MENGEKANG LIDAH (YAKOBUS 3:1-5)
Pdt. DR. Stephen Tong.
Yakobus 3:1-5 :1. Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
2. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
3. Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
4. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
5. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.
Setelah kita membahas tentang pentingnya kelakuan dan iman, hidup rohani kita yang sudah dibenarkan oleh Tuhan harus dinyatakan dalam perbuatan kita yang bisa disaksikan oleh sesama. Karena manusia tidak bisa melihat keberadaan Allah kita, tetapi hanya bisa melihat kita yang sudah diselamatkan, yang hidup di tengah-tengah mereka. Jadi, musuh kekristenan mungkin ada di dalam gereja, di dalam diri orang-orang yang mengaku dirinya sudah menerima Tuhan, tapi tingkah lakunya waktu di luar gereja, bertentangan dengan FirmanNya, itu sebabnya surat Yakobus, Tuhan beri untuk mengoreksi konsep orang Kristen yang hanya mementingkan iman, tapi tidak peduli akan kelakuan.
Setelah Yakobus membahas tentang perbuatan kita yang akan membuat kita dibenarkan oleh orang-orang di sekitarmu: benar, dia adalah saksi Kristus, orang yang benar-benar beriman. Bukan untuk mendapat pujian ketika memuliakan Tuhan. Jadi memuliakan Tuhan bukan memuji Tuhan di paduan suara atau di vokal group, melainkan membantu orang yang berada di dalam kesulitan baik dalam bentuk moril, doa, maupun material. Allah yang bajik memberimu kekuatan untuk melakukannya. Yakobus memulai ps.3 dengan kalimat: hai saudara-saudara, jangan banyak orang di antara kamu mau menjadi guru. Mengapa? Karena kita tahu. Apa yang kita tahu? Guru akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Kadang-kadang kita menemukan, ayat yang sepertinya tak punya kaitan dengan bagian sebelum dan sesudahnya sangatlah menarik. Karena Kitab Suci adalah Firman Tuhan yang bersifat organik: hidup, maka setiap ayat pasti saing kait-mengait: kelakuan adalah cerminan konsep-konsep yang ada di dalam batinmu: you do what you think. Lalu apakah yang menjadi dasar dari pikiran kita? Ajaran! Jadi, perbuatan kita punya kaitan yang erat dengan pikiran kita, pikiran kita punya kaitan yang erat dengan pengajaran yang kita terima. Dengan pemahaman itu, kita tahu Yak obus 3:1, tidak mungkin tidak punya hubungan dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.
Itulah yang disebut pemahaman Kitab Suci secara organic understanding –pemahaman yang sulit kita temukan di buku-buku commentary manapun. Namun metode inilah yang akan memberi pengaruh pada penafsiran Alkitab abad ke-21. Kita berharap, orang Kristen bisa melihat Alkitab dengan lebih tuntas, karena ayat-ayat Alkitab punya kaitan yang begitu erat. Pengajaran yang tidak beres mengakibatkan pemahaman yang tidak beres, pemahaman yang tidak beres mengakibatkan kelakuan yang tidak beres. Mengapa perlu ada pengajaran? Karena ada kebenaran yang perlu disalurkan. Mengapa saya mengajar? Karena saya yakin, saudara membutuhkan kebenaran. Masalahnya: yang saya ajarkan itu Kebenaran yang sejati, atau pengertian salah saya terhadap kebenaran. Kalau saya sudah salah mengerti kebenaran, bahkan mengajarkannya pada saudara, itu berarti saudara menerima pengajaran yang salah. Maka, pengajaran itu penting luar biasa.
Zaman dulu, di Tiongkok, ada seorang perampok yang tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Sebelum dieksekusi, dengan tangan yang terikat dia diarak keliling kota, jadi tontonan ribuan massa, tentu merasa malu luar biasa. Pihak berwajib memberinya satu kelonggaran untuk mengajukan satu permintaan, katanya, aku ingin berbicara dengan ibuku yang pasti berbaur di tengah kerumunan massa. Merekapun meminta ibunya menemui dia. Sang ibu maju ke depan dengan air mata yang berlinang-linang, dia tak pernah membayangkan dirinya harus menyaksikan buah kandungnya dieksekusi mati. Dia mendekati anaknya dengan rasa malu bercampur sedih, ketika dia sudah berada di dekat anaknya, anaknya berkata, mama, saya ingin menyampaikan sesuatu yang bersifat rahasia, bisakah kau mendekatkan telingamu ke mulutku? Tapi begitu telinga si ibu mendekat pada mulut si anak, si anak justru menggigit telinganya sampai putus, lalu katanya, dengarlah, mama, karena didikanmu yang salah, uang, uang selalu memenuhi pikiranku, maka aku merampok dan harus berakhir seperti ini. Sungguh, banyak guru mengajarkan ajaran yang salah pada muridnya, banyak ibu mengajarkan hal yang salah pada anaknya, khususnya dalam dua hal: iman kepercayaan dan moral.
Seorang pendeta yang tidak mempelajari Firman Tuhan, tidak mengerti Firman Tuhan dengan sungguh, berani kotbah dengan sembarangan, dia tidak pernah berpikir; siapa yang bertanggung jawab atas pengajarannya yang tidak benar, yang sudah didengar ribuan orang? Akibatnya tentu sangat mengerikan: karena pengajaran salahmu yang sudah mereka dengar itu akan mereka laksanakan dan kabarkan.
Peribahasa mengatakan, yi yan ji chu, si ma nan zhui; perkataan yang sudah terlanjur diucapkan, 4 ekor kudapun tak mungkin bisa menariknya kembali. Jadi, perkataan, ajaran salah tidak bisa ditaraik kembali, dan pengaruhnyapun tak bisa diprediksi. Jangan lupa, banyak konsep yang salah diawali dari pikiran yang tidak benar. Orang yang pikirannya jahat, iri, egois sering mengucapkan kata-kata yang secara tidak langsung menghasut banyak orang, berbuntut kekacauan yang tak kunjung reda, karena perkataannya yang bergulir terus bagai bola salju, tak bisa ditelusuri dari mana asalnya. Kita sering mendengar orang berkata “saya hanya mengucapkan satu kalimat saja”, bukan? Padahal kalimat itulah yang mengundang malapetaka besar. Menurut peribahasa Tionghoa, penyakit masuk dari mulut, malapetaka keluar dari mulut, makananmu bisa saja mematikanmu, kata-katamu bisa mematikan orang. Jadi, mulut adalah pintu masuk dan keluar, yang masuk ke dalam mulut adalah materi, yang keluar dari mulut adalah moral, ide: makananmu bisa mengancam kesehatanmu, ide-idemu bisa meracuni masyarakat, merusak moral anak-anakmu.
Saya pernah bertanya pada seorang pemuda yang berusia 18 tahun “kelak kau ingin menikah dengan wanita yang seperti apa?” “janda yang kaya raya, meski tua, tidak masalah, setelah dia mati, saya akan menikah lagi dengan wanita muda yang cantik” “Hah! Apa katamu bisa kauulangi lagi?” “pak Tong, saya hanya bergurau” “Kamu berani bercanda seperti itu?” ingat: apa yang kita ajarkan pada anakmu, muridmu atau kawanmu tak gampang ditarik kembali. Jadi berhati-hatilah dengan ajaranmu! Itu sebabnya Yakobus memulai ps.3 dengan pengajaran: what you teach: say to others, convey what you have in your heart –itulah yang Yesus Kristus katakan. Dan yang Yakobus maksudkan dengan guru tentu bukan guru yang mengajar fisika, matematika, ilmu pasti, melainkan guru yang mengajar teologi, moral. Karena guru yang mengajar disiplin ilmu seperti itu hanya menyalurkan sesuatu pada muridnya, hidup dari si guru tidak berpengaruh pada muridnya. Sementara guru yang mengajarkan teologi, moral, kalau sendirinya tidak mengerti apa yang dia ajarkan, iman murid-muridnya akan diselewengkan. Kalau kelakuannya tidak beres, tentu akan menyeret muridnya menyeleweng secara moral. Karena moral itu beyond logic, beyond reasoning power, punya pengaruh yang sangat mengerikan. Hitler punya konsep yang salah: bangsa Jerman adalah bangsa yang paling superior, maka Jerman seharusnya menjadi pimpinan, menguasai seluruh bangsa. Akibatnya, tidak sampai 10 tahun kemudian, 6.5 juta orang Yahudi dibantai. Jadi, setting pikiran yang salah menghasut orang melakukan hal yang begitu mengerikan.
Mengapa kita mengadakan sekolah teologi untuk kaum awam, juga mencetak buku-buku teologi? Karena kebenaran yang dibutuhkan oleh abad ini sudah begitu simpang siur, maka harus kembali kepada ajaran yang benar. Yesus Kristus dipuji oleh Allah Bapa. Dia tidak kecewa, tidak putus asa, tidak berasap bagaikan sumbu yang hampir padam, tidak akan terkulai bagaikan buluh yang terpatah, sampai kebenaran ditegakkan di atas bumi (Yesaya 42) –itu jugalah tugas hidup kita.
Hai semua orang di GRII perhatikanlah: berapa banyak usaha yang kau kelola, berapa banyak uang yang kau dapatkan adalah urusan sekunder, hanya untuk menunjang hidupmu. Karena tugas hidup kita yang utama adalah: menegakkan kebenaran, mengabarkan Firman, memberitakan Injil, melaksanakan kehendak Allah; the greatest privilege of man living on this earth is to glorify God and to enjoy Him –ajaran teologi Reformed. Kalau konsep-konsep yang benar ini tertanam di dalam diri kita tentu akan mempengaruhi pikiran kita, kelakuan kita, kebiasaan hidup kita sehari-hari. Ay.1, jangan banyak orang menjadi pendeta, pengajar yang asal-asalan, karena mereka akan dihukum dengan standar yang lebih tegas.
Kata Martin Luther, kecuali kau punya panggilan yang benar-benar dari Tuhan, kau mau menjadi orang yang bertanggung jawab, kalau tidak, janganlah menjadi hamba Tuhan. Memang parodoks: saya adalah seorang hamba Tuhan di abad ke 20-21 yang paling banyak memanggil orang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, tapi saya juga tahu, kelak hamba Tuhan akan menerima penghakiman yang berat. Jadi, yang penting bukanlah melayani atau tidak melayani, melainkan melayani dengan sungguh-sungguh atau tidak. Maka bereskanlah pengertianmu, belajarlah dengan baik, lalu melayani segiat mungkin. Dengan cara itulah, Tuhan dimuliakan, manusia beroleh berkat. Peribahasa Tionghoa mengatakan chu shi jie duo yan, yan duo bi shi; dalam hidupmu sebagai manusia ada satu pantangan: jangan banyak bicara.. Orang yang banyak bicara pasti tenggelam dalam kesalahan. Setelah statement jangan banyak orang menjadi guru, barulah disambung dengan statement; harus mengekang lidahmu.
Sejak kecil, saya selalu berpikir, mengapa kita punya dua mata, dua telinga, padahal mata hanya punya satu fungsi: melihat, telinga hanya punya satu fungsi: mendengar, sementara mulut yang punya begitu banyak fungsi: makan, minum, berbicara, bersiul, mencium anakmu, menggantikan fungsi hidung saat hidung tersumbat….. Hanya ada satu? Xenophanes, filsuf Gerika memberi jawab: the nature grant us with two eyes and two ears, but only one mouth is for us to see more, to listen more, and to talk less. Namun bagi saya, ajaran Alkitab begitu berbeda: not the nature grant us with two ears, two eyes, but God created us. Mengapa Allah menciptakan kita dengan dua mata, dua telinga tapi hanya satu mulut? Agar kita bisa melihat yang baik dan yang jahat dengan mata kita, mendengar yang benar dan yang salah dengan telinga kita, tapi setelah kau terima semua datanya saat kau harus bersaksi, bersaksilah hanya untuk kebenaran.
Seperti kata Yesus, jika ya, katakanlah ya, jika tidak, katakanlah tidak. Kalau banyak bicara berasal dari si jahat, artinya: you say something only to witness truth, to support the right one. Kita belajar dari diri Yesus Kristus, tak satu kalimat yang tidak benar, yang bukan bersaksi bagi kebenaran keluar dari mulutNya. Saat Dia harus menyatakan pendirinan, kataNya: aku dilahirkan sebagai Raja, I come to be the witness of the truth. Pada waktu diminta untuk melakukan mukjizat oleh Herodes, Dia membungkam, karena Dia tahu, Herodes tidak layak menyaksikan mukjizat atau mendengar satu kalimat dari mulutnya.
Jangan ada banyak orang ingin menjadi guru, karena pengajaran salah yang keluar dari mulut kita akan merusak moral, etika seluruh dunia. Lalu sambungnya, jika seorang tidak bersalah dalam kata-katanya, dia adalah orang yang sempurna? Mungkinkah kita jadi sempurna karena melakukan Taurat? Tidak mungkin, tapi Taurat bisa menyempurnakan kita. Dengan cara apa Taurat menyempurnakan manusia? Cinta kasih; saat kau benar-benar mengasihi Allah dan sesama, kau sempurna di mata Taurat. Selain itu, kau akan disebut sempurna, kalau kau tidak melakukan kesalahan dengan mulutmu.
Coba pikirkan, apa sebabnya kau merasa jengkel, benci, dendam, pada seseorang? Tentu, karena di hatimu, dia pernah mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan, sangat menghinamu di depan banyak orang, kata-katanya tak bisa kau lupakan seumur hidup, bukan? Maka kata Yakobus, kalau kau bisa mengekang mulutmu dengan baik, kau adalah orang yang sempurna. Menahan diri dimulai dari menahan lidah. Karena lidah adalah anggota tubuh kita yang ukurannya tidak besar, tapi bisa mendatangkan malapetaka, mengakibatkan peperangan, kebencian yang tidak berakhir itu. Itu sebabnya, belajarlah untuk mengekang lidahmu, belajarlah memilih kata-kata yang bersifat konstruktif mengucapkannya seturut urutan yang benar.
Kalau kau menghardik anakmu: hey, mengapa kamu begitu kurang ajar? Meski kau pintar, percuma saja. Coba balikkan, kau adalah anak yang pintar bukan? Jangan nakal, jangan kurang ajar ya. Sama-sama mengatai dia kurang ajar dan pintar, tapi hasilnya sangat berbeda. Maka berkata-kata perlu bijaksana. Investasi terbesar dalam hidup bukanlah uang melainkan smiling face, wisdom in speech is so friendly in approaching. Yakobus 3 adalah satu-satunya pasal di Alkitab yang membahas lidah dan khasiatnya, juga membahas bijaksana yang sangat berbeda konteksnya, tapi tidak berbeda sifatnya dengan bijaksana yang dibahas Perjanjian Lama. Semua kita ingin menjadi orang berilmu, belum tentu bijaksana, sebaliknya orang bijaksana pasti menyukai ilmu. Bijaksana berasal dari mana? Menahan nafsu, menahan nafsu dimulai dari menahan lidah. Jadi, kalau lidahmu tak mau dikekang, suka membocorkan rahasiai mengatakan hal yang membuahkan kekacauan, perselisihan, dia patut ditusuk dengan pedang, agar tidak bicara lagi.
Mari kita minta Tuhan menolong kita belajar untuk menguasai lidah. Dan menguasai lidah diawali dari menguasai hati. Peliharalah hatimu lebih dari memelihara segalanya, karena dari sanalah terpancar seluruh hidupmu. Saat hatimu, pikiranmu, kata-katamu…dikontrol oleh Roh Kudus, kau akan menjadi orang yang sempurna. Maka serahkanlah hatimu kepada Tuhan, agar pikiranmu diisi dengan FirmanNya, lidahmu hanya bersaksi bagi kebenaran.
Kiranya Tuhan memimpin kita menjadi orang Kristen, pelayan Tuhan yang berani mempertanggung jawabkan setiap kalimat yang keluar dari mulut kita.
Yakobus pasal 3 adalah satu-satunya pasal di Alkitab yang membahas satu perkara: lidah secara panjang lebar. Bisakah kita menyetujui, tidak ada satu anggota tubuh yang lebih besar pengaruhnya dari lidah? Ay.1: Jangan menjadi guru yang mengajarkan sesuatu yang salah, karena guru akan dihakimi lebih berat dari orang lain. Selanjutnya, Yakobus memakai beberapa perumpamaan untuk melukiskan lidah. Minggu lalu kita sudah membahas: lidah adalah tanda dari kemahiran rohani seseorang. Jika seorang tak mampu menahan lidahnya, dia akan menjadi sumber malapetaka bagi masyarakat. Karena satu kalimat yang benar dapat membangun iman, memberi pengharapan dan cinta kasih, tapi satu kalimat yang tidak benar bisa merusak relasi, keharmonisan yang ada. Hal itu berlaku baik di politik, rumah tangga, bahkan persahabatan pribadi.
Beberapa tahun ini, kita menyaksikan para politikus yang tidak pandai menggunakan lidahnya, mengakibatkan ketegangan antar bangsa. Habibie pernah mengatakan “Apa itu Singapura? Hanya satu titik merah di atas peta” mengakibatkan hubungan Indonesia-Singapura memburuk, perlu mengeluarkan begitu banyak uang, tenaga, pikiran untuk meluruskannya. Maka mengucapkan kata-kata yang bernada mengumpat, menfitnah, mengkritik, melecehkan itu mudah, tapi untuk menariknya kembali itu tidak mudah. Banyak kali kita hidup berdasarkan perasaan, orang yang perasaannya terluka akan memusuhi orang yang dia anggap telah melukainya, dan rusaklah relasi yang tadinya harmonis, itu sebabnya kita perlu hati-hati dalam berbicara. Jika bicara kita tidak didasarkan pada pikiran yang sehat, hanya sekadar mencetuskan nafsu kita lewat lidah, kita menebar kebencian bahkan menyulut peperangan. Kalimat yang didasarkan pada keputusan yang salah, plus memaksa orang taat pada kuasa yang dia miliki, bahkan mendatangkan malapetaka yang sangat besar.
Mengapa Hitler kalah? Sebenarnya negara pertama yang mengetahui rahasia membuat bom atom adalah Jerman. Karena Albert Einstein dan orang-orang yang pikirannya secermerlang dia berada di Jerman. Tapi karena Hitler mengambil keputusan yang salah, Jerman harus mengalami kehancuran. Jendral Gorrin mengusulkan untuk menyerang ke bagian barat yaitu Prancis, tetapi Hitler justru memerintahkan untuk ke Timur, karena menurut perkiraannya, orang-orang Soviet yang tidak puas akan pemerintahan Moskow akan membantu dia.
Waktu saya berkotbah di Kiev, Ukraina, Belarusia, mereka memberitahu saya saat Hitler beserta tentara Jerman datang ke Uni Soviet, orang Soviet mengharapkan mereka membantu rakyat di Ukraina, Belarusia, Kazaktan, yang dipaksa bergabung oleh Soviet untuk menghancurkan Moskow. Maka mereka membantu tentara Jerman. Tapi lambat laun, timbul pemberontakan besar terhadap Hitler, maka akhirnya tentara Jerman mengalami kekalahan total di Rusia, mereka harus mengikuti jejak Napoleon yang mundur dari Moskow pada tahun 1812.
Contoh lain: bulan Desember 1989, Ceaucescu, Presiden Romania itu harus mati, apa sebabnya? Dia seorang dikator komunis, sudah menyiapkan segalanya. Membangun satu istana presiden yang begitu besar dan megah, di bawah istana dibuat jalan yang menuju ke pelabuhan dan airport. Di atap istana juga dibangun Helipad, sehingga jika terjadi revolusi, dia dapat melarikan diri. Di depan istana dibangun the Victory of Socialism Boulevard. Untuk itu, bangunan-bangunan di sisi jalan termasuk 13 buah gedung gereja harus dirobohkan. Saat dia pulang dari Cekoslowakia, dia berpidato pada puluhan ribu orang, biasanya orang komunis meresponi pidatonya dengan: Yes, Long Life…… Tapi kali itu, semua orang mengkritik dia, pemberontakan-pun tak bisa lagi dibendung. Dia segera memerintahkan helikopter untuk datang, semua orang penting dalam kabinetnya diajak naik helikopter. Walaupun pilotnya mengatakan muatan sudah melebihi kapasitas, jangan ada yang naik lagi. Dia tak mau tahu, tetap menyuruh dua orang yang sangat setia padanya untuk naik. Karena kelebihan ratusan kilo, helikopter terbang rendah dengan kecepatan yang sangat lambat, dan dipaksa turun oleh pemberontak. Dia dan nyonyanya ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Pada tanggal 25 Desember, mereka dieksekusi dengan diberondong oleh lebih dari 16 orang bawahannya yang sangat membencinya. Lidahnya telah menjadi pengantara dari keputusan yang salah dan kecongkakan hatinya, membawanya pada kematian.
Coba renungkan, mengapa kau memusuhi seseorang? Mengapa terjadi perselisihan di gereja? Mengapa suami isteri bertengkar? Anak-anak tidak menghormati kita? Jawabannya hanya satu, lidahmu pernah mengucapkan kata-kata yang tidak beres. Jadi pengajaran yang kita dapatkan hari ini sangat penting: lidah yang tak dikontrol, yang terlalu cepat berkata-kata, mengacaukan segalanya. Di seluruh Kitab Suci, tak ada bagian yang membahas soal mengontrol lidah lebih tegas dari bagian ini. Mimbar yang kotbahnya tidak karuan, disebabkan oleh lidah yang tidak dikendalikan kebenaran. Pemuda-pemudi rusak, karena papa mamanya, gurunya memberi pengajaran yang salah. Mengapa orang luar menilai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang selalu membuat kerusuhan, iri, membakar milik orang lain dan sebagainya, padahal orang yang pernah datang ke Indonesia, pernah bergaul dengan orang Indonesia, tahu: bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, berkebudayaan tinggi, suka damai? Karena dihasut oleh orang yang tidak mengendalikan lidahnya.
Yakobus 3: 2:How to be a perfect man? Tidak gampang, bukan? Karena perlu ditinjau dari keseluruhan hidupnya: benar-benar tidak terdapat cacat cela, tapi kata Yakobus, cukup ditinjau dari satu perkara: mengendalikan lidah. Karena tidak ada anggota tubuh kita yang lebih berbahaya dari lidah: mata yang salah melihat juga mendatangkan malapetaka: Daud melihat Betsyeba yang sedang mandi, hidupnya menjadi rusak. Telinga yang salah mendengar, juga bisa berbahaya. Tapi lidah mendatangkan bahaya yang lebih konkret dan lebih menakutkan. Itu sebabnya, jika kau berhasil mengendalikan lidahmu; tak bersalah dalam kata-katamu, kau adalah orang yang sempurna, kau bisa mengendalikan seluruh tubuhmu, bahkan mengontrol seluruh masyarakat. Orang yang tak mampu menguasai diri, tak mungkin menjadi pemimpin yang baik. Yakobus menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk melukiskan lidah kita:
1. Kuda dan kekang. Dengan memasang kekang di mulutnya, kuda dapat menuruti kehendak penunggang kuda. Tuhan menebus kita, karena Dia mau memakai kita, menyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita, mencapai tujuan kita hidup di dunia. Dalam hidup kuda ada 2 hal yang paling penting, kakinya dipasang tapal kuda, agar dia bisa menempuh perjalanan yang jauh tanpa terluka. Mulutnya dipasangi kekang, agar dia bisa mematuhi kehendak majikannya. Perumpaan ini mengindikasikan: kita perlu mengekang lidah. Kuda adalah alat transportasi yang paling penting, juga menjadi alat perang yang paling menolong dalam sejarah manusia. Sampai abad 19, manusia baru menggunakan mesin untuk menjalankan kereta api, mobil, mesin pesawat…… tapi sebelumnya transportasi yang membantu manusia untuk dapat bepergian kemana-mana dengan cepat adalah: kuda. Masalahnya hanya satu, bagaimana mengontrol si kuda. Dan pengontrolan atas kuda tergantung satu hal: kekang yang dipasang di mulutnya, begitu juga hidup kita, hal pertama yang harus kita kekang adalah lidah.
2. Kapal dan kemudi. Pada saat manusia belum menemukan mesin, kapal berlayar dengan menggunakan tenaga angin, tapi perlu dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil, agar kapal melaju seturut kehendak juru mudi. Di manakah kemudi diletakkan? Di buritan. Saat kau memutar kemudi, kapal pun berbelok. Meskipun kemudi itu kecil, dialah yang mengendalikan kapal yang besar. Titanic tenggelam, karena mereka terlambat memutar kemudinya. Saat Titanic melakukan pelayaran perdananya dari Inggris ke New York, surat kabar Times, mengomentarinya sebagai kapal terbesar yang pernah ada di sejarah manusia, bisa menampung ribuan orang, belum lagi fasilitasnya: kamarnya mewah bagai kamar hotel berbintang lima, ada pentas drama, kolam renang, arena berdansa yang besar luar biasa… dijuluki sebagai unsinkable ship. Tapi dua hari kemudian, mereka menerima telegram yang mengabari kapal itu tenggelam. Karena di tengah samudera Atlantik, mereka menemukan, gunung es yang besar mengarah ke kapal itu, mereka tak sempat memutar kemudinya, lalu menabrak gunung es, mereka pun menemui ajalnya. Contoh kedua ini mengingatkan kita: lidah menentukan arah hidup kita, kita harus menggunakannya dengan hati-hati, mengatakan kata-kata yang benar. Karena lidah yang kecil ini dapat mengucapkan kata-kata yang tidak bertanggung jawab, membual, berbohong, … perlu dikendalikan.
3. Api dan Hutan. Kita semua tentu tidak asing lagi dengan kebakaran yang menghanguskan hutan luas di California, Australia, Eropa,… awalnya mungkin hanya seorang membuang puntung rokoknya ke tumpukan rumput kering, tanpa dia sadari, puntung rokok itu berubah menjadi bunga api yang memperbesar, menelan ratusan bahkan ribuan hektar hutan, mengakibatkan malapetaka nasional, orang perlu menyemprotkan bahan pemadam kebakaran dari pesawat sampai berbulan-bulan baru berhasil memadamkannya. Saat dia melempar puntung rokok, memang sangat mudah, tak perlu menggunakan tenaga atau modal, tapi untuk mengembalikan hutan yang hijau butuh waktu puluhan tahun. Kalau kita memperhatikan soal pemeliharaan lingkungan, kita tahu, setiap detik ada lebih dari 10 hektar hutan terbakar. Jika tidak membuat rencana yang menyeluruh untuk membenahinya, 10 tahun yang akan datang, hutan yang tidak teratur dan bencana banjir yang sangat menakutkan pasti menelan banyak korban.
Di zaman Mao Ze Dong, yang menganggap dirinya paling pintar, dia menebang begitu banyak hutan untuk bahan bangunan dan akibatnya, sekarang ini, setiap tahun ada 3 bulan kota Beijing diserang pasir yang berasal dari Gurun Pasir di Gobi, Mongolia, Ganshu, propinsi-propinsi yang berjarak lebih dari 1000 Km. Sudah diprediksi, puluhan tahun berikut, bencana alam pasti meningkat sampai puluhan kali lipat, kecuali manusia bertobat. Bukan pertobatan pribadi, melainkan pertobatan masal, semua orang ikut memperhatikan, memelihara alam. Kalau tidak, perkataan Stephen Hawking, ahli fisika yang terkemuka itu akan terealisir sebelum abad ke-21 berakhir, tak ada manusia yang hidup di bumi. Para ahli Oceanologi, meteorologi, Geologi, juga mengatakan hal yang sama. Karena manusia melupakan satu statement di Alkitab: Hai Adam, budidayakanlah, peliharalah taman ini--- Mandat Budaya.
Yakobus 3: 5b-6, memberitahu kita kata-kata yang jahat, yang menghasut, menanam kebencian, menyulut peperangan,… berasal dari api neraka. Kalau kita tidak berhati-hati, saat kita mengucapkan sesuatu dengan sembarangan, tanpa kita sadari, dibalik kehendak kita terdapat kehendak setan yang mengacau. Kita tidak suka ditunggangi oleh orang lain, bukan? Ingat, saat hak kita diganggu dan kita marah, kita mengira bahwa kita sedang defend, padahal tanpa kita sadari, kita sedang offend. Baru terjadi di Paris, seorang pendeta mengatakan pada jemaat “Hari ini kita akan memberi persembahan khusus untuk membantu biaya perjalanan pendeta Anu yang sangat mahal” Niatnya baik, membantu, akibatnya: pendeta itu merasa tersinggung luar biasa, dia tidak berkata apa-apa. Tapi mulai hari itu, hubungan mereka tidak seharmonis dulu. Kalau saja dia berkata “Mari kita memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan” mungkin tidak akan terjadi apa-apa. Karena perasaan yang berbicara dan yang mendengar berbeda: yang berbicara merasa dirinya penuh cinta kasih, tapi yang mendengar merasa dirinya terhina. When you defend yourself unconsiously, you offend others. Do you realize it? Kadang kita berkata, saya cuma ngomong begitu tok, tanpa kita sadari perasaan orang sudah kena ketok (terluka). Jadi sebelum berbicara, pikirkan dengan seksama akan perasaan orang, kendalikan lidah dengan kebenaran, cinta kasih, pengertian, kesabaran. Jangan biarkan api neraka memercik ke hati kita, ke lidah, lalu membakar roda hidup: binasa. Di Amsal tertulis, lidah orang yang bijak adalah pohon hidup. Tetapi Yakobus mengatakan, lidah yang mengeluarkan kata-kata yang salah adalah api neraka yang menodai seluruh tubuh.
Ay. 7, manusia berhasil menaklukkan buaya, ular, harimau, macan tutul,… segala binatang buas, hanya satu yang belum dia taklukkan: lidah. Di ay.9-12 terdapat 2 perumpamaan.
4. Mata air. Mana mungkin mata air tawar mengeluarkan air asin? Karena sumber keduanya berbeda. Begitu juga mulut kita, kita perlu memutuskan untuk mengontrolnya. Saya harap, hari ini kita berjanji dengan mulut kita: hanya mengatakan kata-kata yang benar, yang membangun, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak mengatakan sesuatu yang berlebih, yang tidak ada buktinya, yang tidak bermakna, yang menimbulkan rasa benci, yang membuat orang bermusuhan. Biar hari ini, kita betul-betul minta Tuhan menolong kita untuk memilih menjadi mata air yang memancarkan air asin, air pahit, atau air tawar? Mengapa ada orang yang setiap diajak bicara, kata-katanya selalu memberi dorongan, rasa hangat, pengharapan? Karena dia sudah berjanji dengan lidahnya. Mengapa ada orang yang setiap diajak bicara selalu membuatmu merasa ingin marah? Karena dia tak berjanji dengan lidahnya. Biarlah mulut kita mengeluarkan air yang menghilangkan rasa dahaga, yang menyembuhkan dengan mengatakan kebenaran, cinta kasih, perdamaian—menjadi berkat bagi orang. Mari kita membiasakan diri tidak banyak bicara apalagi mengatakan kata kata yang tidak benar, tidak membangun.
5. Pohon dan Buah. Mungkinkah pohon zaitun mengeluarkan buah lain? Tak mungkin. Tuhan Yesus berkata “dari buahnya kau tahu akan pohonnya” Karena buah menandakan pohon itu masih hidup, menandakan jenis pohonnya, menandakan kualitas pohonnya, menandakan musim. Seorang Belanda yang bernama Nelly de Watts, 40 tahun silam mengatakan pada saya “Stephen, saat saya berbicara dengan seseorang, tak sampai 5 menit, saya bisa tahu dia itu orang Kristen yang sejati atau bukan, juga tahu bagaimana saya melayani dia” Sejak itu saya mulai belajar memperhatikan setiap kalimat yang keluar dari mulut orang, akhirnya Tuhan melatih saya, saat menjawab pertanyaan, tak lebih dari 5 detik, saya tahu iman, keraguan dari orang yang mengajukan pertanyaan, buku atau pikiran apa yang mempengaruhi dirinya. Inilah yang disebut sensitive to know others words. Seperti peribahasa Prancis, kecuali kau bungkam, when you talk to others, at the same time, you are introducing yourself with your words.
Kiranya Tuhan menolong kita menjadi orang yang berhati-hati, bertanggung jawab dan berbijaksana dalam berbicara. Mari kita berjanji di hadapan Tuhan: mulai hari ini kita mau mengendalikan lidah kita, mempersembahkan semua kata kata kita pada Tuhan, hanya mengatakan kata-kata yang penuh cinta kasih, bukan yang penuh kebencian, yang mendamaikan bukan yang memancing permusuhan, yang membangun bukan yang menjatuhkan, yang benar bukan yang sesat, yang suci bukan yang najis.
MENGEKANG LIDAH (YAKOBUS 3:1-5)
Amin.