TINDAKAN ORANG YANG SAKIT: Yakobus 5:14-16a

Pdt. Budi Asali, M. Div.
TINDAKAN ORANG YANG SAKIT: Yakobus 5:14-16a
TINDAKAN ORANG YANG SAKIT: Yakobus 5:14-16a
education, otomotif
.
Yakobus 5:14-16a - (14) Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. (15) Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. (16a) Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.

I) Penyakit yang diderita.

Yakobus 5: 14 mengatakan bahwa jemaat yang sakit harus memanggil penatua. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud sakit di sini, bukanlah seadanya penyakit yang remeh-remeh, tetapi penyakit yang cukup berat.

Bahwa yang dimaksud dengan sakit di sini adalah penyakit yang cukup berat, terlihat dari Yakobus 5: 14-15: “(14) Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. (15) Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni”.

1) Kata sakit dalam Yakobus 5: 14, dalam bahasa Yunaninya adalah ASTHENEI, dan kata itu juga digunakan dalam Yohanes 5:5 untuk menggambarkan orang yang lumpuh selama 38 tahun.

2) Orang sakit itu disuruh memanggil penatua, bukan datang kepada penatua (Yakobus 5: 14).

Kalau orang itu sakit yang ringan-ringan, pasti orang itu yang disuruh datang ke penatua. Bahwa orang itu disuruh memanggil penatua, jelas bahwa sakitnya cukup berat.

3) Kata-kata mendoakan dia (Yakobus 5: 14).

Kata-kata ini diterjemahkan oleh KJV/RSV/NIV/NASB sebagai pray over him (= berdoa di atasnya), bukan pray for him (= berdoa untuk dia).

Dari istilah ini, kelihatannya orang sakit itu berbaring dan penatua berdiri / duduk didekatnya sehingga posisi penatua itu lebih tinggi dari posisi si sakit. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa si sakit itu penyakitnya cukup berat sehingga harus berbaring.

4) Kata-kata Tuhan akan membangunkan dia (Yakobus 5: 15), menunjukkan bahwa tadinya sakitnya cukup berat, sehingga ia harus berbaring.

Kalau untuk seadanya penyakit yang remeh-remeh, seperti pilek, sakit perut, pusing dsb, jemaat memanggil penatua, maka itu akan betul-betul membunuh penatua! Jemaat harus belajar untuk tidak merepotkan penatua / pendeta secara tidak perlu. Dengan demikian mereka bisa melakukan tugas yang memang perlu!

Penerapan: kalau ada pendeta yang pk 12 malam atau pk 3 pagipun mau dipanggil untuk mendoakan orang sakit, maka biasanya ia dianggap sebagai pendeta yang rajin, penuh kasih, rela berkorban dan sebagainya. Memang ia rajin dalam bezoek, tetapi bagaimana dengan tanggung jawabnya yang terutama sebagai pemberita Firman Tuhan? Coba bandingkan dengan kasus di bawah ini.

Kis 6:1-6 - (1) Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. (2) Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. (3) Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, (4) dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman. (5) Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. (6) Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.

II) Apa yang harus dilakukan oleh si sakit?

1) Ia harus memanggil penatua jemaat / gereja (Yakobus 5: 14).

a) Perhatikan bahwa ia bukannya disuruh memanggil orang yang mempunyai karunia kesembuhan, atau pergi ke kebaktian kesembuhan, dsb, tetapi disuruh memanggil penatua. Bandingkan perintah ini dengan kecenderungan jaman ini dimana orang sakit selalu mencari orang yang mempunyai karunia kesembuhan, atau mencari kebaktian kesembuhan.

b) Penatua / tua-tua (Inggris: elder).

1. Penatua vs jemaat biasa / orang awam.

Tua-tua / penatua-penatua adalah orang-orang yang dipilih dari antara jemaat untuk menjadi pimpinan gereja (Majelis gereja / jemaat).

The Biblical Illustrator (New Testament): “The first thing to be noted in connection with this sending for the elders of the congregation by the sick man is, that in this Epistle, which is one of the very earliest among the Christian writings which have come down to us, we already find a DISTINCTION MADE BETWEEN CLERGY AND LAITY” (= Hal pertama yang harus diperhatikan berkenaan dengan pemanggilan tua-tua dari jemaat oleh orang sakit itu adalah, bahwa dalam Surat ini, yang merupakan salah satu yang paling awal di antara tulisan-tulisan Kristen yang telah sampai kepada kita, kita sudah mendapati pembedaan yang dibuat antara pendeta dan orang awam).

Kis 14:23 - “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka”.

Titus 1:5 - “Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu”.

Efesus 4:11-12 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.

Tetapi pembedaan ini sama sekali bukan untuk disombongkan / dibanggakan, ataupun disalah-gunakan untuk memerintah dengan semena-mena, tetapi justru untuk melayani.

1Petrus 5:1-5 - “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (3) Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. (4) Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. (5) Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”.

Bdk. Matius 20:20-28 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ (22) Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat. (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya. (24) Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. (25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

2. Penatua yang memerintah vs penatua yang mengajar.

Bdk. 1Tim 5:17 - Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”.

Berdasarkan 1Timotius 5:17 maka dibedakan adanya ruling elders (= tua-tua yang hanya memimpin gereja dalam hal organisasi saja), dan teaching elders (= tua-tua yang memimpin gereja dalam hal organisasi, tetapi juga mengajarkan Firman Tuhan).

Sekalipun Pendeta / penginjil termasuk dalam teaching elders, tetapi bagaimanapun perlu diperhatikan bahwa Yakobus mengatakan harus memanggil penatua. Jadi, ini bukan semata-mata tugas pendeta / penginjil, tetapi tugas semua penatua.

Untuk tua-tua perlu diperhatikan supaya mereka mau melaksanakan tugas ini, sedangkan untuk jemaat yang sakit, perlu diperhatikan untuk tidak tersinggung kalau yang datang adalah tua-tua, bukan pendeta / penginjil! Pikirkan bahwa kalau semua tugas dibebankan kepada pendeta / penginjil, maka ia tidak akan punya waktu untuk belajar Firman Tuhan, mempersiapkan khotbah dsb, sehingga akhirnya seluruh gereja dirugikan!

c) Si sakit yang harus memanggil penatua.

Jadi, penatua (majelis / pendeta) tidak bisa diharapkan harus tahu dengan sendirinya bahwa jemaatnya sakit. Jemaat yang sakit itu yang harus memberitahu / memanggil mereka. Jangan merasa sungkan karena merepotkan dsb, karena ini memang tugas penatua!

Setelah penatua datang, apa yang harus dilakukan oleh penatua?

1. Mendoakan si sakit (Yakobus 5: 14).

Si sakit memang bisa saja berdoa sendiri, tetapi Tuhan lebih mau mendengarkan doa orang yang benar / saleh. Ini terlihat dari Yakobus 5: 16b - Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Catatan: kata-kata bila dengan yakin didoakan sebetulnya salah terjemahan.

NIV: The prayer of a righteous man is powerful and effective (= Doa orang yang benar, berkuasa dan efektif).

Bdk. Yohanes 9:31 - Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendakNya.

Dan untuk mendukung kata-katanya dalam ay 16b ini Yakobus lalu memberikan contoh Elia dalam berdoa.

Yakobus 5: 17-18: (17) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. (18) Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.

Penatua seharusnya adalah orang yang benar / saleh (bdk. 1Tim 3:1-dst Titus 1:5-dst), maka penatua ditugaskan untuk mendoakan si sakit.


2. Mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan (Yakobus 5: 14).

Ini adalah kebiasaan Yahudi pada saat itu dan dilakukan oleh murid Yesus pada saat itu dalam Mark 6:13 - dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Ada beberapa pandangan tentang arti pengolesan minyak di sini:

a. Roma Katolik.

Ini dijadikan dasar dari sakramen perminyakan, yang diberikan oleh pastor kepada orang yang mau mati dan tujuannya adalah untuk mempersiapkan orang menghadapi kematian.

Pandangan ini jelas tidak cocok dengan text ini karena Yakobus memerintahkan hal itu dengan tujuan supaya orang itu sembuh, bukan untuk mempersiapkan orang itu menghadapi kematian.

b. Calvin.

Ini adalah sakramen sementara. Minyak menunjuk pada karunia kesembuhan dan karena karunia kesembuhan dianggap sudah lenyap, maka Calvin berpendapat bahwa sakramen sementara itu juga harus dibuang.

Kelemahan pandangan ini:

Tidak ada dasar untuk menganggap ini sebagai sakramen, karena tidak diperintahkan langsung oleh Kristus.

Kata bahasa Yunani yang digunakan di sini adalah ALEIPHO, yang berarti mengoles dengan minyak / meminyaki. A. T. Robertson (hal 65) mengatakan bahwa kata ini digunakan kalau hal pemberian minyak itu dilakukan bukan dalam upacara agama. Kalau dalam upacara agama, digunakan kata Yunani KHRIO (= to anoint / mengurapi). Dari kata ini didapatkan kata KHRISTOS (Kristus / yang diurapi). Jadi, pemberian minyak ini tidak mungkin dianggap sebagai sakramen. Hal yang sama terjadi dalam Markus 6:13 - dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Catatan: baik untuk Yakobus 5:14 maupun Mark 6:13 boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan anoint. Sekalipun kata ini biasanya diterjemahkan mengurapi (secara agamawi), tetapi tidak harus demikian. Websters New World Dictionary memberikan arti lain yaitu to pour or rub oil (= mencurahkan atau menggosokkan minyak). Bagaimanapun, baik dalam Yak 5:14 maupun dalam Mark 6:13, saya lebih memilih terjemahan Kitab Suci Indonesia (mengoles) dari pada Kitab Suci bahasa Inggris!

c. Pengolesan dengan minyak ini berhubungan dengan karunia kesembuhan.

Matthew Henry: “‎In the times of miraculous healing, the sick were to be anointed with oil in the name of the Lord. Expositors generally confine this anointing with oil to such as had the power of working miracles; and, when miracles ceased, this institution ceased also. In Mark’s gospel we read of the apostle’s anointing with oil many that were sick, and healing them, Mark 6:13. And we have accounts of this being practiced in the church two hundred years after Christ; but then the gift of healing also accompanied it, and, when the miraculous gift ceased, this rite was laid aside” (= Pada jaman penyembuhan secara mujijat, orang sakit harus diurapi / diolesi dengan minyak dalam nama Tuhan. Para penafsir pada umumnya membatasi pengurapan / pengolesan dengan minyak ini kepada orang-orang yang mempunyai kuasa untuk melakukan mujijat-mujijat; dan, pada waktu mujijat-mujijat berhenti, kebiasaan / praktek / hukum ini juga berhenti. Dalam injil Markus kita membaca tentang pengurapan / pengolesan dengan minyak yang dilakukan oleh rasul terhadap banyak orang sakit, dan menyembuhkan mereka, Markus 6:13. Dan kami mempunyai laporan / cerita tentang praktek ini yang dilakukan dalam gereja 200 tahun setelah Kristus; tetapi pada saat itu karunia kesembuhan juga menyertainya, dan pada waktu karunia yang bersifat mujijat itu berhenti, upacara ini disingkirkan).

Keberatan:

Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa karunia kesembuhan / bersifat mujijat sudah berhenti?

1Korintus 13:8-10 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

Saya berpendapat bahwa saat yang dibicarakan dalam Yakobus 5: 8,10 ini adalah akhir jaman / kedatangan Kristus yang keduakalinya / saat kita masuk surga. Jadi, bahasa Roh, nubuat, dan semua karunia yang bersifat mujijat, akan terus ada sampai saat itu.

d. Minyak adalah obat (bdk. Yesaya 1:6 dan Lukas 10:34).

Yes 1:6 - Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak”.

Lukas 10:34 - Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

A. T. Robertson: The use of olive oil was one of the best remedial agencies known to the ancients. They used it internally and externally. Some physicians prescribe it today. It is clear both in Mark 6:13 and here that medicinal value is attached to the use of the oil and emphasis is placed on the worth of prayer. There is nothing here of the pagan magic or of the later practice of extreme unction (after the eighth century). It is by no means certain that aleifoo here and in Mark 6:13 means anoint in a ceremonial fashion rather than rub as it commonly does in medical treatises. Trench (New Testament Synonyms) says: Aleifein is the mundane and profane, chriein the sacred and religious, word. At bottom in James we have God and medicine, God and the doctor, and that is precisely where we are today. The best physicians believe in God and want the help of prayer [= Penggunaan minyak zaitun adalah salah satu cara / alat pengobatan terbaik yang dikenal bagi orang-orang kuno. Mereka menggunakannya baik dari dalam / diminum maupun dari luar / digosokkan. Sebagian dokter menuliskan resep untuk itu pada jaman sekarang. Adalah jelas dari baik dalam Mark 6:13 dan di sini (Yakobus 5:14) bahwa nilai pengobatan dilekatkan pada penggunaan minyak dan penekanan diletakkan pada nilai dari doa. Tidak ada apapun di sini tentang magic dari orang kafir atau tentang praktek belakangan dari sakramen perminyakan (setelah abad 8). Adalah sama sekali tidak pasti bahwa ALEIFOO di sini dan dalam Mark 6:13 berarti mengurapi dalam suatu cara / mode yang bersifat upacara dan bukannya menggosok seperti yang biasanya dilakukan dalam penanganan medis. Trench (Sinonim Perjanjian Baru) mengatakan ALEIFEN adalah kata yang bersifat biasa dan duniawi, CHRIEIN adalah kata yang bersifat kudus dan agamawi. Pada hakekatnya dalam Yakobus kita mendapati Allah dan obat, Allah dan dokter, dan itu adalah persis dimana kita ada pada jaman ini. Dokter yang terbaik percaya kepada Allah dan membutuhkan pertolongan dari doa].

Adam Clarke: Oil was and is frequently used in the east as a means of cure in very dangerous diseases; and in Egypt it is often used in the cure of the plague. Even in Europe it has been tried with great success in the cure of dropsy. And pure olive oil is excellent for recent wounds and bruises; and I have seen it tried in this way with the best effects. ... it was the custom of the Jews to apply it as a means of healing, and that St. James refers to this custom, is not only evident from the case of the wounded man ministered to by the good Samaritan, Luke 10:34, but from the practice of the Jewish rabbins. ... here I am satisfied that it has no other meaning than as natural means of restoring health; and that St. James desires them to use natural means while looking to God for an especial blessing (= Baik dulu maupun sekarang minyak sering digunakan di Timur sebagai cara penyembuhan dalam penyakit-penyakit yang sangat berbahaya; dan di Mesir minyak sering digunakan dalam penyembuhan dari wabah / penyakit pes. Bahkan di Eropah minyak telah dicoba dengan sukses yang besar dalam penyembuhan dari penyakit dropsy. Dan minyak zaitun murni sangat bagus untuk luka dan memar yang baru terjadi; dan saya telah melihat bahwa minyak dicoba dengan cara ini dengan hasil yang terbaik. ... merupakan kebiasaan dari orang-orang Yahudi untuk menggunakan minyak sebagai cara penyembuhan, dan bahwa Santo Yakobus menunjuk pada kebiasaan ini, bukan hanya jelas dari kasus dari orang terluka yang dilayani oleh orang Samaria yang baik, Lukas 10:34, tetapi juga dari praktek dari rabi-rabi Yahudi. ... di sini saya tidak ragu-ragu bahwa minyak tidak mempunyai arti lain dari pada sebagai cara alamiah untuk memulihkan kesehatan; dan bahwa Santo Yakobus ingin supaya mereka menggunakan cara-cara alamiah sementara memandang kepada Allah untuk suatu berkat yang khusus) - hal 827.

Catatan:

Dropsy adalah suatu penyakit yang menimbulkan pengumpulan cairan serum yang abnormal dalam rongga-rongga atau jaringan tubuh - Websters New World Dictionary.

sekalipun dikatakan bahwa minyak berfungsi sebagai obat, tetapi jelas bukan dalam arti seperti minyak urapan yang digunakan oleh Yesaya Pariaji!

sekalipun kata-kata dalam ay 14 berbunyi mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan’, itu tidak berarti bahwa ini merupakan upacara agamawi.

Barnes Notes: “‘In the name of the Lord. By the authority or direction of the Lord; or as an act in accordance with his will, and that will meet with his approbation. When we do anything that tends to promote virtue, to alleviate misery, to instruct ignorance, to save life, or to prepare others for heaven, it is right to feel that we are doing it in the name of the Lord. Compare, for such uses of the phrase in the name of the Lord, and in my name, Matt 10:22; 18:5,20; 19:29; 24:9; Mark 9:41; 13:13; Luke 21:12,17; Rev 2:3; Col 3:17. There is no reason to think that the phrase is used here to denote any peculiar religious rite or sacrament. It was to be done in the name of the Lord, as any other good deed is” (= Dalam nama Tuhan. Oleh otoritas atau pengarahan dari Tuhan; atau sebagai suatu tindakan sesuai dengan kehendakNya, dan itu akan mendapatkan penerimaanNya. Pada waktu kita melakukan apapun yang cenderung untuk memajukan kebaikan, mengurangi kesengsaraan, mengajar ketidak-tahuan / kebodohan, menyelamatkan kehidupan / nyawa, atau mempersiapkan orang-orang lain untuk surga, adalah benar untuk merasa bahwa kita sedang melakukannya dalam nama Tuhan. Bandingkan, untuk penggunaan-penggunaan seperti itu dari ungkapan-ungkapan dalam nama Tuhan, dan ‘dalam namaKu, Matius 10:22; 18:5,20; 19:29; 24:9; Markkus 9:41; 13:13; Lukas 21:12,17; Wahyu 2:3; Kolose 3:17. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa ungkapan yang digunakan di sini menunjukkan upacara agamawi khusus apapun, atau sakramen. Itu harus dilakukan dalam nama Tuhan, seperti perbuatan-perbuatan baik lainnya juga demikian).

Kalau minyak memang berfungsi sebagai obat, lalu untuk apa orang yang sakit disuruh memanggil penatua? Pertama, mereka disuruh memanggil penatua, bukan tabib, mungkin karena pada umumnya orang Kristen abad-abad awal sangat miskin. Jadi, obatnya adalah bantuan dari penatua / gereja. Kedua, selain memberi obat untuk si sakit, penatua juga berdoa untuknya (Yakobus 5: 14).

Kalau pandangan bahwa minyak adalah obat ini yang diambil, maka jelas bahwa praktek pengolesan dengan minyak sudah tidak perlu lagi dilakukan pada jaman ini. Penatua bisa memberi obat yang lain. Dan tentu saja kalau orangnya tidak miskin, tidak perlu penatua yang memberi obat. Jadi, dalam menafsirkan bagian ini, kontextualisasi sangat dibutuhkan!

2) Mengakui dosa.

Yakobus 5: 15: Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni”.

Memang Yakobus 5: 15b tidak menyebut pengakuan dosa, tetapi membicarakan pengampunan dosa. Tetapi tanpa pengakuan dosa tidak ada pengampunan dosa.

1Yohanes 1:9 - Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Mazmur 32:1-5 - (1) Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (3) Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; (4) sebab siang malam tanganMu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela (5) Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Private sin requires private confession; public sin requires public confession. It is wrong for Christians to hang dirty wash in public, for such confessing might do more harm than the original sin” (= Dosa pribadi membutuhkan pengakuan pribadi; dosa umum membutuhkan pengakuan umum / di depan umum. Adalah salah bagi orang-orang Kristen untuk menggantung cucian kotor di depan umum, karena pengakuan seperti itu bisa melakukan lebih banyak kerugian / kerusakan dari pada dosa aslinya / dosa semula).

Bagian ini (Yakobus 5: 15b) ditambahkan karena ada penyakit yang disebabkan oleh dosa.

Misalnya: Mazmur 107:17-18 - (17) Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka; (18) mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut.

Juga, setelah penyembuhan terhadap orang yang lumpuh selama 38 tahun di kolam Betesda dalam Yoh 5, Yesus berkata kepada orang itu Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk. (Yohanes 5:14). Ini secara implicit menunjukkan bahwa orang itu sakit karena dosa.

Tetapi awas! Tidak semua penyakit disebabkan karena dosa!

Contoh:

a) Ayub. Ia sakit karena serangan setan, yang diijinkan Tuhan, untuk menguji dia. Dan ini justru disebabkan karena iman dan kesalehannya (Ayub 1:8 2:3).

b) Yohanes 9:1-3 - “(1) Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. (2) Murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?’ (3) Jawab Yesus: ‘Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

Penatua berfungsi membantu si sakit untuk memeriksa dirinya, apakah ada dosa atau tidak. Penatua tidak boleh menghakimi / menuduh si sakit bahwa ia berdosa! Ia hanya membantunya untuk mengadakan introspeksi. Kalau memang ada dosa yang menjadi penyebab penyakitnya, penyakitnya tidak akan sembuh sebelum dosanya dibereskan.

Ini semua mempersoalkan dosa yang dilakukan kepada Allah. Tetapi itu belum cukup! Ada Yakobus 5: 16a yang memerintahkan untuk saling mengaku dosa dan saling mendoakan.

Yakobus 5: 16a: Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.

Roma Katolik menggunakan ayat ini sebagai dasar dari sakramen pengakuan / pengampunan dosa. Tetapi ini lagi-lagi tidak mungkin, karena:

1. Text ini untuk orang sakit, sedangkan Roma Katolik menerapkan untuk seadanya orang.

2. Text ini tidak menyebut pastor tetapi penatua, sedangkan dalam Roma Katolik pengakuan dosa dilakukan kepada pastor.

3. Adanya kata ‘saling mengaku dosa dan ‘saling mendoakan dalam Yakobus 5: 16 itu.

Kalau ayat ini tetap mau dipakai sebagai dasar dari sakramen pengakuan dosa itu, maka pastor seharusnya juga mengaku dosa kepada jemaat.
TINDAKAN ORANG YANG SAKIT: Yakobus 5:14-16a
otomotif
Tasker (Tyndale): Martin Luther said in connection with such an interpretation: A strange confessor! His name is One another. (= Martin Luther berkata sehubungan dengan penafsiran seperti itu: Seorang pastor yang menerima pengakuan dosa yang aneh! Namanya ialah satu sama lain).

Catatan: Kata confessor bisa diartikan sebagai si pengaku dosa atau pastor yang menerima pengakuan dosa. Dalam terjemahan NASB Yak 5:16 berbunyi: Therefore, confess your sins to one another, and pray for one another, ... (= Karena itu, mengaku dosalah satu sama lain, dan berdoalah satu sama lain, ...).


Dilihat dari terjemahan ini, mungkin sekali yang dimaksud dengan confessor oleh Martin Luther adalah pastor yang menerima pengakuan dosa, dan karena itu ia mengatakan bahwa pastor itu bernama satu sama lain.

Kata-kata Luther ini jelas merupakan kata-kata sinis, yang menjadikan penafsiran Roma Katolik itu sebagai lelucon.

Yakobus 5: 16 ini menunjuk pada dosa yang dilakukan kepada sesama manusia. Untuk dosa-dosa seperti: memfitnah, dan semua dosa dimana kita menyakiti / merugikan sesama manusia, kita harus mengaku kepada Tuhan dan juga kepada orang bersangkutan.

Matthew Henry: “Where persons have injured one another, acts of injustice must be confessed to those against whom they have been committed. ... Where crimes are of a public nature, and have done any public mischief, there they ought to be more publicly confessed, so as may best reach to all who are concerned” (= Dimana orang-orang telah melukai / menyakiti satu sama lain, tindakan-tindakan ketidak-adilan harus diakui kepada mereka terhadap siapa hal-hal itu telah dilakukan. ... Pada waktu kejahatan mempunyai sifat yang umum, dan telah melakukan kejahatan / kerusakan umum apapun, hal-hal itu harus lebih diakui secara umum, sehingga bisa dengan cara terbaik mencapai semua orang yang bersangkutan).

Kesimpulan: 

Pada waktu kita sakit, kita harus:

1) Memanggil penatua, yang akan mendoakan dan bahkan memberi obat kalau perlu.

2) Mengakui dosa kepada Tuhan dan sesama manusia kepada siapa kita sudah berbuat salah.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
 https://teologiareformed.blogspot.com/
-AMIN-
Next Post Previous Post