih mengasihimu, masih ingin memarahimu lagi, coba kembali lagi.” Bagaimana boleh seorang ayah yang punya uang semuanya diberikan pada anaknya? Jika ayah mampu pun ia tidak boleh sembarangan memberikannya kepada anak. Salah mengerti kemahakuasaan dan kemahabaikan Allah akan merusakmu. Menjadi anak saya lebih sulit daripada menjadi anak pendeta lainnya. Saya keras sekali kepada anak-anak saya, karena mereka harus dilatih untuk berjuang, mengalami kesulitan, agar nanti kesuksesannya tahan uji. Biarkan anakmu berjuang sendiri, melawan kesulitan, kepahitan, dan segala kecacatan. Akhirnya ia mampu menangani dan mengalahkan semua, barulah ia jadi. Itulah ayah yang baik dan anak yang bahagia. Hari ini saya khusus menambah bagian ini untuk memberimu pengetahuan bahwa Yang Mahakuasa juga adalah Yang Mahakasih, tetapi karena kedua ini menjadi satu masih ada unsur lain yang membuat kita tidak bisa nikmat. “Waktu-Ku belum tiba untuk memberimu segalanya lengkap. Karena mengasihimu, Aku memberimu kesempatan berjuang. Saat kau berjuang Aku tidak boleh membantumu, karena jika Aku bantu maka kau akan hancur, niat perjuanganmu lenyap, dan kau tidak bisa sukses.” Kemahakuasaan dan kemahabaikan mengandung pengertian melatih dan memberimu semangat perjuangan agar kau punya fighting spirit. Jika di sekolah anakmu dimarahi gurunya, jangan bela anakmu. Datanglah ke sekolah, tanyalah dengan rendah hati, kenapa anakmu dihukum. Gurunya akan berkata, “Anakmu salahnya ini dan itu.” Setelah kau mengerti, lalu pulang menegur anakmu, maka ia akan menjadi baik. Saya sudah melihat semua orang tua yang membela anaknya, anak-anak mereka rusak semuanya. Tetapi orang tua yang berani menegur anak-anaknya dan bekerja sama dengan gurunya mendidik mereka dengan kasih, memberi mereka hukuman dan lalu penjelasan menyusul. Jika hukuman sudah dijalankan, penjelasan sudah lengkap, dan si anak sambil mengakui kesalahannya menerima hukuman, maka ia akan menjadi baik. Yang terpenting, kehendak-Mu jadilah, Kerajaan-Mu datanglah. Paulus berkata, “Bagiku dunia sudah disalibkan, bagi dunia aku sudah disalibkan.” Para pemuda/i yang dulu tidak pernah ke sini, sekarang mulai berdatangan mendengarkan. Di sini mencari kehendak Tuhan, makna dan mutu kehidupan, prinsip perjuangan, agar kau menjadi manusia yang berguna dan diberkati Tuhan. Ingatlah, “Ia Bapaku, Bapa yang Mahakuasa,” kenapa tidak melindungiku? Ia ada rencana lain, waktu-Nya belum tiba, dan agar kau bisa berbagian dalam semangat perjuangan. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 9: Butir Kedua (3) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita

Kita pernah bicara tentang butir kedua ini sebelumnya, yakni sebagian tentang ke-Tuhan-an Yesus. Yahudi belum pernah membayangkan Yesus itu Tuhan. Mereka hanya tahu Yahweh-lah Tuhan, Raja, Pemilik, dan Allah sejati. Siapa yang dilahirkan wanita yang boleh disebut Tuhan? Bagi mereka ini konyol, tidak masuk akal, dan tidak bisa diterima. Maka, saat PIR diutarakan pada dunia, mengejutkan umat manusia dan berbeda dengan arus sejarah. Yesus Kristus, Tuhan kita, Ialah Anak Allah yang tunggal, dinaungi Roh Kudus, dilahirkan anak dara Maria. Inilah butir kedua tentang Kristologi.

Jika kita mengira kita sudah mengenal Kristus, maka kita masih jauh dari kesempurnaan, karena Alkitab mengandung kelimpahan dan kekayaan yang dikatakan tak terbatas. Ia memiliki Roh yang tak terhingga. Yesus diberikan Roh tak terbatas dalam diri-Nya, maka manusia sudah lebih dari 2.000 tahun mengisahkan dan mengkhotbahkan Kristus masih belum selesai, karena kelimpahan kekayaan yang melampaui pengetahuan, logika, dan rasio manusia. Dalam Kitab Filipi dan Efesus, Paulus berkata bahwa tersimpan kesempurnaan dan kelimpahan yang tak terhingga dari hikmat Allah di dalam diri Kristus, Anak-Nya. Kenapa Seminar Kristologi 30 tahun lalu saya selesaikan dalam 3 hari, tetapi setelah 35 tahun kita sudah 3 kali Seminar Kristologi (jam 09.00-16.00) dan masih belum selesai? Mungkin perlu beberapa kali lagi seminar dengan tema langka, tetapi berasal dari Alkitab, mengupas kelimpahan Kristologi.

Yesus disebut sebagai Tuhan menggemparkan Kekaisaran Romawi, karena Kekaisaran Romawi hanya mengakui satu tuhan, yaitu kaisar. Bagi Romawi, kaisar itu anak dewa/ilah. Tetapi ilah-ilah mereka itu ilah mitologis. Bagi mereka, yang bisa jadi raja bukan anak manusia biasa, pasti anak ilah yang punya kuasa, hikmat, karisma, dan bakat yang luar biasa untuk menguasai dan mengontrol umat manusia. Mereka menjadi congkak dan menjadikan diri mutlak, melecehkan Kitab Suci dan Allah Yahudi. Mereka berkata, Yahudi tidak boleh memanggil Yahweh Tuhan dan harus memanggil kaisar Romawi sebagai tuhan. Yahudi membenci hukum ini dan tidak mau memanggil kaisar sebagai tuhan, hanya memanggil Allah saja Tuhan. Maka pembantaian dijalankan, tentara Romawi yang angkuh dan menganggap diri kekaisaran terbesar di dunia, tiada lawannya, mulai membunuh orang Yahudi, para imam mereka dibantai dan mengalirkan darah seperti sungai di Yerusalem. Tetapi orang Yahudi tetap berkata, “Biar para imam dan pemimpin kami dibunuh, kami tetap tidak mau memanggil kaisar tuhan, karena Tuhan kita hanya satu, tidak di dunia, tetapi di sorga, yaitu Yahweh, Sang Pencipta langit dan bumi.” Mereka semakin marah dan membunuh lebih banyak, tetapi tetap tidak satu pun yang mau takluk. Romawi mulai mempertimbangkan. Ini kelebihan dan keunikan Yahudi. Selama ribuan tahun, Yahudi tetap kukuh dan kuat sampai hari ini. Mereka menghasilkan Einstein, Karl Marx, dan orang-orang penting lain, di bidang musik, politik, pendidikan, dan keuangan. Ini bangsa yang sangat unik dan ajaib. Tiap tahun minimal ada dua orang Yahudi yang mendapat Nobel Prize. Horowitz, Rubinstein, Bernstein, para conductors terbesar banyak yang Yahudi. Mereka bilang, “Tidak, kami tidak menyembah yang lain. Kami hanya menyembah Yahweh sebagai Tuhan, karena Ia Pencipta langit dan bumi.” Akhirnya, Romawi berkata, “Sudahlah, bangsa ini diberi dispensasi, boleh menyebut Yahweh sebagai Tuhan. Walaupun kami tidak tahu Yahweh itu di mana, ada atau tidak pun saya tidak tahu, tidak lihat.” Maka, Yerusalem diizinkan menyebut Yahweh Tuhan, di luar tanah itu semua harus memanggil kaisar tuhan. Kaisar disebut tuhan, maka liarnya dan kasarnya sama sekali tidak masuk akal. Seluruh warga kekaisaran, dari hidup, tubuh, jiwa, dan kebebasannya, semua miliknya dan tidak ada hak memilih cara hidup dan memilih tinggal di mana. Suatu hari, Kaisar Caligula, duduk di serambi istana melihat kota Roma. Ia melihat sepasang suami istri baru keluar dari upacara pernikahan, berjalan pulang melewati istana. Caligula melihat pengantinnya sangat cantik, ia langsung birahi dan berkata kepada pengawalnya, “Tangkap wanita itu dan bawa ke kamarku.” Maka, suaminya dipukuli lalu istrinya diikat, dibawa ke istana, dan diperkosa kaisar 3 hari 3 malam. “Karena aku tuhanmu, aku memiliki tubuh dan jiwamu.” Ini Kekaisaran Romawi.

ahun 1920-an, Will Durant menulis buku, The Story of Philosophy, yang saat itu dalam 3 bulan terjual puluhan ribu volume. Ia menulis filsafat dengan gaya narasi, hingga menarik puluhan ribu orang membelinya. Buku itu sering dibaca Presiden Soekarno, dan banyak pengetahuannya diambil dari buku itu. Kurang lebih 40 tahun yang lalu saya membelinya. Durant berkata, Kekaisaran Romawi bukan dihancurkan tentara yang sangat kuat dari luar. Ia dihancurkan karena kerusakan dosa dari dalam mereka sendiri. Saya merenungkan hal ini. Suatu negara menjadi kuat jika negara itu menghormati seks, keluarga, dan kesucian. Tetapi jika negara melecehkan dan mempermainkan seks, melampiaskan nafsu, memerkosa, dan sebagainya, maka negara itu akan hancur. Pemerintahan yang sangat serius menghadapi persoalan pelecehan seks akan diberkati Tuhan. Ini dalil sejarah selama ribuan tahun. Kenapa Sodom dan Gomora hancur? Kekaisaran Romawi hancur? Di zaman Nuh, kenapa Tuhan menghabiskan dunia dengan air bah yang besar? Karena pelampiasan seks yang tak terkendali menjadi kebencian Tuhan. Kekaisaran Romawi yang saat itu terbesar sepanjang sejarah—melingkupi Asia bagian Barat, Afrika bagian Utara, dan seluruh Eropa—akhirnya hancur. Mereka membuat suatu kekaisaran dua sistem: Semua mesti memanggil kaisar sebagai tuhan dan takluk kepadanya, kecuali di Israel boleh memanggil Yahweh sebagai Tuhan. Hanya iman kepada Allah sejati yang membuat masyarakat berpendirian kuat. Bangsa-bangsa, besar maupun kecil, tidak mungkin tidak lenyap jika Tuhan menghendaki, dan semua ini tergantung sikap mereka kepada Tuhan. Sejarah menjadi guru besar yang mendidik kita bagaimana hidup lebih sesuai kehendak Tuhan.

Saat Romawi melihat orang Kristen di antara Yahudi percaya Yesus juga Tuhan, maka mulai timbullah kemarahan mereka. “Dulu membiarkan kalian percaya Yahweh Tuhan, karena Yahweh tidak tampak. Tetapi sekarang memanggil Yesus Tuhan. Yesus yang lahir di Betlehem, besar di Nazaret, mati disalib di Golgota, manusia yang secara sejarah pernah ada.” Beda dengan para dewa Yunani yang tidak pernah hidup di dunia atau hidupnya sementara, kecuali Achilles dan Jupiter yang menurut mereka pernah datang muncul dalam sejarah. Tetapi mereka bukan seperti manusia yang pernah lahir dan dibunuh seperti Yesus. Maka, semua yang memanggil Yesus Tuhan dipenggal kepalanya.

Dunia mulai berubah di zaman Paulus. Kenapa Paulus dipenggal kepalanya, sedangkan Petrus disalibkan? Karena mereka menghukum warga bukan Romawi dengan dipermalukan dan disalibkan. Sedangkan hukuman terberat warga Romawi yaitu dipenggal kepalanya. Kristen yang dibunuh selama 300 tahun mungkin lebih dari 3 juta manusia. Karena mereka tidak mau memanggil kaisar tuhan. Sekarang, Kristen abad ke-21 maunya hanya kekayaan dan berkat, lalu menjadi sombong. Inilah yang akan menghancurkan kekristenan yang bobrok, karena tertipu pemimpin Karismatik yang tidak jujur, tidak bertanggung jawab, dan tidak mencintai Tuhan. “Jika mau kaya berilah persembahan.” Perpuluhan dimiliki pendeta. Penipuan seperti ini menghancurkan kekristenan. Gereja yang baik, tidak penuh; gereja yang tidak keruan, penuh terus. Karena mereka hanya mau injil palsu yang tanpa salib, penyangkalan diri, dan ketaatan kepada Tuhan dan firman-Nya, dan hanya ingin memuaskan keegoisan diri. Gereja harus ingat, di abad pertama bagaimana orang Kristen menyangkal diri, memikul salib, menderita, dan mati martir karena menjalani kehendak Tuhan. Biarlah kita mengerti, mengingat, dan meneladani jemaat mula-mula yang setia kepada Injil dan Kristus.

Butir ke-2, “Dan kepada Yesus Kristus, …, Tuhan kita,” tidak bisa diterima Kekaisaran Romawi. Semua pemimpin dunia sangat sombong. Pada Perang Dunia II, di Jepang ada Hirohito, di Jerman ada Hitler, di Italia ada Mussolini. Mereka merasa dirinya besar dan ilahi. Kata ‘Jepang’ berasal dari kata Ni (artinya matahari) dan Hon atau Pon (artinya asal/mula), maksudnya negara di mana matahari berasal, seluruh dunia melihat matahari karena matahari keluar dari Jepang. Jepang menganggap diri yang paling Timur, maka matahari terbit dari Jepang. Jepanglah yang memberkati bumi dengan menerbitkan matahari menyinari seluruh muka bumi. Sombong sekali. Matahari di sorga, keturunannya di bumi menjadi kaisar. Jadi, kaisar Jepang itu anaknya matahari, anaknya sorga. Kaisar turun dari langit, dialah yang terbesar, di seluruh dunia hanya satu ilah, yaitu kaisar Jepang. Saat PD II, Amerika menjatuhkan bom di Nagasaki dan Hiroshima, bom atom yang dijatuhkan ke Hiroshima dinamai Little Boy. Setelah Hiroshima dibom, karena radiasi atomnya, kulit penduduknya mulai bintik-bintik, menjadi luka darah yang beracun, dan dalam 1-3 tahun mereka akan mati. Beberapa tahun selanjutnya yang mati bertambah sampai lebih dari 150 ribu orang. Hiroshima dibom dengan Little Boy seperti jamur raksasa melanda langit, semua orang ketakutan. Dahsyatnya cahaya lebih dari 10 ribu kali matahari, sehingga orang-orang langsung mati, rumah-rumah yang hancur lebih dari 100 ribu. Saat dijatuhkan, bomnya meledak di langit tepat waktu yang ditetapkan, dan radiasinya mencapai lebih dari 10 km, maka semua penduduk di sana langsung mati. Di hari ke-3, kaisarnya baru sadar, ia hanya manusia, bukan anak dewa yang turun dari sorga. Sedangkan bom yang di Nagasaki dinamai Fat Man, yang ukurannya lebih besar lagi. Jenderal McArthur berkata, “Kita jangan memusnahkan Hirohito.” Karena ia diperdewa demikian mutlak. Jangan membuat seluruh Jepang membenci seluruh dunia, karena Jepang punya gairah, keberanian, kekuasaan, dan ambisi yang besarnya lebih dari Hitler/Jerman. Ini negara yang menakutkan. Tahun 1905 Jepang memakai kapal-kapal kecil mengelilingi, menghancurkan bagian bawah kapal induk Rusia dengan bom kecil-kecil, lalu menenggelamkannya. Jepang tidak takut kepada Amerika, Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Rusia. Mereka menganggap Rusia negara terbesar secara teritori di dunia pun kalah, siapa lagi yang perlu mereka takuti. Maka, mereka sengaja pura-pura bersekutu dengan Hitler dan Mussolini, padahal sesudah selesai semuanya, Jerman dan Italia pun akan dihancurkan. Di atas kapal induk USS Missouri, Jenderal McArthur dan Kaisar Hirohito menandatangani perjanjian. “Sesudah ini Jepang menyerah, menarik kembali semua serdadu di seluruh dunia, dari Asia Tenggara, Hawaii, Amerika. Selain itu, tidak boleh lagi mengembangkan militernya (AD, AL, dan AU).” Jepang diikat agar tidak bisa berkembang lagi sampai hari ini. Sekarang Jepang sedang mencoba bergerak kembali, menguatkan militernya. Sejak tahun 1945 di bawah tekanan seluruh dunia, Jepang dan Jerman tidak boleh mengembangkan militer lagi. Ini salah satu sebab, Jerman dan Jepang bisa mengembangkan ekonominya.

Dalam 20 tahun kemudian, Indonesia akan diberkati Tuhan dan berkembang, jika keadilan dan kejujuran bisa dijalankan dengan baik. Indonesia akan menjadi salah satu negara terkuat di dunia. Jepang, Jerman, dan Italia gagal, PD II selesai. Saat mulai PD II, Hitler mulai dari Eropa mengembangkan pengaruh dan kuasanya dengan arogansi yang tak terkendali. Tuhan membiarkannya. Saat Tuhan membiarkan seseorang, orang itu celaka dan bukan dapat kebebasan. Tetapi jika Tuhan masih mau campur tangan, menegur, menghindarkan, dan memberi batasan agar kebebasanmu diikat, dipengaruhi Tuhan, berarti Tuhan masih mencintaimu. Kita hidup dalam dunia yang serba paradoks dan tidak logis, tetapi itulah cara Tuhan menangani dan memberkati manusia yang melampaui pikiran kita. Hitler tidak pernah berpikir bahwa ia bisa kalah. Satu-satunya orang yang bisa membuat bom atom hanya ada di Jerman, seorang Yahudi. Tuhan mengizinkan Hitler membenci dan menganiaya Yahudi, akhirnya berkat yang sudah ditaruh di Jerman ditarik keluar. Einstein lari ke Amerika. Ini semua rencana Allah yang lebih tinggi dari para pemimpin dunia, karena yang memimpin sejarah bukan manusia tetapi Tuhan. Tuhan membiarkan penganiayaan Jerman atas Yahudi, lalu Yahudi melarikan diri ke Amerika. Akhirnya Amerika diberi tugas menghentikan PD II melalui bom atom. Hari Hitler tahu ia tidak bisa menang, karena pimpinan Tuhan agar ia harus kalah, karena ia jahat, atheis, melawan Tuhan, dan menghina gereja. Tuhan membiarkan manusia bebas, liar, semau sendiri, sampai saat manusia sudah terlalu kurang ajar, Tuhan berkata, “MenĂ©, menĂ©, tekĂ©l ufarsin” (“Masa pemerintahan tuanku dihitung Allah dan telah diakhiri”). Apa yang dikatakan kepada Raja Belsyazar di Babel juga dikatakan pada Jepang dan Jerman. Saatnya tiba, Hitler tidak berani ada di muka bumi, ia turun ke bunker yang sangat dalam di bawah tanah. Tempat teraman di dunia, ia bersama pacarnya, beberapa jenderalnya, dan seekor anjing yang setia. Jika ia harus mati, pacarnya harus mati dulu. Dia tidak ingin membiarkan pacarnya dipermainkan musuh. Dan ia terlalu sayang anjingnya, ia juga membiarkan anjingnya mati. Saat semua laporan sampai ke bunker memberitahunya, bahwa sekarang pasukan Sekutu dan Rusia sudah masuk Berlin. Pasukan Rusia dipimpin Jenderal Zhukov, pasukan Sekutu dipimpin Jenderal Eisenhower. Kedua jenderal itu masuk ke Berlin, mau memperebutkan siapa lebih dahulu menaklukkan Hitler. Akhirnya mereka berdiri di atas bunker dan Hitler tidak tahu. Zhukov berjabatan tangan dengan Eisenhower. “Kita telah mengalahkan Jerman dan akan menyelesaikan PD II di Eropa. Hitler akan kita temukan dan bunuh.” Hitler tahu ia tidak ada hari depan dan tidak bisa melarikan diri, semua bawahannya sudah memberontak kepadanya, maka ia memberi racun yang pertama pada anjingnya yang sangat setia, lalu pada pacarnya. Sesudah mereka mati, akhirnya ia mengambil pistol dan menembak dirinya sendiri. Hitler dan Mussolini mati, tetapi Hirohito diizinkan hidup. Saat matinya, jasad Mussolini dibawa ke alun-alun kota Roma, orang-orang di Roma dipersilakan menghina dan meludahi mayatnya. Banyak orang sengaja datang untuk meludahi Mussolini. Seluruh badan Mussolini penuh ludah dan kotoran mulut. Ini cara Tuhan mempermalukan orang yang sombong. Saat para kaisar menganggap diri paling hebat, Tuhan mempermalukan mereka. Setahu saya, selain Yudas Iskariot yang gantung diri dan tubuhnya putus, hanya Saddam Hussein yang tubuhnya pun putus. Saya tidak mengerti, kenapa tulang dan uratnya tidak kuat. Semua orang yang digantung di sana, tubuhnya masih utuh. Hanya mereka yang tubuhnya putus dan jatuh. Tali rafia saja ditarik-tarik tidak mau putus, apalagi ini urat-urat di kepala, tetapi urat-urat di kepala Saddam putus. Tuhan mempermalukan dia.

Para kaisar menyebut diri, “Akulah tuhan.” Maka, Tuhan mengharuskan Kekaisaran Romawi hancur. Sama seperti yang dikatakan Will Durant, bahwa Kekaisaran Romawi bukanlah dihancurkan kekuatan militer dari luar, tetapi dihancurkan diri mereka sendiri, yaitu pelampiasan nafsu seks yang tidak beres. Mereka hancur satu per satu. Jangan main-main dengan Tuhan. Sekarang saya tanya, “Siapakah Tuhanmu?” Kau menyebut “Yesus Tuhan” dalam mulutmu, bagaimana hatimu? Dari mana kita tahu siapa Tuhan kita? Dari perilaku dan kesungguhan serta dorongan jiwa kita, maka kita tahu Tuhan kita yang mana. Kenapa lihat wanita langsung birahimu timbul? Karena tuhanmu bukan Yesus, tetapi nafsu seks. Kenapa lihat tempat berjudi kau ingin masuk? Karena tuhanmu bukan Yesus, tetapi ketamakan. Kenapa jika ada kesempatan mencari uang lebih banyak meski caranya tidak beres, kau lupa ke gereja dan berdoa? Karena tuhanmu bukan Yesus, tetapi kerakusan. Siapa Allahmu? Siapa Tuhanmu? Biarlah kau mengintrospeksi diri hari ini, sekarang ini, dan datanglah pada Tuhan. Katakan kepada-Nya, “Tuhan, Engkaulah Tuhanku.” Jangan main-main. Barang siapa mempertuhankan seks, kekayaan, dan kekuasaan, biarlah ia bertobat. Jangan biarkan apa pun menjadi tuan dan raja kita. Hanya Yesus Kristuslah Raja kita, karena Ia yang telah menebus kita dengan darah-Nya dan kita kembali menjadi milik-Nya. Sepatutnyalah kita memanggil Yesus itu Tuhan kita. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 10: Butir Kedua (4) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita

Bagi Allah, tidak ada yang lebih penting daripada Kristus sendiri, karena Dia adalah Allah sendiri. Pengakuan Iman Rasuli di dalam bahasa Mandarin urutannya berbeda: “Aku percaya kepada Tuhanku Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.” Kata “Tuhan” di depan. Saya akan memakai urutan ini menjelaskan butir ke-2. Istilah “Tuhan” tak pernah dipakai selain bagi Allah sendiri. Buddhis, Muslim, Konfusionis, atau Yudais, tidak pernah memanggil Sakyamuni, Muhammad, Kongzi, atau Abraham, Musa, Elia, Yesaya sebagai “Tuhan”. Agama apa pun tidak memanggil pendiri agamanya “Tuhan”, tetapi orang Kristen memanggil Kristus sebagai “Tuhan”.

Kristus adalah Tuhan sebelum dan sesudah dunia diciptakan. Yesus itu Tuhan dan baru diketahui oleh orang Kristen yang percaya Ia mati dan bangkit. Tuhan Yesus bangkit dari antara orang mati, mengalahkan kuasa maut, dosa, dan setan. “Tuhan, Engkau memilikiku karena Engkau telah membeliku kembali menjadi milik-Mu melalui darah-Mu sebagai pembayaran harga tunai dan mahal.” Ketika orang Kristen mengerti iman ini, mereka akan mengikuti apa yang disodorkan oleh para rasul yang melihat sendiri Yesus bangkit dari antara orang mati.

Sekitar tiga puluh lima tahun yang lalu di Manado, saya mendapat pertanyaan yang berbentuk serangan, “Tahukah Anda, bahwa Anda adalah orang paling bodoh di seluruh dunia. Kemarin Anda mengatakan bahwa Allah itu Tritunggal. Goblok! Tahukah bahwa 1 + 1 + 1 = 3 tidak mungkin 1 + 1 + 1 = 1?” Dengan tenang saya menjawab, “Berdasarkan ingatan saya, ketika saya berusia 7 tahun di kelas dua, saya diajar 1 + 1 + 1 = 3; tetapi seingat saya, ketika usia 8 tahun di kelas tiga saya diajar 1 x 1 x 1 = 1. Saya tidak tahu Anda naik kelas atau tidak. Apakah Anda masih di kelas dua sekarang?” Orang yang menghina saya menggunakan argumentasi untuk menjatuhkan saya, tetapi argumentasinya menunjukkan bahwa paradigmanya tidak berubah dan ia terus terkurung oleh paradigma yang salah. Thomas Kuhn, seorang filsuf sains yang sangat terkemuka, berkata, “Manusia perlu perubahan paradigma terus untuk bisa maju.” Alkitab satu-satunya Kitab yang sejak 3.000 tahun yang lalu telah mengobrak-abrik paradigma manusia agar berubah, dan perubahan itu termasuk bagian dari pertobatan.

Paulus di dalam Roma 12 mengatakan, “Engkau harus terus berubah dan diperbarui (reform and transform).” Jika engkau tidak dibentuk ulang, maka tidak mengalami perubahan; jika engkau tidak mau membuka hati untuk menerima paradigma baru, engkau menjadi budak konsep dan ideologi lama yang membelenggu dan mematikan dirimu. Ketika membaca Alkitab pun, Roh Kudus perlu membuka hatimu, mencerahkan pikiranmu, memperbarui ide, barulah engkau dapat melihat. Alkitab berkata, harus ada perubahan dan transformasi. Melalui reformasi, dibentuk ulang, dibangun ulang, diatur ulang, dan digagas ulang (reform, reconstruct, reorganize, reidealize), diperbarui oleh Roh Kudus, barulah kita bisa berubah. Saya boleh gagal, hancur, dan mati, tetapi firman Tuhan yang ada di dalam diri saya tidak akan bisa dihancurkan, karena firman itu kekal, tanpa salah, dan melampaui segala kebijaksanaan manusia. Maka, kita bisa beriman, mendirikan gereja, memberitakan firman, menerima tantangan kebudayaan, agama, atau ideologi apa pun, untuk kita tampung, bandingkan, analisis, dan kritik.

Kini kita akan melihat satu topik penting yang belum pernah saya bahas, yaitu bilakah Yesus disebut Tuhan. Tuhan Yesus disebut Tuhan secara samar di Perjanjian Lama, dan menjadi semakin jelas dan semakin berani di Perjanjian Baru. Di Perjanjian Lama, Yesus disebut Tuhan, tetapi istilah yang dipakai adalah “Hikmat”. Dalam Amsal 8 dikatakan, “Hikmat berkata, ketika Allah menciptakan langit dan bumi, Akulah arsiteknya.” Sebelum ada bangunan, terlebih dahulu harus ada ide di dalam pikiran arsiteknya. Arsitek punya ide, kemudian diungkapkan melalui gambar. Gambar itu menjadi landasan untuk memimpin bata, tanah, pasir, kayu, paku, dan segalanya, diperalat sesuai dengan yang dirancang. Arsitek harus memiliki hikmat. Arsitek Pertama adalah Tuhan alam semesta, yaitu: Yesus Kristus. Ia berkata, “Saat Allah menciptakan langit dan bumi, Aku ada di samping-Nya sebagai Arsitek.” Semua ditetapkan dengan dalil, ukuran, dan hikmat yang tertinggi.

Ada arsitek yang sedemikian pandai bernama Hemiunu yang sekitar empat ribu tahun lalu telah membuat piramida besar Khufu (Cheops) setinggi 140 meter. Rekor bangunan ini baru dipecahkan oleh Menara Eiffel pada tahun 1889. Menara Eiffel (300 meter) dua kali lebih tinggi dari piramida Khufu, yang membentuk satu paradigma baru di dunia bangunan. Ketika seseorang bertanya kepada Empek Gombak, seorang hamba Tuhan yang tinggal di Kudus, bekas pejudi yang bertobat dalam pelayanan John Sung, yang meneguhkan pertobatannya dengan memotong jempol tangannya sendiri dengan pisau besar untuk tidak berjudi lagi, “Bagaimana Tuhan bisa membuat langit yang begitu besar dan tidak pernah roboh?” Maka ia menjawab, “Itulah Tuhan. Jika engkau melihat langit belum roboh, masih tidak percaya Tuhan, engkau goblok.” Itu caranya berkhotbah. Ia tidak sekolah theologi, khotbahnya lucu sekali, “Coba lihat besarnya anugerah dan kuasa Tuhan. Langit sudah ribuan tahun tidak roboh, itu kebesaran Tuhan.” Khotbahnya susah dibantah atau dipikir panjang, orang langsung tertawa. Ia memang pendeta yang tidak pernah sekolah theologi, tetapi membuat banyak orang di Kudus pada zamannya menjadi Kristen.

Mengapa Yesus disebut Tuhan? Hampir tidak ada buku theologi dari Barat maupun Timur membahas hal ini. Yesus dilahirkan ketika Agustus menjadi kaisar yang menyebut dirinya sebagai tuhan. Allah di sorga melihat hal ini tidak beres. Di dunia mulai ada tuhan palsu, maka Allah menurunkan Tuhan yang asli untuk diperlihatkan kepada manusia, agar manusia bisa membedakan kaisar yang mengaku sebagai tuhan dan Tuhan yang disalibkan. Ketika manusia menyebut diri sebagai tuhan, Tuhan yang asli turun dari sorga, agar manusia tidak menyeleweng. Ketika sejarah manusia mulai angkuh, menyeleweng, dan memalsukan diri sebagai ilah, maka Allah campur tangan, merendahkan diri, turun menjadi Tuhan di tengah manusia.

Saat ini kita melihat orang-orang dunia sedang sibuk mau menjadi jagoan. Trump ingin menjadi jagoan dunia, dan Xi Jinping ingin menjadi jagoan Asia. Banyak orang berusaha mengubah sejarah agar memenangkan kemauan manusia. Tetapi Allah berkata, “Aku tetap Raja dan Tuhanmu.” Banyak upaya manusia di dunia, dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi saya tahu satu hal: rencana Allah lebih tinggi daripada rencana manusia. Kita melihat Tuhan tidak meninggalkan manusia berjalan di hari depan.

Pada tahun 260 SM, di Tiongkok ada seorang raja yang begitu angkuh, bernama Ying Zheng. Ia berkata, “Sekarang aku menjadi kaisar, bukan raja biasa, lebih besar dari semua raja. Semua raja selama ribuan tahun sejarah Tiongkok kalah daripadaku. Aku yang terbesar.” Ia menyebut dirinya sebagai huĂ ngdi (kaisar; raja di atas segala raja). Dialah kaisar pertama Tiongkok (dikenal sebagai Qin Shi Huang). Ia orang terkuat sepanjang 6.000 tahun sejarah Tiongkok, tetapi dinastinya adalah dinasti yang paling pendek, tidak sampai 20 tahun sudah hancur (221-206 SM, dilanjutkan dengan dinasti Han). Tuhan tidak mengizinkan manusia menyombongkan dan memutlakkan diri sebagai ilah. Pemerintah yang menghormati Allah, mencintai, dan memperlakukan rakyatnya secara manusiawi, tidak mungkin tidak diberkati Allah. Seorang pengusaha mebel dari Solo yang bernama Joko Widodo, bisa menggantikan Soekarno, Soeharto, dan Habibie. Tuhan bisa mengubah nasib seluruh dunia, karena Ia itu Tuhan.

Saat manusia menyebut diri Tuhan, maka Tuhan marah. Allah murka kepada Qin Shi Huang, maka di usia 50 tahun ia wafat. Ironis, karena ia paling takut mati. Ia terus mencari obat panjang umur di mana-mana. Akhirnya, seorang tabib berkata, “Ada obat ajaib, mujarab, membuat umur panjang, namanya mercury (air raksa).” Sekarang dunia kedokteran sudah membuktikan, bahwa mercury membuat orang cepat mati. Tetapi saat itu, Qin Shi Huang tidak mengerti sains, dan yang dia tahu hanya mau umur panjang, maka ia makan mercury. Banyak cara Tuhan bekerja melalui sejarah. Tidak sampai 30 tahun, ia telah mempersatukan Tiongkok dengan Tembok Raksasa yang panjangnya sekitar 8.850 km. Saat itu, kebudayaan Tiongkok adalah kebudayaan sapi, sementara kebudayaan Mongol adalah kebudayaan kuda. Kedua kebudayaan itu saling berbenturan dan yang menang selalu kebudayaan kuda. Kebudayaan kuda tidak mau menanam dan menuai, mereka hanya datang menyerang dan merampas. Jika kaum Mongol datang ke desa-desa Tiongkok, para wanita dan prianya dipukuli, tuaiannya diambil. Setelah dirampas, orang Tiongkok tidak mau berperang balik, maka mereka membuat tembok tinggi agar orang Mongol tidak bisa masuk. Mereka membuat tembok raksasa setinggi 8-10 meter, dan setiap sekitar 60 meter ada kubu yang ada tempat api. Jika musuh datang, mereka menyalakan api dan menghasilkan asap. Asap hitam berarti musuh sudah datang, asap putih berarti sudah aman. Seluruh sejarah merupakan panggung permainan manusia yang berusaha melawan Tuhan.

Setelah Qin Shi Huang, 200 tahun kemudian terjadi kaisar pertama di Barat, yaitu Kaisar Agustus. Pada zaman Agustus, Tuhan mengutus Yesus, lalu manusia mana pun yang menyebut Yesus itu Tuhan harus dipenggal kepalanya. Allah mau memberi tahu manusia, yang disebut Tuhan ialah Yesus, Allah yang menjadi daging dan darah. Ini membuat semua paradigma berubah, berbeda, yang membuat kita kagum dan taat di hadapan Tuhan. Kita harus taat kepada Tuhan, karena hikmat Tuhan berbeda dari hikmat manusia. Ketika manusia menyebut diri sebagai tuhan, Tuhan Allah mengirim Yesus ke dunia. Injil Lukas mencatat ketika Agustus menjadi kaisar, Yesus lahir di Betlehem (Luk. 2:1-7). Yang satu berada di takhta manusia yang tertinggi, Yang Satu lagi berada di tempat terendah, di palungan tempat makan hewan. Yang satu di tempat politik dan militer yang terkuat, Yang Satu lagi di tempat yang tidak ada kekuatan politik, militer, tidak ada dukungan sosial, hanya ada tempat hewan yang bau. Inilah cara Tuhan menyatakan ketuhanan, hikmat, dan kemuliaan-Nya yang melampaui hikmat manusia. Ketika Tuhan Yesus lahir, tidak seorang pun mengerti dan menyambut-Nya, maka Tuhan harus menyuruh malaikat memberi tahu para gembala di Betlehem dan para majus di Timur. Tuhan tidak memberi tahu orang Yahudi, karena orang-orang Yahudi merasa mereka sudah mengenal Tuhan, sama seperti banyak orang Kristen hari ini yang menganggap diri sudah mengenal Tuhan.

Agustus menjadi kaisar Romawi, kekaisaran terbesar sepanjang sejarah sampai Kristus lahir. Hingga kelahiran Kristus, sejarah Romawi sudah ada 753 tahun. Menurut legenda, ada seorang putri melahirkan dua orang bayi kembar lalu mati. Kedua bayi itu yang ada di padang belantara ditemukan oleh seekor serigala betina (capitolina), yang kemudian memeliharanya. Kedua bayi ini bertumbuh menjadi anak yang kuat dan diberi nama Remus dan Romulus. Setelah dewasa, mereka menjadi prajurit yang kuat, gagah, berani, dan kejam. Mereka selalu menang dalam setiap peperangan. Lalu mereka mendapatkan tanah dan menyebutnya sebagai Romawi. Romulus membangun Kerajaan Romawi yang dimulai dengan membangun kota Roma (753 SM). Ia mengatur dan memerintah, dan agar rakyatnya bisa damai dan aman, maka ia membangun tentara yang kuat. Semua musuh-musuh Romawi dikalahkan. Sampai 753 tahun kemudian, Yesus baru lahir.

Menurut catatan sejarah, Romawi tidak memakai kekuasaan untuk membesarkan diri, tetapi memakai kuasa militer untuk melindungi teritori mereka. Demi memperluas teritori Romawi, maka harus terus berperang. Bukan mau menjajah, tetapi memelihara diri. Dari motivasi pertama memelihara diri, muncul dampak sampingan (side effect) memperluas negara, maka satu per satu bangsa ditaklukkan. Teritorinya sampai hampir melingkupi seluruh Eropa Barat. Eropa Selatan dimiliki Romawi dengan kota Roma sebagai pusat. Mereka berperang ke Timur dan Barat, sampai ke Spanyol, Prancis, Jerman, Denmark, Normandia, menyeberangi laut, menjajah Inggris dan Skotlandia. Romawi menjadi kekaisaran terbesar sepanjang sejarah, yang melampaui Akkadia, Mesopotamia, Babilonia, Asyur, Persia, Mesir, dan semua kekaisaran yang pernah ada. Romawi menjadi satu-satunya kaisar yang memiliki tiga benua, seluruh Kepulauan Makedonia, Kreta, Sisilia, Korsika, pulau-pulau di Laut Mediterania, Ithaka, dan Laut Aegea. Lalu ditunjuk seorang jenderal untuk masing-masing tempat.

Ketika militer Romawi semakin besar, muncul seorang genius, yang bernama Kaisar Yulius (Julius Caesar). Akhirnya “Caesar” dipakai sebagai gelar untuk para kaisar Romawi, untuk mengenang Julius Caesar. Julius Caesar sendiri belum pernah menjadi kaisar, tetapi kekuasaan dan keberaniannya mirip kaisar. Ia memiliki kekuatan militer melampaui kaisar lainnya. Ia sering kali mendahului semua tentaranya naik ke bukit dan melihat seluruh tanah, lalu ia berkata, “Aku datang, aku melihat, dan aku menaklukkan.” Ia turun bukit, membuat strategi perang, lalu menaklukkannya. Hampir tidak ada tempat yang tidak bisa dikalahkan. Akhirnya, ia menjadi pemimpin tertinggi di Romawi, karena saat itu belum ada kaisar atau raja. Sesudah semakin tua, kuat, dan berkuasa, ia menjadi diktator tertinggi. Diktator berarti tidak boleh dilawan, dibantah, dan semua harus takluk. Para pemberontak mulai memperkuat diri untuk melawan, tetapi tidak ada yang berani bicara, hanya menyimpan dendam dalam hati. Ini selalu terjadi di seluruh dunia. Julius Caesar membentuk parlemen di mana semua wakilnya harus datang, berbicara dengannya, mengikuti instruksinya, dan menerima perintah untuk menguasai seluruh daerah Romawi. Romawi yang pada mulanya hanya menjaga teritori, kini mulai menyerang kerajaan dan bangsa lain. Suatu hari, ia masuk parlemen untuk rapat dengan para jenderalnya. Di pintu masuk puluhan orang dengan pakaian putih seragam menyambut dan memberinya hormat. Ia menganggap itu sudah seharusnya. Begitu masuk, semua orang itu mengikatnya dan mulailah pembunuhan secara terbuka. Setiap orang dari setiap sudut menusukkan pisau ke badannya, termasuk Brutus, anak angkatnya.

Shakespeare, pujangga Inggris menuliskan kisah ini. Inggris menghasilkan seorang pujangga besar saat Inggris makmur dan jaya. Inggris mulai turun kejayaannya sejak tahun 1840 ketika mereka menggunakan opium (ganja) untuk membuat bangsa Tionghoa menjadi pecandu, agar lemah dan bisa dihancurkan Inggris. Tahun 1860, Perang Opium II melanda Tiongkok karena poundsterling Inggris ‘diambil’ oleh orang Tionghoa melalui sutra, teh, dan keramik (piring, guci, dan barang antik). Tahun 1840, uang Inggris semua masuk Tiongkok. Uang Tiongkok tidak masuk ke Inggris. Inggris mulai miskin, Tiongkok mulai kaya. Inggris ingin merebut kembali poundsterling dari Tiongkok dengan cara memaksa orang-orang Tionghoa membeli opium dan ganja. Itulah imperialisme. Lalu Inggris berkata, “Tiongkok sudah lemah, mari kita jarah semua barang terbaik di negara mereka.” Maka koalisi delapan negara mengirim pasukan ke Tianjin. Dengan meriam mereka memorakporandakan tentara Tiongkok. Dari Tianjin mereka menuju Beijing dalam lima puluh lima hari. Di tengah perjalanan lima puluh lima hari itu mereka memperkosa wanita-wanita cantik dan membakar rumah-rumah. Sampai di Beijing, istana The Garden of the Gardens yang dibuat puluhan tahun direbut dan dijarah habis. Para jenderal Inggris dan Prancis mengumpulkan tentaranya berkata, “Kami berikan izin 3 hari boleh menjarah semua barang termahal dan bermutu di kekaisaran Tiongkok.” Hari pertama, para tentara mengambil barang-barang yang besar sampai tidak bisa mengangkatnya, lalu ditaruh di tengah jalan. Hari kedua mereka mencari barang yang lebih kecil. Hari ketiga mereka mencari berlian, emas, dan perhiasan yang sangat mahal yang dipakai para ratu, selir, dan perlengkapan makan mereka. Di Museum Victoria and Albert di London, ada sekitar 4.000 barang keramik hasil jarahan tahun 1840-1860 ini. Inggris paling kaya di zaman Ratu Victoria, dan setelah ia wafat, kemuliaan Inggris mulai pudar.

Inggris mulai hancur sejak tahun 1912, karena saat itu mereka sudah begitu angkuh dan menjadi ilah, “Kami membuat kapal besar, Titanic.” Mereka menyatakan bahwa besarnya Titanic melampaui semua kapal yang pernah dibuat di Rusia, Jepang, Prancis, dan Jerman. Tetapi saya ingin membocorkan satu fakta, bahwa kapalnya Sam Po Kong juga panjangnya 260 meter, sama panjang seperti Titanic dan itu telah ada 550 tahun yang lalu. Inggris baru berjaya sekitar 200 tahun yang lalu. Sekitar 500-600 tahun yang lalu, negara terbesar di dunia adalah Tiongkok. Tetapi setelah para kaisar Kangxi, Yongzheng, dan Qianlong, Tiongkok mulai angkuh dan Tuhan membuang Tiongkok.

Kita perlu belajar mengerti sejarah yang penting. Sesudah Inggris semakin angkuh sampai memuncak, Tuhan membuang Inggris. Demikian pula, ketika Rusia menjadi angkuh, Tuhan membuang Rusia, dan jika Amerika terus semakin angkuh, Tuhan juga akan membuang Amerika. Inilah sejarah. Ketika Tuhan mau memberikan Tuhan yang sejati kepada manusia, Ia menunggu kekaisaran Romawi sampai pada puncak keangkuhannya, yaitu pada saat Antonius dan Oktavianus berebut kuasa, akhirnya Antonius dikalahkan karena ia tertidur di samping Cleopatra, tidak berperang dan hancur. Maka Oktavianus yang menjadi kaisar, dengan nama Kaisar Agustus. Pada saat Oktavianus menjadi Kaisar Agustus, Yesus lahir memberikan Tuhan yang asli kepada dunia. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 11: Butir Kedua (5) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita

Dalam butir kedua Pengakuan Iman Rasuli, ada empat frasa yang perlu kita perhatikan: 1) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal; 2) Tuhan kita; 3) Yang dikandung dari Roh Kudus; dan 4) Lahir dari anak dara Maria. Di dalam empat frasa ini terkandung kelimpahan pengenalan kita akan Kristus. Telah kita bicarakan sebelumnya bagaimana Kristus hadir pada saat Romawi menegakkan kaisar pertama yang mengaku diri sebagai Tuhan. Kekaisaran Romawi merupakan kekaisaran terbesar sepanjang sejarah. Sebelum Agustus menjadi kaisar, sudah ada beberapa orang hebat dalam kerajaan ini, seperti Pompey, Julius Caesar, dan Antonius. Sekitar 70 tahun sebelum Kristus lahir, Julius Caesar merajalela. Ia adalah seorang jenderal yang hebat dan kuat. Ia terus memperluas teritori Romawi, bertahun-tahun perang di Utara, di daerah Gaul (Prancis sekarang), ia kembali ke Roma, mengalahkan Jenderal Pompey dan menjadi diktator dalam kekaisaran Romawi. Tiga tahun kemudian mendadak ia dibunuh. Orang besar seperti dia, yang begitu hebat, dan karena terlalu keras berkuasa, ia menanamkan kebencian kepada bawahannya. Suatu hari ketika ia hadir di dalam parlemen, tiba-tiba anak buahnya mengeluarkan pisau dan menusuk dia. Di saat satu per satu menusukkan pisaunya, datang seorang jenderal muda, anak angkat yang sangat ia sayangi, yang bernama Brutus; ia juga mengeluarkan pisau dan menusuk Julius. Julius dengan muka serius berkata, “Brutus, kamu jugakah?” dan meninggallah ia.

Pada saat berita itu tersebar luas, rakyat marah dan mau mencari siapa pembunuhnya dan ingin membalasnya. Di saat itu, Antonius berdiri di sebelah mayat Julius Caesar dan berpidato. Pidato ini dianggap sebagai salah satu pidato yang paling menggugah umat manusia dan menggunakan teknik orasi yang terbaik. Pada awal pidatonya, Antonius begitu menyanjung Julius Caesar sebagai orang yang hebat, yang punya kekuatan besar, dan sebagainya. Tetapi dalam sepuluh menit, ia mulai membalikkan situasi, ia mulai mengatakan, “Orang ini sangat keras, orang yang berkemauan kuat, diktator, kuasanya terlalu besar, sehingga kita harus waspada dengan orang ini. Hari ini, jika negara kita mau maju, apakah masih memerlukan orang seperti ini? Dulu memang perlu, tetapi sekarang tidak. Sekarang dia berusaha menguasai dan memperbudak kita semua. Oleh karena itu, kita perlu membunuhnya.” Mendadak suasana berubah. Semua orang yang sebelumnya begitu mencintai Julius Caesar, sekarang berbalik membencinya, akibat dari sebuah pidato. Seorang yang fasih lidah, berotak pandai, tetapi hatinya tidak jujur, mungkin bisa mempunyai hasutan yang menakutkan. Sesudah pidato Antonius, semua orang setuju Julius Caesar harus dibunuh. Maka suasana berhasil diredakan. Sesudah itu, Antonius merebut kekuasaan.

Setelah Julius Caesar mati, kekuasaan jatuh kepada tiga orang, yaitu: Brutus, Antonius, dan Octavianus. Antonius mempunyai kelemahan besar seperti Julius Caesar, yaitu meleleh jika melihat wanita cantik. Julius Caesar pernah mempunyai seorang wanita simpanan yang menjadi ratu Mesir, yaitu Cleopatra. Kecantikannya melampaui semua wanita dan sampai sekarang diakui sebagai salah seorang wanita tercantik di sepanjang sejarah. Kecantikannya membuat para jenderal tidak bisa tidur dan lupa akan kewajibannya, karena ingin tidur dengannya, termasuk Julius Caesar dan Antonius. Setelah Jenderal Pompey mati, pesaing Antonius yang tersisa ialah Octavianus. Saat Octavianus tiba di Mesir, Cleopatra ingin membiusnya agar Octavianus jatuh cinta kepadanya, karena ia tahu bahwa jenderal ini mempunyai kuasa yang sangat besar. Tetapi ia gagal merayu Octavianus yang bermaksud mengalahkan Antonius. Antonius sudah terbius oleh Cleopatra dan tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk berperang, meskipun ia menggabungkan pasukan Romawi dan pasukan Mesir. Octavianus tidak tergoda pada wanita dan mempunyai keberanian dan kekuatan yang lebih besar, sehingga akhirnya dapat mengalahkan Antonius. Setelah Antonius kalah dan mati, Cleopatra tahu bahwa ia sudah tidak memiliki harapan lagi, karena Octavianus tidak mencintai dia dan yang dicintainya sudah mati. Maka menurut legenda Mesir, ia bunuh diri dengan memegang ular kobra sampai ular itu menggigitnya dan racun ular berbisa itu masuk ke tubuhnya. Lalu, ia juga menusuk mati dirinya. Sesudah itu, Mesir tidak lagi memiliki kuasa yang besar. Ratusan tahun kemudian, Mesir kembali mempunyai seorang firaun yang bukan orang Mesir. Kejayaan Mesir hancur sama sekali, karena Allah tidak memerlukan Mesir lagi.

Setiap kerajaan yang besar, setelah kehendak Tuhan atas kerajaan itu selesai, maka kerajaan itu dibuang. Musa mendapatkan Sepuluh Hukum, maka Mesir tidak diperlukan lagi. Daniel sudah mendapatkan wahyu Tuhan, maka Babilonia tidak diperlukan lagi. Ketika Daniel sudah menjelaskan kehendak Tuhan, maka Belsyazar dihancurkan, Ahasyweros, dan Asyur tidak diperlukan lagi. Semua orang penting, seperti Yusuf, Daniel, Yunus, Ester, dan Paulus, berada di dalam kerajaan-kerajaan terbesar di dunia. Sekarang, Mesir, Persia, Niniwe, dan Romawi sudah tidak ada lagi, karena Tuhan tidak membutuhkan kerajaan-kerajaan yang angkuh. Tuhan memakai orang untuk memberi peringatan dalam suatu kerajaan, seperti Yusuf dan Daniel.

Yusuf berkata, “Tuhan Allah yang memberitahumu sejarah akan menjadi seperti apa.” Daniel berkata, “Agar engkau mengerti, bahwa kuasa Allah di atas kuasa manusia.” Semua ini berita Alkitab yang sangat penting, yang sering kali tidak diperhatikan oleh orang Kristen. Kaum akademisi dunia juga tidak menganggap penting orang seperti Musa, Daniel, dan sebagainya.

Di dunia ini ada dua arus, yaitu: 1) Arus yang diakui struktur dunia—baik politik maupun akademik—yang dengan keangkuhannya menuliskan sejarah; dan 2) Arus dari Tuhan yang tersimpan dalam catatan Alkitab dan pimpinan Roh Kudus. Kebanyakan orang tidak menganggapnya penting, tetapi itu yang menentukan nasib seluruh umat manusia. Sekitar 70 tahun yang lalu, kaum akademisi berkata, “Tidak ada orang yang namanya Pilatus. Tidak perlu memperhatikan Alkitab. Hanya orang Kristen yang membaca Alkitab dan percaya kepada Tuhan.” Para cendekiawan Universitas Sorbonne, Prancis, lembaga akademis yang sangat tinggi di dunia, tidak mengakui kebenaran Alkitab. Sampai suatu saat sekelompok orang penting di Inggris meletakkan jabatannya, pergi ke Turki, dan Israel melakukan penelitian arkeologi. Mereka bukan mau mencari bukti untuk mendukung Alkitab, tetapi mau melakukan penelitian akademis untuk meraih pencapaian pribadi. Akhirnya, mereka yang justru membuktikan keberadaan Pilatus, seorang gubernur Romawi yang membunuh Yesus. Demikianlah mereka menyatakan bahwa Alkitab benar adanya. Orang Kristen jangan ikut-ikutan mengirim anak-anakmu belajar ke Jerman, Amerika Serikat, karena kebanyakan mereka akan dipengaruhi kaum akademisi yang tidak lagi percaya Alkitab. Mereka mengira dasar perkembangan Eropa adalah pemikir-pemikir Prancis, padahal dasarnya adalah humanisme. Seorang yang setelah mengamati Eropa berkata kepada saya, “Setelah diperhatikan, saya baru tahu bahwa dasar perkembangan seluruh Eropa bukanlah Renaissanceataupun Enlightenment, tetapi Reformasi.” Pengertian ini benar, sesuai prinsip Alkitab.

Setelah Julius Caesar mati, Brutus dikalahkan, Antonius mati, dan Cleopatra bunuh diri, maka Octavianus merajalela di seluruh kekaisaran Romawi, dan parlemen mengangkatnya menjadi kaisar. Octavianus dilantik menjadi Kaisar Agustus dan menjadi tuhan atas semua warga kekaisaran Romawi. Pada saat itulah Yesus lahir. Kristus dilahirkan saat manusia angkuh dan gila dengan mengangkat seorang jenderal menjadi tuhan. Allah berkata, “Tidak, ia bukan Tuhan, ia hanya seorang manusia yang bisa mati.” Seorang jenderal pada akhirnya akan tua dan mati. Manusia bukan Tuhan. Tuhan ialah Allah yang menjadi manusia.

Apakah manusia suka Allah menjadi manusia? Tidak. Apakah manusia percaya Allah menjadi manusia? Tidak. Tetapi inilah berpikir secara paradoks. Memakai kebenaran yang dikatakan sebagai tidak masuk akal, tetapi melampaui kebijaksanaan manusia, untuk membuktikan bahwa “Akulah Allahmu; Anak-Ku adalah Tuhanmu” sehingga Tuhan Yesus lahir sebagai Tuhan, Raja, dan Saksi Kebenaran. Yesus berkata di hadapan Pilatus, “Akulah Kebenaran. Engkau mengatakannya bahwa Aku adalah Raja. Aku datang ke dunia ini supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan Aku.”

Dan Pilatus merespons, “Apa itu kebenaran?” Pilatus tidak percaya adanya kebenaran, tetapi Yesuslah Sang Kebenaran. Dan Ia melalui kelahiran-Nya di palungan dan kematian-Nya yang paling keji, paling hina, paling kejam, dan paling miskin di atas salib, telah menjadi Tuhan yang sejati.

Di manakah Kaisar Agustus sekarang? Sudah tidak ada. Di manakah Julius Caesar sekarang? Tidak ada. Sekitar 150 tahun yang lalu, ada seorang yang mengerti rahasia ini tanpa ia sadari. Ia adalah Napoleon. Napoleon dan Hitler sama-sama bersalah, dan kelihatannya sama-sama tidak pergi berperang ke Barat, tetapi malah ke Timur. Kedua-duanya memilih tanggal yang sama, yaitu 14 Februari, yang satu tahun 1812 dan yang satu lagi tahun 1942, mereka keduanya pergi berperang ke Rusia dan kedua-duanya kalah total di Rusia. Akhirnya, kedua-duanya selesai kariernya di sana, kedua-duanya dihukum dan mati. Napoleon mati di Waterloo, dikalahkan oleh jenderal Inggris, Arthur Wellesley, sedangkan Hitler dikalahkan oleh Jenderal Eisenhower dan Jenderal Zhukov di Berlin. Di sebuah bungker ruang bawah tanah di kota Berlin, Hitler menembak dirinya sendiri setelah memberi istri dan anjingnya minum racun. Napoleon dan Hitler keduanya gagal, karena Tuhanlah yang menguasai sejarah. Tuhanlah yang menghakimi manusia. Tuhan yang sejati tidak tampak, tetapi kuasa-Nya Mahabesar. Semua kuasa politik menganggap dirinya yang paling hebat. Banyak orang, ketika belum menjadi presiden, mencintai rakyat, dan setelah menjadi presiden, menindas rakyat. Sejarah berulang kali mengulangi hal yang sama sampai sekarang. Tuhan bosan melihat perpolitikan umat manusia.

Siapakah engkau? Engkau hanya hidup beberapa puluh tahun, dilahirkan telanjang tanpa pakaian untuk hidup beberapa puluh tahun kemudian mati, dikuburkan, dan tubuhmu dimakan ulat. Engkau hanyalah manusia. Tuhan bosan melihat kesombongan manusia. Yesus lahir, Allah menjadi manusia, Yesus mati dipaku di kayu salib, kemudian masuk ke dalam kemuliaan. Ia berbeda dibanding semua pemimpin politik yang begitu angkuh dalam kuasa. Ia merendahkan diri, rela sedemikian dihina, maka Allah mempermuliakan Dia. Bersyukur kepada Allah, bahwa kita memiliki Tuhan. “Aku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Allah menjadi manusia. Anak Allah yang tunggal.”

Yesus dilahirkan sebagai Tuhan, tetapi tidak dilihat sifat ketuhanan-Nya. Sampai akhirnya melalui iman, barulah kita menemukan, bahwa yang begitu hina seperti Allah, yang mati seperti yang mulia, yang sedemikian dipermalukan setia pada kuasa, yang begitu lemah sebenarnya mempunyai kuasa yang terbesar. Dari kelembutan, Tuhan menyatakan kekuasaan; dari dipermalukan, Tuhan menyatakan kemuliaan; dari kebodohan, Tuhan menyatakan kebijaksanaan. Ini yang tersimpan di dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus pasal pertama. Allah memakai yang dianggap bodoh oleh manusia untuk menyatakan kebijaksanaan-Nya yang tertinggi. Allah memakai yang dianggap lemah bagi manusia untuk menyatakan kuasa-Nya yang terbesar. Allah memakai yang dipermalukan manusia, untuk menyatakan kemuliaan terbesar-Nya di alam semesta. Salib-Nya, salib-Nya, selamanya mulia.

Yesus berbeda dengan Iblis. Meskipun Iblis bukan Allah, ia ingin menjadi Allah. Akhirnya, ia dilemparkan menjadi setan. Yesus adalah Allah yang rela menjadi manusia, akhirnya diangkat lebih tinggi dari semua manusia. Inilah dua jalan yang berlawanan. Yesus bukan saja menjadi Penebus Gereja, tetapi juga menjadi Teladan Gereja. Karya Kristus jangan hanya dimengerti sebagai penebusan untuk menyelamatkan kita saja. Itu memang yang paling penting, itulah jiwa Injili, itulah jiwa Reformed. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Yesus juga turun dari sorga menjadi teladan karakter yang suci, baik, anggun, hormat, rela berinkarnasi, serta menyangkal diri dan merendahkan diri. Itulah sifat seperti Tuhan. Kiranya kita berkata, “Aku ingin seperti Engkau, ya Allah. Aku ingin serupa dengan Kristus. Bagaimanapun rendah dan hinanya, akhirnya akan dimuliakan Tuhan.”

Alkitab berkata, “Ia adalah Tuhan kita, Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal.” Kalimat Pengakuan Iman Rasuli dilanjutkan dengan dua frasa lagi, yaitu: 1) Dikandung oleh Roh Kudus dan 2) Dilahirkan dari anak dara Maria. Kelahiran Yesus bukan memalukan. Kelahiran Yesus tampak paling hina, di palungan, tidak ada pakaian, dalam keadaan yang sangat miskin. Tidak ada orang pada hari ini, yang ketika lahir tidak langsung diberi pakaian yang sudah dipersiapkan oleh orang tuanya sebelumnya. Hanya Yesus yang saat kelahiran-Nya tiba, orang tuanya tidak sempat, dan tidak punya uang, lalu memakai lampin untuk membungkusnya, seperti yang dikatakan oleh malaikat. Yang terlihat paling hina, remeh, miskin, akan menaklukkan orang paling berkuasa di seluruh dunia. Banyak orang kaya takluk kepada Yesus Kristus yang terlihat begitu miskin.

“Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung oleh Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.” Yesus sebagai Tuhan, menjadi teladan terbaik bagi kita. Kita jangan belajar ikut kepada setan. Kita semua harus belajar teladan dari Yesus Kristus. Mati dulu baru ada kebangkitan; lemah dulu baru ada kekuatan; miskin dulu baru ada kemakmuran; siksaan dulu baru ada kemuliaan; berdarah dulu baru ada mahkota. Inilah ordo atau urutan Kristologis. Kristus berbeda dengan setan. Setan, kemuliaan dulu lalu dipermalukan; naik dulu baru dijatuhkan; merebut kuasa dulu baru dilucuti. Kristus sebaliknya. Ia menjadi Teladan dan Guru bagi umat manusia sampai selamanya. Segala kemuliaan bagi Allah. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 12: Butir Kedua (6) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita

Butir kedua Pengakuan Iman Rasuli memiliki empat frasa: “Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal; Tuhan kita; yang dikandung dari Roh Kudus; Lahir dari anak dara Maria.” Pernyataan pengakuan iman ini merupakan keunikan iman Kristen yang berbeda tajam dibandingkan dengan apa yang dipercayai banyak agama, karena kita bukan hanya percaya kepada Allah yang Esa, tetapi juga kepada Anak-Nya yang Tunggal. Keempat frasa ini memiliki keunikan yang tidak ada dan tidak cocok dengan pikiran manusia, tidak pernah diucapkan agama lain, karena di sini dikatakan bahwa Manusia Yesus adalah Tuhan, sekaligus Kristus.

Ketika menggabungkan Yesus dengan Kristus, kita telah menyatakan sifat ilahi dan sifat manusiawi ke dalam satu Pribadi yang tidak dapat dipisahkan. Kristus yang diurapi di dalam kekekalan lahir menjadi Yesus yang mengunjungi dunia ini. Allah yang tidak tampak menjelma menjadi manusia yang bertubuh, berdaging, dan berdarah. Allah Pencipta yang kekal, mutlak, dan tak tampak mengunjungi dunia ciptaan yang fana, relatif, dan kelihatan. Kristus diurapi Allah menjadi Nabi, Imam, dan Raja. Sebagai Nabi, Ia menjadi Jurubicara Allah membicarakan firman Allah. Ia bukan diciptakan, Ia sendiri Allah dan Firman. Ialah Nabi di atas segala nabi yang unik dan tidak ada bandingannya. Sebagai Imam, Ia menjadi satu-satunya Pengantara yang adalah diri Allah yang menjadi manusia di tengah manusia berdosa yang harus mati dengan Allah Sang Pemberi hidup yang suci. Sebagai Raja, Ia dilahirkan di palungan, bukan di istana. Ia dicopot kuasa-Nya, dilahirkan dengan begitu hina, rendah, dan dipermalukan. Sekitar empat puluh tahun yang lalu saya berkhotbah Natal di Nanyang University Singapura, tentang Yesus yang lahir sebagai Raja, yang mengambil dari ucapan Yesus sebelum Ia mati, “Aku lahir dan datang menjadi raja, agar Aku bersaksi tentang kebenaran” (Yoh. 18:37). Raja yang paling hina, dalam palungan, dihakimi, dianiaya, akhirnya membuktikan bahwa Ia sebenarnya Raja di atas segala raja. Yesus adalah Tuhan di atas segala yang dipertuhan.

Yesus adalah Raja, Yesus adalah Tuhan, maka Yesus lebih tinggi dari semua, tetapi melalui cara lebih rendah dari semua. Inilah sebabnya kita memanggil Yesus sebagai Tuhan. Kita telah membicarakan bagaimana Tuhan yang asli turun dari sorga, dilahirkan menjadi raja, justru pada saat tuhan palsu muncul di dunia. Dengan kesombongannya, ia minta semua orang memanggilnya: tuhan. Hal sedemikian tidak disukai oleh Allah. Jika ada negara, kerajaan, politik, rezim, yang dengan rendah hati mengutamakan Allah sebagai Tuhan, memperlakukan manusia sebagai sesama, dan mengenal Yesus sebagai Kristus, mustahil tidak diberkati Allah. Ini terbukti di dalam sejarah, tidak bisa disangkal. Saat pemimpin merebut kedudukan dan kemuliaan Allah, maka Allah akan meninggalkannya dan memberinya malapetaka, agar ia tahu bahwa ia hanyalah manusia. Mengapa Nebukadnezar makan rumput seperti lembu? Mengapa Herodes mati dimakan cacing? Mengapa Belsyazar direbut kekuasaannya? Semua itu karena mereka telah menjadi arogan. Ini adalah dalil sejarah yang bisa kita lihat dengan jelas melalui Alkitab dan sejarah. Yesus Kristus sebagai Tuhan berbeda dengan Kaisar Agustus, yang setelah dilantik oleh senat Romawi menjadi kaisar, Agustus menjadi arogan. Ia mau semua penduduk di semua wilayah Romawi mengakuinya sebagai kurios (tuhan, penguasa, pemilik) atas diri, hidup, kebebasan, istri, anak, dan harta setiap warga kekaisaran Romawi. Saat manusia menyebut diri tuhan, maka Allah di sorga mengirim Tuhan yang asli ke dunia.

Yesus itulah Tuhan, bukan melalui kuasa politik atau militer, tetapi melalui kerelaan merendahkan diri, turun ke dunia, diremehkan, dihina, lahir di Betlehem, dan mati di atas kayu salib. Allah berkata, “Engkau merendahkan diri sampai turun ke dunia, lahir di palungan, maka Engkau dimuliakan sampai ke tempat yang tertinggi.” Ini berbeda sekali dengan setan yang aktif mau yang tertinggi, maka ia dijatuhkan. Secara aktif Yesus merendahkan diri, maka Ia ditinggikan. Ajaran ini sangat penting dalam membangun karakter Kristen, di mana Yesus menjadi teladan kita.

Yesaya 42 berkata, “Inilah hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepada-Nya Aku berkenan.” Saat diri-Nya di dalam kesulitan, Ia tidak pernah kecewa atau putus asa. Ketika manusia dalam kesusahan, Ia tidak memutuskan buluh yang terkulai, tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya. Kristus berkarakter tertinggi, selain menyelamatkan kita menjadi milik-Nya, Ia juga menjadi teladan yang paling sempurna bagi kita. Manusia yang dahulu tidak mengenal Kristus, setelah diberkati dan digerakkan oleh Roh Kudus, menerima Kristus sebagai Juruselamatnya, maka mereka akan menyesali apa yang pernah mereka lakukan kepada Kristus. Lalu dengan kesedihan mendalam dan dengan sukarela mohon pengampunan Tuhan, lalu mengakui, “Engkaulah Tuhanku.” Pada akhirnya nanti tidak ada bibir yang tidak menyebut Yesus itu Tuhan, tidak ada lutut yang tidak akan bertelut di hadapan Yesus sebagai Tuhan. Ini dicatat di dalam Filipi 2:11.

Pada awalnya, saya tidak mengerti bagaimana orang atheis atau orang-orang yang melawan Yesus bisa dan mau mengaku Yesus adalah Tuhan. Akhirnya, Roh Kudus menolong saya mengerti bahwa ada tiga macam “dunia” yaitu: a) dunia malaikat, b) dunia manusia, dan c) dunia setan dan kaum yang binasa. Ketiga dunia ini akan menyebut Yesus: Tuhan. Para malaikat berkata, “Engkaulah Tuhan, Sang Pemenang.” Manusia yang diselamatkan berkata, “Engkaulah Tuhan, Sang Penebusku. Aku menaati Engkau sebagai Tuhanku.” Setan dan manusia yang tidak diselamatkan akan berkata, “Engkau Tuhan, Sang Hakim yang adil dan patut dipuji. Aku berdosa dan patut dihukum.” Butir kedua menjadi poros yang memengaruhi semua butir yang lain, karena tanpa menerima Kristus, kita tidak mengenal Allah; tanpa Anak tidak ada Bapa. Nasibmu dalam kekekalan bergantung pada sikapmu kepada Kristus.

Para kaisar sepanjang sejarah bersikap arogan, menganggap diri penerima mandat sorgawi. Orang Jepang memanggil kaisarnya sebagai “Putra Matahari” yang diturunkan matahari dari sorga menjadi raja dan tuhan di dunia. Arogansinya merebut kemuliaan dan status Allah Sang Pencipta, menganggap diri orang yang begitu tinggi. Saat itu Hirohito memerintahkan kapal terbang-kapal terbangnya berperang di Pearl Harbour, Honolulu. Maka Amerika Serikat terpaksa terlibat dalam Perang Dunia II di Asia Pasifik. Tadinya Kongres Amerika Serikat sudah memutuskan tidak mau terlibat Perang Dunia II. AS menghindari berperang, dan jika perlu hanya membantu secara finansial atau membangun kembali negara-negara yang kalah perang. Jika AS tidak menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, mustahil Jepang menyerah. Saat itu AS tidak ada bom atom. Ini semua rencana dan intervensi Allah yang menakutkan.

Orang Jerman menganiaya orang Yahudi, maka mereka lari ke AS. Pada saat itu, AS baru melakukan Manhattan Project untuk membuat bom atom melalui dalil Einstein, yaitu E=mc2, di mana Energi (E) sama dengan massa (m) dikalikan kecepatan cahaya (c) yang dipangkatduakan. Sebuah bom atom yang beratnya tidak sampai 500 kg, ledakannya bisa membinasakan 100.000 orang. Bom seperti ini belum pernah ada. Bom TNT tidak mempunyai kekuatan daya rusak seperti ini. Maka akibat bom atom barulah Perang Dunia II bisa selesai. Jika tidak, sulit dibayangkan kehancuran yang dialami bumi kita. Sebelum Perang Dunia II, Hirohito mengajar rakyatnya tiga doktrin: a) Kaisar Jepang satu-satunya ilah sejati yang hidup di dunia; b) Tiongkok harus dihancurkan dulu, sesudah itu semua sumber daya alamnya akan berlimpah dipakai mendukung pasukan Jepang; dan c) Jepang menghancurkan Eropa dan mewakili ilah dunia menguasai umat manusia. Allah tidak senang, lalu mengintervensi dan menghancurkan Jepang. 

Saat itu, Hirohito disekutui oleh Hitler dan Musolini. Mereka tidak tahu Jepang begitu jahat dan ambisius mau menghancurkan dan menguasai seluruh negara, termasuk Jerman dan Italia, agar mereka dapat merajalela berkuasa. Ketika Alexander Agung mengalahkan Persia, ia tercengang melihat istana Persia yang lima ratus kali lebih besar dari istananya di Yunani. Ia heran mengapa ia bisa mengalahkan kerajaan yang begitu besar. Semua kerajaan satu per satu hancur kecuali Alexander Agung, karena ke mana saja ia berperang, ia membebaskan perbudakan, membawa bahasa Yunani yang akan Allah pakai untuk mempersiapkan datangnya era Perjanjian Baru. 

Ketika seseorang menerima Kristus sebagai Juruselamat, ia tidak lagi menyebut kaisar sebagai tuhan, tetapi menyebut Kristus sebagai Tuhan. Pada saat Yesus dilahirkan, malaikat mengabarkan kepada para gembala di padang belantara berita sukacita bagi seluruh bangsa. Artinya, keselamatan jangan dimonopoli dan diikat oleh patriotisme sempit bangsa Israel. Kristus sebagai Juruselamat bukan dimonopoli nasionalisme radikal orang Yahudi. Injil bagi segala bangsa, ini tujuan Allah yang tidak berubah dari kekal sampai kekal. Di dalam Kitab Kejadian, Allah berjanji, “Abraham, keturunanmu akan menjadi berkat bagi segala bangsa” (Galatia 3:9; Kejadian 12:3). Kata “keturunanmu” di sini berbentuk tunggal, berarti hanya menunjuk kepada satu orang yang akan menjadi berkat bagi segala bangsa, yaitu Yesus Kristus, yang bisa melepaskan kita dari kutuk Hukum Taurat. Dialah satu-satunya pengharapan umat manusia. Yesus tidak diikat dan dimonopoli dalam kesempitan satu bangsa saja, di mana dalam Injil Lukas, malaikat berkata, “Yang dilahirkan menjadi Juruselamat segala bangsa.” Dan hingga di Kitab Wahyu tertulis, “Dengan darah-Nya sendiri Ia membeli dari segala bangsa, suku, dan bahasa” (Wahyu 5:9). Mereka dibeli dengan darah-Nya, lalu diberikan kepada Allah Bapa. Ini berita dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu yang sepanjang ribuan tahun tidak berubah. Maka, ketika orang Yahudi mulai menjadi sempit dan mau memonopoli anugerah Allah dan penebusan Kristus, mereka ditolak oleh Tuhan.

Tuhan Yesus berkata, “Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku, Aku menyertaimu sampai akhir zaman.” Saya sangat paham, sadar, dan mengalami sendiri, betapa Injil yang saya layani selalu diberkati luar biasa, jauh lebih dari kebudayaan apa pun. Gereja yang tidak memperhatikan pelayanan pengabaran Injil pasti membunuh diri dan dibuang Tuhan. Gereja diberkati Tuhan, karena memperluas segala pelayanan dan bidang, khususnya pengabaran Injil. Sebelum Kristus datang kembali, Injil harus dikabarkan ke semua negara dan benua. Ini kehendak Tuhan!

Kini kita akan mendalami tiga istilah di sini, yaitu: 1) Anak, 2) dilahirkan, dan 3) Tunggal. Kita selalu memikirkan “Yesus Kristus, Anak Allah yang Tunggal” dan sering kali sulit mengerti, apalagi saat bersaksi tentang Kristus kepada agama yang memercayai bahwa Allah tidak diperanakkan dan tidak memperanakkan. Ia ada pada diri-Nya sejak kekal sampai kekal, tidak perlu ada pribadi lain. Secara logika pandangan sedemikian memang mudah dimengerti, tetapi Alkitab berkata, “Yesus Kristus, Anak yang dilahirkan Allah, yang Tunggal adanya.”

Pertama, Anak, berarti Ia memiliki esensi atau substansi yang sama dengan Allah Bapa. Manusia mustahil melahirkan singa; dan kucing mustahil melahirkan sapi. Ayah bersifat hidup yang unik dan diturunkan kepada anak dengan sifat hidup yang sama. Yang disebut “anak” memiliki ciri khas, esensi, atau substansi yang persis sama dengan ayahnya. Di sini istilah “Anak” membedakan kekristenan dari semua agama mana pun. Agama lain ada yang menyebut raja sebagai “anak sorga” atau “anak ilah”. Tetapi ilah mereka adalah ilah mitos, bukan Allah sejati seperti yang dicatat Alkitab. Para kaisar Romawi menganggap diri salah satu anak dari dewa atau dewi mitologi mereka. Iman seperti itu tidak bisa dipertanggungjawabkan atau dibandingkan dengan Alkitab.

Kristus dilahirkan Allah Bapa, sebagai Allah Anak yang Tunggal. Allah Bapa bernama Yehovah. Yehovah adalah Allah yang ada dan cukup pada diri-Nya sendiri, dari kekal sampai kekal, maka Allah itu Tunggal. Lalu bagaimana Allah ini memperanakkan? Apakah ada istri, bersetubuh dengan-Nya, sehingga melahirkan Anak? Kita tidak boleh menggunakan konsep ciptaan lalu dikenakan kepada Pencipta. Allah itu Pencipta, maka kita tidak boleh memikirkan tentang Dia di dalam kategori atau mengikuti dalil ciptaan. Istilah Anak di sini menunjuk kepada satu aspek penting, yaitu: Anak memiliki sifat hidup yang sama dengan Bapa.

Ketika seseorang melihat Anak Allah yang Tunggal, maka kita langsung mengetahui bahwa Dia adalah Anak dan Dia adalah Allah. Anak manusia berarti ia sungguh-sungguh manusia. Saya adalah manusia, sekaligus anak manusia. Yesus adalah Anak Allah dan sekaligus Allah. Bedanya, Allah dan Anak-Nya tetap Satu Allah, sedangkan manusia dan anaknya menjadi dua manusia. Hal ini berbeda karena Pribadi Allah bersifat Roh. Dikatakan, seperti Bapa memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri, demikian pula Anak memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri (Yoh. 5:26).

Kedua, dilahirkan. Bukankah Anak dengan sendirinya pasti dilahirkan? Kelahiran Yesus unik, karena Yesus dilahirkan tanpa persetubuhan. Inilah keunikan istilah “kelahiran” ketika Alkitab berkata, “Allah melahirkan Anak-Nya, tidak ada hubungan dengan persetubuhan dua jenis kelamin.” Allah itu Roh dan Ia Pencipta. Sang Pencipta melahirkan Anak dalam naungan-Nya sendiri. Inilah keistimewaan yang tidak ada di dalam dunia biologi.

Origen, seorang Bapa Gereja, berkata ini namanya “eternal generation” (kelahiran dalam kekekalan). Maksudnya, sebelum segala sesuatu diciptakan, hanya ada Allah Tritunggal. Allah Anak diizinkan Allah Bapa untuk dilahirkan dari-Nya sebagai Pribadi yang ada di luar diri Pribadi Pertama. Itu yang disebut “dilahirkan”. Allah Anak dilahirkan secara kekekalan. Hal sedemikian sulit dimengerti dan diterima, karena kita berpikir, sebelum Pribadi Pertama melahirkan Pribadi Kedua, maka Pribadi Kedua itu belum ada.

Tidak demikian cara berpikirnya. Dunia berpikir, Allah Bapa melahirkan Kristus, maka Bapa ada terlebih dahulu, dan setelah melahirkan baru ada Anak. Ini adalah konsep manusia. Seorang theolog dan apologet Italia Abad Pertengahan berkata, “Kristus bukan baru ada setelah Ia dilahirkan. Jika sebelum dilahirkan Kristus belum ada, maka Bapa itu Bapanya siapa? Bapa disebut dan menjadi Bapa karena adanya Anak. Oleh karena itu, Bapa menjadi Bapa pada saat Anak menjadi Anak. Bapa ada dalam kekekalan, Anak juga berada dalam kekekalan. Allah sudah ada dan tidak berawal, demikian pula Anak.” Maka dalam Yohanes 1:1 dituliskan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Tidak ada dikatakan, “Sebelum mulanya…”

Permulaan Allah di dalam Yohanes 1:1 lebih mula daripada permulaan ciptaan di Kejadian 1:1. Allah menghendaki sebelum menciptakan segala sesuatu, Pribadi Kedua keluar dari-Nya sebagai Anak Tunggal yang dilahirkan. Anak Allah tidak dikatakan “diciptakan” karena penciptaan dari tidak ada menjadi ada, sedangkan “dilahirkan” dari ada yang di dalam keluar menjadi ada yang di luar.

Pada mulanya sebelum dunia diciptakan, Kristus sudah beserta Allah dan diri-Nya Allah. Bapa disebut Bapa, berarti secara reaktif Ia menghadap Anak, Anak disebut Anak berarti secara reaktif Ia menghadap Bapa. Jadi Allah menjadi Allah Bapa dan Allah Anak, melalui kelahiran Kristus dalam kekekalan. Ini rahasia yang sangat luar biasa. Sebelum lahir, di dalam sudah ada eksistensi yang mendahului tindakan lahir. Lalu apologet itu memberi contoh suatu obor yang berapi besar. Ada satu obor. Lalu dia membawa obor kedua yang belum ada apinya, lalu menyalakannya dari obor pertama. Sekarang ada dua obor. Api yang di obor kedua sebenarnya adalah api dari obor pertama. Api di obor kedua “keluar” dari api obor pertama. Anak keluar dari Bapa, sebelum keluar bukannya tidak ada, tetapi ada dan beserta di dalam Allah. Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 1:1.

Anak ini akan berinkarnasi ke dalam dunia ciptaan-Nya. Yesus Kristus dalam kekekalan ialah Pribadi Kedua yang keluar dari Pribadi Pertama, hingga dalam Pengakuan Iman Athanasius, Yesus Kristus ialah Allah yang keluar dari Allah, api yang keluar dari api, cahaya yang keluar dari cahaya. Ia bersifat ilahi karena tadinya tersimpan dalam diri Allah, sekarang sudah dilahirkan keluar menjadi Anak yang Tunggal.

Ketiga, Tunggal. Istilah “Tunggal” membedakan dan mengistimewakan Kristus dari semua makhluk lain yang dicipta dan berkembang biak. Tuhan Yesus satu-satunya yang dilahirkan sebagai Anak yang bukan saja bukan ciptaan, juga tiada bandingannya. Sedangkan, Roh Kudus keluar dari Bapa. Anak keluar dari Bapa melalui kelahiran, sementara Roh Kudus bukan keluar melalui kelahiran ataupun penciptaan. Roh Kudus bukan dilahirkan dan juga bukan diciptakan. Roh Kudus keluar dari Bapa sebagai suatu tindakan ilahi.

Istilah “Tunggal” di sini berarti mustahil ada pribadi lain yang sama seperti Dia. Roh Kudus pun tidak sama dengan Yesus Kristus, karena Kristus Tunggal. Itu berarti tiada yang lain yang pernah dilahirkan Allah. Bagaimana dengan orang Kristen yang sudah dilahirbarukan? Alkitab berkata, kita dilahirkan secara ciptaan, yang sudah jatuh ke dalam dosa, lalu dipanggil kembali dengan Injil dan dilahirkan kembali. Yesus dilahirkan secara kekekalan, bukan diciptakan. Anak Allah adalah prototype (teladan sulung) bagi orang Kristen yang dilahirkan kembali. Terpujilah Tuhan. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 13: Butir Kedua (7) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita

Setiap kali Tuhan campur tangan di dalam sejarah, Ia ingin agar manusia tahu bahwa Dialah Allah. Selain Dia tidak ada ilah lain. Di zaman Musa, Allah berkata kepadanya bahwa kuasa-Nya melampaui kuasa raja. Di zaman Daniel, Allah pun memberi tahu warga Babel bahwa kuasa-Nya melampaui kuasa raja di sana. Saat kaisar Romawi menyebut diri sebagai tuhan, maka Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal menjadi Tuhan bagi umat manusia.

Alkitab menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Tunggal Allah. Banyak kaisar menganggap diri mereka sebagai anak dewa. Dewa-dewi Romawi diambil dari kebudayaan Yunani, kehidupan moral mereka sangat kacau, lebih buruk dari manusia. Ada iri hati, perselisihan, perzinahan, sampai pembunuhan. Mereka menganggap kaisar, yang sebagai anak tuhan, berkuasa melebihi sesamanya. Sekitar 300 tahun sebelum Kekaisaran Romawi dibangun, tahun 753 SM, di Kerajaan Makedonia, Alexander Agung pun menyebut dirinya sebagai anak dewa. Ibunya berkata bahwa ia telah bersetubuh dengan dewa lalu melahirkan Alexander. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, dilahirkan di dunia menyatakan kepada manusia bahwa Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, saja yang adalah Tuhan. Ada agama yang memiliki 360 juta dewa. Ada agama yang juga menyatakan bahwa allahnya tidak dilahirkan dan tidak melahirkan.

Yesus, Anak Tunggal Allah, telah dinubuatkan sebelumnya di dalam Perjanjian Lama. Meski di dalam Perjanjian Lama hampir tidak ditemukan istilah “Anak Allah” tetapi di beberapa bagian Perjanjian Lama terselubung tentang hal ini, seperti pada Amsal 30:4, “… Siapa yang telah menetapkan ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya?” Di sini terselubung berita tentang Allah dan Allah Anak. Di awal Perjanjian Baru, wahyu tentang Anak Allah lebih jelas lagi diberitahukan. Malaikat Gabriel datang kepada Maria dan berkata, “Yang akan engkau lahirkan akan disebut sebagai Sang Kudus, Anak dari Allah yang Mahatinggi.” Sang Kudus dan Anak dari Allah yang Mahatinggi adalah dua dari tujuh nama yang malaikat berikan kepada Yesus. Malaikat memberitahukan Yusuf bahwa anak yang dilahirkan akan diberi nama Yesus, Imanuel. Malaikat berkata kepada para gembala bahwa anak yang dilahirkan malam itu disebut Tuhan, Kristus, dan Juruselamat. Malaikat juga berkata kepada Maria bahwa Anak yang akan dilahirkan akan disebut Sang Kudus, Anak Allah yang Mahatinggi. Sampai pada zaman Bapa-bapa Gereja, Origen memperkembangkannya menjadi konsep diperanakkan dalam kekekalan.

Jika Yesus Anak Allah dan Allah itu Bapa dari Yesus, siapakah ibu-Nya? Allah bukan manusia, maka tidak bertubuh dan tidak perlu beristri. Allah itu Roh, maka ketika kita memikirkan tentang Allah, janganlah kita menggunakan konsep manusia kepada diri Allah, karena Allah adalah Pencipta, bukan ciptaan. Segala sesuatu diciptakan, hanya Yesus diperanakkan. Itu berarti Yesus memiliki esensi yang sama dengan Bapa. Yesus ialah Anak Allah, maka hidup Yesus sama dengan hidup Bapa. Yohanes 5:26 berkata, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” Kalimat ini hanya muncul satu kali. Allah bukannya memakai eksistensi lain untuk menjadi fondasi bagi eksistensi-Nya, tetapi Allah ada pada diri-Nya sendiri dan kekal. Dan hidup yang ada pada diri-Nya sendiri dan kekal ini yang disebut sebagai Allah. Ketika Yesus lahir ke dunia, Allah berkata, “Sebagaimana Allah dalam diri-Nya sendiri memiliki hidup, Ia juga memberikan kepada Anak-Nya dalam diri-Nya ada hidup pula.” Hidup Bapa adalah hidup yang ada dalam diri-Nya sendiri, sementara hidup Anak itu diberikan Bapa.

Apakah hidup Anak adalah hidup yang untuk selamanya? Jika di dalam diri-Nya ada hidup, masih perlukah diberikan lagi? Hal ini berhubungan dengan perbedaan sifat ilahi dan sifat manusia. Anak keluar dari Bapa, sehingga sebelum Bapa memperanakkan Dia, Ia ada di dalam Bapa. Yohanes 17 mengatakan, “Bapa ada di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Yesus berkata, “Milik-Mu adalah milik-Ku, dan milik-Ku adalah milik-Mu. Aku dan Bapa adalah satu.” Bapa dan Anak ada selamanya. Di dalam kekekalan Mereka sama-sama ada. Bapa memperanakkan Anak dalam kekekalan. Origen berkata, “Yesus diperanakkan Bapa di dalam kekekalan.” Tidak bisa dikatakan Bapa ada dahulu baru ada Anak, karena jika Bapa ada terlebih dahulu baru ada Anak, maka sama halnya engkau memakai hidup manusia yang dicipta lalu diletakkan di atas diri Allah. Allah itu kekal, dalam diri Allah tidak ada unsur ciptaan, maka tidak ada urutan siapa yang lebih dahulu maupun siapa yang terakhir. Istilah Origen untuk ini: generasi kekal (eternal generation).

Di Abad Pertengahan, seorang apologet menafsirkan Pengakuan Iman Athanasius. Allah diperanakkan Allah, terang diperanakkan terang, atau hidup diperanakkan hidup. Dengan ilustrasi yang sangat sederhana dan pemikiran yang sangat agung ia menjelaskan kondisi Sang Anak yang Kudus yang kita percaya. Ia berkata, “Ada satu obor, yang disebut obor pertama. Saat obor kedua mendekati obor pertama, api dari obor pertama menjalar ke obor kedua. Maka obor kedua ikut menyala. Kita mengatakan obor pertama yang pertama kali menyala, lalu menjalar ke obor kedua. Ia berkata, api obor kedua sebenarnya sudah ada sebelumnya di dalam obor pertama. Maka saat ia menjalar ke obor kedua, sebenarnya ia sudah ada terselubung dalam obor pertama. Demikian juga hidup Allah. Bapa dalam diri-Nya ada hidup, diberikan kepada Anak, dan sama halnya dalam diri-Nya ada hidup. Kita tidak bisa berkata, ada Bapa dahulu baru ada Anak. Tuhan tidak berada di dalam kerangka dan ikatan kronologi waktu. Allah adalah Tuhan Sang Pencipta, dan waktu pun Ia ciptakan. Di dalam kekekalan tidak ada waktu. Setelah Allah menciptakan waktu baru ada permulaan waktu. Allah di dalam kekekalan memperanakkan Anak; Bapa dan Anak di dalam kekekalan ada bersama-sama. Sulit bagi kita untuk mengerti hal ini. Dengan pengertian di atas, maka bisa disimpulkan barulah kita mengerti adanya Bapa jika ada Anak, karena sebelum ada Anak, tidak ada relasi Bapa-Anak. Dengan demikian tidak bisa dikatakan ada Bapa terlebih dahulu baru ada Anak. Demikian pula halnya ada Anak karena ada Bapa. Eksistensi Anak ada, maka Bapa ada; eksistensi Bapa ada, maka Anak ada. Pada saat Allah memperanakkan Anak-Nya, barulah kita mengerti bahwa ada Bapa yang memperanakkan Anak-Nya.

Konsep tentang Anak Allah ini harus melampaui waktu dan dilihat dari esensi Allah. Di dalam kekekalan, Bapa dan Anak ada bersama-sama. Dalam dunia ciptaan Allah telah menyatakan karya yang ajaib. Allah berkata, “Engkau Anak-Ku, hari ini Aku memperanakkan Engkau.” Hari ini adalah “sekarang”-nya kekekalan, kini yang bersifat kekal. Maka kita harus membedakan dua hal ini: diciptakan atau diperanakkan. Yang diciptakan bukan diperanakkan; yang diperanakkan bukan diciptakan. Demikianlah Yesus adalah Anak Tunggal Bapa.

Ada tiga hal yang bisa kita lihat, yaitu: 1) Ia memiliki hidup yang sama dengan Bapa, karena Ia adalah Anak; 2) Ia sama sekali berbeda dari semua makhluk yang diciptakan, karena segala yang lain itu diciptakan, sementara Yesus diperanakkan. Ini memberikan perbedaan kualitatif; dan 3) Tunggal, berarti tidak ada bandingnya, tidak ada seorang pun bisa disebut sebagai anak tunggal Allah, karena hanya Dialah Anak Allah yang Tunggal. Inilah iman kita. Selain Dia, tidak ada lagi Tuhan. Para raja, majikan, penguasa bukanlah Tuhan. Yesuslah satu-satunya Tuhan dalam dunia ciptaan ini, yang sendiri-Nya tidak dicipta. Kita semua dicipta, Yesus diperanakkan.

Roh Kudus memiliki sifat ilahi dan kekal. Dalam Ibrani 9:14 dikatakan, “Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” Di seluruh Alkitab, hanya satu kali saja di sini disebutkan Roh Kudus sebagai Roh yang kekal. Allah kekal, Kristus kekal, Roh Kudus juga kekal. Roh Kudus kekal dan bukan diciptakan. Yesus dalam kekekalan diperanakkan, maka Yesus kekal dan tidak berawal. Yesus dari dahulu sebelumnya sudah ada, sejak dalam kekekalan Ia sudah ada. Mikha 5:1 mengatakan, “Hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Kristus bukan hasil dari waktu dan tidak bermula. Ia diperanakkan dalam kekekalan, maka Ia kekal. Inilah yang dinyatakan oleh Ibrani 9:14.

Alkitab tidak berkata Roh Kudus ialah Roh yang tunggal, maka Roh Kudus bukan diperanakkan. Allah yang ada dengan sendiri-Nya dan Anak yang diperanakkan dalam kekekalan. Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Kita harus sepenuhnya waspada memakai istilah ini. Alkitab berkata, Allah ada dengan sendiri-Nya, Yesus diperanakkan dalam kekekalan, Roh Kudus bukan dicipta dan juga bukan diperanakkan, Roh yang keluar dari Bapa dan Anak, yaitu Roh Bapa dan juga Roh Anak. Maka Roh Kudus ialah Roh Allah, Roh Kudus ialah Roh Yesus, Roh Kudus ialah Roh Kristus, Roh Kudus ialah Roh yang diutus dari Bapa dan Anak. Yang diciptakan, dilahirkan, diutus, memiliki eksistensi kekal dari Bapa; Anak diperanakkan dalam kekekalan, Roh Kudus diutus Bapa dan Anak. Theologi ini sangat agung.

Yesus ialah Anak Allah, Yesus juga adalah Allah. Anak Allah adalah Allah, Allah memperanakkan Allah. Manusia memperanakkan manusia. Tetapi manusia memperanakkan manusia menjadi dua manusia. Tetapi Yesus ialah Anak Allah, dan Yesus adalah Allah, yang esa, hanya satu. Bapa ialah Roh, Anak ialah Roh, Roh Kudus ialah Roh. Allah Bapa Pribadi pertama, Allah Anak Pribadi kedua, Allah Roh Kudus Pribadi ketiga. Bukan tiga Allah, melainkan satu Allah. Tiga Pribadi, Satu Hakikat, itulah Allah Tritunggal.

Orang Muslim berkata, “Allah tidak dilahirkan dan tidak melahirkan. Ia Esa.” Mari kita melihat dari pemikiran seperti ini: satu titik itu satu. Begitu titik itu digeser, ia akan membentuk garis. Ketika garis digeser akan membentuk bidang. Jika bidang digeser akan membentuk ruang. Maka kita melihat adanya: titik, garis, bidang, dan ruang. Ketika sudah menjadi bidang, maka titik itu hilang. Ketika titik sudah menjadi satu bidang, ia bukanlah titik lagi. Jika titik itu ada, maka ketika kita ingin membesarkan titik itu, kita akan kesulitan untuk mengetahui sebenarnya berapa luas titik itu. Bidang juga tidak ada, karena jika bidang itu memiliki ketebalan sehingga ia menjadi bidang, maka ia bukan lagi bidang, melainkan ruang yang sangat tipis. Maka, kesimpulannya, yang ada adalah: ruang. Dengan pemikiran setara, di dalam konsep kita Allah yang Esa itu tidak ada, karena dalam konsep pemikiran kita, jika kita mau mengerti Allah yang bukan ruang, maka itu pun juga tidak ada. Hanya Allah yang sejati ada, pasti dalam ketiga hal: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, barulah merupakan Allah Sejati yang sungguh ada.

Di Perjanjian Lama ada ruang yang 1 x 1 x 1 = 1, yaitu ruang yang panjang, lebar, dan tingginya sama, yaitu Ruang Mahakudus. Di Perjanjian Baru, dalam Kitab Wahyu, Kota Allah digambarkan panjang dan lebar dan tingginya sama, yaitu 1.400 mil. Ruang Mahakudus adalah tempat Allah bertakhta. Sama kuasa, sama mulia, sama kekal, sama berotoritas mengatur segalanya. Satu yang kekal, satu yang diperanakkan dalam kekekalan, satu yang diutus ke dalam sejarah. Inilah Allah Tritunggal, inilah Allah yang sejati.

Ketika memasuki Bait Allah, Yesaya melihat Allah duduk di atas takhta-Nya dan kemuliaan-Nya memenuhi tempat itu. Para serafim berdiri di sana mengelilingi Allah dengan masing-masing memiliki enam sayapnya. Dua sayap menutupi mukanya, berarti tidak menyatakan diri; dua sayap menutupi kakinya, berarti ia tidak menyatakan proses kemuliaan; dan dua sayap untuk melayang-layang, berarti mereka dengan rajin melayani Tuhan dan memuliakan Tuhan. Mereka saling berseru, “Suci! Suci! Suci!”

Allah yang kekal memperanakkan Anak dalam kekekalan, lalu Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Allah yang kita sembah adalah Allah Tritunggal. Anak yang diperanakkan dalam kekekalan adalah Raja dan Penguasa alam semesta, Ia adalah Juruselamat Gereja-Nya. Allah ialah Kepala Kristus, dan Kristus adalah Kepala Gereja. Semua ordo (urutan otoritas) di alam semesta dibentuk di dalam Kristus. Inilah wahyu Tuhan, penyingkapan rahasia Tuhan kepada manusia. Wahyu adalah Tuhan membuka tudung rohani, sehingga kita bisa melihat apa yang sesungguhnya ada di dalamnya. Sebelum tudung rohani itu dibuka, kita tidak tahu apa yang ada di dalam. Ketika Roh Kudus mewahyukan kebenaran, kita baru mengerti. Dari semua misteri Tuhan, misteri yang terbesar adalah ketika Allah menyatakan diri-Nya dalam tubuh. Inilah yang disebut sebagai inkarnasi, Allah menjadi manusia. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 15: Butir Kedua (9) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita

Iman merupakan suatu hal yang paling mendasar dan universal. Tidak ada agama yang kredonya lebih singkat, tepat, agung, dan sempurna dibandingkan dengan tiga butir tentang Allah di dalam Pengakuan Iman Rasuli. Yesus dilahirkan sebagai Tuhan atas manusia pada saat kaisar pertama Romawi mengangkat diri sebagai tuhan dan menganggap seluruh warga kekaisarannya sebagai miliknya. Ia mengklaim hidup, kebebasan, kekayaan, dan segala milik warganya sebagai miliknya. Mereka yang tidak memanggilnya sebagai tuhan dipenggal kepalanya. Yerusalem dan Yudea menjadi satu-satunya bangsa yang diberi kelonggaran untuk boleh tidak menyebut kaisar sebagai tuhan. Tetapi tidak lama kemudian, kelahiran Yesus mengubah situasi ini. Kini manusia Yesus yang dipanggil sebagai Tuhan. Maka pembunuhan berjalan lagi dan ratusan ribu orang Kristen dibunuh karena imannya. Tetapi hal ini tidak dapat menghentikan mereka untuk percaya kepada Yesus.

Dalam lima puluh tahun sejak Yesus lahir, sepertiga warga di dunia Barat percaya kepada Yesus. Dalam seratus tahun sejak Yesus lahir, di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi banyak yang menjadi orang Kristen. Iman Kristen begitu kuat dan besar pengaruhnya sampai Kekaisaran Romawi diguncangkan. Dalam sekitar tiga ratus tahun, Kekaisaran Romawi roboh ideologinya, dan hampir semua orang menjadi percaya Yesus adalah Tuhan. Supremasi tuhan yang diangkat manusia dengan memakai kuasa militer dan kekerasan untuk menaklukkan sesamanya telah runtuh. Tetapi Tuhan yang diutus dari sorga, rela menyangkal diri, menyerahkan nyawa, mengorbankan diri, dan memberikan hidup-Nya menjadi penebusan bagi manusia, menjadi Tuhan selamanya. Yang menjadi Tuhan adalah Allah yang menjadi manusia, Tuhan yang menjelma menjadi daging, Sang Pencipta yang masuk ke dunia ciptaan-Nya. Allah hadir dalam sejarah, Firman masuk dalam sejarah. Inilah titik temu antara yang kekal dan yang sementara, yang tak tampak dan yang tampak. Allah yang menjelma menjadi manusia menjadi jaminan ada jalan untuk manusia kembali kepada Allah. 

Telah dibahas sebelumnya, Ia disebut Anak karena memiliki hidup sejenis dengan Allah. Allah memperanakkan Allah, sama seperti manusia melahirkan manusia. Seorang manusia melahirkan seorang manusia menjadi dua manusia, tetapi Allah memperanakkan Allah tetap hanya satu Allah. John Locke, filsuf besar Inggris, memberikan pengertian tentang hal yang melampaui kategori rasional dan irasional, yaitu suprarasional. Suprarasional menerobos dan melampaui kategori rasional dan irasional. Orang yang terkurung logikanya tidak bisa memakai iman Kristen yang Tuhan wahyukan secara suprarasional. Dengan penerobosan dari atas, maka Allah memberikan kemungkinan beriman, sehingga kita tidak lagi terkurung di dalam benteng dan ikatan rasional-irasional.

Sebelum Yesus lahir, pengertian yang tertinggi saat itu adalah filsafat Yunani. Yunani telah menemukan rasio, logika, silogisme, metode deduksi-induksi, dan paradoks. Ini adalah pemikiran-pemikiran agung yang melampaui kebudayaan yang muncul berikutnya di Latin, Jerman, Prancis, dan lain-lain. Meskipun demikian, orang Yunani tidak bisa melampaui ikatan logika yang menjadikan kebudayaannya sangat mementingkan rasio. Di atas dan melampaui rasio hanya mungkin dipahami melalui wahyu Tuhan dalam Alkitab. Sistem Pengakuan Iman Rasuli telah memiliki kemungkinan melampaui semua itu.

Orang Yunani Kuno menyelidiki bahwa manusia meneliti dan mempelajari alam, mempelajari dalil-dalil alam, mencari asal-usul, dan mengerti kausalitas alam. Dari situ ditemukan ilmu-ilmu alam. Jika mereka ditanya, “Apa itu alam?” mereka akan menjawab, “alam itu seperti ini, dari dulu, sekarang, dan selamanya begini, tidak berubah.” Itulah static nature (konsep alam yang statis). Manusia ada di dalam alam, bagian dari alam, peneliti alam, dan penemu ilmu-ilmu alam. Dalam hal ini, alam mengurung dan membatasi manusia. Inilah konsep orang Yunani.

Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia merupakan sesuatu yang lebih tinggi daripada logika orang Yunani. Yesus menerobos dari supra-alam masuk ke dalam alam. Pengakuan Iman Rasuli mengekspresikan kesadaran yang Tuhan berikan kepada manusia, percaya bahwa di luar alam ada Sang Allah yang adalah Pencipta, Khalik langit dan bumi, dan yang mengirim Kristus turun berinkarnasi. Di sini perbedaan penyelidikan sistem logika orang Yunani dibandingkan dengan pencerahan Kristus melalui inkarnasi dari supra-alam masuk ke alam. Ini adalah perbedaan sistem tertutup vs. sistem terbuka. Dalam pikiran Yunani, ilmu pengetahuan didapat melalui metode sistem tertutup yang mencoba menjelaskan tentang alam. Sedangkan Tuhan Yesus memberikan penerobosan, memakai sistem terbuka untuk mengerti. Pada abad ke-20, seorang filsuf pengetahuan yang terkenal, Thomas Kuhn, berkata tentang pergeseran paradigma (paradigm shift), yaitu perubahan paradigma yang dulunya memakai sistem tertutup sekarang menjadi sistem terbuka. Sejak era pra-Socrates sampai era Pencerahan, semuanya menjelaskan alam semesta menggunakan sistem tertutup, sedangkan Alkitab mengandung sikap terbuka, yaitu melihat alam semesta bukan ada pada dirinya sendiri. Sorga memuliakan Allah, menceritakan segala karya agung Allah. Seluruh alam semesta memamerkan rencana, desain, dan hikmat Allah Sang Pencipta. Hal ini dilakukan bukan melalui proses rasio mengerti alam, tetapi melalui iman mengenal Allah yang di atas alam. Di sini, kita bukan melalui rasio mengerti alam, tetapi melalui iman mengenal Allah yang mencipta dan di atas alam. 

Kita mengerti alam memakai sistem tertutup dan mengenal Allah memakai sistem terbuka. Kristus ialah Allah yang menjadi manusia, maka titik temu antara Allah dan manusia ada pada diri Kristus. Di titik awal, Allah menciptakan alam semesta, lalu berproses ribuan tahun hingga akhirnya Kristus akan datang untuk kedua kalinya. Di sepanjang garis yang menghubungkan titik alfa (titik awal) dan titik omega (titik akhir) ada titik inkarnasi. Titik inkarnasi berarti titik temunya yang kekal dan yang fana, yang tak tampak dan yang tampak, Pencipta dan ciptaan. Melalui cara Allah menjadi manusia melalui hikmat-Nya yang dijanjikan kepada manusia, dikerjakan dengan kuasa-Nya, dan melalui karya Roh Kudus, maka Pribadi Kedua bisa hadir dalam sejarah, lahir menjadi manusia berdaging dan berdarah.

Yesus dilahirkan melalui anak dara Maria, Roh Kudus menaungi Maria. Maria seorang wanita di antara ciptaan Allah, seorang gadis sederhana, berumur belasan tahun. Roh Kudus menaunginya, berarti Allah datang ke dunia memilih seorang perawan. Inilah campur tangan Allah secara langsung dalam sejarah. Agama-agama, melalui imajinasi dan usahanya, bertujuan membawa pendosa ke sorga. Pada hari manusia membangun Menara Babel, Allah berkata, “Mustahil! Aku akan mengacaubalaukannya.” Motivasi membangun Menara Babel yaitu untuk memasyhurkan dan memuliakan pendosa, maka Allah mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak mengerti satu sama lain, dan akibatnya mereka terserak ke seluruh dunia dengan bahasa yang berbeda-beda.

Ketika manusia mau memuliakan diri, Allah mengacaukan bahasa mereka; ketika manusia mau memberitakan nama Yesus ke seluruh dunia, Allah membuat mereka bersatu dalam bahasa, sehingga perkataan para rasul dimengerti mereka semua. Jika gereja terus memuliakan Tuhan dan hatinya bersatu untuk Tuhan, Tuhan akan mempersatukan dan memberikan kekuatan. Roh Kudus mau mempersatukan gereja-Nya demi memuliakan nama-Nya, membawa Injil-Nya, dan menobatkan manusia. Roh Kudus berkarya di dunia dengan satu tujuan: memuliakan Kristus. Roh Kudus bekerja dalam hati dan mengayomi seseorang, lalu mendorong, memberinya pencerahan, agar muncul dalam hatinya kasih kepada Kristus, dan akhirnya Kristus diam di dalam dirinya.

Sebelumnya, Kristus pernah dilahirkan sebagai seorang bayi melalui anak dara Maria yang dinaungi Roh Kudus. Inilah kuasa dan mujizat Tuhan yang belum pernah terjadi, namun pernah diucapkan oleh Nabi Yeremia. “Aku akan mengerjakan suatu peristiwa yang baru, yaitu wanita memelihara pria.” Ketika Adam dicipta, Adam, pria yang harus menjadi kepala wanita, menjaga, memelihara, dan melindungi istrinya. Saya menafsirkan kalimat Yeremia “wanita memelihara pria” adalah ketika Yesus harus dilahirkan melalui rahim seorang wanita. Wanita akan memelihara dan melindungi seorang pria. Yesus dilindungi dan dipelihara oleh anak gadis yang masih sangat muda. Ini penggenapan nubuat Nabi Yeremia. Inilah yang disebut Imanuel, Allah beserta kita.

Sebenarnya, nubuat tentang Yesus sudah diberikan ribuan tahun sebelum Yesus dilahirkan, ketika Allah berkata kepada ular, “Keturunan wanita ini akan bermusuhan dengan keturunanmu. Keturunanmu akan meremukkan tumitnya, tetapi keturunannya akan meremukkan kepalamu.” Inilah nubuat pertama tentang peperangan rohani yang akan terjadi dari awal hingga akhir. Keturunan si ular akan meremukkan tumit keturunan Adam, tetapi melalui keturunan wanita akan meremukkan kepala ular. Namun, Alkitab dengan jelas berkata, semua keturunan pria dan tidak ada keturunan wanita. Memang, kita semua dilahirkan wanita, tetapi tidak pernah disebutkan sebagai keturunan wanita. Satu-satunya kali dikatakan keturunan wanita ditujukan pada peristiwa inkarnasi. Wanita bisa melahirkan anak karena berhubungan seksual dengan pria, lalu sperma pria bertemu dan membuahi sel telur, sehingga menjadi janin. Tetapi Maria tidak bersetubuh dengan siapa pun. Satu-satunya kemungkinan yaitu Roh Kudus menaunginya, maka ia mengandung anak laki-laki. 

Pada saat Abraham diberikan nubuat, “Istrimu tahun depan pada hari ini akan melahirkan,” ia langsung menerimanya, karena ia adalah seorang yang beriman kepada Tuhan, sehingga karena imannya ia diterima dan dibenarkan. Abraham tidak pernah meragukan firman Tuhan. Tetapi pada saat malaikat berkata kepada Abraham, Sara di belakang tirai tertawa, ia anggap tertawanya lumrah, karena ia telah berusia 90 tahun sehingga tidak mungkin bisa melahirkan anak. Ia sudah berhenti haid, sudah tidak lagi datang bulan, sudah puluhan tahun mandul, mengapa ada malaikat goblok tidak pernah belajar bisa mengatakan saya akan melahirkan. Malaikat berkata, “Sara, kau tertawakah?” Ia terkejut dan segera menjawab, “Tidak.” Malaikat menegaskan, “Jangan bohong. Engkau sudah tertawa. Sekarang Aku katakan, engkau tidak percaya, tetapi itu tetap akan terjadi.” Ketika kuasa Tuhan mau melaksanakan mujizat, itu tidak tergantung engkau percaya atau tidak.

Tuhan melakukan hal ini sekali lagi pada tubuh Elisabet, istri Zakharia. Anak yang dilahirkan dinamakan Yohanes Pembaptis. Dari dalam rahim ibunya, ia telah menerima Roh Kudus. Kemudian Tuhan berkata kepada Maria setengah tahun sesudahnya, “Hai wanita yang bahagia, engkau akan mengandung.” Ia tahu hal ini tidak masuk akal, tidak logis, di luar paradigma manusia. Ia berkata, “Hatiku mengagungkan Tuhanku, dan rohku bersukacita karena Juruselamatku.” Maria langsung memuji Tuhan, rela menerima tugas yang begitu memalukan. Begitu besar anugerah, tetapi juga begitu pedih dan dibenci orang lain. Di sini terpukulnya theologi Katolik, yang mengatakan bahwa Maria mengandung Yesus tanpa berdosa, setelah Yesus lahir ia tetap perawan. Alkitab berkata, setelah ia mengandung anak pertama, masih ada adik-adik Yesus, yang berarti dilahirkan oleh Maria. Setelah Roh Kudus menaungi Maria dan Yesus dilahirkan, Maria bersetubuh dengan Yusuf lalu melahirkan anak-anak lainnya. Katolik ingin menjadikan Maria suci selamanya, tidak pernah disentuh pria.

Enam bulan sebelumnya, Elisabet melahirkan Yohanes Pembaptis. Lalu enam bulan berikutnya, Maria mendapat tugas yang sama, melahirkan Yesus. Bedanya, Elisabet disetubuhi suaminya, Zakharia, tetapi anak dara Maria, yang belum pernah berhubungan seks, bisa melahirkan, yang membuktikan bahwa Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan Elisabet yang sudah tua tetapi rahimnya bisa diisi karena berhubungan seks dengan suaminya membuktikan bahwa Allah bisa membangkitkan yang sudah mati. Rahim yang sudah mati dibangkitkan lagi. Itulah kuasa Allah, itu iman. Iman Abraham pada Allah juga sama dalam hal ini. 

Allah menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tidak mungkin mempunyai akan mempunyai anak. Allah membangkitkan dari mati menjadi hidup, berarti Abraham percaya bahwa Ishak akan dibangkitkan kembali jika sudah disembelih, bahwa Tuhan mungkin membangkitkan. Kalimat ini terambil dari Ibrani 11, Allah menciptakan menjadi ada dari yang tidak ada; Allah membangkitkan yang sudah mati. Hal ini diulang kembali oleh Tuhan khususnya dalam melahirkan Yohanes Pembaptis dan Yesus. Maria yang baru berusia belasan tahun pergi mencari Elisabet, dari Nazaret ke Yerusalem. Itu membutuhkan perjalanan kaki dua hingga tiga hari. Ketika bertemu dengan Elisabet, terjadi peristiwa yang sangat ajaib, bayi dalam kandungan Elisabet meloncat. Ia berkata, “Ketika ibu dari Tuhanku datang, janin dalam kandunganku meloncat,” karena Yohanes bersukacita menyadari bahwa Yesus yang akan ia layani sekarang datang mengunjunginya. Ini membuktikan Yohanes sejak di dalam rahim sudah dipenuhi Roh Kudus. Satu-satunya orang selain Tuhan Yesus yang dipenuhi Roh Kudus sejak dalam rahim ibunya hanyalah Yohanes Pembaptis. Ketika Elisabet hamil tua, dan Yesus masih kecil dalam rahim Maria, ketika Maria bertemu Elisabet dan bayi dalam rahim Elisabet meloncat, dikatakan, “Ibu dari Allahku datang” (Yun.: theotokos = ibu dari Allah). Hal ini dicatat dalam Injil Lukas, yang mengakibatkan orang Katolik berkata bahwa Maria ialah ibunya Allah. Seumur hidup saya tidak terlalu suka memakai istilah ini di dalam khotbah saya, karena istilah ini dapat menimbulkan salah pengertian yang sangat besar, yang bisa dipikirkan bahwa Allah (Yesus) hanyalah anak dari seorang wanita manusia, dan Allah (Yesus) di sorga sekarang masih mempunyai ibu, seorang manusia yang bernama Maria. Ini pemikiran yang tidak beres, yang dapat membuat iman Kristen menjadi kacau balau. Bagi saya, istilah Maria sebagai ibunya Allah hanya ketika Maria mengandung. Yesus di dalam rahimnya sudah bersifat ilahi, sehingga untuk sementara Maria disebut sebagai ibunya Allah. Ini bukan berarti bahwa Allah memerlukan seorang ibu. Allah Tritunggal tidak memerlukan seorang ibu. Ini hanya membuktikan bahwa seorang wanita yang masih gadis mengandung dan melahirkan Yesus, dan Yesus sudah bersifat ilahi sejak dari dalam rahim. Hal ini penting untuk mencegah kepercayaan Kristologi yang salah, yaitu Yesus baru bersifat ilahi saat Ia dibaptiskan. Ada pandangan bahwa ketika Roh Kudus turun ke atas-Nya, barulah sifat ilahi Yesus datang kepada-Nya, lalu Ia menjadi Kristus dan melakukan tugas Mesianik selama tiga setengah tahun. Mereka mengatakan bahwa pada saat Yesus dipaku di atas salib dan berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” sifat ilahi-Nya hilang atau meninggalkan-Nya dan Ia kembali menjadi manusia biasa. Ini semua tafsiran yang salah dari ajaran Gnostisisme, khususnya Cerinthus. Cerinthus sebenarnya mengajarkan bahwa Allah Bapa membiarkan-Nya menanggung dosa manusia dan tidak lagi memelihara dan kasihan kepada-Nya. Salib Yesus adalah satu-satunya tempat yang saya sebut sebagai kondisi vacuum (hampa) kasih. Tuhan Yesus sudah memiliki sifat ilahi sejak dalam rahim Maria. Yohanes Pembaptis menerima gerakan Roh Kudus sejak dalam rahim Elisabet. Berarti, sebelum lahir Yesus sudah bersifat ilahi. Ini bukti keilahian Kristus. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 16: Butir Kedua (10) Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria. Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus

Kita adalah keturunan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa mewakili umat manusia dan telah memberontak kepada Tuhan, maka seluruh umat manusia berada di dalam dosa—dilahirkan dalam dosa, hidup dalam dosa, dan nantinya akan mati dalam dosa. Hanya Kristus yang tidak demikian. Ia bukan dilahirkan karena persetubuhan antara laki-laki dan perempuan, tetapi dilahirkan karena naungan Roh Kudus atas seorang anak dara. Ia tidak membawa sifat dosa masuk ke dunia. Yesus Kristus tidak berdosa, maka Ia dapat menjadi Juruselamat dan menggantikan orang berdosa menerima hukuman murka Allah.

Allah telah memakai tiga cara dalam menciptakan, yaitu: 1) Adam, tanpa laki-laki dan tanpa perempuan; 2) Hawa, dengan laki-laki tanpa perempuan; 3) kita, dengan laki-laki dan dengan perempuan. Dan kini cara 4) Yesus Kristus, tanpa laki-laki hanya memakai perempuan. Ini adalah pilihan Allah. Di dalam kekekalan, Allah telah memperanakkan Kristus, tetapi Yesus dilahirkan ke dunia di tengah-tengah umat manusia. Maria mendengar malaikat berkata kepadanya, “Kau akan melahirkan seorang anak laki-laki, namanya ialah Anak Allah yang kudus.” Kelahiran Kristus adalah kelahiran Sang Kudus, kelahiran Tuhan di dalam dunia. Allah menjelma menjadi manusia dan Firman menjadi daging merupakan hal yang ajaib. Maka di Kitab Yeremia, Allah berkata, “Aku mau melakukan hal yang baru, yaitu perempuan memelihara (LAI: merangkul) laki-laki” (Yer. 31:22 – Ibr.: sâbab artinya memeluk, melingkari, menjaga, melindungi, menyelimuti). Kita tidak mengerti kalimat ini, kita hanya pernah membaca di Kejadian 3, bahwa akan datang keturunan perempuan yang akan berseteru dengan si ular, sehingga peperangan rohani tidak dapat dihindarkan.

Yang berseteru dengan setan bukan keturunan laki-laki, melainkan keturunan perempuan. Kita semua keturunan laki-laki bukan perempuan. Dikatakan bahwa Abraham melahirkan Ishak, Ishak melahirkan Yakub, dan seterusnya. Ini semua keturunan laki-laki, tetapi Allah berkata keturunan perempuan akan berseteru dengan keturunan ular. Semua keturunan laki-laki adalah orang yang berdosa. Sang Kudus tidak boleh menjadi keturunan laki-laki; Ia disebut sebagai keturunan perempuan. Allah telah menaruh-Nya dalam kandungan anak dara Maria. Seorang anak dara yang belum pernah menikah, melalui rahimnya memelihara anak laki-laki yang mau dilahirkan. Seorang perempuan yang tidak menikah mustahil melahirkan anak laki-laki, karena pada perempuan hanya ada kromosom XX, dan tidak mengandung unsur Y. Sedangkan laki-laki kromosomnya XY. Maka tanpa laki-laki, yang berkromosom XY, tidak mungkin lahir seorang laki-laki yang juga berkromosom XY. Tetapi Allah menaruh seorang anak laki-laki dalam kandungan perempuan. Kejadian 3, Yeremia, dan Roma mencatat keturunan perempuan atau keturunan anak dara. Galatia 4:4 mengatakan, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Kristus, Sang Kudus, Anak Allah, datang dari Yang Kekal, menjadi Anak Manusia, dilahirkan melalui Maria. Inilah empat kalimat pertama dalam Kristologi, “Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita; yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.”

Kalimat kelima, “Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.” Setelah Yesus lahir, titik terpenting selanjutnya adalah kematian-Nya. Yesus dilahirkan demi kematian-Nya. Ibrani 2:14 mencatat, “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, agar oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.” Jika Yesus Allah dan bukan manusia, Ia mustahil mati. Dengan kematian-Nya barulah Ia dapat masuk ke alam maut, mengalahkan Iblis si penguasa maut melalui kebangkitan-Nya dari kematian, yang membuktikan bahwa Ialah Allah yang tidak sepatutnya mati.

Kita semua bisa dan sepatutnya mati, karena upah dosa adalah maut. Yesus tidak sepatutnya mati dan sebetulnya memang tidak bisa mati. Perbedaan Yesus dengan kita adalah: kita berdosa dan sepatutnya mati, tetapi kita tidak mau mati; sedangkan Yesus tidak berdosa dan tidak sepatutnya mati, tetapi Ia dengan sengaja datang ke dunia dengan bersalutkan darah dan daging agar Ia bisa mati. Inilah kasih Tuhan. Roma 5:8 mengatakan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, saat kita masih berdosa.” Kasih Allah membuat Kristus meninggalkan sorga dan datang ke dunia. Oleh karena kasih Allah, Kristus bersalutkan darah dan daging, agar Ia sama seperti kita. Kristus mati karena kasih-Nya kepada kita yang sudah berdosa dan yang akan menerima upah dosa yaitu maut. Ia tidak berdosa, tetapi rela mati menggantikan kita. Inilah kasih Allah yang sekali lagi dinyatakan kepada kita.

Mengapa di dalam Pengakuan Iman Rasuli harus disebutkan Ia menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus? Apakah Pilatus punya jasa? Tidak. Yesus dijual oleh Yudas, baru Ia bisa disalibkan. Apa karena jasa Yudas? Tidak. Motivasi Yudas menjual Yesus karena ia menginginkan 30 keping perak. Yudas menjual Yesus karena Yudas serakah akan uang. Yesus melihat banyak orang serakah akan uang, maka Ia sengaja datang ke dunia, agar orang serakah berbagian dalam kematian-Nya. Yudas bukan berjasa karena telah menjual Yesus, tetapi Yesus datang ke dunia lalu dijual Yudas menyatakan bahwa ia sangat jahat. Hukum Taurat diberikan kepada manusia untuk menunjukkan pelanggaran manusia sebagai dosa. Munculnya Taurat dan hadirnya Yesus dalam sejarah menyatakan dosa umat manusia. Jika Yesus tidak turun ke dunia, Yudas mustahil menjual-Nya, maka yang menjual Yesus tidak berjasa, malah menyatakan kejahatannya sendiri. Tuhan tahu ada orang yang tidak taat dan akan memberontak kepada-Nya dan mau menjual-Nya. Semua dosa inilah yang membuat Kristus turun dari sorga ke bumi. Meski Petrus tiga kali menyangkal Yesus, ia berbeda dengan Yudas; ia tidak merasa berbagian atau berjasa, tetapi ia menangis dan bertobat, serta minta pengampunan dari Tuhan.

Yesus menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Kalimat ini sangat penting dalam Pengakuan Iman Rasuli, karena dalam Pengakuan Iman Rasulihanya ada dua nama yang dicantumkan: anak dara Maria dan Pontius Pilatus. Tujuannya untuk memberitahukan bahwa di kemudian hari manusia akan terbagi menjadi dua kelompok: (1) mereka yang bersandar pada anugerah keselamatan Tuhan dan mendapat belas kasihan-Nya; (2) mereka yang bersandar pada kuasanya dan tidak takut bersalah pada Tuhan. Maria sungguh bersandar pada keselamatan Tuhan, “Hatiku memuliakan Tuhan, jiwaku bersukacita karena Juruselamatku.” Maria mengakui bahwa ia berdosa dan memerlukan Penebus dan Juruselamat. Tetapi, Pilatus sebaliknya, ia tidak merasa berdosa, tidak membutuhkan kebenaran, tidak mengakui Yesus itu Raja, serta tidak merasa bahwa dirinyalah yang patut dihakimi. Pilatus sebagai hakim menjadikan Yesus sebagai terdakwa. Pilatus menyangkali kebenaran. Saat Pilatus menghakimi Yesus merupakan pemutarbalikan terbesar dalam sejarah kemanusiaan. Yang seharusnya Hakim atas umat manusia menjadi terdakwa, yang seharusnya dihakimi malah menjadi hakim. Anak Allah dihakimi pendosa. Pada saat Pilatus duduk di kursi hakim, dengan kualifikasi apa ia menghakimi? Ia adalah seorang pejabat Romawi, tetapi sekaligus pendosa. Sama seperti ada hakim-hakim yang hari ini mengira diri mereka layak menghakimi orang lain. Pengadilan seharusnya menuntut keadilan, tetapi tempat yang paling melanggar keadilan justru pengadilan. Banyak kasus di dunia ini, asalkan ada uang, yang benar bisa menjadi salah, yang salah pun bisa dibenarkan. Di dalam sejarah, yang paling tidak adil adalah ketika Pilatus mencuci tangannya dan berkata, “Aku tidak bersalah,” lalu menyalibkan Yesus.

Dalam Pengakuan Iman Rasuli, ada nama Pilatus untuk memberi tahu seluruh umat manusia bahwa Yesus sungguh telah masuk ke dalam sejarah. Di dalam zaman Maria, Yesus telah dilahirkan dan di dalam zaman Pilatus, Yesus telah disalibkan. Pengakuan Iman Rasuli harus memasukkan nama Pilatus, untuk memberitahukan bahwa Allah kita bukan menikmati kesenangan sendiri di dalam sorga dan tidak memperhatikan kita, tetapi Ia justru Allah yang mengetahui apa kebutuhan kita dalam penderitaan di dunia, maka Allah kita dengan sendirinya datang ke dunia bertubuh darah dan daging.

Pengakuan Iman Rasuli berkata, “Ia menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.” Dalam bahasa Mandarin, kata menderita dan mati mempunyai pengertian yang sama. Saat Anda berkata seseorang menderita, berarti mungkin sekali orang itu sudah mati. Yesus menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, berarti pada akhirnya Ia mati di atas salib. Kalimat kelima, “yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,” kalimat keenam, “disalibkan.” Pilatus tidak mau menyalibkan Yesus. Tiga kali Pilatus berkata, “Aku tidak menemukan kesalahan apa pun dari orang ini.” Lalu ia mencuci tangannya dan berkata, “Aku tahu Ia orang yang bersih, dan jika aku tidak bisa menemukan kesalahan-Nya, aku tidak boleh memvonis-Nya.” Mulutnya sendiri mengaku Yesus tidak bersalah. Tetapi orang-orang Yahudi berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Pilatus bertanya kepada mereka, “Lalu bagaimana aku harus memperlakukan Yesus?” Orang Yahudi menjawab, “Bebaskan Barabas dan salibkan Yesus.” Pilatus tahu bahwa kekuatan massa sulit dilawan.

Yesus berkata kepada Pilatus, “Secara khusus Aku datang dilahirkan untuk menjadi Raja dan bersaksi demi kebenaran.” Pilatus menjawab Yesus, “Apa itu kebenaran?” Pilatus tidak mau Kristus, Raja, dan kebenaran. Yang ia mau adalah kuasa diri sendiri untuk melakukan apa pun seturut dengan kehendaknya. Dengan kuasanya Pilatus mau membebaskan Yesus, tetapi ia tidak berdaya. Pilatus mau membebaskan Yesus, tetapi yang mau membunuh Yesus ribuan jumlahnya. Yesus mau dibunuh oleh orang-orang yang menyembah Allah. Hari ini banyak orang yang datang ke gereja untuk menyembah Yesus, tetapi mungkin tanpa sadar akhirnya mereka mau membunuh Yesus.

Ketika Musa turun dari atas gunung membawa kedua loh batu, di tengah perjalanan ia mendengar banyak sekali suara di bawah. Lalu ia bertanya kepada asistennya, Yosua, “Suara apa itu?” Meskipun Yosua seorang jenderal, tetapi dalam hal seperti ini ia menjawab kurang jelas. Ia berkata, “Itu suara peperangan.” Musa berkata, “Bukan. Itu adalah suara penyembahan dan puji-pujian.” Di lingkungan gereja tertentu banyak yang berkata, “Percayalah kepada Yesus, maka kau bisa menjadi kaya dan berhasil.” Maka banyak orang kemudian datang percaya kepada Tuhan. Siapa Allah mereka? Bukan Tuhan Allah, tetapi berhala dalam hati mereka, yaitu mau kaya. Ketika turun dari gunung, mereka melihat Israel sedang menyembah sebuah patung lembu yang terbuat dari emas, dan bahkan dibuat Harun. Banyak orang berkata, ”Sekarang aku ke gereja untuk menyembah Tuhan, mendengarkan pendetanya berkhotbah.” Jika pendetanya salah iman, mereka pun akan ikut menjadi salah. Anda bertanya, “Kepada siapa aku harus percaya?” Tuhan yang disebutkan Musa ialah Dia yang menurunkan Taurat dan bersikap ketat terhadap manusia berdosa. Sedangkan Tuhan yang disampaikan Harun ialah yang diwakili patung seekor lembu. Kaum Israel menyerahkan emas mereka kepada Harun, lalu ia membuat seekor lembu dari emas-emas mereka, dan berkata, “Inilah Tuhan yang membawa kalian keluar dari Mesir.” Seturut namanya, orang Yahudi sepertinya masih menyembah Tuhan, tetapi Tuhan yang sejati bukan patung lembu, maka mereka sebenarnya menjadikan yang lain itu menggantikan Tuhan.

Musa berkata kepada Yosua, “Suara itu bukan suara peperangan, itu suara pujian dan penyembahan.” Agama Kristen merupakan agama yang menyanyi, dan di dalam kekristenan banyak musik yang agung. Allah sejati ialah Allah yang mati disalibkan bagi kita, tetapi yang disembah kelompok Karismatik ekstrem adalah ilah yang menjadikan mereka kaya, lancar, berhasil, dan sebagainya. Allahnya Musa tidak tampak. Musa naik ke gunung empat puluh hari dan tidak turun-turun, maka kaum Israel menjadi kacau. Harun berkata, “Lembu inilah tuhan yang membawa kalian keluar dari Mesir. Sembahlah dia.” Maka mereka pun memuji dan menyembah tuhan lembu itu. Melihat keadaan seperti ini, maka Musa marah, lalu melemparkan kedua loh batu itu. Saat itu Allah pun marah. Pada saat Allah berkata kasih, banyak orang menjadi wakil Allah menyampaikan kasih-Nya. Tetapi pada saat Allah murka, jarang sekali hamba Tuhan yang mau mewakili Allah murka. Saat Allah murka, Harun dan Yosua tidak tahu, hanya Musa yang tahu. Saat Musa melempar kedua loh batu itu, Allah tidak marah kepada Musa. Betapa besar dosa memecahkan kedua loh batu yang di atasnya ada tulisan tangan Allah sendiri, tetapi Allah tidak marah, karena kemarahan Musa adalah kemarahan Allah juga. Allah dan Musa sama-sama murka. Inilah kemarahan suci. Ini kemarahan yang diperkenan Allah.

Sukacita, cinta kasih, ataupun kemarahan Allah haruslah menjadi fondasi emosi kita, karena saat Allah murka, jarang sekali ada pendeta yang berani turut murka. Mereka takut tidak disenangi orang lagi, tetapi Musa tidak peduli. Ia menghancurkan kedua loh batu dan berkata, “Tuhan, umat-Mu telah meninggalkan Engkau. Mereka menyembah lembu emas dan berkata bahwa mereka sedang memuji Tuhan. Tuhan, Engkau sudah melihatnya.” Tuhan berkata, “Musa, beri tahu mereka, bunuhlah mereka yang menentang Aku.” Musa datang ke tengah mereka, “Kalian telah menentang Tuhan, tidak lagi menyembah-Nya, tetapi menyembah dan memanggil lembu emas sebagai Tuhan. Sekarang Allah telah murka, kalian harus bunuh saudaramu sendiri.” Suku Lewi akhirnya membunuh sekitar tiga ribu orang yang menentang Tuhan. Setelah membunuh mereka, maka surutlah murka Allah dan Ia berkata, “Lewi, Aku memilihmu menjadi hamba-Ku. Kalian tahu marah bersama dengan Tuhan.”

Allah ialah Allah yang kasih, tetapi kasih Allah ialah kasih yang membenci kejahatan, cemburu, dan tidak mengizinkan kita sembarang memakai emosi untuk tidak setia kepada-Nya. Perjanjian Lama memperlihatkan banyak orang yang harus dibunuh, barulah surut murka Allah. Tetapi di Perjanjian Baru, Allah berkata, “Kekudusan-Nya untuk menggenapi keselamatan dan kasih-Nya mau memberikan hidup.” Pada saat Taurat diturunkan, tiga ribu orang mati; pada saat Roh Kudus turun, tiga ribu orang diselamatkan. Inilah perbandingan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Allah itu kudus dan murka Allah harusnya ditimpakan atas kita, karena kita para pendosa. Upah dosa adalah maut, maka kita seharusnya mati, tetapi pada saat Yesus menggantikan kita di atas salib, mengalirkan darah, dan mengorbankan nyawa-Nya, mati bagi kita, maka sekali lagi kasih Allah dinyatakan kepada kita. Melalui kematian Kristus, kasih Allah dinyatakan.

Pengakuan Iman Rasuli berkata, “Ia menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan; turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.” Hari Yesus disalibkan merupakan hari yang tergelap dalam sejarah, Sang Kebenaran sudah mati, Sang Kudus telah mati. Setiap kali orang Kristen mengenang salib, ia bukan memikirkan betapa banyaknya penderitaan, tetapi Siapa yang telah mati. Setiap orang akan mengalami kematian satu kali. Suatu hari nanti saya akan mati, engkau pun akan mati. Jika kita tidak bisa menghindari kematian, kita pun tidak perlu takut kematian. Apakah kita bisa dengan berani menghadapi kematian? Dengan iman kita mengalahkan kematian. Ini semangat yang harus dimiliki setiap Kristen. Kitab Mazmur berkata, “Allah melihat kematian orang kudus itu bernilai dan berharga.” Kematian Sang Kudus sangat bernilai. Kematian orang suci sangat berharga dan terhormat bagi Tuhan Allah. Allah sangat menghargai orang suci yang dibunuh karena penganiayaan. Jika ini diucapkan Tuhan, kematian Sang Kudus yang terbesar pasti menjadi kematian paling berharga. Siapakah Sang Kudus yang paling besar? Yesus Kristus.

Hari itu merupakan hari paling gelap. Yesus disalibkan di atas salib, bahkan matahari pun tidak bersinar, seluruh bumi menjadi gelap dan bergetar hebat, kuburan pun terbuka. Ada sebagian umat kudus yang bangkit, masuk ke kota kudus. Yesus disalibkan pukul sembilan pagi, jam tiga sore Ia menundukkan kepala dan mati. Dalam waktu enam jam, di atas Bukit Golgota telah terjadi tujuh mujizat. Mujizat yang terbesar terjadi pukul dua belas tepat di mana seluruh bumi menjadi gelap, bumi bergetar, kuburan terbuka, orang-orang mati bangkit, dan tabir Bait Allah terbelah dua dari atas ke bawah. Yesus berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Lalu Yesus berkata, “Genap sudah.” Ia pun meninggal. Hari Kristus disalibkan merupakan hari yang paling gelap dalam sejarah, karena melalui kematian-Nya Allah menaruh terang yang paling terang. Jika Yesus tidak mati, sekarang tidak ada yang namanya orang Kristen, tidak ada satu pun orang berdosa yang diampuni, tidak ada Kabar Baik, dan tidak ada gereja atau umat kudus. Jika Kristus tidak mati, kita semua akan masuk ke dalam neraka. Dengan kematian-Nya, jalan keselamatan disediakan. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 17: Butir Kedua (11) Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus

Butir kedua Pengakuan Iman Rasuli merupakan bagian yang terpanjang dan terpenting dari seluruh Pengakuan Iman Rasuli dan yang membedakan agama Kristen dari agama-agama lainnya, yakni iman kepada Allah Tritunggal. Kita masih secara khusus memperhatikan kalimat “menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus”.

Pontius adalah kota asal Pilatus. Menurut catatan, Pilatus akhirnya tinggal di Switzerland, yang sekarang kita kenal sebagai negara Swiss, negara Protestan, penghasil arloji, tape recorder, dan kamera terbaik. Negara ini kecil, tetapi mementingkan mutu lebih daripada jumlah. Selain meniru Jerman, Jepang pun meniru Swiss. Jerman, Swiss, dan negara-negara Skandinavia (Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia) semuanya merupakan negara-negara Protestan yang sangat penting. Swiss menuntut kualitas, maka arloji terbaik dan mesin yang sangat baik berasal dari Swiss. Negara-negara Reformasi dan Pascareformasi telah menghasilkan hal-hal yang sangat bermutu berdasarkan satu ayat, bahwa mengerjakan apa pun adalah di hadapan dan dilihat Tuhan. “Saya melihat segalanya dari takhta Tuhan dan akan mengerjakannya seperti dilihat Tuhan dari takhta-Nya.” Jika ini menjadi pedoman hidup setiap kita, maka hidup kita menjadi hidup yang bermutu. Pada saat Tuhan melihat kita mengerjakan segalanya sesuai kehendak-Nya, maka ketika kita berjumpa dengan-Nya, Ia akan berkata, “Engkau hamba-Ku yang baik dan setia, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.”

Saat Yesus diadili, ini merupakan sindiran yang sangat menempelak kebudayaan manusia, karena Yesus diadili dalam pengadilan, yang seharusnya merupakan tempat manusia mewujudkan dan melaksanakan keadilan bagi seluruh masyarakat. Manusia mewujudkan keadilan dengan mendirikan suatu lembaga, yaitu pengadilan. Pengadilan, mulai dari desa, kota, pengadilan negeri, pengadilan tinggi, sampai mahkamah agung, adalah perwujudan keadilan. Tetapi, sejarah membuktikan bahwa tempat yang paling melecehkan dan menghujat keadilan adalah pengadilan tertinggi. Tuhan dari sorga melihat.

Manusia dicipta menurut peta teladan Allah, manusia diberi konsep tentang sifat Allah yang suci, adil, dan bajik adanya. Ketiga hal inilah intisari hukum Taurat yang tercantum dalam Sepuluh Hukum. Maka, melalui hukum Taurat, kita tahu bahwa Allah itu suci, adil, dan baik. Manusia diciptakan menurut peta teladan Allah, sehingga manusia dapat membayangkan peta teladan Allah dan merenungkan sifat ilahi. Tetapi, agama tidak terlalu banyak mengajarkan tentang ketiga sifat ilahi seperti yang tercantum dalam Taurat. Di dalam surat Roma, Paulus mengatakan bahwa di dalam Taurat tersimpan ketiga sifat ini: Allah adil, suci, dan baik adanya. Maka, manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah seharusnya juga melaksanakan ketiga sifat ini, yang membuktikan bahwa kita dicipta oleh Tuhan.

Manusia harus menjalankan keadilan, kesucian, dan kebajikan. Keadilan berarti sama rata terhadap diri dan sesamanya. “Saya tidak lebih baik, lebih tinggi, lebih pintar darimu, saya tidak boleh punya hak istimewa yang melebihimu.” Superioritas melanggar keadilan. Inferioritas juga melawan keadilan, tetapi menganggap sama terhadap diri dan sesama, tidak menganggap diri sebagai penguasa atas sesama kita, tidak menganggap sesama sebagai budak kita, karena itu semua melawan keadilan dalam interaksi antarpribadi. Barang siapa sama terhadap diri dan sesama, ia seorang yang manusiawi.

Pengadilan diperlukan karena negara mau melaksanakan keadilan dalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Tanpa keadilan, masyarakat akan kacau, kejahatan tidak ada hukuman, orang baik tidak dapat hidup aman dan mendapat pujian yang selaras atau dorongan yang seharusnya. Maka, melalui pengadilan melaksanakan keadilan, masyarakat menjadi tertib dan baik. Tetapi justru di sinilah sindiran terbesar, di mana ada pengadilan tertinggi, di sana ada pelanggaran keadilan yang terjahat. Maka, Alkitab berkata, tidak seorang pun yang tidak berdosa, karena sekalian kita sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Keadilan, kesucian, kebaikan, dan kasih merupakan perwujudan kemuliaan Allah. Seorang yang adil, baik, dan suci, saat melakukan keadilan, kebajikan, dan kesucian, ia memuliakan Tuhan. Tuhan dimuliakan melalui sifat-sifat ilahi yang dilaksanakan manusia. Namun, pada saat Pilatus mengadili Yesus, ini merupakan sindiran terbesar, suatu refleksi yang memancarkan ketidakadilan yang terkejam dan paling menakutkan yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Saat di mana manusia melakukan keadilan, hal yang paling mustahil dicapai dan yang dinyatakan sebagai kerusakan terbesar, penghinaan, dan pelecehan keadilan yang terkejam terjadi, yaitu saat Yesus diadili Pilatus.

Sejarah mencatat, Socrates dituduh dengan dua kesalahan: 1) atheis dan 2) penghasut atau perusak moral pemuda. Socrates divonis sebagai orang atheis karena ia tidak percaya kepada para dewa Yunani. Saat ia menyatakan diri tidak lagi percaya para dewa Yunani, karena sesungguhnya ilah itu seharusnya hanya satu, tidak tampak, dan di sorga, maka mereka menyatakan ia atheis. Bagi Yunani, ilah yang tertinggi namanya Zeus (atau Jupiter). Sedangkan, bagi Socrates, ilah tertinggi itu roh, tak tampak, esa adanya, dan ada di tempat Mahatinggi (yaitu sorga). Saya percaya Socrates dipengaruhi para pedagang Yahudi yang merantau ke Yunani. Saat mereka pergi berdagang ke berbagai negeri, mereka sekaligus memperkenalkan Allah Yehovah di sorga, yang adalah Roh, dan Pencipta langit dan bumi.

Kalimat “Pencipta langit dan bumi”, pertama kali diperkenalkan oleh orang Kristen melalui Pengakuan Iman Rasuli. Tanpa Pengakuan Iman Rasuli pengertian “penciptaan” tidak jelas dan kacau balau. Dalam Pengakuan Iman Rasuli, penciptaan mencakup segala sesuatu: langit, bumi, dan segala isinya. Dalam Pengakuan Iman Nicea lebih lengkap lagi, yaitu dengan menambahkan yang tampak dan yang tidak tampak, yang berwujud sebagai pribadi atau benda, semua yang tampak dan tidak tampak sama-sama diciptakan Allah. Inilah perbedaan kebudayaan Yunani dengan konsep iman Kristen. Dalam kebudayaan Yunani, dunia memang begitu dari dahulu sampai selamanya tidak berubah. Tetapi orang Kristen pertama kali berkata, “Tidak, ini dahulu tidak ada, tetapi Allah menciptakan dari tidak ada menjadi ada, barulah ada langit dan bumi.” Allah Pencipta langit dan bumi. Dengan konsep yang revolusioner ini, iman Kristen bersumbangsih di dalam konsep penciptaan.

Konsep penciptaan ada dalam Perjanjian Lama. Kejadian 1:1 berkata, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Lalu, dikembangkan dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus berdoa, “Tuhan dari langit dan bumi.” Ia bukan saja menciptakan, juga menjadi Tuhan. Jadi, sekarang kita melihat: ciptaan itu dunia fisika dan Pencipta itu metafisika. Pencipta bukan ada dalam dunia ciptaan, tetapi melampaui segala ciptaan-Nya. Allah itu transenden. “Dunia” di atas dunia, di balik dunia, melampaui dunia yang tampak, itulah tempat Tuhan. Demikianlah, pertama kali “dipisahkan” yang tampak dan yang tidak tampak, sehingga manusia harus memiliki iman terbuka untuk menuju kepada dunia yang tidak tampak. Namun, yang disebut tidak tampak justru tampak bagi orang Kristen, karena orang Kristen melihat melalui iman. Iman melihat melalui roh. Maka, melalui iman kita menerobos batasan fisika yang menutup kita di dalam dunia materi, menuju dunia yang tidak tertutup, tidak terbatas, yaitu dunia roh. Allah ada dalam dunia roh. Ia adalah Allah yang hidup. Maka, kita memiliki open system, sistem terbuka iman Kristen.

Ketika Allah menyatakan diri melalui Sepuluh Hukum Taurat, dari dunia yang tampak kita mulai melihat dunia yang tidak tampak, bahwa dunia yang tampak memerlukan keadilan, karena Allah itu adil. Kita bermoral, perlu kesucian, karena Allah suci. Dalam dunia tampak, kita memerlukan kebajikan, karena Allah bajik. Semua sifat ilahi yang dinyatakan dalam dunia tampak, kita menjadi wakil Tuhan, karena kita peta teladan Tuhan yang melaksanakan sifat-sifat moral Tuhan dan menyatakan kemuliaan Tuhan dalam dunia. Tuhan Yesus lahir di zaman Maria dan mati di zaman Pilatus. Ini membuktikan Kristus adalah manusia dalam sejarah, berkurun waktu dan tempat. Kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus bukanlah cerita mitos Yunani, tetapi merupakan fakta sejarah yang konkret. Yesus benar-benar hidup sebagai manusia. Inilah inkarnasi. Tuhan Yesus pernah datang memasuki sejarah dan melalui hidup-Nya, Kristus mengubah sejarah, agar melalui diri-Nya manusia bertemu dengan Allah yang tidak tampak. Inkarnasi Kristus menjadi titik temu antara Allah yang tidak tampak dan manusia yang tampak; antara kekekalan dan kesementaraan; antara anugerah Allah yang kekal dan manusia yang berdosa. Melalui kelahiran-Nya, Firman ada di tengah kita. Melalui kematian-Nya di atas salib, dosa diselesaikan dengan menggantikan kita yang seharusnya mati.

Pada saat Pilatus mengadili Tuhan Yesus, terjadi ketidakadilan yang paling puncak dan kejam dalam sejarah. Ketika Tuhan Yesus diadili Pilatus, Allah turun sampai titik terendah dan pendosa naik sampai ke puncak tertinggi. Ini adalah dua arah yang berbeda: Yang di atas bersedia turun ke bawah, dan yang di bawah mau naik ke atas setinggi-tingginya. Pilatus dengan gengsi dan angkuh mengadili Yesus yang rendah hati dan rela berkorban. Yang tertinggi turun ke titik terendah dan yang terendah naik ke titik tertinggi. Yesus dari sorga berinisiatif turun ke dunia; Pilatus pendosa yang memberanikan diri berinisiatif naik ke takhta untuk menghakimi Yesus. Sama-sama berinisiatif, tetapi Pilatus menganggap dirinya utusan dan wakil Kekaisaran Romawi yang lebih tinggi dari semua kerajaan lain, sehingga ia merasa berhak mengadili dan menghakimi siapa pun, sementara Yesus berinisiatif merendahkan diri-Nya. Di sini kita melihat kontras dari kedua orang ini.

Dengan melihat kepada Yesus, belajar kebenaran dan sifat ilahi-Nya, yaitu merendahkan, mengosongkan, dan menyangkal diri, kita belajar untuk melihat Yesus sebagai teladan manusia. Ia berhak dan patut berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan; sebab kuk yang Kupasang itu enak, dan beban-Ku pun ringan.” Tetapi Pilatus telah mengangkat diri lebih dari yang seharusnya, sehingga ia berani menjatuhkan hukuman kepada Tuhan Yesus. Padahal, sebelum ia menjatuhkan hukuman, ia sudah merasa bahwa tidak seharusnya Tuhan Yesus dihukum, karena: 1) Ia tidak menemukan kesalahan apa pun yang Yesus perbuat. Sampai tiga kali ia berkata, “Aku tidak menemukan kesalahan apa pun pada orang ini.” Namun, mereka berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Di tengah keadaan terjepit dan terkunci, ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia mewakili Romawi harus menyelesaikan semua pengaduan yang tidak adil, yang harus ia adili. 2) Malam sebelumnya, Tuhan sudah memberikan mimpi kepada istri Pilatus, maka istrinya mengutus seorang untuk membawa berita kepada Pilatus, “Jangan engkau mengurus Yesus, karena tadi malam aku bermimpi orang ini benar, jangan jatuhkan hukuman atas-Nya.” Dalam dua keadaan yang sulit ini, ia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Akhirnya, ia memakai caranya sendiri. Pilatus berkata, “Hari ini Hari Paskah, rakyat banyak ada di Yerusalem. Izinkan aku melepaskan satu orang. Kalian mau siapa yang kulepaskan: Barabas atau Yesus?” Ia berpikir, meskipun mereka membenci Yesus, mustahil mereka membenci Yesus lebih daripada mereka membenci penyamun sekelas Barabas. Richard Niebuhr pernah berkata, “Yesus terlalu mementingkan kemanusiaan, seperti belas kasihan dan keadilan, tetapi tidak mau menjalankan Taurat, maka Pilatus hanya menjadi alat untuk menyingkirkan dan membantai Tuhan Yesus.” Pilatus sendiri tidak ada niat seperti itu. Ketika ia terjepit di tengah situasi seperti itu, ia pikir ia cukup pandai dengan membawa Barabas keluar. Pasti mereka lebih membenci Barabas. Tetapi di luar dugaannya, semua orang berteriak, “Barabas! Kami mau Barabas! Lepaskan Barabas!” Pilatus tercengang, ia kaget dan tidak menyangka, manusia lebih suka perampok dibandingkan Yesus yang melakukan banyak kebajikan, menyembuhkan orang, dan ke mana-mana memberitakan Kerajaan Sorga. Maka Pilatus terpaksa berkata, “Jika demikian, apa yang harus kulakukan kepada Yesus orang Nazaret ini?” “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Pilatus melihat tidak ada kemungkinan melawan massa yang sedemikian radikal dan ekstrem. Maka ia mengeluarkan surat berkata, “Sekarang aku setuju apa yang kalian mau. Ambillah surat ini, lakukan, cambuklah, dan salibkan Yesus.” Lalu Pilatus mencuci tangannya, “Dosa ini tidak ada padaku.” Tetapi bisakah? Tidak. Ia mengambil keputusan saat menjabat sebagai gubernur Romawi. Maka, Pengakuan Iman Rasuli menulis, “Ia menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.” Sebagai orang berdosa yang tidak takluk kepada Tuhan, dirinya sudah masuk ke dalam jebakan dan masih tidak sadar. Sejak awal ia menginginkan kedudukan yang tinggi. Secara inisiatif ia mau menjadi seorang yang bisa memerintah dan mengadili Yesus. Alkitab berkata, “Berbahagialah mereka yang merendahkan diri, celakalah mereka yang meninggikan diri.” Bagaimanapun setan meninggikan diri, akhirnya dicampakkan turun dari sorga. Sejak awal Yesus merendahkan diri, maka akhirnya diberikan nama di atas segala nama.

Setelah Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan, Yesus dicambuk, lalu memikul salib menuju Golgota. Kayu yang dipakai itu kasar dan berat. Seturut peraturan bahwa yang memikul harus orang yang divonis mati, Yesus dianggap sebagai pendosa besar, maka Ia pun disuruh memikul salib-Nya. Sebelumnya, Yesus pun sudah dicambuk hingga darah-Nya terus mengalir di sekujur tubuh-Nya, lalu kini ditimpa salib kayu yang berat. Menurut legenda, Yesus berjalan ke Golgota dan sampai separuh perjalanan Ia sudah tidak kuat dan terjatuh dan salib itu menimpa diri-Nya. Menurut legenda, Yesus jatuh tujuh kali. Baru setelah itu mereka menyuruh seorang memikul salib-Nya, namanya Simon dari Kirene. Legenda berkata Yesus jatuh tujuh kali, karena terlalu berat.

Di bawah pemerintahan Pontius Pilatus dan Romawi, yang ada hanya kekejaman, bukan perikemanusiaan. Maka Simon Kirene terpaksa memikul salib, mungkin dalam hatinya ia benci sekali, “Karena Engkau aku sampai tidak bisa mengerjakan yang lain, mesti memikul salib-Mu menggantikan-Mu.” Tetapi catatan sejarah ada kalimat seperti ini, “Sambil memikul salib, sambil memandang Yesus yang seluruh badan-Nya penuh dengan luka, wajah-Nya penuh dengan sukacita, damai, dan kasih. Meski seluruh badan-Nya terluka, Yesus dengan tenang rela menanggung dosa manusia, rela menanggung murka Tuhan, menggantikan kita untuk Tuhan adili.” Ada juga yang berkata, “Setelah Simon melihat Yesus dipaku, ia begitu sedih dan menangis, karena ia tahu bahwa orang ini baik.” Ada juga yang mencatat bahwa akhirnya ia menjadi Kristen. Tuhan memakai segala cara menobatkan manusia. Ada yang awalnya membenci Yesus, termasuk perampok yang ada di atas salib, memaki-maki Tuhan Yesus, tetapi akhirnya Tuhan Yesus bekerja. Setelah mendengar kalimat pertama, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan.” Maka perampok yang satu ini mulai sadar. “Apa yang saya buat saya tidak tahu.” Lalu ia mengingat, “Apa Tuhan mau mengampuni saya?” Ia mulai merasa Injil dan kuasa Kristus membawanya kembali. Kalimat kedua Tuhan Yesus menjawab pertanyaannya, “Yesus, pada hari Engkau kembali menggenapi Kerajaan-Mu, ingatlah aku.” Yesus menjawab, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bukan hari itu, tetapi hari ini. Aku berkata kepadamu, hai perampok, hari ini juga engkau dan Aku ada dalam perjamuan bersama dalam Kerajaan Allah di Firdaus.” Inilah penghiburan terbesar bagi seorang pendosa. Karena Yesus dipaku di atas salib, maka titik temu sorga dan bumi menjadi titik temu kebahagiaan dengan penderitaan. Yesus memberikan kebahagiaan terbesar bagi dunia, dan Ia sendiri harus menerima penderitaan terberat di atas salib. Ini paradoks yang secara lahiriah kita tidak mengerti, tetapi secara batiniah kita tahu. Alkitab berkata, melalui Dia, yang membelah tirai yang memisahkan antara Ruang Suci dan Ruang Mahasuci dalam Bait Allah, maka jalan yang baru, yang benar, dan yang hidup bagi kita telah Yesus tempuh. Melalui tirai yang diwakili tubuh-Nya, tubuh yang terpaku dan mengalirkan darah. Tirai yang penuh dengan darah domba yang disembelih menjadi korban menggantikan dosa, membuat tirai itu robek menjadi dua dari atas sampai bawah. Di saat itu tercatat memerlukan 300 orang baru bisa memasang tirai dalam Bait Allah. Pemisahnya yaitu dosa kita dan pemecahnya yaitu tubuh Kristus. Karena dosa, kita ditolak dan diceraikan Allah, tetapi karena kematian Kristus kita semua diterima Allah. Inilah Injil, inilah Kerajaan Allah, keselamatan, anugerah pengampunan dosa yang sudah direncanakan dan ditetapkan Bapa, digenapi Yesus, dan disodorkan Roh Kudus dalam hati setiap kita. Kiranya Tuhan memberkati dan menjadikan kita orang-orang yang sungguh mengasihi Tuhan. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 18: Butir Kedua (12) Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati...

Manusia dicipta Allah menurut peta teladan-Nya, lebih tinggi dari semua makhluk karena manusia memiliki sifat-sifat Allah sendiri. Di dalam dasar hati manusia ada sifat keadilan, kebenaran, dan kasih. Tetapi semua akhirnya menyeleweng dan tercemar oleh dosa. Distorsi atau pencemaran ini sudah masuk ke dalam agama, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, politik, keuangan, masyarakat, dan segala aspek kehidupan manusia. Maka para politisi salah menjalankan keadilan, para pendidik salah mengajarkan kebenaran, para agamawan salah melaksanakan kehendak Allah.

Ketika menghakimi Yesus, Pilatus bertanya, “Jadi Engkaukah raja?” Yesus menjawab, “Engkau yang mengatakan Aku raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, agar Aku memberi kesaksian tentang kebenaran.” Maka Pilatus terkejut dan berkata, “Apa itu kebenaran?” Sesudah berkata demikian, keluarlah ia menemui massa Yahudi itu. Sikap ini mencerminkan kerusakan sifat manusia. Tentang kebenaran, manusia sebenarnya mempunyai konsep, keinginan mengenal, dan pertanyaan tentang kebenaran. Namun sayang, manusia tidak menginginkan jawaban yang benar. Pilatus tidak siap untuk menerima kebenaran.

Setiap orang menganggap dirinya benar dan tidak siap mendengarkan jawaban dari Sang Kebenaran itu sendiri. Yesuslah satu-satunya manusia di sepanjang sejarah yang pernah berkata, “Akulah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup.” Tidak ada filsuf yang pernah berkata, “Akulah kebenaran.” Jika Pilatus sungguh mengerti makna ucapan Yesus, “Akulah kebenaran,” Pilatus tentu akan berlutut dan berkata, “Jika demikian, berilah aku jawaban.” Yang berdosa berdiri di hadapan dan mengadili Sang Kebenaran, Yang Tidak Berdosa. Ini suatu perlawanan dan penghinaan terhadap kebenaran. Yang seharusnya menghakimi, sekarang dihakimi; yang seharusnya dihakimi, sekarang menghakimi. Tuhan Yesus telah melakukan suatu keharusan, yaitu Ia diadili dan dihina oleh para pendosa.

Ketika Pilatus bertanya, “Apa itu kebenaran?” Pilatus bersikap menghina kebenaran, karena ia tidak bersedia mendengar jawabannya. Di dalam sejarah Yunani dan Romawi, ada tiga aliran filsafat yang terpenting dan meluas di dalam dunia cendekiawan, yaitu: Stoicism, Epicureanism, dan Scepticism. Epicureanism mencari segala kebahagiaan yang bisa diterima manusia. Stoicism mencari kebajikan melalui penyiksaan diri (asceticism) yang berusaha agar tubuh ditekan dan jiwa dilepaskan; melalui kebajikan mereka mengikuti perjalanan yang ditunjuk dalam ajaran Stoicism. Kaum Stoa mencari kebajikan, Kaum Epikurean mencari kesukaan. Dan ada satu lagi di era yang sama, yaitu sekitar tahun 400 SM sampai sekitar tahun 400 M, yang berkembang pesat dengan mengatakan, “Aku tidak tahu apa itu kebenaran, keadilan, kesukaan, dan kebajikan,” yaitu ajaran Scepticism. Scepticism meragukan segala sesuatu. Mereka hanya memiliki keinginan tanpa jawaban. Saya menduga Pilatus selalu skeptis, tidak memiliki kepastian. Itu sebab, perkataan Pilatus, “Apa itu kebenaran?” mencerminkan kebiasaan pendosa yang tidak sungguh-sungguh mau mencari kebenaran.

Kita mempunyai kebutuhan dan keinginan, tetapi tidak memiliki kepastian dan keseriusan menantikan jawaban. “Saya tahu di dunia ada dan perlu kebenaran, tetapi saya tidak sanggup mengatasi kesulitan di dalam sifat diri saya sendiri.” Misalnya semua orang yang merokok tahu bahwa rokok tidak baik, tetapi tahu tidak baik hanya satu fungsi dari hidup, yaitu fungsi tahu, fungsi rasio. Fungsi rasio selalu lebih tinggi dari fungsi melaksanakan. Yang tahu rokok tidak baik, tidak memiliki kekuatan mentransformasi dari pengetahuan bahwa dosa itu tidak baik menjadi suatu kemampuan untuk melawan dosa. Inilah kelemahan dunia. Kita semua mengerti secara rasio apa itu baik dan jahat, tetapi tidak mampu mengubah pengertian tersebut menjadi suatu kekuatan untuk menolak yang tidak baik dan melakukan yang baik. Ada orang yang sadar dan menyesali dosanya. Ada yang sadar dan menyesal karena ditangkap, bukan karena dosanya.

Ada beberapa dasar keberadaan dan tingkat pengertian setiap pendosa: (a) Instinctive understanding, secara naluri saya tahu apa itu baik dan tidak baik; (b) Educational understanding, karena dididik maka saya tahu apa itu baik dan tidak baik; dan (c) Religious understanding, dari khotbah dan pengajaran agama saya tahu apa itu baik dan tidak baik. Tetapi pengetahuan saja tidak cukup. Pengetahuan masih membutuhkan pekerjaan penerangan Roh Kudus. Ini hal yang sangat penting. Roh Kudus datang untuk menyadarkan manusia akan dosa, keadilan, dan penghakiman (Yoh. 16:8). Dalam terjemahan lain, Roh Kudus mengakibatkan pendosa menegur diri akan dosa yang ia perbuat, keadilan yang ia tolak, dan penghakiman Tuhan yang seharusnya ia terima.

Pada saat Pilatus menghakimi Tuhan Yesus, ia menjadi seorang yang melawan, karena seharusnya Yesuslah yang menghakimi dia. Kelahiran Tuhan Yesus adalah fakta sejarah yang membuktikan bahwa Allah mewujudkan kasih-Nya kepada manusia dan hadir dalam kesengsaraan dan kesulitan hidup manusia. Ia turun ke dunia agar kita mengerti betapa dalam kasih-Nya di dalam kerelaan-Nya datang dan mengalami penderitaan. “Engkau mau datang bersimpati dan berbagian di dalam kesengsaraanku. Aku bersyukur kepada-Mu karena kasih-Mu.” Simpati berarti memiliki perasaan bersama. Itu menjadikan yang menderita tahu bahwa ia tidak sendiri. Yesus sama seperti kita, pernah diumpat, ditolak, difitnah, disingkirkan, dan dijadikan marginal (orang buangan) dalam masyarakat. Ketika memikirkan tentang apa yang pernah dialami Yesus, kita bersyukur ada Tuhan yang mau seperasaan dengan kita, pernah masuk ke dunia mengalami apa yang kita alami. Inilah kasih Tuhan yang menghibur kita.

Pada saat diadili Pilatus, Tuhan Yesus tenang dan tidak membalas, seperti domba yang dibawa ke pembantaian, dengan tenang menyerahkan diri di hadapan Allah. Tuhan Yesus lahir di masa Maria dan mati di masa Pilatus. Ini adalah fakta sejarah. Ini perbedaan iman Kristen dari semua mitologi. Alkitab berkata bahwa dalam segala hal Ia sama seperti kita. Dalam segala hal, Yesus masuk ke dunia ciptaan, hidup di tengah manusia, dan dicobai dalam segala hal. Ibrani 4:15 mengatakan, “Sama seperti kita, Ia telah dicobai hanya tidak berbuat dosa.” Frasa ini menjadi Pembeda Kualitatif (qualitative difference) antara Yesus dan semua manusia lain di sepanjang sejarah sejak penciptaan hingga Hari Tuhan. Tuhan Yesus sama seperti kita, dicobai Iblis. Pekerjaan Iblis ada tiga yang terbesar, yaitu: (a) melawan Tuhan; (b) menjatuhkan manusia dalam dosa; dan (c) menuduh umat suci agar dibenci Allah.

Alkitab berkata, semua kelemahan manusia akibat jatuh dalam dosa, dapat disimpulkan hanya ke dalam tiga wilayah, yaitu: (a) keinginan daging, (b) keinginan mata, dan (c) keangkuhan hidup (1Yoh. 2:16). Ketiga hal ini dilakukan Iblis untuk mencobai Yesus. Pada saat Yesus dicobai, roti mewakili keinginan daging. Jika seseorang sudah sangat kelaparan, makanan menjadi pencobaan yang sangat besar. Selama empat puluh hari Yesus tidak makan, sekalipun kemungkinan besar Ia tetap minum. Karena Alkitab berkata, “Akhirnya laparlah Yesus.” Tidak dikatakan, “Hauslah Yesus.” Artinya, mungkin Ia minum. Alkitab tidak mengajarkan, bahwa berpuasa tidak boleh makan dan minum. Musa, Elia, dan Yesus berpuasa 40 hari dan tidak dikatakan selama 40 hari itu mereka tidak minum. Juga ditulis, “Sesudah itu mereka lapar,” tidak dicatat mereka haus. Seluruh pikiran berdasarkan prinsip Alkitab: hidup manusia bukan bersandarkan roti saja, tetapi bersandarkan pada setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan. Berpuasa karena kita mau lebih banyak berdoa, lebih dekat kepada Tuhan, lebih bersandarkan kuasa dari atas, maka tidak bersandar pada dunia. Berpuasa berarti bersandar pada Tuhan. Yesus juga menjadi teladan bagi kita.

Yesus berpuasa selama 40 hari. Setelah Ia lapar, Iblis langsung datang. Banyak orang setelah terjepit, sampai tidak ada jalan keluar, baru mulai memikirkan tentang Allah. Ini tidak benar. Kerohanian seseorang itu baik jika dalam kecukupan, kesukaan, kekayaan, dan kelancaran, selalu bersyukur kepada Tuhan. Kita harus selalu mengucap syukur, maka setiap Minggu kita bisa memuji, “Puji Tuhan! Haleluya!” Pada saat kita menderita kelaparan, kemiskinan, dan sakit penyakit, Iblis akan berkata, “Di mana Tuhan? Jika Tuhan mengasihimu, kenapa Ia membiarkan engkau menderita?” Iblis membuatmu meragukan keberadaan Allah dan tidak lagi percaya kepada-Nya. Dalam kesendirian dan kesakitan, akankah kita langsung berpendapat setan penyebabnya? Protestan tidak demikian. Jika sakit, mungkin karena dosa, mungkin karena latihan dari Tuhan. Dengan demikian, kita tidak sembarangan mengambil keputusan memvonis dari Tuhan atau setan. Dengan perasaan takut kepada Tuhan, engkau berkata, “Susah, senang, sakit, sehat, mati, dan hidup, seluruh hidupku milik Tuhan. Aku tetap percaya dan taat kepada Tuhan.” Tuhan terkadang memimpinmu melampaui fenomena dan dunia yang tampak, maka sekalipun tidak tampak kita mesti tahu ini. Tuhan membiarkanmu susah bukan berarti Tuhan membuangmu, tetapi Tuhan sedang melatihmu agar dalam kesusahan engkau bisa bangkit berdiri. Tuhan mampu dan berhak melakukan apa pun atas hidup kita, karena Ia Pemilik kita, tetapi Ia juga ingin kita belajar berdiri bertahan di tengah angin topan dan ombak besar.

Seorang jenderal terkenal abad ke-20, Douglas MacArthur—yang memimpin pasukan AS melawan Jepang pada PD II—menulis suatu doa, A Father’s Prayer (Doa Seorang Ayah), yang isinya, “Tuhanku, aku berdoa bagi anakku. Jangan biarkan ia lancar, senang, enak, dan penuh kedamaian. Sebagai seorang ayah, aku mendoakan ya Tuhan, berilah anakku ombak besar dan angin topan yang menakutkan dalam hidupnya. Tetapi, aku berdoa, jangan biarkan ia jatuh dan tenggelam dalam ombak dan angin topan. Berilah ia kekuatan agar bisa tetap berdiri dengan teguh dan menolong temannya yang sedang tenggelam.” Ketika saya berusia 18 tahun membaca doa agung Jenderal MacArthur ini, saya sangat terharu dan terpengaruh, karena saat membacanya, saya merefleksikannya pada hidup saya sendiri. Akhirnya saya mendapatkan kesimpulan, “Puji Tuhan! Ketika kecil, hidupku tidak terlalu enak, tidak terlalu kaya, tidak terlalu lancar, tidak terlalu sehat, selalu sakit dan lemah. Tetapi melalui kesulitan, sakit penyakit, kemiskinan, dan kesengsaraan, aku dapat berdiri dan bersandar pada Tuhan untuk teguh, menjadikanku seorang yang kuat, tahan banting, tahan lapar, dan tahan susah.”

Di usia muda, saya tidak mengerti makanan bergizi. Saat itu jika bisa hidup satu hari, sudah bersyukur kepada Tuhan. Jika makan, saya maunya cepat-cepat, sup dituang ke nasi, lalu dituang ke mulut, lalu pergi berkhotbah ke sana sini. Makan enak kita hidup, tetapi makan tidak enak pun kita tetap hidup. Saya berusaha bekerja terus lebih berat daripada orang lain. Pada usia 77 tahun, saya masih berkhotbah sekitar tiga ratus kali setahun dan tetap tampak sehat. Saya jarang sakit. Kemarin malam saya baru berpikir, sedari umur 16 sampai sekarang sudah memimpin ratusan konser, tetapi tidak pernah satu kali pun memerlukan conductor cadangan. Baru saya sadar, betapa besar pemeliharaan Tuhan bagi orang yang lemah ini. Pernah beberapa kali saya harus berhenti berkhotbah karena sakit keras, tidak bisa naik mimbar, maka orang lain yang naik menggantikan saya. Mencari orang menggantikan saya berkhotbah mungkin lebih mudah daripada mencari orang menggantikan saya sebagai conductor. Tetapi sekarang ada rekan Pdt. Dr. Billy Kristanto, Rebecca Tong, dan Eunice Tong, lalu masih ada para musikus yang lain, sehingga jika diperlukan ada orang lain yang bisa menggantikan. Sampai saya sudah tua, baru Tuhan siapkan orang lain menggantikan saya. Dari masa ke masa, Tuhan membangkitkan lagi lebih banyak orang.

Tuhan Yesus di bawah Pontius Pilatus sengsara dan dijatuhi hukuman, Ia harus disalibkan dan mati. Kematian bagi manusia itu wajar, karena semua manusia berdosa. Sekalian kita telah berdosa dan kekurangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Roma 6:23 menyatakan, “Upah dosa adalah maut, tetapi anugerah Allah adalah hidup yang kekal dalam Yesus Kristus, Tuhan kita.” Lalu, Ibrani 9:27 menyatakan bahwa setelah mati kita akan dihakimi. Inilah tiga kalimat yang penting. Semua orang berdosa, harus mati, dan dihakimi. Penginjilan memberi tahu bahwa kita orang berdosa, harus mati dan dihakimi, tetapi Yesus datang ke dunia, mati bagi kita, agar kita mendapat hidup kekal. Kematian itu hal yang umum. Tetapi Yesus satu-satunya yang tidak berdosa namun harus mati. Alkitab berkata, Ia mati menggantikan kita. Yang mati untuk menggantikan orang lain hanya satu, Yesus Kristus. Semua manusia lain mati, karena semua memang berdosa sehingga semuanya harus mati. Yesuslah satu-satunya yang mati sekalipun tidak berdosa.

Paulus berkata, “Ia yang tidak berdosa dimatikan ganti kita yang berdosa.” Petrus berkata, “Ia yang benar menggantikan kita yang tidak benar.” Mereka mengerti, bahwa Kristus mati sebagai substitusi (pengganti). Yesus tidak berdosa, menggantikan kita yang berdosa, maka Ia mati di atas salib. Ini melawan dalil yang biasa, ini paradoks. Dalil biasa berkata, “Yang berdosa harus mati.” Paradoks berkata, “Mati sekalipun tidak berdosa.” Yesus yang tidak berdosa harus mati, karena penggantian. Ia mewakili dan menggantikan kita. Ia menempati kematian kita karena Ia tidak berdosa dan rela mengasihi kita. Keselamatan yaitu Yesus mati menggantikan dan menempatkan diri di tempat kita, sehingga hukuman itu tiba ke atas-Nya dan tidak tiba atas kita. Lihatlah Anak Domba Allah yang mengangkut dan menanggung dosa seluruh dunia. Inilah kematian Yesus. Itu alasan di Alkitab ada berita salib, karena orang Kristen tahu, tidak ada yang dapat kembali kepada Bapa, diperdamaikan dengan Allah, jika Yesus tidak mati di atas salib.

Status kematian Yesus berbeda dari kematian semua manusia. Yesus berbeda dari semua manusia, karena mereka semua sudah berbuat dosa, maka mereka harus mati. Tuhan Yesus satu-satunya yang tidak berdosa tetapi rela mati karena menggantikan kita. Ada Allah yang begitu mengasihi kita, yang bersedia mati menggantikan kita. Ia menerima hukuman, murka, dan penghakiman Allah. Ketika Yesus mati di atas salib, ucapan yang paling mengerikan Ia teriakkan kepada Allah, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Allah dan para malaikat di sorga pun tidak menjawab. Meninggalkan satu pertanyaan tanpa jawaban dalam sejarah. Sebenarnya Allah mau Tuhan Yesus yang mengeluarkan kalimat itu lalu kita yang menjawabnya. Jawabannya harus dari kita, “Allah meninggalkan Engkau, karena Engkau telah menggantikanku memikul dosaku.” Amin

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 19: Butir Kedua (13) Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati...

Penyaliban adalah hukuman yang paling tragis di dalam sejarah. Setiap pemerintahan pasti memikirkan cara-cara untuk menakuti rakyatnya. Sejak dahulu kala hingga saat ini, hal seperti ini tidak pernah berubah. Ini merupakan kuasa yang Allah berikan kepada pemerintah, yaitu memberi hadiah kepada mereka yang melakukan kebajikan dan menghukum mereka yang melakukan kejahatan. 

Setiap manusia memiliki kemungkinan berbuat salah, setiap manusia memiliki kemungkinan untuk hidupnya kacau, maka mereka yang tidak hidup seturut dengan hukum pasti harus dihukum. Dibutuhkan penghakiman dan hukuman yang benar agar masyarakat bisa kembali hidup tenteram, dan mereka yang berambisi liar tidak bisa terlalu sembarangan. Roma 13 berkata, “Siapa yang melakukan kebajikan akan mendapat hadiah, siapa yang melakukan kejahatan pasti akan dihakimi, karena ini merupakan kuasa yang Allah berikan kepada pemerintah.” Tetapi pemerintah sendiri bisa melakukan kesalahan. Ketika melaksanakan keadilan, sering kali kita melakukan kesalahan. Yang salah kita anggap benar, yang benar kita anggap salah. Maka, di pengadilan banyak kejadian peradilan yang salah. Pengadilan merupakan tempat yang terpenting untuk kita menuntut keadilan, tetapi hal yang paling tidak adil sering kali terjadi di pengadilan. Maka, kita melihat banyak sekali kasus salah vonis terhadap seseorang dan mereka ini mustahil mempunyai kekuatan untuk membela diri.

Seorang sastrawan Rusia yang penting, Leo Tolstoy, pernah menulis novel tentang seorang yang divonis seumur hidup dan dibuang ke suatu tempat karena mereka mendapati bahwa ia membunuh. Mereka membuangnya ke Siberia yang suhunya beberapa puluh derajat di bawah nol. Ia tidak memiliki pakaian yang cukup, maka puluhan tahun ia harus menderita kedinginan. Tetapi ia memberi tahu orang-orang, “Bukan aku! Aku tidak membunuh siapa pun.” Pemerintah tidak mau tahu dan tetap membuangnya ke Siberia. Ia berada di Siberia selama enam puluh tahun. Ketika ia berusia 84 tahun, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu selnya dan masuk, lalu berkata, “Silakan berpakaian rapi, sekarang ada berita penting yang mau disampaikan.” Setelah ia berpakaian lengkap, orang itu berkata, “Pemerintah mengumumkan bahwa engkau tidak bersalah. Pembunuhnya bukan engkau, maka hari ini engkau dibebaskan.” Ketika ia mendengar berita itu, perasaannya sangat kacau. Pertama, sekarang aku sudah bersih, karena sudah dibuktikan bahwa aku tidak bersalah. Kedua, setelah meninggalkan penjara, ke mana aku akan pergi? Ini Siberia, jarak ke Moskow lebih dari 8.000 km. Mustahil aku bisa kembali ke sana. Aku tidak punya uang untuk kembali. Aku bebas, tetapi aku ada di Siberia, mungkin aku akan mati kelaparan atau mati kelelahan. Maka ia sangat susah. Ketiga, sekalipun aku bisa menempuh 8.000 km kembali ke Moskow, siapa yang masih mengenalku? Sanak keluargaku dan banyak teman-temanku mungkin sudah meninggal, dan orang yang masih mengenalku mungkin tinggal beberapa. Dan mereka yang sudah seusiaku juga mustahil bisa memberi aku makan. Maka, untuk apa lagi aku hidup di dunia ini? Hidupku sudah dihabiskan seluruhnya, aku sudah dipisahkan dari istri dan anakku selamanya, sekarang aku tidak tahu di mana mereka. Maka, ketika orang tua ini akan meninggalkan penjara, di satu sisi ia bersukacita, tetapi di sisi lain ia sangat susah. Ia terus menangis dan menangis. Ketika di usia 20 tahun saya membaca novel ini, setelahnya saya sangat bersusah hati. Mereka yang tidak bersalah namun dipenjarakan, siapakah yang bisa menolong atau menyelesaikan kesulitan mereka?

Di dunia banyak hal yang tidak adil, tetapi dari semua itu, ada satu yang paling tidak adil, yaitu pengadilan dan penghakiman Pontius Pilatus terhadap Yesus, Seorang teragung di dalam sejarah, yang berkeliling ke mana-mana mengajarkan kebenaran, melakukan kebajikan dan mukjizat yang tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun di sepanjang sejarah. Yesus harus ditangkap dan dihakimi oleh Pilatus karena bangsa Yahudi dan para pemimpin agamanya, termasuk para kaum Farisi, tidak dapat menerima Yesus yang membuka dan menegur semua dosa dan kesalahan mereka. Mereka mendendam dan memutuskan untuk membunuh-Nya. Namun, mereka begitu munafik dan licik, maka mereka memakai tangan orang lain untuk membunuh-Nya. Mereka menganggap Yesus harus mati karena telah melanggar Hukum Taurat, tetapi hukum Romawi berbeda dengan Hukum Taurat, maka sebetulnya Yesus tidak melakukan kesalahan apa pun di hadapan hukum Romawi. Tiga kali Pilatus mengumumkan bahwa ia tidak menemukan kesalahan apa pun pada diri Yesus, tetapi orang-orang Yahudi berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Ini merupakan kebencian yang menimbulkan ketidakadilan.

Hal seperti ini tidak aneh, karena Alkitab mencatat bahwa Yusuf pun dipenjarakan tanpa ia berbuat kesalahan. Apakah Allah tidak melihat penderitaan umat-Nya? Apakah Allah tidak tahu bahwa mereka tidak bersalah? Melalui penderitaan, Allah melatih seseorang agar kelak punya keberhasilan besar. Jika tidak dipenjarakan selama 26 tahun, Nelson Mandela (dari Afrika Selatan) mustahil menjadi presiden yang penting dari Afrika. Seluruh dunia menghormatinya dan ia pun dianugerahi Penghargaan Nobel. Allah mengizinkan Yusuf, Yohanes Pembaptis, Mandela, dan Ahok dipenjara. Bukan Allah tidak melakukan apa-apa atau tidak adil, tetapi karena ada rencana besar Allah yang tidak mungkin manusia mengerti.

Yesus dihakimi merupakan hal yang paling tidak adil selama ribuan tahun sejarah. Ia dihakimi di bawah Pilatus, seorang yang kafir, berdosa, dan menentang Allah. Bukan karena ia berhak menghakimi Yesus, Sang Kudus, Anak Allah, tetapi hal itu boleh terjadi atas seizin Allah. Yesus harus mati baru bisa menggantikan kita menerima hukuman atas segala dosa kita. Yesus harus mati dan bangkit kembali untuk menyatakan kuasa-Nya, barulah manusia berpengharapan. Seperti yang dikatakan Yesaya 53:10, “Tuhan berkehendak meremukkan dia … sebagai korban penebus salah.” Yesus menggantikan kita, maka kita diselamatkan. Yesus dihukum, maka kita mendapat damai sejahtera. Yesus dicambuk, maka kita disembuhkan.

Hukuman salib yang ditemukan orang Romawi sangat mengerikan. Ketika para perampok, pembunuh, atau pelanggar hukum Romawi divonis hukuman salib, maka mereka akan dibawa ke suatu gudang untuk memindahkan keluar kayu berat, ditaruh di atas pundak mereka, dan harus mereka pikul sampai ke atas Bukit Golgota. Sesampainya di atas, mereka menggali lubang, lalu salib ditaruh di atas tanah, dan si penjahat ditaruh di atas salib itu. Mereka merentangkan kedua tangannya, dengan paku-paku besar kedua tangannya dipaku, lalu kedua kakinya pun dipaku, kemudian diikat tali. Setelah kukuh, mereka pun mengangkat dan menegakkan salib itu dan ditancapkan di atas lubang yang tadi dibuat. Setelah salib itu ditancapkan, maka berat dari seluruh badan orang itu akan menumpu pada beberapa lubang paku itu. Banyak dari mereka akan berteriak histeris di sana dan mengutuki para penyalibnya. Perlahan-lahan mereka mengalirkan darah setetes demi setetes. Ada yang satu hari, ada yang tiga hari baru mati. Sejarah mencatat, yang terlama tujuh hari baru mati. Saat darahnya pelan-pelan mengalir, tekanan darahnya pun akan berubah, jantungnya akan melemah, suhu badannya akan naik, dan ada yang langsung pingsan, ada yang langsung mengigau, ada yang mengutuki orang-orang.

Salib merupakan salah satu hukuman paling mengerikan dalam sejarah. Mau turun tidak bisa, mau segera mati juga tidak bisa, maka tiap detik dilewati dengan sangat menderita. Di Nazaret pernah terjadi suatu pemberontakan terhadap Romawi. Pasukan Romawi pun mengepung Nazaret dan menangkap semua pemberontak itu, lalu mereka menyalibkan seratusan orang pada saat yang bersamaan. Mereka disalibkan seperti lampu jalan di kedua sisi sepanjang jalan dari suatu kota lain sampai ke Nazaret. Saat itu Yesus berusia sekitar 11 tahun. Sekalipun tidak dicatat oleh Alkitab, namun sejarah mencatat, bahwa pada saat masih kecil Yesus dengan mata kepala sendiri melihat keadaan seratusan orang yang disalibkan itu. Meski masih kecil, dalam hati-Nya tentu Ia berpikir, kelak kematian-Nya akan seperti itu. Maka, di tahun berikutnya di Yerusalem, saat Ia berdiskusi dengan kaum Farisi dan para ahli Taurat, mereka semua terkagum-kagum dengan begitu mendalamnya Ia memahami Alkitab.

Allah mengutus Kristus datang ke dunia ini. Ia memahami semua hal. Ia pernah menyaksikan dan kemudian mengalami sendiri bagaimana disalibkan. Tetapi, Alkitab berkata, dengan kerelaan-Nya Ia menaati kehendak Bapa-Nya. Ibrani 10 berkata, “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. … Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Yesus bersyukur kepada Allah karena telah menyiapkan tubuh bagi-Nya, karena tanpa inkarnasi menjadi manusia, mustahil Ia mati bagi kita. Kematian Yesus itu aktif dan penuh kerelaan, itulah kerendahan hati dan ketaatan-Nya.

Suatu hari menjelang kematian-Nya, Yesus mengumpulkan para murid-Nya. Yohanes 13:1 berkata, “Yesus sudah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi para murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” Yesus pun bangkit dan mencuci kaki para murid-Nya. Demikian rendah hati-Nya, demikian Ia ingin sekali menjadi teladan. Saya percaya bahwa Ia pun mencuci kaki Yudas. “Yudas, Yudas, meski engkau akan mengkhianati Aku, sekarang Aku sebagai teladan memberitahu kamu, Aku datang ke dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani, bahkan engkau pun Kulayani.” Bagaimana perasaan Yudas saat itu? Alkitab tidak mencatat. Petrus berkata, “Oh Tuhan, bagaimana mungkin Engkau mencuci kakiku?” Yesus berkata, “Jika seseorang telah dibersihkan tubuhnya, ia tidak perlu lagi mencuci seluruh tubuhnya, ia hanya perlu membersihkan kakinya.” Apakah makna kalimat ini? Yesus mau mengatakan, jika engkau sudah diselamatkan, Allah telah mengampuni dosamu, engkau sendiri harus melalui jalan yang bersih, kakimu harus berjalan dalam kebenaran Tuhan. Aku datang ke dunia menjadi manusia, Aku datang melayani manusia, Aku mencuci kakimu. Jika kau bukan milik-Ku, Aku tidak membersihkanmu dan engkau pun tidak suci. Petrus berkata, “Oh Tuhan, jika demikian biar Engkau bersihkan sekujur tubuhku.” Yesus berkata, “Tubuhmu sudah dibersihkan, Aku hanya perlu membersihkan kakimu saja.”

Kemudian sebelum Perjamuan Kudus diadakan, Ia makan bersama murid-Nya dan menaruh sedikit makanan ke atas piring Yudas, lalu berkata kepada Yudas, “Yang engkau ingin lakukan, lakukanlah sekarang.” Apa yang ingin disampaikan kepada kita melalui ucapan ini? Yudas mengkhianati Yesus bukan rencana Allah, tetapi rencana Yudas. Maka Yesus berkata, “Yang engkau ingin lakukan, lakukanlah sekarang.” Setelah Yudas mendengar ucapan ini, ia pun berdiri dan meninggalkan tempat itu mencari mereka yang mau membeli Yesus. Yudas menjual Yesus dengan harga 30 keping perak. Yesus berkata kepada murid-Nya, “Kalian menyebut Aku, Tuhan dan Guru, dan memang demikian. Sekarang Aku yang adalah Tuhanmu dan Gurumu, Aku mencuci kaki kalian, menjadi teladan bagimu. Demikian juga kalian harus meneladani Aku, kalian harus saling mencuci kaki.” Pada hari itu Yudas telah menjual Yesus. Yesus dihakimi enam kali dalam semalam di beberapa tempat, dan tidak ada sedikit pun makanan ataupun minuman yang masuk ke mulut-Nya, sampai keesokan harinya pukul sembilan Ia dibawa ke atas Golgota, dan disalibkan di sana.

Penyaliban yang Yesus alami berbeda dengan semua orang yang disalibkan. Orang Yahudi yang disalibkan banyak. Orang Romawi tidak menyalibkan warganya sendiri, karena warga Romawi ialah warga tingkat atas, yang juga memandang diri jauh lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain, maka mereka menindas bangsa-bangsa lain. Mereka tidak akan menyalibkan warganya sendiri. Yesus orang Yahudi sekaligus bukan warga Romawi, maka mereka menyalibkan-Nya. Sejarah tidak mencatat sudah berapa banyak orang yang telah mati disalibkan. Tetapi Yesus berbeda dengan semua orang yang disalibkan. Hanya orang yang melakukan kesalahan besar yang harus disalibkan. Jika tidak begitu berat, tidak perlu disalibkan, tetapi dicambuk. Cambuk juga merupakan bentuk hukuman di banyak negara. Inggris dan negara-negara Persemakmuran (seperti Malaysia dan Singapura) masih melaksanakan hukuman cambuk. Di negara-negara Persemakmuran, cambuknya sangat panjang dan punya peraturan: (a) Saat dicambukkan kali yang pertama harus mengeluarkan darah. Jika dicambuk dan tidak berdarah, artinya yang mencambuk itu tidak setia kepada negara. Maka, kekuatan mereka harus sangat cukup agar saat mencambuk, kulit si terhukum pecah dan darahnya mengalir. Para pencambuk ini pasti harus dilatih dengan ketat. Saat cambuk itu diangkat, ia harus menyiapkan tenaganya lagi sebelum mencambuk kali selanjutnya, demikian seterusnya; (b) Cambuknya tidak boleh mengenai kepala dan leher, hanya boleh mengenai punggung, dan harus dengan penuh kekuatan. Jadi, saat cambuk diangkat, kulitnya pun akan pecah dan darahnya pun mengalir. Dicambuk satu kali, lukanya perlu beberapa minggu baru bisa pulih. Jika hukuman lebih berat, ada yang harus dicambuk bahkan sampai 10 kali. Tetapi, hukuman cambuk Romawi tidak demikian.

Cambuk Romawi tidak panjang, tidak sampai 90 cm. Maka, antara satu cambukan dan cambukan berikutnya sangat cepat dan leluasa. Tiap cambuk ada tujuh cabang dengan panjang yang sama, di mana di setiap cabang ada tujuh kaitan. Maka, sebuah cambuk punya 49 kaitan. Sekali mencambuk menghasilkan 49 lubang atau luka. Demikianlah darah terus mengalir. Lalu, berapa kali yang terbanyak untuk hukuman cambuk? Maksimal 40 kali cambukan. Jika seseorang dicambuk 40 kali, di sekujur tubuhnya ada hampir 2.000 luka yang terjadi dan bisa dikatakan seluruh tubuhnya mengalirkan darah. Setelah tahu akan hal ini, saya pun meneliti pelukis Barat yang melukis tentang keadaan Yesus saat dicambuk. Saya melihat tidak seorang pun yang sungguh mengerti kondisi seseorang yang dicambuk. Karena Yesus dicambuk 40 kali, berarti Ia hampir mendapat 2.000 luka. Ini hukuman yang sangat berat.

Apakah orang yang sudah dicambuk masih harus disalibkan? Apakah orang yang disalibkan itu juga dicambuk? Fakta sejarah membuktikan tidak demikian. Orang yang dicambuk belum tentu disalibkan dan orang yang disalibkan mungkin juga tidak pernah dicambuk. Salah satu hukuman itu saja sudah sangat menderita, tetapi Yesus bukan hanya menderita amat sangat dengan dicambuk, Ia pun kemudian harus disalibkan. Maka, penderitaan Kristus itu ganda. Mungkin sepanjang sejarah, hanya Yesus saja yang mengalami dua macam hukuman ini. Maka, Paulus berkata, jika ada orang yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah orang itu.

Jika kita mau mengasihi Tuhan, kita harus terlebih dahulu memahami penderitaan Kristus yang terluka dan menderita demi kita. Jika tidak, mustahil kita bisa mengasihi Tuhan. Kita disembuhkan karena bilur-bilur di seluruh tubuh-Nya. Ia dihukum agar kita mendapat damai sejahtera. Yesus berdiri di posisi kita yang seharusnya menerima hukuman. Itu sebab, Yesus ketika disalibkan berseru dengan keras, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Pertanyaan ini bukan mau jawaban Tuhan. Pertanyaan ini mau kita sendiri yang sadar dan memberikan jawaban. “Oh Tuhan, Engkau disalibkan demi aku, Engkau disalibkan demi menanggung hukuman yang seharusnya kutanggung.”

Pada saat kita sungguh mengerti penderitaan Tuhan dan sungguh merasakan kasih-Nya, barulah kita bisa datang kepada Tuhan dan berkata, “Oh Tuhan, ampunilah aku, selamatkanlah aku, biarlah kasih-Mu sampai kepadaku, karena Anak-Mu Yesus Kristus telah mati bagiku.” Yesus menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia sudah disalibkan dan mati demi kita. Pengakuan Iman Rasuli mencatat semuanya dan telah merangkumkan semua nubuatan tentang penderitaan dan apa yang Yesus alami. Maka, sepanjang sejarah setiap orang yang percaya kepada Kristus, dari dalam hati mereka akan timbul suatu pengakuan yang diungkapkan melalui kata-kata ini. Amin

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 20: Butir Kedua (14) ... mati dan dikuburkan

Yesus Kristus mati dan dikuburkan. Kristus yang muncul dalam sejarah merupakan peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Iman Kristen didirikan berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi di dalam waktu dan tempat, karena Allah menciptakan waktu dan tempat sebagai wadah untuk segala yang bersifat materi. Oleh karena itu, manusia ditempatkan di dalam waktu dan tempat. Berbeda dengan dunia roh, seperti malaikat, setan, dan semua yang sudah meninggal, mereka tidak lagi memiliki waktu dan tempat. Dari dunia waktu dan tempat, mereka telah terlepas dan masuk ke dunia roh yang tidak tampak dan non-material. Karena Allah mengasihi dan mau menebus kita yang ada di dalam dunia yang dibatasi dalam waktu dan tempat, Yesus dari dunia sana datang ke dunia sini.

Ia masuk ke dunia sini untuk membuktikan bahwa Ia sangat peduli dan memperhatikan hidup kita di dunia ini. Sang Pencipta sendiri turun ke dunia ciptaan; Sang Khalik langit dan bumi sendiri turun ke dunia dan lahir di palungan, lalu mati di atas salib, di masa Maria hidup dan Pilatus berkuasa. Dalam kurun waktu dan tempat, Kristus lahir, berinkarnasi masuk ke dalam dunia, Roh menjadi daging, Allah berbalut tubuh yang berdarah dan berdaging.

Pencipta masuk ke kurun ciptaan. Ini adalah fakta Allah peduli kepada manusia. Tuhan hadir di antara umat manusia, mengintervensi sejarah, dibuktikan karena inkarnasi sungguh terjadi. Jika tidak ada inkarnasi, Allah Sang Pencipta tidak mempunyai relasi dengan manusia ciptaan-Nya. Jika tidak ada inkarnasi, manusia mustahil menembus keterbatasan alam semesta menuju dunia yang tidak tampak dan tidak terbatas, “dunia” Sang Pencipta.

Kelahiran dan kematian Yesus adalah fakta yang mengaitkan dunia yang hidup dan yang mati. Ini mengandung beberapa butir yang penting, yaitu: 1) Titik Penciptaan menjadi permulaan, 2) Titik Inkarnasi menjadi pertemuan, 3) Titik Kebangkitan menjadi transformasi, dan 4) Titik Akhir sebagai eskaton atau akhir segala sesuatu. Jika Yesus tidak dilahirkan di dunia, tidak ada seorang pun yang tahu siapa Allah. Manusia hanya dapat mengenal Allah melalui spekulasi dan imajinasi, yang akhirnya hanya menjadi sebuah agama antroposentris. Inkarnasi Tuhan Yesus menjadi jaminan bahwa Tuhan peduli akan dunia ini, Ia memperhatikan manusia dan mau memberkati kita dari sorga. Yesus dipaku di atas salib, berarti Ia mengalami semua kesulitan yang pernah dialami manusia, sampai titik tertinggi, sehingga Ia pun harus mati. Jika Yesus tidak lahir, tidak ada relasi antara manusia berdosa dan Allah. Jika Yesus tidak mati, tidak ada dosa yang bisa ditebus oleh seorang pengganti. Yesus menjadi Pengganti yang tidak berdosa mewakili kita yang berdosa; Yang tak bersalah menanggung segala kesalahan kita; Yang mustahil mati menjadi yang bisa mati menggantikan kita. Menurut Ibrani 9:27, tiap orang ditetapkan mati satu kali.

Tuhan menetapkan dalil: hanya manusia yang hidup dalam kesucianlah yang tidak menemukan kematian, tetapi mereka yang hidup dalam dosa, upahnya maut. Galatia 1:4 mencatat, “Kristus menyerahkan diri bagi kita menurut kehendak Allah.” Hanya satu kali istilah kehendak Allah dikaitkan dengan kematian manusia, artinya tidak ada kematian yang disebut sebagai kehendak Allah, karena Allah bukan menciptakan manusia untuk mati. Tuhan Allah dari sejak dunia belum dijadikan telah menetapkan rencana-Nya melalui anugerah dan rahasia keselamatan bahwa hidup yang kekal itu menjadi bagian manusia. Allah menciptakan manusia untuk menjadi pewaris hidup yang kekal.

Kita semua tahu mati tidak baik dan kita semua tidak ingin mati, tetapi kita harus mati karena penetapan Tuhan. Allah merencanakan dan menetapkan, bahwa setiap orang harus mati satu kali, karena kita adalah pendosa dan upah dosa itu maut. Kita semua keturunan Adam yang telah diwakili oleh Adam yang gagal, yang tidak taat kepada Allah dan harus mati. Penetapan ini berlaku untuk semua manusia. Pada saat dilahirkan, kita sudah ditetapkan akan menuju kematian. Kematian ditetapkan karena dosa. Dosa merupakan kuasa perusak terbesar, suatu daya yang mematikan hidup, yang membuat kita dari keadaan hidup berproses menuju keadaan mati, karena upah itu sedang bergerak dalam diri kita melalui kuasa kematian.

Kematian kita bukanlah kehendak Allah, tetapi penetapan Allah. Allah berkehendak kita tidak boleh mati, maka di antara penetapan Allah bahwa kita harus mati, di tengahnya ada kebebasan manusia yang menyeleweng dari kehendak Allah. Karena kita mau bebas, akhirnya kita tidak taat kepada Tuhan (melanggar, melawan, dan menantang kehendak Allah), akhirnya kita mati. Tetapi berdasarkan kehendak Allah juga, kita tetap dipelihara dan disimpan melalui semacam anugerah keselamatan. Anugerah keselamatan itu yang membuat kita boleh kembali kepada-Nya, menerima Kristus dan keselamatan yang sudah Ia genapkan sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Jika kematian Yesus adalah satu-satunya kematian dan hanya satu ini yang direncanakan Allah, kematian Yesus sangat bermakna untuk mengubah nasib manusia. Jika Yesus tidak mati, tidak ada orang yang hidup. Jika Yesus tidak dibelenggu, tidak ada orang bebas. Jika Yesus tidak dibuang, tidak ada orang yang diterima. PIR berkata, “Ia menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.” Yesus mati disalibkan. Tidak ada hukuman mati yang lebih keji, bengis, dan kejam dibanding kematian yang ditentukan Kekaisaran Romawi, yaitu dipaku di atas salib, dan Yesus mati bukan melalui cara atau alat lain selain dipaku di atas salib. Ini kekejaman yang tak terbayangkan. Yesus rela, taat, sampai mati. Di dalam Filipi 2:11-14, dinyatakan bahwa Ia rela mati di atas salib. Ketika Tuhan Yesus melalui kerelaan-Nya disalibkan, rencana Allah menyelamatkan umat manusia tergenapi.

Hukuman Romawi yang paling keras hanya ada dua macam: dicambuk dan disalibkan. Hukuman cambuk Romawi dilakukan maksimal 40 kali. Sebuah cambuk mempunyai tujuh cabang, tiap cabangnya tujuh kaitan besi. Sekali dicambuk membuat 49 lubang (mengeluarkan daging) hingga darah mengalir terus. Maka, 40 kali cambukan hampir dua ribu lubang, yang sakitnya luar biasa. Ini hukuman yang sangat kejam. Disalibkan, di mana manusia digantung, diikat, dan dipaku di atas kayu, lalu diangkat seperti menancapkan tiang bendera pada lubang yang sudah disediakan. Saat salib dinaikkan, berat tubuh tergantung di tiga lubang. Selain Yesus dicambuk 1.960 lubang di seluruh badannya yang terus mengalirkan darah, masih ada tiga tempat: di atas kayu yang kasar kedua tangan-Nya masing-masing dipakukan, lalu kedua kaki-Nya disalingtindihkan baru dipakukan dengan paku yang paling panjang.

Pada saat Pilatus tidak sanggup lagi mengendalikan diri, ia memikirkan cara melepaskan Yesus, yaitu mengganti Yesus dengan Barabas. Ia sama sekali tidak menduga bahwa mereka semua berkata, “Lepaskan Barabas! Kami mau Barabas dibebaskan!” Pilatus sadar, ia tidak mempunyai cara lain untuk mengendalikan rakyat. Ia lupa dirinya gubernur dan hakim, sehingga ia malah bertanya dan minta kepada orang Yahudi, “Jika kau mau Barabas, bagaimana aku harus menghadapi Yesus?” Sang gubernur meminta-minta kepada rakyat, berarti politik tidak mampu dikuasai manusia. Mereka memberi nasihat kepada Pilatus, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Pilatus tidak ada cara lain lagi, tidak ada pengharapan untuk mengubah situasi, tidak ada cara untuk menenangkan orang Yahudi dan membebaskan Yesus. Tetapi ia tidak mau Yesus disalib, ia justru berkata, “Serahkan Yesus untuk dicambuk.” Tidak dikatakan, “Disalibkan.” Tetapi Yesus harus menerima kedua-duanya. Inilah sengsara yang menakutkan, kekejaman yang sangat mengerikan, tidak pernah ada orang menderita seperti Yesus.

Yesus dicambuk, lalu dipaku di atas salib, dan masih dapat mengatakan Tujuh Perkataan. Ucapan terakhir sama seperti ucapan pertama dalam Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai “Bapa”-Nya. Tetapi pada ucapan keempat, Ia menyebut Allah sebagai “Allah-Ku”. Ucapan pertama, “Ya Bapa, ampunilah mereka karena apa yang mereka perbuat mereka tidak tahu.” Ucapan terakhir, “Ya Bapa, Kuserahkan jiwa-Ku dalam tangan-Mu.” Mulai dengan Bapa, diakhiri dengan Bapa. Tetapi di tengahnya menyebut, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Ucapan pertama dan terakhir adalah relasi Anak dan Bapa. Bapa mengutus Anak ke dunia, agar barang siapa yang percaya kepada-Nya jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Maka, Anak berbicara dengan Bapa. Ini urusan antara Anak dan Bapa, karena pengutusan. Tetapi, ucapan keempat terjadi karena Allah Bapa ialah Pribadi Pertama, sedangkan Allah Anak ialah Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal. Mungkinkah Allah meninggalkan Allah? Kita tidak tahu. Ini sangat misterius, sulit ditebak, dan melampaui makrifat manusia. Maka, Luther setelah membaca, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Setelah meditasi tiga jam, ia berdiri dan memukul meja dengan keluhan, “Siapa yang dapat mengerti ‘Allah meninggalkan Allah’?” Lalu, ia tidak sanggup berpikir lagi.

Sekarang, saya beri jawaban apa yang kurang dimengerti Luther. Allah Bapa meninggalkan Allah Anak, kita tidak mengerti. Tetapi Allah meninggalkan manusia, kita bisa mengerti. Saat Yesus berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Ia berbicara sebagai manusia, bukan sebagai Anak Allah. Ibrani 4, segala sesuatu sama dengan kita, berdaging, berdarah, tersendiri. Yesus ditinggalkan Allah dalam status manusia, bukan dalam status Anak Allah (Pribadi Kedua Allah Tritunggal). Yesus sebagai manusia ditinggalkan Allah, maka Ia berteriak. Ia menanggung dosa kita. Di atas salib tidak ada wadah untuk kasih, dalam diri Yesus tidak ada tempat kasih yang bisa masuk. Allah mengasihi Anak-Nya, tetapi sekarang Ia adalah manusia, manusia yang menanggung dosa manusia yang lain, menjadi substitusi bagi semua manusia yang lain. Allah mencintai Yesus, namun pada saat Yesus menanggung dosamu, kasih Allah tidak bisa sampai kepada Yesus, karena murka, kutukan, penghakiman Allah atas dosa kita terlebih dahulu masuk dalam diri Yesus. Salib Yesus merupakan tempat yang vakum kasih.

Pertanyaan Yesus bukan dijawab Tuhan, malaikat, atau orang lain, tetapi harus dijawab hanya oleh setiap pribadi yang dosanya Ia tanggung. Kita harus menjawab dari pribadi kita masing-masing, menjawab dengan keinginan kita yang mengerti firman Tuhan, dan berkata, “Tuhan Yesus, saya yang menjawab, saya tahu sayalah yang mengakibatkan Engkau dibuang Allah.” Yesus tahu kenapa Ia dibuang Allah, tetapi Yesus mau kita ikut tahu. “Lihatlah domba Allah yang mengangkut dosa seluruh dunia.” Yesus sedang memikul dosa kita, sehingga Yesus dibuang Allah. Ketika Yesus mati, dunia tidak bisa terima, alam semesta guncang, dan matahari menjadi gelap. Alkitab berkata, sejak pukul dua belas siang seluruh bumi dinaungi kegelapan, dan saat itu Yesus berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Ada seorang penyair berkata, kenapa jam dua belas saat matahari paling panas terik, menjadi gelap seluruh bumi? Karena matahari pun malu, tidak tahan melihat di dunia terjadi orang yang tidak adil dan kurang ajar membunuh manusia terbaik di dunia. Keadaan memberikan substitusi seperti ini, penggantian yang benar untuk mengganti kita yang tidak benar, hanya oleh karena itulah baru ada keselamatan. Matahari tidak lihat, Allah seperti meninggalkan dunia yang kurang ajar, yang sudah tidak lagi menghormati Tuhan, membiarkan Anak-Nya mati sedemikian rupa.

Hari itu hari menjelang Sabat, tidak boleh membiarkan jenazah tinggal tetap digantung di atas salib. Maka, semua jenazah yang ada di atas salib harus diturunkan. Sedangkan, kedua perampok belum mati, sulit mati, karena mereka mengalirkan darahnya dari lubang paku setetes demi setetes, bukan mengalir dengan cepat. Menurut sejarah, banyak yang baru mati setelah dua sampai tiga hari disalibkan. Jarang sekali ada orang yang disalib lalu mati pada hari itu juga. Mereka menunggu, makin lama makin tersiksa, darah berkurang terus, tekanan darah terlalu tinggi, hingga tubuh menjadi sangat hangat, dan detak jantung menjadi cepat sekali. Itulah penderitaan orang yang di atas salib. Maka, jika belum mati, seorang yang disalibkan tidak bisa diturunkan secara paksa. Mereka tunggu sampai jam tiga, Yesus berseru dengan suara keras, “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan mati. Sedangkan, kedua perampok makin lama makin lemah, makin sulit bernapas, tetapi masih terdengar ucapan mengutuk musuhnya. Pada saat matahari terbenam, pukul enam sore, adalah mulainya hari Sabat, sehingga tidak boleh ada mayat di atas salib karena baru dapat diturunkan setelah Sabat selesai. Oleh karena itu, diperintahkan untuk mematikan orang yang belum mati di salib, dengan cara memotong kakinya dengan pedang yang besar. Sesudah kakinya dipotong, darah akan dengan cepat keluar seperti air terjun dari kedua kaki mereka, membasahi Golgota. Dua penjahat itu berteriak, dalam siksaan terbesar, mereka mati. Lalu, tentara melihat Yesus tidak bergerak. Untuk membuktikan Ia mati, mereka menusuk rusuk Yesus dengan tombak, keluar gumpalan darah dan cairan air. Ini membuktikan Ia sudah mati, karena plasma dan cairan darah-Nya sudah terpisah. Di tahun 1940, ada dokter di Inggris yang menyelidiki apa artinya keluar gumpalan darah dan air terpisah. Mereka akhirnya memberikan konklusi, jantung Yesus sudah pecah karena terlalu sedih. Ini pengumuman yang tidak pernah dilakukan, dunia medis mengambil konsensus bahwa Yesus terlalu sedih sampai jantung-Nya pecah dan plasma dengan cairan darah terpisah, mengalirlah gumpalan-gumpalan. Maka, mereka berkata, “Tidak usah dipotong kaki-Nya, Ia sudah mati.”

Sekarang kita akan membahas dua hal. (1) Kematian Yesus yang paradoks. Yesus berseru dengan suara keras, “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Orang yang bisa berteriak dengan suara keras takkan langsung mati. Menurut kedokteran, orang bisa berteriak berarti napasnya masih kuat, ia masih bisa bertahan lama. Tetapi Alkitab berkata, setelah Yesus berteriak langsung menundukkan kepala, lalu mati. Ini merupakan suatu peristiwa paradoks dan membuktikan apa yang pernah diucapkan Yesus sebelumnya, “Tidak ada orang yang merebut hidup-Ku dan mengambil nyawa-Ku, tetapi Aku sendiri bebas menyerahkan nyawa-Ku. Jika Aku berhak menyerahkan nyawa-Ku atas kemauan sendiri, Aku berhak mengambilnya kembali.” Yesus berseru dengan suara keras menyerahkan nyawa-Nya, ini membuktikan Ia mati secara aktif, bukan pasif. Orang mati secara pasif karena tidak bisa tahan lagi, tidak bisa lagi mempertahankan atau memegang hidupnya, harus menyerah. Setiap orang mati secara pasif, tetapi Yesus tidak. Ia berteriak lalu kemudian Ia melepaskan napas yang terakhir, mati secara aktif. Galatia 1:4 menuliskan, Kristus menyerahkan nyawa-Nya karena kehendak Allah. Ini karena Yesus berkata, “Aku menyerahkan nyawa-Ku. Jika Aku berhak menyerahkan nyawa, Aku berhak pula untuk menerima nyawa itu kembali.” Inilah hal pertama yang kita harus mengerti.

(2a) Ketika Yesus mati, kaki-Nya tidak dipatahkan, bukan karena tentara Romawi lupa memotong kaki-Nya, tetapi karena Allah sendiri yang menetapkan bahwa tulang Yesus tidak boleh patah. Sekitar seribu tahun sebelum Yesus disalibkan, sudah tertulis di dalam Kitab Mazmur, bahwa satu tulang pun tidak boleh dipatahkan. Orang dan perwira Romawi pasti tidak membaca atau mengerti ayat itu. Ini membuktikan dunia ada di tangan Allah. Yesus sudah mati terlebih dahulu dan tidak dipatahkan kaki-Nya, maka diturunkan. Tuhan mau Kristus datang ke dunia mengganti dosa kita, tetapi tidak ada pematahan tulang Anak Allah yang Tunggal ini. (b) Jasad Yesus sesudah mati ada yang memelihara. Yusuf dari kota Arimatea sudah membeli sebidang tanah di Yerusalem. Tanahnya di pinggir benteng kota Yerusalem. Lalu, Yusuf ini punya relasi yang baik dengan tentara Romawi, gubernur, pembesar di Israel, seorang yang pintar dan bermartabat. Ketika Yusuf Arimatea melihat Yesus sudah mati, ia mendatangi Pilatus dan berkata, “Tolong, berikan mayat Yesus kepadaku, aku yang akan atur.” Pilatus langsung berkata, “Aku berikan kepadamu,” lalu memberikan jasad Yesus kepadanya. Semua ini rencana Allah. Semua nubuatan Perjanjian Lama tentang Mesias satu per satu digenapi, tidak ada celah sedikit pun, karena Tuhan yang mengatur nasib seluruh dunia, khususnya Anak-Nya yang Tunggal.

Hari itu mayat Yesus diturunkan lalu dikuburkan. Pada saat Yesus diturunkan dan mau dikuburkan, Tuhan sudah menyiapkan kuburan-Nya. Ada pendeta yang begitu khawatir bagaimana setelah tua dan mati. Saya anjurkan jangan, tidak usah banyak berpikir tentang kematian. Jika hidupmu sungguh sesuai kehendak Tuhan, kematianmu sudah ada rencana yang Tuhan siapkan bagimu. Dilahirkan secara anugerah, mati pun akan secara anugerah. Yesus tidak pernah memikirkan, “Jika Aku mati dikuburkan di mana, lalu uang pensiun-Ku berapa.” Yesus cuma tahu menjalankan kehendak Allah, sisanya semua diatur Tuhan. Yusuf seorang yang dapat kepercayaan besar Pilatus, ia meminta dan Pilatus langsung memberikan kepadanya. Kelancaran bukan direncanakan manusia, tetapi Allah.

Pada saat Yesus mau dikuburkan, terjadi suatu peristiwa. Seorang tua, Nikodemus, datang berunding dengan Yusuf. Ia mau membeli rempah sekitar 45 kg untuk membungkus jasad Yesus. Hari itu jasad Yesus diturunkan sebelum matahari terbenam dan dibungkus dengan baik. Ini membuktikan Ia sungguh sudah mati. Ini semua terjadi dalam rencana Allah. Yesus dikuburkan di kuburan orang kaya, kuburan yang tadinya disiapkan bagi dirinya. Yusuf Arimatea bukan membuat kuburan untuk disewakan atau vila untuk ditinggali sendiri, ia membuat kuburan dekat pintu gerbang Yerusalem. Ternyata, Yesus mati lebih dahulu, dan ia meminta jasad-Nya ditaruh di kuburannya. Ini semua rencana Allah yang telah membuat keindahan untuk kematian Yesus.

Mereka yang mengantar dan mengiringi kematian Yesus ada tiga orang yang penting. Sebelum Yesus diadili, Maria di Betania sudah memakai minyak narwastu yang dituangkannya ke kaki Yesus. Yesus berkata, “Jangan mencelanya. Ia sedang menyiapkan kematian-Ku.” Jadi, Maria Betania dipakai Tuhan mengurapi Sang Nabi-Raja-Imam. Tuhan pun memakai Nikodemus dan Yusuf Arimatea untuk menguburkan Yesus.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 21: Butir Kedua (15) ... mati dan dikuburkan

Setiap manusia yang hidup tidak memiliki pengalaman mati. Yang hidup tidak pernah mati, yang mati tidak bisa hidup kembali. Maka pembicaraan tentang kematian adalah rahasia yang mustahil dimengerti oleh para filsuf, disadari oleh para rohaniwan, diuraikan oleh para sastrawan, atau dibahas oleh para budayawan. Kematian merupakan misteri terdalam dan tersulit dimengerti oleh rasio dan inteligensi manusia.

Ketika Allah menciptakan manusia dan memberikan kehidupan kepadanya, Ia memberikan peringatan, “Jika engkau melanggar perintah-Ku, di hari engkau makan buah terlarang, engkau akan mati.” Ketika kalimat itu diucapkan kepada Adam, ia mustahil mengerti dan menyadari apa artinya “mati”. Kata “mati” yang keluar dari mulut Allah ini melampaui baik pengetahuan maupun kapasitas rasio dan pengalaman manusia. Adam hanya dapat mendengar kata tersebut tanpa mampu mengertinya. Sampai pada saat ia makan pun, Adam belum dapat mengerti, tetapi ia mulai merasa sedang menuju kematian.

“Kematian” dalam pikiran Tuhan memiliki tiga lapisan arti: (a) Berhentinya fungsi organ tubuh. Ini adalah arti yang terdangkal. (b) Terpisah dari hidup Allah. Ini arti yang lebih dalam. Pencipta hidup ialah Sumber Hidup. Allah ialah Sumber hidup, Allah mempunyai hidup pada diri-Nya sendiri, yang melampaui semua ciptaan. Hanya Allah ialah Sang Pencipta, sehingga hidup yang ada pada Allah lebih tinggi dari segalanya. Pada saat manusia melanggar perintah, memakan buah pohon terlarang, akibatnya terpisah dari Sumber Hidup. Itu artinya, “Di hari engkau makan, engkau akan mati.” Berarti, saat itu manusia akan hidup tersendiri tanpa relasi dengan Allah yang sejati. (c) Ditinggalkan Tuhan selamanya dan akhirnya dibuang ke neraka. Ini kematian yang kedua kalinya.

“Mati” memiliki arti yang hanya terkandung dalam firman Allah, yang dipaparkan melalui iluminasi Roh Kudus kepada setiap orang. Firman bukan saja berbicara tentang seluruh kebenaran Tuhan Allah, tetapi Firman itu sendiri pernah datang menjelma menjadi manusia, bersalutkan darah dan daging, dan mengalami segala pengalaman manusiawi. Tetapi bedanya, Ia tidak berdosa. Alkitab mengatakan bahwa hal itu terjadi agar Ia secara khusus dapat mengalami kematian dan melenyapkan kuasa kematian itu dan penguasanya, yaitu Iblis. Yesus rela berdarah dan berdaging seperti kita untuk mewakili kita mati melunaskan tuntutan dosa, karena upah dosa itu maut. Inilah kandungan kasih Allah yang terbesar sehingga Yesus rela mati disalibkan. Semua kematian manusia adalah akibat dosa, hanya kematian Yesuslah yang merupakan kematian karena kehendak dan rencana Allah. Di dalam Yesaya 53:5 dinyatakan, “Allah telah menetapkan untuk menindas-Nya dan menimpakan seluruh dosa kita ke atas diri Yesus.” Maka, Yesus mati menerima hukuman dan kutukan dosa yang seharusnya hanya ditimpakan kepada para pendosa. Galatia 1:4 mencatat, “Kristus telah menyerahkan diri-Nya karena kehendak Allah untuk menggantikan kita.” Karena kematian merupakan rahasia besar, maka jika Allah tidak mewahyukan kebenaran-Nya melalui firman-Nya dan tidak mengirimkan Roh Kudus untuk memberikan pencerahan kepada kita, tidak ada seorang pun yang dapat mengerti apa artinya mati dan bagaimana caranya melepaskan diri dari kuasa kematian. Hal ini dicantumkan dalam Alkitab dan dirumuskan dalam Pengakuan Iman Rasuli.

Peristiwa Yesus mati merupakan fakta sejarah. Sejarah, dimulai sejak Allah menciptakan alam semesta, dan langit dan bumi mulai berproses, sampai nanti berakhir pada hari Yesus datang kembali menggenapi sejarah umat manusia. Mereka yang selamat akan diberikan hidup yang kekal beserta Tuhan selamanya. Yang tidak menerima Yesus akan dihukum selamanya. Sebelum Yesus disalibkan, pemerintah Pontius Pilatus telah menyerahkan Yesus untuk dicambuk, lalu dibawa untuk disalibkan di Bukit Golgota. Sesudah Yesus mati, beberapa jam kemudian Yusuf dari Arimatea mendatangi Pilatus dan meminta jasad Yesus. Maka Alkitab menyatakan bahwa Pilatus memberikan jasad Yesus kepada Yusuf dari Arimatea untuk dikuburkan. Pada saat Yesus hidup, Herodes memperalat agama untuk mendapat faedah politis. Menjelang Yesus mati, orang dan pemimpin agama Yahudi memperalat politik untuk mendapat faedah bagi agama mereka. Melalui saling memperalat seperti ini, Yesus akhirnya disalibkan.

Pilatus tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri dan mengalahkan suara orang Yahudi. Ketika ia berusaha melepaskan Yesus, ia memilih seorang yang paling jahat dan dibenci orang Yahudi, lalu meminta mereka untuk memilih antara Barabas dan Yesus. Tetapi aneh, mereka berkata, “Barabas!” Pilatus tidak berdaya. Ia masih berusaha bertanya, “Apa yang harus kulakukan kepada Yesus?” Mereka menjawab dan berseru-seru, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Maka ia menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Yesus diperintahkan untuk memikul salib-Nya sendiri ke Golgota, lalu disalibkan. Pilatus tidak berdaya menolong Yesus, karena ia telah masuk ke dalam jerat orang Yahudi yang memperalat dia untuk membunuh Yesus. Oleh karena itu, ia sangat membenci orang Yahudi. Pada saat ia merasa tidak dapat menolong lagi, maka ia memasang tulisan “Yesus dari Nazaret, Raja orang Yahudi” di bagian kepala salib Yesus.

Golgota ada di persimpangan jalan, di mana semua yang ingin ke Yerusalem harus melewati Golgota. Mereka yang datang dari jauh dan melalui Yerusalem dapat melihat tulisan di atas salib Yesus itu. Pilatus sengaja memakai tulisan itu untuk mempermalukan orang Yahudi. Maka, para imam memprotes Pilatus atas peletakan tulisan itu, tetapi Pilatus berkeras, “Apa yang kutulis tetap tertulis.” Mereka pulang dengan kecewa, karena semua bangsa yang melalui Yerusalem akan membacanya. Meski tampaknya Pilatus tidak berdaya terhadap orang-orang Yahudi itu, tetapi akhirnya ia memakai cara ini untuk membuat orang-orang Yahudi itu tidak berdaya terhadapnya.

Hari itu hari Sabat, sehingga tidak boleh ada orang mati yang tetap tergantung di salib. Maka kedua perampok di kanan kiri Yesus dipotong kakinya, sehingga darah mengalir turun dengan deras lalu mati. Tetapi beberapa jam sebelum matahari terbenam, tentara Romawi mau tahu Yesus masih hidup atau sudah mati, maka mereka menusukkan tombak ke rusuk Yesus. Pada saat ditusuk, keluar gumpalan darah yang terpisah dari cairan darahnya. Menurut seorang ahli medis dari Inggris, hal ini terjadi menunjukkan jantung Yesus pecah karena terlalu sedih. Maka akhirnya tidak satu pun tulang-Nya dipatahkan. Hal ini menggenapi nubuat Mazmur yang sudah tertulis sekitar seribu tahun sebelumnya.

Yesus mati tanpa memikirkan kepentingan diri atau merencanakan hari depan-Nya sendiri, karena Allah sudah mengatur semuanya. Banyak orang penuh kekhawatiran, tetapi Yesus mengajarkan, “Jangan khawatir akan makanan dan mati hidupmu, karena Bapamu di sorga memelihara engkau.” Selama puluhan tahun ini saya belajar bagaimana hidup bersandar kepada Tuhan, bagaimana hidup tanpa perlu khawatir. Bagi saya, ada dua hal yang sedikit saya lakukan, yaitu khawatir dan iri hati. Kedua hal ini tidak pernah ada gunanya bagi hidup manusia. Tidak pernah karena khawatir hidupmu akan menjadi lebih baik. Tidak pernah karena iri hati membuat hidupmu lebih bernilai. Orang yang iri hati, menurut Alkitab, merusak dan menghancurkan tulangnya sendiri. Iri hati tidak pernah menolong seseorang, melainkan hanya membunuh yang bersangkutan, sehingga hidupnya lebih tidak bernilai, karena kuasa kematian beredar di dalam hidupnya sendiri. Saat kita hidup, kesulitan apa pun seharusnya menimbulkan dan memberikan inspirasi kepada kita. Alkitab berkata kepada kita, “Berimanlah dan jangan khawatir.”

Menurut psikologi, kekhawatiran terbesar akan berubah menjadi kecemasan total (Jerman: der Angst), yang berarti kekhawatiran di mana eksistensi kita menjadi tidak ada. Kaum Eksistensialis memakai istilah ini dalam arti bahwa jika kita khawatir barang kita diambil, kesehatan kita dirusak, rumah kita dimasuki maling, itu hanyalah kekhawatiran yang masih bisa dibicarakan. Tetapi kekhawatiran total terbesar, yaitu anxiety, tidak bisa dijelaskan lagi apa yang dikhawatirkan. Di dalam teori psikologi, ini disebut sebagai khawatir hilangnya eksistensi akibat ditelan oleh non-eksistensi. Eksistensi akan berubah menjadi tidak ada. “Aku tahu dan aku punya perasaan karena aku sekarang ada. Tetapi, jika suatu saat tiba-tiba aku berubah menjadi tidak ada, aku tidak tahu apa itu tidak ada, karena aku yang bisa khawatir sekarang sedang ada. Aku yang ada belum pernah tahu dan belum pernah mengalami apa itu tidak ada.”

Jika kematian datang, ia akan menelan eksistensi hidup, sehingga hidup menjadi mati; ada menjadi tidak ada; sesuatu yang sama sekali belum pernah aku alami. Pada saat aku sekarang sedang berpikir dan bisa khawatir, itu menandakan aku masih ada. Dalam bahasa Jerman, die Existenz (keberadaan) dan das Dasein (ada) itu sangat berbeda. “Ada” dan “Yang Ada” dan “Merasa Ada” semuanya berbeda. Jika aku yang ada ini, karena kematian tiba menjadi tidak ada, aku belum pernah mengalaminya. Karena aku tidak pernah mengalami apa itu tidak ada, maka dalam eksistensi aku tidak bisa lari, aku ketakutan itu datang.

Apakah kematian hanya berarti tidak ada? Kita tidak mengerti apa arti “tidak ada”, khususnya hubungannya dengan Ada yang menjadi sumber ada, yaitu bagaimana hubungan dengan Allah. Oleh karena itu, barang siapa yang memiliki kekhawatirantotal(anxiety), ia belum sadar. Inilah hal dahsyat yang membuatnya tidak memiliki semacam kesadaran dan pengertian untuk menganalisis dan memberi pengetahuan apa yang akan terjadi. Inilah manusia.

Yesus pernah datang ke dunia, dari ada yang hidup mengalami kematian yang tidak ada, untuk mewakili kita. Kematian Yesus merepresentasikan yang dari ada menjadi tidak ada, menggantikan orang lain yang harus menjadi tidak ada. Yesus sendiri mengalami kematian, sehingga Ia sendiri berkata kepada Allah Bapa, “Jika boleh cawan ini lalu dari pada-Ku. Tetapi, bukan kehendak-Ku yang jadi, melainkan kehendak-Mu terjadilah” (Mat. 26:39). Cawan yang Yesus ingin singkirkan bukanlah ketakutan akan kematian, karena jika Yesus takut mati, pasti Ia tidak rela turun dari sorga ke dunia. Jika Yesus memang tidak mau mati, Ia mustahil menjelma menjadi manusia. Pada saat Ia menjelma menjadi manusia, datang di dunia, justru Ia bersukacita, rela, dan bersyukur kepada Allah. Di dalam Mazmur 40, “Engkau telah menyediakan tubuh bagi-Ku.” Berarti Ia bersyukur. Pada saat kematian-Nya tiba, berbeda dengan orang-orang yang ketakutan dari ada menjadi tidak ada, kekhawatiran total yang tidak bisa dibandingkan dengan kekhawatiran biasa, karena kekhawatiran total tidak bisa menunjukkan apa yang ditakuti.

Epikuros berkata, “Tidak usah takut mati, karena mati belum datang. Jika mati sudah datang, tidak usah takut mati juga, karena mati sudah lewat.” Cara berpikir paradoks Epikuros ini secara dangkal menghindarkan manusia dari kekhawatiran akan kematian. Yesus berbeda. Kita tidak tahu jika mati itu bagaimana, sedangkan Yesus sudah siap mati menggantikan kita. Ia tidak khawatir dan tidak takut. Ketika Yesus menuju Yerusalem pada masa Paskah, Ia tahu di sana berbahaya, di mana Ia akan ditangkap, diikat, dihakimi, dan dibunuh, mati disalibkan. Tetapi Ia tetap berjalan menuju Yerusalem. Semua melihat dengan takut, murid-murid-Nya melihat dengan tercengang. Yesus berjalan menuju kematian-Nya, menuju yang tidak ada, dan Ia tidak takut sama sekali. Ini contoh terbaik bagi kita.

Di makam Benjamin Franklin ada sepuluh dalil penting, dan dalil terakhir yang tertulis, “Belajarlah dari kematian Sokrates dan Yesus Kristus.” Yesus berkata, “Anak Manusia harus berjalan terus ke Yerusalem, dan di hari yang ketiga, semua catatan tentang hidup-Nya akan terlaksana di sana.” Setelah Yesus disalibkan, Ia tidak khawatir. Ia berkata, “Aku menyerahkan nyawa-Ku ke dalam tangan-Mu, ya Bapa,” lalu Ia menundukkan kepala dan menghembuskan napas yang terakhir. Kemudian Yusuf Arimatea mendatangi Pilatus meminta jasad-Nya dan diberikan, karena ia seorang anggota Sanhedrin (seperti parlemen dan mahkamah agama orang Yahudi) yang dikagumi bangsanya sendiri dan disegani penjajah.

Setelah tubuh Yesus diturunkan dari salib, Yusuf Arimatea dan Nikodemus, yang tiga setengah tahun lalu pernah mencari Yesus, mendekati tubuh-Nya lalu membungkusnya dengan sekitar 45 kilogram rempah-rempah dan obat-obatan untuk memumikan jasad-Nya. Dengan kain yang hampir 50 meter panjangnya mereka membungkus tubuh Yesus dari kepala hingga kaki, lalu dimasukkan ke kuburan. Yusuf Arimatea membeli sebidang tanah di pinggir pintu gerbang Yerusalem lalu membuat taman di dalamnya dan di tengah taman itu dibuatnya suatu kuburan yang merupakan lubang yang dalam yang memakai batu besar untuk menutup pintunya. Perlu paling tidak tujuh orang untuk bisa menggerakkan batu itu.

Selama tiga setengah tahun Yesus tidak pernah meributkan nafkah-Nya atau memikirkan jika Ia mati akan dikuburkan di mana. Ia tidak pernah memiliki uang untuk membeli kuburan. Bapa sudah menyiapkan semua bagi-Nya. Sekarang banyak pendeta selalu ketakutan jika ia mati, anak istrinya makan apa, jika sudah tua, uang pensiun berapa, anaknya dipelihara siapa; tidak habis khawatir tentang kehidupan sendiri. Yesus tidak pernah satu kalimat membicarakan, jika Ia tua dan sudah pensiun hidup-Nya bagaimana. Memang seharusnya gereja menjaga dan memelihara hamba Tuhan, istrinya, dan keturunannya dengan baik, apalagi saat mereka tua dan pensiun. Tetapi jangan lupa bahwa hamba Tuhan pun harus bersandar kepada Tuhan, tidak usah terlalu mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi.

Yesus tidak khawatir apa pun, dan pada saat Ia mati, Allah mengerjakan dua hal besar: (a) Tidak mengizinkan tulang-Nya dipatahkan Kekaisaran Romawi. Mereka tidak tahu dan tidak pernah membaca ayat itu, tetapi Allah menjaga agar Yesus tidak dipatahkan tulang-Nya. Padahal kedua perampok itu dipatahkan tulangnya. Ini berarti kaum kafir pun ialah hamba Tuhan tanpa mereka sadari. Mereka dipakai Tuhan untuk toleran dan sabar hingga tidak mematahkan tulang-Nya. Jika kita sungguh bersandar dan menjalankan kehendak Tuhan, meski kita tidak sanggup mengerjakan segala yang kita perlukan, tetapi saat diperlukan, Tuhan bisa memelihara kita melalui malaikat yang tidak tampak atau kaum kafir agar kita tidak dipermalukan. (b) Menyediakan kuburan yang terbaik. Ini adalah kuburan baru yang belum pernah dipakai satu orang pun. Peristiwa penguburan Yesus adalah peristiwa yang penting. Dalam 1 Korintus 15:3-4 dicatat, “Yesus mati, dikuburkan, dan telah dibangkitkan merupakan catatan yang tidak boleh tidak ada.” Kita harus tahu Yesus betul-betul dikuburkan. Jika Yesus tidak dikuburkan, kita tidak akan tahu apakah kisah kematian Yesus mitos atau fakta. Kelahiran-Nya ada tempatnya, yaitu Betlehem, ada palungannya, orang yang mengasuh-Nya, Yusuf dan Maria, wanita yang dinaungi Roh Kudus, maka hingga kematian-Nya juga harus bisa dipertanggungjawabkan, harus dikuburkan, ada tempat di mana Ia dikuburkan. Ini faktanya, ada tanahnya, kronologinya, dan tempatnya. Hal ini menyatakan bahwa intervensi Tuhan dalam sejarah sungguh terjadi.

Alkitab mencatat bahwa ada beberapa wanita yang melihat tempat Ia dikuburkan sebelum mereka pulang. Kalimat ini menyatakan beberapa kebenaran Tuhan yang ajaib sekali. Para wanita ini disiapkan Allah untuk mengerti, menjalankan, dan mengetahui kuburan Yesus di mana. Tuhan menciptakan pria berbeda dengan wanita. Jika pria sudah menetapkan sesuatu, ia tidak peduli lagi jika dalam penetapan dan rencananya tersebut banyak celah dan kelemahan yang ia tidak ketahui. Tetapi wanita diberikan perasaan yang halus, sempurna, dan perinci. Pria mementingkan hari depan dan hal-hal yang besar, wanita tidak mau melupakan hari yang lampau dan meneliti sudut-sudut yang kecil. Adanya wanita membuat kebudayaan manusia lebih indah, membuat komik lebih teliti dan detail.

Alkitab mencatat Maria dan Maria yang lain tidak mau pulang sampai mengetahui di mana jasad Yesus dikuburkan. Jika tidak ada para wanita yang tahu Yesus dikuburkan di mana, di hari ketiga tidak ada orang yang pagi-pagi sudah mendatangi kuburan mencari jasad Yesus. Tuhan memakai para wanita itu dengan teliti mau mengetahui secara detail sehingga mereka melihat di mana Ia dikuburkan. Pada hari ketiga, mereka kembali lagi, langsung mereka tahu tempatnya dan baru mereka sadar, bahwa kuburan itu ada dan sekitarnya sama, tetapi hari itu di kuburan-Nya sudah tidak ada orang, Yesus sudah bangkit.

Yesus pernah dikuburkan di mana, harus dicatat. Kuburan itu suatu realitas, sama seperti Betlehem itu suatu realitas. Yesus dilahirkan di Betlehem, lahir di tempat yang bisa diselidiki. Yesus dikuburkan juga sama, suatu tempat yang bisa diselidiki. Yesus mati dan dikuburkan. Yesus dikuburkan berarti keselamatan-Nya menjamin, karena keselamatan dari orang yang tidak bertubuh tidak terjamin. Ia disalibkan, mati, dan dikuburkan. Ini catatan yang penting. Melalui dikuburkan di sana dan ketiga wanita itu tahu tempatnya di sana, akhirnya mereka dapat memberitahukan Petrus dan para murid yang lain, “Kami sudah bertemu dengan-Nya, kami tahu Ia dikuburkan di sana.”

Para imam kepala berkata, “Jika Ia bangkit, kita tidak boleh membiarkan orang-orang menjadi percaya bahwa Ia bangkit. Katakan saja bahwa jasad-Nya hilang dicuri para murid-Nya. Kami akan memberimu uang, asal kalian menutup mulut dan tidak mengatakan Yesus bangkit.” Ketika Yesus mati, Ia berbeda dengan semua orang mati yang lain, Ia dikuburkan di kuburan yang diketahui tempatnya di mana, dan pagi-pagi benar para wanita itu mendatangi lagi kuburan itu dan melihat sudah tidak ada jasad-Nya. Maria mulai menangis, karena ia tahu itulah kuburan Yesus.

Sebenarnya setan sudah memakai uang orang Romawi dan orang-orang Yahudi untuk menutupi fakta bahwa Yesus sungguh-sungguh dikuburkan di sana dan sudah bangkit. “Beri tahukan saja bahwa jasad-Nya dicuri orang.” Mereka mau menyangkali fakta bahwa Yesus bangkit, tetapi Tuhan tidak mengizinkan.

PENGAKUAN IMAN RASULI - Pdt. Dr. Stephen Tong
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 22: Butir Kedua (16) ... turun ke dalam kerajaan maut.

Dari seluruh pembahasan tentang Kristus, hal yang paling memperkenan Allah Bapa di sorga adalah pengenalan akan Anak Tunggal Allah, segala rencana dan anugerah-Nya, serta firman tentang Kristus. Segala kebijaksanaan Allah melembaga di dalam diri Yesus yang berinkarnasi ke dunia, menjadi manusia, berdaging dan berdarah, hidup di tengah manusia, penuh kebenaran dan anugerah.

Dalam topik ini kita akan membicarakan tiga kalimat, khususnya kalimat yang ketiga, yang paling suram, misterius, dan sulit untuk dimengerti, yaitu, “Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.” Ketiganya melukiskan Kristus yang kita percaya. Kristus adalah Kristus yang mati, dikuburkan, dan masuk ke kerajaan maut. Di dalam pernyataan ini terkandung rahasia kemenangan yang tidak ada pada agama dan kebudayaan yang pernah dijadikan pengharapan manusia.

Hari itu hari Sabat, sebelum matahari terbenam, tidak boleh ada jasad yang tergantung di atas salib, sehingga semua jasad harus diturunkan sebelum Sabat tiba. Yesus telah mati, sehingga harus diturunkan dan dikuburkan. Ketika kedua perampok yang dihukum bersama Yesus belum mati, terpaksa kaki mereka dipotong agar darahnya keluar dengan deras lalu segera mati, baru jasad mereka diturunkan. Ketika mereka mau memotong kaki Yesus, mereka menemukan bahwa Yesus sudah mati. Inilah kematian yang berbeda. Yesus secara aktif menyerahkan nyawa-Nya. “Tak seorang pun yang dapat mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku, kecuali Aku sendiri yang menyerahkannya. Jika Aku berhak menyerahkan nyawa-Ku, Aku pun berhak mengambilnya kembali.” Sedangkan semua orang yang lain mati secara pasif, tak berdaya, terpaksa menyerahkan nyawanya.

Yesus berkuasa mengatur hidup, maka Ia pun berkuasa menyerahkan hidup. Itu berarti, yang tidak seharusnya dan tidak perlu mati, justru sengaja rela mati dan menyerahkan nyawa-Nya, atas inisiatif dan kerelaan-Nya sendiri, karena taat kepada rencana Allah. Allah memang bermaksud menekan, menganiaya, menindas, dan menyerahkan semua hutang dosa kita untuk ditanggung oleh Yesus. Di dalam Yesaya 53:10 tercatat, “Allah memutuskan untuk meremukkan Dia dan menumpahkan segala hukuman dosa kita kepada-Nya.” Yesus menerima nasib seperti itu dan berkata, “Bapa, Aku menyerahkan nyawa-Ku ke dalam tangan-Mu.” Lalu Ia menghembuskan napas terakhir dan mati. Inilah Kristus Sang Juruselamat yang mengabdi dan menyerahkan seluruh hidup-Nya, bahkan nyawa-Nya, sesuai rencana Allah.

Galatia 1:4 berkata bahwa penyerahan diri Kristus adalah seturut kehendak Allah. Kematian Kristus merupakan satu-satunya kematian dalam kehendak Allah. Semua kematian yang lain bukan kehendak Allah, tetapi upah dosa. Kematian Kristus bukan upah dosa, karena Ia tidak berdosa. Kristus suci, benar, Tuhan yang menguasai seluruh hidup. Ia mati menggantikan kematian orang lain. Ketika dikuburkan, tidak ada tulang pada jasad Yesus yang dipatahkan. Ini rencana Tuhan. Seluruh tubuh Yesus dibungkus rempah dan dibalut kain kafan, dikuburkan dengan meletakkan jasad-Nya dalam sebuah gua kubur, lalu ditutup dengan sebuah batu besar yang membutuhkan paling sedikit tujuh orang laki-laki dewasa yang sangat kuat untuk mendorong batu itu. Di depan lubang kubur itu terdapat semacam parit untuk meletakkan batu penutup itu agar tidak dapat didorong lagi. Untuk membukanya, tidak cukup tenaga tujuh orang mendorong keluar batu itu. Karena itu, merupakan suatu cerita bohong dan adalah fitnah yang mustahil ketika ada orang berkata bahwa ada orang yang datang malam-malam dan mencuri jasad Yesus lalu mengumumkan Yesus bangkit. Ingat pula bahwa pada saat itu satu legiun tentara Romawi diperintahkan untuk menjaga, karena memang sudah ada rumor bahwa malam itu mungkin ada orang yang mau mencuri jasad Yesus untuk menipu bahwa Yesus bangkit.

Ketika Yesus bangkit pada hari ketiga, semua tentara itu lari ketakutan, karena kuasa kebangkitan begitu besar dan batu itu tergelinding, bukan dengan diam-diam orang mendorong batunya. Ketika Yesus bangkit, malaikat datang menjaga kubur itu, menanti sampai para wanita yang tahu di mana Yesus dikuburkan datang. Pada hari ketiga pagi-pagi, mereka datang mau melihat kuburan Yesus. Ketika mereka datang, malaikat berkata, “Datang ke sini untuk mencari siapa? Mengapa engkau mencari yang hidup di tengah orang mati? Ketahuilah, Ia tidak ada di sini, Ia sudah bangkit.” Para wanita tersebut terkejut dan sadar, lalu berkata, “Mari kita segera pulang dan memberi tahu para murid bahwa Yesus sudah bangkit.” Ketika Yesus bangkit, dengan kuasa besar malaikat membuka dan menjaga kubur-Nya dan Yesus keluar dari kubur-Nya. Ketika Petrus dan Yohanes mendengar kabar bahwa Yesus bangkit, mereka segera berlari ke kuburan itu. Tetapi hanya beberapa wanita yang tahu tempat Yesus dikuburkan. Para murid melarikan diri ketika Yesus disalibkan, tidak ada yang memperhatikan di mana Yesus dikuburkan. Ketika Petrus dan Yohanes tiba di kuburan, mereka hanya melihat kain penutup kepala Yesus dan kain kafan yang melilit-Nya. Jika seseorang sudah dibungkus, kemudian diikat dengan kain kafan lagi, tidak mudah untuk melepaskannya, kecuali kain-kain itu dipotong. Tetapi Yesus bangkit tanpa bisa dibatasi oleh lilitan yang menahan dan membatasi-Nya. Ia bisa langsung keluar dari lilitan itu. Demikian pula kain-kain pembungkus kepala dan tubuh-Nya masih rapi di situ. Itu berarti Ia bangkit dengan kuasa yang berbeda, yaitu dengan kuasa Allah. Yesus sungguh mati dan sungguh dikuburkan.

Frasa selanjutnya aneh, “Turun ke dalam kerajaan maut.” Ini keunikan yang hanya terjadi pada satu orang, yaitu Yesus yang berinkarnasi. Yesus berinkarnasi membuktikan bahwa Ia sengaja datang dengan tujuan istimewa. Kematian Yesus adalah kematian yang direncanakan Tuhan Allah. Alkitab berkata, “Di dalam segala hal Ia sama seperti kita, mengalami semua yang kita alami, hanya saja Ia tidak berdosa” (Ibr. 4:15). Ketika dicobai, kita sering gagal dan kompromi, sedangkan Yesus tidak. Semua pencobaan Ia tolak dan tidak berkompromi sama sekali. Yesus berdiri tegas dan berkata kepada Allah, “Aku datang menjalankan kehendak-Mu. Segala tentang Aku sudah tertulis dalam gulungan-Mu.” Yesuslah satu-satunya manusia yang taat mutlak sampai mati kepada rencana dan pengaturan Allah Bapa-Nya di sorga. Ia mati dengan rela, membuktikan Ia boleh mati tetapi tidak dikalahkan maut. Kisah Para Rasul mencatat semua ini dan Pengakuan Iman Rasuli mengakui, bahwa Ia mati, dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.

Frasa “turun ke dalam kerajaan maut” baru muncul di abad ke-7. Sebelumnya, orang Kristen masih simpang siur pengertiannya. Ada yang mengatakan bahwa Yesus pernah masuk neraka, dan ada yang mengatakan tidak mungkin, karena sebelum mati Ia sudah berjanji kepada perampok itu, “Hari ini juga engkau akan bersama-sama Aku di Firdaus.” Jika Yesus ke Firdaus, berarti Ia tidak ke neraka. Jika Yesus ke alam maut, berarti Ia tidak ke Firdaus. Maka pernyataan ini muncul ketika Rufinus memasukkannya ke dalam versi PIR-nya dan diakui di gerejanya di Aquileia, Italia. Kemudian sekitar delapan ratus tahun kemudian, Luther dan Calvin juga mengakuinya, hingga menjadi versi Pengakuan Iman Rasuli yang hingga sekarang kita ikrarkan setiap minggu. Kini tugas kita yang dalam lima ratus tahun terakhir untuk terus mengingat dan menyatakannya, sehingga gereja harus mencantumkan kalimat ini dalam Pengakuan Iman Rasuli dan diikrarkan setiap minggu. Jika engkau pergi ke gereja yang tidak mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli, engkau harus berhati-hati, karena gereja yang tidak memiliki kredo berarti tidak menghargai doktrin dan tidak mengetahui apa yang mereka percayai. Di Indonesia ada orang-orang yang kaya bisnis gereja. Jika kita tidak kembali kepada firman, gereja menjadi sarang setan dan menipu banyak orang. Mereka merasa sudah Kristen dan tidak perlu lagi diubahkan dan mendengar pengajaran Theologi Reformed. Kita perlu berdoa agar kita sendiri menjadi kaum yang menguduskan dan memuliakan nama Tuhan di atas bumi.

Yang membunuh Yesus adalah orang Farisi, yang memaku-Nya adalah orang-orang Romawi, yang menghina Dia adalah orang-orang Saduki dan Yahudi. Mereka menganggap Yesus pengkhianat, orang yang berani melawan Allah, menginjak-injak Taurat Musa, dan melanggar seluruh hukum Perjanjian Lama. Ketika melihat Yesus mati, mereka menyangka urusan mereka telah selesai. Pembunuhan banyak didasarkan atas iri hati dan perasaan terancam oleh musuh yang harus dilawan. Demikian pula ketika Kain membunuh Habel. Mereka berkata, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Setelah Yesus disalibkan, mereka lega karena mereka anggap urusan sudah selesai. Mereka tidak tahu bahwa Alkitab mengatakan bahwa mereka sedang membunuh Penghulu Hidup (Kis. 3:15). Mereka menyerahkan Yesus kepada para pendosa untuk dihakimi dan dipaku di atas salib, tetapi Ia tidak mungkin ditawan oleh kuasa maut. Maka Ia pun bangkit.

Di dalam Kisah Para Rasul 7, Stefanus berkata, “Tuhan mengirim yang suci, yang benar, Sang Kudus, Sang Benar itu sudah tiba, tetapi Israel membunuh Yesus. Meski engkau membunuh Penghulu Hidup, Allah membangkitkan-Nya kembali.” Jika saya mau merusak setangkai bunga, saya dapat merusaknya dengan mudah, karena bunga mudah dirusak dan dihancurkan. Tetapi jika saya mau memisahkan air dalam gelas dengan pisau yang paling tajam sekalipun, saya tidak akan dapat melakukannya, karena air mustahil dipotong. Sekalipun pisau itu begitu keras dan kuat, sementara air begitu lembut dan tampak lemah, tetapi air memiliki kekuatan untuk langsung bersatu kembali, karena air memiliki sifat bersatu dan tidak bisa dipisahkan. Air mustahil menjadi kepingan-kepingan yang terpisah, karena ada wadah yang menampung, memelihara, dan mempersatukannya. Kecuali air itu keluar dari wadahnya, barulah ia menjadi tetesan-tetesan yang terpisah-pisah. Hidup Kristus adalah hidup yang utuh, tak terpecahkan, tak terhancurkan, dan menjadi Sumber Hidup bagi semua.

Ketika manusia berhasil memaku Yesus di kayu salib, mereka berpikir mereka sudah menang karena sudah berhasil membunuh Yesus. Mereka tidak tahu bahwa kematian Yesus itu bukan selamanya. Kalimat Yesus yang pertama di kayu salib, “Bapa, Aku datang menjalankan kehendak-Mu… Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan kalimat terakhir, “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku,” menyatakan Yesus yang berinisiatif. Mereka yang membunuh Yesus berpikir bahwa merekalah yang telah mengambil nyawa-Nya, padahal nyawa Yesus ada di tangan Allah, bukan di tangan mereka.

Yesus kembali kepada Bapa. Ia tidak pernah jatuh ke dalam tangan manusia. Yang membunuh-Nya hanya membunuh tubuh-Nya. Yesus pernah berkata, “Jangan takut kepada mereka yang hanya dapat membunuh tubuh, tetapi tidak bisa membunuh jiwa.” Hanya Yesus adalah Penghulu Hidup yang memiliki kuasa berkata seperti itu, tetapi kepada perampok itu Yesus berkata, “Hari ini juga engkau dan Aku ada di Firdaus.” Sekalipun Yesus pernah mengalami maut, tetapi Ia tidak pernah ada di bawah kuasanya. Inilah perbedaan kematian Yesus dari kematian semua manusia lainnya.

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, saya pernah berkata ada perbedaan kematian Yesus dari kematian manusia lain, yaitu: (1) Kita mati di bawah kuasa dosa, sedangkan Yesus mati di dalam rencana Allah; (2) Kita mati secara pasif, sedangkan Yesus mati secara aktif; (3) Kita ada di bawah kuasa maut dan menyerahkan tubuh kepada kematian secara terpaksa, sedangkan Yesus berada di atas kuasa maut dan menyerahkan nyawa-Nya sendiri; (4) Kematian kita adalah hidup yang ditelan kuasa maut sebagai upah dosa, sedangkan kematian Yesus adalah kematian yang menelan kuasa maut. Yesus adalah Pemberi dan Pemelihara Hidup.

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Kalimat itu berarti lebih dari yang kita perlukan. Kita tidak perlu khawatir akan keuangan. Jika semut pun tidak ada yang mati kelaparan, bagaimana mungkin Tuhan membiarkan manusia mati kelaparan? Jika engkau sungguh jujur, rajin, setia, dan sungguh-sungguh, bagaimanapun sederhananya hidupmu, engkau akan cukup makan dan tidak usah takut mati. Selama lebih dari 60 tahun melayani Tuhan, saya melihat ada semacam orang Kristen yang rakus dan akhirnya mati kekurangan dan kelaparan; tetapi ada semacam orang Kristen yang begitu berserah kepada Tuhan, mereka tidak pernah mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, akhirnya tetap hidup berlimpah, anak-anaknya Tuhan beri kecukupan. Jika Tuhan memanggil kita, dan kita mau menjalankan kehendak-Nya, mematuhi pimpinan-Nya, janganlah engkau banyak khawatir akan dirimu. Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah dan tubuh-Nya diserahkan kepada manusia. Tubuh-Nya pun tidak dibuang dan tidak satu pun tulang-Nya dipatahkan. Ketika kedua perampok dipotong kakinya, mereka berteriak begitu keras dan darah mengucur turun dengan deras dan mereka segera mati. Tetapi tubuh Yesus terpelihara, satu tulang pun tidak patah.

Yang disebut “kerajaan maut” adalah suatu tempat ke mana manusia harus pergi setelah ia mati. Di sini ada alam hidup, di situ ada alam maut. Di sini kerajaan manusia yang hidup, di situ kerajaan maut. Kerajaan maut adalah kerajaan rohani, tempat yang tidak bermateri. Sama seperti saat kita berkata, “Aku mencintai istriku.” Cintamu ditaruh di mana? Coba pegang. Tidak mungkin. Cinta ada di dalam hati, bukan? Tetapi sudah ganti hati, tetap cinta istri sendiri, berarti kalimat “cintaku dalam hatiku” adalah kalimat

kiasan puitis.

Di manakah sorga? Sorga adalah setelah manusia selesai hidup di dunia ini, lalu ditambah selangkah lagi. Itulah sorga. Sorga adalah tempat orang percaya kepada Tuhan, menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus, dan setelah selesai hidup di dunia ini ditambah satu langkah lagi. Neraka adalah tempat di mana orang yang tidak mau Allah, terus berbuat dosa tidak mau bertobat, maka setelah selesai hidup di dunia ini, lalu ditambah selangkah lagi, itulah neraka. Apakah ini benar-benar ada? Ya. Ini merupakan tempat rohani. Sesuatu yang rohani tidak berdimensi materi. Seperti kita mengatakan apakah “cinta” itu ada? Kita sulit menemukan di mana cinta, tetapi cinta sungguh-sungguh ada. Jika cinta itu tiba, siang malam saya memikirkan dia, ingin bersatu dengannya, sehingga jika bisa bertemu senang luar biasa dan jika berpisah sedihnya juga luar biasa. Itulah cinta. Cinta itu begitu real, tetapi tidak tahu di mana tempatnya. Demikian pula sorga, sorga itu ada, real, tetapi tidak tahu tempatnya. Aku beserta Allah. Di sorga aku menikmati sukacita sorgawi; di situ aku mengalami realitas rohani yang ada.

Yesus turun ke dalam kerajaan maut. Tempat apakah yang dimaksud dengan “kerajaan maut”? Mengapa Yesus harus pergi ke tempat orang mati? Tempat ini adalah tempat rohani yang real, tetapi tidak bisa dijelaskan secara materi, karena bukan sebuah realitas yang material, fisik, dan geografis. Tidak ada dimensi panjang, lebar, atau tingginya. Sesuatu realitas yang real, tetapi tidak mudah untuk dimengerti. Yesus benar-benar turun ke dalam kerajaan maut. Ia pergi untuk mempersiapkan dan berjuang bagi kita, di tempat yang real, ada kerajaan yang real, ada Iblis yang untuk sementara menjadi penguasanya. Yesus pergi ke situ untuk berperang melawan Iblis dan mengalahkannya, menjadi Tuhan dari hidup yang menang dan menyiapkan keadaan untuk dapat menerima kita kembali kepada-Nya

PENGAKUAN IMAN RASULI - Pdt. Dr. Stephen Tong– Bagian 23: Butir Kedua (17) ... turun ke dalam kerajaan maut.

Tema “Yesus dikuburkan” senantiasa menggetarkan hati saya, karena seumur hidup Ia tidak pernah memikirkan bagaimana jika Ia mati, siapa yang akan menyediakan kuburan bagi-Nya. Sekarang banyak pendeta yang belum mati tetapi terus memikirkan di mana nanti dikuburkan, bagaimana mendapat uang pensiun, dan seterusnya. Hal-hal demikian tidak dipikirkan dan diajarkan Yesus sebagai bagian dari pelayanan-Nya. Yesus begitu rela dan bersedia mati, dan Allah sudah menyiapkan kuburan yang terbaik dan baru bagi-Nya. Allah mengetahui kebutuhan kita, sehingga jangan terlalu khawatir dan memikirkannya. Jika kita mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, yang engkau perlukan akan Allah tambahkan. Yesus sudah dikuburkan.

Frasa selanjutnya adalah “turun ke dalam kerajaan maut.” Kalimat ini sangat kontroversial dan banyak diperdebatkan sepanjang sejarah. Tetapi, frasa ini belum muncul sampai abad ketujuh dalam Kredo Aquileia. Frasa ini bukan tidak penting, sehingga baru tercantum tujuh ratus tahun kemudian, melainkan sangat penting, namun sampai saat itu terdapat keraguan sehingga menunggu hingga yakin baru dicantumkan. 

Pengertian “kerajaan maut” jarang muncul dalam Alkitab dan pertama kali muncul dari mulut Yakub ketika ia diberi tahu bahwa salah satu anaknya, yaitu Yusuf, dimakan binatang buas, padahal itu adalah penipuan dari sepuluh saudara Yusuf. Ia begitu sedih, lalu berkata, “Anak yang paling kukasihi sekarang dimakan binatang buas. Mengapa ia yang sekarang harus mati? Aku harus berkabung sampai mendapatkan anakku dalam dunia orang mati” (Kej. 37:35). Di sinilah pertama kali muncul istilah “dunia orang mati.” Dunia ini adalah dunia tempat orang hidup, setelah kita mati akan pergi ke dunia orang mati. Karena ketidakjelasan pengertiannya, maka ada yang mengatakan bahwa dunia orang mati itu sebenarnya adalah kuburan; atau ada orang lain yang menyangkal dan menolak pandangan itu karena dianggap terlalu dangkal, lalu ia berpandangan bahwa jiwa pergi ke suatu tempat rohani, yang bukan bersifat materi, bukan bersifat fisik yang tampak.

Namun, pandangan ini masih menemui banyak kesulitan. Mazmur mengatakan bahwa mereka yang di dunia orang mati tidak dapat menyembah dan memuji Allah; dan ada juga yang mengatakan orang mati jiwanya tidur, tidak berperasaan, tidak tahu apa-apa, berbeda dengan lingkungan di mana ia berada. Ia hidup di dalam kondisi yang berbeda dengan dunia yang penuh sensasi dan perasaan. Maka, banyak orang menduga bahwa orang yang sudah mati sedang tidur di akhirat.

Tetapi, istilah “gehenna” di dalam Perjanjian Baru sangat berbeda. Sebenarnya, di setiap kota besar ada problem yang sulit dibereskan, seperti kasus membereskan masalah sampah di Jabodetabek. Tumpukan sampah dari lebih tiga puluh empat juta manusia sangat tidak mudah diselesaikan. Maka ada tuntutan untuk dibakar. Ketika dibakar, berarti ada api yang menelan semua sampah tersebut. Api tersebut menghanguskan, mengurangi eksistensi sampah tersebut. Ibrani 12:29 menulis, “Allah kita ialah api yang menghanguskan.” Allah digambarkan membereskan sampah terbesar, yaitu dosa, dengan api yang menghanguskan (consuming fire). Tempat sampah di luar kota Yerusalem disebut gehenna, artinya akhirat. Yesus turun ke dalam kerajaan maut, ke akhirat. Menurut kaum liberal, yang disebut akhirat adalah tempat bakar sampah, tempat yang sangat sederhana, bukan tempat rohani yang jauh di kekekalan. Apakah “turun ke dalam kerajaan maut” yang belum muncul sampai Kredo Aquileia merupakan ajaran yang disimpulkan untuk menjadi iman Kristen? Ataukah “gehenna” di Yerusalem dipakai untuk melukiskan tempat di mana semua dosa dihanguskan, dihancurkan, dan dilenyapkan? Tafsiran ayat ini datang dari berbagai denominasi yang berbeda-beda, sehingga banyak orang kemudian menafsir gehenna bukan sebagai tempat ke mana manusia pergi setelah kematian, tetapi lebih dimengerti sebagai kuburan, penghangusan, pembakaran sampah.

Orang Katolik berkata, sebelum Yesus datang ke dunia, di Perjanjian Lama sudah banyak orang percaya, ada yang sungguh-sungguh dan ada yang main-main. Orang percaya yang biasa-biasa banyak, munafik sangat banyak, sementara yang suci dan sungguh-sungguh sangat sedikit. Ketiga model orang Kristen ini sesudah mati apakah akan ke tempat yang sama? Tidak. Tuhan memperkenankan mereka yang suci dan beribadah ketika mati, sekalipun pada masa sebelum Tuhan Yesus datang, dan akan memasukkan mereka ke dalam limbus (Lat.: kerajaan maut bagian Abraham). Abraham memangku Lazarus dan mereka semua yang beribadah, yang suci, yang cinta Tuhan, dan takut akan Tuhan. Tetapi mereka yang jahat, yang tidak beribadah, yang berdosa, sekalipun berkata percaya Tuhan, setelah mati mereka akan turun ke tempat api seperti neraka. Maka, orang Katolik percaya ada dua macam tempat manusia yang mati, sesuai kondisi dan mutu rohani mereka. Oleh karena itu, Yesus berkata, Lazarus di pangkuan Abraham, sementara orang kaya di tengah api yang begitu panas dan menyiksa. Orang kaya itu melihat Abraham dari jauh dan berkata, “Bapa Abraham, kirimkan Lazarus agar ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, karena aku sangat kesakitan di sini.” Orang Katolik percaya yang disebut kerajaan maut terbentuk dari dua bagian, yaitu: 1) bagian api dan 2) bagian yang terdapat air dingin. Mereka menciptakan doktrin yang salah yang disebut “tempat api penyucian.” Tempat ini secara kontras ada di tengah panas dan dingin, tempat yang berapi dan yang berair dingin. Jika orang berdosa dan mati, engkau akan ke tempat api penyucian. Di sana engkau dibersihkan sampai dosamu yang terkecil diselesaikan semua, baru engkau bisa diangkat ke sorga. Jika tidak diangkat, engkau akan terus-menerus di situ menerima siksaan. Maka orang Katolik menemukan purgatory (api penyucian), yaitu akhirat yang tidak habis-habis sengsaranya, karena seseorang diletakkan di tempat antara api dan air dingin. Mereka merasa ini cara terbaik untuk membuat orang takut hukuman dalam kekekalan dan tidak berani sembarang berbuat dosa. Api penyucian menjadi doktrin yang menakutkan bagi seluruh Eropa. Tetapi kemudian ada ajaran penghiburan yang diberikan. Tuhan berkata, “Engkau tidak perlu mati di sana, tidak usah diuji lagi, tetapi harus membayar uang.” Maka terjadilah kerusakan agama dengan doktrin pembayaran utang untuk menyelamatkan orang dari api penyucian. Ini menjadi bisnis agama, korupsi agama, dan distorsi agama. Orang membayar uang yang banyak untuk mendapat pembebasan orang mati dari akhirat. Dengan cara bisnis seperti ini, para pimpinan Gereja Katolik berharap mendapatkan uang banyak untuk membangun gedung gereja dengan kubah yang sangat besar, yaitu Basilika St. Petrus di Roma.

Peristiwa ini sangat mengganggu hati nurani Luther, yang berkata, “Aku membaca Alkitab dan tidak pernah melihat ada api penyucian. Aku mempelajari firman Tuhan dan tidak pernah tahu manusia bisa dibinasakan lagi.” Titus berkata, “Seorang diselamatkan melalui baptisan kudus yang memberi hidup.” Paulus berkata, “Melalui baptisan mendatangkan kehidupan.” Mereka menafsirkan, jika mau diampuni dosa dan diselamatkan harus membeli surat penebusan dosa. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa orang yang masuk neraka bisa dibantu dengan membeli tiket agar bisa diloloskan dari neraka, karena Allah adil adanya. Hal ini menyebabkan Luther sukses dalam revolusi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan agama. Namun, kaum Lutheran sendiri masih belum jelas tentang ke mana perginya orang mati, sehingga dalam hal ini mereka masih mengadopsi ajaran Katolik. Luther mengembalikan Injil yang murni, tetapi ia tidak mempunyai tafsiran lain kecuali tafsiran yang sudah ada ini. Maka, bagi orang Katolik dan Lutheran, Yesus turun ke dalam kerajaan maut berarti Yesus pergi ke dunia orang mati bagian yang benar. Yesus bukan turun ke bagian mereka yang dihukum dengan api, tetapi ke bagian mereka yang diistirahatkan dalam pangkuan Abraham. Dalam cerita Tuhan Yesus tentang Lazarus dan orang kaya, diceritakan orang kaya itu pergi ke dunia orang mati, disiksa, dan kehausan tiada habisnya. Maka, orang Katolik percaya adanya api penyucian, di mana orang yang ingin diselamatkan dapat membayar tiket untuk mengangkat jiwa yang sudah masuk ke situ, dan melalui jasa anak atau kerabatnya bisa keluar dari sana. Inilah keselamatan sesudah kematian. Mereka berkata, “Bukankah Alkitab mencatat, Tuhan Yesus pergi mengabarkan Injil kepada orang mati?” Tetapi ini sangat sulit ditafsirkan. Umat Perjanjian Lama yang mati dan diselamatkan dikumpulkan di sana. Mereka yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus berteriak, “Puji Tuhan! Tuhan Yesus sudah datang!”

Orang Katolik dan Lutheran percaya, Tuhan Yesus turun ke dalam kerajaan maut mengumumkan kerygma (Yun.: kabar kemenangan dalam peperangan), yang berarti manusia sudah boleh langsung secara berani memandang kepada Kristus yang sudah menggenapi rencana keselamatan. Jadi, bagi orang Katolik dan sebagian orang Protestan, khususnya Lutheran, Tuhan Yesus turun ke dalam kerajaan maut membuktikan rahasia kemenangan-Nya mengalahkan setan dan berkata, “Kau yang tertahan di sini, yang menjadi orang baik dan menantikan Mesias sejak Perjanjian Lama, Akulah Mesias dan Aku sudah bangkit dari kematian. Aku memberitakan kabar kemenangan kepada mereka yang pernah ditahan dalam kerajaan maut.” Jadi, bagi orang Katolik dan Lutheran, tidak sulit jika ingin mengerti bagaimana Tuhan Yesus masuk ke neraka, turun dalam kerajaan maut, karena Ia sengaja pergi untuk berkata, “Genaplah kemenangan dan kemuliaan Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian melalui ketaatan-Nya.”

Tetapi Calvin memiliki pandangan yang berbeda. Kita melihat ketika Tuhan Yesus mati dan dikuburkan, di atas salib Ia berkata, “Genaplah” – artinya harus dikaitkan satu dengan yang lainnya, di mana Yesus mati menanggung dosa kita dan Yesus bangkit agar kita dibenarkan. Yesus mati dan turun ke dalam kerajaan maut. Setiap orang berdosa harus mati dan setelah mati masuk ke tempat di mana hukuman Tuhan tiba: api yang membakar. Calvin tidak percaya bahwa kematian ada dua tempat, sehingga Yesus pergi ke tempat yang suci, di mana umat Perjanjian Lama sudah sekian lama menantikan dan mengharapkan Mesias tiba pada mereka, orang berdosa, untuk memberikan keselamatan kepada mereka. Dalam keadaan inilah Yesus pergi ke sana.

Kaum Calvinis dan Reformed Injili tidak menerima pendapat Katolik dan Lutheran. Ketika Yesus berkata, “Hari ini juga engkau dan Aku bersama-sama di Firdaus,” berarti Ia bukan dua setengah hari menginap dalam kerajaan maut, karena hari itu juga Ia sudah bersama dengan perampok itu di Firdaus yang disiapkan Allah. Pengertian Yesus turun ke dalam kerajaan maut tidak semudah yang kita pikirkan. Tetapi, Yesus “turun ke dalam kerajaan maut” jelas dicatat dan diterima, khususnya setelah Kredo Aquileia. Tujuh abad kemudian terjadilah Reformasi yang menjernihkan dan membereskan banyak hal yang tidak terlalu jelas dan kacau. Setelah terjadinya Reformasi, para Reformator utama menerima frasa ini. Luther dan Calvin percaya frasa ini benar.

Ketika di kayu salib, Tuhan Yesus berkata, “Aku akan pergi kepada Bapa, membawa dan memimpinmu bersama Aku dalam Firdaus dan menerima perjamuan Tuhan.” Jika Ia turun ke dalam kerajaan maut, mengapa Yesus berbicara kepada perampok itu, “hari ini juga …” Jika Ia ada di Firdaus, apakah berarti hanya tubuh-Nya yang dimasukkan ke dalam liang kubur? Apakah relasi kubur Yesus dengan dunia orang mati di mana Allah tidak membiarkan Dia ditinggal di sana? Ada dua penekanan penting kaum Reformed di dalam Kristologi: “Engkau tidak menyerahkan Aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mzm. 16:10). Allah tidak mengizinkan tubuh Yesus menjadi rusak, sehingga Yesus, Sang Firman yang menjadi daging, dipaku di atas kayu salib, dibunuh, diturunkan dari salib, dimasukkan ke liang kubur yang baru. Ini tahapan dari sorga: Firman, turun menjadi daging, mati dibunuh, jasad-Nya dikebumikan di kuburan yang baru, hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Di tengah prosesi turun dari sorga ke bumi, lalu naik ke atas salib, dari salib mati dikuburkan selama dua setengah hari, dan hari ketiga pagi-pagi Ia bangkit, apakah ada kemungkinan tubuh Yesus rusak? Seturut Mazmur 16, Allah tidak mengizinkan tubuh Yesus bisa rusak, karena tubuh-Nya berbeda, atau Allah memelihara-Nya sehingga tidak terjadi kerusakan. Saya percaya berdasarkan dua alasan ini:

a) Tubuh Yesus berbeda, karena Ia bukan hasil hubungan pria dan wanita, maka Yesus tidak berdaging yang sama seperti kita. Di satu sisi, Ia berdaging agar boleh mati, tetapi di sisi lain, Tuhan tidak mengizinkan daging-Nya rusak. Pada hari ketiga, tubuh Yesus yang sudah mati itu utuh dan kembali hidup. Ia berkata, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya.” Beberapa kalimat penting ini tercantum di Wahyu 1:18. Di antara seluruh prosesi ini, tidak ada unsur kemungkinan tubuh-Nya rusak, maka Ia menjadi daging kebangkitan yang pertama sebagai Anak Sulung, buah sulung yang memberi tanda dan jaminan bagi kita pada saat Hari Tuhan tiba, kita akan dibangkitkan pula dengan tubuh yang akan seperti tubuh Yesus. Ada perbedaan, di mana pada saat kebangkitan kita, tubuh kita dari yang bisa rusak menjadi yang tidak bisa rusak. Ini tidak berlaku bagi tubuh Yesus, karena tubuh Yesus tidak pernah berubah dari yang bisa rusak menjadi tidak rusak. Saya percaya, Allah tidak mengizinkan kerusakan pernah mencampuri, menyerang, atau ada dalam natur tubuh inkarnasi-Nya. Akhirnya Allah memberi-Nya hidup yang kekal dan tidak bisa rusak, meski dalam daging.

b) Maka, Yesus turun dalam kerajaan maut, bukan karena Ia kalah di bawah kuasa maut maka harus tunduk pada kuasa maut, tetapi secara inisiatif, atas kemauan sendiri, Yesus memberikan nyawa-Nya. “Tak seorang pun bisa mengambil nyawa dan hidup-Ku, tetapi Aku sendirilah, atas kedaulatan dan kerelaan-Ku sendiri, memberikan hidup-Ku. Jika Aku berhak menyerahkan nyawa-Ku, Aku berhak pula menerimanya kembali.” Sejak kematian sampai kebangkitan-Nya, tidak ada unsur kerusakan pada tubuh Yesus Kristus. Allah juga tidak mengizinkan Ia tergeletak, tertawan, atau tetap tinggal di dunia orang mati. Ia harus keluar, berarti kuasa maut tidak bisa mengalahkan, menawan, atau membelenggu-Nya. Sebaliknya, Ia mengalahkan kuasa maut. Ia sendiri mengembalikan dan membangkitkan diri-Nya sendiri.

Calvin dan Reformed Injili percaya bahwa Ia di sana tidak rusak dan kembali hidup selamanya dan Ia pergi ke dunia orang mati adalah rencana rahasia Allah yang begitu dalam, yang hanya bisa kita syukuri dan berakhir dengan memuliakan Allah, karena Ia telah menyiapkan seorang Juruselamat yang begitu ajaib. Kristus tidak mengalami kerusakan dan Ia harus turun ke dalam kerajaan maut, tetapi kerajaan maut tidak mampu menahan-Nya. Ia menjadi daging, tetapi tidak rusak, karena melalui tubuh-Nya, Kristus menjadi jaminan bahwa kita akan bangkit. Maka, Ia sendiri telah mengalahkan kerusakan dan tidak perlu rusak. Ia mengalahkan kuasa maut dan tidak perlu tinggal di dunia orang mati. 

Ketika di kayu salib, Tuhan Yesus berkata, “Aku akan pergi kepada Bapa, membawa dan memimpinmu bersama Aku dalam Firdaus dan menerima perjamuan Tuhan.” Jika Ia turun ke dalam kerajaan maut, mengapa Yesus berbicara kepada perampok itu, “hari ini juga …” Jika Ia ada di Firdaus, apakah berarti hanya tubuh-Nya yang dimasukkan ke dalam liang kubur? Apakah relasi kubur Yesus dengan dunia orang mati di mana Allah tidak membiarkan Dia ditinggal di sana? Ada dua penekanan penting kaum Reformed di dalam Kristologi: “Engkau tidak menyerahkan Aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mzm. 16:10). Allah tidak mengizinkan tubuh Yesus menjadi rusak, sehingga Yesus, Sang Firman yang menjadi daging, dipaku di atas kayu salib, dibunuh, diturunkan dari salib, dimasukkan ke liang kubur yang baru. Ini tahapan dari sorga: Firman, turun menjadi daging, mati dibunuh, jasad-Nya dikebumikan di kuburan yang baru, hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Di tengah prosesi turun dari sorga ke bumi, lalu naik ke atas salib, dari salib mati dikuburkan selama dua setengah hari, dan hari ketiga pagi-pagi Ia bangkit, apakah ada kemungkinan tubuh Yesus rusak? Seturut Mazmur 16, Allah tidak mengizinkan tubuh Yesus bisa rusak, karena tubuh-Nya berbeda, atau Allah memelihara-Nya sehingga tidak terjadi kerusakan. Saya percaya berdasarkan dua alasan ini:

a) Tubuh Yesus berbeda, karena Ia bukan hasil hubungan pria dan wanita, maka Yesus tidak berdaging yang sama seperti kita. Di satu sisi, Ia berdaging agar boleh mati, tetapi di sisi lain, Tuhan tidak mengizinkan daging-Nya rusak. Pada hari ketiga, tubuh Yesus yang sudah mati itu utuh dan kembali hidup. Ia berkata, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya.” Beberapa kalimat penting ini tercantum di Wahyu 1:18. Di antara seluruh prosesi ini, tidak ada unsur kemungkinan tubuh-Nya rusak, maka Ia menjadi daging kebangkitan yang pertama sebagai Anak Sulung, buah sulung yang memberi tanda dan jaminan bagi kita pada saat Hari Tuhan tiba, kita akan dibangkitkan pula dengan tubuh yang akan seperti tubuh Yesus. Ada perbedaan, di mana pada saat kebangkitan kita, tubuh kita dari yang bisa rusak menjadi yang tidak bisa rusak. Ini tidak berlaku bagi tubuh Yesus, karena tubuh Yesus tidak pernah berubah dari yang bisa rusak menjadi tidak rusak. Saya percaya, Allah tidak mengizinkan kerusakan pernah mencampuri, menyerang, atau ada dalam natur tubuh inkarnasi-Nya. Akhirnya Allah memberi-Nya hidup yang kekal dan tidak bisa rusak, meski dalam daging.

b) Maka, Yesus turun dalam kerajaan maut, bukan karena Ia kalah di bawah kuasa maut maka harus tunduk pada kuasa maut, tetapi secara inisiatif, atas kemauan sendiri, Yesus memberikan nyawa-Nya. “Tak seorang pun bisa mengambil nyawa dan hidup-Ku, tetapi Aku sendirilah, atas kedaulatan dan kerelaan-Ku sendiri, memberikan hidup-Ku. Jika Aku berhak menyerahkan nyawa-Ku, Aku berhak pula menerimanya kembali.” Sejak kematian sampai kebangkitan-Nya, tidak ada unsur kerusakan pada tubuh Yesus Kristus. Allah juga tidak mengizinkan Ia tergeletak, tertawan, atau tetap tinggal di dunia orang mati. Ia harus keluar, berarti kuasa maut tidak bisa mengalahkan, menawan, atau membelenggu-Nya. Sebaliknya, Ia mengalahkan kuasa maut. Ia sendiri mengembalikan dan membangkitkan diri-Nya sendiri.

Calvin dan Reformed Injili percaya bahwa Ia di sana tidak rusak dan kembali hidup selamanya dan Ia pergi ke dunia orang mati adalah rencana rahasia Allah yang begitu dalam, yang hanya bisa kita syukuri dan berakhir dengan memuliakan Allah, karena Ia telah menyiapkan seorang Juruselamat yang begitu ajaib. Kristus tidak mengalami kerusakan dan Ia harus turun ke dalam kerajaan maut, tetapi kerajaan maut tidak mampu menahan-Nya. Ia menjadi daging, tetapi tidak rusak, karena melalui tubuh-Nya, Kristus menjadi jaminan bahwa kita akan bangkit. Maka, Ia sendiri telah mengalahkan kerusakan dan tidak perlu rusak. Ia mengalahkan kuasa maut dan tidak perlu tinggal di dunia orang mati. 

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 24: Butir Kedua (18) ... turun ke dalam kerajaan maut.

Allah telah menyiapkan sebuah kuburan baru yang belum pernah dipakai untuk menyambut kematian Anak Allah yang tunggal, dan memberi-Nya tempat istirahat terbaik. Seperti telah diungkap sebelumnya, frasa “turun ke dalam kerajaan maut” belum muncul hingga abad ke-7. Umat Kristen memang pernah mendiskusikan tentang Yesus turun ke dalam kerajaan maut, tetapi belum pernah ditemukan sebagai suatu dokumen atau kredo. Barulah pada abad ke-8 dalam Kredo Aquileia yang ditemukan, muncul frasa “turun ke dalam kerajaan maut,” barulah secara harfiah, gereja mulai melihat dan harus memberi respons: Apakah pernyataan iman ini perlu, benar, dan alkitabiah?

Mengapa hingga 700 tahun lamanya orang Kristen belum menegaskan frasa ini secara jelas dan pasti? Saya percaya ada banyak usulan, alasan, dan pemikiran dunia kuno yang ditawarkan, sehingga mereka tidak gegabah untuk segera menuliskan. Kredo Aquileia menghentikan semua kesimpangsiuran dan menjadi dokumen yang sah, meski ini pun tetap diragukan banyak orang. Delapan ratus tahun kemudian, saat Reformasi terjadi pada abad ke-16, para Reformator terpenting dan terbesar (Luther, Calvin, Bullinger, Beza, Melanchthon, dan Zwingli) mengakui frasa ini dalam kredo, barulah dunia mulai tenang dan gereja mulai menerima bahwa Yesus pernah turun ke dalam kerajaan maut sebagai fakta sejarah dan kredo yang harus terus dipelihara.

Namun, pada abad ke-19 dan 20 ada beberapa orang yang tidak mau menerima frasa ini, termasuk ada pendeta yang menganggap Yesus tidak turun ke dalam kerajaan maut. Sebelum Yesus mati, Ia berkata, “Engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Bukankah melalui ayat ini Yesus berkata bahwa Ia tidak pergi ke neraka atau kerajaan maut, tetapi ke Firdaus? Bagaimana bisa kita menyangkali ucapan Yesus? Tafsiran “Yesus turun ke dalam kerajaan maut” bukan saja simpang siur, tetapi juga disimpulkan dalam berbagai tafsiran yang berbeda-beda.

Ada pandangan bahwa Yesus masuk dalam kuburan, karena kuburan itulah kerajaan maut, tempat ke mana orang mati pergi, seperti neraka, dan sebagainya. Pertama kali pengertian “akhirat” muncul di Perjanjian Lama keluar dari mulut Yakub, “Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, dalam dunia orang mati!” Berarti ia akan berkabung sampai mati, karena anak yang paling ia cintai, Yusuf, sudah dimakan binatang buas. Tetapi, ayat ini tidak memiliki penjelasan selanjutnya. Penjelasan selanjutnya muncul dalam bait-bait yang ditulis para penyair dan pemazmur. “Sebab dalam maut tidaklah orang ingat pada-Mu; siapakah yang akan bersyukur pada-Mu dalam dunia orang mati?” (Mzm. 6:6). Maka, yang disebut “akhirat” itu adalah tempat orang mati tenang, tidak ada kegiatan jiwa berbakti, memuji, atau bersyukur kepada Tuhan.

Masih ada beberapa ayat penting dalam Kitab Mazmur tentang akhirat. Yang terpenting adalah Mazmur 16 tentang Yesus Sang Kudus dari Allah yang belum inkarnasi ke dunia, “Sebab Engkau tidak menyerahkan Aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mzm. 16:10). Dua frasa ini berkata: (a) Jiwa-Nya tidak tertinggal di akhirat, yang merupakan tempat ke mana manusia pergi setelah mati. Bukankah ini berarti Ia pernah pergi tetapi tidak tinggal tetap di situ? Seperti kita mengunjungi penjara, lalu keluar lagi. Para napi ditahan di dalam, tetapi kita boleh keluar lagi. Demikian Yesus, sesudah bangkit, jiwa-Nya tidak tertahan di akhirat, tempat orang mati.
(b) Tubuh-Nya tidak mengalami kerusakan, yang merupakan dampak Kristus yang mati menggantikan kita. Selama lebih dari dua hari Ia dikubur dan pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Selama dikuburkan sampai bangkit dari kematian, tubuh-Nya tidak mengalami kerusakan. Setelah manusia mati selama 10-20 jam, tubuhnya akan mulai rusak, mengeluarkan ulat-ulat dan bau, dan tidak mungkin utuh lagi. Allah tidak mengizinkan Yesus mati lalu jiwa-Nya tertinggal di akhirat dan tubuh-Nya mengalami kerusakan, maka saat dibangkitkan, Ia bangkit dengan tubuh yang utuh dan jiwa-Nya kembali. Ini semua dicatat dari Kejadian sampai Wahyu. Kristus Sang Kudus dari Allah, Firman yang berinkarnasi, Tuhan yang menjadi manusia, Ialah manusia sejati yang berdarah dan berdaging. Kristus tidak tertahan di kerajaan maut, tubuh-Nya tidak rusak dan Ia bangkit.

Menurut urutan waktu, Yesus disalibkan, mati, dikuburkan, dan turun ke dalam kerajaan maut. Yesus turun ke dalam kerajaan maut setelah Ia mengembuskan napas terakhir, menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku,” lalu Ia mati. Setelah itu baru Ia pergi. Jika nyawa-Nya diserahkan kepada Bapa, apakah Bapa yang melemparkan nyawa-Nya ke dalam kerajaan maut? Atau Bapa memelihara-Nya di Firdaus? Kita pikir Ia bersama perampok yang bertobat di Firdaus di pangkuan Allah, berarti Tuhan memelihara Dia. Tetapi, mungkinkah Allah memakai Dia menggantikan kita, menyuruh-Nya turun ke dalam kerajaan maut sebagai Pengganti, agar kita tidak pergi? Pada saat orang kaya dan Lazarus mati, orang kaya itu ingat siapa Lazarus dan tahu kondisinya. Ia masih sadar dan ada dalam api penyiksaan. Ia berkata, “Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus agar mencelupkan jarinya ke air dan menyejukkan lidahku sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” Ini satu-satunya penjelasan tentang sesudah mati manusia ke mana. Yesus mengerti segala sesuatu karena Ia adalah Allah Sang Pencipta, Ia memberitahukan bahwa setelah mati Ia akan pergi bukan ke satu tempat, tetapi ke satu tempat yang terdiri dari dua bagian. Satu bagian disiksa dan terus menderita bagi mereka yang berbuat jahat, tidak beriman kepada Tuhan, dan tiap kali ada kesempatan berdosa terus. Tetapi satu bagian lagi namanya “pangkuan Abraham” ke mana kaum beriman pergi, yaitu kaum beriman di Perjanjian Lama, yang memilih hidup suci, bajik, adil, dan penuh kasih. Maka kita harus melihat adanya dua tempat, yaitu tempat berapi dan tempat di mana ada pangkuan Abraham.

Tidak ada pengajaran tentang dua tempat ini secara jelas di dalam Perjanjian Baru, sampai Kitab Wahyu memberikan pengertian tentang Yerusalem Baru, tentang neraka yang tidak berhenti-henti dan siapa yang masuk ke dalamnya. Sesudah Yesus mati, Ia turun ke dalam kerajaan maut. Langkah ini berarti tindakan sesudah Ia mati dan dikuburkan. Pemikiran ini telah menjadi konsep ajaran Katolik di dalam menjelaskan seluruh Alkitab, yaitu: Yesus masuk ke tempat di mana Lazarus pergi. Yesus turun ke dalam kerajaan maut, Ia tidak masuk ke tempat orang kaya pergi, karena orang kaya diberi tahu Abraham, “Di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi agar mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”

Orang Katolik juga berkata, “Yesus sudah mati, turun ke dalam kerajaan maut.” Ia turun ke bagian pangkuan Abraham. Ia pergi sebagai Pemenang, karena Ia adalah Anak Allah, Firman yang menjadi daging, Allah yang menjadi manusia berdarah dan daging, dan akhirnya melalui kematian-Nya Yesus berperang melawan penguasa maut yaitu Iblis. Yesus sengaja mati untuk melepaskan orang yang sudah mati sebelum Dia, yang beriman, dan berbuat bajik, tetapi belum sampai melihat Yesus menang di atas salib. Mereka tertahan di alam maut, sedang menantikan waktu pelepasan karena iman mereka. Pada saat Yesus mati, Ia pergi ke dunia orang mati, kerajaan maut. Menurut Katolik dan Lutheran, Yesus pergi ke pangkuan Abraham. Ia di situ mengumumkan dan memproklamasikan, “Rencana anugerah keselamatan dari Tuhan sudah disiapkan Allah Bapa dan Aku sebagai Anak Allah sudah menggenapinya. Aku sudah menang, Aku sudah menaklukkan setan. Di sini Aku memproklamasikan bahwa pengharapanmu yang telah kau nanti-nantikan tidak sia-sia dan kosong, sekarang sudah terjadi dan tergenapi. Karena itu sekarang Aku memberikan keselamatan kepada kalian semua yang mati di Perjanjian Lama.” Orang Katolik dan Lutheran percaya bahwa di dalam kerajaan maut ada sebagian orang diselamatkan, tetapi Yesus belum datang. Mereka telah menantikan selama ratusan bahkan ribuan tahun. Ketika Yesus datang, mereka baru sadar, “Apa yang kupercayai itu benar, apa yang kuharapkan dari Kristus telah digenapi, dan Kristus Tuhanku telah menang dan menaklukkan kuasa setan.” Maka, mereka berterima kasih dan berseru, “Haleluya!” Sedangkan yang mati tidak beriman, berbuat jahat, tidak mengenal dan berharap kepada Kristus akan berada dalam api selamanya. Di sini terjadi pemisahan.

Ketika Luther membongkar dan merubuhkan kesalahan Katolik, Calvin membangun kembali struktur iman kepercayaan yang sistematis dan lengkap. Calvin memiliki pikiran yang berbeda. Pemikiran Katolik dan Lutheran berbeda di poin ini dengan pemikiran Calvin. Calvin berkata, frasa “turun ke dalam kerajaan maut” bukan kata kerja, tetapi kata sifat. Jadi, Yesus turun bukan secara geografis, tetapi Ia merendahkan diri. Inilah artinya “turun”. Sebagaimana Ia turun dari sorga ke bumi, Ia turun dari derajat Allah menjadi manusia, Pencipta menjadi serupa dengan ciptaan, yang tidak tampak menyatakan diri secara kasat mata, Sang Pencipta langit dan bumi masuk ke dalam dunia ciptaan-Nya. Turun ke dunia, sebagai manusia yang tidak punya hak asasi. Ia direndahkan, diremehkan, diejek, diumpat, difitnah, diadili, dan dipaku di atas salib. Turun terus merendahkan diri menjadi manusia yang paling hina di dunia.

Calvin berkata bahwa Ia bukan saja turun untuk dihina, bahkan sampai menerima sengsara salib dan sengsara neraka, yaitu seperti orang yang berada dalam penghukuman Tuhan. Ia turun dalam sengsara neraka tetapi ditanggung di atas salib. Ada perbedaan dengan urutan: sesudah mati Ia dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Calvin berkata bahwa ketika Kristus di atas kayu salib, sebelum Ia mati, Ia sudah turun sampai ke dalam derajat hukuman neraka yang menakutkan. “Turun ke dalam kerajaan maut,” berarti Ia begitu merendahkan diri sampai menerima kematian seperti di neraka menggantikan kita. Penjelasan yang sama sekali berbeda, maka ajaran kepercayaan kita menurut Pengakuan Iman Rasuli sesuai dengan pengertian Calvin yang menjadi dasar Theologi Reformed.

Kita percaya Yesus mati bagi kita, sungguh menerima sengsara, kepahitan, dan hukuman yang terberat seperti di neraka. Pada saat orang Israel keluar dari tanah Mesir, Tuhan berkata, “Potonglah seekor domba lalu oleskan darahnya itu di atas ambang pintu, agar malaikat yang membawa maut, saat melihat ada darah di ambang pintumu, akan melewatimu.” Istilah pass over (Ind.: dilewati) menjadi Passover yaitu Paskah. Melewati, maka tidak masuk rumahmu, tidak membunuh anak sulungmu. Ia akan pass over, melewati, dan pergi ke tempat lain untuk membunuh anak-anak sulung Mesir. Itu namanya Paskah, melewati. Melewati karena di pintu ada darah domba. Maka anak sulung dalam rumah itu tidak usah mati, karena sudah ada domba yang mewakilinya untuk mati. Saat domba itu mati menggantikan orang yang memotong domba, berarti penggantian adalah cara Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya. Maka, Injil bersifat substitutif. Ini telah menjadi theologi yang penting baik di seluruh Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Pada waktu Yesus tampil di depan, dinyatakan pada banyak orang, Yohanes Pembaptis berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah yang memikul dosa seluruh umat manusia.” Mereka tahu siapa Yesus. Yesus ialah Juruselamat, domba yang disembelih, domba pengganti, seperti yang terjadi pada hari Paskah sesaat sebelum Israel keluar dari Mesir, harus ada domba yang mati menggantikan mereka. Ini semua sudah diatur Allah. Yohanes Pembaptis mengerti dengan jelas bahwa Yesus adalah yang ia layani. Yesus ialah Domba Allah yang disembelih, yang ditetapkan sejak dunia diciptakan, dan Juruselamat yang menggantikan kita.

Musa berkata kepada orang Israel, “Pada saat engkau menyembelih domba itu, darahnya dibubuhkan di atas ambang pintu, dagingnya tidak boleh dimasak dengan air, tetapi harus dipanggang dengan api.” Ketika saya menyelidiki, memikirkan kembali, domba Paskah yang tidak boleh dimasak dengan air tetapi harus dibakar dengan api, artinya Yesus harus melewati api neraka, mengalami penderitaan seperti hukuman di neraka. Yesaya 66:24, menyatakan bangkai mereka yang telah memberontak kepada Tuhan, ulat-ulatnya tidak akan mati dan apinya tidak akan padam. Ini berarti berada di dalam penderitaan kekal. Calvin berkata, “Yesus turun ke dalam kerajaan maut saat di atas salib.” Berarti bukan tubuh-Nya yang sudah mati dan dikuburkan baru turun ke dalam kerajaan maut, tetapi pada saat sebelum mengembuskan napas terakhir, sebelum mati di atas salib, Ia sudah menanggung dosa kita dalam tubuh-Nya di atas salib.

Menurut 1 Petrus 2:24, Yesus dipaku di atas kayu salib dan Yesus menanggung dosa kita di dalam tubuh-Nya di atas salib. Itu berarti, sebelum Tuhan Yesus mati, Ia sudah menanggung dosa kita, menerima hukuman terberat yang seharusnya masuk dalam neraka karena di situ ada api. Dibakar dengan api, berarti Yesus menanggung penderitaan sengsara sepahit, sekejam, dan sesusah seperti di neraka.

Ia berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Ditinggalkan Allah Bapa itu namanya neraka. Neraka yaitu tempat di mana tidak ada penyertaan Allah, tempat pemisahan untuk selamanya. Allah tidak menggubris, tidak lagi mengasihi, tidak lagi memelihara, dan tidak hadir. Itulah api neraka. Yesus menerima api neraka menggantikan kita. Itu artinya Ia turun ke dalam kerajaan maut.

Jika kita mengikuti ajaran Katolik, Yesus ke situ memberi proklamasi, lalu mengumpulkan kaum suci dan dipindahkan ke sorga. Di dunia roh tidak ada atas-bawah, tetapi melampauinya. Yesus menggantikan dosa kita, turun ke dalam kerajaan maut, menanggung sengsara seperti di neraka saat Ia mati di atas salib.

Ada orang yang memakai butir dari Pengakuan Iman Rasuli ini untuk digabungkan dengan pengertian yang dia anggap benar, yaitu Yesus pergi ke dunia orang mati untuk mengabarkan Injil. Lalu dicari di Alkitab, ada dua kali di surat 1 Petrus. Orang mati ada Injil yang diberitahukan. Dan Yesus pernah melalui Roh itu pergi menginjili pada zaman Nuh kepada orang yang jiwanya tertahan. Kedua kalimat ini tidak boleh diartikan sebagai adanya kesempatan bagi orang mati untuk mendengar Injil dan bertobat. Kedua kalimat itu harus dimengerti, bahwa mereka yang sudah mati dulunya mereka pernah mendengarkan Injil tetapi mereka tolak dan sekarang mereka sudah berada di dunia orang mati. Artinya, pertama, mereka yang sudah meninggal pun pernah menerima pengabaran Injil. Mereka semua pernah punya kesempatan untuk bertobat tetapi tidak mau. Dan kedua, saat Petrus berkata, “Yesus memakai Roh pergi memberitakan kepada mereka yang dibelenggu pada zaman Nuh,” artinya tiap zaman orang-orang menginjili dengan kuasa Roh Kudus.

Tuhan berkata, “Buatlah bahtera, buka pintu untuk orang masuk, di situ ada keselamatan bagi mereka.” Nuh taat kepada Tuhan, langsung mengumpulkan kayu-kayu membuat bahtera yang sangat besar. Segala macam hewan boleh masuk. Nuh mengajak manusia juga masuk. Tidak semua manusia mau masuk, mereka menertawakan, melecehkan, dan menghina Nuh yang membuat bahtera di atas gunung, tetapi Nuh tahu ini kehendak Tuhan. Kapal yang begitu berat tidak bisa dibuat di laut, tetapi dibuat di darat, lalu menunggu sampai hewan-hewan masuk. Ketika hujan turun tidak berhenti 40 hari 40 malam, terjadilah banjir besar hingga kapal itu mengapung. Nuh memanggil orang-orang, “Marilah percaya kepada Tuhan, karena Tuhan berkata bencana akan datang, dunia akan dibasmikan.” Mereka menertawakan Nuh dan tidak mau masuk.

Roh Kudus mendorong Nuh menginjili. Roh Kudus adalah Roh Yesus Kristus. Ketika itu Nuh dengan Roh Kudus dari Yesus memberitakan Injil. Maka, dikatakan Yesus memakai Roh menginjili melalui Nuh kepada orang-orang di zaman itu. Jadi di setiap zaman ada orang-orang yang menginjili. Baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ada orang-orang yang mengasihi sesamanya, membuka tangan dan pintunya, mengajak orang kembali kepada Tuhan dengan sungguh bertobat. Mereka digerakkan Roh yang sama untuk menginjili. Itu berarti, Tuhan Yesus, sebagai Pribadi kedua Allah Tritunggal, pernah menginjili memakai Pribadi ketiga, yaitu Roh Kudus, menggerakkan Nuh untuk memberitakan Injil. Maka kalimat Pengakuan Iman Rasuli ini dan kedua ayat tersebut tidak dapat dipergunakan untuk mendukung penginjilan kepada orang mati

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 25: Butir Kedua (19) Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.

Tema Pengakuan Iman Rasuli kita masuk ke dalam bagian Kristologi yang menjadi standar iman Kristen segala bangsa dan segala zaman, yaitu sebuah kalimat pendek, “Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.” Inilah puncak dan fokus iman kepada Kristus. Jika Yesus hanya seorang baik, bermoral, rela berkorban, dan menjadi teladan bagi umat manusia, kita tidak perlu percaya kepada-Nya, karena jika Ia tidak bangkit dari antara orang mati, mustahil Ia menjadi Juruselamat kita.

Kristuslah Juruselamat yang menggantikan kita, mengalahkan kuasa maut, dan bangkit dari antara orang mati. Kalimat ini adalah kalimat yang amat dahsyat dan menggemparkan, karena tak seorang pun yang sudah dikuburkan keluar dari kubur. Inilah rahasia kemenangan dan kuasa terbesar yang Allah nyatakan di bawah kolong langit. Pengharapan baru dan kuasa terbesar yang melepaskan kita dari kuasa maut telah diberikan dalam sejarah. Hal yang faktual terjadi dalam pengalaman setiap orang Kristen, kubur Yesus telah kosong, tetapi hati setiap orang yang mengikuti-Nya terisi dan mengalami perubahan hidup. Orang yang tadinya berdosa, tetapi karena kuasa kebangkitan Kristus, bisa mengalahkan dosa dan hidup berkemenangan.

Hari Yesus bangkit merupakan hari terpenting di abad pertama. Kekristenan hari ini melihat hari yang terpenting adalah hari Natal. Banyak orang merayakan Natal karena ada kado. Khususnya anak-anak kecil dan remaja akan senang jika pada saat Natal ada Sinterklas dan pohon Natal, sehingga menjadi hari yang sangat meriah. Tetapi, di abad pertama umat Kristen tahu hari yang terbesar sepanjang tahun bukan Natal, tetapi Paskah. Kristus bangkit dari antara orang mati, itulah hari yang terbesar. Maka di abad pertama, Natal tidak dirayakan, karena tidak ada yang ingat atau memberitahukan tanggal kelahiran Yesus. Alkitab pun tidak menyatakan bahwa tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Tuhan Yesus. Tanggal itu muncul dari tradisi Gereja Katolik.

Gereja Katolik menentukan 25 Desember, yang berasal dari hari perayaan penyembahan matahari dalam tradisi Kekaisaran Romawi. Penyembahan matahari dilakukan setiap 25 Desember dan sekarang Kristuslah matahari keadilan yang sejati, maka dianggap lebih baik menyembah Kristus pada 25 Desember, bukan menyembah matahari secara fisik. Saya kira tidak salah kita mengambil satu hari untuk mengingat kelahiran Yesus. Ini fakta sejarah yang tidak bisa disangkal. Kita menganggap Yesuslah matahari keadilan sejati bagi seluruh alam semesta, maka kita menggantinya menjadi hari kelahiran Yesus. Namun yang penting, kita mengingat Yesus lahir tidak lebih besar daripada mengingat Yesus bangkit dari antara orang mati.

Kebaktian terbesar dan terpenting dalam gereja yang saya pimpin adalah Kebaktian Jumat Agung. Bagi saya, Jumat Agung itu dasar Hari Kebangkitan. Jika Yesus tidak mati, mustahil Ia akan bangkit. Kematian Yesus justru membuktikan bahwa Ia mampu mengalahkan maut, sehingga Ibrani 2:14 berkata, “Oleh kematian-Nya Ia mengalahkan Iblis, si penguasa maut. Kematian-Nya membuktikan kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa maut.” Maka, kematian bukan tujuan, tetapi metode atau cara yang Tuhan pakai untuk menuju kebangkitan yang jauh lebih penting daripada kematian.

Kalimat “Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati” menjadi pengharapan yang memutarbalikkan fakta “upah dosa adalah maut”. Kita berdosa, maka akibatnya kita mati dan tidak ada hari depan dan pengharapan, karena mati menjadi titik akhir. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa itu bukan titik atau tujuan terakhir, tetapi Yesus sengaja memakai kematian menunjukkan bahwa Ia menang atas kuasa maut. Maka, Yesus bangkit dari antara orang mati menjadi jaminan bahwa hidup kita bukan tanpa pengharapan atau akan ditelan maut. Sebaliknya melalui kematian-Nya, Yesus menelan segala kuasa maut dan bahkan Ia bangkit.

Seorang Puritan, John Owen, berkata, “Kematian Kristus merupakan kematian yang mematikan segala kematian.” Bagi semua orang, kematian harus menghentikan hidupnya, tetapi kematian Kristus justru mengalahkan dan mematikan segala kematian, bahkan Ia bangkit dari antara orang mati. Inilah kemenangan yang luar biasa: Yesus bangkit dari antara orang mati. Kematian Yesus berdasarkan kuasa yang tak terbatas. Hidup Kristus mempunyai kuasa yang tak terbatas yang mengalahkan yang terbatas. Dalam aritmetika, tak terhingga selalu lebih besar daripada angka berapa pun yang terhingga. Jika yang tak terbatas menggantikan yang terbatas, akhirnya akan tetap tak terbatas.

Ada dua ayat penting, yaitu: a) Ibrani 7:16 – “berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa”; dan b) 2 Timotius 1:10 – “mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”. Surat Ibrani dan 2 Timotius memberi tahu kita tentang hidup yang tidak berkebinasaan, yang tak terbatas, dan tak terhingga, yang menggambarkan mengapa Kristus bisa bangkit dari antara orang mati setelah dibunuh di atas salib, yaitu karena Ia mustahil dimatikan. Alkitab berkata, kematian Kristus merupakan kematian yang paling unik. Saya telah membahas tentang keunikan hidup Yesus secara jasmaniah yang berbeda dibandingkan dengan semua manusia yang hidup di dunia, karena tubuh Kristus bukan dilahirkan berdasarkan hasil persetubuhan antara laki-laki dan wanita. Maria tidak pernah bersetubuh dengan laki-laki sebelum mengandung bayi Yesus, tetapi ia melahirkan karena Roh Kudus, Allah Tritunggal Pribadi Ketiga, yang menyucikan dan menaungi rahimnya. Maka, kesucian rahim Maria yang mengandung Yesus merupakan sebuah misteri yang amat besar.

Paulus berkata, “Alangkah besarnya misteri Allah menjadi manusia.” Allah menyatakan diri dalam tubuh manusia. Frasa “Karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas” ini cuma muncul satu kali di Injil Yohanes 3:34. Roh Kudus yang tidak terbatas ada dalam rahim Maria, maka pertemuan kuasa Tuhan dalam tubuh Maria yang masih gadis mengakibatkan Yesus ada dalam rahimnya. Yesaya 7:14 berkata, “Seorang anak dara akan mengandung dan melahirkan seorang anak lelaki.” Ini melawan hukum biologi. Wanita tidak punya kromosom Y, hanya punya kromosom X, maka semua yang berasal hanya dari benih wanita saja mustahil melahirkan laki-laki. Maka, Paulus berkata, “Alangkah besarnya misteri ini bahwa seorang perawan dinaungi Roh Kudus, lalu mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.”

Tubuh Kristus: (a) bukan merupakan hasil pembuahan antara sperma dan sel telur dan (b) Allah tidak izinkan untuk mengalami kerusakan. Jika seorang manusia mati, tubuhnya tidak berfungsi lagi dan dalam 2x24 jam akan mulai rusak, semua elemen kehidupan akan rontok dan membusuk, lalu mulai muncul serangga kecil-kecil yang beterbangan, dan seluruh jasadnya mulai menjadi bau. Hal seperti ini tidak Allah izinkan terjadi pada tubuh Yesus. Allah memelihara tubuh-Nya sedemikian rupa agar tidak rusak dan bisa dibangkitkan dari antara orang mati dengan kondisi baik.

Yesus bangkit, artinya memberikan pengharapan bagi seluruh umat manusia bahwa tidak usah takut mati, karena kematian bukan titik akhir hidup manusia di dunia ini. Kita diciptakan menurut dalil fisik, di mana yang mati tubuhnya harus rusak, bau, dan hancur melebur dengan tanah. Inilah dalil umum orang berdosa. Tetapi Yesus turun ke dunia, Firman menjadi daging, memberikan kesanggupan dan kemungkinan yang berbeda, yaitu kita diberikan pengharapan menuju pada tubuh yang kekal dan tidak mungkin rusak lagi, karena penebusan Tuhan itu termasuk penebusan badaniah. Banyak orang Kristen hanya mengetahui bahwa kita diselamatkan secara rohani, artinya kita diampuni dosanya dan ditebus. Ini tahap pertama penebusan. Tetapi Alkitab berjanji bukan hanya itu saja.

Penebusan dibagi 3 tahap: (1) Secara status kita sudah ditebus, yaitu dosa kita diampuni dan kita diselamatkan, yakni kita diperanakkan kembali dan mendapat hidup yang baru. Ini kelahiran baru. Pada saat kelahiran baru, seluruh tubuh tidak ada perubahan, tubuh tetap menua, bisa sakit, lemah, dan terluka. Tetapi bedanya, kita mendapat sukacita penyertaan Allah yang konkret, di mana Allah berkenan masuk ke dalam hati dan hidup kita. Kita mendapat kepastian, pegangan, dan jaminan hidup dalam diri kita. Ini yang ditulis di Efesus, bahwa kita dibuktikan dan dijamin. Bagaikan seseorang membeli rumah, baru membayar uang muka dan sudah mendapat sebuah surat jaminan bahwa rumah itu miliknya, meski belum lunas. Demikian dengan keselamatan dari Tuhan. Ketika Tuhan Yesus menebus dan memperanakkan kita kembali, itu merupakan tanda atau meterai dari Roh Kudus yang memberikan kita jaminan bahwa kita sudah ditebus dan dibayar dengan darah Kristus. Maka, kita sudah menjadi milik Tuhan. Tahap pertama ini terjadi serentak.

(2) Pembersihan roh kita yang terus-menerus, tiada henti-hentinya. Tiap hari darah Tuhan Yesus membersihkan, mengoreksi, dan mengampuni kita. Yesus berkata, “Aku tidak meminta agar Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi Aku minta agar Engkau melindungi mereka dari yang jahat” (Yoh. 17:15). Tahap pertama, sudah secara status diselamatkan, diperanakkan, dan dijamin kita adalah anak-anak Allah. Tetapi, kita masih hidup di lingkungan para pendosa, penggodaan Iblis berlangsung setiap hari. Maka, perlu berdoa dan bersandar Roh Kudus tiap hari dalam berperang dengan dosa. Dalam Galatia 5, Roh Kudus berperang dengan nafsu, agar engkau tidak mudah melakukan apa yang kauinginkan. Jika engkau mau menjadi orang Kristen, engkau harus berani menanggung dan membayar harga sebagai orang Kristen. Tak seorang pun yang mutlak suci dan tidak bisa berdosa. Para rasul, Bapa-bapa Gereja, dan semua umat kudus mengalami hal ini, berperang dengan diri tiap-tiap hari. Kesalahan theologis John Wesley adalah ia beranggapan di dunia ini kita bisa menjadi suci dan tidak berdosa lagi. Ini salah! Alkitab mengatakan, selama hidup di dunia, kita yang sudah menjadi Kristen masih berperang dengan hawa nafsu, godaan Iblis, pengalihan dari dunia, dan harus senantiasa bersandar kepada Roh Kudus. Manusia harus membayar harga untuk terus menaati Roh Kudus dan berperang terus-menerus melawan godaan dunia. Dalam istilah theologi, ini disebut progressive sanctification (pengudusan yang progresif). Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk melawan diri kita sendiri dengan kekuatan baru agar kita sanggup mengalahkan Iblis, yaitu dengan bersandar pada-Nya.

Jika tiap hari menang, tahap kedua ini dilaksanakan dalam diri kita, menjadi kaum yang bertahan terus sampai Kristus datang kembali. Namun, justru inilah kesulitan orang Kristen. Banyak orang mau menghindar dari bagian ini, melarikan diri dari kewajiban, tidak mau memikul salibnya dan menyangkal dirinya, maka hidup mereka seperti orang-orang dunia. Ada orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan yang hidupnya lebih rusak dibandingkan orang-orang di luar, karena mereka tidak mau bersandar pada Roh Kudus, tetapi bersandarkan diri, kuasa dunia, dan kedagingannya sendiri. Orang yang mengikuti keinginan daging itu adalah orang Kristen yang tidak bersandar pada Roh Kudus, tetapi sudah diselamatkan. Kristen rohani itu sudah diselamatkan dan mutlak menaati Roh Kudus. Orang yang menuruti hawa nafsu adalah semacam orang yang belum Kristen.

Paulus tidak membagi orang Kristen seperti Stoikisme yang membagi orang menjadi 3 macam: Orang yang kedagingan (Yahudi); orang yang di tengah (Kristen); dan orang yang rohani (Gnostik). Pembagian seperti ini salah sama sekali. Theologi Watchman Nee dan Witness Lee terlalu mengikuti tradisi Yunani ini. Theologi Reformed justru menyatakan sebaliknya: Kristen bisa yang pertama, yang mengikuti keinginan daging; atau yang ketiga, yang taat pada keinginan Roh atau orang rohani; dan orang dunia yang di tengah. Maka, Kristen yang sudah menerima Tuhan, jangan memihak pada kedagingan. Jika kita memihak kedagingan, akhirnya akan rusak dan binasa. Tetapi, kita mesti belajar bagaimana mengikuti pimpinan Roh Kudus, taat pada teguran dan gerakan Roh Kudus. Ketika kita mengikuti pimpinan Roh Kudus, maka kita bersandar pada kuasa Roh Kudus melawan diri kita sendiri. Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.

Sebelum tiba di Papua, ada seorang pendeta Papua berkata kepada saya, “Jika Pak Tong mau datang ke Papua, tolong selesaikan dahulu 4 hal ini: penyakit AIDS, kemiskinan, dan dua hal lainnya.” Dalam khotbah saya, saya nyatakan bahwa keempat hal yang dikatakan pendeta Papua itu tidak ada orang yang dapat menolongnya. Yang bisa menolong hanya Tuhan melalui ketaatan mereka. Jika Papua ingin menaati Tuhan dan menemukan musuhnya ialah diri sendiri, lalu mau bersandar pada Roh Kudus memerangi nafsu diri sendiri, barulah ada harapan. Tidak ada seorang pun yang bisa menolongmu, karena musuh terbesarmu ialah dirimu sendiri.

Tuhan telah memberikan petunjuk, firman, dan jalan keluar bagaimana manusia hidup beres. Tetapi, para pengkhotbah dan pendeta tidak berani menegur dosa dan memberikan jalan keluar, karena mereka sendiri malas dan hidupnya tidak beres. Banyak pendeta yang tamak uang, korupsi, dan tidak beres. Ajaran yang membuatmu malas bekerja dan melarikan diri dari tanggung jawab itu ajaran pendeta palsu, pendeta penipu, termasuk beberapa pendeta yang begitu kelihatan dihormati dan dikagumi. Ratusan ribu orang Indonesia tercandu oleh pendeta-pendeta seperti ini. Beberapa waktu lalu, keponakan Pdt. Benny Hinn, Costi Hinn menulis di suatu website, “Benny Hinn pamanku, tetapi khotbah kemakmuran bukan bagianku.”1 Setelah bertahun-tahun menyelidiki Benny Hinn dan membaca Alkitab, ia mengambil kesimpulan bahwa yang dikhotbahkan Benny Hinn itu berbeda dengan ajaran Alkitab. Ia berkata, “Setelah saya membaca dan merenungkan Alkitab, saya tahu bahwa hidup Yesus itu miskin dan sederhana, sedangkan gaya hidup Benny Hinn terlalu kaya dan boros. Ajarannya berbeda dan melawan Alkitab. Itu ajaran palsu.”

Yesus begitu miskin, tinggal di tengah kaum miskin, Seorang yang sederhana, bukan mewah. Hanya pendeta penipu yang berkata, “Jika engkau percaya Yesus, engkau akan kaya raya,” lalu ia harus membuktikan dirinya kaya lebih dahulu. Ia memakai uang persembahan jemaat untuk membeli pesawat terbang pribadi agar ia sendiri terlihat kaya untuk menipu bahwa percaya Tuhan bisa kaya seperti dia. Ia kaya dari uang perpuluhan yang seharusnya untuk Tuhan dan ia rampas. Seumur hidup-Nya, Yesus hidup dalam kemiskinan dan kesulitan. Ia berkata, “Burung mempunyai sarang, serigala punya liang, tetapi Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Alkitab mencatat, Yesus terlalu sibuk, sampai tidak ada waktu untuk makan. Tiap minggu di Singapura, setelah selesai berkhotbah, jam 19.30-20.00 saya diberikan waktu untuk makan, tetapi saya selalu tidak makan karena terlalu letih. Lalu, saya masuk dalam sebuah ruang kelas dan tidur di kursi selama ±20 menit. Sekitar jam 19.50 saya bangun dan makanan sudah disediakan, tetapi saya tidak makan. Sepulangnya dari berkhotbah yang kedua, jam 21.30, hampir jam 22.00 saya baru tiba di hotel, saya baru makan malam. Saya teringat ucapan, Yesus tidak ada waktu untuk makan. Yesus turun dari sorga yang mewah dan mulia, lahir di palungan, hidup di tengah kaum miskin, dan hidup dengan tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya.

(3) Ia mati dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Ia menjadi teladan bagi kita. Alkitab berkata, tubuh kebangkitan-Nya menjadi buah sulung bagi semua tubuh yang akan dibangkitkan. Tubuh Yesus yang dibangkitkan dari kematian menjadi tubuh pertama, buah sulung. Apakah artinya buah sulung? Jika engkau menanam pohon, selalu akan ada buah yang paling dahulu muncul, biasanya itu enak sekali. Tidak lama kemudian barulah semua buahnya bermunculan. Kebangkitan Yesus Kristus secara tubuh adalah kebangkitan buah sulung yang mewakili semua orang yang akan dibangkitkan. Yesus bangkit lebih dahulu, menjadi buah sulung kebangkitan. Lalu nanti pada Hari Tuhan, kita semua akan dibangkitkan dan akan mempunyai tubuh kebangkitan seperti tubuh Kristus yang sudah bangkit 2.000 tahun yang lalu. Buah sulung ialah Kristus, buah yang banyak ialah kita. Buah sulung menjamin adanya buah-buah yang akan datang.

Orang yang menanam pohon dan menikmati buah sulungnya mengerti apa yang saya katakan di sini. Ia adalah buah sulung dari semua orang dalam Kristus yang akan ikut dibangkitkan seperti Yesus Kristus. Kita sedang menantikan hari itu. Jadi, kita memiliki tiga tahapan penebusan: 1) Dosa kita diampuni dan kita diperanakkan kembali. Ini sudah lewat. 2) Kita menaati Roh Kudus untuk mendapat kekuatan mengalahkan nafsu, pencobaan, dan godaan Iblis. Ini sedang berjalan. Dan, 3) Pada saat Yesus datang kembali, tubuh kita akan dibangkitkan dengan tubuh yang tidak bisa rusak. Ini yang akan datang. Jangan lupa, engkau anak-anak Allah! Mari kita menantikan kedatangan kembali Kristus dengan tekun, sabar, dan taat mengikuti pimpinan Roh Kudus, agar hidup kita selalu berkemenangan. 

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 26: Butir Kedua (20) Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.

Yesus mati dan dikuburkan. Allah memberi-Nya kuburan di pinggir kota Yerusalem, dekat sebuah taman, sebuah kuburan baru milik seorang kaya, Yusuf Arimatea. Allah di sorga tahu kebutuhan, mengatur sejarah, dan turut campur tangan di dalam setiap kehidupan orang yang dikasihi-Nya. Maka, sebenarnya kuburan itu telah disiapkan bagi Yesus yang akan mati disalib bagi umat manusia.

Malam itu, setelah diturunkan dari salib, Yesus dimasukkan ke kuburan yang baru itu. Saya percaya setiap hamba Tuhan yang melayani Tuhan tidak perlu banyak memikirkan kapan pensiun, jika tua nanti mati di mana, karena semua itu disiapkan Tuhan. Tuhan mengatur setiap langkah yang tidak direncanakan manusia, karena pikiran Allah jauh melampaui pikiran manusia. Barang siapa memelihara rumah Tuhan, Tuhan tidak akan lupa memelihara rumahnya. Tiga puluh tahun Yesus menantikan saat melayani Tuhan, dan selama tiga setengah tahun Ia bersusah payah melayani. Ketika Ia mati, disalibkan, dan diturunkan, Yesus masuk ke kuburan yang terbaik, yang sudah disiapkan Allah sebelumnya, tidak jauh dari Yerusalem.

Yesus lahir di Betlehem, dibesarkan di Nazaret, mati di Yerusalem. Pada pukul tiga sore, Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya, diturunkan dari salib, dimandikan, dibalur rempah-rempah seberat 45-50 kg, dibungkus kain kafan, lalu sekitar pukul enam sore sudah dikuburkan. Apakah Kristologi kita bisa menerima kedua istilah ini: “Yesus mati dan dikuburkan”? Dengan tubuh inkarnasi Yesus disalibkan, mati, dan dikuburkan. Di dalam kuburan, Tuhan tidak mengizinkan tubuh-Nya rusak. Maka pada hari yang ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Hal ini merupakan suatu gap (celah/jurang) di mana Ia pernah hidup, mati, dan bangkit kembali. Dalam satu hingga dua hari kematian Yesus, Alkitab mencatat Ia masuk ke kuburan.

Yesus masuk kuburan berbeda jauh dengan kita masuk kuburan. Tubuh kita mulai mati pada saat hembusan napas yang terakhir keluar dari hidung kita dan kita menyerahkan hidup. Dari Yesus mati hingga bangkit, Ia membiarkan seluruh tubuh-Nya diatur orang lain. Tetapi Allah sudah mengatur dan semua orang harus memperhatikannya. Ternyata para murid-Nya tidak berbagian sama sekali, kecuali yang paling muda, yaitu Yohanes, ia kembali ke Golgota. Yudas sudah bunuh diri sebelum Yesus disalibkan. Semua murid yang lain melarikan diri, tidak satu pun yang mendampingi-Nya. Elia punya satu murid, yaitu Elisa, yang berbeda dari semua murid di sekolah nabi. Sekolah nabi punya ratusan murid, tetapi semuanya tidak memiliki hati seperti Elisa. Elisa satu-satunya pengikut Elia sampai detik terakhir. Tiga kali Elia berkata kepadanya, “Engkau berhenti di sini saja, aku mau pergi.” Tetapi Elisa menolak, “Tidak, ke mana pun engkau pergi aku ikut.” Elia ke Betel, ke Yerikho, dan ke Sungai Yordan, Elisa terus ikut. Sampai di padang belantara, tiba-tiba ada api dari langit, kuda berapi dengan kereta berapi dari langit, yang turun seperti angin ribut. Elisa ketakutan luar biasa, apa yang akan terjadi pada gurunya ia sama sekali tidak tahu. Tetapi pada saat itulah Allah mau memanggil Elia pergi. Sebelum Elia pergi, ia bertanya pada Elisa, “Apa yang engkau minta dariku?” Elisa hanya meminta, “Roh yang menggerakkan hatimu, kiranya juga menggerakkan hatiku. Aku minta dua bagian dari Roh yang menggerakkan hatimu. Berikan kepadaku api, kasih, dan kuasa.” Pdt. Ivan Kristono pernah berkata, “Yesus tidak mempunyai jabatan atau latar belakang yang terkenal. Baik Yesus maupun Yohanes Pembaptis tidak memiliki kepemimpinan dan kuasa apa pun di dunia, tetapi di mana mereka hadir, di situ menjadi pemimpin.” Jangan minder karena tidak memiliki pangkat, jasa, gelar, dan kekuasaan. Yesus tidak memiliki kekuatan ekonomi, tunjangan politik, kekuatan pangkat, atau apa pun yang penting di dalam dunia ini, tetapi di mana Yesus datang ada kuasa Roh Kudus yang mengurapi-Nya. Elisa melihat dengan jelas signifikansi gurunya, karena Roh Tuhan ada padanya.

Ketika Elisa meminta dua bagian roh Elia, Elia tidak bisa menjawab atau memberikan. Ketika ia naik, ia cuma membuka jubahnya, dilemparkannya ke bawah, dan Elisa mendapatkan jubah itu. Ia tahu Tuhan sudah mendengar doanya. Ketika ia pulang ke Sungai Yordan, ia memakai jubah Elia memukul permukaan sungai dan berkata, “Di mana Allahnya guruku? Tuhan di sorga, Engkau telah memanggil pulang guruku, tetapi Engkau masih adakah?”

Gereja harus meneruskan, “Aku bukan memerlukan kedudukan atau status penting, tetapi Roh Tuhan yang memimpin gereja, Roh Tuhan yang memanggil Elia, kiranya sekarang turun padaku.” Setelah itu ia memukulkan pakaian itu ke sungai dan sungai terbelah. Itu berarti Roh Kudus memenuhinya, pelayanan Elia diteruskan oleh Elisa. Tuhan tidak meninggalkan zaman. Jika suatu hari Stephen Tong meninggal dunia, tidak bisa berkhotbah lagi, jangan engkau takut atau khawatir, ketahuilah yang penting bukan Stephen Tong, tetapi yang penting adalah Roh Kudus yang memenuhi Stephen Tong. Jika Roh Kudus itu masih terus bekerja, memanggil banyak orang, Stephen Tong atau siapa pun hamba Tuhannya tidak masalah, karena tugasnya menjalankan apa yang Tuhan ingin ia kerjakan. Tuhan yang membangun gereja, melakukan penginjilan, menggerakkan Gerakan Reformed Injili, adalah Tuhan yang tidak mati. Saya tidak tahu setelah mati bagaimana Tuhan memimpin penerus yang harus mengerjakan pekerjaan Tuhan. Harus ada penerus dan penerus itu harus mengerti Roh yang memimpin, memanggil, dan menggerakkan semua hamba Tuhan yang sudah dipakai Tuhan. Setelah belajar dengan rendah hati, melihat dengan teliti, mengalami sendiri, sungguh-sungguh mengabdi di hadapan Tuhan, barulah Roh Tuhan bekerja bersama-sama. Elia mempunyai Elisa, ini adalah contoh dan teladan yang bagus yang Alkitab berikan kepada kita. Sebelum Yesus naik ke atas salib, Ia sudah memanggil dua belas orang, dan sesaat sebelum Ia naik ke sorga, Yesus memanggil mereka dan memberikan Amanat Agung.

Pada saat Yesus di kayu salib dan dikuburkan, para murid tidak ada, kecuali Yohanes. Tetapi Allah di sorga justru memanggil Nikodemus dan Yusuf Arimatea untuk mengerjakan penguburan Yesus, bukan para murid yang setiap hari dekat dengan-Nya. Sering kali, pada saat hamba Tuhan kesulitan, majelis yang paling dekat dengannya tidak ada. Lalu Yesus dikuburkan, hanya beberapa wanita yang melihat di mana jenazah Yesus ditaruh. Allah memakai para wanita, karena wanita biasanya lebih teliti, lebih perhatian, dan sabar mengerjakan hal-hal kecil. Para Maria yang ada di atas Bukit Golgota melihat Yesus sampai menghembuskan napas terakhir. Maria ibu Yesus dibawa pulang oleh Yohanes ke tempatnya. Ketika Yesus diturunkan dari salib, ada Maria yang lain yang melihat Yusuf Arimatea membereskan jasad Yesus. Lalu mereka pulang. Tetapi tiga wanita ini tidak mau pulang. Mereka mengikuti terus sampai tahu Yesus dikubur di mana, barulah mereka kembali. Pada hari yang ketiga, pada saat Yesus bangkit, ada orang yang memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus hidup kembali. Maka, langsung Yohanes dan Petrus pergi ke kuburan, mau menemukan Yesus. Para wanita itulah yang memberi tahu lokasi kuburan-Nya. Semua catatan Alkitab ini memberikan catatan pinggir—yang tampak seolah tidak penting—untuk mendidik kita, bahwa kita melayani Tuhan harus memperhatikan hal-hal kecil.

Di seluruh dunia, sejak hari pertama Adam diciptakan, mati, dan dikuburkan, hingga pada hari terakhir manusia terakhir mati, tubuh Yesuslah satu-satunya yang dikuburkan berbeda dari semua tubuh manusia lainnya, selain dua orang yang tidak pernah mati, yaitu Henokh dan Elia, yang langsung diangkat Tuhan sebelum mereka mengalami kematian.

(1)Tubuh Yesus bukan akibat dari persetubuhan, sedangkan tubuh kita berasal dari atau ada melalui seorang laki-laki yang mengasihi dan menikahi seorang perempuan, mereka bersetubuh sehingga melahirkan kita. Pada saat Yesus dilahirkan, Tuhan memberikan penglihatan dan nubuat kepada ayah dan ibu-Nya, dengan mengirimkan Malaikat Gabriel yang datang kepada Yusuf dan berkata, “Jangan engkau membuang tunanganmu, jangan membuang orang yang sudah dijodohkan kepadamu. Nikahilah dia, karena Maria bukan dibuahi siapa pun, melainkan dari Roh Kudus yang menaunginya sehingga ia akan melahirkan seorang Bayi laki-laki. Engkau harus menikahi Maria, dan Anak itu harus diberi nama Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Yesus, dalam bahasa Ibrani Yeshua, berarti Allah menyelamatkan. Ia akan mengeluarkan umat-Nya dari dosa. Oleh karena itu, Yesus dikatakan Malaikat Gabriel bukan merupakan hasil persetubuhan antara laki-laki dan perempuan, sehingga tubuh Yesus berbeda dari tubuh semua manusia lainnya.

(2) Yesus dari lahir sampai mati tidak berdosa. Yesus seorang yang bertubuh, tetapi tidak pernah berbuat dosa dari segala anggota tubuh-Nya. Yesus bertubuh dengan tujuan yang ditulis dalam Ibrani 2:14, “Anak-anak itu dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka.” Yesus yang mau menyelamatkan kita, yang adalah manusia, harus menjadi manusia yang berdarah dan daging seperti kita. Fenomena dan lahiriahnya, Yesus mempunyai tubuh sama seperti kita, tetapi bedanya ibu-Nya tidak bersetubuh dengan laki-laki, bukan dibuahi pendosa, sehingga Yesus mendapat tubuh-Nya dari Maria, berdarah dan daging, menjadi manusia sejati, seperti kita, namun berbeda di dalam kita membawa dosa ke dunia, Yesus tidak. Yesus mempunyai ibu orang berdosa, keturunan pendosa, tetapi rahimnya dikuduskan dan tidak disentuh laki-laki, seorang yang beribadah, penuh perasaan takut akan Tuhan, dan sejak kecil menjalankan kehendak Tuhan. Maria dipilih karena ia perempuan yang sangat diberkati Allah. Saat malaikat berkata kepadanya, “Wanita yang berbahagia.” Atau istilah lainnya, “Anak gadis yang kepadanya diturunkan anugerah besar, sekarang dengarlah. Engkau akan mendapat naungan Roh Kudus dan tahun depan engkau akan melahirkan seorang anak laki-laki.” Pada saat Maria mendengar ucapan ini, ia sangat terkejut. “Aku belum menikah, bolehkah aku mengandung dan melahirkan anak?” Malaikat berkata, “Roh Kudus akan—dengan kuasa yang besar yang menciptakan langit dan bumi—menaungimu, mengerjakan hal baru dalam sejarah, menciptakan mujizat besar dalam rahimmu, Benih suci akan datang padamu. Dan Allah akan memakai rahimmu melahirkan seorang Juruselamat.” Lalu, malaikat berkata pada Yusuf, “Anak yang akan dilahirkan itu, namailah Ia Yesus, karena Ia yang akan menyelamatkan umat-Nya keluar dari dosa.” Gabriel berkata kepada Maria, “Karena yang engkau lahirkan akan disebut Sang Kudus dari Allah. Ia disebut Anak dari Allah yang Mahatinggi.” Ketiga nama ini—Yesus, Sang Kudus, dan Anak Allah—diberikan malaikat kepada Yusuf dan Maria. Yusuf tahu namanya Yesus, Maria tahu namanya Sang Kudus, Anak Allah.

Yesus mempunyai tujuh nama terbesar: 1) Yesus, 2) Kristus, 3) Juruselamat, 4) Tuhan, 5) Sang Kudus, 6) Anak Allah, dan 7) Imanuel. Ini semua nama terbesar yang bukan diberikan Yusuf atau Maria, tetapi diberikan Allah melalui Malaikat Gabriel yang bernubuat tentang kelahiran Yesus. Tubuh Yesus yang berdarah dan daging, apakah bisa dilukai? Alkitab berkata, “Melalui bilur-bilur-Nya engkau akan disembuhkan.” Bilur berarti luka akibat dicambuk yang punya kait besi. Yesus dicambuk 40 kali, tiap kali kurang satu kali. Dan setiap kali cambukan memakai cambuk dengan 7 cabang, setiap cabang punya 7 kait besi. Sekali dicambuk dan ditarik, membuat 49 lubang luka di tubuh-Nya dan darah pun mengalir. PL berkata, Ia harus menderita sengsara lebih dahulu, barulah Ia masuk ke dalam kemuliaan. Yesus dari tempat termulia, sempurna, turun dilahirkan ke dunia yang penuh derita. Allah Sang Pencipta masuk ke dunia ciptaan, Allah yang adalah Roh menjelma menjadi daging di tengah dunia, Allah yang penuh kemuliaan kekal di sorga turun ke dunia yang telah berdosa, penuh dengan penderitaan dan siksaan dari para pendosa.

Yesus memiliki tubuh yang akhirnya harus masuk ke kuburan. Tetapi sebelum masuk kuburan, Ia pernah menjelma menjadi tubuh yang berdarah dan berdaging, ada dalam rahim seorang perempuan, tetapi Ia tidak berdosa dan Ia lahir menjadi manusia yang dibesarkan dengan kemungkinan dilukai. Yesus dicambuk, dipaku, dan disiksa, menjadi fakta bahwa Ia menggantikan kita. Yesus punya tubuh yang lebih daripada kita, karena Yesus adalah Firman menjadi daging. Alkitab tidak banyak menjelaskan bagaimana Firman menjadi daging, tetapi Firman ini pernah berwujud dalam diri manusia, bersalut tubuh yang berpeta teladan pendosa, peta teladan budak. Dalam Alkitab ada 3 jenis images: peta teladan Allah, peta teladan budak, dan peta teladan pendosa.

(3) Yesus memiliki tubuh yang berbeda dengan tubuh kita, karena janji ini hanya diberikan kepada Yesus, tidak pada semua orang. Semua orang memiliki tubuh yang dapat rusak, sedangkan tubuh Yesus tidak boleh rusak. Tuhan Allah tidak mengizinkan tubuh-Nya mengalami kerusakan. Alkitab berkata, “Allah tidak mengizinkan Ia melihat kerusakan.” Berarti ada pemeliharaan khusus. Alkitab tidak menjelaskan mulai kapan, tetapi kita bisa mengerti bahwa sangat mungkin sejak permulaan, di mana Firman yang menjadi daging ialah Firman yang sifat aslinya mustahil untuk rusak sekalipun Firman itu kini merupakan daging yang berdarah. Darah-Nya menjadi keselamatan manusia, tubuh-Nya menjadi makanan rohani manusia. Sebagaimana Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, tetapi Yesus tidak harus mengubahnya, Ia sendiri memiliki tubuh yang memang dari Firman menjadi daging dan kemungkinan Ia berpotensi untuk tidak ada kemungkinan rusak. Maka tubuh Kristus berbeda dengan kita.

Allah di sorga sekarang menjadi Manusia di bumi, mati, dan dikuburkan. Allah menyiapkan suatu kuburan baru untuk menguburkan Yesus. Yesus hanya meminjam kuburan ini dua hari lebih. Pada hari yang ketiga Ia sudah bangkit dari kubur-Nya. Tuhan Yesus tidak mengatakan “tiga hari” dan bukan berarti “tiga kali dua puluh empat jam” melainkan “pada hari yang ketiga” Ia akan bangkit. Yesus dikuburkan pada hari Jumat, melewati hari Sabtu sepenuhnya, dan bangkit pada hari Minggu. Itu berarti Yesus bangkit pada hari ketiga dan memang betul melewati tiga hari. Allah berjanji tidak membiarkan tubuh Yesus rusak. Jika kita memikirkan lebih jauh, mungkin sejak kelahiran-Nya sampai kekekalan, tubuh Kristus tidak mungkin mengalami kerusakan apa pun. Saya percaya Yesus bisa lapar, haus, dan lelah, tetapi saya tidak percaya Yesus bisa mendapatkan penyakit menular, lalu tubuh-Nya menjadi rusak, bau, dan hancur, karena Allah “tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” sampai Yesus bangkit.

Yesus adalah satu-satunya peta teladan Ilahi yang asli dan berinkarnasi menjadi peta teladan manusia, sehingga tertulis dalam dua ayat: “the likeness of a sinner’s body” dan “the image of being a slave”. Peta teladan Allah di sorga saat turun ke dunia menjadi peta teladan manusia di bumi. Peta teladan manusia mengandung dua unsur: peta teladan tubuh pendosa dan peta teladan budak. Yesus seperti pendosa, tetapi tidak berdosa; Yesus seperti budak, tetapi bukan budak. Klimaks dari peta teladan sebagai budak yang paling jelas adalah saat Ia berlutut dan membasuh kaki semua murid-Nya. Membasuh kaki adalah teladan yang sangat rendah, tugas dari budak yang sangat hina. Ketika Yesus berlutut, Ia memakai tubuh yang sebelumnya adalah Firman Pencipta langit dan bumi, datang ke dunia berlutut di bumi, merendahkan diri lebih rendah daripada murid-murid-Nya, lalu berkata, “Jadi jika Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, engkau pun wajib saling membasuh kakimu.” Artinya, Aku menjadi seperti budak, menjadi teladan bagimu. Memang Akulah Tuhan dan Guru, jika engkau mau menjadi tuan dan guru, engkau harus belajar seperti Yesus yang rela melayani seperti budak. Bukan budak, tetapi rela melayani seperti budak. Pemimpin yang sukses yaitu pemimpin yang rela melayani orang lain.

Di dunia ada dua macam orang. Yang semacam adalah Paus Katolik Roma, yang menganggap diri sebagai penerus Rasul Petrus dan wakil Allah di dunia, maka di dunia ini dialah yang tertinggi, pemilik gereja seluruh dunia. Tetapi pada topinya ada tulisan bahasa Latin: “Budak dari semua budak.” Secara rohani mereka tahu bahwa jika menjadi pemimpin gereja mereka harus belajar seperti Yesus, secara kedudukan paling tinggi, tetapi secara realitas paling rendah. Semacam lagi adalah pendeta Karismatik, yang tidak pernah merasa diri berjiwa pelayan, langsung menganggap diri mereka sebagai pemimpin anak-anak Raja. Mereka menciptakan suatu istilah yang tidak ada dalam Alkitab, yaitu semua orang Kristen adalah “anak Raja”. Yesus Raja dan kita anak-anak-Nya, padahal kita ialah saudara dan saudari Yesus, bukan anak Yesus. Mereka mengatakan, “Jika semua orang Kristen anak Yesus, dan Yesus adalah Raja, kita semua adalah anak-anak Raja. Anak Raja harus kaya, hidup sukses, makmur, dan memiliki kejayaan ekonomi.” Maka para pendeta penipu yang berdiri di mimbar-mimbar seperti ini mengajarkan untuk mencari berkat dan kekayaan, karena Tuhan akan memberikan kekayaan, kelancaran, kemakmuran, dan kesuksesan kepadamu. Kejarlah kesuksesan dan menjadi keluarga yang sukses dan bahagia. Kalau engkau beriman, engkau akan sembuh, engkau akan kaya. Ini semua adalah angan-angan manusia berdosa yang ingin memperalat Allah bagi dirinya sendiri. Ini bukan ajaran Alkitab yang sejati.

Yesus sesungguhnya adalah Tuhan atas segala tuan, Raja atas segala raja, dan Nabi atas segala nabi. Pada saat Ia turun ke dunia, Ia membasuh kaki dan melayani para murid-Nya. Ia berkata, “Aku datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.” Dan Pelayan yang paling sejati dan rendah hati ini akhirnya disalibkan, mati, dan dikuburkan. Namun, akhirnya Ia bangkit dari kematian, karena Allah tidak mengizinkan tubuh-Nya melihat kebinasaan. Amin.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 27: Butir Kedua (21) Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.

Kristus turun ke dalam kerajaan maut dan pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus menjadi perayaan terpenting Abad Pertama, karena merupakan penerobosan sejarah, agama, kebudayaan, dan semua pencapaian manusia sebelumnya. Belum pernah ada manusia yang bangkit dari kematian dan tidak mati lagi.

Thomas Carlyle, seorang pujangga Skotlandia, dalam tulisannya, The French Revolution: A History, menuliskan bahwa pada suatu hari ia dikunjungi seorang Prancis yang sangat sombong yang berkata, “Tahukah Anda bahwa aku akan menciptakan sebuah agama baru bagi umat manusia?” Seperti kita ketahui, agama tidak bisa direncanakan manusia. Para pendiri agama ialah manusia langka dalam sejarah. Yang dianggap pendiri agama terbesar dan terpenting sebenarnya cuma tiga orang: Sakyamuni (±600 SM), Yesus Kristus (±2.000 tahun lalu), dan Muhammad (±570-632 M). Agama Buddha meneruskan Hindu, menjadi sebuah agama baru. Sampai hari ini umat Hindu hampir tidak sampai satu persen yang menerima Buddha, karena dianggap sebagai pemberontakan terhadap agama Hindu, dan menjadi agama yang tidak diterima oleh orang India.

Sebagaimana Yesus itu orang Yahudi tetapi tidak diterima oleh orang Yahudi, maka orang Yahudi yang percaya Yesus tidak lebih dari satu persen. Mereka berdua sama-sama mendirikan agama dan dikucilkan oleh bangsanya sendiri yang tidak menerima agama mereka. Muhammad lahir pada tahun 570, menikah pada tahun 595, mendapat wahyu dari malaikat Jibril pada tahun 610, dan mulai menyebarkan Islam. Ketiga agama ini (Buddha, Kristen, dan Islam) menjadi agama terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Buddha memengaruhi Asia Timur, maka di Tiongkok diperkirakan ada 900 juta orang Buddhis. Kekristenan memengaruhi seluruh dunia, dari Eropa, Amerika, Afrika, dan sampai ke Asia, maka yang beragama Kristen diperkirakan sekitar sepertiga seluruh umat manusia di dunia. Islam mencapai sekitar 1,8 miliar orang pemeluknya.

Auguste Comte datang ke Skotlandia menemui Carlyle dan berkata, “Aku akan mendirikan sebuah agama baru yang kunamakan Religion of Humanity, sebuah agama cendekiawan, rasional, kaum terpintar di dunia, berbeda dengan agama-agama lain yang banyak mitosnya. Carlyle menjawab, “Aku berharap dan merestui agar agamamu jadi. Tetapi, jika agamamu mau jadi, harus ada tiga syarat.” Lalu, Comte bertanya, “Apa syaratnya?” Carlyle menjawab, (1) “Kau harus bisa mengatakan ucapan yang belum pernah diucapkan siapa pun dalam sejarah.” Sejarah membuktikan begitu banyak ucapan paling bijaksana, penting, dan berarti sudah diucapkan sebelum zaman Salomo, apalagi Amsal, sampai sekarang semua sudah tahu. (2) “Kau harus mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan siapa pun dalam sejarah;” dan (3) “Kau mesti bernubuat dan mengumumkan kapan kau akan mati dan setelah itu pada hari ketiga engkau harus bangkit.”

Pada saat saya berusia sekitar dua puluh tahun, membaca percakapan antara Comte dengan Carlyle, saya tahu Carlyle sudah menangkap kesuksesan Yesus. Yesus telah mengatakan ucapan yang belum pernah dikatakan orang lain, seumur hidup telah mengerjakan hal yang belum penah dilakukan orang lain, dan telah bernubuat tentang kematian-Nya dan pada hari ketiga Ia bangkit dari kematian. Carlyle adalah seorang yang begitu terpelajar, untuk menulis The French Revolution-nya ia mengumpulkan sepuluh ribuan data di ruang kerjanya. Tetapi, seorang pembantu barunya yang melihat kantornya yang begitu kacau-balau lalu mengumpulkan dan membakar habis semua datanya. Sebagai seorang Kristen, ia tidak mau tawar hati dan berdoa kepada Tuhan, “Semua dataku sudah habis dibakar, berilah aku kekuatan baru untuk mengumpulkannya kembali.” Dengan susah payah selama lebih dari sepuluh tahun, ia mengumpulkan lagi semua data yang diperlukan. Akhirnya sebelum mati, ia sudah menulis sebuah buku yang tidak bisa ditulis Prancis sendiri.

Prancis mengadakan revolusi yang besar, tetapi datanya kocar-kacir dan ceritanya banyak yang dilupakan. Seorang Skotlandia menulis buku Revolusi Prancis yang sampai hari ini merupakan salah satu yang terpenting. Ketekunan Carlyle melebihi siapa pun. Ia sendiri mengumpulkan semua data untuk menulis The French Revolution-nya, dan punya pengertian yang sangat mendalam tentang kenapa Yesus berbeda dibanding semua pendiri agama dan kenapa Yesus menjadi Juruselamat dan disebut Tuhan. Yesus mengatakan hal yang belum pernah diucapkan orang lain, mengerjakan hal yang belum pernah dikerjakan orang lain, dan satu-satunya yang mengumumkan bahwa Anak Manusia akan ditangkap, diadili, disalibkan manusia, dan mati, tetapi pada hari yang ketiga akan bangkit dari antara orang mati.

Yesus menerima sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, dipaku di atas salib, mati, dikuburkan, dan turun ke dalam kerajaan maut. Semua ini adalah kalimat dan frasa penting yang sedemikian panjang kita coba renungan dan pikirkan dalam paparan ini. Kita telah membahas bagaimana Yesus dalam kuburan tiga hari dan pada hari yang ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Yesus bangkit karena tubuh-Nya memiliki tiga ciri khas yang melebihi tubuh kita.

(1) Tubuh Yesus bukan dihasilkan dari persetubuhan antara pria dan wanita. Ini keunikan yang tidak ada pada manusia lain. Kita semuanya diciptakan menurut hukum genetika, di mana ayah bersetubuh dengan ibu, lalu terjadi pertemuan antara sperma ayah dengan sel telur ibu. Maria dipanggil Tuhan, diberikan nubuat bahwa tahun depan di waktu yang sama ia akan melahirkan seorang bayi laki-laki, bukan hasil persetubuhan tetapi karena naungan Roh Kudus. Maria menerima kuasa dari sorga atas tubuhnya dan rahimnya dipakai Tuhan menjadi tempat melahirkan Yesus ke dunia. Saya percaya ini pekerjaan terbesar di dalam dunia ciptaan. Semua mujizat adalah intervensi atau penerobosan Allah dalam hukum alam yang Ia ciptakan sendiri dan melakukan hal besar untuk menyatakan kuasa, kebesaran, kebijaksanaan, dan kemuliaan-Nya yang tak terhingga.

(2) Tubuh Yesus itu tubuh yang Allah izinkan boleh mengalami kecapaian, kelaparan, kehausan, dilukai, dan dibunuh. Saya sendiri keberatan percaya Yesus bisa mendapat penyakit menular sampai mati. Alkitab mencatat Ia tidur di bawah kapal karena terlalu lelah. Ia lapar karena empat puluh hari tidak makan dan tidak tertulis di sana kalau Ia haus. 
Ini mengindikasikan bahwa mungkin selama empat puluh hari Yesus minum tetapi tidak makan. Pada saat Yesus akhirnya menyerahkan nyawa, Ia sendiri berkata, “Ya Bapa, Aku menyerahkan nyawa-Ku ke dalam tangan-Mu,” lalu Ia menundukkan kepala dan mati.

Di atas kayu salib Tuhan Yesus mengatakan tujuh ucapan. Ucapan pertama dan ketujuh, Yesus menyebut “Bapa”. Hanya ucapan keempat yang tidak menyebut “Bapa” tetapi “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Saya ingin kita mengerti rahasia ini. Ketika Tuhan Yesus berkata “Bapa”, Ia berposisi sebagai Allah Tritunggal Pribadi kedua yang sedang berbicara kepada Allah Tritunggal Pribadi pertama. Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dunia, maka Anak harus bertanggung jawab kepada Bapa. “Aku sekarang sebagai Anak menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang berat untuk menanggung dosa. Sekarang Aku bersyafaat bagi mereka yang Kutebus,” maka Ia berkata, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Pada ucapan ketujuh, Ia menyebut lagi, “Bapa, Aku menyerahkan nyawa-Ku ke dalam tangan-Mu.”

Namun, pada ucapan keempat Ia mengatakan, “Allah-Ku, Allah-Ku.” Karena, Ia mati bukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia, yang sedang mengganti dosa manusia. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak pernah berpisah satu dengan yang lain. Luther kesulitan ketika berusaha mengerti hal ini. Ia memikirkan ucapan ini selama tiga jam dan tetap tidak mengerti, lalu ia memukul meja dan berkata, “Siapa yang bisa memahami Allah meninggalkan Allah?” Sekarang saya beritahukan jawabannya. Tidak ada Allah meninggalkan Allah, tidak ada Bapa meninggalkan Anak. Hanya ada Allah meninggalkan manusia Yesus. Tubuh Yesus boleh dilukai, mengalirkan darah, dengan bilur-bilur-Nya akibat cambukan yang meremukkan tubuh-Nya, daging-Nya pecah, dan darah keluar dari ratusan lubang akibat cambukan, dipukul, disalibkan, dan mati. Allah membiarkan Dia mati, maka Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Tubuh Yesus adalah tubuh yang Allah tidak izinkan mengalami patah tulang-Nya, tidak diizinkan mengalami kerusakan, bau, dan menjadi tidak ada.

Seseorang yang telah mati dalam sepuluh jam tubuhnya mulai menjadi busuk, di dalam dua puluh jam kulit menyusut, daging meleleh, lalu keluar air yang banyak. Setelah lebih dari 24 jam, daging mulai menciut dan hilang, menjadi kurus seperti kulit membungkus tulang, lalu mulai berbau. Dan pada hari ketiga, keluarlah serangga-serangga kecil beterbangan di sekitar tubuhnya yang sudah sangat bau karena sudah rusak. Namun, di dalam Mazmur 16, Allah berkata, “Mustahil Aku membiarkan Sang Kudus-Ku tertahan dalam kerajaan maut dan melihat kerusakan.” Maka, saya percaya tubuh Yesus tidak pernah rusak, dari sejak Ia dikuburkan sampai hari ketiga Ia bangkit tetap utuh seperti biasa, Allah memeliharakan begitu utuh dan sempurna, tidak mengalami kerusakan. Tubuh Yesus selama mungkin sekitar 34-36 jam tidak mengalami kerusakan. Ini tubuh yang Allah peliharakan.

(3) Tubuh ini menjadi tubuh sulung yang bangkit sesungguhnya dari kematian. Seluruh Alkitab mencatat ada 12 kali peristiwa kebangkitan. (a) Elia, di antara semua nabi yang penting, ia satu-satunya yang tidak pernah ke Yerusalem. Ia dari Utara. Dalam Taurat, Musa memerintahkan semua orang Israel harus ke Yerusalem tiga kali setiap tahun, tetapi tidak pernah dicatat Elia pernah ke Yerusalem. Ini nabi yang sangat ajaib yang berani berkata, jika ia tidak berdoa, Allah takkan menurunkan hujan. Tidak ada nabi lain yang berani berkata semutlak ini. Yesaya mencatat, selama tiga setengah tahun Elia sengaja tidak mendoakan agar turun hujan. Bagi Israel, ia kejam, seteru, dan pengkhianat bangsa. Allah yang menyuruhnya bicara, maka Allah mengonfirmasikan apa yang sudah ia sampaikan. Seluruh Israel dilanda kelaparan dan kekeringan, karena 3½ tahun tidak ada hujan. Mereka tidak ada makanan dan air. Mereka menangis meminta makan dan minum. Dalam oratorio Elijah karya Mendelssohn, dikisahkan anak-anak sedang berkeliaran di tengah jalan meminta makan karena tiga setengah tahun tidak turun hujan, mereka kelaparan dan akan mati. Setiap kali mendengar ucapan dari duet dua penyanyi wanita, saya ingin menangis, karena sulit membuat lagu yang lebih indah dibandingkan komposisi Felix Mendelssohn ini.

(b) Elisa membangkitkan seorang anak. Lalu, Yesus membangkitkan tiga orang (anak perempuan Yairus yang berumur 12 tahun, anak tunggal janda di Kota Nain yang masih remaja, dan Lazarus), ini ketiga, keempat, dan kelima. Keenam, pada saat Yesus disalibkan, banyak orang mati dibangkitkan lalu pergi ke Kota Suci, menyatakan diri pada banyak anak Tuhan. Ketujuh, Petrus membangkitkan Dorkas. Kedelapan, Paulus membangkitkan Eutikhus yang terjatuh dari loteng karena tertidur saat mendengarkan khotbahnya. Kesembilan dan sepuluh, ketika Yesus akan datang kembali, ada dua nabi yang dibunuh dan pada hari ketiga akan dibangkitkan. Para penafsir Alkitab berbeda pendapat tentang siapa mereka, tetapi saya berpandangan bahwa mereka adalah Henokh dan Elia, karena dalam catatan Alkitab ternyata ada dua orang yang sebelum mati sudah diangkat ke sorga. Henokh berjalan di hadapan Tuhan, diangkat saat ia berumur 365 tahun. Elia yang masih hidup diangkat dengan kereta dan kuda api ke sorga. Kesebelas dan dua belas, saat Yesus sebelum datang kembali membangkitkan lebih dahulu dua macam orang: orang benar yang dibangkitkan untuk menerima hidup kekal dan orang berdosa yang dibangkitkan untuk menerima hukuman kekal. Jadi seluruh Alkitab mencatat dua belas kali manusia dibangkitkan.

Dari keduabelas macam peristiwa ini, hanya satu yang sungguh bangkit, karena yang lainnya adalah sementara bangkit. Anak-anak yang dibangkitkan Elia dan Elisa, setelah besar mereka akan mati lagi. Demikian juga Lazarus, anak Yairus, dan anak janda dari Kota Nain. Meski Alkitab tidak mencatat bahwa mereka mati lagi, tetapi mustahil mereka tidak mati lagi. Saya percaya, mereka semuanya orang biasa, yang untuk sementara dibangkitkan dari antara orang mati untuk hidup sementara lagi beberapa puluh tahun, lalu mati lagi. Maka, saya tambahkan satu kalimat, kebangkitan yang sungguh dan tidak pernah akan mati lagi hanya satu, yaitu Yesus Kristus. Antara dua belas kali saat Yesus datang kembali, orang benar dan orang berdosa sama-sama akan dibangkitkan, mereka akan langsung diberikan hidup yang kekal atau hukuman yang kekal. Tetapi yang betul-betul mati dan bangkit untuk pertama kali dalam sejarah hanya satu orang, yaitu Yesus Kristus. Maka, di dalam Wahyu 1:18 Yesus berkata, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya …” Satu-satunya yang berani, berhak, dan pernah mengatakan ucapan itu hanyalah Yesus Kristus.

Kristuslah buah sulung dari semua orang yang akan dibangkitkan. Pada saat Yesus datang kembali, kita semua akan dibangkitkan berdasarkan kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus menjadi jaminan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya bahwa semuanya akan menerima kebangkitan, dan menjadi konfirmasi bahwa janji Allah tidak kosong. Di antara semua janji Allah, hanya satu yang paling pokok, kekal, paling utama, dan penting yaitu hidup yang kekal. Karena Yesus bangkit dari antara orang mati, maka Yesus menjadi buah sulung mengawali kebangkitan kita. Jika Yesus sudah bangkit berarti kita tidak perlu lagi takut akan kematian. Selama kita hidup, Tuhan berjanji, “Aku menyertaimu, menilikmu, tidak meninggalkanmu, tidak membuangmu, memberimu makanan yang cukup, mendampingimu, menambahkan anugerah, dan memberikan kuasa untuk mengabarkan Injil.” Tetapi janji hidup yang kekal cuma satu.

Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, tubuh kebangkitan-Nya memiliki lima sifat: (1) Tubuh-Nya adalah tubuh yang kuat, bukan tubuh yang lemah lagi. Tidak ada orang yang bisa menguasai, memegang, atau menahan tubuh-Nya. Maka, Yesus berbicara kepada Maria Magdalena, “Jangan sentuh Aku.” Istilah sentuh dalam bahasa Yunani untuk ayat itu berarti jangan mengira engkau masih bisa menahan Aku dengan tanganmu, Aku bukan milik dunia ini lagi. Mustahil tanganmu memegang erat Aku, karena Aku bertubuh kebangkitan yang tidak bisa ditahan di dunia; (2) Tubuh-Nya adalah tubuh sorgawi yang tidak lagi lemah, yang bisa dilukai, dipukul, dicambuk, dan berdarah; (3) Tubuh-Nya adalah tubuh yang mulia, bukan lagi tubuh yang dipermalukan; (4) Tubuh-Nya adalah tubuh yang tidak bisa rusak (immortal), bukan lagi tubuh yang bisa rusak. Ini saya beri catatan, untuk Yesus tidak pernah mungkin rusak karena janji Tuhan, untuk kita bisa rusak. Tetapi setelah Yesus bangkit, langsung ketidakrusakan menjadi jaminan bahwa setelah kebangkitan, kita juga akan mengalami tubuh yang tidak rusak. Saat Allah menciptakan Adam dan Hawa tanpa perlu pakaian, tubuh mereka diliputi kemuliaan Allah. Tetapi setelah mereka berdosa, kemuliaannya hilang dan tidak lagi bisa memuliakan Allah. Kemuliaan Allah meninggalkannya. Maka, mereka melihat sendiri tubuhnya, “Kenapa kita telanjang?” Mereka menjadi malu. Tubuh kita adalah tubuh yang terindah, yang diciptakan Allah lebih indah dibandingkan ciptaan yang lain, tetapi tubuh ini adalah tubuh yang bisa malu. Saat nanti dibangkitkan, kita akan mendapat tubuh yang tidak bisa dipermalukan lagi, karena kemuliaan Tuhan mengelilingi kita, dan saat itu kita seperti Yesus yang bangkit dari antara orang mati; (5) Tubuh-Nya adalah tubuh yang kekal, bukan lagi tubuh yang sementara. Saat Yesus datang kembali, kita pun akan mendapat tubuh yang kekal, yang selamanya mulia, sehat, kuat, dan tidak mungkin rusak, seperti tubuh Yesus. Tubuh kita saat itu menjadi tubuh sorgawi yang berbeda dengan tubuh sekarang ini. Manusia ada dalam perubahan, tetapi perubahan bukanlah yang terakhir.

Perubahan terakhir terjadi saat kita berubah menjadi seperti Yesus. Di dalam oratorio Messiah, G. F. Handel menulis The Trumpet Shall Sound. Sebelumnya, ia memberikan sebuah recitative, yaitu Behold(Lihatlah), Tuhan berkata yang bangkit pula akan mengalami perubahan. Yang hidup akan berubah, yang mati akan bangkit, barulah The Trumpet Shall Sound (Trompet atau Sangkakala Akan Berbunyi) dan orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang saat kedatangan-Nya belum mati, akan mengalami lima macam perubahan, yaitu: 1) dari duniawi menjadi sorgawi; 2) dari lemah menjadi kuat; 3) dari yang bisa rusak menjadi tidak rusak; 4) dari yang hina dan malu menjadi mulia, dan 5) dari yang sementara menjadi kekal, sama seperti tubuh Yesus. Yang hidup akan mengalami perubahan.

Kita pasti akan diubahkan, yang hidup diubahkan dan yang mati dibangkitkan, lalu kita akan melihat ketidakrusakan. Inilah janji hidup kekal dari Tuhan. Yesus sudah bangkit. Yesus bangkit menjadi buah sulung, yang menjamin dan mengonfirmasikan bahwa janji Tuhan akan hidup kekal itu pasti akan terjadi, dan barangsiapa yang percaya kepada Tuhan akan mengalami kebangkitan seperti itu. 

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 28: Butir Kedua (22) Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.

Melalui kebangkitan Kristus yang sulung, kita semua akan menerima tubuh yang baru, tubuh kebangkitan, yang mirip dengan tubuh kebangkitan Yesus yang memiliki lima sifat yang berbeda dari tubuh kita sekarang.

Kristus menjadi yang sulung bangkit dari kematian, buah sulung yang menjadi jaminan. Jika buah sulung sudah ada, buah-buah lain akan menyusul. Setelah membangkitkan Kristus sebagai buah sulung, Allah berjanji bahwa kita semua yang menerima Kristus pun akan mendapat tubuh kebangkitan sama seperti Tuhan kita.

Yesus berkata, “Karena Aku hidup, maka kalian semua akan hidup seperti Aku. Di mana Aku berada, di sana engkau pun akan berada beserta-Ku selamanya” (parafrasa Yoh. 14:1). Kita bisa menjadi tua, rusak, dan mati karena upah dosa ialah maut. Tetapi kita bukan menanti kematian sebagai titik akhir, karena kematian hanya pendahuluan dari kebangkitan, maka Tuhan berjanji barang siapa ditebus darah Kristus akan menerima kebangkitan yang Tuhan genapi agar kita masuk dalam kekekalan.

Telah kita bahas sebelumnya dengan cukup memerinci, apa arti Tuhan Yesus masuk ke dalam kerajaan maut (ke dunia orang mati). Di dalam Pengakuan Iman Rasuli, terjemahan ini memiliki banyak penafsiran. Orang-orang Katolik dan Lutheran beranggapan bahwa ketika Tuhan Yesus turun ke dalam dunia orang mati, itu berarti Ia sedang pergi ke pangkuan Abraham, yaitu tempat umat Perjanjian Lama yang hidup suci, saleh, beribadah, sedang menantikan keselamatan Kristus yang dijanjikan oleh para nabi. Ketika pergi ke sana, Tuhan Yesus mengumumkan bahwa apa yang mereka nantikan telah tergenapi. Menurut ajaran Katolik atau Lutheran, Tuhan Yesus sudah mengumumkan dan mereka bersorak-sorai karena melihat apa yang mereka harapkan dan apa yang telah dijanjikan kepada mereka, telah digenapi oleh Tuhan Yesus, yaitu pengharapan di mana seluruh kaum suci yang ada di tempat itu dipindahkan dari bawah ke atas. Hal ini sesuai dengan tafsiran mereka tentang Efesus 4: “Jika Tuhan Yesus naik, bukankah berarti Ia pernah turun? Jika sudah turun dan naik, bukankah berarti Ia menawan kembali musuh, lalu membawa mereka ke sorga?” Istilah “menawan musuh” diartikan: menawan mereka yang sudah pernah ditawan. Berarti kaum suci yang pernah dibelenggu kuasa maut akan ditawan kembali dan dibawa ke sorga.

Tetapi tradisi Reformed mengartikan ayat ini demikian: Yesus turun ke dalam kerajaan maut berarti Yesus telah menerima sengsara neraka menggantikan kita menjadi korban yang diberikan bagi keselamatan. Yesus menderita sengsara dan kematian dari kerajaan maut pada saat Ia disalibkan. Kristus dipaku dari jam 9 hingga tiga jam kemudian (pada pukul 12 siang), Ia berteriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Itulah sengsara neraka yang Kristus tanggung, hukuman terdahsyat, bagaikan dibuang ke neraka. Di situ Kristus—Penanggung Dosa dan Penerima Hukuman kita—telah mengalami kutukan dan perpisahan paling menakutkan di atas salib. Allah dengan berat menekan Kristus dan menaruh segala beban dosa kita atas diri Kristus. Kristus masuk dalam wilayah kematian, tetapi tidak masuk ke dalam kuasa maut. Di wilayah kematian, Yesus dengan kuasa yang melampaui kuasa maut bergulat dengan Iblis, sang penguasa maut. Ketika sang penguasa maut memakai kuasa yang hampir tidak terbatas, yang mampu menguasai semua orang mati di tangannya, ia memakai kuasa yang sama untuk berperang melawan Kristus. Kristus dengan kuasa yang tak terhingga melawan kuasa yang hampir tak terhingga. Akhirnya, Ia menaklukkan dan meremukkan Iblis, sang penguasa maut. Oleh karena itu, setelahnya Yesus dapat membebaskan semua orang yang berada di dalam kuasa Iblis dan membawa mereka kepada Allah, Bapa-Nya, sebagai karya mulia keselamatan Kristus yang menyenangkan dan memuliakan Allah.

Yesus yang sudah menang atas maut menjamin kita mendapatkan kebangkitan yang sejati. Dari antara semua agama yang ada, orang Mesir tidak percaya bahwa manusia setelah mati selesai. Ini unsur imortalitas dari agama yang melampaui semua sistem kebudayaan, etika, dan moral yang tinggi, seperti Konfusianisme. Konfusianisme tidak tahu setelah mati manusia akan ke mana. Konfusius berkata, “Jika aku tidak tahu apa arti hidup, bagaimana aku bisa mengerti setelah mati menuju ke mana?” Maka, Konfusianisme yang begitu tinggi sifat kebudayaan dan moralitasnya, kurang bersifat agama dan kekekalan yang menyangkut ke mana manusia setelah mati. Agama Mesir Kuno pernah mencatat bagaimana seorang dewa dibunuh dan mati, lalu ia bangkit dan membalas dendam, membunuh orang yang pernah membunuhnya. Konsep kebangkitan yang ada pada agama lain berbeda dengan konsep kebangkitan di Alkitab.

Pada saat Musa dan Israel percaya bahwa Tuhan ialah Allahnya orang hidup, dikatakan, “Akulah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.” Ini kalimat Perjanjian Lama yang sering dikutip di dalam Perjanjian Baru. Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Jika Allah adalah Allah orang yang hidup, itu berarti Abraham, Ishak, dan Yakub ialah mereka yang dijanjikan akan bangkit dari kematian.

Tiap orang dalam Tuhan pasti akan hidup di dalam rencana kekal-Nya, bukan ditelan oleh maut. Kita akan mengalahkan maut, sebagaimana dikatakan di dalam Yesaya 25:8, “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya.” Kematian akan dikalahkan oleh hidup yang baru, maka kebangkitan menjadi jaminan dan bukti bahwa iman kita tidak sia-sia. Tubuh kita akan rusak dan mati, tetapi suatu hari kelak tubuh kita akan Tuhan bangkitkan, karena Tuhannya Abraham ialah Tuhan atas mereka yang hidup. Tuhan yang membangkitkan Kristus juga akan membangkitkan setiap kita, karena hanya Kristuslah buah sulung yang mengindikasikan bahwa umat-Nya tidak akan mati selamanya.

Yesus bangkit dari kematian di hari Minggu pagi sebelum matahari terbit, yaitu hari pertama dari tujuh hari dalam satu minggu. Sesudah bangkit, Yesus masih hidup selama empat puluh hari di dunia dan hanya muncul menyatakan diri kepada para murid kira-kira sepuluh kali. Seperti yang Ia katakan kepada Maria Magdalena, “Jangan jamah Aku, karena Aku belum kembali kepada Bapa-Ku di sorga.” Tidak seperti tiga setengah tahun sebelum disalibkan, kini Yesus tidak bisa lagi ditahan manusia untuk Dia tetap bersama para murid di dunia. Para murid tidak tahu kapan Ia akan datang. Misalnya, pada pagi pertama Yesus bangkit, Maria Magdalena melihat wajah-Nya, menerima pengutusan-Nya. Yesus juga pergi berbicara dengan para murid. Petrus dan Yohanes mendatangi kubur tetapi tidak bertemu dengan Tuhan Yesus. Mereka hanya melihat kain penutup muka-Nya di dalam kubur. Beberapa wanita—yang mendengar perkataan malaikat—tidak mengetahui Kristus berada di mana setelah bangkit, bagaimana wajah-Nya, dan bagaimana dapat menemui-Nya. Hingga pada malam itu, kesebelas murid berkumpul bersama di suatu loteng di Yerusalem karena takut serangan dari orang-orang Yahudi, dan mengunci semua pintu. Injil dan pintu Injil tidak pernah ditutup orang luar, tetapi selalu ditutup oleh orang Kristen sendiri yang takut akan penganiayaan.

Yesus memiliki jabatan setinggi Melkisedek. Kristus adalah Anak Allah yang menang atas maut dan boleh duduk di sebelah kanan Allah Bapa sampai selamanya. Hal ini tercantum di dalam Perjanjian Lama. Terkadang saya tidak mengerti mengapa Daud disebut sebagai satu-satunya orang yang mengerti isi hati Tuhan. Ia satu-satunya orang yang sesuai dan mengikuti kehendak Tuhan. Saya kira ia paling disayang Tuhan, diangkat menjadi anak kesayangan, karena mengerti isi hati Tuhan. Isi hati Tuhan, inti rencana Tuhan yang paling besar hanyalah di dalam Kristus. Jadi hati Tuhan penuh dengan rencana keselamatan Kristus yang disiapkan bagi setiap orang yang menerima Dia sebagai Juruselamatnya.

Kita diberi iman dan pengertian bahwa Kristuslah Juruselamat, Mediator (Pengantara) antara Allah dan manusia. Barang siapa mengenal Kristus akan mengenal isi hati Allah. Di seluruh Alkitab, siapa yang mengerti Kristologi paling tinggi, paling limpah, paling jitu, dan paling mendalam selain Daud? Daud melebihi Abraham, Musa, Harun, dan Elia, karena ia satu-satunya orang di seluruh Alkitab yang paling mengenal Kristologi dengan begitu akurat dan mendalam. Ia satu-satunya orang di Alkitab yang tahu Yesus akan dibesarkan di Nazaret.[1] Dan bahwa Yesus akan dijual seharga 30 keping perak. Yesus dari Nazaret, karena akarnya keluar dari tanah yang kering. Ia berkata bahwa Yesus akan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan ia juga mencatat bahwa pada saat mati-Nya, tidak satu pun tulang Yesus akan dipatahkan. Ia pun tahu Yesus akan disalibkan di antara dua penyamun, dan bahwa Yesus akan bangkit lagi. Semua tentang Kristologi yang paling tepat dan limpah dimengerti oleh Daud. Oleh karena itu, Daud disebut sebagai manusia yang sesuai dan mengerti isi hati Tuhan.

Dalam Mazmur 110, Daud berkata, “Ia akan naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah.” Hal ini tidak diketahui oleh Abraham, Musa, Elia, atau Maleakhi. Tidak ada seorang nabi pun yang pernah menulis sedemikian teliti, akurat, dan mendetail tentang hidup Kristus, kecuali Daud. Daud berkata, “Allah bersumpah dan tidak akan menyesal, Dia diangkat menjadi Imam setingkat Melkisedek.”
Kita perlu merenungkan kembali siapa Melkisedek. Melkisedek adalah seorang imam Allah yang Mahatinggi. Tidak seorang pun tahu siapa imam Allah yang Mahatinggi ini, kecuali Daud. Daud berkata, Kristuslah imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek (Mzm. 110:4). Khusus di Kitab Kejadian, seorang manusia yang saya percaya pernah hidup dan misterius, yang tidak ada pada orang lain, adalah Melkisedek. Ia tidak dikenal oleh siapa pun, orang tua dan asal-usulnya pun tidak ada yang tahu. Tidak ada pula yang mengetahui umurnya. Tidak ada silsilah, hanya tahu dua hal: 1) Melkisedek adalah imam Allah yang Mahatinggi, dan 2) Ia adalah raja Salem. Secara umum, Alkitab mencatat usia semua orang penting dan juga asal-usulnya, namun tidak pada Melkisedek.

Di Timur Tengah, seorang yang tidak ada silsilahnya akan diremehkan, dihina, dan dikucilkan oleh masyarakat. Melkisedek, sekalipun tidak memiliki silsilah, tetap begitu dihormati sampai sekarang karena ia lebih tinggi dari nabi mana pun. Ia memiliki status khusus yang disebut raja Salem dan imam Allah yang Mahatinggi. Ketika menemuinya, Abraham begitu menghormatinya dan berlutut di hadapannya, seolah bersujud kepada Allah. Kemudian Abraham memberikan perpuluhan berupa barang-barang rampasan yang terbaik kepada Allah melalui hamba-Nya, Melkisedek, imam Allah yang Mahatinggi. Tetapi Abraham tetap tidak mengetahui asal-usulnya. Ada banyak tafsiran tentangnya. Ada yang menafsir ia adalah Sem, anak sulung Nuh. Jika benar, ketika Abraham menjumpai Melkisedek, Sem masih hidup dan sudah berusia ratusan tahun. Namun ini tetap suatu misteri. Abraham sujud menyembah kepadanya, dan melaluinya Abraham datang kepada Allah.

Mazmur 110 berbeda dengan semua mazmur lainnya, di mana Allah bersumpah mengangkat seorang seperti Melkisedek, duduk di sebelah kanan-Nya selama-lamanya. Kalimat Daud ini sangat paradoksikal. “TUHAN telah berfirman kepada tuanku.” Istilah “TUHAN” tidak boleh dipakai untuk siapa pun, kecuali hanya untuk Allah. Allah ialah Yahweh, sedangkan Israel tidak berani sembarang memakai nama Yahweh, karena hukum keempat, “Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan.” Maka, orang Yahudi tidak berani memanggil Yahweh, dan memanggilnya Adonai (Ibrani: Tuhan). Pada saat mereka menyalin Alkitab, dan bertemu dengan kata “Yahweh”, mereka begitu takut, langsung mencuci tangan dan berdoa mohon ampun, lalu kembali dan menulis sebagai “Adonai”, karena mereka takut kalau-kalau salah menulis satu huruf di antaranya, Tuhan akan marah. Pada saat Mazmur 110, mereka kewalahan, karena “Tuhan berkata kepada Tuanku, Aku menjadikan Engkau menurut Melkisedek, kedudukan-Mu setinggi dia, dan Engkau akan duduk di sebelah kanan-Ku untuk selamanya.” Kesulitan seperti ini tidak bisa dimengerti secara Alkitabiah dengan penjelasan seperti biasa. Kita harus mengerti Allah Tritunggal baru mengetahui Allah bisa berbicara kepada Allah. Jika tidak percaya kepada Allah Tritunggal, engkau tidak akan mengerti Mazmur 110:1 ini.

Kristus memakai ayat ini untuk membuat orang Yahudi bingung dan tidak tahu bagaimana menjawabnya. Kita percaya ada Tuhan yang diurapi Allah. Jika Ia keturunan Daud, bagaimana Daud yang menjadi nenek moyang Tuhan, menyebut keturunannya sebagai “Tuhan”? Daud satu-satunya yang paling mengerti sifat Kristologi ini, maka ia berkata, “Allah berkata kepada Tuhanku Kristus, Aku menjadikan Engkau menurut Melkisedek, setingkat dengan Imam Besar, dan Engkau akan duduk di sebelah kanan Allah.”

Pengakuan Iman Rasuli mengandung rahasia tertinggi tentang iman dari Alkitab dan kesimpulan dari wahyu Tuhan tentang para nabi di sepanjang sejarah. Dari kekal hingga kekal, rahasia Kristus yang tertinggi telah semuanya tercantum di dalam rumusan Pengakuan Iman Rasuli. Kristus mengalami lima tahap: disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati, dan naik ke sorga.

Bagaimana Kristus naik ke sorga sebelum Ia naik ke sorga? Tentang paradoks ini, Alkitab berkata, Ia di sorga turun ke bumi dan tetap ada di sorga. Yesus dari sorga dan turun ke bumi. Pada saat Ia turun ke bumi, pada saat yang sama Ia masih ada di sorga. Kristus adalah Firman yang menjadi daging. Yesus dilahirkan bukan seperti kita yang ada akibat pertemuan sperma dan sel telur. Kristus dilahirkan karena Roh Kudus menaungi Maria, sehingga Yesus dilahirkan menjadi manusia. Ia, Sang Pencipta itu sendiri, datang ke dalam dunia ciptaan-Nya. Kristus berdarah dan berdaging seperti kita, sehingga Ia memiliki empat kemungkinan: bisa lapar, haus, dilukai, dan mati di dunia ini. Tetapi Kristus juga memiliki kemungkinan untuk bangkit dari antara kematian, memiliki tubuh kemuliaan yang tidak akan rusak selamanya. Maka Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Ia pernah lapar, haus, dilukai, dan mati, tetapi tubuh-Nya tidak bisa rusak karena Allah tidak mengizinkan Tuhan memiliki kerusakan daging, dan Ia tidak ditinggalkan di dunia orang mati. Maka, pada hari yang ketiga, Ia dibangkitkan dari antara orang mati dan naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah. Inilah kedudukan yang sangat misterius yang dijadikan seperti Melkisedek ketika Abraham menjumpainya.

Misteri terbesar adalah misteri kristologis, di mana Allah menjelma menjadi manusia. Karena Ia adalah Allah sejati dan Ia pun juga manusia sejati, yang menjadi Pengantara di tengah Allah dan manusia, untuk menggenapi keselamatan dan menyempurnakan rencana serta janji Allah untuk menebus kita. Kuasa-Nya sebagai Allah sejati dan manusia sejati melampaui semua kuasa para nabi, rasul, ataupun semua manusia pendiri agama. Kristus naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, menjadi jaminan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Ia ada di dalam kemuliaan dan di sisi Tuhan Allah. Kita pun akan dijanjikan menerima kemuliaan dan beserta dengan-Nya di sisi Tuhan. Kristus mati, bangkit, naik ke sorga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, sesuai janji yang sudah Ia berikan kepada kita

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 29: Butir Kedua (23) Naik ke sorga

Pengakuan Iman Rasuli merupakan dokumen terpenting yang merangkum dan menyimpulkan seluruh isi Alkitab menjadi rangkaian kepercayaan Kristen. Dalam bahasa aslinya, bahasa Latin, tiga kali muncul kata credo, yang artinya: saya percaya,[1] masing-masing untuk Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Hanya Tiga Pribadi dan tidak termasuk dunia ciptaan, karena Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Pencipta. Maka, iman manusia tidak boleh tertuju kepada ciptaan, melainkan harus kepada Pencipta.

Kini kita akan membicarakan Yesus naik ke sorga, yang dimulai dari tiga kredo (“aku percaya”). Di dalam bahasa Latin ada tiga istilah atau bidang penting untuk mengategorikan kebudayaan, yaitu:

1) Aku tahu (Latin: scio). Semua orang yang memiliki pengetahuan boleh mengaku, “Aku tahu.” Mengamati alam memungkinkan manusia untuk mengerti dan mendapat pengetahuan tentang alam. Istilah scio menjadi cikal bakal dari kata Inggris: science, yang artinya ilmu pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang saya pahami dan menjadi pengetahuan saya. Ini adalah bidang pertama. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memperhatikan, mengamati, menghitung, merumuskan, dan akhirnya menjadikan bahan studi di dalam lingkup ilmu pengetahuan.

Namun, ada bidang yang tidak bisa diamati, dipelajari, dihitung, dan disimpulkan menjadi pengetahuan, tetapi hanya dapat dipikirkan saja, yaitu bidang filsafat, imajinasi, dan spekulasi pikiran manusia. Sebenarnya, ilmu pengetahuan adalah hal yang paling rendah, karena hanya mengetahui ciptaan yang ada di bawah manusia. Manusia lebih tinggi dari alam, karena alam diciptakan bagi manusia. Alam memiliki rumusan dan dalil yang Tuhan tetapkan, yang disebut sebagai hukum alam (natural law). Segala sesuatu Tuhan tetapkan ada di dalam kondisi dan dalil yang mengikat mereka. Dengan science kita mengubah cara hidup, mempersingkat waktu, dan bisa melampaui ikatan waktu dan tempat.

Manusia mustahil hanya hidup di dalam dunia materi, karena manusia memerlukan emosi, kasih, dan seni; memakai ingatan berjumpa dengan masa lampau, memakai imajinasi dan pengharapan berjumpa dengan masa depan. Pada saat melihat ke belakang, kita melihat sejarah; pada saat melihat ke depan, kita menemukan pengharapan. Oleh karena itu, pikiran mulai beralih dari science menuju kepada “aku berpikir”. Pada saat aku berpikir, aku mulai beralih melampaui alam, melampaui fenomena materi, dan segala dalil natural. Pemikiran itu diberikan Tuhan menjadi kebebasan manusia melampaui ikatan dunia materi.

2) Aku pikir (Latin: cogito). Orang yang memiliki daya pikir yang tajam, kekuatan inovatif yang limpah, dan kreativitas untuk berpikir, akan menjelajahi dunia yang lebih luas, besar, tinggi, bermutu, dan abadi. Tetapi, yang bisa kita pikirkan tetap terbatas. Kita tidak bisa memikirkan yang tidak ada, karena hanya akan menghasilkan mitos. Alkitab berkata bahwa Allah memberikan kemungkinan yang lebih tinggi daripada sekadar scio dan cogito. Manusia diberi kemungkinan untuk melampaui kedua wilayah ini menuju wilayah yang kekal dan tak terbatas.

3) Aku percaya (Latin: credo). Hal terpenting yang manusia miliki, yang melampaui alam, yang bisa diutarakan kepada Tuhan, yaitu hidup beriman. Alkitab menjanjikan, kita akan menuju dunia yang kekal. Inilah hidup yang melampaui keterbatasan inovasi manusia sebagai ciptaan yang terbatas. Di dalam firman yang diwahyukan, kita mendapat realitas kekal dan tidak berubah, mutlak dan tidak statis, di situlah kita menuju ke wilayah iman. Itulah credo. Sebagai orang Kristen, kita diberi wahyu yang darinya kita boleh menanamkan hidup beriman kepada-Nya yang tidak mungkin salah, karena Sang Pewahyu ialah Tuhan yang hidup dan sejati, dan yang memberikan pengertian akan rencana kekal-Nya kepada manusia. Maka, manusia bukan sekadar hidup dalam scio dan cogito tetapi juga dalam credo. Justru Pengakuan Iman Rasuli menyatakan iman kepada Yang-Tak-Terbatas ini, Yang-Tak-Berubah, yang mustahil salah, dan menjamin hidup manusia memiliki makna kekekalan.

Ketiga kondisi ini, menyadarkan kita bahwa bagaimanapun hebatnya kita, kita tetap adalah ciptaan yang terbatas dan terpolusi dosa, maka saya hanya bisa tercengang, mengeluh, dan menantikan hari penebusan Tuhan. Paulus berkata di dalam Roma 8:22-23, “Segala makhluk sama-sama mengeluh… sambil menantikan pengangkatan sebagai anak.” Pada saat itu, kita mengharapkan langit baru dan bumi baru, perubahan tubuh kita, karena Sang Pencipta telah rela turun memberikan ciptaan hidup yang baru.

Butir kedua Pengakuan Iman Rasuli, “Dan pada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria…” Kristus dilahirkan menjadi manusia, Firman menjadi daging, di mana manusia yang terbatas tidak mungkin melintasi keterbatasan untuk bersatu dengan Allah, tetapi Allah yang tak terbatas yang memungkinkan-Nya masuk ke dalam keterbatasan, berinkarnasi menjadi manusia, bersalutkan darah dan daging, hidup di tengah kita sebagai manusia. Maka, pertemuan antara ciptaan dan Pencipta menjadi mungkin karena datangnya Kristus ke dunia. Inilah artinya Natal.

“Aku keluar dari Bapa, datang ke dunia, dan Aku akan keluar dari dunia, kembali kepada Bapa.” Allah yang tidak terbatas, turun ke dunia yang terbatas. Ini satu-satunya kemungkinan dunia terkait dengan Allah; manusia berdosa kembali kepada Allah yang suci; yang terbatas boleh menikmati hidup Allah yang tak terbatas; yang relatif kembali kepada Allah yang mutlak.

Firman yang tidak terbatas rela membatas diri dalam darah dan daging sebagai manusia. Inilah inkarnasi, credo kepada Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Iman yang menghubungkan kita dengan Allah yang tidak tampak, yang kekal, yang mutlak, dan yang sejati. Iman itu sendiri harus memiliki keabsahan dari Allah. Alkitab berkata, “Iman datang dari pendengaran.”

Kaum Karismatik, Pentakosta yang antroposentris, dan kaum Liberal, beranggapan bahwa manusia dengan sendirinya telah diberikan insting iman, maka asal manusia beriman pasti akan mendapat berkat. Hanya Theologi Reformed yang memberitahukan bahwa mustahil segala usaha manusia untuk bisa beriman kepada Tuhan. Iman harus ditelusuri mulai dari firman dan wahyu Tuhan, dari sana kita baru mengetahui siapa diri kita, alam itu untuk apa, dan Allah itu bagaimana, sebagai dasar dan potensi yang mengandung bibit iman. Jadi firman dan iman tidak bisa dipisahkan.

Ketika engkau menerima sesuatu yang palsu tetapi menganggapnya benar, maka engkau tidak dapat lagi secara subjektif dari keyakinanmu mengubah yang palsu itu menjadi benar. Istilah penting dalam kebudayaan Yahudi: sejati (genuine). Orang Yahudi percaya Allah yang sejati, firman yang sejati, dan percaya dengan sejati harus dimulai dengan memiliki hati yang sejati untuk dapat menerima firman yang Tuhan yang sejati wahyukan. Hanya dengan cara itu, barulah ada kemungkinan untuk seseorang bisa mendapatkan iman yang sejati. Jadi berbagai elemen ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Dengan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, kita memberikan kesaksian sejati kepada sesama kita, yang mengakibatkan sesama pun boleh beriman kepada Tuhan. Oleh karena itu, credo itu sedemikian penting.

Objek iman menentukan nilai iman. Jika seseorang percaya sungguh-sungguh kepada objek iman yang tidak sejati, yang percaya telah memboroskan imannya kepada yang tidak patut dipercaya. Dalam hal beriman, yang paling menakutkan yaitu percaya kepada ilah yang salah. Bukan karena engkau beriman maka engkau yang menentukan nilai iman; tetapi kualitas objek yang engkau imani itulah yang menentukan nilai imanmu. Credo adalah beriman pada kebenaran yang sejati.

Selama dua bulan saya terus memikirkan hal yang sekarang akan saya ungkapkan. India dan Tiongkok merupakan negara-negara kuno yang berkebudayaan tinggi. Bedanya, India memikirkan hal yang kekal dan tidak mementingkan hidup di dunia. Tionghoa mementingkan hidup di dunia, maka mesti bermoral dan beretika. Upanishad, Kitab Suci Hinduisme, sudah berusia lebih dari 2.500 tahun. Analects, kitabnya Konfusius sudah lebih dari 2.500 tahun. Hanya Alkitab yang berusia lebih dari 3.500 tahun. Di antara semua agama dan kebudayaan, Alkitab adalah kitab yang paling kuno, yang terbaik, terakurat, dan termutlak.

Setelah 2.500 tahun, di India cuma ada 7,8 juta orang Buddhis, sedangkan Tiongkok memiliki 800 juta sampai 1 miliar orang Buddhis. Secara esensial, kebudayaan Tionghoa kurang dalam 3 hal: a) Siapa Allah; b) Ke mana manusia setelah mati; dan c) Bagaimana cara manusia memperkenan Allah. Kebudayaan Tionghoa hanya memperhatikan relasi yang baik antara suami-istri, anak-orang tua, pejabat-rakyat, persaudaraan, persahabatan, dan kehidupan moral-etis dalam masyarakat. Ini Lima Pertalian Moralitas Tionghoa. Maka, kekosongan agamawi yang tidak ada dalam kebudayaan Tionghoa langsung diisi Buddhisme, yang memikirkan bagaimana boleh hidup bahagia dalam kekekalan.

Tetapi, Buddhisme pun tetap memiliki kekurangan, karena mereka tidak mengetahui siapa Allah. Mereka hanya tahu dalil moralitas sebab-akibat. Jika berbuat baik, setelah mati akan reinkarnasi menjadi manusia. Jika berbuat tidak baik, setelah mati akan reinkarnasi menjadi hewan. Apa yang tidak ada pada Buddhisme, ada pada Hinduisme. Setelah memiliki Sakyamuni, India tetap tidak bisa menjadi Buddhis, karena ia membuang empat kasta yang sudah mendarah-daging dalam kebudayaan India.

Pengharapan Tionghoa pada Komunisme mengalami kekecewaan, lalu kekristenan masuk dan berkembang pesat dalam dua belas tahun terakhir, sedangkan India tidak merasa kecewa dengan Hinduisme, maka mereka tidak mau menjadi Kristen. Tiongkok selalu ditekan tradisi kuno, sampai Sun Yat-sen memperkenalkan kebudayaan demokrasi ke Tiongkok sekitar tahun 1911. Lima belas tahun kemudian, Mao Zedong membawa Komunisme melawan Kapitalisme, demokrasi, serta tradisi kuno, dan menjadikan Tiongkok negara Komunis.

Dalam masa sepuluh tahun (1966-1976), kepercayaan dan pengharapan rakyat pada Komunisme hancur. Ternyata melalui Komunisme, Mao menipu rakyat Tiongkok dan terbongkar satu per satu. Setelah sadar dan kecewa, hati mereka pun menjadi kosong. Timbullah pertanyaan, “Adakah kebenaran di dunia?” Sekitar 2.600 tahun dan 2.650 tahun yang lalu Tiongkok menghasilkan Konfusius dan India Sakyamuni. Kedua orang ini memiliki persamaan: Sakyamuni tidak percaya kasta, Konfusius pun tidak percaya lapisan masyarakat. Kita tidak boleh memisahkan manusia kaum bangsawan, kaum menengah (mediocre), dan kaum budak. Sistem empat kasta Hinduisme melawan kemanusiaan, maka Sakyamuni tidak setuju dengan Hinduisme. Konfusius juga tidak setuju adanya perbedaan lapisan dalam masyarakat, maka Konfusius menerima sekitar 3.000 murid untuk belajar filsafat, di antaranya ada pedagang besar dan ada tukang pikul barang.

Di masa Konfusius, dunia pendidikan tidak mengenal diskriminasi lapisan sosial. Konfusius menjadi revolusioner yang agung, salah satu guru terbesar dalam sejarah, maka kaum miskin di Tiongkok saat itu pasti bisa sekolah. Saya kira ini salah satu hal terpenting dalam kebudayaan Tionghoa, maka orang Tionghoa tidak dibuang oleh Tuhan.

Orang Tionghoa juga tidak pernah menjajah dan membunuh bangsa lain, sedangkan Jepang sempat memerkosa dan membunuh sekitar 320.000 wanita cantik di Tiongkok pada sekitar Agustus 1937 hingga 1938 di Nanjing. Ketika sebuah museum tentang pembantaian Jepang dibangun, di mana semua foto pembantaian yang ditemukan dipamerkan di sana, peristiwa ini mendapat perhatian seluruh dunia, karena dahulu dunia Barat tidak percaya bahwa orang Jepang bisa begitu kejam. Kini semua apa yang terjadi telah terbongkar. Yang paling menakutkan, pada tahun 2017 lalu, wakil Perdana Menteri Jepang berkata, “Biarlah kita menyatakan fakta yang pernah terjadi dalam sejarah dunia. Jepang memang memerkosa dan membunuh wanita-wanita Tionghoa.” Jepang terkejut, karena pengumuman ini mempermalukan orang Jepang. Karena tepat selama 80 tahun (1937-2017), orang Jepang sama sekali tidak mau mengakui bahwa mereka bersalah. Allah sejati harus mendapat respons yang selayaknya: iman yang jujur, yaitu credo.

Pengakuan Iman Rasuli ditulis dengan “Credo” pada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, dan bagian Allah Anak memiliki isi yang paling panjang, karena inti iman pada Allah, melalui Roh Kudus yang membawa Kristus dalam hati, dan melalui Kristus memimpin kembali kepada Allah Bapa. Istilah credo, di dalam bahasa Yunani adalah pistos. Dalam Latin, ada istilah lain yang umum untuk iman, yaitu fide (Ing. faith).

Objek iman menentukan nilai iman. Tuhan patut diimani, karena dengan kesetiaan, ketidakberubahan, dan belas kasihan Ia mewahyukan kebenaran, maka kita tidak perlu takut dipermainkan, karena Allah tidak pernah menipu manusia. Jika engkau memiliki suami yang tidak menipumu dan ayah yang sungguh mendidikmu dengan jujur, engkau menjadi orang yang berbahagia. Jika engkau memiliki Tuhan yang memberikan wahyu yang sejati, dan engkau beriman dan menaati firman-Nya, engkau berbahagia. Itulah makna credo dengan sesungguh-sungguhnya.

“Aku percaya kepada Allah yang sejati dan sungguh mencintai kita,” namanya credo. Allah memberikan kebenaran, maka kita bisa berharap menerima kebenaran dengan interpretasi yang jujur. Maka, pendeta yang baik, yang belajar, mengerti firman, dan jujur dalam mengutarakan, khotbahnya akan berbeda. Alkitab tidak pernah berkata, siapa yang percaya Yesus pasti akan kaya. Tetapi ucapan itu muncul di beberapa gereja tertentu. Itu penipuan, karena tidak mau belajar firman Tuhan dengan benar dan menganggap diri benar. Gereja yang baik bukan yang banyak jemaatnya, karena banyak gereja mengumpulkan ribuan orang lalu menutup telinga mereka agar tidak mendengarkan kebenaran.
Beriman sungguh kepada yang sungguh patut diimani, inilah tugas orang Kristen. Tuhan kita adalah Tuhan yang sejati, yang patut dipercaya, yang mewahyukan diri-Nya, dan kita harus sungguh beriman kepada-Nya.

Inilah yang disebut credo. Aku percaya kepada Allah, aku percaya kepada Kristus, aku percaya kepada Roh Kudus. Hanya tiga kali kata credo muncul dalam Pengakuan Iman Rasuli aslinya. Hanya tiga kali kata credo menyatakan Allah yang sejati, dan kita harus jujur mengikuti apa yang diwahyukan. Iman Kristen datang dari pendengaran. Sekarang kekristenan di Indonesia dilanda penipuan dari mimbar yang tidak belajar, tidak setia, dan tidak mengerti, hanya berteriak bersuara keras yang menyenangkan telinga dan berani berkhotbah, lalu langsung ribuan orang datang dan dicuci otaknya, dibius pikirannya, dilumpuhkan rasionya, asal percaya saja. Agama memiliki unsur yang membunuh iman, makin membaca Kitab Suci makin tidak mengerti tetapi makin merasa beriman. Inilah iman tanpa pengertian.

Alkitab tidak demikian. Orang-orang Reformed Injili tidak boleh begitu. Kita harus memberitakan firman dengan sungguh, bertanggung jawab, jujur, teliti, dan akurat, agar jemaat mengenal firman dan menyatakan iman yang jujur dan sejati pada Tuhan. “Aku mengerti Siapa yang aku percaya.” Dengan iman yang sejati pada Allah sejati, imanmu bertumbuh. Kristus sudah berinkarnasi, mati, dikuburkan, turun dalam kerajaan maut, bangkit pada hari yang ketiga, dan empat puluh hari kemudian naik ke sorga. Tetapi Yesus naik ke sorga jangan hanya dimengerti setelah mati, bangkit, baru naik ke sorga.

Alkitab berkata, saat di atas salib Ia berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Saat yang sama tabir di Bait Allah yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus terbelah menjadi dua dari atas ke bawah. Ini mujizat besar. Karena tabir itu bukan di Bait Allah yang dibangun Salomo atau Zerubabel, tetapi dibangun oleh Herodes yang puluhan kali lebih besar daripada rumah ibadah biasa, termasuk Bait Allah buatan Zerubabel. Salomo membuat Bait Allah yang besar, tetapi tidak lebih besar dari Bait Allah buatan Herodes. Herodes seorang yang ambisinya liar, sangat egois. Ia bukan orang Yahudi, tetapi bisa dipilih oleh pemerintah Romawi untuk menjadi raja Israel. Untuk membuktikan bahwa ia bisa memimpin, dibuatnya Bait Allah terbesar untuk membius orang Yahudi bahwa ia pemimpin mereka yang baik dan agar mereka tunduk di bawah pemerintahannya.

Para pemimpin dunia dan politikus tahu bagaimana memperalat agama sebagai alat agar manusia percaya padanya. Tetapi, menurut saya, Bait Allah yang didirikan Herodes berfungsi hanya satu kali saja, yaitu saat tabir terbelah dua dari atas sampai bawah. Tabir yang sedemikian besar, tinggi, dan beratnya, sehingga memerlukan sekitar 300 orang untuk bisa menaikkannya ke atas, menunjukkan bahwa ketika tabir itu terbelah, itu bukan kuasa manusia.

Hanya dua kali tangan Allah langsung campur tangan. Pertama, terjadi di istana Belsyazar, tangan Allah menulis di dinding: “MenĂ©, menĂ©, tekĂ©l ufarsin.” (“Sudah dihitung Allah masamu, tuanku telah ditimbang neraca dan didapati terlalu ringan, kerajaan tuanku dipecah dan diberikan pada Media dan Persia.”) Itu tulisan tangan Tuhan, bukan manusia, berupa kalimat nubuat yang menakutkan. Peristiwa kedua, tangan Tuhan muncul di Bait Allah dengan membelah dua tabirnya dari atas sampai bawah, membuktikan sudah tidak perlu lagi manusia menjadi imam besar yang masuk ke dalam Ruang Mahakudus. Tuhan sudah merobeknya dan membuka jalan yang baru melalui kematian Kristus. Maka, saya percaya, sebelum bangkit, Yesus sudah naik ke sorga. Naik ke sorga sebelum naik ke sorga. Artinya: Pada saat Yesus mati, bangkit, maka empat puluh hari kemudian Ia naik ke sorga. Secara kronologis, setelah kematian dan kebangkitan-Nya, empat puluh hari kemudian barulah Ia naik ke sorga. Tetapi, secara rohani, Yesus sudah naik ke sorga pada saat di atas salib dan berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Amin.

Endnotes:
[1] Dalam versi bahasa Indonesia hanya dua kali muncul istilah “Aku percaya, …”

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 30: Butir Kedua (24) Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati

Ini adalah butir terakhir Kristologi dalam Pengakuan Iman Rasuli. Yesus yang kita percaya bukan hanya manusia yang hidup di dunia selama tiga puluh tiga setengah tahun saja, tetapi Ia sudah ada sejak kekekalan, dan di akhir zaman Ia akan datang kembali. Pribadi Kedua Allah Tritunggal, satu-satunya Juruselamat yang diutus Bapa ke dunia untuk menebus manusia, adalah Pengantara antara Allah dan manusia. Melalui kematian-Nya, Ia telah mengalahkan Iblis dan menggenapi penebusan dan seluruh nubuat Perjanjian Lama. Dialah Yesus “yang bangkit dari kematian, naik ke sorga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa”. Dan Ia senantiasa bersyafaat bagi kita, sehingga orang Kristen memiliki kekuatan untuk menjalani hidup yang berkemenangan dan bersaksi di dunia bagi Tuhan.

Butir terakhir bagian Kristologi ini mengandung tiga makna waktu. Sekitar 1.550 tahun yang lalu, di dalam pemikiran dan filsafat Agustinus dikatakan, “Jika engkau belum menanyakan kepadaku tentang waktu, aku mengira sudah mengerti apa itu waktu; tetapi ketika engkau menanyakannya, maka aku harus menjawab dengan jujur bahwa aku sama sekali tidak mengerti.” Ketika kita berada di dalam sebuah ruang, kita tahu karena kita dapat melihatnya; tetapi pada saat kita berada di dalam waktu, kita sulit tahu karena kita tidak melihatnya, bahkan tidak sadar waktu sudah berlalu dan terbuang, dan kita tidak menyesalinya.

Di Tiongkok, seorang sastrawan berkata, “Ketika aku membasuh tanganku, waktu berlalu dari tempat cuci tanganku; pada saat aku tidur, waktu berlalu dari ranjangku; pada saat hidup di dunia, waktu berlalu dari hidupku; aku sama sekali tidak merasakannya.” Tidak satu pun agama atau kebudayaan yang tahu jelas apa itu waktu. Di dalam kekaburan, manusia membuat kesimpulan yang salah pula. Banyak orang beranggapan bahwa waktu terus berputar. Setelah musim semi, datanglah musim panas, lalu musim gugur, dan kemudian musim dingin, selanjutnya kembali ke musim semi, demikian seterusnya. Bahkan banyak orang beranggapan hidup kita pun merupakan siklus yang terus berputar. Setelah lahir kita akan menjadi dewasa, tua, dan mati; dan setelah mati akan dilahirkan kembali, reinkarnasi. Bukan hanya pemikiran filsafat dan agama di India, tetapi orang Tionghoa yang dipengaruhi Buddhisme pun berpikiran sama. Para filsuf Yunani juga berpikiran sama, seperti Pythagoras, dan 150 tahun sesudahnya, Socrates dan Plato juga berpikiran sama. Reinkarnasi telah menjadi fenomena global dan universal, baik di Barat maupun Timur, baik kuno maupun masa kini.

Tetapi, sekitar seribu lima ratus tahun lalu, seorang pemikir besar, Agustinus, tiba-tiba menyatakan bahwa waktu bukan terus berputar, tetapi merupakan garis linear yang terus maju ke depan dari titik awal sampai titik akhir, dan sesudah itu akan masuk ke dalam kekekalan. Ia berkata bahwa ada satu hal yang bisa membuktikan bahwa kekekalan itu ada, yaitu manusia memiliki ingatan (memory). Manusia bisa mengingat sejarah selama ribuan tahun, meneliti keberhasilan yang teragung dalam sejarah, dan semua penelitian tersebut satu per satu dapat diingat di dalam otak. Kita hanya hidup di dunia selama beberapa puluh tahun, tetapi dapat meneliti pemikiran filsafat tiga ribu tahun yang lalu, mengingat peristiwa selama ribuan tahun dalam sejarah. Ini merupakan kekekalan yang melampaui waktu. Semua masuk dalam ingatan (memory). Maka, ingatan itu sendiri merupakan sebuah tanda kekekalan.

Kedua konsep tentang waktu ini telah memengaruhi dua bentuk kebudayaan yang berbeda: a) kebudayaan yang percaya bahwa waktu terus berputar, maka masyarakatnya tidak akan memiliki semangat maju yang signifikan; dan b) kebudayaan yang percaya bahwa waktu satu kali lewat dan tidak akan kembali lagi, maka masyarakatnya akan terus-menerus berpacu untuk maju. Jika Anda percaya reinkarnasi, jika berbuat salah, Anda akan melakukannya kembali dan tidak akan takut berbuat salah karena menganggap selalu ada kesempatan yang berulang. Orang tidak akan pernah bertobat, karena pengaruh konsep waktu berputar. Tetapi orang yang tahu bahwa sekali berbuat salah tidak akan bisa kembali lagi, maka ia akan melakukan apa pun dengan segala kewaspadaan, dan ia tidak akan memboroskan setiap kesempatan, karena kesempatan tidak datang dua kali.

Eropa dan Amerika Serikat dipengaruhi oleh pemikiran Agustinus, sehingga mereka memegang setiap momen sejarah, dan dengan sekuat tenaga memakai setiap kesempatan. Tidak demikian dengan India. Jika seseorang berbuat salah, masih bisa reinkarnasi. Konsep religius mereka tentang waktu ini merupakan hasil pengamatan mereka terhadap alam, sementara konsep waktu Agustinus dipengaruhi wahyu Allah dalam Alkitab. Kitab Yesaya mencatat bahwa waktu setelah lewat tidak akan kembali lagi. Allah berkata kepada Israel, “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku”” (Yesaya 44:6). Kalimat ini hanya diucapkan satu kali saja, dan setelah 1.100 tahun kemudian hanya ada satu orang yang mengerti kalimat ini, yaitu Agustinus. Bagaimana kita melihat dapat fokus pada kehendak Tuhan secara tepat, maka seumur hidup yang kita lakukan pasti akan berbeda dengan mereka yang tidak dapat melihat. Ketika saya melihat kehendak Tuhan, maka saya ingin menyampaikan kebenaran firman-Nya dan meletakkan diri sepenuhnya untuk pelayanan khotbah sampai tua. Ribuan khotbah yang pernah saya sampaikan didasarkan pada studi Alkitab, bergumul, dan mendapat pimpinan Tuhan, barulah khotbah tersebut saya sampaikan. Maka saya menasihatkan Anda untuk membaca banyak buku.

Sejak Agustinus, kebudayaan Barat terus maju, tetapi masyarakat Timur karena dipengaruhi konsep reinkarnasi dan feng shui, selama ribuan tahun tidak ada kemajuan yang berarti. Sekarang Jepang, Tiongkok, dan India mendapat kemajuan besar akibat pengaruh dari pemikiran Barat. Itu sebabnya, kalimat terakhir Kristologi dalam Pengakuan Iman Rasuli, “Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” Pada saat Kristus datang kembali, tidak seorang pun yang dapat luput dari penghakiman. Makna sejarah dan waktu yang linear, sekali berlalu tidak akan kembali lagi, akan membawa manusia kepada penghakiman terakhir. Kuasa terakhir di seluruh dunia ada di tangan Kristus, setiap orang akan dihakimi, baik raja maupun pengemis, dan mustahil ada yang bisa luput dari penghakiman Kristus. Apa pun yang pernah kita lakukan, nanti harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Yesus berkata, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan” (Lukas 8:17). Roma 2 mengatakan bahwa setiap perbuatan manusia, baik atau jahat, akan diberi ganjaran. Yang melakukan kebaikan akan mendapat pahala, dan yang melakukan kejahatan akan mendapat hukuman.

Pertama kali, ketika Yesus datang ke dunia, Ia mati dan bangkit bagi kita, kuasa penghakiman itu telah Ia terima sendiri, namun sampai Ia datang kembali barulah Ia jalankan. Ia mengalirkan darah, mengorbankan nyawa-Nya untuk kita. Anugerah pengampunan dosa Ia berikan kepada kita agar semua yang percaya kepada-Nya tidak binasa. Jika manusia menolak, pada saat Kristus datang kembali, tidak seorang pun yang bisa menentang-Nya lagi. Alkitab berkata bahwa Kristus datang dua kali. Yang pertama, Ia datang ke dunia untuk melakukan penebusan, mengampuni dosa umat manusia, disalibkan demi manusia. Tetapi banyak orang mempermainkan anugerah Tuhan, menghina anugerah keselamatan dan pengampunan dosa dari Tuhan, dan terus melakukan dosa. Sampai tiba waktunya Ia datang kedua kalinya, Ia akan menghakimi, di mana kesempatan sudah berakhir, tidak ada lagi penebusan, dan itulah waktu murka Allah akan dinyatakan.

Pengakuan Iman Rasuli berkata, “Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” Itu berarti:

(1) Waktu Kristus datang kembali, itu berarti waktu sudah berakhir. Kristus datang untuk menghakimi, berarti karena dosa-dosa kita, kita akan dihakimi. Hari ini di dunia ada dua macam orang. Satu golongan orang ialah mereka yang penuh kesadaran atas apa yang mereka lakukan, di mana hati nuraninya senantiasa menyadarkan apa yang boleh atau tidak boleh ia lakukan. Golongan yang lain adalah yang berani melakukan apa pun juga sampai hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Penghakiman merupakan catatan Alkitab, banyak tahapan yang berbeda yang terjadi. Jika seseorang melakukan kesalahan, yang paling awal menghakimi adalah hati nurani yang ada di dalam diri orang itu sendiri; lalu penghakiman dari kawan, dari masyarakat, negara, dan terakhir adalah penghakiman dari Kristus sendiri, yang Ia lakukan pada saat Ia datang kembali sebagai Hakim Terakhir pada akhir zaman.

Ada beberapa macam penghakiman, seperti penghakiman pada orang Kristen, yaitu yang pertama, penghakiman bukan akibat berdosa, karena dosa yang dilakukan oleh orang Kristen telah ditanggung oleh Kristus di dalam kematian-Nya. Oleh karena itu, kita mendapatkan pengadilan yang adil dari Tuhan untuk memutuskan seberapa baik yang kita lakukan selama kita hidup. Sama seperti yang Paulus katakan, “Ada mahkota kebenaran yang disiapkan untukku.” Pada saat itu, penghakiman yang adil atas anak-anak Tuhan dilakukan, yaitu dengan memberikan mahkota kebenaran kepadanya. Ini merupakan penghakiman atas pelayanan dan kehidupan setiap orang Kristen.

Dan pada akhirnya, yang kedua, penghakiman di akhir zaman adalah penghakiman takhta aras putih. Yesus akan menghakimi semua orang berdosa. Allah Bapa memberikan kuasa penghakiman atas seluruh dunia ini kepada Allah Anak, maka setiap orang pada akhirnya akan menghadapi penghakiman Kristus. Tidak ada seorang pun yang dapat menyangkal-Nya, luput, ataupun melarikan diri dari pengadilan terakhir ini. Pada saat itu, mereka akan dibuang ke neraka yang kekal. Menurut Wahyu 20:10, akan ada nabi palsu, rasul palsu, dan setan yang semuanya akan dilemparkan ke neraka dan mereka menderita dengan sangat sampai selamanya. Di dalam Kitab Kejadian, muncul satu ucapan yang disampaikan kepada Adam, “Allah yang menghakimi seluruh dunia, bukankah Ia akan melakukan keadilan?” Di dalam Yohanes 5:27 dikatakan, “Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.” Dan Ia pasti akan datang kembali. Yesus akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Pada saat itu, semua kaisar, raja, presiden, jenderal, atau semua orang hebat, penguasa, kaum yang gagah perkasa, dan konglomerat di seluruh dunia akan gemetar dan berkata, “Biarlah gunung jatuh dan menimpaku, karena aku takut melihat Anak Allah datang untuk menghakimi dunia.”

(2) Dunia akan masuk ke dalam saat yang akan datang. Waktu ada akhirnya, setelah berakhir ada kekekalan. Di manakah engkau akan menghabiskan kekekalanmu? Jika seseorang sudah meninggal, ia tidak akan kembali lagi. Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Gedung Putih memberikan penghargaan yang sangat penting kepada Pdt. Billy Graham, karena ia menjadi penginjil besar di seluruh Amerika Serikat dan telah melewati tujuh masa kepresidenan Amerika Serikat. Banyak pelantikan presiden Amerika mengharapkan Pdt. Billy Graham dapat hadir di Gedung Putih dan memberikan berkat kepada presiden terpilih. Pada saat Bill Clinton dilantik menjadi presiden, saya sempat diundang ke Amerika. Saya menyaksikan sendiri Billy Graham naik ke podium memberkati Clinton, memohon agar Tuhan memberinya hikmat, kekuatan, dan keadilan, memerintah seluruh rakyat Amerika Serikat. Saya sangat tergugah, karena beberapa ucapannya sangat Alkitabiah. Tetapi ketika mengakhiri, saya sangat kecewa, karena ia bukan berkata, “Di dalam nama Yesus, amin.” Di Gedung Putih banyak orang Yahudi yang menentang Tuhan Yesus. Ia sangat memperhatikan bagaimana pandangan orang Yahudi kepadanya, sehingga ia mengakhiri doanya dengan: “Di dalam nama Dia yang disebut Penasihat Ajaib, Raja Damai, Bapa Kekal, amin.” Maka saya pun tahu bahwa ia berusaha menyenangkan orang Yahudi.

Hari ini banyak pendeta yang berusaha menyenangkan orang kaya, presiden, dan lain-lain, sehingga mereka berkompromi. Rupanya Billy Graham pun berkompromi. Namun, Donald Trump memiliki satu kebaikan. Apa yang pernah ia sampaikan akan dengan sekuat tenaga ia lakukan. Setelah menjadi presiden hingga saat ini, ekonomi Amerika Serikat menjadi makin kuat dan makin banyak yang berinvestasi di Amerika Serikat; banyak perusahaan Amerika yang tadinya di luar negeri sekarang kembali ke Amerika Serikat. Bahkan Foxcom dari Tiongkok juga telah berinvestasi dalam jumlah besar di Amerika. Sekalipun penentangnya banyak, tetapi rakyat Amerika mau tidak mau harus mengakui bahwa Amerika sedang menuju kuat kembali. Trump berkata satu kalimat, “Aku pembela orang Kristen yang dianiaya.” Sekarang banyak orang Muslim sedang menganiaya orang Kristen. Dua bulan lalu ia berkata, “Sekarang saya presiden, maka mulai tahun ini silakan mengucapkan “Selamat Natal!” Jangan takut.” Ini satu-satunya presiden yang selama beberapa tahun belakangan ini berani berkata seperti itu. Ia juga berkata, “Kita harus mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.”

Saya tidak memberikan penilaian apa pun tentang hal ini, tetapi satu rahasia yang saya katakan, bahwa sejak zaman Richard Nixon menjadi presiden Amerika Serikat, semua presiden Amerika Serikat harus mengakui Yerusalem itu ibukota Israel. Parlemen Amerika mencatat apa yang mereka sampaikan, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang melaksanakannya. Hanya Trump melaksanakan apa yang ia sampaikan. Ketika ia melaksanakan, semua negara Arab, bahkan PBB pun, menentangnya. Mau tidak mau kita pun harus mengakui keberanian Donald Trump.

Dunia kekurangan orang-orang yang berani, karena ketika melihat ada bahaya, kita pun menjadi lemas, gemetar, dan takut. Orang yang penakut tidak akan pernah mengakui bahwa ia takut, tetapi ia akan berkata, “Kita harus berhikmat.” Pada saat kami menyelenggarakan Konvensi Refo500 di Jakarta, dan mengundang para pembicara terkenal di seluruh dunia untuk datang berbicara di dalam konvensi ini, di antara mereka ada satu yang tadinya saya hormati dan ia pun menghormati saya. Ia pernah datang ke Indonesia. Ternyata dia mempelajari satu hal dari saya tetapi dengan diam-diam tanpa mau mengakuinya langsung di depan saya, tetapi akhirnya ia menceritakan itu kepada rekannya yang kemudian menyampaikan kepada saya. Ketika ia diberi tema, ia tahu tema itu bisa membahayakan dirinya, maka ia menjawab bahwa ia tidak mau membahas tema itu karena “kita harus berhikmat”. Saya tahu ia takut. Kita harus menghormati seseorang yang berperang bagi kebenaran, demi Tuhan, dan demi kemurnian firman-Nya. Namun, tidak semua orang seperti itu. Hal yang kita lakukan hari ini jangan kita anggap kita memiliki kebebasan untuk bisa melakukan apa saja. Kita mengetahui bahwa Tuhan terus mengamati dan mengingat semuanya. Anugerah Tuhan demikian besar.

Sebagai manusia, seumur hidup kita harus berusaha melaksanakan semua yang Dia perintahkan, karena suatu hari nanti Kristus akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Jangan kita beranggapan dalam kedalaman hati kita ada niat jahat dan Tuhan tidak tahu. Yesus berkata, “Segala perkataan di dalam ruang tertutup, di atas rumah, akan disampaikan secara terbuka.” Yesus mengatakan ini dua ribu tahun yang lalu, apa pun rahasiamu akan dibongkar. Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa, maka pada penghakiman terakhir tidak ada seorang pun yang bisa menghindar. Kita hidup di dunia, bagaimanapun kita hidup, memakai waktu kita, kebebasan kita, melakukan kebajikan, melakukan kehendak Tuhan, dan hal baik yang bisa dilakukan hari ini, janganlah ditunda hingga esok. Sekarang banyak orang kaya, yang mereka dapat turunkan kepada anak-anaknya adalah kekayaan mereka, yang akhirnya menyebabkan mereka berselisih, bertengkar, dan saling membunuh.

(3) Kristuslah Hakim terakhir. Kuasa yang Allah berikan kepada-Nya untuk menghakimi, baik mereka yang jahat maupun mereka yang benar di seluruh dunia, menyatakan bahwa Dialah Anak Allah. Tidak seorang manusia pun dapat luput, karena kita semua bisa mati. Di Alkitab ada tiga kalimat yang sering dipakai dalam mengabarkan Injil, yaitu: 1) Semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23); 2) Semua orang telah berdosa dan upah dosa adalah maut (Roma 6:23); dan c) Semua manusia akan mati dan akan menghadapi penghakiman terakhir. Yesus Kristus akan datang untuk menghakimi. Setelah kematian, masih ada penghakiman terakhir. Jika kita mengerti ketiga kalimat ini, maka kita akan menjadi orang Kristen yang baik. Dengan waspada kita akan memperhatikan hidup kita di hadapan Tuhan. Kiranya Tuhan terus menyertai dan memberkati kita

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 31: Butir Ketiga (1) Aku percaya kepada Roh Kudus

Kini kita memasuki Pengakuan Iman Rasuli bagian ketiga. Bagian pertama tentang Allah Bapa, bagian kedua tentang Allah Anak dan ini yang terpanjang, dan bagian ketiga tentang Allah Roh Kudus. Bagian ketiga dimulai dengan, “Aku percaya kepada Roh Kudus.” Allah Roh Kudus adalah Sang Pendiri Gereja dan Penolong umat Allah. Iman yang sejati harus kepada Allah yang sejati. Kita telah membicarakan tentang tiga aspek penting dalam kebudayaan Yunani, yaitu: scio, cogito, dan credo. Dengan melihat, lalu memikirkan, memperhitungkan, menganalisis, kemudian menyelidiki dan menguji coba, akhirnya “aku tahu”. Inilah inti kebudayaan Barat yang sangat mementingkan pengetahuan. Epistemologi (ilmu filsafat tentang pengetahuan) menjadi keahlian dan keunikan kebudayaan Yunani, yang selain tahu juga mengembangkan “mengapa tahu yang engkau tahu itu benar-benar adalah pengetahuan sejati”. Oleh karena itu, tahu tentang pengetahuan lebih dari hanya sekadar tahu sesuatu. Orang bodoh hanya mau mengetahui melalui diberi tahu, tetapi orang yang berpengertian lebih tinggi harus bertanggung jawab atas apa yang ia tahu.

Pendidikan yang paling rendah adalah pengajaran dan pembelajaran informatif (informative teaching and learning). Guru yang buruk hanya memberikan informasi dan murid yang bodoh mengira ia sudah tahu jika ia telah menerima informasi. Orang-orang Yunani tidak demikian. Seseorang harus tahu bagaimana cara belajarnya, serta apa dalil dan dasar logikanya, barulah ia bisa membuktikan pengetahuan itu mungkin benar. Mereka menggabungkan pikiran dengan logos.

Logos di dalam Alkitab berarti Firman, sedangkan cara berpikir disebut logika. Logika adalah mengerti Logos. Logika mengandung dalil dan prinsip untuk dapat menggali dan mengerti sesuatu yang disebut logos. Jika logos diasumsikan sebagai kebenaran, logika adalah cara menemukan kebenaran. Jika aku tahu, aku harus bertanggung jawab atas apa yang aku anggap tahu, sehingga aku tidak bisa hanya mengatakan bahwa aku tahu karena aku mendapatkan informasi dan aku tidak tahu karena aku tidak mendapatkan informasi. Ini adalah sikap orang yang rendah, yang tidak bertanggung jawab.

Orang Yunani menurunkan logika dan epistemologi, dengan silogisme, induksi, dan deduksinya, khususnya dalam pemikiran Aristoteles, hingga kini menjadi warisan penting di dunia Barat. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan tentang pengetahuan. Dunia Barat dipengaruhi oleh dua kebudayaan penting, yaitu Hebrew (Ibrani/Yahudi) dan Hellenistik(Yunani). Sedangkan dunia Timur, seperti India, Tiongkok, dan Korea, sudah memiliki kebudayaan sendiri yang menyejarah ribuan tahun panjangnya. Namun, budaya Timur ini hanyalah sekadar mengikuti tradisi yang berjalan, tidak ada analisis kritis, penyelidikan, penelitian, dan eksperimen yang berhasil besar.

Dasar kebudayaan Ibrani adalah mendengar (hear). Mereka mendengar Tuhan memberi perintah, “Dengarlah, hai Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Sedangkan dasar kebudayaan Yunani adalah melihat (see). Mereka melihat dan mengamati segala benda dan berbagai gejala di alam, lalu diteliti dan dianalisis. Maka, mereka menemukan banyak prinsip, dalil, dan mulai bereksperiman turun-temurun ribuan tahun sampai sekarang.

Abraham beriman kepada Tuhan, dan kaum beriman disebut sebagai anak-anak Abraham. Sedangkan orang-orang Yunani, mulai dari para filsuf pra-Sokrates, mengamati dan menyelidiki pikiran dan alam. Orang-orang Yunani hanya memiliki kuasa dan mitos yang tidak memiliki dasar dan fakta sejarah apa pun, tidak memiliki pemikiran tentang kesucian dan keadilan mutlak, tidak memiliki kebajikan dan kasih sejati, kemurahan dan belas kasihan yang murni. Iman Perjanjian Lama yang disambung dengan wahyu Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus pada orang Kristen zaman ini, meskipun sulit dijelaskan dengan kata, tetapi fakta yang mendukung iman kepercayaan Kristen dapat tahan uji melalui penganiayaan yang hebat. Orang Kristen adalah orang-orang yang tidak menyerah karena tahu pasti apa yang diimaninya benar adanya.

Allah yang sejati dengan jujur dan sejati memberikan wahyu sejati, memberitahukan kebenaran yang sejati kepada orang yang sungguh-sungguh mau mencari Dia. Hati yang sejati pun diberikan oleh Tuhan agar dapat membersihkan semua nafsu yang salah dan mengubah sikap yang serong, maka manusia boleh rendah hati. Semua itu diciptakan oleh Tuhan.

Daud berkata, “Ciptalah bagiku hati yang bersih agar aku merindukan firman-Mu,” karena mitos Yunani tidak dapat mempertanggungjawabkan hal ini, maka otomatis ia gugur dalam sejarah. Tetapi iman Kristen tahan uji, dibuktikan sejarah dan tidak gugur selama-lamanya. Orang Ibrani mendengarkan suara wahyu Allah Pencipta langit dan bumi, sedangkan orang Yunani mengamati langit dan bumi yang diciptakan Allah. Firman Allah adalah kebenaran yang kekal.

Kembali kita mengingat: (1) scio (aku tahu), aku tahu pengetahuan tidak kosong, karena ada bukti dan fakta sejarah dan keadaan alam semesta ciptaan Tuhan. Istilah scio menjadi asal kata dari kata science, ilmu pengetahuan. Ini pemikiran Yunani. Jika saya tidak bisa tahu atau di luar rasio dan logika saya yang terbatas, (2) cogito (aku berpikir), berpikir sampai akhirnya tetap tidak bisa menerobos, maka (3) credo (aku percaya). Saat engkau percaya, engkau telah melampaui pengetahuan, penyelidikan, eksperimen, dengan iman melangkahi apa yang kautahu dan pikir.

Iman diperlukan dalam segala langkah dan periode hidup manusia. Memakai odol saja perlu iman, karena kita tidak tahu atau menyelidiki, bahwa odol itu beracun atau tidak. Kita mustahil melakukan segalanya tanpa iman. Alkitab mengatakan bahwa Allah yang sejati dan tidak berdusta, dengan motivasi sejati, mewahyukan kebenaran sejati kepada manusia yang Ia kasihi. Di situlah iman ditegakkan. Pengakuan Iman Rasuli (PIR) memiliki credo kepada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah menjadi objek iman dan Allah yang sejati, jujur, kekal, tak berubah, dan setia akan menjadi jaminan dapat dipercaya. PIR telah mengubah dunia lebih dari apa pun, kecuali Alkitab. PIR sendiri adalah hasil rumusan dari wahyu Tuhan menjadi butir-butir kredo.

Kini kita masuk ke dalam tema yang ketiga, “Aku percaya kepada Roh Kudus.” Orang-orang Romawi tidak mengerti pemikiran orang Yahudi, apalagi orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen. Leluhur orang Yahudi percaya kepada Allah Yahweh, berbeda dengan orang Romawi yang percaya kepada dewa yang ada di dalam sejarah dan ada orangnya, seperti Achilles. Tetapi “Dewa” orang Yahudi, yang disebut Yahweh, tidak tampak, tidak bertubuh, dan tidak bermateri. Orang Yahudi berkata, “Kami bisa percaya kepada Allah yang tidak tampak karena kami dapat melihat secara rohani.” Beberapa ratus tahun kemudian, Kekaisaran Romawi tumbang. Kerajaan Romawi dibangun 753 SM. Kekaisaran Romawi Barat hancur pada tahun 397 di Roma. Kaisar Konstantin memindahkan ibu kota dari Romawi Barat ke Timur, ke kota Konstantinopel (sekarang Istanbul). Kekaisaran ini berlangsung hingga 1453, menjadi kekaisaran terlama di sepanjang sejarah dunia. Pada saat orang Romawi menganiaya orang Kristen, orang Kristen bisa bertahan karena “Aku percaya”. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mencipta, Anak yang menebus, dan Roh Kudus yang melindungi dan memeteraikan orang Kristen. Ketiga Pribadi Allah Tritunggal ini menjadi objek iman.

“Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah proklamasi bahwa yang tidak tampak memiliki kuasa, kebijaksanaan, kekekalan, dan strategi yang tertinggi. Selain Bapa dan Anak, aku percaya kepada Pribadi Ketiga Allah Tritunggal, yang memiliki segala kekayaan, kebijaksanaan, kebenaran, dan kuasa untuk hidup seperti Allah. Jika kita diciptakan menurut peta teladan Allah, berarti kita seharusnya hidup seperti Allah yang suci, adil, baik, murah hati, dan berbelaskasihan. Ini adalah lima sifat dasar Ilahi.

Jika gereja kehilangan kesucian, pendeta tidak hidup suci, orang Kristen tidak mengutamakan kesucian, jangan mengaku beriman Kristen. Allah kita adalah Allah yang suci. Orang yang bijak takut akan Allah, mengerti kesucian Ilahi, menjauhi dosa dan kejahatan. Ini adalah tiga ciri yang menjadi tanda kebijaksanaan sorgawi, yaitu menandakan bahwa seseorang berada di dalam Roh-Nya. Roh Kudus adalah Roh Allah yang kudus. Roh Kebenaran adalah Roh Allah yang memberi kebenaran. Roh Strategi adalah Roh Allah yang memberi kebijaksanaan bagaimana bekerja. Di dalam Perjanjian Lama, orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki dua tanda, yaitu: 1) orang itu penuh kebijaksanaan dari Tuhan; dan 2) orang itu bekerja dengan jujur, setia, dan teliti. Roh Kudus ialah Roh yang kudus, benar, bijak, adil, dan penuh kasih. Buah Roh Kudus muncul dengan sembilan “rasa” yang menyatu. Kasih yang ditambah dengan kesucian membuktikan orang itu memiliki cinta yang suci, yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Orang yang punya kesucian, hingga menganggap diri paling baik, lalu mulai menghina orang lain, bukan dari Roh Kudus. Orang Farisi menjaga kesucian, tetapi tidak mencintai kaum yang miskin. Yesus memiliki kesucian melampaui siapa pun, Ia mau memegang si kusta, mengasihi yang paling miskin, berbicara dengan pelacur, tetapi tidak berzinah. Yesus suci tetapi penuh kasih. Jika kita diciptakan menurut peta teladan Allah, Yesuslah peta teladan Allah yang asli. Maka kita harus mirip Dia.

Roh Kudus mempersatukan semua umat Tuhan, membuat orang berdosa seperti kita ini bisa menjadi seperti Yesus. Itu sebabnya, aku percaya kepada Roh Kudus. Pribadi Ketiga ini membawa kita mendekat kepada Pribadi Kedua, dan Pribadi Kedua membawa kita kembali kepada Pribadi Pertama.

Jadi, tanpa Roh Kudus, tidak ada orang yang dapat mengenal Yesus, karena Alkitab berkata, “Jika tidak ada Roh Kudus, tidak ada seorang pun yang dapat mengaku Yesus sebagai Tuhan, mengaku dengan perasaan takut tetapi intim, dan berbagian di dalam keselamatan-Nya.” Ini adalah pekerjaan konfirmasi Roh Kudus, sehingga kita boleh datang kepada Tuhan Yesus.

Tanpa Roh Kudus, tidak ada orang yang dapat mengenal Yesus, karena Yesus berkata, “Ia datang untuk memuliakan Aku, bersaksi bagi-Ku.” Setelah menerima Yesus sebagai Tuhan, pengampunan dosa dari Yesus berlaku di dalam diri kita, Ia mengampuni dosa kita, dan menguduskan kita. Kita dipilih Allah, dikuduskan oleh Roh, dan dipercik darah Yesus. Melalui Roh Kudus, di dalam Kristus kita menjadi milik Allah Bapa. Roh Kudus adalah Allah, maka percaya kepada Allah Bapa tidak bisa lepas dari percaya kepada Yesus Kristus, percaya kepada Yesus juga tidak bisa lepas dan dipisahkan dari percaya kepada Roh Kudus, karena Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus adalah tiga Pribadi di dalam keesaan substansi. Jadi Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus adalah sama-sama Allah yang Esa dengan Pribadi yang berbeda.

Percaya Allah Roh Kudus berarti percaya Sang Pencipta. Beda orang yang memiliki Roh Kudus dan yang tidak memiliki Roh Kudus ialah ia diciptakan tetapi tidak bergabung dengan Sang Pencipta. Di dalam bahasa Indonesia, kata soul berarti jiwa. Tetapi di dalam pengertian umum, soul and spirit dibagi menjadi nyawa dan roh. Orang yang dipengaruhi pandangan trikotomi, di Tiongkok adalah Watchman Nee, sedangkan di Barat adalah Agustinus dari Inggris dan juga kaum Brethrens, percaya bahwa manusia terdiri dari tubuh, nyawa, dan roh. Nyawa dan roh beberapa kali digabung dan disebut jiwa, kadang dipisah sebagai nyawa dan roh. Mereka mengatakan bahwa inilah bedanya manusia dan hewan, karena hewan memiliki tubuh dan napas, tetapi tidak mempunyai roh. Setelah napas berhenti, mereka mati. Manusia mempunyai napas dan mempunyai roh. Jika napas berhenti, roh masih ada. Maka, trikotomi percaya tubuh manusia dan hewan sama, hewan hanya mempunyai nyawa, manusia mempunyai nyawa dan roh. Jadi hewan punya dua bagian, manusia punya tiga bagian, dan materi punya satu bagian. Kayu hanya punya materi, tidak ada nyawa, pohon punya materi dan ada nyawa, tetapi bukan hewan. Bedanya, pohon tidak bisa jalan, hewan bisa jalan. Padahal jika kita dalami, pertumbuhan itu sendiri adalah sebuah pergerakan. Tetapi hewan memiliki organ yang membuat dia bisa berpikir, beremosi, dan berjalan. Yang dianggap sebagai emosi, pikiran, dan kemauan pada hewan, itu disebut oleh mereka sebagai nyawa. Itu bukan karakter yang ber-roh dan mempunyai pribadi seperti manusia. Maka, Watchman Nee mengutip dan menerima pandangan Yunani, yaitu tubuh, nyawa, dan roh.

Theologi Reformed tidak percaya manusia itu berbeda dengan hewan karena mereka hanya mempunyai nyawa dan tubuh, sementara kita punya nyawa, tubuh, dan roh. Kita percaya bahwa manusia memiliki roh yang kekal dan tubuh yang sementara, maka manusia berbeda dari binatang bukan karena kelebihan roh, tetapi kita memiliki peta teladan Allah, yang hewan tidak miliki. Binatang tidak pernah diciptakan menurut peta teladan Allah.

Tentang jiwa, tubuh, dan roh yang manusia miliki dan hewan tidak miliki, kaum trikotomis mengambil dasar Alkitab dari Ibrani 4:12 untuk membuktikan bahwa roh dan jiwa bisa dipisahkan. Dikatakan bahwa firman Tuhan sedemikian berkuasa, atau sangat kuat. Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun, sedemikian tajam menusuk sampai memisahkan sendi dan sumsum, jiwa dan roh, dan itu membedakan atau memilah pertimbangan dan pikiran hati kita. Jadi di dalam ayat ini, firman Tuhan sanggup memisahkan roh dan jiwa, tulang dan sumsum, pikiran dan pertimbangan dalam mental kita. Maksudnya, jika Roh Kudus bekerja, engkau baru tahu roh itu roh, jiwa itu jiwa, harus dipisahkan. Orang yang menafsirkan Alkitab seperti ini adalah orang yang hanya menafsir secara sebagian. Dari tiga hal yang dipisahkan, hanya dipakai yang pertama saja. Firman Tuhan berkuasa dan tajam, menusuk sangat dalam, memisahkan roh dan jiwa. Barang siapa diberi iluminasi Roh Kudus, ia bisa membedakan jiwa hanya ada pada hewan, tetapi manusia selain jiwa masih ada roh, dan engkau harus bisa membedakannya. Lalu mereka menganggap trikotomi itulah susunan karakter, pribadi manusia, di mana manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu: tubuh, jiwa, dan roh. Sementara hewan hanya mempunyai dua bagian: tubuh dan nyawa, dan tidak ada rohnya. Maka jika hewan mati, selesai hidupnya, dan nyawanya pergi ke kuburan bersamanya. Manusia jika mati, jiwanya bisa mati dengan tubuhnya ke kuburan, tetapi rohnya naik ke atas, ke sorga. Lalu mereka memakai dukungan Pengkhotbah, yang berkata, “Tidak tahukah kamu jika nyawa binatang turun ke bawah, roh manusia menuju ke atas?” Di dalam terjemahan bahasa Mandarin dikatakan, “Nyawa makhluk hewan liar turun ke bawah, roh dari manusia naik ke atas.” Dengan dasar dua ayat ini, mereka membedakan nyawa binatang dan roh manusia. Lalu mereka kaitkan dengan Kejadian 2:7, di mana Allah membentuk tubuh Adam lalu meniupkan napas-Nya ke hidung Adam, maka ia menjadi makhluk hidup, roh yang hidup. Terjemahan bahasa Tionghoa mengatakan, “Seperti manusia diberi roh, manusia hidup oleh roh.” Tetapi di dalam bahasa Inggris dikatakan, “Manusia menjadi makhluk hidup yang berjiwa (the living soul),” dan tidak menggunakan istilah roh. Kata asli dalam bahasa Ibrani untuk Kejadian 2:7 adalah nefes, yang diterjemahkan ke bahasa Arab dan juga Indonesia, sebagai napas. Jadi manusia bernapas “karena Allah memberikan napas kepadanya, manusia hidup bernapas.”

Tetapi istilah napas (nefes) dijadikan jiwa, dan istilah lainnya adalah ruah yang dalam bahasa Arab dan Indonesia disebut roh. Alkitab tidak mengatakan Allah memberikan ruah atau roh kepada manusia untuk menjadi manusia yang hidup. Buku Watchman Nee, The Spiritual Man, yang ditulis ketika ia berusia 26 tahun, memengaruhi ratusan ribu pendeta di seluruh Tiongkok. Mereka percaya trikotomi, menganggap yang tidak percaya trikotomi bukan iman Kristen yang asli, sedangkan yang percaya trikotomi itulah yang ortodoks. Kita memegang Theologi Reformed dan orang Reformed tidak percaya trikotomi, maka Reformed tidak ortodoks. Mereka mengembangkan pemikiran itu sampai akhirnya menjadi anti-intelektualisme. Mereka merasa pentingnya Roh Kudus memimpin membaca Alkitab, tidak perlu membaca buku dan berbagai pemikiran theologi, yang penting pimpinan Roh Kudus untuk memberikan penerangan secara pribadi, maka mereka akan dibangkitkan oleh Roh Kudus.

Pada saat saya menyelidiki Alkitab dan mempelajari Theologi Reformed, hampir tidak ada theolog yang percaya trikotomi. Semua theolog Reformed percaya dikotomi, yaitu manusia terdiri dari tubuh dan jiwa/roh. Seperti yang dikatakan Yakobus, tubuh tanpa jiwa mati adanya. Pada saat seseorang mati, jiwanya pergi darinya, rohnya meninggalkan dia, dia menjadi mayat. Tetapi jika roh ada bersama dia, ia menjadi manusia yang hidup. Sama seperti Tuhan memberikan napas kepada Adam lewat hidungnya, ia menjadi manusia hidup yang berroh. Ini dicatat oleh Alkitab.

Sementara mereka yang membedakan roh dan jiwa juga memakai berbagai ayat Alkitab untuk membuktikan trikotomi. Tetapi sebenarnya para theolog Reformed menemukan bahwa istilah roh dan jiwa dipergunakan silih berganti. Puluhan ayat di Alkitab membuat kita mengerti bahwa istilah roh dan jiwa bisa digunakan saling bergantian dengan pengertian yang sama, tanpa perlu dipisahkan. Bagaimana kita mengerti Ibrani 4:12?

Pada suatu hari, ada lima orang penting dari kelompok Watchman Nee datang ke Indonesia, dan memimpin retret di Jakarta. Saya dipertemukan dengan mereka dengan tujuan agar bisa menyatukan pemikiran. Saya rasa perbedaan trikotomi dan dikotomi sudah menjadi masalah ratusan tahun dan belum pernah bisa diselesaikan, sehingga tidak mungkin dengan sekali pertemuan bisa menyelesaikan masalah yang sudah sedemikian besar. Ketika saya tanya apakah mereka menerima semua pengajaran Watchman Nee, mereka memastikan itu dan menganggap itulah ajaran yang paling murni, ortodoks, dan terpenting. Ketika saya bertanya tentang trikotomi, mereka mengajukan Ibrani 4:12. Lalu saya menanyakan mengapa ayat itu hanya dipakai untuk memisahkan jiwa dan roh. Apakah pernah dipakai untuk menceritakan dan mengajarkan bahwa firman Tuhan begitu tajam sampai membuat sendi dan sumsum terpecah dan berantakan? Ibrani 4:12 justru merupakan suatu gaya bahasa yang menunjukkan bahwa firman Tuhan begitu tajam sampai bisa memisahkan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa terpisahkan, bukan karena memang terpisah. Kalau roh dan jiwa memang terpisah, firman Tuhan tidak perlu tajam. Kalau firman begitu tajam dan betul-betul roh dan jiwa terpisah, sendi dan sumsum juga akan terpisah. Ini suatu penafsiran yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ketika saya menanyakan tentang hal ini, mereka tidak bisa menjawab sampai saat ini. Tetapi kemudian mereka menyerang saya di dunia maya. Di sini kita melihat perlunya kita belajar firman Tuhan dengan baik. Tema “Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah tema yang sangat besar, yang kita akan pelajari berlanjut

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 32: Butir Ketiga (2) Aku percaya kepada Roh Kudus

“Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah butir ketiga dari Pengakuan Iman Rasuli. Tidak ada agama yang berbicara adanya Pribadi Kedua dan Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal. Mereka tidak memiliki pengertian ini, apalagi kepercayaan kepada Roh Kudus yang adalah Allah. Ketika Allah mencipta segala sesuatu, manusia dicipta berbeda dari segala makhluk, manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Satu-satunya makhluk yang mirip dengan Sang Pencipta, dan memiliki kekekalan hanyalah manusia. Manusia mempunyai sifat kekekalan di dalam dirinya, karena Allah membubuhi sifat yang mirip dengan sifat Allah. Allah itu Roh adanya, maka manusia juga diberikan roh ciptaan yang bersifat kekal.

Roh Allah adalah Roh Pencipta, roh manusia adalah roh yang dicipta. Roh Allah adalah Roh yang kekal pada diri-Nya, roh manusia adalah roh kekal yang diciptakan Allah. Karena Allah itu Roh adanya, kita diberikan roh sebagai sifat dasar eksistensi kita, sehingga kita mempunyai kesadaran keberadaan diri yang tidak mungkin ada pada makhluk yang lain. Manusia dan malaikat memiliki roh yang dicipta oleh Allah yang bersifat kekal. Roh kekal yang ada pada malaikat adalah roh yang dicipta tanpa ada gabungan dengan unsur yang lain, sedangkan roh kekal yang dicipta di dalam diri manusia adalah roh yang bergabung dengan materi, yang disebut tubuh ketika masih hidup dan disebut mayat ketika sudah mati. Tubuh bersifat jasmaniah, sedangkan roh bersifat rohaniah, yaitu jiwa yang tidak kelihatan.

Allah menciptakan manusia dengan memberikan roh, sehingga roh manusia disebut sebagai roh yang hidup. Jiwa yang bersifat rohani ini merupakan substansi yang tidak kelihatan, yang bersifat rohaniah dan kekal adanya. Kita adalah makhluk yang terhormat, karena mempunyai roh kekal dari Allah. Dengan demikian roh kita memiliki kesadaran, keberadaan diri yang bertanggung jawab pada hari yang kekal. Manusia memiliki kesadaran yang mempunyai sifat relatif dengan Allah Sang Pencipta. Manusia dicipta dengan memiliki konsep keberadaan Ilahi di luar keberadaan diri. Keberadaan Allah menjadi iman kepercayaan yang paling dasar dan umum dalam kebudayaan manusia. “Aku percaya kepada Allah, Sang Pencipta langit dan bumi.”

Di dunia ini ada dua macam manusia. Pertama, manusia yang hidup di dalam roh yang dicipta dan berkesadaran sendiri, dalam keberadaan sendiri dan tidak ada hubungan dengan Tuhan. Manusia ini adalah manusia yang kasihan, belum menemukan hubungan normal di mana ia harus menghadap Tuhan. Dan kedua, manusia yang dicipta Tuhan dengan keberadaan kesadaran diri ber-roh, hidup di dalam relativitas dengan Allah. Manusia yang mempunyai Roh Allah adalah manusia yang tidak sepi, tidak tersendiri, dan menikmati penyertaan yang terbesar, di mana Allah sendiri berdiam di dalam dirinya.

“Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah kalimat yang paling menghibur dan menguatkan, karena manusia tidak hidup tersendiri. Yang paling sulit dan tidak bisa diterima, ditahan, dan dilewati manusia adalah ketika ia harus hidup tersendiri. Tuhan mencipta manusia dengan sifat relativitas, yaitu sifat relatif atau sifat harus berelasi. Relativitas keberadaan manusia memiliki beberapa aspek.

Pertama, hidup dengan orang-orang yang dikenal, dicinta, dilahirkan, dan dinikahi. Tetapi Tuhan juga mencipta manusia dalam relasi vertikal, yaitu antara Allah dan manusia, antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Tuhan tidak mau kita hidup hanya di kalangan yang dicipta saja, tetapi hidup dalam hubungan antara yang dicipta dan Yang Mencipta. Tuhan sendiri menjadi kawan, berelasi dengan kita. Dia memberikan wahyu kepada kita. Pewahyuan berarti Tuhan berbagi kebenaran-Nya. Ketika Allah berbagi kebenaran-Nya kepada kita, kita dapat mengerti kebenaran dari atas, sehingga kita dapat mengerti kebenaran dari Sang Pencipta, kita dapat mengerti kebenaran dari dunia yang tak kelihatan.

Kita menjadi dekat kepada Tuhan melalui pengertian kebenaran yang tidak kelihatan, kekal, di dalam dunia yang melampaui materi. Ini adalah relasi yang luar biasa agung dan terhormat, yang hanya diberikan kepada manusia. Siapakah manusia? Pertanyaan ini menjadi pemikiran yang tajam, dalam, dan paling penting dalam diri, pengejaran pengetahuan dari seluruh hidup dan kebudayaan manusia. Kita ingin mengerti kebenaran, Allah mewahyukan kebenaran melalui Roh Kudus. Allah tidak mau kita tidak mengerti apa-apa, hidup tanpa kebenaran seperti binatang. Binatang selain makan dan seks, tidak ada hal lain di dalam kehidupannya.

Di dalam sejarah Tiongkok Kuno sekitar dua ribu tahun yang lalu, ada istilah “makan dan seks, hanya itulah totalitas kehidupan”. Tetapi di Barat dan Timur muncul orang-orang yang memiliki pemikiran yang lebih dalam, yang mau mengerti perbedaan antara manusia dan binatang, dan apa keunikan manusia hidup di tengah-tengah semua ciptaan lainnya di alam semesta ini. Apa hubungan manusia dengan alam? Manusia adalah yang tertinggi di alam. Apa yang menjadikan manusia berbeda dari semua ini? Apa yang menyebabkan manusia berusaha, bergumul, dan mati-matian berusaha mencari rahasia untuk hidup lebih panjang? Mengapa manusia mau mengalahkan alam?

Sebelum Sokrates, telah banyak orang pandai, tetapi mereka terkurung dalam satu batasan, yaitu hanya mau mengerti alam. Tidak ada gagasan yang mau melampaui alam. Sokrates adalah orang pertama yang melakukan revolusi filsafat, membangunkan kesadaran bahwa manusia lebih dari alam. Ia mengatakan bahwa engkau harus mempunyai pengertian tentang diri sendiri. Engkau ingin mengetahui segala sesuatu, sekarang ketahuilah dirimu sendiri, karena ini dasar pengetahuan yang lebih penting dari segala sesuatu.

Banyak orang ingin tahu banyak hal, pergi belajar di banyak negara, mendapat gelar sebanyak mungkin, semua sudah tahu, tetapi tidak tahu diri itu siapa, tugas diri itu apa, tanggung jawab diri seharusnya menjadi manusia yang bagaimana, akhirnya ia menghancurkan dirinya sendiri. Sokrates mengatakan, “Jika engkau mendapatkan tanah yang ada emas di dalamnya, mendapatkan banyak harta, tetapi kehilangan anakmu, apa untungnya? Apa gunanya engkau mengetahui segala alam tetapi tidak mengetahui dirimu?” Yesus mengatakan, “Apa gunanya engkau mendapatkan seluruh isi dunia ini, tetapi kehilangan nyawamu?” (Mat. 16:26). Dengan kalimat ini, Yesus telah melampaui Sokrates, yang hanya mengajar tentang ketahuilah dirimu, sementara Yesus mengajarkan selamatkanlah dirimu; engkau mendapat segala sesuatu, tetapi kehilangan nyawamu, maka engkau binasa. Alkitab memberikan kebenaran yang lebih tinggi dari semua kebenaran agama, kebudayaan, filsafat, karena Alkitab adalah firman Allah. Protagoras, seorang filsuf yang sezaman dengan Sokrates, mengatakan, “Manusia berbeda dengan segala sesuatu karena manusia memberi nilai kepada sesuatu.” Manusia bisa mengukur, menilai, dan mengategorikan, oleh karena itu manusia lebih tinggi dari segala sesuatu.

Sokrates mengubah arah filsafat, mengutamakan manusia daripada alam. Semua filsuf Gerika dapat dibagi menurut dua buku, yaitu On Nature (Tentang Alam) dan On Principle (Tentang Prinsip). On Nature menyelidiki alam dan gejala-gejalanya untuk membuktikan suatu kebenaran, serta memberikan tantangan supaya manusia menyelidiki apa itu alam. On Principle mengenal alam memakai cara apa, dengan pikiran apa, dan apa prinsip-prinsipnya. Sehingga On Principle adalah tentang metodologi bagaimana mengerti sesuatu, sementara On Nature adalah hasil dari pengertian. Tetapi Sokrates mengatakan, “Tanggung jawab pertama manusia adalah mengerti dirinya terlebih dahulu, baru setelah itu mengerti orang lain, dan kemudian mengerti alam di sekelilingmu.” Filsafat berubah, dari mau mengerti alam, menjadi mau mengerti diri. Sokrates mengatakan, “Ketahuilah dirimu,” tetapi dia tidak memberikan metode bagaimana caranya mengetahui diri. Ketika menyelidiki alam diperlukan alat. Ketika menyelidiki diri, alat apakah yang bisa digunakan? Tidak ada filsuf dan kebudayaan besar yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Untuk mengerti diri, tidak bisa memakai ilmu pengetahuan, metodologi, atau alat apa pun, tetapi harus menggunakan suatu pengertian naluriah untuk menganalisis, memperhitungkan, memperkirakan, yaitu menggunakan pengertian rohani.

Di dalam dua generasi setelah Sokrates, muncul dua filsuf, yaitu: 1) Mensius di Tiongkok, dan 2) Aristoteles di Gerika. Aristoteles menemukan manusia lebih daripada semua binatang karena manusia memiliki unsur yang tidak ada pada binatang. Manusia memiliki rasio. Manusia bisa berpikir, mengukur, menganalisis, memberikan pengamatan, memakai logika untuk menemukan ajaran kebenaran. Binatang, jika dapat melakukan ini dan itu, adalah karena dilatih dan merupakan tindakan mekanis, bukan muncul dari suatu keinginan untuk mencari kebenaran. Mensius memberikan kesimpulan, manusia lebih tinggi dari semua binatang karena empat hal: 1) Naluri simpati, misalnya saya melihat ada seorang anak kecil jatuh ke sumur, maka pasti saya akan berusaha menyelamatkan dia. Anak itu bukan anak saya, tetapi karena saya manusia dan dia juga manusia. Ini adalah perasaan simpati, perasaan mau mengerti kesusahan sesama, dan itu menjadikan engkau manusia. 2) Manusia mempunyai perasaan malu jika berbuat salah. Ketika seseorang sudah berbuat salah, ia mempunyai perasaan mengapa ia melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Lalu ia mulai sedih, memarahi diri, menyesal, menangis, dan menegur diri. Ini namanya hati menegur kesalahan, malu akan kejahatan. Ini hanya ada pada manusia. Tidak ada harimau yang menyesal setelah makan manusia. 3) Manusia adalah manusia karena memiliki perasaan ingin mengalah, memberi hormat, dan mendahulukan orang lain. Walaupun mengalah, senang telah mengerjakan sesuatu, menghormati orang lain, mendapatkan dorongan, hiburan, dan kepuasan yang luar biasa. 4) Hati yang bisa membedakan benar atau salah, boleh atau tidak, harus atau tidak. Keempat hal ini membuat manusia lebih tinggi dari semua binatang. Seluruh kebudayaan Timur berjalan menurut garis besar ini. Aristoteles menjadi penentu arah bagi seluruh kebudayaan Barat dan Mensius bagi kebudayaan Timur.

Barat lebih mementingkan rasio dan Timur lebih mementingkan hati. Allah mencipta manusia menurut peta dan teladan Allah. Tuhan adalah rasio yang paling pokok dan sumber segala sumber. 1) Allah adalah Kebenaran itu sendiri. Manusia dicipta menurut peta teladan Allah, memiliki keinginan mau mencari kebenaran, maka menggunakan rasio untuk menjadi alat menemukan kebenaran. 2) Allah juga adalah emosi yang murni, maka manusia memiliki emosi. Kita bisa mencintai dan perlu dicintai. Seseorang yang sudah dicintai sepenuhnya tetap tidak puas, setelah dewasa mau menjadi sumber cinta, dan harus ada orang yang dicintai. Jika hanya dicintai tetapi tidak bisa mencintai, ia tetap tidak puas. Kepuasan cinta didapat ketika ada orang yang mau menerima cinta mereka, barulah hidup terasa lebih sempurna. 3) Allah adalah kemauan yang menjadi kehendak alam semesta yang paling besar, sehingga manusia juga dicipta dengan mempunyai kemauan. Manusia mau ini atau itu, mau mengerjakan ini atau itu, sehingga ada kemauan yang diciptakan oleh manusia. Rasio dan hati nurani adalah peta teladan Allah. Manusia mementingkan perasaan hati nurani karena dicipta oleh Tuhan. Manusia mempunyai rasio ingin mengetahui segala kebenaran, karena ia dicipta oleh Tuhan.

Tidak ada istilah “hati nurani” dalam Alkitab, tetapi ada peristiwa adanya hati nurani. Di dalam Kejadian 3, Adam makan buah terlarang, setelah makan ia merasa takut. Ini pertama kalinya fungsi hati nurani ditulis di dalam Alkitab. Seseorang yang sudah berbuat salah, ia merasa takut, lalu menyembunyikan diri. Hati nurani akan memberikan dampak positif ketika perbuatan seseorang benar; sebaliknya, akan memperkembangkan fungsi negatif ketika berbuat salah. Ketika berbuat salah, hati nurani akan menghakimi, menegur, mempermalukan, karena engkau berbuat salah.

Ayat paling penting tentang hal ini ada di Amsal: “Roh manusia adalah pelita Allah” (Amsal 20:27). Istilah hati nurani dan fungsinya dinyatakan dalam berbagai peristiwa Alkitab. Adam merasa takut setelah makan buah terlarang, Daud merasa bersalah jika membunuh Saul, sehingga akhirnya ia hanya memotong dan mengambil punca pakaian Saul. Ini semua adalah bukti adanya hati nurani.

Hati nurani adalah utusan Tuhan, wakil Tuhan, yang menjadi hakim di dalam hati seseorang untuk memberikan pengadilan, teguran, dan penghakiman akan semua yang seseorang lakukan. Baik filsafat Timur maupun Barat mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang begitu unik, khusus, dan berbeda dari semua binatang. Manusia dicipta menurut peta teladan Allah dan salah satu unsur pembedanya adalah memiliki hati nurani. Ketika manusia hidup tanpa Tuhan, hati nuraninya rusak, bebas secara liar, dan menggunakan semua kelakuan dan kemauan tanpa arah dari Tuhan. Tuhan menurunkan Roh Kudus untuk mendampingi, memberikan penghiburan, menasihati, dan memberikan pengarahan kepada mansuia.

Di dalam Pengakuan Iman Rasuli, pengakuan “Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah pengakuan yang sangat penting dan indah. Allah memberikan Roh untuk menjadi penolong bagi manusia. Kita bersyukur kepada Tuhan yang memberikan Roh-Nya sendiri untuk menolong kita dan membawa kekuatan baru. Inilah Roh Penolong, Roh Penasihat, Roh Penghibur dari Yesus Kristus. Yesus berkata, “Aku pergi, dan akan mengirimkan Roh Penghibur kepadamu.” Roh Kudus diturunkan kepada manusia untuk menjadi pendamping manusia yang paling berkuasa. Parakletos, dari kata para yang artinya di samping atau mendampingi. Roh yang mendampingi kita bukanlah Roh yang lemah, yang bodoh, dan tidak berkuasa. Dia adalah Allah sendiri. Roh Kudus dari atas memberikan urapan; dari samping memberikan perlindungan; dari dalam menjadi penghibur yang kuat; dari depan menjadi pemimpin; dari belakang mengiring dan melindungi. Allah yang berada di takhta yang tertinggi di sorga mengirim Anak-Nya masuk ke dalam sejarah untuk mati bagi saya, bangkit bagi saya; dan setelah itu mengirim Roh Kudus sebagai utusan terbesar untuk mengelilingi, mendampingi, mendahului, membelakangi, dan berada di dalam untuk menghibur. Kita begitu diberkati karena mendapat pemberian terbesar, yaitu Roh Allah turun ke dunia menyertai kita.

Tuhan Yesus berkata, “Aku akan mengirim Roh ke dalam hatimu, menyertai engkau sampai selamanya. Engkau bukan hidup terkutuk seorang diri, engkau akan didampingi Roh Kudus.” Roh berada di dalam hidup kita, Roh Penghibur, Roh Kasih, yang menuangkan cinta kasih Allah yang limpah ke dalam hati kita untuk selama-lamanya. Itulah Roh Kudus.

Pertama, Roh ini adalah Roh yang kekal. Semua persahabatan tidak kekal karena manusia bisa berubah. Janji para pedagang bisa berubah, karena manusia tidak bisa dipercaya. Tetapi Roh Allah yang dikirim adalah Roh Kekal dan Allah yang bertanggung jawab. Dia akan menyertai sampai kesudahan alam. Hanya satu ayat yang mengatakan, Roh Suci adalah Roh yang kekal, yaitu dalam Ibrani 9:14. Yesus Kristus mempersembahkan darah-Nya, melalui Roh Kudus. Roh Kudus yang membawa darah Yesus kepada Allah Bapa adalah Roh Kudus yang kekal. Maka Roh Kudus mempunyai pelayanan yang kekal, berkhasiat kekal, dan pelayanan itu membawa darah Yesus untuk dipersembahkan kepada Allah, demi membersihkan hati nurani dan menyucikan semua perbuatan kita. Penebusan itu dilaksanakan oleh Roh Kudus melalui mempersembahkan Kristus dengan khasiat kekekalan, sehingga mendapatkan hasil yang kekal. Ini ciri khas pertama: Roh yang kekal.

Kedua, Roh Kudus adalah Roh yang suci. Kesucian adalah sifat Ilahi yang paling hakiki. Istilah “suci” di dalam Alkitab mempunyai arti bersih tanpa cela dosa di dalamnya, tanpa melanggar hukum dan sifat Allah. Suci berarti suatu kekudusan yang tidak bercacat cela, di mana hidupnya, moralnya, dan segala kelakuannya berkenan kepada Tuhan sepenuhnya. Kesucian adalah satu-satunya sifat Ilahi yang tidak dimiliki oleh yang lain. Dalam Alkitab, hanya satu kali menyatakan “suci, suci, suci” (Yes. 6:3). Tiga kali kesucian hanya dimiliki oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa adalah Allah yang suci. Anak-Nya adalah Anak yang suci. Hanya satu yang kudus dari Allah, yaitu yang turun menjadi manusia, Yesus Kristus. Dan Roh Allah adalah Roh yang suci, yang memberikan kebersihan kepada manusia. Engkau harus menjadi orang Kristen yang suci, karena kesucian itu bukan karunia dari Allah, melainkan adalah sifat Allah, esensi Allah sendiri yang tidak bisa dipalsukan. Jangan lupa, karunia bisa dipalsukan, mujizat bisa dipalsukan, bakat bisa dipalsukan, perkataan bisa dipalsukan, yang tidak bisa dipalsukan adalah hidup suci. Seorang hamba Tuhan boleh pintar melakukan mujizat, berkhotbah, pandai dengan banyak karunia lain, tetapi perlu kita lihat hidupnya suci atau tidak. Jika hidupnya tidak suci, semua karunia tiruan, semua karya pelayanan tidak ada gunanya. Yang paling penting, esensi Allah ada pada dia, atribusi Allah ada pada dia, sifat moral Allah ada pada dia, ini membuktikan dia dipenuhi Roh Kudus. Allah yang suci, mengirim Anak yang suci, dan memberikan Roh yang suci di dalam Gereja. Karunia paling besar yang Tuhan berikan kepada Gereja adalah memberikan Roh suci untuk mendampingi Gereja.

Ketiga, Roh Allah adalah Roh kebenaran. Istilah Roh Kudus adalah Roh kebenaran terdapat dalam Yohanes pasal 14-16. Yesus berkata, “Aku akan pergi dan Roh kebenaran akan turun kepada kamu; Aku akan mengirim Roh kebenaran itu datang ke dunia, dan Dia akan beserta dengan engkau, Dia akan tinggal di dalam hati engkau, sampai selamanya.” Roh kebenaran akan menyucikan engkau, karena Roh Allah adalah Roh yang kekal, Roh yang suci, dan Roh kebenaran yang akan mengajar engkau, memimpin engkau masuk ke dalam segala kebenaran. Ada tiga aspek atau tahap kebenaran yang dikerjakan Roh Kudus: 1) Kebenaran tahap pertama terbentang dari sejak dunia dicipta hingga Perjanjian Lama selesai. Kebenaran Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, kemudian secara terus-menerus mengirim para nabi untuk mengajar manusia. Kebenaran yang memberikan nubuat, membuktikan Allah adalah Allah yang sejati, menunjukkan apa yang akan terjadi pada hari depan. Di dalam Perjanjian Lama semua kebenaran yang dinubuatkan oleh nabi, diwahyukan oleh Roh Kudus. Ini adalah kebenaran tahap pertama. 2) Kebenaran tahap kedua adalah ketika Yesus sendiri datang, menjelma menjadi manusia, menjadi Juruselamat bagi orang berdosa dan kemudian mengirim para rasul untuk mengajar dan menggenapkan Perjanjian Baru. 3) Kebenaran tahap ketiga, di dalam sejarah setelah Yesus Kristus naik ke sorga dan belum datang kembali, ini adalah tugas Gereja mengisi sejarah, zaman yang paling penting. Ini adalah kebenaran yang diwahyukan, dinubuatkan di dalam Alkitab, tetapi sebagian belum tergenapi di dalam sejarah.

Roh Kudus memimpin untuk menerapkan ajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru di dalam hidup sehari-hari, hingga Yesus datang kembali. Roh Kudus memimpin Gereja masuk ke dalam segala kebenaran, termasuk yang belum datang. Gereja mempunyai tugas mengajar kebenaran Alkitab, kebenaran Yesus Kristus, kebenaran dari para rasul. Gereja, para Bapa Gereja, para reformator, dan setiap zaman hamba Tuhan yang setia menafsirkan Kitab Suci dan bagaimana menafsirkan keadaan Yesus datang kembali. Ini disebut kebenaran Allah. Roh Kudus adalah Roh yang kekal, Roh Kudus adalah Roh yang suci, Roh Kudus adalah Roh kebenaran.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 33: Butir Ketiga (3) Aku percaya kepada Roh Kudus

“Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah pernyataan iman dan doktrin yang penting sekali, karena ini adalah keistimewaan yang diberikan Tuhan hanya kepada orang Kristen. Hadiah terbesar yang Tuhan karuniakan kepada dunia adalah memberikan Anak-Nya yang tunggal sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Keselamatan yang digenapi Kristus di kayu salib dan kemenangan yang dicapai melalui kebangkitan-Nya setelah mengalahkan Iblis membuat orang yang percaya kepada-Nya mendapatkan pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, hidup baru, dan Roh Kudus. Kristus merupakan hadiah terbesar yang Tuhan karuniakan di dalam sejarah manusia di seluruh dunia.

Karunia terbesar yang Tuhan berikan bagi Gereja-Nya adalah Pribadi Ketiga Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus, boleh menjadi milik orang Kristen yang menerima Kristus, berdiam di dalam diri kita untuk selamanya. Inilah hadiah terbesar dari Tuhan untuk Gereja-Nya. Gereja Tuhan adalah kaum pilihan yang dipilih, dipanggil, diselamatkan, dan diberikan hidup di tengah dunia yang penuh dosa. Kita menjadi milik Tuhan, karena kita dipanggil melalui predestinasi dan keselamatan yang digenapi Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kita milik Tuhan, bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Dalam rangka memeteraikan dan mengonfirmasi bahwa kita milik Tuhan, maka Tuhan memberikan Roh-Nya sendiri menjadi milik kita untuk selamanya. Tuhan Yesus berkata, “Roh Kebenaran itu akan tinggal di dalam dirimu untuk selamanya.” Roh Kudus bukan memberikan karunia Roh kepada kita, Roh Kudus sendiri adalah karunia Allah yang diberikan kepada kita.

Sebelum mendapatkan karunia-karunia Roh, kita telah mendapatkan Roh, Pemberi karunia di dalam hati kita. Sebelum mendapat segala hadiah dari Tuhan, Tuhan memberikan Anak-Nya yang tunggal, Sumber segala hadiah, untuk menjadi Hadiah utama yang mengisi hati dan hidup rohani kita. Allah Bapa mengirim Anak-Nya ke dunia, Allah Bapa mengirim Roh Kudus ke dalam hati orang yang diselamatkan dari dunia, yang dipanggil, diasingkan, dibersihkan, dan diperanakkan, dari dunia yang berdosa menjadi anak Allah yang sejati. Roh Kudus diberikan, bukan hanya basa-basi, tetapi Roh Kudus diberikan secara konkret, nyata, secara wujud, untuk menjadi milik kita di hadapan Tuhan. Roh Kudus berada di dalam hati kita, karena Dia sudah turun dari sorga.

Yesus turun ke dalam dunia ini tiga puluh tiga tahun setengah dan Dia kembali lagi. Ketika Yesus kembali ke sorga, Roh Kudus diturunkan ke dalam hati manusia. Inilah hari jadinya Gereja, yaitu Hari Pentakosta; di mana sejak saat itu Roh Kudus terus berada di dunia. Berbeda dengan Kristus yang kembali ke sorga, Roh Kudus turun ke dalam dunia dan tidak pernah kembali lagi. Ia berada di dalam dunia dan di dalam hati setiap orang percaya untuk selamanya.

Tiga sifat Roh Kudus yang begitu berbeda dari semua roh yang lain adalah:

1) Roh Kekal, di mana Roh Kudus adalah Roh yang melampaui ruang dan waktu, melampaui semua kondisi ciptaan. Dia berada dalam segala zaman dan di atas segala zaman. Sebelum dunia dicipta, sebelum proses waktu dimulai, dan setelah proses waktu berhenti, Roh Kudus tidak terikat sama sekali oleh semua proses ini. Dari seribu seratus delapan puluh sembilan pasal dan berpuluh ribu ayat, hanya ada satu ayat mencatat Roh Kudus sebagai Roh yang kekal, yaitu di dalam Ibrani 9:14, “Kristus mempersembahkan tubuh-Nya sendiri menjadi korban melalui Roh yang kekal.” Karena Roh Kudus kekal, maka pekerjaan Roh Kudus mewujudkan, menggenapi, dan memberikan kepada kita hasil kekekalan yang tidak berubah. Roh Kudus yang kekal menolong Kristus memberikan diri-Nya sebagai persembahan kepada Allah, untuk menggenapi rencana dan hasil yang kekal sebagai persembahan.

Di dalam Perjanjian Lama, orang yang berdosa mengaku dosa dengan cara menumpangkan tangannya di atas satu domba atau lembu yang kemudian dipersembahkan sebagai korban. Ketika menumpangkan tangannya, ia meminta seorang imam yang memberikan persembahan kepada Tuhan untuk menerima domba yang sudah ditumpangi tangan itu, lalu disembelih. Setelah disembelih, domba itu diletakkan di atas mezbah lalu dibakar untuk dijadikan korban persembahan kepada Tuhan. Kristus mempersembahkan tubuh-Nya sebagai korban bakaran, korban pengampunan dosa, yang diletakkan di atas mezbah. Tetapi bukan seorang imam yang berkata, “Tuhan, aku mempersembahkan korban kepada-Mu,” melainkan Roh Kudus, Roh Kekal, yang mengatakan kalimat itu. Mempersembahkan tubuh Kristus menjadi korban persembahan dan penebusan yang kekal, yang bersifat kekal dan diterima oleh Allah yang kekal, yang melampaui segala waktu.

Apa itu waktu? Apa itu kekal? Ketika proses tiada, maka waktu tidak ada. Ketika waktu tidak ada, lenyap, semua akan menjadi sesuatu yang nihil. Ketika waktu telah lewat dari ingatan, kita tetap berada dalam ingatan Tuhan, tersimpan di dalam gudang waktu yang disebut “eternal past” (kekekalan masa lampau). Gudang waktu yang belum datang disebut sebagai “unlimited future” (masa depan yang tak terbatas), yaitu waktu yang tidak terbatas, yang belum datang, yang tidak dapat diukur atau diduga. Waktu yang sudah lewat dan tidak bisa diubah lagi, untuk mencatat segala dosa dan kelakuan kita yang tidak beres, menjadi “unchanging past” (masa lampau yang tak dapat diubah).

Seorang berkebangsaan Swiss, Oscar Cullmann, mengatakan, “Kekekalan adalah kombinasi waktu ditambah waktu ditambah waktu; waktu yang lampau, waktu yang tepat sekarang, yang sedang berproses, dan waktu yang akan datang, yang belum muncul.” Kekekalan bukan waktu dan waktu bukan kekekalan. Kekekalan milik Tuhan, waktu dicipta untuk manusia. Dalam kekekalan ada rencana Allah untuk mencipta waktu, lalu disimpan dalam sejarah yang disebut sebagai proses perkembangan dalam kekinian. Setiap detik disambung dengan detik berikutnya, setiap saat disusul dengan saat yang berikutnya, setiap menit, setiap hari, terus bergerak tanpa bisa dihentikan, diperlambat, atau dipercepat. Semua ini dalam satu proses, di mana waktu merupakan satu proses; sementara waktu bukan kekekalan. Waktu dicipta oleh Allah yang ada di kekekalan, diisi oleh Allah ke dalam kesementaraan. Ada koneksi antara kekekalan dan kesementaraan, yaitu ketika Kristus lahir di dunia. Ketika Kristus lahir di dunia, terjadi titik kontak antara kesementaraan dan kekekalan, yaitu Allah sendiri yang tetap dan kekal, mengirim Kristus ke dunia yang sementara. Yang Kekal datang ke dalam kesementaraan; yang tidak kelihatan mewujudkan diri melalui tubuh yang kelihatan; Firman menjadi daging; Allah beserta dengan manusia. Di sini Yang Kekal dan sementara bertemu, yang kita kenal sebagai inkarnasi Kristus.

Allah menjadi manusia; Allah yang Roh dan kekal turun dari sorga, datang ke dunia yang sementara dan bermateri. Dia lahir dengan tubuh yang berwujud. Inilah inkarnasi! Kaitan kekekalan dengan kesementaraan mengakibatkan penyertaan Allah terhadap manusia, sehingga manusia bukan hidup pada diri sendiri dalam ciptaan Tuhan, tetapi menikmati Allah Sang Pencipta yang telah menciptakan manusia. Allah yang tidak terbatas rela membatasi diri di dalam ikatan waktu.

Aku percaya kepada Roh yang suci, berarti kita bersatu dengan kekekalan Allah melalui Roh yang dikirim, sehingga kita mempunyai hidup yang kekal. Hidup yang kekal bukan saja berusaha untuk berhubungan dengan dunia sekarang, tetapi juga berhubungan dengan dunia yang akan kiamat dan diganti dengan kekekalan. Kesementaraan berada di dalam proses, kekekalan tidak berada di dalam proses. Dalam proses berarti ada kemarin, hari ini, dan hari esok. Itulah kesementaraan. Allah yang menguasai dahulu, sekarang, dan sesudahnya, adalah Allah yang tidak terikat oleh kemarin, sekarang, dan esok. Inilah yang disebut Allah yang transenden.

Allah berada dan hidup di luar proses. Sebelum proses dimulai Dia sudah ada dan setelah proses selesai Dia tetap ada, karena Dia adalah Allah yang kekal. Allah yang kekal menciptakan kesementaraan dalam sejarah. Dunia yang lalu, sekarang, dan akan datang, adalah dunia dalam proses yang panjang sekali. Tetapi Allah yang kekal adalah Allah yang di luar proses. Dia melampaui apa yang disebut proses sebelum, sedang, dan sesudah menuju satu poin yang melampaui keterbatasan. Itulah kekekalan. Allah yang kekal menciptakan kesementaraan yang disebut waktu, dan kemudian mencipta manusia di dalam proses waktu.

Kita akan makin lama makin tua, tubuh kita makin tidak sesuai dengan dunia yang berproses, maka akhirnya mati. Ketika manusia mati, waktu terus berjalan. Kekekalan melampaui perjalanan dan proses waktu, sehingga Allah dalam kekekalan mengirim Roh Kudus kepada manusia, agar manusia menikmati kekekalan melalui Roh yang diturunkan-Nya.

2) Roh Suci. Sifat kedua Roh Kudus adalah kesucian. Allah adalah Allah yang suci. Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dipilih menjadi umat-Nya, dan kaum pilihan adalah satu-satunya yang diberi hak untuk hidup selamanya. Roh Kudus membersihkan dan memberikan hidup kepada kita, dan menjaga kesucian di dalam diri kita. Roh Suci menyesuaikan agar hidup kita dalam kesucian Tuhan. Jika engkau tidak suci, engkau tidak mungkin bertemu dengan Tuhan. Karena kita suci, maka kita boleh beserta dengan Tuhan yang suci. Allah berkata, “Aku Allah yang memanggil engkau adalah Allah yang kudus.”

Semua anugerah dimulai dari dan merupakan inisiatif Tuhan. Allah yang mengambil langkah aktif dan menguduskan kita, memilih kita, menyelamatkan kita, memelihara kita, dan pada akhirnya Ia yang akan membawa kita bersama-sama dengan Dia, menjadi serupa dengan diri-Nya. Bukan karena saya telah suci barulah meminta Roh Kudus. Kita diberi Roh Kudus untuk menguduskan, sehingga kita layak di hadapan Tuhan. Siapa yang mungkin menguduskan dirinya sendiri jika tanpa pertolongan Roh Suci?

Jika Roh Kudus tidak diberikan kepada kita, bagaimanapun kita berusaha, kita tidak mungkin suci, karena sifat dasar kita adalah sifat berdosa dan setan selalu menjadi penggoda. Jika kita bersandar kepada kekuatan diri kita sendiri, bukan kepada Tuhan, mustahil untuk kita bisa hidup suci. Kita dilahirkan di dalam dosa, berjalan dalam dosa, sehingga kita tidak memiliki kemampuan untuk membersihkan diri dan kita sepatutnya dibuang oleh Tuhan. Tetapi Alkitab mengatakan Dia mengasihi, memilih, dan menguduskan kita. Maka tidak mungkin manusia menguduskan diri terlebih dahulu, baru Roh Kudus masuk ke dalam dirinya, melainkan hanya karena anugerah Tuhan yang mengasihi kita, Ia mengirimkan Roh Kudus kepada kita, dan Roh itu mulai membersihkan kita.

Pekerjaan Roh Kudus adalah dengan setia dan berinisiatif memberikan anugerah, menghancurkan dosa, mengampuni, dan membersihkan hati kita, lalu memberikan hasrat untuk kita dapat terus hidup suci seperti Tuhan. Kesucian adalah anugerah Tuhan. Banyak gereja saat ini yang berkata bahwa mereka adalah gereja Roh Kudus, gereja yang penuh Roh Kudus, banyak karunia Roh Kudus, berbicara dengan Roh Kudus, tetapi pada kenyataannya adalah gereja yang tidak mengerti Roh Kudus. Sering kali yang paling banyak menyatakan kuasa Roh Kudus adalah penipu yang tidak memiliki Roh Kudus. Alkitab mengatakan bahwa pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik; pohon yang buruk akan menghasilkan buah yang buruk; sehingga dari buahnya engkau mengetahui pohonnya. Jika gereja kelihatan seperti banyak Roh Kudus dan banyak bicara Roh Kudus, tetapi hidupnya penuh dengan perzinahan, penuh dosa, dan berbagai kejahatan melawan Tuhan, bagaimana kita bisa percaya bahwa gereja seperti itu penuh Roh Kudus?

Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus mendapat pujian dari malaikat, “Suci, suci, suci.” Dalam Perjanjian Lama ada dua sistem malaikat, kerubim dan serafim. Kerubim berkuasa, melaksanakan keadilan Allah, diperintahkan Tuhan untuk berperang melawan semua Iblis, yaitu Lucifer dan anak buahnya. Serafim adalah malaikat khusus, yang melayani Tuhan, di takhta Tuhan, berkeliling, saling menyahut dengan berkata, ““Suci, suci, suci.” Tiga kali. Ini mengindikasikan Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Kesucian menjadi tanda yang sah dan sejati apakah seseorang sudah ada Roh Kudus atau tidak. Pemimpin gereja Karismatik yang paling kuat, paling terkenal, berhasil, dan dianggap sukses, justru hidup tidak suci. Banyaknya jemaat tidak membuktikan adanya Roh Kudus di dalam sebuah gereja, karena Alkitab mengatakan bahwa dari buahnya engkau mengenal pohonnya.

Kesucian tidak dapat di-copy. Kesucian adalah keharuman yang keluar dari hidupmu menuju hidung setiap orang di luar. Bau merupakan suatu hal yang tidak nyata, yang diberikan Tuhan untuk dikonfirmasi oleh hidung yang baik. Kalau memang wangi, ia akan mengeluarkan bau wangi itu, sehingga engkau mencium dan hatimu senang, otakmu segar, dan engkau menyukai orang itu. Bau juga menjadi tanda barang yang sudah busuk, basi, dan sudah rusak, tidak lagi mempunyai hidup, di mana itu menjadi bau busuk luar biasa. Jika seseorang berkhotbah bagus, tetapi disertai dengan pemakaian uang gereja sembarangan, mencuri uang gereja, janganlah engkau ikuti dia lagi.

Ada pendeta yang terkenal, yaitu Jimmy Swaggart, yang berulang kali berkata, “Allah memberi tahu saya…,” seolah-olah ia adalah orang yang menerima wahyu seperti Rasul Petrus atau Paulus. Ini adalah hal yang tidak benar, karena Tuhan tidak memberikan wahyu baru lagi. Alkitab sudah selesai dituliskan dan wahyu Allah sudah genap. Beberapa tahun kemudian tertangkap basah bahwa dia mencari pelacur. Jemaat banyak yang kecewa dan meninggalkan kekristenan. Inilah investasi setan yang sukses. Gereja makin merosot, orang Kristen makin tidak takut kepada Tuhan. Jika Roh Kudus adalah Roh yang suci, Ia menggerakkan hati kita, mengubah sikap kita, dan menjadikan kita orang-orang yang ingin mempraktikkan hidup suci. Kristus berkata di dalam Yohanes 16, “Tunggu sampai Roh Kebenaran tiba, maka Ia akan menjadi saksi-Ku.”

3) Roh Kebenaran. Dalam dunia ada kebenaran (Ing: truth), sehingga langkah berikutnya kita berjuang dalam hidup kita adalah untuk kebenaran. Yang memanggil engkau adalah Allah yang suci, karena itu barang siapa dipanggil, dipilih, dan diselamatkan harus mencapai hidup yang suci. Kristus berkata, “Aku akan pergi ke rumah Bapa, setelah Aku pergi, Roh akan diturunkan padamu,” yaitu: a) Roh adalah Roh yang mewahyukan kebenaran, b) Roh adalah Roh yang mencerahkan kebenaran, c) Roh adalah Roh yang memimpin dengan pimpinan kebenaran, d) Roh adalah Roh yang membawa kita masuk ke dalam segala kebenaran. Segala kebenaran di sini berbeda dengan kebenaran seperti yang diajarkan banyak pengkhotbah Karismatik, “Saya memiliki Roh Kudus, maka saya bisa mengerti segala kebenaran, lalu saya tidak perlu sekolah theologi, sudah bisa menafsirkan Alkitab.” Tetapi secara faktanya apa yang diajarkan banyak kesalahan.

Ada pendeta yang suka naik turun sorga. Ada pendeta yang berkhotbah, dia sering masuk ke neraka. Seharusnya masuk satu kali untuk selamanya. Dia masuk keluar, masuk keluar, untuk memberikan peringatan kepada pemuda, sehingga banyak pemuda penasaran, mendengarkan khotbahnya, lalu mengidolakan dia, membawa ribuan orang mendengarkan khotbahnya. Tidak ada contoh manusia naik turun ke sorga di sepanjang Alkitab. Tidak ada contoh rasul turun naik dari neraka. Ini semua adalah pengalaman yang bukan dipimpin Roh Kudus dan bukan masuk ke dalam kebenaran. Roh akan memimpin engkau masuk ke dalam seluruh kebenaran.

Roh memimpin agar kita mengetahui kebenaran sebelum dunia dicipta, yang dinyatakan dalam empat periode: 1) kebenaran dalam Perjanjian Lama, sejak kehadiran Adam sampai Yesus, 2) kebenaran dari mulai inkarnasi Yesus hingga naik ke sorga, 3) kebenaran setelah Roh Kudus turun dan zaman para rasul dan gereja didirikan; dan 4) kebenaran di dalam mengerti kiamat dan kekekalan. Inilah karya ketiga dari sifat Allah dalam diri Roh Kudus, yaitu: a) sifat kekekalan, b) sifat kesucian, dan c) sifat kebenaran. Di mana ada Roh Kudus, manusia dapat hidup yang kekal. Di mana ada Roh Kudus, manusia disucikan menjadi kaum yang kudus. Di mana ada Roh Kudus, gereja mengerti kebenaran dari Tuhan. Roh Kudus masuk dalam hati seseorang, memberi pengharapan yang kekal, kesucian seperti Allah, dan hidup yang penuh pengertian akan kebenaran Tuhan.

Kini, investasi setan makin banyak. Banyak gereja penuh ribuan orang, tetapi beberapa puluh tahun kemudian terbongkar, ternyata pendetanya berzinah, pendetanya cari uang, pendetanya hidup tidak suci, dan pada saat semua itu terjadi, waktu itu sudah terlambat, investasi sudah dipakai habis, dipermalukan, ditertawakan, dan diejek oleh Iblis. Itulah yang disebut sebagai investasi setan dan kerusakan final kekristenan. Allah mengizinkan setan berinvestasi dengan membuat gereja kelihatan ramai, dan dua puluh tahun kemudian Tuhan menyatakan dosanya, perzinahannya, kesombongannya, dan keserakahannya, kesenangannya akan uang, ini semua menjadi hal yang mempermalukan gereja. Kita mengatakan, “Saya percaya Roh Kudus tetapi tidak mau dirusak oleh Roh Kudus.” Roh Kudus sanggup merusak mereka yang memang rusak pada dirinya. Roh Kudus akan menghancurkan mereka yang telah mempermalukan nama Tuhan. Kita menerima Roh Kudus, kesucian-Nya, kebenaran-Nya, dan dibangun dalam kuasa penopangan Roh Kudus menjadi anak Allah yang baik, menjadi gereja yang suci, menjadi umat yang mengerti firman Tuhan, mengerti kemuliaan Tuhan.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 34: Butir Ketiga (4) Aku percaya kepada Roh Kudus

Pemberian Allah yang terbesar bagi dunia adalah mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal untuk menjadi Juruselamat, Mediator satu-satunya bagi manusia; dan pemberian Allah yang terbesar bagi gereja-Nya adalah mengirim Pribadi Ketiga Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus, menjadi Penghibur, Pendamping, sehingga gereja dapat masuk ke dalam seluruh kebenaran Allah. Tiga sifat Roh Kudus yang penting adalah: kekal, kudus, dan benar.

Jika manusia tidak mengenal Roh Kudus, tidak mungkin ia dapat hidup suci. Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, seluruh manusia mewarisi dosa, melakukan dosa, dan hidup menikmati dosa. Manusia yang hidup di dalam dosa, berjalan di dalam dosa, tidak memiliki pengharapan lagi. Roh Kudus yang suci diturunkan untuk menyertai orang Kristen, diam di dalam orang Kristen, membersihkan dan menguduskan orang Kristen. Dalam keadaan dunia penuh kekacauan, kerusakan, kepalsuan, kenajisan, dan dosa, hanya ada satu kemungkinan untuk manusia dapat hidup suci, yaitu jika ia memiliki Roh Kudus. Bukan karena manusia sudah dan dapat berjuang sampai menjadi suci baru Roh Kudus masuk ke dalamnya, tetapi karena ketika menerima Kristus, Roh Kudus masuk ke dalam diri membersihkan kita. Roh Kudus datang ketika kita menerima Kristus, saat kita masih najis dan masih berdosa. Ia menyucikan kita dan membuat kita dapat dipanggil sebagai orang kudus Allah. Jika Roh Kudus tidak turun dan masuk ke dalam hati kita, kita tidak mungkin mencapai kehidupan yang suci. Ini adalah anugerah yang sangat besar, sehingga kita dapat berbagian di dalam Kerajaan-Nya dan berbagian di dalam sifat Ilahi. Seperti tertulis dalam 2 Petrus 1:4, “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” Kita dilepaskan dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan, berbagian di dalam kesucian dan keadilan Tuhan, serta memperoleh hidup yang adil, suci, dan baik dari Tuhan.

Sifat Ilahi diberikan kepada kita secara moral. Bukan sifat Ilahi substansial yang kekal, tetapi sifat Ilahi dengan atribusi moral di mana karena Tuhan itu suci, maka kita pun diberikan kesucian; Tuhan itu adil, maka kita pun diberi keadilan; Tuhan itu baik, maka kita diberi kebajikan. Roh Kudus mengubah dan menjadikan kita makin mirip Tuhan. Inilah karunia yang diberikan setelah keselamatan. Allah memberikan pertama-tama keselamatan, pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, hidup baru dan kekal, yang diberikan melalui peranakan Roh Kudus, sehingga kita menjadi anak-anak Allah. Selain itu, Ia mulai mengubah sifat kita, menjadikan kita yang tidak suci menjadi suci; dari yang menyukai ketidakadilan sekarang mencintai keadilan; yang dahulu suka berbuat dan berminat jahat, sekarang termotivasi untuk berbuat kebajikan. Kita berbagian di dalam sifat Ilahi Allah, sehingga dapat menjadi wakil Tuhan di dunia. Hal ini tidak mungkin dipalsukan oleh Iblis di dalam dunia.

Banyak orang Kristen tidak sadar adanya penipuan yang masuk melalui Gerakan Pentakosta, dan akhirnya menjadi Gerakan Karismatik, di abad ke-20 ini. Tetapi sekarang, Tuhan merontokkan mereka satu per satu dan membukakan dosa mereka, seperti Jimmy Swaggart, James Baker, Benny Hinn, Yonggi Cho, dan Kong Hee. Satu per satu dosa mereka ditelanjangi. Mereka telah menarik ribuan bahkan puluhan ribu orang datang kepada mereka, menganggap mereka adalah hamba Tuhan, tetapi sebenarnya mereka adalah nabi palsu, yang menipu banyak orang seolah-olah mereka lebih dekat dan lebih mengerti Roh Kudus, tetapi akhirnya terbukti bahwa hidup mereka tidak kudus. Kekudusan tidak dapat dipalsukan oleh Iblis.

Begitu pandainya Iblis menipu gereja, sehingga banyak orang Kristen tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah. Setelah melihat mereka dibongkar dosanya, barulah mereka tahu kalau selama ini mereka tertipu. Sekarang masih banyak orang yang masuk ke gereja yang tidak mengenal Theologi Reformed, mengenalnya Karismatik. Mereka kira di sana mendapatkan kepuasan hati nurani, mereka kira mereka bertemu dengan Roh Kudus. Tetapi semua ini penipuan. Ajaran, yang mengatakan jika engkau percaya, engkau bisa kaya, sukses, bahagia, dan mendapatkan kemakmuran luar biasa, bukanlah ajaran firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata, “Barang siapa mengikut Aku, menjadi murid-Ku, ia harus menyangkal diri, harus memikul salib, dan mengikut Aku.” Inilah cara orang menjadi Kristen, menjadi pengikut Kristus. Gereja Joel Osteen adalah gereja besar dengan puluhan ribu jemaat, karena ia sangat menarik ketika berkhotbah. Gereja Protestan yang terbesar di Houston menjadi tidak ada apa-apanya dibanding dengan gerejanya. Tidak banyak orang yang sadar kesalahan dalam khotbahnya dan menganggap ia adalah hamba Tuhan yang baik. Ia mengatakan, “Jangan banyak memikirkan dosa yang kauperbuat; jangan banyak memikirkan kegagalan. Sekarang saatnya semua orang berpikir positif, berjuang untuk hari depan, supaya sukses, lancar, dan kaya; supaya hidupmu penuh sukacita, karena itulah tujuan Tuhan menyelamatkan dan memanggil engkau.” Kalimat-kalimat seperti itu mengandung ketidaksetiaan. Jika ada pendeta tidak berani membicarakan kerusakan dosa, tuntutan kesucian, kemarahan, pengadilan Tuhan, dan kedatangan Kristus yang akan melenyapkan bumi ini, pendeta itu bukan memberitakan Injil yang sejati sesuai Alkitab. Joel Osteen memberitakan berita yang sama sekali berbeda, di mana orang Kristen tidak perlu memikul salib; menurutnya, kesusahan, sakit, kematian, kegagalan, kemiskinan adalah cara setan mengganggu pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan adalah agar kita menjadi kaya, lancar, makmur, mempunyai uang banyak, dan kemewahan dunia, karena Yesus kaya ketika di dunia. Itu semua adalah ajaran Iblis yang menyelundup masuk ke dalam gereja melalui mimbar.

Gereja kalau bisa menarik makin banyak orang, tetapi mereka tidak mendengarkan firman Tuhan yang sesungguhnya, setan akan senang. Setan tidak takut gereja maju, setan tidak takut banyak orang masuk gereja, setan takut kalau mereka mendengarkan firman yang suci dan benar. Setan tidak takut banyak orang menjadi Kristen, setan paling takut kalau mereka mendengarkan kebenaran yang sejati, mendengarkan firman yang suci, mendengarkan rencana dan kehendak Tuhan dalam sejarah. Setan selalu menutup telinga kita untuk mendengarkan berita yang baik dan benar. Setan bekerja di sekolah theologi, melalui profesor-profesor theologi yang tidak setia, yang menipu pendengar yang mengikuti kuliahnya, karena mereka hanya mau gelar, pangkat akademis, tetapi tidak menjalankan kehendak Allah. Setelah lulus, mereka naik mimbar, menghindarkan diri dari berkhotbah tentang kesucian, kemarahan Allah, pengadilan dan penghakiman Allah, dan neraka. Itu sebabnya banyak orang yang ingin cepat kaya masuk gerejanya.

Maka, tahun lalu (2017) Tuhan membongkar kesalahannya. Kota Houston yang hampir tidak pernah banjir, tahun itu banjir hingga setinggi tiang listrik. Ketika Houston banjir besar, orang Amerika terkejut. Mereka tidak mengerti dan tidak bisa apa-apa kecuali melarikan diri, meninggalkan rumah mereka dan mereka melihat gereja Joel Osteen di bukit. Gereja itu begitu mewah, dengan karpet yang indah, karena mereka percaya kemakmuran. Ketika para pengungsi menghampiri gereja itu, Joel Osteen melarang orang untuk berteduh di gerejanya. Gereja itu ditutup, dikunci agar orang tidak bisa masuk. Banyak orang menjadi kecewa. Seluruh Houston tahu dan dimuat di surat kabar. Orang Houston mulai mengejek, menghina, dan menertawakan gereja yang tidak mempunyai cinta kasih. Tuhan membongkar sebenarnya apa yang ada dalam hati Joel Osteen. Dia belum pernah mengenal sifat Ilahi yang suci, penuh cinta kasih, tetapi juga adil, marah, yang akan menghakimi seluruh dunia melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.

Jikalau engkau hanya mengenal separuh kebenaran, engkau belum mengenal kebenaran. Kebenaran separuh bukanlah kebenaran (half truth is not the truth at all). Menjadi orang Kristen yang baik harus mengerti keseluruhan dan harus memiliki ketepatan pengertian, dan harus menafsir dengan akurat. Iman Theologi Reformed mencari akurasi dan mengerti secara utuh yang tertulis di Alkitab yang diwahyukan Allah. Jangan bagaikan anak-anak yang hanya mau sekeping roti yang enak dimakan, lalu lainnya dibuang, seperti kebanyakan orang Karismatik, hanya mau berkat Tuhan, tidak mau kesucian, keadilan, dan penghakiman Tuhan. Jangan menjadi orang Kristen yang menipu diri dengan gejala. Jangan menjadi orang Kristen yang hanya puas dengan kepingan-kepingan kebenaran. Kepingan kebenaran, bukan kebenaran yang total, bukan kebenaran yang menyeluruh, bukan kebenaran yang Tuhan mau kita ketahui.

Alkitab mengajarkan bagaimana dunia diciptakan dan bagaimana pada akhirnya seluruh dunia akan dihakimi. Ini berita yang tertata lengkap, dari mulai penciptaan, kejatuhan, diselamatkan melalui darah dan kematian Kristus. Bagaimana manusia berontak kepada Tuhan dan Roh Kudus membantu kita taat pada Tuhan, kembali berdamai dengan Dia. Seluruh kebenaran tidak boleh dipotong sebagian, tidak boleh diskon, tidak boleh sembarangan dicomot. Jangan kita beranggapan cukup ikut kebaktian, cukup sudah dibaptis, cukup sudah ikut perjamuan kudus. Kita harus menuntut diri untuk mengerti firman Tuhan secara utuh, seluruh kebenaran Alkitab, seluruh wahyu Tuhan yang utuh dan dimengerti dengan benar.

Cari dan ujilah kehendak Allah yang sempurna, yang baik, dan yang berkenan di hati Tuhan. Terkadang Tuhan terpaksa membongkar dosa hamba yang berani mengatakan dia utusan Tuhan, tetapi tidak setia kepada-Nya. Hamba Tuhan yang seperti memberitakan firman Tuhan, tetapi tidak akurat sama sekali dan tidak jujur di hadapan Tuhan. Theologi Reformed berusaha memaparkan seluruh Kitab Suci, memberikan penjelasan, memberikan penafsiran yang bertanggung jawab, agar orang-orang Kristen mengerti kehendak Tuhan. Mereka yang malas, comot sana sini, akan menipu diri dan kehilangan banyak berkat yang tersimpan dalam seluruh Alkitab yang telah diwahyukan.

Kita harus berpikir secara suci, kita harus bertutur secara suci, kita harus bertindak secara suci, kita harus melayani secara suci, supaya berkenan kepada Roh yang suci. Roh Kudus adalah Roh yang suci. Allah yang suci memanggil kita, “Karena Aku adalah Allah yang suci, maka engkau harus hidup suci di hadapan-Ku, dalam segala sesuatu yang engkau pikirkan, katakan, kerjakan, jalankan, rencanakan, juga seluruh hidup dan pelayananmu suci.” Firman Allah adalah firman yang suci, umat Allah adalah umat yang suci, panggilan Allah adalah panggilan yang suci, sehingga semua yang dari Allah itu suci adanya.

Kesucian adalah satu-satunya yang tidak dapat dipalsukan. Engkau boleh mempunyai berita palsu, pelayanan palsu, karunia palsu, mujizat palsu, karunia lidah palsu, tetapi tidak mungkin bisa memiliki kesucian palsu. Hidup yang suci sungguh menyatakan kehidupan Allah, yang tidak suci menyatakan kenajisan dari setan. Tuhan melihat dengan mata-Nya seperti pedang bermata dua, untuk menghancurkan semua kepalsuan. Dunia Barat lebih jujur dari orang Timur. Iklan produksi Timur jangan terlalu dipercaya. Iklan dari Barat lebih dapat dipercaya karena lebih jujur. Dunia dan orang Barat lebih menjunjung tinggi kejujuran sebagai etika produksi, industri, dan hidup berkebangsaan. Negara Timur yang tidak dipengaruhi kekristenan, tidak dipengaruhi Alkitab, cenderung melakukan apa pun yang bisa menjual dan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini saya sama sekali tidak menjunjung tinggi orang Barat, tetapi saya menyembah sujud Tuhan yang telah memengaruhi dunia Barat dengan Kitab Suci. Di dalam kebudayaan Timur penuh dengan penipuan dan keberanian melawan kebenaran. Yang paling pandai menipu justru dianggap hebat dan paling bijaksana. Di dalam budaya Barat, kebijaksanaan terintegrasi dengan kejujuran dan ketulusan; di dalam budaya Timur, kebijaksanaan dikatikan dengan kecanggihan strategi penipuan.

Menurut Konfusius, berbohong tidak baik, tetapi dalam kenyataannya di sepanjang sejarah Tionghoa, orang Tionghoa sulit menghindari semangat menipu. Hal ini memberikan kepada kita pengertian bahwa kebudayaan bukanlah di dunia ide, tetapi harus di dalam fakta. Orang Tionghoa memiliki ide kebudayaan yang sangat bagus dan tinggi, tetapi tidak mampu merealisasikannya menjadi fakta di dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah kesenjangan antara pencapaian manusia dan wahyu Allah. Allah memberikan wahyu, memaparkan kebenaran, dan mengirimkan Kristus untuk menyatakan, membuktikan, bahwa kebenaran itu bukan hanya ide atau dalam pembicaraan, tetapi suatu fakta hidup. Kristus adalah satu-satunya realitas kebenaran, kebajikan, keadilan, dan kesucian sejati yang turun dari sorga. Kita dapat berusaha membandingkan Tuhan Yesus dengan para tokoh dunia manapun, dan kita akan segera melihat perbedaan yang drastis. Hanya Kristuslah satu-satunya kebenaran, satu-satunya kejujuran, dan satu-satunya keadilan yang sama sekali tanpa kompromi.

Di dalam Yohanes 14-16, Kristus berkata, “Roh Kebenaran.” Saya tidak menganggap bahwa bagian di mana Tuhan Yesus mengajarkan tentang Roh Kudus di dalam pasal-pasal ini lebih penting dari seluruh bagian Alkitab lainnya, karena sebelumnya di Perjanjian Lama, para nabi telah menyampaikan nubuat Allah diinspirasi oleh Roh Kudus dan berbicara tentang Roh Kudus. Di dalam Perjanjian Baru juga para rasul mengajarkan tentang Roh Kudus, yang juga diwahyukan oleh Allah dan digerakkan oleh Roh Kudus orang-orang tersebut membicarakan dan mengajarkan tentang Roh Kudus. Tetapi hanya Tuhan Yesus yang tidak butuh diberi wahyu, tidak butuh digerakkan Roh Kudus, karena Ia sendiri adalah Allah, di dalam pasal-pasal ini memberikan pengajaran yang begitu penting, yaitu tentang “Roh Kebenaran.” Di sini diajarkan bagaimana ada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa mengutus Allah Anak, dan Allah Bapa bersama Allah Anak mengutus Allah Roh Kudus, kepada kita. Ketika Kristus berbicara tentang Roh Kudus, Allah Pribadi Kedua mengajar manusia tentang Allah Pribadi Ketiga. Ini adalah pembicaraan yang paling autentik, berwibawa, dan unik. Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Itu berarti: 1) Roh itu adalah Kebenaran itu sendiri, yang tercantum di dalam 1 Yohanes 5:9. Ini adalah satu-satunya ayat yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Di dalam Yohanes 14:6, Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Jadi di dalam Alkitab, selain Allah Bapa, di mana kita tahu bahwa seluruh kebenaran berasal dari diri-Nya, juga Allah Anak mengaku bahwa Dia adalah Kebenaran; dan di dalam Alkitab, Yohanes menyatakan dan menyaksikan bahwa Allah Roh Kudus adalah Kebenaran. Roh Allah adalah Roh Kebenaran. 2) Roh Kudus mewahyukan kebenaran. Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah menurunkan kebenaran dari sorga ke bumi. Roh Kudus menurunkan kebenaran dari sorga, yaitu Firman, ke dunia menjadi daging, sehingga Firman menjadi daging. Inilah pekerjaan Roh Kudus yang terbesar. Ketika Kebenaran datang menjadi daging, disebut inkarnasi. Ketika firman menjadi huruf disebut revelasi (pewahyuan). Melalui Firman menjadi daging, Yesus muncul di dalam sejarah. Melalui firman menjadi tulisan, Kitab Suci muncul di dalam sejarah. Kedua inilah yang kemudian kita sebut sebagai wahyu khusus. Ada wahyu umum Tuhan, yang ada di luar melalui alam, dan di dalam melalui hati nurani. Alam dan hati nurani merupakan wahyu umum, sementara Kristus dan Alkitab adalah wahyu khusus. Dari kedua wahyu inilah kita mengenal siapa Allah. Inilah pekerjaan Roh Kudus. 3) Roh Kudus mengajar kebenaran dengan memberikan iluminasi dan pencerahan Alkitab ke dalam hati kita, untuk mengajar apa yang disebut kebenaran itu kepada kita. Pendeta yang tidak dipenuhi Roh Kudus, pendeta yang tidak taat Roh Kudus, pendeta yang tidak mau belajar dengan rendah hati di hadapan Roh Kudus, tidak mungkin memberikan khotbah yang penting, yang mengubah manusia dan menerima hidup dari Tuhan. Kebenaran merupakan sifat Roh Kudus. Yesus Kristus berkata bahwa Ia akan memimpin engkau dan menjadikan engkau gereja-Nya yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk dibawa masuk ke dalam kesempurnaan pengertian firman dan kebenaran Allah.

Jadi Roh Kudus itu kebenaran, Roh yang mewahyukan kebenaran, Roh yang memakai kebenaran memberikan pencerahan, dan Roh yang membawa seluruh gereja masuk ke dalam seluruh kebenaran. Orang Kristen adalah orang yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai Roh kebenaran, Roh yang membawa kebenaran, Roh yang mencerahkan dengan kebenaran, Roh yang memimpin masuk ke dalam kebenaran. Kita mempunyai kebenaran Tuhan, karena Roh Kudus bekerja dalam hati kita. Tuhan memberkati kita.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 35: Butir Ketiga (5) Aku percaya kepada Roh Kudus

Roh Kudus yang diberikan kepada kita adalah Pendamping kekal di dalam hidup kita yang sementara. Ia adalah Pendamping dari Allah sejati yang mencipta manusia. Inilah arti kata parakletos. Yang Mencipta mendampingi yang dicipta. Kita hidup di dunia hanya beberapa puluh tahun, tetapi kita memiliki Allah yang kekal. Karena Roh yang kekal, maka saya harus hidup memperkenan Tuhan dan mendapat kekuatan dari yang kekal. Roh Kudus adalah Roh yang kudus, sehingga saya harus hidup kudus dan memperkenan Tuhan.

Perbedaan paling mendasar dan penting dari iman Kristen adalah kita memiliki Roh Kudus yang memberikan kesucian kepada kita, yang melampaui semua yang lain yang tidak pernah mengenal Roh Kudus. Orang Kristen menurut 1 Petrus 1:2 adalah “orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.” Maka,

1) Orang Kristen adalah kaum pilihan. Orang Kristen dipilih sebelum dunia diciptakan. Doktrin pemilihan Tuhan tidak boleh dilupakan oleh orang Kristen, tidak boleh disangkal, karena tertulis di dalam Alkitab.

2) Orang yang dikuduskan oleh Roh Kudus menjadi orang kudus. Sebelum dikuduskan, semua orang Kristen adalah orang najis karena sudah berdosa. Dari orang najis dan berdosa diubah oleh Roh Kudus menjadi orang suci. Hal ini hanya mungkin dilakukan oleh Roh Kudus. Jangan kita menganggap kita bisa melatih diri, membersihkan diri, menyingkirkan semua dosa, dan menjadikan diri kita suci dengan kekuatan kita sendiri; kemudian kita berani berkata, “Tuhan, aku sudah bekerja keras, membersihkan seluruh hati sanubari, jiwa, dan pikiran sudah dikosongkan hingga menjadi suci. Sekarang tolong Engkau masuk ke dalam hati saya, karena sudah suci.”

Alkitab tidak mengatakan jika sudah membersihkan diri baru kita layak mengundang Roh Kudus masuk untuk tinggal di tempat yang sudah kita sucikan. Jika memang benar demikian, Roh Kudus akan berkata, “Engkau sudah sanggup membersihkan dirimu sendiri, berarti engkau sudah sedemikian hebat. Itu juga berarti engkau tidak membutuhkan Aku, engkau tidak butuh Juruselamat, engkau tidak membutuhkan pertolongan Tuhan.” Justru karena kita tidak sanggup, tidak berdaya, tidak bisa menolak, karena sudah berada di dalam dosa, dan tidak mungkin mengubah diri menjadi baik, di situlah kita memohon, “Tuhan, aku memerlukan Engkau, tolonglah aku orang berdosa ini.” Roh Kudus tidak akan masuk ke hati seseorang karena sudah bersih. Justru karena tidak layak, tidak sanggup, tidak mampu, dan tidak punya kekuatan membersihkan diri, maka perlu Penolong. Roh Kudus datang membersihkan, mengusir anasir jahat, menggerakkan kuasa-Nya untuk menguduskan. Oknum Ketiga Allah Tritunggal menguduskan dan membersihkan motivasimu, membersihkan hatimu, sehingga engkau tertarik dan rindu datang kepada Pribadi Kedua Allah Tritunggal, yaitu Yesus Kristus.

3) Orang Kristen adalah orang yang dibersihkan oleh Kristus dengan percikan darah-Nya, karena taat kepada Anak Allah. Allah Bapa memilih, Allah Roh Kudus menguduskan, Allah Anak mengampuni dosa, menebus jiwa, dan membawa kembali kepada Allah. Ketaatan kepada Kristus muncul setelah kita dikuduskan. Allah telah memilih kita menjadi anak-anak-Nya dan untuk itu Ia mengirim Roh Kudus untuk membersihkan kita, sehingga kita bisa taat kepada Kristus. Di sini kita melihat keselamatan dikerjakan oleh Allah Bapa, Allah Roh Kudus, dan Allah Anak, ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Hanya di dalam ayat ini, Pribadi Ketiga bekerja pada urutan kedua, sehingga seperti terbalik urutannya. Roh Kudus diberikan setelah Tuhan Yesus selesai dari kebangkitan, selesai menggenapkan seluruh misi keselamatan. Jauh di dalam kekekalan, yang pertama dikerjakan adalah kita dipilih. Barulah pada suatu momen di dalam sejarah kita dilahirkan.

Kita melihat urutannya dari pemilihan, penciptaan, kemudian kelahiran. Pada saat kita dilahirkan, kita belum menerima Tuhan. Kita sering kali masih berjalan-jalan dalam Atheisme, Komunisme, Evolusionisme, dan semua filsafat yang salah. Lalu Tuhan memanggil kita. Allah memilih kita sebelum dunia dicipta dan dalam sejarah Ia memanggil kita. Tuhan Yesus sudah menggenapi rencana Allah, menyelesaikan rencana penebusan, menggenapkan anugerah keselamatan. Yesus menggenapkan rencana keselamatan yang sudah disiapkan Allah, dan Roh Kudus menjadi yang kedua di dalam pelaksanaan, karena Roh Kudus diberikan untuk bersaksi bagi Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Roh Kudus dikirim menjadi saksi Kristus dan memuliakan Kristus. Itu sebabnya, bukan Allah Bapa, Allah Anak, lalu Allah Roh Kudus, tetapi urutannya Allah Bapa, Allah Roh Kudus, baru Allah Anak. Tanpa digerakkan Roh Kudus, tidak ada orang yang dapat menyebut Yesus sebagai Juruselamat; tanpa digerakkan Roh Kudus, tidak ada orang mengaku Yesus adalah Tuhan. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa tanpa pertolongan Roh Kudus tidak ada orang yang mengerti dan menyadari dirinya berdosa. Tanpa pencerahan Roh Kudus tidak ada orang yang melihat dirinya rusak dan membutuhkan Tuhan. Setelah sadar diri berdosa, barulah orang datang kepada Tuhan. Roh Kudus bekerja terlebih dahulu melunakkan hatimu, membersihkan motivasimu, mengarahkan kemauanmu kepada Tuhan, barulah kita mulai taat kepada Tuhan. Sesudah taat kepada Tuhan, Kristus memberikan darah-Nya, membersihkan, dan memberikan kuasa-Nya untuk menyelamatkan orang percaya. Orang Kristen adalah orang yang dipilih oleh Bapa, disucikan oleh Roh Kudus, dibersihkan dan diselamatkan oleh Yesus Kristus.

Roh Kudus adalah Roh yang kekal, Roh yang suci, Roh yang benar. Kekekalan menjamin kita dapat hidup abadi, kesucian memberikan kekuatan untuk hidup kudus, dan kebenaran mengajar kita mengerti segala rencana Allah. Betapa besarnya kebahagiaan manusia yang mendapat hidup yang kekal dari Allah, mendapat kesucian dari Roh Kudus, dan mendapat hidup dari Kristus, yang memberikan pengampunan dan memberikan jalan yang baru bagi kita.

Kita telah membahas sifat Roh Kudus: Roh Kekal, Roh Suci, dan Roh Kebenaran. Kini kita masuk dalam pengertian Roh Kudus adalah Roh Kebijaksanaan, Roh Pengetahuan, dan Roh Strategi.

Saat ini, banyak orang berbicara tentang Roh Kudus dengan pikiran yang sempit akibat dipengaruhi ajaran Karismatik yang radikal. Ketika berpikir tentang Roh Kudus, langsung pikiran mengarah kepada fenomena jatuh dan kejang-kejang, atau berbagai gejala supranatural lainnya. Semua fenomena-fenomena aneh ini tidak pernah ada dalam Alkitab. Banyak orang Kristen sudah ditipu, dibelokkan, dan menjadi bodoh. Mengembalikan gereja kepada Theologi Reformed begitu sulit, karena orang tidak percaya bahwa mereka memerlukan Theologi Reformed, orang tidak mau menguji apakah benar yang dikhotbahkan sesuai dengan Alkitab.

Banyak orang berpikir jika ada Roh Kudus, ada gejala kejang-kejang. Ketika melihat gereja yang tenang, tidak ada teriak-teriak dan kejang-kejang, maka gereja itu dianggap tidak memiliki Roh Kudus. Mereka telah mengkritik, menuduh tanpa dasar. Mereka sudah tidak bertanggung jawab, sudah diracuni, sudah ditipu, dan sudah didistorsi oleh ajaran-ajaran yang tidak bertanggung jawab. Benarkah Roh Kudus identik dengan kejang-kejang dan semua fenomena supranatural ini? Gereja yang ditipu saat ini lebih banyak dari gereja yang menerima kebenaran. Kebijaksanaan memerlukan intelektual yang tinggi, perlu pengertian yang banyak, dan strategi membutuhkan cara memilih yang sangat peka. Ini semua dapat dimengerti bukan oleh orang yang tidak mau belajar dan mengerti.

Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, karena itulah julukan yang diberikan Yesus kepada Roh Kudus. Di dalam Yohanes 14-16 dinyatakan bahwa Roh Kudus berasal dari Anak Allah yang Tunggal. Roh Kudus diberikan oleh Allah Bapa dan Allah Anak. Karena Allah Anak yang memberikan Roh Kudus, maka Ia yang paling berhak memberikan pengertian dan definisi mengenai Roh Kudus. Yesus mengatakan bahwa Roh Kebenaran itu akan datang dan memimpin kita masuk ke dalam seluruh kebenaran. Pekerjaan Roh Kebenaran adalah membela, membagikan, mengajar, dan mencerahkan kebenaran ke dalam pikiran manusia.

Aspek intelektual, aspek pengertian, dan aspek kebijaksanaan sering dilupakan manusia, karena setan mau orang Kristen jangan menggunakan otaknya, jangan berpikir. Sedangkan di pihak lain, Alkitab mengatakan “pikirkanlah siang dan malam akan firman Tuhan”. Kebenaran Tuhan bagaikan sebatang pohon di tepi aliran air, akarnya terus menerima air dan buahnya terus bertumbuh, tidak akan layu dan kekurangan buah.

Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, itu berarti akan berkaitan dengan epistemologi, intelektualitas, rasio, dan logika. Roh Kudus akan memimpin seseorang bagaimana memikirkan kebenaran dengan benar. Roh Kudus menolong, mencelikkan mata, mencerahkan pikiran, memimpin intelektual kita untuk berpikir sesuai dengan kebenaran yang diwahyukan Allah. Roh Kudus bukan Roh yang membodohkan manusia. Roh Kudus adalah Roh yang mencerdaskan manusia. Alkitab menulis, firman-Mu membangunkan roh manusia, firman-Mu mencerdaskan pikiran manusia, firman-Mu mencerahkan otak manusia. Manusia menjadi lebih cerdas karena Roh Kudus.

Bukankah banyak orang yang bukan Kristen otaknya bisa lebih pintar, cerdas luar biasa, dibanding orang Kristen? Apakah mereka mempunyai Roh Kudus? Saya tidak mengatakan bahwa orang cerdas berarti memiliki Roh Kudus. Saya mengatakan bahwa orang yang memiliki Roh Kudus akan menjadi lebih cerdas. Cerdas bawaan adalah cerdas yang tidak ada hubungannya dengan kesucian Allah. Jika pintar lalu percaya kepada Tuhan, Roh Kudus akan memberikan kecerdasan. Dia akan pintar digabungkan dengan kesucian. Roh Kudus mencerdaskan manusia. Roh Kudus tidak membodohkan manusia. Maka mereka yang percaya kepada Allah akan mendapatkan iluminasi (pencerahan) dari Roh Kudus di dalam mengerti Kitab Suci. Mereka akan dibangunkan, disadarkan dari tidur dan kebodohan, sehingga menjadi orang yang tajam pikirannya. Firman Tuhan adalah firman yang membenarkan dan mencerdaskan manusia. Roh Tuhan adalah Roh yang memberi kebijaksanaan kepada manusia. Roh Kudus adalah Roh Kebijaksanaan.

Apa itu kebijaksanaan? Kebijaksanaan bukan pengetahuan dan pengetahuan bukan kebijaksanaan. Kebijaksanaan lebih daripada pengetahuan. Kebijaksanaan yang menyetir pengetahuan. Pengetahuan yang tinggi tanpa ada pengontrol yang bijak sangat berbahaya. Kebijaksanaan adalah yang mengemudi, mengarahkan, menentukan arah pengetahuan. Kebijaksanaan jauh lebih penting daripada pengetahuan. Roh Kudus adalah Roh Kebijaksanaan, jika Roh Kudus berada dalam hatimu, Ia akan mengarahkan hidupmu, memberi tahu ke mana engkau harus pergi, sehingga engkau tidak menyia-nyiakan, menghamburkan, membuang tenaga, kekuatan, umur, usia, waktu, dan talenta yang Tuhan berikan.

Kita perlu kebijaksanaan, karena kebijaksanaan yang menyetir dan mengarahkan; dan kebijaksanaan itu dari sorga. Tuhan adalah Tuhan yang berbijaksana. Tuhan adalah Tuhan yang menentukan arah. Berpengetahuan bisa diraih melalui membayar uang kepada guru, mengirim ke sekolah yang tinggi, dan studi di mana-mana. Engkau mungkin mendapatkan pengetahuan yang baik, tetapi setelah mendapatkan pengetahuan yang banyak, apakah engkau mempunyai kebijaksanaan dalam memakai pengetahuan itu adalah soal yang lain lagi. Begitu banyak orang yang pintar sekali, tetapi hidupnya tidak keruan.

Kalimat “knowledge without wisdom” (pengetahuan tanpa hikmat) muncul pada sekitar tahun 1940 dari Bertrand Russell, seorang filsuf terkenal. Ia menulis makalah dengan kalimat pertama: “This age is great in knowledge but lacking in wisdom” (zaman ini luar biasa dalam pengetahuan, tetapi kekurangan hikmat). Ketika saya membaca kalimat itu saya langsung mengatakan, “Maafkan, saya harus mengatakan bahwa engkau salah satunya.” Bertrand Russell adalah seorang yang memiliki banyak pengetahuan tetapi kurang bijaksana, karena ia yang memulai kerusakan moral di Inggris dengan menyodorkan metode baru yang namanya percobaan pernikahan.

Russell mengatakan bahwa ketika engkau membeli barang pasti engkau mencoba dahulu, apakah berfungsi baik atau tidak, baru membayarnya. Kalau demikian, bukankah pernikahan juga boleh dicoba dahulu. Kalau sudah pacaran, ditiduri, lalu cocok baru lanjut, kalau tidak cocok ya ganti yang lain. Akibatnya, di Inggris mulai sekitar tahun 1940-an, banyak perawan-perawan mulai kehilangan keperawanannya. Jika bisa menikah dengan seorang perempuan yang masih perawan, engkau bagaikan dapat lotre.

Sepuluh tahun kemudian hal ini terjadi di Amerika. Di Amerika, Dr. Kimsay mengajukan sex revolution (revolusi seks), di mana tidak perlu lagi memikirkan perjaka atau perawan. Setiap orang boleh melakukan percobaan pernikahan, boleh ganti-ganti pasangan, boleh kumpul kebo, tidak usah menikah, boleh bersetubuh, tidak usah pikir risiko. Kedua negara yang dianggap paling tinggi pendidikannya di dunia menghancurkan moral seluruh umat manusia mulai dari tahun 1940-an dan 1950-an.

Lalu buku-buku mengenai seks dan mengenai pendidikan seks melanda literatur seluruh dunia. Pada tahun 1970-an di Denmark, yang penduduknya hanya tujuh juta manusia, setiap tahun mencetak buku porno 30 juta jilid. Tujuh juta membaca 30 juta, berarti satu orang paling sedikit membaca 4,5 buku porno. Dunia mau menjadi apa? Dunia mempunyai pengetahuan, Inggris, Skotlandia, Amerika, Swedia, Denmark, Finlandia, pengetahuannya paling tinggi, tetapi juga moral paling rusak, karena mempunyai pengetahuan tinggi tetapi tidak mempunyai kebijaksanaan yang cukup. Pengetahuan hebat, tetapi kekurangan kebijaksanaan.

Kalimat dari Bertrand Russell sendiri akhirnya dia jalankan sendiri dengan coba-coba menikah dan membuang empat istrinya. Dia pernah menikah dengan empat perempuan, dia buang. Ketika tua, ia menjadi orang yang tidak menjadi teladan. Inggris tidak mempunyai contoh orang bijak. Russell mempunyai kebijaksanaan filsafat, pengertian matematika, menemukan Neutromonisme dalam filsafat, ia mengarang buku The First Principles of Mathematics bersama Alfred North Whitehead, orang yang penting sekali dalam bidang ilmu. Pengetahuan tinggi sekali, tetapi kebijaksanaan rendah sekali. Bertrand Russell adalah seorang yang tidak takut kepada Tuhan, sehingga yang ia sebut kebijaksanaan hanya dalam bidang pengetahuan. Alkitab menyatakan bahwa kebijaksanaan lebih tinggi dari pengetahuan. Roh Kudus adalah Roh Bijak; Roh Kudus adalah Roh Pengetahuan; Roh Kudus adalah Roh Strategi. Ketiga hal ini bersangkut paut dengan intelektualitas. Ketiga hal ini bersangkut paut dengan logika. Ketiga hal ini bersangkut paut dengan ilmu dan pengetahuan, belajar dan mengajar, sehingga orang yang belajar jangan hanya belajar seperti Russell, seperti orang dunia.

Di dalam Alkitab, kebijaksanaan lebih tinggi daripada pengetahuan. Kebijaksanaan menurut Alkitab, di dalam Perjanjian Lama, memiliki tiga prinsip utama, yaitu:

1) Takut kepada Allah. Takut kepada Allah adalah permulaan kebijaksanaan. Tidak mungkin seseorang mempunyai kebijaksanaan jika orang itu tidak takut kepada Allah. Berdosa tidak takut, melanggar hukum tidak takut, membunuh orang tidak takut, jika ini orang yang berpengetahuan banyak tetapi hatinya tidak ada Tuhan, tidak takut kepada Tuhan, dia tidak disebut orang bijaksana menurut Kitab Suci. Dalam dunia ini tidak ada dosa yang tidak bisa ditutupi. Orang yang tidak takut Tuhan, begitu ada kesempatan langsung berzinah, mencuri, atau menyeleweng. Hikmat dalam Alkitab adalah menjaga diri dalam kesucian, akan berpikir benar atau tidak, boleh atau jangan. Ada batasan dari Tuhan. Tidak ada orang yang tidak berbuat dosa. Tidak ada orang yang mungkin tidak mengalami pencobaan Iblis, termasuk orang suci sekalipun. Jika seseorang lepas dari penjagaan Tuhan sedetik saja, akan berdosa. Daud, orang yang berkenan di hadapan Tuhan, tetapi membunuh orang dan mengambil istrinya. Siapa bisa suci? Siapa bisa menghindar dari godaan pencobaan, jika tidak ada perasaan takut kepada Tuhan? Ini tidak ada dalam pengetahuan, karena ini adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan harus mulai dari takut akan Tuhan, ini prinsip pertama. Alkitab mengatakan, kebijaksanaan seperti ini datang dari mengenal kesucian Ilahi.

2) Kenal kesucian Tuhan. Tuhan itu suci, karena itu manusia tidak boleh berzinah, berdosa, najis, cemar, seperti orang kafir, karena saya mempunyai Tuhan yang suci. Alkitab menulis, “Sucilah dalam segala sesuatu yang kau perbuat, karena Aku, Allah yang memanggil engkau sebagai umat-Ku adalah Allah yang suci. Aku memanggil engkau menjadi umat yang kudus, kuduskanlah dirimu dalam segala hal, karena aku adalah Allah yang suci, Allah yang memanggil engkau.”

3) Menjauh dari kelakuan yang jahat. Jangan dekat dengan orang LGBT, karena begitu dekat, dosa akan datang mencaplok kamu, menelan kamu jadi mangsanya. Jangan dekat dengan orang yang suka melacur karena mereka akan memengaruhi engkau. Jangan dekat dengan orang yang suka berjudi, jangan dekat dengan semua yang homo, semua yang minum minuman keras, semua yang suka main hal yang rusak, yang suka menipu, yang suka dagang curang.

Inilah perintah dari Alkitab, tiga hal yang sangat penting untuk dapat menjalankan hal suci yang berbijaksana, yaitu takut akan Allah, mengenal kesucian Allah, dan menjauhkan diri dari segala kejahatan. Dengan melakukan hal-hal itu engkau hidup dalam kebijaksanaan. Alkitab memberikan tiga prinsip dalam Perjanjian Lama dan tiga prinsip dalam Perjanjian Baru. Kiranya Tuhan memberkati kita menjadi manusia yang takut kepada Tuhan, yang mengerti kesucian Tuhan, yang mendengar perintah Tuhan, dan menjauhkan diri dari segala kejahatan

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 36: Butir Ketiga (6) Aku percaya kepada Roh Kudus

Yesaya 11 mengungkap tiga istilah bagi Roh Kudus, yaitu Roh Kebijaksanaan, Roh Pengetahuan, dan Roh Strategi. Ini menunjukkan adanya hubungan antara Roh Kudus dan intelektualitas. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia memiliki Roh Kudus justru adalah orang-orang yang anti intelektualitas dalam hal rohani. Bagi mereka, jika percaya kepada Roh Kudus, ia tidak perlu lagi menekankan pentingnya rasio, logika, dan pengetahuan, karena Roh Kudus melampaui rasio. Mereka beranggapan bahwa karena Roh Kudus lebih tinggi daripada intelektualitas, maka Roh Kudus tidak ada hubungan dengan intelektualitas. Tetapi Kitab Suci menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebijaksanaan; Roh Kudus juga adalah Roh Pengetahuan; dan Roh Kudus juga Roh Strategi. Ketiga hal ini tidak lepas dari unsur dan fungsi intelektualitas.

Di dalam pikiran manusia, perlu ada peranan Roh Kudus untuk memimpin otak, fungsi rasio, dan menguasai seluruh intelektualitas manusia. Inilah yang dilawan oleh mereka yang mengaku penuh Roh Kudus, tetapi sesungguhnya sedang melawan Roh Kudus. Inilah yang diajarkan oleh gerakan Karismatik radikal, yaitu semua gerakan Karismatik dan gerakan Pantekosta yang tidak mementingkan intelektualitas, tetapi hanya sibuk dengan gejala supranatural yang melawan ketenteraman pikiran.

Alkitab berkata, “Allah bukan mengacaukan, tetapi Allah menenangkan, menstabilkan, dan membuat manusia berpikir sesuai firman Tuhan.” Paulus berkata, “Pikirkanlah hal-hal sorgawi, jangan hanya memikirkan hal-hal duniawi.” Yesus berkata, “Roh Kebenaran akan membawa engkau mengingat kembali semua kalimat yang pernah Aku katakan dan ajarkan.” Roh Kudus akan membantu umat Allah untuk memikirkan dan mengingat kembali, maka Roh Kudus tidak merusak, menghambat, atau membasmi fungsi rasio. Roh Kudus justru membangkitkan kembali, menghidupkan kembali fungsi rasio, termasuk ingatan yang sudah Tuhan berikan kepada manusia.

Roh Kudus memperhatikan intelektualitas. Ini tidak boleh dimengerti bahwa gereja hanya mau mengumpulkan orang yang pandai, yang bergelar pendidikan tinggi. Gereja yang intelektual adalah gereja yang membiarkan Roh Kudus berperan di dalam mengontrol, memimpin, menginspirasi, dan menghidupkan fungsi rasio yang diciptakan Tuhan di dalam diri kita. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki fungsi rasio yang dapat berpikir tentang kebenaran. Jika bagian ini diabaikan, dikurangi, dan dimusnahkan, saya tidak percaya itu adalah hasil pekerjaan Roh Kudus, karena Roh Kudus tidak meniadakan fungsi intelektual yang Tuhan ciptakan. Allah tidak menciptakan makhluk lain dan memberikan fungsi rasio kepadanya. Allah hanya memberikan hak istimewa untuk bisa berpikir, menganalisis, dan mengerti kebenaran yang mendalam kepada manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan Tuhan dengan kapasitas, intelektualitas, rasio, logika, dan pengertian dalam kebenaran. Jika manusia, makhluk yang paling cerdas, melupakan, mengabaikan, dan menginjak fungsi rasio, kita menjadi binatang yang bodoh, karena menyamakan diri dengan semua makhluk yang diciptakan tanpa rasio.

Jangan sembarangan menerima roh yang mengaku sebagai Roh Kudus, karena Allah tidak mengizinkan kita menerima yang lain untuk menggantikan Dia. Kita harus membedakan mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan. Bukan saja kita tidak boleh menerima, tetapi kita harus menguji, menolak, dan mengusirnya keluar dari gereja. Sebagian orang Kristen terlalu sembarangan menerima semua yang bersifat supranatural karena langsung dikaitkan dengan Roh Kudus dan dianggap memang dari Roh Kudus. Orang menganggap hal supranatural itu sebagai pekerjaan Roh Kudus, karena mereka melihat hal itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Orang yang ditiup bisa jatuh, tidak mungkin manusia bisa kerjakan hal itu, maka itu pasti dari Tuhan, dari Roh Kudus, lalu mereka berbondong-bondong datang dan mengikuti gereja itu. Hal-hal yang tidak dinyatakan dalam Alkitab, janganlah kita tafsir sekehendak sendiri. Di dalam seluruh Kitab Suci, Allah tidak memperbolehkan manusia menguji Dia dengan sembarangan. Allah hanya dua kali memberikan manusia hak untuk menguji Dia. Hak sedemikian adalah hak yang sangat istimewa yang hanya dicantumkan di dalam Alkitab. Ketika orang Israel empat puluh tahun mencobai Tuhan, Tuhan marah dan memberikan kutukan, sehingga mereka tidak dapat masuk ke dalam Sabat. Sabat berarti perhentian, peristirahatan, dan perdamaian; berkat Tuhan untuk kita bisa beristirahat, mengalami damai sejahtera. Setelah enam hari engkau bekerja, maka hari ketujuh adalah waktu untuk merayakan Sabat. Ini adalah rencana Tuhan, supaya dalam tujuh hari ada satu hari istirahat untuk menyegarkan kembali hidup kita, mendapat kekuatan yang diperbarui.

Setiap hari Minggu, orang Kristen mendapatkan firman Tuhan untuk dikuatkan kembali berjuang dalam enam hari ke depan, dengan prinsip firman Tuhan memperjuangkan kebenaran di dalam dunia. Hari Minggu adalah waktu orang Reformed mendengarkan firman Tuhan, kebenaran yang sulit dimengerti dengan pergumulan yang serius. Sesudah mengerti kebenaran melalui pergumulan di hari Minggu, mengerti prinsip-prinsip Alkitab, dipegang, dipelihara, dan bersiap untuk bertempur dalam peperangan enam hari ke depan. Dengan demikian, orang-orang Reformed tidak perlu takut, khawatir, dan merasa dalam kesulitan besar ketika harus menghadapi tantangan Iblis, dosa, dunia, pemerintah, dan masyarakat yang penuh kejahatan.

Prinsip dan praktik kebaktian orang-orang Karismatik terbalik. Mereka mengatakan bahwa dari hari Senin hingga Sabtu telah lelah bekerja, penuh ketegangan, penuh kesulitan, maka hari Minggu adalah tempat istirahat, mendengar hal-hal yang ringan dan menyenangkan, menonton artis, dan mendapatkan hiburan. Mereka beranggapan hari Minggu adalah hari libur, hari kepuasan untuk beristirahat, lalu Senin bekerja lagi.

Bagi kita, hari Minggu bukanlah hari membius diri dengan berbagai hiburan, tetapi suatu waktu penyegaran dengan prinsip firman Tuhan yang menguatkan, sehingga dengan pelatihan ini kita tidak bisa diperalat Iblis, kita tidak takut lagi cobaan dan godaan setan. Ketika orang Israel mencobai Tuhan Allah, mereka empat puluh tahun bersungut-sungut, terus mengomel terhadap Tuhan. Akhirnya orang Israel diberikan satu kutukan oleh Tuhan, mereka tidak akan masuk ke dalam peristirahatan, yaitu mereka tidak mendapatkan keselamatan sejati.

Ketika Tuhan Yesus dijual malam itu, Ia berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14:27). Kebenaran adalah damai sejahtera sejati dari Kristus, dan dengan damai sejahtera seperti itu Yesus menghadapi salib, tidak takut, dan dengan tenang Dia memikul salib sampai Golgota, dengan tenang dan damai sejahtera Ia dipaku di atas kayu salib. Tidak berteriak, tidak bersungut-sungut, dan rela menerima. Pada saat itu Ia menyatakan damai sejahtera yang Ia katakan. Itulah damai sejahtera yang diberikan kepada manusia, damai sejahtera yang berlainan dengan damai sejahtera manusia. Siapakah orang yang seperti Yesus, yang ketika disalibkan sama sekali tidak berteriak-teriak, mengomel, melainkan diam tidak berkata satu kalimat pun? Ia dengan diam menyerahkan diri, kedua tangan dan kaki diangkat, ditancapkan dengan paku yang begitu mengerikan. Seluruh tubuh tergantung pada beberapa lubang paku, dan Dia tidak berteriak. Sebaliknya Dia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Inilah damai sejahtera yang paling tinggi di dalam sejarah. Tidak pernah ada manusia yang dapat mengalami damai sejahtera seperti ini ketika mengalami kesakitan, kesedihan, sengsara, dan penyiksaan berat. Tuhan berkata, “Israel mencobai-Ku, maka Aku tidak akan membawa mereka masuk ke dalam damai sejahtera itu, Sabat itu, karena Aku tidak mencobai dan tidak boleh dicobai.”

Allah mengizinkan dan memerintahkan manusia untuk menguji Dia hanya tertulis dua kali. Satu di Perjanjian Lama dan satu di Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, yaitu mengenai perpuluhan, yang tertulis dalam Maleakhi 3:10, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Kita sering kali kekurangan karena kita tidak jujur kepada Allah. Perpuluhan milik Tuhan kita curi, kita ambil untuk diri kita sendiri, lalu kita pakai sembarangan sesuai keinginan kita. Oleh karena itu, Tuhan berkata, “Engkau yang tidak setia kepada-Ku, Aku telah memberikan segala kecukupan dan engkau mengambil semua uang, termasuk uang yang seharusnya dikembalikan kepada-Ku.” Milik Tuhan harus dikembalikan kepada Tuhan. Jika engkau sungguh-sungguh setia memberikan uang Tuhan kembali kepada Tuhan, engkau tidak dibuang oleh Tuhan. Ini adalah janji Tuhan dan ditulis dalam Alkitab. Hamba Tuhan yang jujur, melayani Tuhan dengan tidak menghiraukan untung rugi diri, tidak mementingkan hidup mati diri, tidak menghiraukan sakit sembuh sendiri, dan melayani Tuhan dengan setia, tidak mungkin Tuhan biarkan dia miskin, kekurangan, atau keturunannya menjadi kosong.

Banyak orang mencari uang yang banyak untuk anak-anaknya, dengan cara menipu, berbuat curang dan tidak jujur, dan setelah mendapatkan uang banyak, engkau mati, dan engkau kira anakmu dapat berkat. Tidak! Mereka hanya mendapatkan modal untuk saling membunuh. Orang yang tidak takut Tuhan, dengan cara curang menipu dan tidak jujur, meskipun menjadi orang kaya, keturunannya akan saling menuduh, saling membunuh, dan tidak ada damai dalam keluarganya. Tetapi jika engkau jujur melayani Tuhan, meskipun miskin, dan setia memberi perpuluhan kepada Tuhan, Tuhan akan memelihara. Inilah pengujian yang Tuhan izinkan!

Jika kita semua egois, Kerajaan Tuhan makin lama akan makin kering dan menyusut. Harus ada orang yang jiwanya memikirkan pekerjaan Tuhan, Kerajaan Tuhan, dan bertekad meluaskan Kerajaan Tuhan. Seharusnya setiap orang Kristen memikirkan bagaimana uang Tuhan harus kembali kepada Tuhan, karena dengan demikian pekerjaan Tuhan, Kerajaan Tuhan, dan gereja Tuhan dapat bertumbuh terus. Mari kita semua memikirkan pekerjaan Tuhan, karena Tuhan berkata, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Ujilah Aku! Ini adalah perintah yang menakutkan. Di dalam Perjanjian Lama, hanya ini satu-satunya kali Tuhan mengizinkan manusia menguji Dia, yaitu tentang perpuluhan.

Di dalam Perjanjian Baru, satu-satunya kali Allah mengizinkan manusia menguji Dia adalah dengan menguji Roh itu dari Allah atau bukan. Seturut 1 Yohanes 4:1, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Dalam hal ini gereja terlalu lalai dan malas, melupakan tugas untuk menguji Roh dari Tuhan atau bukan, sehingga akibatnya gerakan Karismatik radikal dapat berkembang begitu besar dan menerima roh yang bukan dari Allah. Kalau roh dari gerakan Karismatik radikal adalah Roh Kudus yang sejati dari Allah, mengapa para pemimpin gerakan Karismatik tidak ada yang sungguh-sungguh belajar firman Tuhan dan berkhotbah sesuai kebenaran firman yang paling ketat? Mereka tidak merasa perlu mempelajari secara mendalam penafsiran Alkitab dengan ketat, tidak perlu mengerti dan mempelajari doktrin-doktrin Kristen dengan serius, karena mereka merasa sudah mendapat pimpinan dari roh yang mereka anggap adalah Roh Kudus. Mereka mengartikan pimpinan Roh Kudus itu sebagai mujizat, kesembuhan ajaib, mengusir setan, dan karunia bahasa lidah. Semua itu salah. Karunia lidah yang mereka lakukan bertentangan dengan seluruh pengertian Kitab Suci tentang karunia lidah. Nubuat yang mereka katakan bukan dari Roh Kudus yang dikirim kepada manusia, karena bersifat penipuan. Alkitab berkata, “Ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Dengan ini kita melihat hanya dua kali Allah memberi perintah untuk menguji Dia, yaitu satu di Perjanjian Lama tentang perpuluhan, dan satu di Perjanjian Baru tentang menguji roh itu dari Tuhan atau bukan.

Pada tahun 1967, dua puluh dua tahun sebelum GRII didirikan, sekitar empat puluh orang dari satu denominasi gereja di Surabaya berkumpul mencari Roh Kudus, ingin menuntut pimpinan dan karunia Roh Kudus, dan mulai tidak puas dengan pendeta mereka. Mereka mencari pendeta dari luar negeri, akhirnya mereka mengundang pendeta dari Australia dan mereka mengadakan retret. Sepulang retret, mereka begitu bersukacita, merasa menemukan pekerjaan Roh Kudus yang tidak pernah mereka alami. Pulang ke Surabaya, mereka berunding dan beranggapan bahwa mereka sudah jenuh dengan pendeta mereka, mereka perlu kebangunan, perlu mengundang pendeta lain karena mereka beranggapan pendeta di luar sinode mereka lebih hidup, lebih berkuasa, dan lebih berani membawa pembaruan, lalu mereka memutuskan untuk mengundang Pdt. Stephen Tong.

Mereka menjemput saya dari Malang ke Surabaya dan mereka menceritakan tentang retret mereka. Mereka mengatakan bahwa di dalam retret tersebut, Tuhan tiga kali berbicara langsung kepada mereka. Saya heran, bagaimana caranya, apakah Tuhan datang lalu kelihatan ada mulut bicara? Ternyata mereka mengatakan bahwa ketika mereka berdoa, ada suara dari seorang perempuan tiba-tiba berkata, “Aku datang, aku datang.” Lalu semua berkata, “Oh Tuhan, datanglah.” Lalu suara itu meneruskan, “Saya adalah Yesus, saya adalah Yesus yang sekarang datang kepadamu.” Setelah selesai dia bercerita, mereka mengajak saya jalan menuju Surabaya. Sebelum pergi, saya ke belakang seminari, ke rumah seorang misionaris yang menjadi dosen, yaitu Ibu Mabel Williamson. Saya berkata, “Tolong doakan saya, saya sekarang mau ke Surabaya, dan ini peperangan rohani yang besar. Saya akan berperang dengan roh yang tidak benar.” Ia berkata, “Ya Stephen, saya akan doakan kamu. Pergi dan berhati-hatilah. Allah menyertai engkau.” Selama di mobil saya terus berdoa, mohon Tuhan beri kekuatan, kuasa, dan kebijaksanaan kepada saya.

Setelah tiba di gereja, kami duduk berkumpul. Kebaktian mulai jam lima sore, sekarang jam setengah empat dan kami mau berdoa. Lalu mereka berkata, “Bapak Stephen Tong dengar dahulu, jangan jawab, karena ini pekerjaan Tuhan, engkau harus tahu.” Lalu mereka bercerita, dan makin bercerita, saya makin sadar mereka makin menyeleweng, dan perintah Tuhan adalah, “Ujilah roh itu.” Tetapi kalau roh itu tidak muncul bagaimana diuji? Maka saya berdoa, “Tuhan, biarkan dia muncul, saya akan pakai kesempatan ini untuk mengujinya.” Sesudah itu pemimpinnya berkata, “Mari kita berdoa.”

Satu per satu mulai berdoa, ada sekitar tujuh orang yang ikut berdoa. Sengaja doanya dilembutkan supaya suasana cocok untuk roh itu datang. Lalu sampai ke orang ketujuh—seorang perempuan berusia sekitar empat puluh tahun lebih, yang suaminya sudah meninggal—mendapat giliran berdoa. Tiba-tiba keluar suara lain dari perempuan itu, seperti ada orang lain masuk ke dalam dia dan berbicara, “Aku datang, aku datang.” Saya berdoa, “Tuhan, berilah Roh-Mu yang menenangkan hatiku, berilah Roh Kebijaksanaan untuk membedakan siapa ini, dan keberanian untuk melihat siapa roh ini.” Wanita itu berbicara lagi, “Aku datang. Aku datang kepada anakku.” Katanya suasana penuh Roh Kudus, tetapi bagi saya penuh roh aneh. Lalu saya mulai berdiri, membuka Alkitab dan membaca 1 Yohanes 4:1, “Jangan percaya segala roh, tetapi ujilah setiap roh.” Inilah satu-satunya ayat dalam Perjanjian Baru di mana Tuhan mengizinkan manusia menguji, roh yang dari Allah atau bukan. Lalu saya mulai membaca dan menguji dia dengan pertanyaan, “Percayakah engkau Yesus adalah Anak Allah yang datang melalui inkarnasi tubuh manusia?” Saya tidak mau menyeleweng, saya mau setiap kalimat sesuai dengan Alkitab. Banyak orang mulai gelisah. Lalu saya berkata, “Demi nama Yesus Kristus, Firman yang menjadi daging, yang mati dan bangkit dari orang mati, saya perintahkan engkau harus jawab.” Ia mulai menjawab, “Aku… aku adalah Yesus.” Saya tanya, “Dari mana engkau?” Dia menjawab, “Dari anakku Yesus.” Saya mulai melihat kekacauan jawaban ini, bagaimana Yesus dari anakku Yesus. Saya tahu roh itu sudah gentar. Maka saya bicara dengan tegas, “Demi nama Yesus Kristus, saya perintahkan engkau jatuh.” Dalam dua detik perempuan itu jatuh di tanah seperti orang sakit keras, kejang-kejang, keluar air liur dari mulutnya, dan menangis tidak keruan. Semua orang di situ terkejut. Dan saya berdiri dengan tegas berkata, “Inilah buktinya roh ini bukan Roh Kudus. Ini adalah roh dari setan yang memalsukan Roh Kudus, yang menipu orang Kristen. Kalian semua bangunlah, sadarlah. Meskipun kalian tidak puas dengan pendetamu atau gerejamu, jangan biarkan engkau ditipu oleh roh yang palsu.” Perempuan itu kemudian membuka mata sedikit, lemah sekali seperti orang habis dipukuli, dan tidak memiliki kekuatan sama sekali. Ini salah satu gejala ketika orang habis dirasuk atau ditumpangi oleh setan. Ketika di dalam penguasaan setan, ia seperti begitu garang, begitu kuat, tetapi setelah setannya pergi, ia menjadi begitu lemah.

Lalu seorang pendeta bertanya, “Pak Tong, bagaimana ya gereja ini?” Saya katakan, “Sekarang kamu yang masih mau percaya itu Roh Kudus, silakan; tetapi saya telah memakai cara Alkitab untuk mengujinya dan ternyata bukan Roh Kudus.” Gereja tersebut kemudian pecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok yang percaya itu Roh Kudus, satu kelompok yang percaya Stephen Tong yang benar bahwa itu bukan Roh Kudus, dan satu kelompok yang bingung dan percaya mereka harus menunggu lagi supaya pengujian lebih jelas. Lalu saya keluar, naik ke mimbar dan berkhotbah. Sudah enam ratus hingga delapan ratus orang menunggu. Saya berkhotbah tentang roh jahat yang memalsukan Roh Kudus, bagaimana menipu gereja. Ada yang tegas mengatakan, “Inilah jawabannya, kita sudah tunggu lama tidak tahu bagaimana mengatasi kesulitan seperti ini. Tuhan mengirim Stephen Tong untuk memberi jawaban tegas kepada kita.” Tetapi sebagian orang tidak senang. Gereja itu goncang sekali dan pecah. Lima belas tahun kemudian, saya bertemu pemimpin yang percaya bahwa roh itu Roh Kudus. Dia mengatakan, “Pak Tong, waktu diuji kami benci sekali sama kamu, sangat marah kepadamu. Tetapi sekarang saya harus mengakui, setelah lima belas tahun tidak ada perkembangan dan kemajuan sama sekali, dan kerohanian kami sama sekali tidak bertumbuh. Kami tidak mengerti Kitab Suci lebih baik. Kami tidak bertumbuh, penginjilan tidak berkuasa. Kami mau kembali ke gereja lama tetapi malu, pergi ke gereja yang baru tidak cocok.” Dari situ saya mulai memikirkan perlunya ada Gerakan Reformed Injili, perlu penegasan doktrin yang benar, yang dapat membedakan siapa roh sejati dan siapa tidak. Tuhan memimpin perlahan-lahan, akhirnya dua puluh dua tahun kemudian Gereja Reformed Injili Indonesia didirikan. Gerakan ini adalah gerakan yang sangat mahal, sangat langka, sangat penting, dan sangat mulia.

Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 37: Butir Ketiga (7) Aku percaya kepada Roh Kudus

“Aku percaya kepada Roh Kudus” adalah hak istimewa orang Kristen. Di antara semua agama, hanya di dalam kekristenan ada Kristus yang memberikan janji dan mengirimkan Roh Kudus untuk mendampingi, memimpin, dan menghibur orang Kristen. Oleh sebab itu, orang yang benar-benar menikmati Roh Kudus dan mengalami pekerjaan Roh Kudus berada di dalam kebahagiaan yang besar sekali. Siapakah yang dapat mendampingi kita terus-menerus selain Roh Tuhan? Siapa yang dapat menjalankan tugas menolong kita sampai meninggal dan tidak pernah meninggalkan kita selain Roh Kudus?

Apakah Roh Kudus hanya untuk kenikmatan pribadi saja? Tidak. Kita tidak diperkenankan memonopoli Roh Kudus sebagai pengalaman hak istimewa pribadi karena Dia beserta kita. Kita bukan menikmati Roh Kudus untuk diri kita saja, tetapi kita harus melihat lingkup yang lebih luas dari pekerjaan Roh Kudus, Roh yang disebut oleh dan diberikan kepada Kristus ketika Dia berada di dalam dunia. Di dalam Yohanes 3:34, dituliskan bahwa Roh yang diberikan Allah kepada Kristus tidak terbatas. Kristus menerima Roh secara tidak terbatas, sehingga Yang Tidak Terbatas berada dengan manusia yang terbatas. Firman yang menjadi daging, menjelma menjadi manusia, yang disebut Kristus. Kristus berjanji memberikan Roh Kudus dan itu terjadi pada Hari Pentakosta. Roh turun memenuhi setiap orang percaya.

Di sepanjang sejarah, begitu banyak hamba Tuhan yang menjelaskan dan mengkhotbahkan firman dengan topik Roh Kudus, tetapi banyak yang tidak sadar bahwa di abad ke-20 setan bekerja lebih dahsyat untuk mengacaukan pengertian orang tentang Roh Kudus melalui orang yang tidak paham tetapi berani sekali membicarakan Roh Kudus. Yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus justru orang yang tidak mengerti Roh Kudus. Timbullah kesulitan seperti badai besar yang tidak mudah diselesaikan, karena begitu banyak orang ditipu dengan kelihatan, merasa, dan menganggap diri memiliki Roh Kudus, tetapi hidup tidak kudus.

Roh Kudus adalah Roh strategi. Banyak yang ditipu oleh ajaran yang salah, yang menganggap Roh Kudus tidak berhubungan dengan fungsi rasio. Roh Allahlah yang menciptakan segala sesuatu termasuk rasio manusia, maka Roh Allahlah satu-satunya yang mungkin menguasai, mampu mengatur, dan mencerdaskan pikiran manusia. Mengapa Roh Kudus hanya dianggap sebagai fenomena supranatural yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pikiran manusia? Banyak orang Kristen lebih bodoh dari mereka yang belum Kristen. Banyak orang Kristen yang berbuat segala sesuatu lebih sembarangan dibanding dengan yang belum menerima Tuhan Yesus. Hal-hal seperti ini akan menimbulkan pertanyaan, “Untuk apa menjadi orang Kristen?” Bukankah pendidikan non-Kristen lebih pandai dari pendidikan Kristen? Bukankah etika perdagangan orang yang belum Kristen lebih baik dari orang Kristen? Bukankah orang yang melawan Kristus lebih bijaksana dari orang yang sudah percaya Kristus? Untuk apa saya menjadi Kristen atau percaya kepada Yesus, jika orang Kristen justru lebih bodoh, lebih sembarangan, dan lebih tidak berhasil memakai rasionya?

Allah kita adalah Allah yang paling bijaksana, yang adalah Pencipta manusia sesuai peta-teladan-Nya, maka tentulah bukan hal yang aneh jika Allah mencipta manusia yang berintelektualitas, yang lebih tinggi dari semua makhluk apa pun juga. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta lebih tinggi, lebih berintelektual, dan lebih berpengetahuan dibanding dengan semua makhluk lainnya. Karena itu, jika dengan menjadi orang Kristen tidak ada peningkatan fungsi intelektual, percumalah menjadi orang Kristen.

Allah adalah Kebenaran, maka manusia yang dicipta menurut peta-teladan Allah adalah satu-satunya makhluk yang mampu memikirkan kebenaran. Yang Mencipta adalah Kebenaran, sehingga yang dicipta menurut gambar dan rupa-Nya mencari, menuntut, mampu, dan mau mengerti Yang Mencipta. Allah tidak mungkin membunuh dan menghapus fungsi berpikir. Kita adalah manusia karena kita mampu berpikir. Kita adalah manusia karena Tuhan memberikan kepada kita kapasitas untuk memikirkan kebenaran. Ketika kita berpikir, kita memikirkan segala hal yang ada di sekitar kita, tetapi juga yang lebih tinggi lagi, yaitu kita berpikir tentang kebenaran itu sendiri.

Allah adalah Kebenaran. Allah Anak menyatakan, “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup.” Di dalam 1 Yohanes 5:6, dicatat bahwa Roh Kudus adalah Kebenaran. Jadi tidak mungkin fungsi Roh Kudus tidak berkaitan dengan kebenaran yang dipikirkan manusia. Kita dicipta dengan fungsi rasio, sehingga dengannya kita memiliki keinginan untuk mengerti kebenaran. Kita dicipta untuk mencari kebenaran sesuai prinsip Kitab Suci.

Orang-orang Karismatik yang radikal berusaha memisahkan Roh Kudus dari kebenaran, Roh Kudus dari rasio, Roh Kudus dari intelektualitas, dan Roh Kudus dari cara berpikir. Ada kalimat, “Jangan terlalu memakai pikiran seperti itu, itu bukan pimpinan Roh Kudus.” Kalimat-kalimat seperti ini telah menyelewengkan banyak orang Kristen, sehingga mereka melupakan hak istimewa di mana kita boleh memikirkan dan menikmati Roh Kudus yang memimpin pikiran kita. Orang yang meniadakan fungsi intelektualitas, mengabaikan, menghina, serta menginjak fungsi rasio, adalah orang yang lebih bodoh dari orang yang belum mengenal Tuhan. Tipuan Iblis mengajarkan, “Jangan gunakan pikiranmu; jangan gunakan intelektualitasmu; atau jangan gunakan kemampuan berpikirmu, karena itu bukan dari Allah.”

Mengontraskan manusia dengan Tuhan dan memisahkan manusia dari Sang Pencipta bukanlah pekerjaan Tuhan, tetapi pekerjaan Iblis. Allah adalah Kebenaran, maka Allah memungkinkan manusia untuk dapat memikirkan dan mencari kebenaran. Allah adalah Kebenaran yang mengisi keinginan manusia untuk menemukan kebenaran. Pikiran kita harus kembali kepada Tuhan. Pada waktu pikiran kita kembali kepada Tuhan, maka emosi kita kembali kepada cinta Tuhan dan kehendak kita kembali kepada rencana Tuhan. Ketiga hal ini, jika digabungkan, merupakan iman. Iman adalah “si pikiran yang hilang” yang kembali kepada Allahnya sebagai Kebenaran. Iman adalah “si makhluk emosional” yang kembali kepada kasih kudus Allah sendiri. Kasih dan iman adalah juga “si manusia delusional” yang kembali kepada kehendak Allah. Sehingga iman itu tidak membuang rasio, tidak membuang emosi, dan tidak mendidihkan emosi sampai menjadi tidak terkontrol. Iman mengatur rasio supaya pikirannya di dalam jalan Tuhan. Iman mengatur emosi supaya terkontrol oleh cinta yang suci. Jika engkau mencintai sesuatu sampai berlebihan, meluap sampai mendidih, rasio dan emosimu tidak beres.

Allah tidak mau kita kacau. Allah mau kita teratur, seperti kereta api yang ketika berjalan secepat apa pun tidak keluar dari relnya. Jika kereta api keluar dari relnya, ia akan binasa. Demikian pula rasio, emosi, dan kemauan, jangan keluar dari rel. Kebebasan perlu dikontrol oleh prinsip kesucian Tuhan. Prinsip ini diperoleh dari pimpinan Roh Kudus. Ketika pikiran seseorang dipimpin oleh Roh Kudus, emosinya dikontrol oleh Roh Kudus, dan keinginannya diarahkan dan ditahan oleh Roh Kudus, maka orang tersebut akan berjalan dalam kebenaran Tuhan. Kita tidak boleh memisahkan Roh Kudus dari fungsi rasio kita.

Gereja Katolik Roma dalam Konsili Vatikan II memberikan pernyataan, “Tanpa pertolongan yang lain, tanpa tambahan anugerah dari Tuhan, hanya dengan rasio, manusia dapat membuktikan dan menemukan Tuhan.” Dari sejak ribuan tahun yang lalu hingga sekarang, mereka masih memegang pemikiran ini. Mereka percaya bahwa tanpa pertolongan dari luar, tanpa tambahan anugerah Tuhan, manusia yang dicipta oleh Tuhan, hanya dengan rasionya saja sudah cukup untuk menemukan Tuhan melalui bukti-bukti yang masuk akal. Itu memberi indikasi bahwa sejak kejatuhan Adam hingga saat ini, rasio manusia masih berfungsi normal seperti sebelum kejatuhan. Manusia dengan pikiran yang dicipta, meskipun sudah jatuh ke dalam dosa, masih sanggup membuktikan bahwa Allah itu ada. Hal ini ditolak oleh para reformator.

Martin Luther mengatakan agar rasio jangan dipercaya, dipegang, dan disandari karena rasio adalah pelacur. Rasio tidak mutlak, tidak sempurna, dan tidak konsisten. Rasio suka mengikuti teori yang dianggapnya benar dan menguntungkan dirinya, lalu menikah dengan teori itu. Hal ini seperti pelacur yang menjual diri dan tidur dengan laki-laki entah siapa.

Di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak kecuali kembali kepada Tuhan dan memegang kebenaran-Nya. Semua teori manusia berubah, baik itu teori Karl Marx, Friedrich Engels, atau Charles Darwin. Teori Positivisme atau Eksistensialisme juga berubah. Semua kebenaran yang dipegang manusia bukan kebenaran mutlak. Rasio mempunyai kelemahan. Jika melihat yang bagus, dia ikuti. Lihat perempuan lebih cantik, menikah lagi. Lihat pria lebih ganteng, maka ia tidak setia kepada suaminya lagi.

Manusia mempunyai sikap yang suka berubah, mencari untung untuk diri sendiri. Inilah mental pelacur. Pelacur diberi uang banyak, dia membuka baju untuk orang itu. Dijanjikan segala sesuatu, dia menikah dengan orang itu. Allah itu setia dan kekal, mutlak, dan tidak berubah. Otak kita, rasio kita harus sesuai dan setia kepada yang mutlak, yaitu kepada Tuhan Allah sendiri.

Di dalam Gerakan Karismatik yang radikal, Roh Kudus dipakai sebagai Roh supranatural yang menyebabkan kita menjadi aneh. Seorang yang bisa berteriak-teriak, bisa bergoyang-goyang gemetar, bisa jatuh ke tanah, atau bisa pingsan, dianggap sebagai seorang yang penuh Roh Kudus. Alkitab tidak pernah menyamakan gejala seperti itu dengan karya Roh Kudus. Tidak pernah tercatat orang yang dipenuhi Roh Kudus terjatuh tergeletak di lantai lalu kejang-kejang, tidak tahu segala sesuatu, tidak sadar, dan mengeluarkan kalimat-kalimat yang tidak dimengerti orang lain. Jika mengira itu adalah Roh Kudus, engkau telah ditipu. Orang-orang ini menganggap diri seolah mempunyai kebenaran Allah dan semua orang lain tidak punya kebenaran itu, lalu memvonis, menghakimi, dan mengadili gereja, seolah semua gereja yang berbeda itu yang sesat dan tidak mempunyai Roh Kudus.

Roh Kudus adalah Roh yang suci. Tetapi banyak gejala aneh di mana “Roh”-nya dipentingkan, tetapi “suci”-nya dilalaikan; Roh kebenaran, “Roh”-nya dipentingkan, tetapi “kebenaran”-nya diabaikan. Jika kita mengabaikan Dia yang suci, Dia yang adalah kebenaran, hanya tahu Dia adalah Roh, lalu tidak bisa membedakan Roh yang itu benar atau bukan, bukankah kita telah dijerat dan masuk ke dalam belenggu Iblis? Banyak orang merasa puas kalau seperti memiliki Roh, tetapi tidak tahu Roh itu apa. Banyak pemimpin Karismatik yang terkenal di dunia terlibat skandal seks, karena mereka tidak mementingkan kesucian dan kebenaran Roh Kudus. Roh yang kekal mengakibatkan konsistensi di dalam mencintai Tuhan. Roh yang suci mengakibatkan perasaan takut akan Tuhan dan hidup dalam kesucian. Roh kebenaran mengakibatkan pendeta-pendeta memegang teguh firman Tuhan dan menjaga seluruh khotbahnya untuk setia sesuai dengan Alkitab.

Roh Kudus adalah Roh kekal. Roh Kudus adalah Roh kebenaran. Roh Kudus adalah Roh suci. Jika kita ingin melihat seorang hamba Tuhan penuh Roh Kudus atau tidak, lihatlah bagaimana ia secara konsisten mencintai Tuhan, bagaimana hidupnya suci atau tidak, dan bagaimana ia mencintai kebenaran dan keadilan.

Roh Kudus adalah Roh bijaksana, berarti Ia memiliki kecerdasan, kepintaran, dan kebijaksanaan yang luar biasa, melampaui semua kebijaksanaan di dalam dunia. Salomo dalam Kitab Amsal menulis, ada tiga unsur penting dalam kebijaksanaan:

Pertama, perasaan takut akan Tuhan. Takut akan Allah adalah permulaan dari hikmat (Ams. 1:7). Tidak ada orang yang bijaksana tetapi kurang ajar kepada Tuhan. Tidak ada orang yang bijaksana yang tidak mempunyai perasaan takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan, sekalipun tidak ada istri di pinggir, tetap tidak akan mencari perempuan lain. Orang yang takut akan Tuhan, sekalipun dilemparkan di tempat yang begitu merugikan, tetap tidak akan menyangkal dan meninggalkan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan akan berjuang untuk menjaga hidup di dalam kesucian-Nya, keadilan-Nya, kebajikan-Nya, dan kebenaran-Nya, sehingga berkenan kepada Dia.

Kedua, mengenal kesucian Tuhan. Orang bijaksana menyadari Tuhan itu suci, sehingga ia harus berpikiran suci, bertangan suci, berhati suci, berkelakuan suci, bertubuh suci, dan berseks suci, supaya dapat melayani Dia. Gereja Reformed Injili Indonesia didirikan karena Indonesia membutuhkan gereja yang sungguh-sungguh menyatakan kesucian dan kebenaran Tuhan. Dan untuk itu kita perlu kebijaksanaan Tuhan supaya intelektualitas kita kembali kepada Tuhan.

Ketiga, mengembalikan intelektualitas kepada kebenaran Tuhan. Konsep rasio di dalam pemahaman Katolik Roma berbeda dengan Protestan. Setelah Reformasi, ada perubahan besar khususnya mengenai pemahaman tentang rasio. Orang Katolik Roma mengatakan bahwa manusia tidak perlu ditolong, tidak memerlukan anugerah Tuhan. Cukup dengan rasio yang dicipta Tuhan, manusia dapat membuktikan dan menemukan Allah ada. Hanya dengan teori yang masuk akal, manusia akan menerimanya dan beriman bahwa Tuhan itu ada. Rasio adalah fungsi paling penting di mana manusia berbeda dari binatang. Tidak ada binatang yang memiliki rasio, dan tidak ada manusia yang tidak memiliki rasio.

Tuhan menguasai sejarah dan mengatur sejarah. Ketika manusia tidak bisa bekerja, tentara, politik, dan kekuasaan manusia tidak bisa mengubah dunia, Allah campur tangan, sehingga Roh Kudus masuk ke dalam sejarah dan mengintervensi sejarah; Roh Kudus mengarahkan dan mengatur kembali seluruh sejarah. Tuhan adalah Tuhan atas sejarah, bagaimana sejarah berubah arah adalah karena Tuhan ikut campur. Hal-hal seperti ini tidak pernah dikatakan oleh gereja Karismatik, karena mereka tidak percaya ada hubungan antara kebijaksanaan, pengetahuan, dan strategi intelektualitas manusia, dan pimpinan Roh Kudus.

Orang Kristen ketika membaca Alkitab, juga harus melihat keadaan dunia. Ketika membaca sejarah Kristen, kita juga harus membaca sejarah dunia, dan dari situ kita bisa melihat bagaimana tangan Tuhan memimpin orang Kristen kepada Dia, bagaimana Ia memimpin sejarah. Walaupun dunia menganiaya gereja; walaupun Komunisme, Atheisme, Imperialisme, Konsumerisme, dan Kapitalisme sangat menghantam dan menghancurkan gereja, tetapi ada Roh Kudus yang memimpin, baik di dunia maupun di gereja.

Roh Kudus adalah Roh strategi, Roh yang memberikan kebijaksanaan kepada manusia untuk tidak mengambil keputusan, perkiraan, perhitungan, dan kesimpulan yang salah. Banyak orang bukannya tidak pintar, tetapi gagal total karena membuat keputusan yang salah. Banyak orang yang seumur hidup lancar, tetapi ketika tua, satu kali berbuat salah, lalu hancur seluruh hidupnya. Jangan bodoh, jangan menganggap diri pandai, dan jangan menganggap diri hebat. Ketika engkau salah memperkirakan diri, salah memperhitungkan orang lain, dan salah mengambil kesimpulan atau konklusi, maka pasti engkau akan mengambil keputusan yang salah. Satu kali mengambil keputusan yang salah, engkau akan salah semua. Keputusan yang salah terjadi akibat pikiran, estimasi, kalkulasi, dan konklusi yang salah. Roh Kudus membuat kita lebih cerdas, lebih mengerti pimpinan dan rencana Tuhan, lebih daripada kemauan sendiri. Manusia tidak boleh semaunya sendiri, lalu meminta Tuhan takluk kepada kemauannya. Jangan paksa Allah mengikut engkau, tetapi paksalah dirimu untuk tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Paksalah segala kemampuanmu untuk taat kepada pimpinan Tuhan. Inilah orang bijaksana.

Jika kita tidak memiliki kebijaksanaan yang paling dasar, yaitu takut akan Tuhan, dan mengikuti pimpinan Roh Kudus, kita akan kalah strategi, tidak lagi dipimpin Roh Kudus, dan akhirnya kita hancur seumur hidup. Di dalam sejarah, kita melihat perkembangan arah, di mana pada saat yang paling krisis, Tuhan campur tangan. Jika Tuhan tidak memakai Presiden Kennedy untuk memerintahkan kapal Rusia kembali, tidak boleh ke Cuba, mungkin Perang Dunia akan terjadi. Saat itu Presiden Kennedy adalah presiden yang paling muda dan dianggap kurang berpengalaman. Tetapi justru dengan kurang pengalaman, memiliki keberanian yang luar biasa besar, dan menghindarkan dunia dari petaka. Alkitab mengatakan, “Alangkah dalamnya rencana-Mu, alangkah sulitnya jejak kaki-Mu, ya Allah. Alangkah limpahnya kebijaksanaan-Mu.” Di sini kita melihat betapa Allah yang berstrategi, jauh lebih pandai dari manusia, jauh lebih dalam dari pikiran manusia, dan jauh lebih bijaksana dari strategi manusia. Karena Roh Kudus adalah Roh strategi.

Jika orang Kristen yang makin beriman kepada Tuhan makin bodoh, makin menerima Tuhan makin bodoh dan sekolahnya makin tidak baik, itu karena kurang mengerti Roh Kudus adalah Roh bijaksana. Itu membuat kita hidup dengan bingung, tidak tahu apa-apa, mengikuti kemauan diri sendiri sampai mati. Orang yang rendah hati akan berkata, “Aku bukan siapa-siapa, aku bodoh, dan kini aku datang kepada-Mu untuk tunduk sepenuhnya kepada-Mu. Engkaulah Allahku yang memberikan hikmat Roh-Mu yang kudus kepadaku, memberikan pengetahuan dari Roh-Mu, dan memberikan kebijaksanaan dan strategi diri-Mu, sehingga aku dapat berubah dan mengubah diriku, menjadi seseorang yang dilengkapi kebijaksanaan sorgawi.”

Ketika dunia berada di dalam kekacauan, kepicikan, dan kesulitan yang paling besar, manusia sudah tidak dapat memikirkan hari depannya. Pada saat itulah Tuhan yang mampu memimpin sejarah. Kita sedang melihat dunia akan ke mana, siapa yang mengatur strategi, siapa yang memegang peranan paling penting, Donald Trump, Kim Jong Un, atau Xi Jin Ping? Bukan mereka semua. Allah yang di sorga yang memegang peranan paling penting. Allah yang melihat strategi mana yang harus dijalankan. Inilah peranan Roh Kudus.

Roh Kudus adalah Roh strategi, Roh Kudus bukan hanya berada di dalam hati manusia, tetapi Roh Kudus juga berada di seluruh dunia, walaupun seluruh dunia berada di bawah tangan si jahat. Si jahat itu sendiri berada di bawah tangan Tuhan, sehingga Roh Kudus memakai strategi yang paling tinggi, yang lebih bijaksana dari siapa pun, untuk mengatur seluruh umat manusia. Siapa yang terpilih menjadi presiden ada di tangan Tuhan. Bagaimanapun engkau berusaha berpikir, tetap tidak mungkin mengubah apa pun yang Tuhan inginkan. Ingat, Tuhan yang memegang nasib umat manusia. Tuhan yang memegang hari depan manusia, sejarah, dan negara. Kita perlu berdoa agar kiranya kehendak Tuhan yang jadi. Mari, kita sebagai orang Kristen mempunyai iman kepada Tuhan, termasuk percaya kepada Roh strategi yang memimpin seluruh dunia
--
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 38: Butir Ketiga (8) Aku percaya kepada Roh Kudus

Orang Kristen adalah satu-satunya orang di mana Roh Tuhan ada pada dirinya. Allah mengaruniakan Yesus sebagai hadiah terbesar bagi manusia dengan mengaruniakan penebusan kepada orang berdosa yang seharusnya binasa, dosa manusia yang diampuni, dan mendapatkan hidup yang kekal.

Roh Kudus adalah hadiah terbesar Allah bagi gereja-Nya. Roh manusia yang terbatas telah mendapat pimpinan dan pemeliharaan dari Roh Allah yang tidak terbatas. Roh Kudus ada di depan memimpin kita, di belakang menyertai kita, di sekeliling memelihara dan menjaga kita, di bawah menopang kita, dan Roh Kudus turun dari sorga mengurapi kita. Roh Kudus juga menghibur kita. Inilah yang disebut sebagai parakletos. Aku memberikan Roh Penghibur kepadamu untuk memimpin kamu masuk ke dalam seluruh kebenaran. Roh Kudus adalah Allah, Pribadi Ketiga Allah Tritunggal. Dia adalah Roh Hikmat, Roh Pengetahuan, dan Roh Strategi.

Roh Kudus adalah Roh Hikmat sehingga setiap orang yang mempunyai hikmat akan hidup takut akan Tuhan. Dia mengajarkan kita mengenal kesucian Tuhan dan menjauhi segala yang jahat. Dia juga menguasai dunia dan sejarah. Ketika sejarah manusia berhadapan dengan saat yang paling sulit dan manusia tidak berdaya, maka Roh Allah menyatakan bahwa Dia turut campur tangan.

H. G. Wells(1866-1946), seorang penulis dan sejarawan Inggris, mengatakan bahwa setiap saat dalam sejarah ada kaitannya langsung dengan Allah. Seorang yang bukan Kristen seperti Wells dapat mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan Allah, karena begitu jelas terlihat baginya bagaimana kuasa Allah turut campur tangan terhadap segala sesuatu. Mengapa Hitler gagal? Mengapa Einstein bisa pergi ke Amerika Serikat? Mengapa ada Pragmatisme? Mengapa Amerika yang bisa memiliki bom atom untuk menghancurkan Jepang? Semua ini tidak dapat diselesaikan oleh kemampuan manusia. Hingga hari ini Tuhan masih terus memimpin sejarah. Hikmat yang memimpin sejarah adalah hikmat Allah. Strategi memimpin sejarah adalah strategi Allah. Roh Allah adalah Roh Strategi, dan dalam hal ini Dia tidak menyerahkan semua kepada manusia. Dia melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh gereja dan oleh pemerintah.

Allah bukan saja penguasa langit dan bumi, tetapi Ia juga penguasa umat manusia. Allah juga penguasa seluruh sejarah. Tiga puluh tahun terakhir dari abad dua puluh ini, terjadi kebangkitan gerakan Roh Kudus. Tetapi gerakan ini mengajarkan suatu ajaran merusak yang tidak mudah dilihat oleh manusia. Mereka melakukan berbagai penipuan yang tidak mudah dimengerti oleh banyak orang. Kita mengetahui bahwa iman dari theolog Karismatik salah. Allah memberikan hikmat kepada orang Reformed, tetapi Allah tidak memberikan strategi dan kekuatan cukup kepada orang Reformed untuk menyelesaikan semua masalah ini. Hal-hal yang tidak berdaya dilakukan oleh pemerintah dan tidak bisa diselesaikan oleh gereja, Allah sendiri yang akan menyelesaikannya. Ketika kita mengatakan percaya kepada Roh Kudus, kita harus memperluas pengertian kita. Banyak pengertian orang Kristen terlalu sempit.

Dalam seluruh alam semesta kita harus melihat kedaulatan Allah, karena di dalam strategi Tuhan, segala sesuatu yang dilakukan Tuhan melampaui hal yang dapat dilakukan manusia. Roh Kudus adalah Roh Kekuatan. Pada hari turunnya Roh Kudus, ada angin yang berhembus, ada api yang turun ke atas kepala manusia. Munculnya angin dan api menandai hadirnya Roh Kudus. Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yohanes 3:8). Roh Kudus mempunyai kedaulatan-Nya, Dia akan bertiup ke mana Ia pergi.

Mengapa Allah menggunakan angin dan api untuk melambangkan Roh Kudus? Di dalam Mazmur dikatakan, “Allah yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu” (Mzm. 104:4). Orang-orang Reformed kekurangan fenomena angin dan api ini. Orang Reformed terkadang sedemikian kaku, dingin, dan mati. Sering kali yang terlihat lebih seperti angin dan api adalah orang-orang Karismatik. Akibatnya, banyak orang menyangka Karismatik adalah karya Roh Kudus. Tetapi api dan angin mereka palsu, fenomena Roh Kudus mereka palsu, karena doktrin (ajaran) Roh Kudus mereka salah. Sering yang salah tampak lebih benar, yang benar terlihat seperti salah. Ini merupakan fenomena yang sangat unik, yang merupakan kesalahan gereja masa kini. Orang-orang duniawi datang ke gereja Reformed dan mereka tidak melihat adanya kekuatan kuasa Tuhan, tetapi ketika mereka pergi ke gereja Karismatik, sepertinya mereka melihat karya Roh Kudus di dalamnya. Tuhan Yesus mengatakan, bahwa hanya anak-anak bijak yang mementingkan kebijaksanaan dan hikmat.

Hari ini roh jahat melakukan kejahatan dengan begitu mengerikan. Ketika kita pergi ke gereja Karismatik, mereka begitu hangat menyambut dan begitu menyenangkan. Ketika Anda ke gereja Reformed, wajah penyambut begitu panjang dan dingin seperti lemari es, tidak memiliki kehangatan, tidak mempunyai cinta kasih, dan tidak mempunyai sikap menyambut, sehingga ada anggapan bahwa di dalam gereja Reformed tidak ada api, tidak ada angin. Namun, yang mereka anggap api dan angin itu adalah palsu. Kiranya Tuhan berbelaskasihan kepada kita sehingga kita tidak menganggap diri benar, menduga iman kita yang paling benar, menganggap kebenaran kita yang sejati, dan mengira doktrin kita yang paling orthodoks, sehingga kita menjadi sombong, dingin, dan malas. Kiranya api penghakiman Tuhan tiba kepada kita; kiranya api kebangunan dari Tuhan membakar diri kita.

Saya membahas tema “Api dari Sorga” di dalam serial Kebaktian Natal saya [red. Natal 2017], yang berbeda dari tema Natal pada umumnya. Biasanya Natal membahas cinta kasih Tuhan, perdamaian yang Tuhan datangkan ke dalam dunia, dan seterusnya. Tetapi Kristus mengatakan, “Aku menjatuhkan api itu, bukankah itu merupakan kehendak-Ku?” Jika dari kalimat ini kita melihat keseluruhan Alkitab, kita akan mengerti mengapa Sodom dan Gomora dimusnahkan. Allah yang suci, dengan api menghakimi dunia yang berdosa. Dari Alkitab kita juga dapat melihat mengapa api dari sorga menghanguskan, mematikan anak-anak Harun. Allah tidak mengizinkan ada pelayanan yang najis datang kepada-Nya. Alkitab menyatakan bahwa Allah kita adalah api yang menghanguskan. Ketika penghakiman Allah tiba di dunia, maka manusia akan mengetahui dan menyadari bahwa Allah itu suci dan menakutkan. Biarlah dengan sikap seperti ini kita melayani Tuhan.

Seseorang yang berkhotbah haruslah ada api dan angin. Sebagai penatua pun harus ada api dan angin. Demikian juga mahasiswa theologi harus ada api dan angin. Orang-orang yang mengabarkan Injil harus mempunyai api dan angin. Ketika Musa dipanggil, dia melihat ada api di semak belukar, tetapi semak belukar tersebut tidak terbakar. Ketika ia mengamati dengan saksama, Allah berkata kepada Musa, “Musa, tanggalkan kasut yang ada di kakimu, karena tempat yang engkau pijak suci.” Setiap orang yang melayani Tuhan harus mengetahui bahwa kita melayani Allah yang suci di tempat yang suci. Dengan mulut bibir yang suci, kita menyampaikan firman Tuhan yang suci.

Kitab Yesaya 1-5 memberitakan banyak hal penting dari firman Tuhan, dan di pasal 6 dia melihat bahwa Yahweh duduk di atas takhta-Nya yang ada di sorga. Yesaya mendengar Serafim mengelilingi takhta Allah. Serafim itu memiliki enam sayap, dua sayap untuk menutupi kaki, dua sayap untuk menutupi wajah, dan dua sayap lagi dipergunakan untuk terbang. Sambil melayani Allah mereka terus berseru, “Suci, Suci, Suci.” Ini adalah satu-satunya ayat di dalam Alkitab yang membicarakan “Suci” sebanyak tiga kali untuk menggambarkan pujian dan penyembahan kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Yesaya mengerti bahwa seharusnya melayani Tuhan dengan sikap seperti itu, sehingga ia menyadari dirinya di dalam bencana, dan ia berseru, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” Hamba Tuhan harus mendapatkan kebangunan, hamba Tuhan harus dengan sikap takut kepada Tuhan melayani Tuhan dan melihat kenajisan dirinya. Ketika seorang hamba Tuhan menyadari bahwa dirinya tidak layak, ia sadar dirinya berdosa, dan dengan rela ia akan mau kembali kepada Tuhan. “Celaka… aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir!” Dan Allah mendengarkan kalimat ini. Ia mengutus malaikat ke mezbah, mengambil bara api untuk menyucikan bibir Yesaya. Itu berarti bahwa kita harus dengan mulut bibir yang suci melayani Allah yang suci, menyampaikan firman Tuhan yang suci. Kita harus menyucikannya dengan api. Kita disucikan dengan bara api dari atas mezbah. Inilah gambaran pekerjaan Roh Kudus. Seluruh Alkitab mengatakan bahwa yang dapat menyucikan manusia hanya tiga hal: 1) melalui firman Tuhan, 2) melalui darah Yesus, dan 3) melalui Roh Kudus.

Roh Kudus seperti angin dan api. Dia bisa meniup sekam dan menyucikan alam semesta. Ketika angin datang, segala kotoran dan kenajisan akan tertiup. Ketika api tiba, semua kenajisan dan kotoran akan dibakar hangus. Api dan angin berarti kekuatan untuk menyucikan, kekuatan aktif, kekuatan yang menentukan arah-Nya sendiri, dan kekuatan yang mau menghapus dosa. Inilah karya Roh Kudus.

Aku percaya kepada Roh Kudus. Kalimat pendek yang ada dalam Pengakuan Iman Rasuli, makna yang terselubung terlalu besar di dalamnya. Pengenalan orang Kristen akan Roh Kudus tidak seperti pengenalan orang Karismatik. Ketika mereka mengatakan mereka mengalami Roh Kudus, mereka bisa bergemetaran dan terjatuh. Hal itu sama sekali bukan ajaran dari Alkitab. Pengenalan kita terhadap Roh Kudus harus melalui kehidupan dari Allah Anak, Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal, yang dipenuhi dan dinaungi oleh Roh Kudus, Pribadi Ketiga Allah Tritunggal, ketika Allah Anak dalam dunia ini melalui hidup yang paling suci, paling rendah hati, dan seterusnya.

Yesus Kristus menerima Roh Allah yang tidak terbatas, yang kekal, dan yang suci. Roh Allah adalah Roh Kebenaran, Roh Allah adalah Roh Hikmat, Roh Allah adalah Roh Pengetahuan. Hari ini kita percaya bahwa Roh Allah penuh dengan kekuatan. Ketika Roh Allah turun ke atas diri seseorang, orang ini tidak lagi bersandar kepada pengetahuan, pengalaman, ataupun karunia yang dia miliki, tetapi bersandar kepada kekuatan Allah untuk menyampaikan berita firman Tuhan. Banyak hamba Tuhan ketika menyampaikan khotbah hanya bersandar kepada kekuatan pengetahuan mereka, akibatnya mereka tidak mempunyai kuasa. Hari ini banyak mahasiswa sekolah theologi, yang mengejar gelar atau pengetahuan hingga mendapat gelar doktor, lebih berpengetahuan dari orang lain tetapi tidak mempunyai kuasa atau kekuatan.

Di London, ada seorang berkulit hitam menggendong anaknya ke hadapan seorang uskup, dan berkata, “Pak Uskup, ada roh jahat merasuki anak saya. Usirlah roh itu.”Uskup itu terkejut karena posisinya sangat tinggi, dia adalah uskup yang punya gelar theologi yang sangat tinggi, tetapi tidak mengerti apa yang dimaksud dengan dirasuk setan. Dia juga tidak mempunyai pengalaman sama sekali bagaimana mengusir setan. Maka pada malam itu, uskup ini menulis satu kalimat dalam buku catatan hariannya, “Oh Tuhan, hamba seperti apakah aku ini di hadapan-Mu? Aku telah mendapat gelar Doktor Theologi, pengertian kebenaran apa pun aku mengerti, aku juga sudah menjadi uskup selama enam belas tahun, tetapi aku sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud dengan dirasuk setan.”

Ketika Kristus ada di dalam dunia ini, Ia sering kali mengusir setan. Ia penuh dengan kuasa. Hamba Tuhan yang mau dipakai Tuhan adalah hamba Tuhan yang mempunyai api dan angin di dalam dirinya. Dengan api sebagai pelayan-Ku, dengan angin sebagai pelayan dan utusan-Ku. Kiranya semua orang Kristen yang sungguh mempunyai angin dan api yang dari Tuhan, sehingga dosa akan takut dan setan akan lari. Orang yang berdosa akan takut kepada firman Tuhan. Ada wibawa kekuatan firman.

Di Inggris ada seorang hamba Tuhan yang luar biasa, namanya George Whitefield. Ke mana ia pergi, ribuan orang rindu mendengarkan firman Tuhan. Ketika dia menulis surat kepada John Wesley, “Keluarlah, banyak gereja yang tidak suka kita berkhotbah, tetapi pekerjaan Tuhan bukan hanya ada di dalam gereja. Di lapangan terbuka bisa berkhotbah, di ladang bisa berkhotbah, di lembah pun bisa berkhotbah.” Wesley kemudian menjawab suratnya, “Saya adalah pendeta yang ditahbiskan di Gereja Anglikan. Saya hanya dapat berkhotbah dengan berjubah pendeta. Kalau saya tidak memakai jubah pendeta, saya tidak bisa berkhotbah. Kalau saya tidak di mimbar, saya tidak bisa berkhotbah. Maka saya tidak dapat mengikuti anjuranmu.” Kedua orang ini adalah sama-sama pendiri Gerakan Methodist. Whitefield kemudian menulis kembali kepada Wesley, “Datanglah menyaksikan pelayananku.” Wesley sungkan dan kemudian datang menyaksikan pelayanan Whitefield. Wesley lebih tua dan lebih senior dari Whitefield, tetapi ia begitu rendah hati dan mendengarkan khotbah Whitefield.

Ketika melihat pelayanannya, Wesley sangat terkejut, karena orang-orang yang datang mendengarkan khotbah ada yang pakai singlet (kaos dalam), ada yang pakai sandal, dan ada yang pakai peralatan pertanian. Mereka baru selesai bekerja di ladang pertanian, lalu datang untuk mendengarkan khotbah. Ketika Whitefield berkhotbah, khotbahnya penuh dengan kuasa. Wajah orang-orang yang mendengarkan begitu serius, terlihat dengan penuh saksama mendengar firman, dan terlihat mereka begitu rindu mendengar firman. Mereka mendengar begitu tenang sampai suara napas bisa terdengar. Whitefield dengan penuh kuasa menyampaikan firman Tuhan. Setelah Wesley menyaksikan khotbah tersebut, dia sadar bahwa firman Tuhan jauh lebih penting dari pakaian, nyawa manusia jauh lebih penting dari semua yang kita miliki. Meskipun saya adalah pendeta yang ditahbiskan dari Anglikan, mengapa kalau tidak ada jubah pendeta saya tidak bisa berkhotbah? Dan Whitefield dengan kostum yang begitu sederhana sudah bisa berkhotbah. Yang dia perhatikan bukan yang kelihatan di luar, bukan pakaian, melainkan kuasa dari Tuhan, kebenaran dari Tuhan, kebutuhan orang berdosa, dan penderitaan dalam hati seorang berdosa. Ketika ia menyampaikan firman Tuhan, maka Roh Kudus melakukan karya penghiburan, Roh Kudus melakukan karya penyinaran, dan Roh Kudus melakukan karya penyelamatan.

Setelah orang-orang tersebut mendengarkan khotbah Whitefield, mereka mencucurkan air mata dan menangis meminta Tuhan mengampuni dosa mereka. Di manakah kuasa yang kita miliki sekarang ini? Di manakah hamba-hamba Tuhan yang mempunyai kuasa untuk menyampaikan firman Tuhan hari ini? Ketika pengetahuan mereka bertambah, di manakah kuasa mereka? Di manakah Roh Allah? Di manakah kuasa Allah yang mau menyelamatkan manusia? Kiranya Tuhan menggerakkan hati kita, kembali bertobat, dan kembali mendapatkan visi yang dari Tuhan. Tuhan mengatakan, “Carilah wajah-Ku, carilah kuasa-Ku.” Ketika kita menjadikan hal ini sebagai hal utama yang harus kita tuntut, maka hal yang lain pasti akan Tuhan tambahkan kepada kita. Yesus mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka segala sesuatu yang engkau butuhkan akan ditambahkan kepadamu.”

Saat ini GRII membutuhkan adanya hamba-hamba Tuhan yang berkuasa, yang memiliki kekuatan menggerakkan, sehingga orang sungguh mau bertobat. Martin Lutheradalah seorang hamba Tuhan yang sangat miskin, sangat tersendiri. Ketika menjalankan Gerakan Reformasi, perbedaan dia dengan semua hamba Tuhan yang lain adalah dia mempunyai keberanian, dia tidak takut mati, tidak takut menderita, tidak takut bahaya, serta tidak takut orang-orang dan Gereja Katolik Roma menjadi marah. Dia menyampaikan firman Tuhan yang sejati dalam Alkitab, hingga mengguncang Paus. Banyak pemimpin Katolik menjadi marah, beberapa kali dia mau dibunuh, tetapi Allah tidak mengizinkan. Mengapa demikian? Karena Allah menyertai orang yang berani. Dalam Ibrani 10:35 tertulis, “Janganlah kehilangan iman kepercayaanmu, janganlah buang hatimu yang berani, karena orang yang berhati seperti ini tidak mungkin tidak akan diberkati.”

Orang Belanda banyak membangun gereja Reformed di Indonesia, tetapi satu per satu merosot, satu per satu tertidur, mereka mulai meninggalkan iman mereka, dan satu per satu tidak lagi mengabarkan Injil. Dari Alkitab kita melihat, Theologi Reformed paling selaras dengan kebenaran, ditambah lagi dengan semangat yang berapi-api dari John Sung dan Andrew Gih yang berapi mengabarkan Injil, itu semua diharapkan bisa tiba kepada kita juga. Zaman ini membutuhkan Theologi Reformed, membutuhkan Injil Reformed, dan oleh karena itu GRII didirikan. Tetapi kita jangan menjadi sombong, mohon kuasa Tuhan memenuhi kita, kita menyampaikan firman Tuhan dengan baik, menjadi pengaruh bagi gereja yang lain, bukan demi kita mendapatkan suatu keuntungan. Kita harus sedih ketika kita sadar banyak gereja pelan-pelan menuju kebinasaan.

Bagaimanakah kita memengaruhi seluruh Tiongkok, bangsa yang begitu besar dengan populasi penduduk yang paling banyak di bumi kita ini? Bagaimana kita juga dapat membawa Injil ke berbagai orang yang ada di belahan dunia ini? Biarlah mereka boleh melihat, selain Alkitab tidak ada lagi kebenaran yang lain, selain Injil Yesus tidak ada keselamatan yang lain, selain karya Roh Kudus tidak ada kuasa yang sesungguhnya dari Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh Kekal, Roh Kebenaran, dan Roh yang Suci, maka kita harus melalui hidup yang suci dan hidup yang taat kepada kebenaran dalam Alkitab. Takut kepada Tuhan dan menjauhi hal yang jahat, kita mengerti akan kesucian Tuhan. Ini merupakan tanda seorang yang berhikmat. Roh Allah adalah Roh Hikmat, Roh Allah adalah Roh Pengetahuan, Roh Allah adalah Roh Strategi, Roh Allah adalah Roh Kekuatan.
--
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 39: Butir Ketiga (9) Aku percaya kepada Roh Kudus

Ketika Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi dunia, ini merupakan pemberian terbesar bagi manusia; ketika Allah mengirimkan Roh Kudus bagi Gereja-Nya, ini merupakan pemberian terbesar bagi Gereja. Allah mengirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk keselamatan seluruh umat. Setelah Yesus naik ke sorga, Allah Bapa dan Anak mengirimkan Roh Kudus ke dunia untuk Gereja, untuk orang-orang yang ditebus, yang menjadi milik Tuhan.

Orang percaya akan berkata, “Aku percaya kepada Allah Bapa, aku percaya kepada Yesus Kristus, dan aku percaya kepada Roh Kudus.” Kita telah membahas bagaimana Roh Kudus sebagai Parakletos, Penghibur yang dikaruniakan menjadi Pendamping, Penolong, Pengajar, dan Pembimbing umat manusia seumur hidup. Dia akan berada dalam hati kita untuk selamanya, mendampingi selama kita hidup. Roh Kudus akan mendidik kita, membawa kita masuk ke dalam kebenaran Tuhan. Roh Kudus adalah Roh Kuasa. Roh yang memberikan kuasa bagi setiap orang Kristen untuk bersaksi bagi Tuhan, karena jika Roh itu turun, engkau akan mendapat kuasa untuk menjadi saksi Tuhan dari Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi.

Ketika Roh Kudus turun di Yerusalem pada Hari Pentakosta, angin yang besar sekali bertiup ke rumah di mana orang-orang yang berdoa menunggu Yesus mengirimkan Roh Kudus. Maka, mereka mengalami kepenuhan, pencurahan dari Pribadi Ketiga Allah Tritunggal. Angin itu melambangkan Roh Kudus. Lalu mereka melihat lidah api turun di atas kepala semua orang yang menerima Roh Kudus. Itulah hari jadinya Gereja. Itulah hari permulaan Gereja yang kudus dan am didirikan di atas bumi. Gereja terdiri dari orang-orang yang berbeda-beda, dari tempat yang berbeda-beda, dan setelah Petrus selesai khotbah, tiga ribu orang menerima baptisan dari para rasul. Orang-orang dari segala suku, bahasa, bangsa, dan negara bersatu menjadi Gereja Tuhan. Roh Kudus turun dan Gereja hadir sampai hari ini. Sejak Hari Pentakosta sampai sekarang, belum pernah ada gejala seperti itu lagi, tetapi Roh Kudus tetap menyertai Gereja. Dia berada bersama kita untuk selamanya.

Aku percaya kepada Roh Kudus. Roh itu adalah Roh Kuasa, dengan angin dan api yang melambangkan Roh Kudus yang bebas dan memberikan kehangatan, memberikan kuasa kepada manusia. Allah menyertai Gereja-Nya. Roh Kudus beserta dengan kita untuk selamanya. Roh Kudus tidak boleh dimengerti hanya sebagai suatu gejala supranatural belaka, karena di dalam dunia supranatural ada gejala yang tidak ada hubungannya dengan Roh Kudus, ada penipuan Iblis untuk menipu dan menyesatkan orang Kristen. Oleh karena itu, semua gejala supranatural harus kita uji, apakah seturut dan mempunyai dasar Alkitab atau tidak. Kalau tidak ada dan tidak sesuai dengan Alkitab, kita tidak boleh menerimanya. Ujilah roh itu dari Tuhan atau bukan, roh yang menipu atau Roh Kebenaran.

Di dalam dunia ini sudah ada roh dari si jahat yang berada di mana-mana untuk menipu orang Kristen. Kaum pilihan Allah akan digoda dan dibingungkan. Orang Kristen harus memiliki Roh Kebijaksanaan untuk dapat membedakan roh itu dari Tuhan atau bukan. Jika bukan dari Tuhan, bukan saja tidak boleh diterima, tetapi harus diusir. Sejak dahulu kala hingga hari ini, roh setan telah memalsukan Roh Kudus untuk menipu banyak orang Kristen. Banyak orang yang sudah ditipu oleh roh setan, tetapi tidak sadar dan masih mengira itu dari Roh Kudus.

Tiga puluh lima tahun yang lalu, muncul satu gerakan yang terjadi di kota Toronto (Toronto Airport Vineyard Church, Januari 1994). Persekutuan diadakan dengan menyewa sebuah ruang hotel, mengumpulkan ribuan orang, dan mempraktikkan ajaran yang mereka sebut sebagai pekerjaan Roh Kudus yang berbeda dari Alkitab. Mereka beranggapan bahwa zaman Roh Kudus sudah tiba, di mana Roh akan memberikan kebangunan kepada gereja yang sudah dingin, suam kuku, dan seperti sudah mati. Mereka mengatakan bahwa yang terjadi itu adalah kebangunan rohani.

Gejala supranatural belum tentu dari Roh Kudus. Jika itu adalah penipuan Iblis, kita perlu dapat membedakannya.

Seorang theolog dalam bukunya mengungkapkan lima gejala yang seperti Roh Kudus tetapi sebenarnya bukan Roh Kudus, yang harus kita mengerti dan bedakan. Pertama, berteriak dengan kekuatan dan suara yang sangat luar biasa, berbeda dengan suara orang biasa. Di Toronto, gejala ini muncul, mereka berbaring di lantai, tutup mata, dan berbicara dengan suara keras, tetapi kalimatnya tidak dimengerti oleh orang itu sendiri. Kedua, mempunyai kekuatan yang lebih besar dari kekuatan orang biasa. Ketiga, kumat kembali dengan selang waktu tertentu, sehingga ada rutinitasnya, misalnya setiap waktu tertentu akan lima kali kumat dan setiap kali kumat pada jam tertentu. Keempat, peka terhadap nama Yesus, di mana jikalau ada orang menyebut nama Yesus, ia mulai marah, menantang, dan ketakutan sambil marah kepada nama Yesus, ketakutan dengan kuasa Yesus. Kelima, mempunyai pengertian tentang apa yang mungkin tiba. Jika kita melihat lima gejala ini, itu tandanya ia bukan dipenuhi Roh Kudus, tetapi roh setan.

Toronto Blessing memengaruhi seluruh benua Eropa, Amerika, Afrika, dan juga Asia, bahkan Indonesia. Ketika itu, sebuah gereja di Jakarta mengadakan kebaktian besar untuk para pemuda dan mereka menduga itu adalah Roh Kudus, padahal mereka tertipu. Orang-orang yang hadir ditumpangi tangan, jatuh, tidak sadar, dan tertawa menggelepar di lantai. Mungkinkah Roh Kudus membuat seorang wanita jatuh, roknya terbuka, dan dilihat banyak orang? Ini semua adalah tipuan Iblis. Banyak orang Kristen tidak mau belajar firman Tuhan dengan baik, tidak mau mengerti kebenaran dengan tepat, dan akhirnya tertipu.

Lima tahun kemudian, Toronto Blessing mulai menunjukkan gejala yang makin tidak sehat. Orang mengeluarkan suara seperti anjing menggonggong, setelah mereka sadar dan ditanya mengapa ia sebelumnya menggonggong seperti anjing, maka mereka menjawab, “Karena Tuhan telah menjadikan saya seorang yang setia menjaga rumah Tuhan di pintu, maka saya jadi anjing.” Tidak lama kemudian mereka mulai berteriak seperti ayam berkokok. Ketika ditanya, ia menjawab, “Tuhan menyuruh saya menjadi ayam untuk menyadarkan Petrus yang sudah tiga kali menyangkal Tuhan supaya ia bertobat.” Ini semua penipuan, dan penipuan seperti ini makin lama makin hebat. Beberapa tahun kemudian, mendadak gerakan ini menghilang. Gereja yang stabil akan konsisten memelihara firman Tuhan dari tahun ke tahun, dari zaman ke zaman, tetapi gereja yang mendadak muncul dengan satu gejala yang menakutkan, beberapa tahun kemudian layu satu per satu.

Ketika engkau dan saya meyakini kita percaya Roh Kudus, maka kita perlu jelas mengerti Roh yang bagaimanakah yang kita percaya. Untuk menjawab hal seperti ini, tidak ada cara lain, kecuali kita mengujinya dengan firman Tuhan, tulisan di dalam Kitab Suci yang Allah sendiri nyatakan, yang menjadi satu-satunya patokan dan sandaran di mana kita mendapat kunci untuk dapat membuka pintu, membedakan mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan.

“Aku percaya kepada Roh Kudus,” dan ini adalah satu hal yang mulia, peristiwa yang besar, hak istimewa yang Tuhan berikan hanya kepada orang Kristen. Orang Kristen adalah satu-satunya makhluk yang mempunyai hak memiliki Roh Tuhan untuk diam di dalam hati kita, menyertai kita sampai selamanya, dan memimpin kita masuk ke dalam kebenaran. Jika orang Kristen meniadakan atau menghina hak yang diberikan, itu sangat membahayakan. Setelah menerima Roh Kudus dan ajaran dari Roh Kudus, kita mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar.

Jangan kita main-main, jangan kita menyerahkan kebebasan kita, menyerahkan hidup kita kepada roh yang tidak benar, di mana kita diganggu, dipermainkan, ditipu, lalu dihanyutkan ke dalam arus yang jahat. Alkitab sudah mengajar kita tentang apa yang disebut dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus bersifat supranatural, tetapi bukan semua yang supranatural adalah Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh di dunia yang kekal, Roh dari Tuhan Allah sendiri, tetapi Roh Kudus tidak sama dengan roh yang najis dan tidak beres. Jangan dari gejala kemudian kita menetapkan kepercayaan akan kebenaran satu doktrin (ajaran), tetapi kita harus menguji kebenaran suatu gejala melalui firman Tuhan.

Kitab Suci harus diletakkan lebih tinggi dari pengalaman, sehingga Kitab Suci yang menguji pengalaman, Kitab Suci memberikan jawaban dan keyakinan, sehingga kita patuh pada kebenaran. Banyak orang memakai pengalamannya melampaui atau mengatasi Kitab Suci, menguji Kitab Suci, untuk memuaskan iman sendiri. Ini bukan ajaran orang Kristen dan ini bukanlah prinsip Kitab Suci. Firman Tuhan harus lebih tinggi dari semua pengalaman. Firman Tuhan harus menjadi standar untuk menguji pengalaman. Firman Tuhanlah yang menentukan apa yang harus kita yakini di dalam pengalaman kita. Kalau ketiga hal ini dibalik, gereja berada di dalam bahaya. Janganlah kita berpikir bahwa pengalaman kita lebih penting dari Kitab Suci; jangan kita beranggapan bahwa apa yang kita alami, yang kita mengerti, dan yang kita rasakan, lebih penting dari Kitab Suci. Kitab Suci lebih tinggi dan menentukan semua kebenaran pengalaman kita. Kitab Suci menjadi jaminan dan dasar dari keyakinan kepercayaan kita.

Menguji roh lebih penting, mengerti roh yang benar dan salah lebih penting daripada mempunyai pengalaman yang kelihatan begitu supranatural, tetapi tanpa dasar Kitab Suci. Yesus berkata, “…Jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu…. Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Yoh. 16:7b; Kisah Para Rasul 1:8). Kuasa Roh Kudus tidak dapat dipalsukan, harus dibubuhi dan disejajarkan dengan kesucian dan kebenaran.

Roh yang berkuasa adalah Roh yang Suci (Roh Kudus) dan Roh yang Benar (Roh Kebenaran), sehingga ketika disertai dan memiliki kesucian dan kebenaran, kuasa itu barulah kuasa yang sah. Jika ia mempunyai kuasa melakukan hal aneh, mujizat, kesembuhan, atau mengusir setan, yang kelihatan hebat sekali secara rohani, tetapi hidupnya tidak suci, semua itu perlu diragukan. Roh yang Suci adalah Roh yang Benar; Roh yang Benar adalah Roh yang Berkuasa. Kekuasaan yang tidak didukung dengan kesucian janganlah dipercaya. Kekuasaan yang tanpa inti kebenaran firman Tuhan, janganlah dipercaya. Kuasa besar haruslah disejajarkan, berlandaskan, dan bercirikan kesucian dan kebenaran, karena Roh Kudus yang menjalankan kuasa itu adalah Roh yang Suci, Roh yang Benar, Roh Kuasa, dan Roh Tuhan sendiri.

Di dalam Perjanjian Lama, gejala orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki dua hal yang penting. Pertama, dia adalah orang yang penuh rasa takut akan Tuhan. Roh takut akan Tuhan adalah gejala yang penting sekali. Orang yang dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak takut akan Tuhan janganlah dipercaya, karena Roh Tuhan adalah Roh yang menyebabkan manusia takut akan Tuhan. Roh Kudus memberkati siapa, maka orang itu juga diberkati dengan penuh perasaan takut akan Tuhan. Jika Roh Kudus ada pada seseorang, orang tersebut tidak berani sembarangan melakukan sesuatu, tidak berani sembarangan berbicara, tidak berani sembarangan melayani, serta tidak berani sombong dan membanggakan semua kehebatan dirinya. Jikalau ia penuh Roh Kudus, dalam segala pelayanannya pasti akan terlihat gejala bagaimana dia penuh perasaan takut akan Tuhan.

Kedua, dia adalah orang yang akan bekerja secara beres, teliti, setia, dan konsisten. Kita bisa melihat hal ini dari banyak contoh di Perjanjian Lama, seperti pada Yusuf dan Daniel. Kita melihat Yusuf di Mesir dan Daniel di Babel. Dua orang ini mewakili pemuda yang dipenuhi Roh Kudus. Mereka hidup suci, penuh rasa takut akan Tuhan, bekerja dengan sungguh-sungguh secara teliti, konsisten, dan semua pekerjaannya beres. Yusuf dipenuhi Roh Kudus, sehingga ia bekerja lebih beres dari para pemuda lainnya, dan semua yang dikerjakannya bisa dikerjakan dengan tepat. Meskipun Yusuf—sebagai anak Tuhan—melayani di dalam pemerintahan Mesir yang tidak takut akan Tuhan, di mana orang Mesir biasa berzinah, bisa berbohong, bisa berbuat segala kejahatan, di mana mereka tidak memiliki Roh yang Suci itu, Yusuf dapat hidup dan bekerja dengan sama sekali berbeda. Ia penuh takut akan Tuhan dan bekerja dengan sungguh-sungguh patuh kepada Tuhan. Dia berbeda dari semua pemuda yang lain, semua dikerjakannya dengan beres. Ada orang yang katanya dipenuhi Roh Kudus, kejang-kejang, tetapi di kantor menipu, berdagang dengan curang, tidak jujur. Orang-orang seperti ini jangan dipercaya bahwa mereka dipimpin dan dipenuhi Roh Kudus. Setiap orang harus bekerja sebaik mungkin untuk memuliakan Tuhan, tetapi tidak ada orang yang mempunyai hak untuk memperalat orang yang sungguh-sungguh setia dan jujur kepada Tuhan untuk kepentingan dan keuntungannya sendiri. Daniel di Babel kerjanya beres, setia, konsisten, dan jujur.

Mereka menjadi faedah besar mengubah dunia, tetapi mereka sendiri tidak mendapatkan keuntungan yang banyak. Manusia suka memperalat orang baik, perusahaan besar suka memperalat semua pegawai yang paling jujur untuk menguntungkan dia sendiri. Namun, dalam hal ini, dia sendiri harus tetap bisa bertanggung jawab kepada Tuhan. Jika Roh Kudus turun atas seseorang, pastilah orang tersebut hidup suci, setia kepada Tuhan, dan tidak berkompromi dengan dosa. Semua orang di Perjanjian Lama yang gejalanya dipenuhi Roh Kudus, kerjanya beres, jujur, dan bertanggung jawab.

Di dalam Perjanjian Baru, orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mencintai Injil dan berkobar-kobar dengan hati yang hangat memberitakan firman Tuhan. Di dalam Perjanjian Baru, engkau melihat Roh Kudus turun. Setelah Roh Kudus turun di Yerusalem kepada seratus dua puluh orang, mereka semua berdiri dan memberitakan Injil, berani mengabarkan Kerajaan Sorga, dan semuanya sehati. Sebaliknya, kita melihat Simon orang Zelot, Yudas Iskariot, dan Matius pemungut cukai, pada awalnya mereka mempunyai program sendiri, ambisi sendiri. Selain Yudas yang membunuh diri, yang lain akhirnya membuang ambisi dan segala program mereka, disesuaikan dengan rencana Tuhan di dalam mengabarkan Injil. Dan kita melihat orang yang dipenuhi oleh Roh Tuhan, oleh Roh Kudus, adalah orang yang dipenuhi oleh cinta kasih terhadap Injil Kristus. Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang dipenuhi semangat memberitakan Injil, membawa orang lain untuk kembali kepada Tuhan.

Gejala ini begitu khusus, begitu nyata, bahwa di dalam Perjanjian Baru semangat penginjilan menjadi ciri dari semua yang dipenuhi Roh Kudus; sedangkan di dalam Perjanjian Lama cirinya adalah orang yang dipenuhi dengan semangat dan etos kerja yang suci, teliti, setia, konsisten, dan kerja yang beres. Orang yang dipenuhi Roh Kudus berani mati untuk Kristus, rela menjadi martir dan mati syahid demi Kristus.

“Aku percaya kepada Roh Kudus.” Benarkah iman Saudara dan saya? Benarkah gejala dan ciri rohanimu? Benarkah itu merupakan pengakuan yang jujur dan suci dari hatimu? Jika engkau memang adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus, biarlah engkau akan senantiasa hidup jujur dan hidup sesuai kebenaran Tuhan, serta setia memberitakan Injil Kristus.

Ketika Yusuf digoda oleh istri Potifar, perempuan yang tidak tahu malu itu, di mana ketika suaminya sedang tidak ada di rumah, dia mau buka baju dan minta Yusuf tidur dengannya, Yusuf tidak berpikir, “Wah, kesempatan luar biasa, nyonya cantik, suami tidak ada, kesempatan untuk tidur dengan kamu.” Tidak! Yusuf tidak demikian. Ia menjawab, “Bolehkah aku melakukan dosa besar ini dan bersalah kepada Tuhan?” Dia tidak mengatakan bahwa jika ia tidur dengan istri Potifar, ia bersalah kepada suaminya. Dia justru berkata, “Kalau saya berzinah, engkau dan saya sudah bersalah dan berdosa kepada Tuhan, dan ini adalah dosa besar.”

Di zaman Yusuf, tidak ada konsep dan pemikiran di tengah orang Mesir bahwa jika seseorang tidur dengan perempuan cantik yang bukan istrinya adalah sebuah dosa besar. Pada zaman itu tidak ada konsep dalam masyarakat Mesir bahwa tidur dengan perempuan seperti itu adalah dosa besar kepada Tuhan. Di sini kita melihat Tuhan mengirim seorang pemuda yang konsepnya masih begitu murni, suci, setia, dan tekun di negara yang penuh dengan perzinahan. Ia dapat mengatakan kalimat yang agung, “Bolehkah aku melakukan dosa besar ini dan bersalah di hadapan Tuhan?” Inilah orang yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan sungguh anak Tuhan yang setia. Ini artinya dipenuhi Roh Kudus.

Pada zaman ini banyak pemimpin gereja, khususnya dari aliran tertentu, yang berzinah, mencari pelacur, dan tidak setia dengan istrinya. Apakah ini gejala dan ciri dipenuhi Roh Kudus? Tetapi justru merekalah yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus, tetapi dengan hidup yang tidak kudus. Orang yang betul-betul dipenuhi Roh Kudus, hidupnya penuh pimpinan Roh Kudus, dan mereka tidak akan melawan kesucian Tuhan, tidak akan melanggar dan melakukan hidup yang tidak senonoh di hadapan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita untuk bisa memelihara hidup kita berjalan sesuai dengan rencana Tuhan, berjalan dalam pimpinan Roh Kudus, dan hidup bekerja seteliti mungkin, setekun mungkin, sehingga semua yang kita kerjakan bisa beres, jujur, dan benar sesuai dengan kebenaran. Dengan demikian Tuhan tidak meninggalkan kita. Orang-orang seperti inilah yang boleh disebut sebagai anak-anak Tuhan, yang mempunyai sifat seperti Bapanya, anak-anak Tuhan yang mempunyai keberanian seperti yang dituliskan dalam Kitab Suci, anak-anak Tuhan yang mempunyai keberanian memberitakan firman Tuhan, memberi kesaksian tentang kebenaran Yesus Kristus dan Injil-Nya.

Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal menjadi pemberian terbesar untuk seluruh umat manusia. Hadiah Allah yang paling besar untuk keturunan Adam adalah memberikan Adam kedua, yaitu Yesus Kristus yang mati menggantikan kita. Dialah Pemimpin dan Kepala Gereja. Roh Kudus datang bukan untuk membuat kita malas, santai, dan tidur. Sebaliknya, Roh Kudus datang untuk memberi kita semangat, ingatan, ketaatan yang setia, dan hati yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan dan memberitakan Injil. Kiranya Gereja mencintai Roh Kudus dan Gereja sungguh-sungguh mengalami Roh Kudus, penuh hormat kepada Roh Suci, penuh kerinduan menyelidiki rencana Roh Suci, dan mengerti bagaimana cara Roh Kudus bekerja. Calvin adalah satu-satunya theolog yang menggabungkan Roh Kudus dengan seluruh soteriologi (doktrin keselamatan) dari Yesus Kristus. Melalui Calvin, kita mengetahui Roh melaksanakan keselamatan Tuhan yang berada di dalam Yesus Kristus, selangkah demi selangkah sampai orang berdosa diubah oleh Roh Kudus menjadi orang yang suci. Orang berdosa diperanakkan oleh Roh Kudus menjadi anak Tuhan yang hidup dalam kesucian.

Karya Roh Kudus begitu besar, mengubah kita dari orang berdosa menjadi orang suci. Semua orang berdosa yang diperanakkan oleh Tuhan dijadikan orang yang mempunyai hidup kekal. Semua orang yang diberikan hidup kekal oleh Tuhan menjadi anak-anak Allah. Jadi kita semua yang sudah diselamatkan, dipertobatkan, dan diubah, kita sekarang bukan anak setan, bukan anak durhaka, bukan anak pemberontak, melainkan kini kita adalah anak Allah yang sudah dikuduskan oleh Roh Suci, yang sudah dibersihkan dengan darah Yesus, yang sudah diperanakkan, dan diberikan hidup yang baru. Kita mempunyai hidup kekal dan tidak lagi binasa. Semua orang kudus yang sudah diselamatkan, dijadikan kelompok yang kudus, persekutuan yang kudus, dan umat yang kudus, yang disebut Gereja yang kudus dan am. Tuhan memberkati kita.
--
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 40: Butir Ketiga (10) Aku percaya kepada Roh Kudus

Aku percaya kepada Allah Bapa, aku percaya kepada Yesus Kristus, aku percaya kepada Roh Kudus. Inilah iman kita, iman kepada tiga Pribadi yang adalah Allah Tritunggal, Allah yang esa bagi umat Kristen, yang menjadi kepercayaan kita.

Kita tidak percaya kepada yang kosong dan tidak ada; kita percaya kepada yang menciptakan langit dan bumi, yang menebus orang Kristen di segala zaman, dan yang memimpin Gereja dari kekal sampai kekal. Allah Tritunggal bukanlah Allah yang kosong, yang tidak ada, yang diciptakan oleh otak manusia, tetapi Allah Tritunggal adalah Allah yang menciptakan seluruh manusia, yang menciptakan otak manusia, dan yang memimpin cara berpikir manusia di dalam mengaitkan dirinya dengan segala kebenaran. Allah adalah Allah yang hidup, Sumber Hidup yang memberikan hidup, yang menghidupkan, dan yang merupakan Roh Hidup yang menghidupkan, menjadi pendamping, penghibur, pelindung, penginspirasi, penegur, dan pembimbing, sehingga kita dipertumbuhkan rohaninya, dipertumbuhkan imannya, melalui kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus diberikan oleh Allah, di mana Yesus berkata, “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). Dia adalah Parakletos, yaitu Penghibur, Pendamping, yang menegur, memupuk, melindungi, dan memberi nasihat kepadamu. Ini sangat dibutuhkan oleh manusia.

Manusia yang paling kasihan adalah manusia yang berhak mengenal Tuhan, tetapi dia sendiri menolak dan membuang hak pengenalan itu, lalu hidup tersendiri dalam keadaan yang tidak didampingi, tidak diawasi, tidak dikasihi, dan tidak dilindungi, sampai mati. Manusia yang paling kasihan adalah manusia yang menyendiri dari Tuhan, putus hubungan dengan Sang Pencipta, serta tidak mau mengenal dan berdampingan dengan Tuhan. Manusia yang paling bahagia adalah manusia yang diberi Roh Kudus untuk boleh mendampingi, menghibur, dan memberikan kekuatan kepadanya.

Siapa yang dapat hidup tersendiri, tanpa ada siapa pun yang mendampingi, dan yang kuat menjalani hidup sendiri sampai akhir? Banyak orang terpaksa hidup dan memang masih tetap hidup, karena ia takut dan tidak tahu akan ke mana ketika mati. Itu sebabnya ia terpaksa hidup, tetapi hidup tersendiri, hidup tanpa pegangan, hidup tanpa punya sandaran yang kuat, hidup tanpa ada siapa pun yang mengerti dia, dan hidup tersendiri sampai mati. Inilah hidup yang paling kasihan.

Orang Kristen tidak demikian hidupnya. Orang Kristen adalah orang yang berbahagia, karena diberi Roh Allah untuk mendampingi, menghibur, menasihati, serta memberi kekuatan dan pengajaran, sehingga ia bisa dipimpin di dalam kebenaran dan memperoleh kekuatan yang dari atas.

Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki kapasitas berpikir secara logis dan intelek, berpikir untuk merenungkan kebenaran, lalu diterapkan di dalam segala segi kehidupannya. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang dapat berpikir dan bergabung dengan kebenaran. Tetapi setan telah menghancurkan hal ini, menipu manusia, serta merampas manusia keluar dari hak dan kenikmatan mengerti kebenaran.

Banyak orang yang terbawa kepada ajaran yang ekstrem, tertipu oleh Iblis, yang membuat otak mereka menjadi pasif dan tertidur, dibius, dan tidak mengerti. Seorang yang dipenuhi Roh Kudus seharusnya seorang yang dekat dengan Tuhan, mempunyai pengharapan kekekalan, dan hidup dalam kesucian. Orang yang dipenuhi Roh Kudus akan berjuang untuk hidup sesuai firman Tuhan. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang menyebabkan engkau berusaha hidup kudus dan terus mau memikirkan kebenaran yang Allah wahyukan dalam Kitab Suci.

Jika seseorang mengatakan bahwa di dalam dirinya ada Roh Kudus, tetapi hidup hanya menyenangkan diri dengan kesukaan dunia, nafsu sementara, kekayaan dunia sementara, hidupnya najis, berzinah, menuruti hawa nafsu, dan tidak mengejar hidup suci, janganlah engkau percaya bahwa dia memiliki Roh Kudus. Jika seseorang mengatakan bahwa dia memiliki Roh Kudus, tetapi hidupnya tidak sesuai, bahkan melawan Kitab Suci, melawan firman Tuhan, dan melawan kebenaran, jangan percaya dia, apalagi orang-orang yang menamakan diri hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan yang melayani Tuhan tetapi hidupnya tidak suci pasti adalah hamba Tuhan palsu. Hamba Tuhan yang hidupnya tidak sesuai dengan Alkitab, tidak menjelaskan kebenaran Alkitab, dan selalu melawan prinsip Kitab Suci, orang itu pasti bukan hamba Tuhan

Di zaman akhir, kita melihat banyak orang mengatakan bahwa dirinya memiliki Roh Kudus, tetapi hidupnya sama sekali tidak kudus. Roh Kudus adalah Roh Allah. Roh Allah adalah Roh yang memberikan kebenaran. Kesucian dan kebenaran adalah dua tanda sebagai barometer penguji siapa yang memiliki Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh yang menciptakan rasio manusia lebih dari semua binatang. Roh Kudus adalah Roh yang menciptakan logika, sehingga manusia dimungkinkan memakai logika untuk menganalisis, mengerti kebenaran, dan mengkritik yang tidak benar. Manusia lebih tinggi dari semua makhluk. Dengan logika, kita mengerti dan membedakan kebenaran dari yang tidak benar. Dengan logika, kita dapat menikmati wahyu Tuhan yang paling tinggi. Karena itu, intelektualitas tidak bisa dipisahkan dari Roh Kudus.

Roh yang sejati adalah Roh yang masuk akal. Roh yang sejati selain masuk akal, akan melampaui akal dan memimpin akal. Roh yang sejati tidak mungkin melawan atau membunuh akal. Banyak pemuda yang pintar sekali, tetapi tidak mau mendengar khotbah karena mereka berpikir bahwa dipenuhi Roh Kudus sudah cukup. Dan yang disebut dipenuhi Roh Kudus dalam pemikiran mereka adalah konsep yang telah mengalami penipuan. Yesus berkata, “Jika Roh Kebenaran sudah datang, Ia akan mengingatkan kembali semua perkataan yang sudah Kututurkan kepadamu.” Roh Kudus bukan membius otak, tidak menghancurkan intelektualitas, atau menekan rasio dan logika.

Roh Kudus membangkitkan, memberikan pencerahan, memperbarui, dan mengingatkan kembali semua perkataan yang diucapkan oleh Yesus. Jika rasio kita diperbarui Roh Kudus, kita menjadi orang yang jelas dan jernih pikirannya, sehingga bisa mengerti dengan tepat setiap kalimat yang pernah dikatakan oleh Kristus.

Ajaran setan mengajarkan bahwa Roh Kudus membunuh rasio, membius intelektual, dan menghancurkan fungsi otak manusia. Itu adalah tipuan yang merusak dalil dan prinsip yang ditetapkan Tuhan. Tuhan Yesus datang membicarakan firman, Roh Kudus datang menghidupkan pengertian. Jika yang Tuhan bicarakan engkau tidak mau dengar, tetapi engkau mendengarkan yang membius dan membuat engkau menjadi tidak mengerti, ini tandanya bukan pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh yang suci, Roh yang benar, Roh yang mewahyukan dan memimpin, Roh yang mencerahkan kebenaran, Roh yang memimpin otak kita masuk ke dalam seluruh kebenaran. Hal-hal seperti ini tidak bisa diganti dan tidak bisa diabaikan oleh siapa pun, karena inilah cara Alkitab.

Saya sangat takut jika ada pendeta yang mengatakan, “Saya mengkhotbahkan semua yang sudah dimengerti.” Jika benar demikian, kita tidak perlu ke gereja, karena tidak akan mengalami kemajuan pengertian dan kehidupan. Jika kita sudah tahu namun tetap datang lagi, sudah tahu dan datang lagi, itu bagaikan anak sekolah yang tidak pernah naik kelas. Jika engkau pergi ke suatu tempat dan mendengar khotbah yang sudah dimengerti semua, engkau boleh tidak usah datang lagi karena engkau tidak diberi bekal yang baru. Justru jika ada hal yang tidak dimengerti, dicerna lalu dipaparkan, di situ kita mendapatkan pencerahan kebenaran. Gereja yang memberikan kemajuan kepada pendengar adalah gereja yang selalu berani memberikan pengajaran yang belum diterima, diketahui, dan dimengerti, mengajar engkau berpikir; bukan hanya mengingatkan kembali apa yang pernah didengar, tetapi memberikan rangsangan untuk mengerti apa yang belum dimengerti, lalu mengingatkan kembali apa yang sudah dan mengharapkan yang belum, serta dapat menerima yang sudah mengerti dan mendapat rangsangan yang belum mengerti. Dengan demikian kita dapat terus bertumbuh.

Orang Karismatik yang radikal terus berputar pada pengetahuan yang tidak pernah maju, lalu membius diri di situ dan tidak mendapatkan pengertian baru. Mereka terus menipu dan memuaskan diri, menipu orang lain lagi supaya lebih banyak yang menjadi anggotanya. Mereka belum pernah bertumbuh dengan mendapatkan orang baru yang bertobat dalam pengertian firman yang benar. Jika engkau sudah mendengar khotbah, tidak mengerti, tetapi tetap sabar dan tekun, suatu hari Roh Kudus akan menggerakkan hatimu, engkau disadarkan, diinsafkan, lalu engkau akan tahu dan mengerti. Setelah makin lama makin mengerti firman Tuhan, maka orang demikian tidak dapat kembali lagi untuk mendengarkan khotbah yang tidak bertanggung jawab, khotbah yang hanya membius dan menipu jemaat, mematikan intelektualitas, dan sebaliknya orang demikian akan terus memohon kepada Tuhan untuk mendapatkan kemajuan pengertian dan hikmat di hadapan Tuhan.

Roh kebijaksanaan bukan berarti mempunyai pendidikan yang tinggi. Jangan berpikir bahwa semua orang yang berpendidikan tinggi adalah orang-orang yang bijaksana. Banyak koruptor yang hatinya paling gelap, motivasinya paling jahat, dan cara kerjanya paling najis, adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Sekolah yang tinggi tidak membuktikan engkau bijaksana, sekolah yang tinggi tidak menjamin hidupmu takut akan Tuhan. Dalam Alkitab, kebijaksanaan lebih dari pengertian pengetahuan manusia, jauh lebih transenden, melampaui pendidikan

Dalam Perjanjian Lama, ada tiga prinsip besar kebijaksanaan. Pertama, takut akan Tuhan dalam segala tingkah laku. Langkah kehidupan dan keputusan pikiran dilandasi perasaan takut akan Tuhan, karena Tuhan patut ditakuti, maka seseorang tidak dapat hidup sembarangan sesuai hawa nafsu dan keinginan dirinya sendiri. Ketika seseorang akan mengerjakan sesuatu, ia harus bertanya di mana prinsip Alkitab yang harus ia jalankan, apakah hal tersebut diperkenan oleh Tuhan, dan apakah sesuai dengan kehendak-Nya. Jika tidak, ia harus berani menyingkirkan hal itu, membuang niat itu, karena bukan kehendak Tuhan, tidak menguduskan nama Tuhan, dan tidak memperkenan hati Tuhan. Kiranya kita semua memiliki jiwa Reformed yang tidak mementingkan foya-foya yang egois, tetapi memikirkan bagaimana kita dapat dipakai Tuhan. Orang yang penuh perasaan takut kepada Tuhan, orang itu akan menjadi kebahagiaan bagi orang lain. Orang Tionghoa mengatakan, “Namamu adalah jiwamu yang kedua.” Jika namamu baik, tidak ada orang yang dapat menjatuhkan engkau. Jika namamu indah, dari zaman ke zaman, beribu-ribu tahun akan diingat terus dengan keharuman seperti bunga yang indah. Orang Tionghoa mengatakan, “Harimau mati menyisakan kulit dan tulang, manusia mati menyisakan pengalaman yang indah dan nama baik.” Tetapi, pada akhirnya semua akan dibongkar oleh Tuhan, yang disimpan baik-baik akan dibongkar, yang ditutup akan dibuka, dan yang disembunyikan akan disiarkan. Tidak ada manusia yang dapat menutup diri dan menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan. Maka, orang yang berbijaksana adalah orang yang penuh perasaan takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah permulaan kebijaksanaan. Kedua, pengertian kesucian Allah adalah permulaan kebijaksanaan. Mengenal kesucian Ilahi adalah awal dari semua kebijaksanaan. Ketiga, menjauhkan diri dari kejahatan adalah prinsip hidup orang yang bijaksana.

Ketiga prinsip kebijaksanaan dalam Alkitab ini dirangkai di mana bijaksana, jujur, dan adil, menjadi tanda pertama. Tanda kedua yang juga diperlukan adalah kesungguhan mengerjakan segala sesuatu dengan teliti dan setia. Di dalam Perjanjian Lama, dipenuhi Roh Kudus berarti dipenuhi kebijaksanaan dan kerja dengan teliti dan setia. Jika engkau mempunyai kebijaksanaan dari Tuhan, kesetiaan terhadap pekerjaan, dan jujur kepada sesama, engkau adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus.

Sering kali, orang-orang yang mengaku penuh Roh Kudus ternyata menipu, berbuat curang dalam berdagang. Jangan menjadi orang Kristen Reformed yang tidak bertanggung jawab, menipu, berbohong, berdagang dengan tidak jujur, dan merugikan orang lain. Daniel dan Yusuf adalah pemuda yang hidup suci dan takut akan Tuhan, bijaksana dan menjauhkan diri dari yang tidak setia, hidup dan bekerja dengan teliti, setia, dan tuntas, sehingga dipuji orang. Di dalam Perjanjian Baru, orang yang dipenuhi Roh Kudus akan hidup suci, hidup sesuai kebenaran firman Tuhan, serta suka meninggikan Kristus dan suka mengabarkan Injil.

Bukti kesucian dilihat dari buahnya, karena dari buah engkau mengenali pohonnya. Pohon yang baik berbuah baik, pohon yang rusak berbuah rusak, pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Yesus mengatakan, “Jika engkau ingin mengetahui pohonnya, lihat buahnya.” Buah Roh Kudus adalah damai, sukacita, penguasaan diri; ini semua adalah moral, etika, dan prinsip tingkah laku yang sesuai pimpinan Roh Kudus. Siapa yang dipenuhi Roh Kudus tidak berkata saya bisa ini dan itu, karena hal demikian tidak ada hubungannya dengan Roh Kudus. Seseorang yang bisa berkarunia lidah tidak tentu benar berasal dari Roh Kudus. Seseorang yang bisa mengusir setan belum tentu penuh Roh Kudus. Bahkan Alkitab berkata Tuhan menjawab, “Aku tidak pernah mengenal engkau, enyahlah dari hadapan-Ku.”

Banyak orang yang sembarangan menafsirkan Alkitab, banyak orang sembarangan mengartikan firman Tuhan sesuai nafsu sendiri, lalu tidak bayar utang, kerja tidak setia, segala kewajiban tidak tuntas, tidak jujur, hidup tidak suci, kelakuan tidak bertanggung jawab, serta curang dalam keuangan, lalu dengan semua hal seperti ini ia mengaku sebagai orang yang dipenuhi Roh Kudus. Banyak orang mengaku dan memproklamasikan bahwa karena Roh Kudus turun kepadanya, maka ia bisa berteriak-teriak mengaku berbahasa lidah. Tetapi semuanya itu adalah tipuan dari Iblis dan melanggar firman Tuhan. Biarlah kita menjadi manusia yang bertanggung jawab, menjadi manusia yang berdiri di hadapan Tuhan, dipenuhi Roh Kudus.

Roh Kudus adalah Roh pengetahuan, Roh Kudus adalah Roh kebijaksanaan, Roh Kudus adalah Roh strategi. Khusus dalam ketiga hal ini, saya membicarakan Roh Kudus dan sejarah manusia. Ketika manusia sudah terjepit, tidak ada jalan keluar, dan tidak ada pemberesan, maka Tuhan turun tangan. Semua politikus menganggap dirinya paling pintar, bahkan ada yang merasa lebih pintar dari Tuhan. Mereka menekan dan menganiaya gereja karena mereka berpikir bahwa Tuhan tidak bisa apa-apa. Seperti Lenin, Stalin, Ceaușescu, dan semua pemimpin diktator komunis, mereka mempermainkan manusia, mempermainkan orang Kristen, mempermainkan gereja, dan mempermainkan Tuhan. Tetapi mungkinkah Tuhan dipermainkan dan dikalahkan oleh manusia? Tiongkok empat tahun yang lalu sampai dua tahun yang lalu telah membongkar 3.500 gereja, tahun lalu membom beberapa gereja besar karena tempat itu akan dipakai oleh pemerintah. Berarti gereja tidak berhak memiliki gedung, pemerintah mempunyai hak untuk mengubah gedung gereja, yang sudah jadi boleh dirobohkan kemudian dijadikan pasar. Pemerintah Tiongkok pikir berdagang lebih penting, sedangkan gereja tidak penting. Jangan main-main dengan Tuhan. Setelah gereja dibom, mereka menjadi makin berani, salib diturunkan, orang Kristen tidak ada kekuatan melawan, mereka pikir Tuhan orang Kristen tidur, orang Kristen tidak ada pertolongan, sehingga dapat mereka permainkan. Semua yang mempermainkan Tuhan akhirnya mati konyol.

Diocletian, seorang kaisar Romawi yang menganiaya orang Kristen, membunuh banyak orang Kristen dan pendeta, menghancurkan gereja, dan menginjak hak asasi manusia dalam beriman. Setelah mengalahkan banyak orang Kristen, Diocletian menyuruh orang menulis satu kalimat: “Kristus sudah musnah.” Pada uang logam Romawi, bagian depannya tercantum wajah dia, di bagian belakang tertulis: “Kristus sudah saya kalahkan.” Sekarang, dia yang sudah dimusnahkan, sementara Kristus masih hidup hingga sekarang. Kemenangan Kristus tidak dapat dipermainkan oleh siapa pun dan orang yang tidak takut kepada Tuhan dan menganggap dirinya bijaksana akhirnya akan musnah satu per satu. Allah campur tangan dalam sejarah, Allah yang menyetir dan membelokkan setir politik. Hal ini membuktikan bahwa Allah hidup dan melampaui semua pemerintah. Sejarah dapat belok ke kanan dan kiri, karena strateginya bukan dari manusia. Pada saat manusia tidak mempunyai kuasa lagi, tidak mempunyai hak untuk mengubah segala sesuatu, Tuhan berkata, “Akulah Allah yang Mahakuasa; Akulah Satu-Satunya yang bisa membelokkan sejarah dunia ini. Saya bisa menginterupsi dan memberikan arah yang baru bagi dunia ini.” Ketika Tuhan mau campur tangan, dalam seminggu, mungkin berapa hari engkau harus turun jabatan, maka pasti akan turun. Sebaliknya, siapa yang mau diberi kuasa berpuluh-puluh tahun, itu pun jika Tuhan mau memperpanjang, Tuhan punya caranya. Ketika Tuhan tidak mau memperpanjang kuasa seseorang, maka Dia langsung campur tangan. Perhatikanlah semua perubahan arah, perhatikan semua “banting setir” dalam sejarah, kiranya kita dapat melihat bahwa di belakangnya ada tangan Tuhan. Engkau akan terkejut bagaimana kebijaksanaan Allah lebih tinggi daripada manusia. Itulah namanya strategi dunia, bukan strategi perorangan. Roh Kudus adalah Roh strategi, jika dikaitkan dengan “banting setirnya” sejarah.

Yesus Kristus mempunyai Roh, Roh itu Roh Kuasa. Ada dua hal dari Roh Kuasa yang berasal dari Roh Kudus: api dan angin. Pada Hari Pentakosta, Roh Kudus turun di Yerusalem yang menyebabkan angin bertiup dengan suara keras dan api turun seperti bentuk lidah, sehingga para rasul dapat berbicara kepada bangsa yang berbeda dalam bahasa mereka. Pada Hari Pentakosta, lima belas bangsa datang, dari Italia, Asia Minor, Eropa, Babel, Kapadokia, Turki, dan dari tempat-tempat jauh di Mesopotamia. Lima belas macam bangsa datang ke Yerusalem, ketika Petrus berkhotbah, mereka dapat mendengar dalam bahasa mereka masing-masing, bahasa Mesopotamia, bahasa Kapadokia, bahasa Mesir, dan bahasa dari negara yang lain. Hal ini membuktikan adanya kebijaksanaan untuk mengerti bahasa asing. Roh Kudus adalah Roh yang internasional, Roh Kudus adalah Roh yang kekal, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, Roh Kudus adalah Roh kebijaksanaan, Roh Kudus adalah Roh yang suci. Semua yang mendengar firman Tuhan saat itu menjadi orang Kristen yang pertama dalam gereja yang kudus dan am di Hari Pentakosta. Ketika itu angin turun dan api turun, menjadi tanda kuasa Tuhan yang menopang dan memenuhi orang Kristen. Roh Allah adalah Roh Kuasa. Itulah sebabnya setiap hamba Tuhan haruslah disertai dengan kekuatan angin dari Roh Kudus, hamba Tuhan harus disertai api yang berkobar di dalam khotbahnya ketika Allah mengurapi dia.

Orang yang menjadi hamba Tuhan membutuhkan tanda kuasa dari angin dan api, yang ketika Roh meniup, engkau tidak tahu Dia dari mana, dan engkau tidak tahu Dia ke mana. Yesus berkata kepada Nikodemus, seperti yang tercantum dalam Injil Yohanes 3, “Orang yang dipenuhi Roh Kudus ada tanda api.” Jika engkau mendengar khotbah, pengkhotbahnya berapi-api, engkau akan bersemangat, tetapi jika pengkhotbahnya dingin sekali, engkau seperti orang mati, tertidur, dan lesu sekali imanmu. Hamba Tuhan perlu angin dan api, karena Roh Tuhan adalah Roh Kudus yang memiliki angin dan api, yang menjadi tanda di Hari Pentakosta, hari yang menandai Roh Tuhan turun ke dunia. Kiranya gereja kita adalah gereja yang berapi dari Tuhan, gereja yang menerima tiupan angin dari Tuhan, dan Roh Kudus yang memimpin kita. Selain dalam sejarah, Tuhan memimpin seluruh politik. Dalam gereja, Tuhan memimpin setiap mimbar, memimpin setiap hamba Tuhan, menghadirkan roh yang takut akan Tuhan dan roh yang berkuasa dalam pelayanan, membuktikan Tuhan menyertai kita.
--
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 41: Butir Ketiga (11) Gereja yang Kudus dan Am

Pengakuan Iman Rasuli terbentuk dari tiga kepercayaan, yaitu: Aku percaya kepada Allah, Aku percaya kepada Yesus Kristus, dan Aku percaya kepada Roh Kudus. Inilah objek iman orang Kristen dari kekal sampai kekal, karena Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus adalah Allah Tritunggal yang sama Esa, sama kekal, sama mulia dan berkuasa, untuk selamanya, dari sebelum dunia dicipta sampai kiamat. Allah Tritunggal akan menjadi penunjang, pelindung, dan penopang bagi semua yang dicipta, khususnya Gereja yang ditebus. Allah Bapa mempersiapkan keselamatan sebelum dunia diciptakan, Allah Anak menggenapkan keselamatan melalui inkarnasi dalam sejarah, dan Allah Roh Kudus melaksanakan keselamatan yang sudah disiapkan dan direncanakan oleh Allah Bapa, dan yang sudah digenapi dan disempurnakan oleh Kristus, ke dalam setiap pribadi di setiap zaman, setiap bangsa, untuk menjadi orang Kristen yang dimiliki oleh Tuhan.

Gereja yang kudus dan am menjadi wujud pelaksanaan keselamatan. Orang Kristen yang ditebus menjadi orang yang dimiliki Tuhan, melalui perubahan status dari orang berdosa yang najis menjadi umat yang suci oleh Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, tidak ada pelaksanaan keselamatan, tidak ada penjelasan dan penggenapan mengapa orang dapat disucikan menjadi Kristen. Inilah yang ditekankan di dalam Theologi Reformed, khususnya melalui buku Institutes of the Christian Religion dari John Calvin, buku yang menjadi dasar theologi bagi orang-orang Protestan dan Gereja Kristus yang kudus dan am, dari zaman ke zaman.

Tidak ada jaminan keselamatan di dalam semua agama mana pun. Di dalam allah mereka juga tidak ada pelaksana penggenapan keselamatan, kecuali hanya Allah Bapa yang sudah mempersiapkan dan merencanakan keselamatan. Tidak ada penebusan, kecuali Kristus yang datang ke dunia untuk menggenapi keselamatan, dan kecuali Roh Kudus yang melaksanakannya satu per satu di dalam kehidupan setiap orang yang ditebus oleh Tuhan. Tidak ada allah lain yang diakui oleh agama mana pun seperti Allah Tritunggal yang menyelamatkan umat manusia.

Aku percaya kepada Roh Kudus, dilanjutkan dengan Gereja yang kudus dan am, karena Gereja yang kudus dan am adalah karya Roh Kudus. Roh Kudus melaksanakan keselamatan yang dijalankan dalam setiap orang yang menerima Yesus sebagai Juruselamat. Kristus turun dari sorga demi melaksanakan rencana Allah dalam kekekalan untuk digenapkan di bumi. Allah Roh Kudus adalah Allah yang menjalankan penebusan, memberikan pengampunan dosa, pertobatan, kesadaran, keinsafan, bahwa manusia harus datang kepada Yesus untuk diselamatkan. Roh Kudus diberikan untuk memuliakan Kristus dan bersaksi bagi Kristus.

Alkitab mengatakan bahwa tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan, tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang diperanakkan (dilahirkan kembali), dan tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang menyebut Allah Bapa sebagai Allah Bapa. Allah Roh Kudus telah menggenapi, melaksanakan, dan memberikan keselamatan kepada setiap orang Kristen yang disebut sebagai tubuh Kristus yang kudus dan am. Roh Kudus diberikan untuk menjadi Parakletos, yang mendampingi, menghibur, menguatkan, menasihati, menerangi, memberi cahaya, iluminasi, dan menopang, serta memelihara kita sampai Yesus datang kembali.

Roh Kudus sangat penting tetapi banyak disalahmengerti oleh orang yang tidak mau belajar dan patuh kepada firman Tuhan, sehingga tertipu oleh setan. Banyak orang yang katanya paling mengerti Roh Kudus adalah orang-orang yang paling salah mengerti dan salah tafsir terhadap siapa Roh Kudus. Banyak gereja yang menekankan pentingnya Roh Kudus justru menjadi penipu, membawa orang Kristen jatuh terbanting, tersesat, dan jatuh ke dalam ajaran yang salah. Gereja Reformed Injili Indonesia harus menegakkan doktrin Allah, doktrin Kristus, dan doktrin Roh Kudus, lalu membawa Gereja yang kudus dan am, kembali kepada pengertian yang sejati dan di bawah pimpinan Roh Kudus yang sesuai Alkitab.

Roh Kudus memulai berdirinya Gereja, yaitu pada Hari Pentakosta. Pada hari itu, Roh Kudus turun, ditandai dengan seratus dua puluh orang yang dipenuhi Roh Kudus, lalu mereka dapat berbicara dalam berbagai bahasa yang bisa dimengerti oleh orang-orang dari berbagai daerah yang datang para hari itu di Yerusalem. Bahasa terkacaukan pada peristiwa Menara Babel. Menara Babel didirikan karena manusia ingin memasyhurkan diri mereka sendiri sehingga menimbulkan kemarahan Tuhan, maka Tuhan dari sorga menurunkan kuasa untuk mengacaukan bahasa manusia. Akibatnya, bahasa dipecah belah sehingga bangsa-bangsa menjadi terpecah, saling tidak bisa mengerti, hingga akhirnya pembangunan Menara Babel itu gagal dan tidak terjadi. Sepertinya terkesan Allah iri hati dan cemburu tidak mau manusia sukses, tetapi justru Allah campur tangan dan Menara Babel tidak terjadi karena manusia terlalu bodoh melakukan hal yang tidak mungkin mereka sendiri lakukan, yaitu membuat menara yang mau mencapai sorga dan bertemu dengan Tuhan. Ini adalah pembangunan di dunia materi, sementara Allah di dunia rohani; menara setinggi apa pun tidak mungkin sampai ke sorga. Dengan kasihan Allah dan kebijaksanaan-Nya yang lebih tinggi dari manusia, Ia menghentikan, melarang, dan menghadang, sehingga menara tersebut tidak terjadi. Jika pada hari pembangunan Menara Babel bahasa dikacaukan, justru di Hari Pentakosta bahasa yang terpisah-pisah karena tempat yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, dan bahasa yang berbeda, membuat mereka semua bisa mengenal Injil karena Roh Kudus bekerja.

Hari Menara Babel manusia terpecah belah, Hari Pentakosta manusia disatukan kembali. Karena pekerjaan roh keangkuhan, manusia dipecah belah, dan karena pekerjaan Roh Kudus Allah yang tunggal, manusia dipersatukan, sehingga terjadilah Gereja yang kudus dan am.

Istilah “kudus” berarti sudah dibersihkan, “am” berarti sudah dipersatukan. Gereja disebut gereja yang suci dan orang Kristen disebut orang kudus karena kita telah dibersihkan melalui tiga hal: pertama, melalui firman Tuhan, yang disebut kalam kudus, firman yang suci, the holy word of God. Engkau dibersihkan melalui firman yang kudus. Yesus berkata, “Karena berita firman yang Kusampaikan kepada engkau, maka engkau sudah bersih.” Di dalam Efesus 5:26 dituliskan, “Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” Setiap kali manusia mendengar firman Tuhan, sampai satu saat akan tertegur dan mengerti betapa indahnya, agungnya, dan seriusnya mendengar khotbah, hatimu dibersihkan, otakmu dibersihkan, motivasimu dibersihkan, seluruh batin dibersihkan, dan menjadi suci karena firman.

Kedua, manusia dikuduskan karena Roh Suci yang menyucikan manusia. Roh Suci memimpin, mengiluminasikan, dan membersihkan manusia melalui firman yang suci. Jika orang Kristen tidak mau ikut kebaktian, tidak mau membaca Kitab Suci, tidak mau mendengar firman, tidak ada cara lain untuk menjadi suci. Melalui firman kita dikuduskan, melalui Roh Kudus kita dikuduskan. Di dalam Kisah Para Rasul 15:8-9 dinyatakan, “Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.”

Ketiga, manusia dikuduskan melalui darah Kristus seperti yang tertulis di dalam 1 Petrus 1:2, siapa orang Kristen, yaitu, “orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”

Orang Kristen adalah orang yang dikuduskan oleh firman, Roh Kudus, dan darah Kristus. Setelah pembersihan terjadi, maka kita akan diubah dari status orang berdosa menjadi status orang suci. Gereja di bawah pimpinan Roh Suci senantiasa membersihkan kita dari segala kecemaran, noda, dan dosa, sehingga terus dipelihara dalam hidup yang suci. Roh Kuduslah yang telah mengerjakan semuanya ini sehingga kita dimungkinkan untuk dipelihara terus-menerus di dalam kesucian. Dengan demikian, kita mengerti bahwa tidak ada satu langkah ataupun proses di dalam pengalaman hidup orang Kristen yang tidak membutuhkan pekerjaan Roh Kudus. Kristus juga dipermuliakan oleh Roh Kudus, sehingga kita baru mendapatkan pengenalan yang sejati akan Kristus hanya melalui pekerjaan Roh Kudus. Juga dengan disaksikan oleh Roh Kudus, kita boleh menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Dan dengan memandang kepada kesucian-Nya, kita disadarkan akan kenajisan kita dan bertobat.

Roh Kudus membantu manusia melihat kemuliaan Allah, Roh Kudus membantu manusia melihat dosa diri, Roh Kudus menegur orang berdosa untuk menghakimi diri sendiri, dan akhirnya orang ini dapat berpaling kepada Tuhan. Roh Kudus juga menolong manusia untuk memiliki keberanian dan kekuatan untuk menolak dosa, bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Roh Kudus menaungi dan menggerakkan manusia untuk mengenal Yesus yang adalah Tuhan kita. Tanpa Roh Kudus, tidak ada manusia yang mengenal dan mengakui Yesus adalah Tuhan. Setelah menerima Yesus sebagai Juruselamat, maka seumur hidup kita dipimpin Roh Kudus untuk menjadi anak-anak Allah yang setia. Roh Kudus juga bekerja membawa semua orang yang sudah mengenal Kristus menjadi satu, menjadi Gereja yang kudus dan am.

Gereja yang kudus dan am adalah kalimat yang belum pernah ada sebelum Kisah Para Rasul ada dan sebelum Pengakuan Iman Rasuli ada. Belum pernah ada manusia yang mengetahui apa itu komunitas yang universal dan suci. Kudus, berarti sifatnya sudah disucikan; am, berarti segala bangsa sudah dipersatukan. Gereja yang kudus dan am, berarti kumpulan orang beriman yang telah disucikan Tuhan melalui persekutuan Roh Kudus tanpa memandang perbedaan bangsa, suku, negara, tempat, dan bahasa, sehingga terbentuk Gereja yang kudus dan am. Setelah Pengakuan Iman Rasuli diakui oleh semua orang Kristen, maka orang Kristen mulai tahu bahwa di dalam sejarah di dunia ini ada satu komunitas yang melatarbelakangi semua bangsa, suku, dan benua, sehingga tidak ada perbedaan lagi. Inilah yang disebut kudus dan am. Hal ini merupakan persaudaraan terbesar di dalam alam semesta kita (this is the greatest brotherhood, sisterhood, and countryhood, in the human being).

Hari jadi Gereja adalah Hari Pentakosta yang pertama, hari di mana Roh Kudus turun. Roh Kudus turun bukan hanya secara pribadi, menjadikan orang berdosa menjadi orang suci, tetapi Roh Kudus telah menggabungkan semua orang suci menjadi satu komunitas yang baru, yaitu Gereja. Ada sangat banyak gereja yang terlihat secara jasmani, secara daging, seperti HKBP, GPIB, Gereja Katolik Roma dengan berbagai ordonya, gereja-gereja Protestan dengan berbagai sinodenya, gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik, seluruhnya bisa mencapai ribuan macam. Tetapi itu adalah gereja yang kelihatan. Gereja Tuhan sebenarnya hanya satu, bukan GRII, bukan Katolik Roma, bukan Pentakosta, bukan GKI, HKBP, tetapi Gereja yang kudus dan am.

Istilah kudus berarti semua orang yang berdosa, yang najis, yang binasa, yang tidak dapat masuk ke dalam Tuhan, kini telah dimungkinkan untuk berdamai dengan Allah. Itu berarti semua orang, baik berkulit putih, kuning, atau apa saja, ataupun semua bangsa, semua suku, semua negara, telah dipersatukan. Gereja yang kudus dan am berarti kita tidak dapat melihat orang Batak lebih tinggi dari orang Toraja, atau orang Tionghoa lebih baik dari orang Afrika, atau orang Barat lebih penting dari orang Asia. Gereja yang kudus dan am adalah pukulan telak terhadap separasi manusia. Gereja yang kudus dan am adalah perintah dan fakta di mana semua pemisahan umat, semua penghinaan bangsa dan suku, semua kebencian antarlapisan masyarakat, telah dikuburkan dan tidak ada lagi.

Paulus mengatakan, “Tidak peduli orang Yahudi atau orang Yunani, laki-laki atau perempuan, tuan atau budak, semua telah menjadi satu di dalam Kristus.” Banyak keluarga Kristen ketika duduk makan, tidak duduk semeja bersama dengan pembantunya. Itu menunjukkan banyak orang Kristen belum mengerti Gereja yang kudus dan am. Mengapa kalau ke restoran, kita duduk di meja yang nyaman, lalu supir disuruh duduk di tempat yang kecil dan jauh. Banyak orang pura-pura menjadi Kristen tetapi tidak pernah mengerti Gereja yang kudus dan am. Kita selalu membuat banyak alasan untuk tidak menjalankan perintah Tuhan dan prinsip Alkitab. Banyak pria juga yang menghina perempuan, juragan menghina pembantu. Paulus berkata, “Baik tuan maupun budak, baik laki-laki maupun perempuan, baik Yahudi maupun Yunani, semua sudah dipersatukan di dalam Kristus.” Kalimat yang sederhana ini telah memporak-porandakan dunia zaman kuno. Kalimat Gereja yang kudus dan am telah membuat revolusi dalam masyarakat, mempersatukan “hitam” dan “putih”, “atas” dan “bawah”, juragan dan budak, laki-laki dan perempuan; semua menjadi satu, sejajar, dan sederajat di hadapan Tuhan.

Tidak pernah ada agama dalam sejarah yang merombak sistem dan struktur manusia sedahsyat kekristenan. Tidak pernah ada orang yang mempunyai pengertian seuniversal, sama rata seperti Paulus. Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung, “Pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.” Perintah ini begitu jelas, tetapi Petrus enggan menjalankannya, Yohanes juga. Ketika Petrus disuruh pergi ke rumah Kornelius, ia enggan pergi. Ia tidak mau pergi ke rumah orang yang dianggap kafir. Tetapi bukankah ia sudah mendengar tentang Amanat Agung Tuhan, di mana Tuhan meminta dia untuk pergi ke segala bangsa dan menjadikan mereka murid Tuhan? Kornelius tinggal di Kaisarea, tidak tinggal terlalu jauh dari rumah Petrus, mengapa Petrus enggan? Tuhan sudah mengirim orang dari bangsa lain datang ke dekat rumahmu, tetapi engkau enggan untuk bersatu dengannya. Tuhan melihat murid-murid-Nya enggan untuk menjalankan kehendak-Nya, maka setelah Tuhan naik ke sorga, Ia harus sekali lagi bekerja untuk memanggil Paulus menjadi rasul bagi orang kafir, karena murid-murid-Nya belum mengerti firman-Nya.

Banyak orang Kristen, mungkin seperti Saudara juga, sudah lama menjadi orang Kristen tetapi belum mengerti apa yang disebut sebagai Gereja yang kudus dan am, sehingga tetap menghina suku tertentu, atau bangsa tertentu, atau ras tertentu, atau warna kulit tertentu. “Gereja yang kudus dan am” adalah kalimat yang sedemikian besar, kalimat yang telah kita hafal tetapi kita tidak mau mengerti, dan akan menjadi penghakiman bagi kita. Di dalam Gereja yang kudus dan am tidak ada perbedaan bangsa, suku, bahasa, lapisan masyarakat, pendidikan, latar belakang masyarakat, dan kebudayaan.

Paulus yang paling mengerti kalimat ini, maka ia pergi ke Samaria, Asia Kecil, menyeberang ke Eropa, Filipi, Korintus, Atena, Roma, dan bahkan sampai ke Spanyol, tempat yang jauh di ujung bumi pada zaman itu. Dia tetap pergi karena konsep Gereja yang kudus dan am, tidak peduli orang Yahudi atau Yunani, barbar atau terpelajar, laki-laki atau perempuan, tuan atau budak. Pada zaman Paulus, orang yang diperbudak adalah bangsa asing yang dikalahkan oleh orang-orang Romawi. Setelah tentara Romawi mengalahkan musuh, maka mereka dijadikan budak dan dijual di pasar. Diperkirakan sepertiga penduduk Kerajaan Romawi adalah budak yang seumur hidup tidak boleh bebas. Sampai mati ia tetap menjadi milik tuannya, yang mempunyai hak untuk memperkosa, memperalat, memaksa bekerja berat sampai mati. Bilakah Kerajaan Romawi berubah, bilakah budak-budak ini dibebaskan? Sampai Tuhan Yesus datang.

Sumbangsih kekristenan di abad pertama sangat besar karena menghentikan ketidakadilan, perbudakan, peperangan, diskriminasi, dan penganiayaan. Jika Yesus tidak datang, manusia akan tetap membelenggu satu dengan yang lain melalui sistem dan kebudayaan yang begitu brutal dan menakutkan. Orang-orang miskin akan dikuasai, dianiaya, dan diperalat menjadi budak sampai mati. Ketika Yesus datang, selain membebaskan manusia dari dosa, Yesus juga membebaskan manusia dari sistem masyarakat yang tidak beres. Dari anugerah umum menuju ke anugerah khusus (anugerah keselamatan). Yesus menyelamatkan manusia dari kuasa setan, tetapi juga menyelamatkan manusia dari perbudakan, dari kuasa penjajah. Yesus datang ke dunia membawa perubahan besar dan merombak seluruh dunia.

Jika hari ini ada banyak negara demokrasi, tidak ada lagi perbudakan, perempuan diberikan kebebasan setara dengan laki-laki, suku terendah tetap boleh memilih presiden dengan hak pilih sebagai hak asasi manusia, itu semua adalah karena Yesus. Selain memberikan keselamatan sebagai pembebasan rohani, Yesus juga memberikan anugerah umum, anugerah dalam alam ini, sehingga manusia dapat hidup sebagai manusia dengan sistem manusiawi yang diizinkan dan dibawa Yesus ke dunia.

Dalam lima puluh tahun pertama setelah Yesus dipaku di kayu salib dan bangkit, dunia seluruhnya berubah. Paling sedikit ada seperempat hingga sepertiga dunia menjadi Kristen. Mengapa kekristenan maju begitu cepat zaman itu; dan mengapa saat ini penginjilan gereja tidak mengubah dunia? Itu terjadi karena kita memihak, melakukan diskriminasi, dan tidak mengerti Gereja yang kudus dan am. Janganlah hanya menghafal theologi, mendapat nilai yang tinggi, gelar yang tinggi, menjadi doktor, tetapi tidak mengerti bagaimana Tuhan mau kita menerapkan kebenaran untuk seluruh umat manusia. Pada abad pertama, banyak orang menjadi Kristen karena kekristenan membawa pengharapan. Budak-budak setelah mengenal Kristus mengetahui bahwa dia tidak perlu diperbudak lagi. Perempuan-perempuan setelah mengenal Kristus mengetahui bahwa ia tidak pernah ditindas lagi oleh laki-laki.

Zaman sekarang, gereja mengabarkan Injil dengan memakai uang, sehingga tidak membawa manusia kepada Tuhan. Berita kita tidak memberikan pengharapan bagi manusia yang hidup dalam kegelapan. Orang yang sudah mendengar Injil tetap tidak berubah. Sekarang kekristenan dilihat sebagai satu hal yang lucu dan dihina. Injil bukan dimonopoli untuk satu bangsa, Injil bukan datang membela Romawi untuk menindas orang lain, Injil bukan alat orang kaya untuk menghina orang miskin. Injil datang untuk membebaskan dunia dan manusia dari dosa rohani, dan membebaskan manusia dari penindasan jasmani. Karena itu, ketika Injil pertama kali dikabarkan, sepertiga dunia menerima Yesus karena mereka melihat ada perubahan dan pengharapan yang dibawa oleh Injil.

Gereja yang kudus dan am adalah kesadaran besar yang diberikan kepada kita melalui Pengakuan Iman Rasuli. Mulai dari aku percaya kepada Roh Kudus, hingga dilanjutkan dengan Gereja yang kudus dan am. Kumpulan orang suci menjadi komunitas kudus dan am, itulah Gereja. Gereja terbentuk dari setiap pribadi yang mengalami perubahan yang dilakukan oleh Roh Kudus. Gereja terbentuk dari komunitas yang di dalamnya setiap pribadi telah mendapatkan keselamatan dari Kristus.

Gereja yang kudus dan am tetap dibiarkan hidup di dunia dan bukan di sorga. Tuhan sengaja membiarkan kita yang telah ditebus dan diselamatkan untuk tetap ada di dalam dunia. Tuhan mau umat pilihan-Nya, Gereja yang kudus dan am, melakukan perintah-Nya untuk mengubah dunia, untuk memberi terang kepada dunia, membawa dunia kembali kepada Injil. Orang yang menyanyi lagu Suci, Suci, Suci, tetapi tetap pergi mencari pelacur adalah orang gereja yang palsu. Itu penipuan! Orang yang berkata, “Tuhan aku mencintai Engkau,” tetapi hatinya tetap curang, mencari uang dengan cara yang tidak jujur, adalah orang yang hanya terdaftar di gereja yang kelihatan, ada dalam buku catatan baptisan, tetapi secara darah Kristus dan Roh Kudus yang menjadikan dia orang suci yang mengalahkan dosa di dalam Kerajaan-Nya, mungkin namanya tidak tercantum di situ.

Kiranya kita ingat dengan sungguh-sungguh makna dari Gereja yang kudus dan am. Kudus karena sifatnya sudah disucikan, dosanya sudah diampuni, jiwanya sudah dibersihkan, pikirannya, batinnya sudah dikuduskan, dipengaruhi oleh firman, oleh Roh Kudus, oleh darah Kristus, dan dikhususkan bagi Allah. Am karena semua tembok yang memisahkan bangsa, lapisan, gender laki-laki dan perempuan, tuan dan budak, telah dihapus, tidak ada tembok lagi, dan kita am, bersatu dalam cinta kasih Tuhan
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 42: Butir Ketiga (12) Gereja yang Kudus dan Am, Persekutuan Orang Kudus

Pengakuan Iman Rasuli terdiri dari tiga kredo, yaitu kredo pertama: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.” Kredo kedua, “Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” Kredo ketiga, “Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal.” Amin.

Kini kita membahas, “Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus.” Kekristenan banyak dikritik oleh orang yang tidak bertanggung jawab, yang mengatakan bahwa agama Protestan tidak mementingkan Roh Kudus. Orang seperti ini tidak belajar dan mengetahui bahwa doktrin Roh Kudus adalah doktrin yang penting di dalam ajaran Yohanes Calvin, salah satu tokoh utama Reformasi. Dalam Institutes of the Christian Religion, buku yang membentuk theologi dan ajaran iman Kristen, Calvin menggabungkan pekerjaan keselamatan Kristus yang digenapi melalui inkarnasi, kematian di salib, kebangkitan, kenaikan ke sorga, dan kedatangan kembali, dengan pekerjaan Roh Kudus yang melaksanakan pengampunan sebagai anugerah keselamatan dari Tuhan. Tanpa Roh Kudus, tidak ada Gereja.

Hari Pentakosta adalah hari kelahiran Gereja. Gereja didirikan oleh Yesus Kristus. Setelah mendengar konfesi (pengakuan iman) yang pertama mengenai Kristologi yang diucapkan oleh Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup,” maka Kristus berkata, “Aku akan mendirikan Gereja-Ku di bumi ini, dan batu karang ini akan menjadi fondasinya.” Kristus berjanji akan mendirikan Gereja-Nya di dunia. Orang Katolik Roma menganggap bahwa batu karang itu adalah Petrus, karena kata “batu karang” dalam bahasa Yunani adalah petra, atau petros, sehingga mereka pikir Petruslah yang menjadi fondasi gereja. Ini tidak benar, karena Petrus sendiri mengatakan bahwa fondasi Gereja bukanlah dia, melainkan Kristus sendiri. Petrus menyatakan bahwa dirinya hanyalah batu kecil. Petrus dan kita semua hanyalah batu-batu kecil. Yesuslah batu karang, batu penjuru yang dibuang orang, yang menjadi Batu Pertama, yang merupakan fondasi Gereja. Kristuslah Petra, karena petra berarti batu karang yang besar, sementara petros adalah batu kecil. Pekerjaan Roh Kudus melaksanakan keselamatan yang digenapi Kristus, disempurnakan oleh Kristus, hingga Gereja didirikan di dunia.

“Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am.” Gereja disebut kudus karena terbentuk atas orang-orang yang telah disucikan Tuhan. Sebelum dikuduskan, kita adalah orang berdosa, yang dengan penebusan, penyucian, keselamatan, dan pengampunan dosa, disucikan menjadi kudus. Perubahan status orang berdosa menjadi orang kudus adalah karya keselamatan dari Yesus sendiri. Dari orang berdosa yang seharusnya dihukum, dibuang ke neraka, menjadi orang suci yang dibersihkan, diselamatkan, mengalami kelahiran baru diperanakkan oleh Roh Kudus, menikmati Kerajaan Allah; semuanya adalah anugerah keselamatan yang merupakan mujizat Kristus.

Mengapa Gereja disebut kudus? Gereja disebut kudus karena disucikan Tuhan melalui kuasa Kristus, dengan perantaraan Roh Kudus yang membersihkan. Am, karena Gereja bersifat universal, terbentuk dari segala bangsa, negara, benua, suku, dan bahasa. Semua orang percaya dari segala bangsa dijadikan satu, disebut Gereja yang kudus dan am. Gereja yang kudus karena Yesus telah menyelamatkan kita. Am karena semua bangsa dikuduskan Kristus dalam Gereja universal. Tidak boleh ada pembedaan bangsa, lapisan masyarakat, warna kulit, daerah, ataupun suku, karena semuanya bersatu sebagai Gereja yang kudus dan am.

Pertama, aku percaya kepada Roh Kudus; kedua, Gereja yang kudus dan am; ketiga, persekutuan orang kudus. Kalimat ketiga menjadi persekutuan paling indah dalam sejarah. Ketika Pengakuan Iman Rasuli pertama muncul dalam sejarah, masyarakat Kerajaan Romawi saat itu adalah masyarakat yang memecah-belah, yang membuat manusia saling benci satu sama lain. Bangsa Romawi mempunyai hak istimewa, mereka adalah orang mulia yang tidak boleh dihina. Orang Yahudi dan Mesir adalah orang hina. Tentara Romawi menindas agama dan bangsa lain. Perempuan dilecehkan, tawanan dijadikan budak, tidak mempunyai kebebasan sampai mati, hidupnya dibelenggu oleh bangsa Romawi. Nasib mereka tidak pernah berubah sampai Yesus datang ke dunia. Pada saat Yesus datang ke dunia, Ia menerima penghinaan besar, kekejaman bengis, dan kematian paling kejam dalam sejarah: dicambuk, diperlakukan sebagai bangsa yang remeh dan hina, dan dipaku di atas salib. Orang Romawi tidak memaku dan menyalibkan warga negaranya karena mereka adalah bangsa yang tinggi. Bangsa Yahudi dianggap bangsa yang remeh dan hina sehingga boleh dipaku di kayu salib. Petrus mati di salib. Atas permintaan Petrus sendiri, ia dipaku secara terbalik, kepala di bawah, dan kaki di atas. Tetapi Paulus dipenggal kepalanya, tidak boleh dipaku di kayu salib, karena dia adalah warga negara Romawi.

Pada masa kejayaan Romawi, daerah yang mereka jajah lebih luas dari bangsa apa pun dalam sejarah. Mereka begitu sombong dan jaya sehingga mereka menghina bangsa lain. Di masa seperti itulah Yesus Kristus lahir. Ketika Yesus Kristus lahir, Ia mengubah seluruh dunia, memberikan pengharapan kepada lapisan yang paling rendah, yaitu semua budak, yang setelah mendengar Injil Kristus tidak lagi minder dan menghina diri. Mereka mulai mendapatkan pengharapan dan mengharapkan Kerajaan Allah tiba.

Gereja masa kita sering kali tidak memberikan pengharapan kepada manusia yang hidup sengsara. Kekristenan tidak membawa pengharapan baru kepada orang-orang miskin. Dua ribu tahun lalu, ketika Injil diberitakan, orang mendapatkan pengharapan baru, budak dibebaskan, perempuan dianggap setara dengan laki-laki, orang miskin menjadi bebas dan memiliki hak asasi manusia yang belum pernah dimiliki sebelumnya. Setelah Injil dikabarkan pada abad pertama, lima puluh tahun kemudian, seperempat umat manusia menjadi Kristen. Tetapi setelah dua ribu tahun, sekarang pendeta menjadi budak orang kaya, yang berkhotbah hanya menyenangkan para bos. Gereja sekarang banyak yang tidak menyatakan Kerajaan Allah dan sukacita Kristen, tidak memberikan pengharapan iman, tidak mendatangkan perubahan untuk masyarakat. Aku percaya kepada Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah Roh yang memihak orang kaya atau memihak orang Romawi.

Roh Kudus adalah Roh yang bekerja membebaskan manusia, menjadikan manusia sama rata, sehingga laki-laki dan perempuan sama-sama dihargai. Banyak gereja yang banyak membicarakan Roh Kudus adalah gereja yang paling tidak mengerti Roh Kudus. Banyak gereja yang banyak mengajarkan tentang Roh Kudus adalah gereja yang menyelewengkan doktrin Roh Kudus, menyalahgunakan firman Tuhan, sehingga kekristenan dilecehkan dan dihina di seluruh dunia. Kita harus jujur memberitakan firman, sesuai Alkitab, dan membawa seluruh manusia kembali kepada rencana asli Allah.

Bagaimana kita menjelaskan Roh Kudus? Siapa itu Roh Kudus? Apakah artinya dipenuhi Roh Kudus? Apa perubahan, ciri khas hidup, dan bagaimana hidup yang sesuai dan dipenuhi Roh Kudus, sesuai Kitab Suci? Gereja Reformed Injili Indonesia berusaha memberitakan firman Tuhan, tidak peduli engkau setuju atau tidak setuju, mau atau tidak mau mengerti, engkau harus membuka hati, membuka pikiranmu untuk diterangi Roh Kudus. Gereja Tuhan terbentuk dari segala bangsa, semua jenis manusia boleh datang ke gereja. Istilah “persekutuan” memerlukan persatuan, rasa hormat seorang terhadap orang yang lain, barulah persekutuan mungkin terjadi.

Pada abad pertama, tidak ada persekutuan yang bisa berjalan, semua masih terpecah-belah, hingga Kristus datang, baru ada persekutuan orang kudus. Persekutuan berarti gabungan untuk menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi bangsa lain, sebagai umat yang dicipta dan ditebus dengan darah Kristus. Persekutuan adalah hal yang penting. Ketika persekutuan tidak ada, maka gereja terpecah-belah, masyarakat hancur lebur; benua lawan benua, suku lawan suku, bangsa lawan bangsa, lapisan masyarakat lawan lapisan masyarakat yang lain, saling injak, saling hina, saling tolak, dan akhirnya tercerai-berai. Hanya di dalam Kristus, pertama kali dalam sejarah ada umat manusia yang bisa dipersatukan dengan benar. Di dalam filsafat Grika, Empedocles mengatakan bahwa unsur seluruh alam semesta ada empat elemen: tanah, api, angin, dan udara. Empat elemen ini yang menjadi dasar semua hal berubah, dan perubahan itu hanya terjadi dengan dua prinsip: penggabungan dan perceraian/perpisahan. Untuk menggabungkan, dibutuhkan cinta kasih; dan untuk memisahkan, perlu kebencian. Cinta mempersatukan dan kebencian memisahkan. Kebencian membuat manusia jauh dari manusia lainnya; suami kalau benci istri, akan pisah atau cerai. Kalau istri atau suami menyeleweng, mengajukan perpisahan. Ini adalah perpisahan dan persatuan yang ditentukan oleh dua unsur: cinta dan benci.

Sebelum Yesus datang ke dunia, tidak ada cinta kasih yang sejati di dunia ini. Yang ada adalah cinta yang egois, memperalat, memfaedahkan sesuatu untuk diri, dan merugikan orang lain. Ketika Kristus datang, Kristus memberikan dan menjalankan cinta yang sungguh, penyangkalan diri, pengorbanan diri yang menggenapkan, mempersatukan, dan menyempurnakan orang lain. Untuk pertama kalinya, cinta yang sejati dikenal oleh manusia melalui Kristus. Sebelum Kristus di dunia, tidak ada cinta—yang menyempurnakan pihak lain—dalam agama, filsafat, dan kebudayaan apa pun dalam sejarah. Kristus menjadi Pemersatu pertama dalam sejarah. Setelah Yesus datang ke dunia, cinta kasih sorgawi dilaksanakan di dunia. Apa yang dikatakan oleh Empedocles, cinta yang mempersatukan, hanya bisa terjadi setelah Kristus datang ke dunia. Kalimat a) gereja, b) kudus dan am, dan c) persekutuan; tiga tahap ini, berarti Kristus a) menyerahkan diri, b) memecahkan tubuh-Nya, dan c) mengalirkan darah-Nya, membawa manusia kembali bersatu.

Kasih Allah membuang semua tembok yang memisahkan suku, bangsa, lapisan masyarakat, orang kaya dan orang miskin, laki-laki dan perempuan. Semua dihancurkan temboknya dan dipersatukan menjadi Gereja. Gereja di dalam sejarah menjadi persekutuan yang utuh untuk pertama kalinya dalam dunia. Jika tidak ada Kristus, tidak ada Gereja dan tidak ada keselamatan. Tanpa Kristus, tidak ada persatuan kasih. Persekutuan orang kudus menjadi mungkin setelah Gereja yang kudus dan am. Persekutuan berarti pengenalan, di mana seseorang mengenal seseorang, bersekutu sampai tidak ada halangan, hati ke hati, semua rahasia terbongkar. Pernikahan adalah persekutuan yang paling dasar; persekutuan yang paling diperlukan adalah persekutuan di dalam pernikahan, prinsip persatuan yang tidak ada hambatan dan ketertutupan. Pengenalan dan persekutuan tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada pengenalan satu pribadi terhadap pribadi yang lain tanpa bersekutu. Istilah pengenalan dan persekutuan tidak bisa dipisahkan.

Aku percaya kepada Gereja yang kudus dan am, yang kemudian ditambah dengan kalimat “Aku percaya kepada persekutuan orang kudus”. Persekutuan dan kudus digabungkan menjadi satu. Yang murni dengan yang murni baru bisa bersatu. Persatuan memerlukan kemurnian. Alkitab mengatakan, “Persekutuan orang kudus, engkau orang suci, saya orang suci, dan semua orang suci yang bersih ketemu orang suci yang bersih; kedua orang ini bersekutu tanpa jarak, tanpa hambatan, tanpa ada yang memisahkan.” Dalam 1 Yohanes 1:7-8 dituliskan, “Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.” Orang Kristen berjalan dalam terang, sama seperti Allah berada di dalam terang, maka kita bersekutu. Jika kita berjalan dalam terang, sama seperti Tuhan ada dalam terang, kita bersekutu di dalam Dia. Terang dengan terang, tengahnya tidak ada batasan. Engkau yang berjalan dalam terang dengan orang Kristen lain yang juga dalam terang mempunyai persekutuan yang tidak memiliki batasan. Allah adalah Kasih dan kasih itu tak berbatas. Allah adalah Terang dan terang itu tak berbatas. Allah adalah Hidup dan hidup itu tak berbatas. Di mana ada terang, kegelapan hancur; di mana ada hidup, kematian hancur.

Bersatu berarti persekutuan, persekutuan berarti pengenalan. Orang Kristen mengenal orang Kristen lain, orang Kristen mencintai orang Kristen yang lain, di dalam terang, dan di dalam kasih, hidup dalam Tuhan. Inilah yang namanya persekutuan gereja. Persekutuan yang dilandaskan di dalam cinta kasih dan persatuan, maka tidak ada batasan lagi seperti ras, suku, warna kulit, dan lain-lain. Alkitab mengatakan, “Kita memiliki persekutuan dengan Allah terlebih dahulu, maka kita akan dapat memiliki persekutuan dengan sesama kita.” Di dalam 1 Yohanes 1:7 dikatakan, “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Semua yang hidup di dalam terang bersekutu satu dengan yang lain.

Persekutuan orang kudus berarti persatuan orang Kristen. Persatuan orang Kristen dimungkinkan karena terang, cahaya kebenaran firman, dan hidup yang berasal dari Tuhan membuatnya bersatu. Pada abad pertama, ketika orang Yahudi bersatu dengan orang Yunani dan orang Romawi, ketika laki-laki dan perempuan, majikan dan budak dapat bersekutu dan bersatu di dalam Tuhan, itu semua dikarenakan Kristus. Terjadi cinta kasih yang melampaui bangsa, suku, warna kulit, dan benua; hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini hanya dimungkinkan karena Kristus dan bisa berlangsung hingga hari ini. Tidak ada orang, ideologi, atau agama di dunia yang dapat mempersatukan manusia seindah Kristus. Kristus datang ke dunia dengan membawa perdamaian, persatuan, dan cinta kasih yang terbesar. Sejak Adam dan Hawa berdosa melawan Tuhan, lalu Kain membunuh Habel, dunia dipenuhi dengan sejarah perseteruan dan peperangan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa semua buku sejarah ditulis dengan darah manusia. Perpisahan, peperangan, dan perceraian terus mengancam manusia. Hidup tidak ada damai, hingga Kristus datang ke dunia.

Ketika Kristus hadir di dunia, Ia mendamaikan engkau dan saya dengan Tuhan Allah. Perdamaian yang Kristus lakukan mempersatukan seluruh alam semesta. Kristus mengerjakan lima bentuk pendamaian bagi umat manusia, yaitu:

Pertama, Kristus mendamaikan orang berdosa dengan Allah. Melalui sengsara penderitaan dan dipaku di kayu salib, Ia berkata, “Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Ini adalah pendamaian yang pertama, pendamaian agar orang berdosa dapat kembali kepada Allah Bapa. Ia mati membawa dan memungkinkan kita berdamai dengan Allah.

Kedua, Kristus mendamaikan kita dengan diri kita sendiri. Banyak orang bunuh diri karena ia tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri, tidak dapat mengampuni dirinya, merasa tidak mempunyai jalan lain. Orang yang bunuh diri, ketika ia mati akan langsung sadar bahwa ia telah salah membunuh tubuhnya, tetapi tetap harus menghadapi dosanya. Tetapi andai ia mau menyesal, tetap tidak dapat membangkitkan kembali tubuhnya. Dirinya masih melihat diri yang masih berdosa, tidak ada lagi pengampunan dosa yang bisa ia dapatkan. Orang bunuh diri karena tidak bisa mengampuni diri, sementara Kristus datang untuk mendamaikan kita dengan diri kita. Inilah pendamaian yang kedua.

Ketiga, Kristus mendamaikan kita dengan orang lain. Berapa banyak musuhmu? Banyakkah orang yang menghina engkau? Banyakkah orang yang engkau benci? Banyakkah orang yang tidak bisa engkau ampuni dosanya? Hal-hal ini sering kali menghambat pertumbuhan rohani kita dan berbagai aspek kehidupan kita juga, sehingga kita tidak bisa memiliki hidup yang sejahtera, sulit merasakan hidup yang leluasa, puas, dan bahagia, karena terus dibayang-bayangi oleh kebencian. Permusuhan yang meningkat akan merebut kebahagiaan. Tidak pernah ada hati yang tenang dan sentosa ketika kebencian menguasai kita, kecuali ketika engkau menerima Yesus, menerima keselamatan, menerima pengampunan dari Tuhan. Saat itulah engkau mulai dapat mengampuni musuhmu. Berbahagialah orang yang di hatinya tidak ada musuh, yang dapat mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Sebelum engkau menjadi Kristen, Tuhan mengampuni dosamu, lalu dengan Roh Kudus menggerakkan engkau untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat.

Setelah menerima Tuhan sebagai Juruselamat dan meminta pengampunan dari Tuhan, kemudian kita mulai belajar bagaimana mengampuni orang lain. Pertama, Tuhan mengampuni engkau dan menyelamatkan engkau, lalu engkau meminta Tuhan untuk memberikan kekuatan untuk mengampuni orang lain, supaya dapat hidup seperti Tuhan. Kedua, belajar dan berjuang untuk mengampuni dosa orang lain. Ketiga, setelah mengampuni orang lain, sama seperti Yesus mengampuni, baru kita berhak meminta pengampunan dari Tuhan.

Keempat, mendamaikan manusia dengan manusia lainnya. Dalam Doa Bapa Kami kita berdoa, “Ampunilah dosa kami sama seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Kalimat ini sering kali dipertanyakan, mungkinkah Allah mengampuni kita seperti kita mengampuni orang lain? Apakah ini berarti kita menjadi teladan mengampuni? Bukankah ini terbalik? Bukankah seharusnya Tuhan mengampuni dahulu baru kita mengampuni? Di dalam aspek keempat ini, kita perlu minta kekuatan dari Tuhan untuk bisa menjadi pendamai yang mendamaikan manusia dengan manusia lainnya. Dunia penuh kebencian dan permusuhan. Inilah tanggung jawab orang Kristen di tengah dunia yang penuh kebencian. Engkau dan saya harus mendamaikan manusia dengan manusia lain, dengan berusaha menghentikan semua permusuhan yang ada di tengah mereka. Jika orang Kristen di gereja justu membuat permusuhan, perselisihan, itu orang Kristen yang buruk, yang harus dihakimi oleh Tuhan, karena orang Kristen tidak seharusnya menimbulkan permusuhan dan mengacaukan orang lain. Orang Kristen mempunyai tugas mendamaikan dunia. Jika ada kebencian, jangan ditambahkan, tetapi dipadamkan. Jadilah orang Kristen yang mendamaikan orang yang bermusuhan, menghentikan kebencian. Jika engkau selalu menyulut api, membakar kebencian, jangan menamakan diri Kristen. Hadirkan cinta kasih di antara mereka yang penuh kebencian. Jangan membakar emosi, menghancurkan emosi, merusak keharmonisan. Kita hadirkan perdamaian!

Kelima, membawa orang lain melalui Injil berdamai dengan Allah, mendamaikan manusia dengan Allah. Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, kalimat yang selalu diucapkan-Nya ketika bertemu orang adalah, “Damai sejahtera bagimu.” Orang Kristen harus bersekutu, bersekutu di dalam damai sejahtera Tuhan. Karena Ia mengenal mereka, dan ada persekutuan di antara mereka, maka terjadilah komunikasi. Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 43: Butir Ketiga (13) Gereja yang Kudus dan Am, Persekutuan Orang Kudus, Pengampunan Dosa, Kebangkitan Tubuh, dan Hidup yang Kekal. Amin

Kredo ketiga Pengakuan Iman Rasuli berbunyi, “Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.” Persekutuan orang kudus berarti tubuh Kristus adalah saluran komunikasi satu dengan yang lain. Orang suci dan orang berdosa tidak dapat bersekutu. Orang berdosa dengan orang berdosa juga tidak dapat bersekutu, mereka hanya memiliki kebencian dan kepahitan di hatinya. Jika orang Kristen seperti orang-orang yang belum menerima Tuhan, masih ada kepahitan, kebencian, berarti kerohanian dan imanmu belum beres. Engkau harus minta kepada Tuhan untuk mengampuni dosamu dan bertobat sungguh-sungguh, minta dibersihkan dari kepahitan, kebencian, dan dari segala dosa yang membuntukan persekutuan tersebut.

Berbicara tentang orang-orang suci, bersekutu dengan orang yang telah dikuduskan, seperti selang yang kosong, seperti pipa yang bersih, di dalamnya tidak ada hambatan, sehingga mengalirkan anugerah Tuhan dari sini ke sana, dari sana ke sini; dari hati yang satu ke hati yang lain, dan juga sebaliknya. Kita menjadi orang Kristen dan ikut kebaktian karena persekutuan orang kudus. Di dalam gereja, di dalam tubuh Kristus, kita memiliki kewajiban untuk bersekutu, sehingga kesusahan kita dapat diceritakan kepada saudara seiman. Gereja bukan tempat setiap cerita dijadikan bahan gosip, tetapi harus didoakan dengan sungguh-sungguh. Persekutuan sejati adalah persekutuan orang suci, persekutuan yang terang benderang. Antara terang dan terang tidak ada batasnya. Di dalam 1 Yohanes 1:7 dituliskan, “Jika kita berjalan di dalam terang, sebagaimana Tuhan berada di dalam terang, kita akan bersekutu satu dengan yang lain, dan dengan Tuhan Allah, dan persekutuan yang terjadi dengan darah Yesus membersihkan segala dosa kita.” Maka, di dalam persekutuan itu ada pengampunan dosa.

Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, dan setelah itu saya percaya pengampunan dosa. Persekutuan selalu mendahului pengampunan dosa. Jika antara sesama tidak ada kebencian, tidak ada kepahitan, sebaliknya yang ada adalah persekutuan, saling mengampuni kesalahan yang lain, hubungan menjadi mudah sekali. Jika saya membenci engkau, engkau pahit terhadap saya, maka tidak mungkin ada persekutuan. Dengan demikian kita tidak dapat saling menanggung kesusahan.

Persekutuan mengakibatkan pengampunan. Pengampunan dosa di dalam kekristenan dilaksanakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah Pribadi ketiga Allah Tritunggal, yang bersama dengan Allah Bapa dan Allah Anak menjalankan pengampunan dosa, menjalankan keselamatan yang diberlakukan di dalam diri orang berdosa yang diselamatkan Tuhan. Orang kudus adalah orang yang ditransformasi melalui pekerjaan Roh Kudus dari keadaan orang berdosa untuk mendapatkan keselamatan dari Yesus Kristus. Melalui keselamatan yang digenapi Yesus dan dilaksanakan Roh Kudus, orang berdosa menjadi orang kudus. Kita semua adalah orang berdosa yang harus dihukum, patut binasa, dan masuk neraka. Tetapi orang berdosa dapat menjadi orang suci, terpilih, tergabung ke dalam Gereja yang kudus dan am, karena pelaksanaan keselamatan, anugerah penebusan Allah yang direncanakan sebelum dunia diciptakan, dilakukan di dalam sejarah, digenapi Kristus ketika inkarnasi, dan dilaksanakan Roh Kudus melalui penginjilan.

Setelah Allah mempersiapkan keselamatan dalam rencana kekekalan, dikerjakan di dalam sejarah dengan mengirimkan Kristus yang berinkarnasi, turun ke dunia, menggenapi rencana tersebut; dan setelah menggenapi semuanya di kayu salib, Yesus naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, berdoa syafaat bagi kita sampai Ia datang kembali. Dan pada saat yang sama, Roh Kudus diturunkan dari sorga menjadi pelaksana keselamatan yang sudah digenapi Kristus, untuk bekerja di dalam hati orang berdosa, agar mengubah mereka menjadi orang kudus. Orang berdosa menjadi kudus melalui pelaksanaan keselamatan yang dikerjakan Roh Kudus, melalui apa yang digenapi Kristus di atas salib. Roh Kudus melaksanakan apa yang sudah disiapkan dan digenapi oleh Kristus, dengan cara keselamatan yang dinikmati orang berdosa yang dijadikan kudus, karena mengalami pelaksanaan keselamatan oleh Roh Kudus. Pelaksanaan tersebut dilakukan dengan cara Roh Kudus turun untuk memuliakan Kristus dan bersaksi bagi Kristus

Jika tidak ada Roh Kudus, tidak ada yang dapat memuliakan Kristus, dan tidak ada yang mempunyai kekuatan untuk bersaksi bagi Kristus. Setelah Yesus dimuliakan, orang berdosa melihat kemuliaan Yesus, keagungan Yesus, dan mereka mulai sadar bahwa mereka berdosa. Dengan manusia melihat kesucian Yesus, barulah manusia bisa menyadari kenajisan dirinya. Dengan melihat keagungan Yesus, manusia baru sadar remeh dan hinanya diri. Di sini manusia baru menyadari bahwa tanpa pertolongan Tuhan, manusia tidak ada harapan; dan tanpa pertolongan Kristus, tidak ada pengampunan bagi dosanya. Manusia perlu Kristus!

Kita menyesal, bertobat, dan sadar memerlukan pertolongan Tuhan, memerlukan keselamatan dari Tuhan. Pertobatan adalah buah yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Ketika Roh Kudus memuliakan Yesus, meyakinkan manusia akan dosa, membawa kita bertobat, menyesal, serta meminta pertolongan dan pengampunan Tuhan, maka Roh Kudus memberikan hidup yang baru. Setelah kita menerima hidup yang baru, kita beriman kepada Tuhan, lalu dibenarkan di dalam iman. Roh Kudus juga yang membuat kita dibenarkan sehingga Roh Kudus melaksanakan keselamatan.

Jika orang Karismatik mengatakan bahwa orang Protestan tidak ada Roh Kudus, jangan engkau tertipu dan jangan mendengarkan kalimat yang tidak benar, karena apa yang disebut Roh Kudus bukan seperti penafsiran orang Karismatik tersebut, yaitu bisa berbahasa roh, menyembuhkan penyakit, mengusir setan, dan mengadakan mujizat. Empat gejala supranatural ini oleh orang Karismatik dianggap sebagai tanda adanya Roh Kudus. Alkitab tidak pernah berkata jika orang mempunyai kepenuhan Roh Kudus pasti berkarunia lidah. Alkitab juga tidak pernah berkata jika orang mempunyai kepenuhan Roh Kudus bisa mengusir setan. Tetapi Alkitab berkata, Roh Kudus akan melahirbarukan manusia dari orang berdosa menjadi anak-anak Allah. Roh Kudus membersihkan dosa, menjadikan seseorang suci, dan membenarkan kita menjadi milik Tuhan. Semua langkah keselamatan yang dialami dan dinikmati oleh orang Kristen adalah hasil pekerjaan Roh Kudus.

Doktrin Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari doktrin keselamatan. Setiap langkah keselamatan adalah pekerjaan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, tidak ada orang dapat mengaku Yesus sebagai Tuhannya, dan mengerti dirinya adalah orang berdosa. Roh Kudus menginsafkan kita akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh. 16:8). Roh Kudus datang agar orang berdosa bertobat, mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, dibenarkan, kemudian hidup baru dan suci, beriman (percaya) kepada Kristus seumur hidupnya. Pekerjaan Roh Kudus tidak boleh dipisahkan dari pekerjaan keselamatan manusia, di mana kita dibenarkan, dikuduskan, dipelihara, dan diberikan hidup yang penuh hasrat menanti dan berharap akan kedatangan Kristus yang kedua. Sebelum Kristus datang kedua kali, kita hidup di dalam kesucian, menjaga hidup kita, dan mempersiapkan diri untuk menantikan kedatangan-Nya.

Kesucian yang dimiliki orang Kristen memiliki tiga tahapan, yaitu: 1) kesucian status; 2) kesucian kondisi; dan 3) kesucian sempurna. Kalimat “Aku percaya pengampunan dosa” berarti aku percaya hidup kudus dari orang kudus. Pertama, pengampunan dosa yang disebut pengudusan secara status. Kedua, pengampunan dosa yang disebut pengudusan secara kondisi. Dan yang ketiga, pengudusan yang disempurnakan.

Pertama, kesucian status berarti ketika pertama kali seseorang menerima Yesus, yang dahulu adalah orang berdosa, kini ia disebut orang kudus, orang suci. Ini adalah kesucian secara status. Ia dikuduskan menjadi orang yang berstatus suci. Kedua, setelah statusnya suci, maka kini kondisinya juga harus suci. Seseorang yang secara status sudah disebut orang kudus, orang kudus dan am, tetapi secara kondisi ia masih belum kudus, belum suci. Pikirannya najis, mulutnya najis, matanya suka melihat yang kotor, tangannya suka mengerjakan yang najis, kakinya suka berjalan ke tempat yang najis. Maka, engkau perlu membersihkan matamu, membersihkan telingamu, membersihkan tanganmu, membersihkan kakimu, membersihkan pikiranmu, membersihkan mulutmu. Ketika Yesaya telah memberikan firman Tuhan yang suci, menegur dosa orang Israel dan bangsa lain, di dalam Yesaya 6 dia berkata, “Aku mempunyai mulut yang najis, hidup di tengah orang yang bibirnya najis.” Lalu Tuhan berkata, “Sekarang minta malaikat ambil arang dari mezbah untuk membersihkan mulutmu.” Mulut yang najis itu dibersihkan dengan arang yang dikuduskan, diambil dari mezbah, membakar dan membersihkan mulutnya. Di mana ada api penyucian, di sana ada pembersihan. Di mana ada pembakaran, di sana api menghanguskan semua yang najis. Roh Kudus datang membersihkan dan menyucikan. Jika statusmu sudah disucikan oleh Roh Kudus, sudah dibersihkan oleh darah Kristus, tetapi secara kondisi engkau belum suci, engkau memerlukan Roh Kudus untuk terus membakar hatimu. Ketiga, kondisi suci ini perlu disempurnakan ketika Tuhan Yesus datang kembali sampai mencapai kesucian sempurna. Sebelum kondisi suci, sudah ada status suci; tetapi kondisi suci belum cukup, melainkan harus suci sempurna, yang nanti disucikan ketika Yesus datang kedua kalinya. Tuhan menuntut kesucian sempurna. Inilah kesucian progresif, yaitu senantiasa setiap saat, setiap detik, dibersihkan lagi, disucikan lagi, terus-menerus tidak henti-hentinya dikuduskan. Tetapi proses ini belum cukup sampai Kristus dengan Roh Kudus menyempurnakan kesucian kita. Semua ini dilakukan oleh Roh Kudus ketika Yesus datang kembali. Gereja dibuat sebagai tempat orang suci berkumpul, berbakti kepada Tuhan yang suci, untuk mendengarkan firman yang suci, menyanyikan lagu suci, mengingat perjanjian Tuhan yang suci, menerima perjamuan suci, dan memegang janji suci dalam firman Tuhan.

Sejak awal status gereja suci tetapi tidak semua di dalam gereja suci. Di dalam gereja ada kotoran, sampah, dan debu yang perlu dibersihkan. Jadi secara status gereja suci, tetapi secara kondisi sering tidak suci. Demikian juga orang Kristen, secara status sudah suci tetapi secara kondisi sering tidak suci. Orang Kristen secara kedudukan sudah dikuduskan, namun secara hidup sehari-hari mempunyai banyak dosa. Oleh karena itu, kita harus minta Tuhan memberikan kepada kita hasrat kuat untuk setiap saat, setiap menit, setiap detik, hidup dalam kesucian untuk memuliakan Tuhan. Ketika diselamatkan Tuhan, diperanakkan Roh Kudus, dibersihkan oleh darah Yesus, saya disebut orang kudus.

Seseorang yang sudah diampuni dosanya, memang secara Kristen ia sudah diperanakkan dan sudah menjadi orang kudus, tetapi hidupnya masih kurang suci. Semua orang suci, statusnya adalah orang suci yang sudah dikuduskan, namun hidup kerohaniannya masih banyak kekurangan, masih sombong, malas, pakai tipu muslihat, ada ketidakjujuran, dan lain-lain. Tuhan mengatakan, antara selang dan selang masih ada debu; antara kayu dan kayu masih ada sampah; dan semua itu perlu dikeluarkan dan dibersihkan. Ketika kita mengatakan, “Aku percaya kepada pengampunan dosa,” bukan dimaksudkan pengampunan dosa yang pertama kali ketika seseorang diselamatkan menjadi orang Kristen, tetapi pengampunan dosa yang setiap hari kita masih lakukan. Oleh karena itu, tidak mengakui dosa, membiarkan segala kejahatan dan kenajisan bertumpuk dalam hati adalah hal-hal yang perlu dibersihkan.

Engkau berkata, “Saya sudah diselamatkan, sudah menerima Tuhan.” Stephen Tong diperanakkan pula oleh Tuhan tahun 1957, tetapi Stephen Tong dikuduskan senantiasa oleh Tuhan setiap hari, kemarin, hari ini, bahkan besok, dan hari-hari kemudian; setiap detik perlu dikuduskan oleh darah Yesus. Inilah arti kalimat: Aku percaya kepada pengampunan dosa. Penyucian progresif (progressive sanctification) atau penyucian kondisional adalah kesucian yang terus-menerus. Setiap waktu, setiap saat, kita perlu dikuduskan. Inilah kondisi kerohanian kita. Banyak orang Kristen yang kelihatan baik tetapi hidupnya bau, dosanya banyak. Kelihatan indah tetapi kebersihan kurang; kelihatan indah, rajin, tetapi kurang suci. Oleh karena itu, kita perlu “Aku percaya kepada pengampunan dosa.”

Pengampunan dosa akan menjaga agar kesucian kita senantiasa bersih. Hal ini tidaklah mudah. Yesus berkata kepada Petrus, “Engkau memang sudah mandi, tidak perlu dimandikan lagi. Engkau cukup hanya dicuci kakimu.” Tubuh kita memang sudah mandi dan bersih, tetapi kaki kita berjalan ke sana sini dan banyak terkena kotoran sehingga perlu dicuci. John Calvin mengatakan, “The saint is not a man without committing sin” (orang kudus bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa). Tetapi orang kudus adalah orang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap dosa kecil yang dia perbuat. Jika engkau berbuat dosa kecil sekali, tetapi pekanya besar luar biasa, itu namanya orang yang menjaga kesucian. Orang Kristen yang hidupnya suci akan memelihara kesucian dan ingin terus hidup suci, tidak mau menoleransi sedikit pun dosa yang tetap berada dalam jiwanya. Ia akan minta kepada Tuhan untuk membersihkannya karena adanya penyucian progresif.

Aku percaya kepada pengampunan dosa. Kalimat ini tidak muncul di dalam agama Buddha, Hindu, Islam, dan agama lain karena tidak ada agama yang mempunyai penanggung dosa, penghapus dosa, yaitu Juruselamat seperti Kristus. Di dalam agama-agama, kalau seseorang berbuat dosa, ia harus berbuat jasa untuk menggantikan dosa yang diperbuat. Mungkinkah jasa mengganti dosa? Alkitab tidak mengajarkan bahwa jasa manusia bisa mengganti dosa yang diperbuat. Alkitab hanya mengajarkan, “Berbahagialah orang yang dosanya diampuni.” Itulah berkat yang sejati. Mazmur 32 menuliskan, “Berbahagialah mereka yang dapat menutupi dosanya, yang bisa menghapus dosanya,” mereka yang diberkati Tuhan. Alkitab mengatakan, “Aku akan menghapus dosamu.” Inilah janji Tuhan.

Berkenaan dengan dosa, Allah memberikan empat janji: 1) Aku menghapus dosamu; 2) Aku menginjak dosamu di bawah kaki-Ku; 3) Aku melempar dosamu ke dalam laut sedalam-dalamnya; dan 4) Aku membuang dosamu dari timur ke barat, sejauh mungkin. Inilah cara Tuhan mengampuni dan menghapus dosa kita. Inilah yang dipercaya oleh setiap orang dalam Pengakuan Iman Rasuli.

Aku percaya kepada pengampunan dosa. Penghapusan dosa adalah karena darah Kristus, karena Dia mati bagi kita di atas kayu salib. Alkitab berkata, “Melalui tirai yang di tengah, yang dibelah, Dia sudah membuka jalan, membuka hidup baru bagi kita menuju sorga.” Tirai di sini menunjuk kepada tubuh Kristus. Tirai Bait Allah memisahkan antara tempat suci dan tempat mahasuci sehingga yang di luar tidak boleh masuk ke dalam, dan yang di dalam tidak boleh keluar. Yang di luar tidak dapat melihat ke dalam, sementara yang di dalam tidak mungkin tampak dari luar. Ketika Yesus dipaku di atas salib, Dia mengatakan, “Genaplah!” Pada saat itu tubuh-Nya dipecahkan dan Ia sudah memecahkan tirai Bait Suci tersebut yang menyatakan bahwa “jalan sudah terbuka”, sehingga kita yang di luar dapat masuk ke dalam tempat mahasuci.

Di dalam Yesaya 59:9 tertulis, “Sebab itu keadilan tetap jauh dari pada kami dan kebenaran tidak sampai kepada kami. Kami menanti-nantikan terang, tetapi hanya kegelapan belaka, menanti-nantikan cahaya, tetapi kami berjalan dalam kekelaman.” Bukan karena tangan Tuhan terlalu pendek sehingga tidak cukup panjang untuk menolong kita. Tetapi karena dosa kita telah memisahkan kita dari Tuhan sehingga di tengah-tengah kita dan Tuhan ada pemisah, yaitu dosa yang menyekat kita dari muka Tuhan yang penuh cinta kasih. Tidak ada seorang atau siapa pun yang sanggup untuk membuka pembatas ini. Tidak ada seorang pun yang dapat memberi jalan kecuali Tuhan Yesus Kristus. Hal ini telah diwahyukan sejak buku pertama Kitab Suci yaitu di dalam Kitab Kejadian.

Saat Yakub melarikan diri dari kakaknya, suatu malam ia sedang tidur lalu bermimpi ada satu tangga turun dari sorga ke bawah, menjadi jembatan antara dia di dunia dan Allah di sorga. Jembatan ini menjadi pengantara, menjadi Juruselamat, menjadi sambungan yang memisahkan dua entitas menjadi satu. Hal ini membuktikan adanya keselamatan di dalam Yesus karena Yesus adalah tangga yang turun dari sorga ke bumi dan menjembatani Tuhan Allah yang suci dengan manusia yang berdosa. Ketika Yesus turun dari sorga, seperti jembatan yang dikaruniakan dari sorga ke bumi, maka malaikat turun naik di atas tangga ini, membawa doa kita supaya diterima oleh Allah Bapa di sorga, dan membawa anugerah dari Tuhan Allah di sorga turun kepada manusia.

Pengampunan dosa menjadikan kita dapat bersatu kembali dengan Allah. Jika dosa kita tidak diampuni, ada halangan antara kita dan Allah, dan tidak ada yang dapat menyatukan kita dengan Allah. Karena Kristus telah mati untuk dosa kita, maka ada pengampunan dosa, dan Allah memberikan hidup yang baru. Melalui Kristus sebagai Pengantara, sorga dan bumi bisa bersatu. Perpisahan sudah dibuang, dosa sudah diampuni, dan kita menempuh jalan yang baru, kembali kepada Allah.

Satu Yohanes 1:7 menuliskan, “… jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Dan sesudah itu, darah Yesus akan membersihkan kita terus-menerus, yang terlihat dalam bentuk present continuous (bahasa Inggris), atau present tense (bahasa Yunani). Karena kita bersekutu di dalam terang, sama seperti Tuhan berada di dalam terang, maka persekutuan ini mengakibatkan pengampunan dosa.

Aku percaya kepada Gereja yang kudus dan am. Aku percaya persekutuan orang kudus. Aku percaya pengampunan dosa. Jika kita hidup di dalam terang, hidup di dalam kesucian, di dalam pengudusan progresif dari Roh Kudus, darah Yesus akan terus-menerus menyucikan kita selama-lamanya. Darah Yesus akan membersihkan kita senantiasa tiada henti sampai Yesus datang kembali. Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadikan kita orang Kristen yang hidup di dalam terang, hidup di dalam kesucian, dan terus-menerus menerima darah yang membersihkan kita

PENGAKUAN IMAN RASULI - Pdt. Dr. Stephen Tong
-Amin.
Next Post Previous Post