KHARISMATIK-Apa itu?


PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
KHARISMATIK-Apa itu?

I) Sejarah singkat KHARISMATIK 
Gereja Pentakosta mulai ada pada kurang lebih tahun 1901. 

* Kalau pada awal abad ke 16 muncul gereja Protestan dari kalangan gereja Roma Katolik, maka pada awal abad 20 muncul gereja Penta-kosta dari kalangan gereja Protestan. Tetapi timbulnya Protestan disebabkan karena penyimpangan-pengimpangan dalam gereja Roma Katolik dan keinginan para tokoh Reformasi (Martin Luther, John Calvin dsb) untuk kembali pada ajaran kristen yang sudah ada sejak abad pertama (Back to the Bible). Sedangkan pecahnya Pentakosta dari Protestan menimbulkan ajaran dan praktek yang baru.

Catatan:

Kalau saudara ingin tahu tentang munculnya gereja Protestan dari antara gereja Roma Katolik, bacalah buku saya yang berjudul “Roma Katolik vs Kristen Protestan”.

* Peristiwa ini dimulai dengan adanya seorang perempuan yang bernama Agnes Ozman, yang dianggap sebagai orang pertama yang mencari baptisan Roh Kudus dengan bahasa Roh dan menerimanya. Peristiwa yang terjadi di Azusa Street pada tanggal 1 Januari 1901 dan inilah yang melahirkan gerakan / gereja Pentakosta (John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, p 62).

Selama lebih kurang 50 tahun aliran Pentakosta itu tetap merupakan suatu aliran yang kecil, tetapi pada tahun 1955 mulai menyebar. 

Pada bulan April 1960, rektor dari Episcopal Church di Van Nuys, California, yang bernama Dennis Bennet mengumumkan kepada jemaat bahwa ia menerima baptisan Roh dan bahasa Roh / lidah. Peristiwa ini masuk televisi dan surat kabar di Amerika, dan juga masuk buku-buku, dan peristiwa ini disebut-sebut sebagai peristiwa yang menyebabkan ter-sebarnya gerakan Kharismatik. 
Sesuatu yang perlu diperhatikan dari sejarah singkat Kharismatik ini adalah bahwa Kharismatik baru muncul pada abad ke 20! Kalau memang ajaran Kharismatik ini berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan lebih dari 19 abad untuk menemukannya? 

II) Istilah ‘Kharismatik’.

Kata Yunani CHARIS berarti Grace (= kasih karunia).

Kata Yunani CHARISMA berarti Gift (= karunia).

Kata Yunani CHARISMATA berarti Gifts (= Karunia-karunia).

Penggunaan kata CHARISMA / CHARISMATA sangat luas: 
Dalam Roma 12:6 dan 1Kor 12:4, CHARISMA berarti karunia-karunia untuk melayani. 
Dalam Roma 1:11, CHARISMA tidak menunjuk pada karunia-karunia untuk melayani, tetapi mungkin menunjuk kepada penguatan iman (baca Roma 1:12). 

Dalam 2Korintus 1:11, CHARISMA menunjuk pada pembebasan yang dialami oleh Paulus (baca 2 Korintus 1:10). Karena itu, NASB menterjemahkan favor (= kemurahan hati / bantuan / pertolongan), dan NIV menterjemahkan gracious favor (= bantuan / pertolongan yang murah hati). 
Dalam 1Korintus 7:7, CHARISMA menunjuk pada karunia menikah dan karu-nia membujang (celibat). 

Dalam Roma 11:29, Kitab Suci Indonesia salah terjemahan karena kata Yunani yang digunakan adalah CHARISMATA dan karena itu, seharus-nya bukan diterjemahkan ‘kasih karunia’ tetapi ‘karunia-karunia’. Dan di sini, kata itu menunjuk pada hak-hak istimewa yang diberikan Allah kepada Israel. 
Dalam Ro 5:15a,16b, kata CHARISMA menunjuk kepada kebenaran dan hidup di dalam Kristus. 
Dalam Roma 6:23, CHARISMA menunjuk pada hidup kekal. 

Kesimpulan:KHARISMATIK-Apa itu?

CHARISMA / CHARISMATA adalah suatu istilah yang sangat flexible, karena istilah itu bisa digunakan dalam banyak arti. Tapi arti-arti yang banyak itu bukan­nya tidak berhubungan satu dengan yang lain. Semua CHARISMA / CHARISMATA adalah perwujudan dari CHARIS (= kasih karunia) dan setiap perwujudan dari CHARIS adalah CHARISMA / CHARISMATA (bdk. Ro 12:6a).

Dari sini kita bisa mendapatkan beberapa hal:

1) Menggunakan istilah ‘Kharismatik’ untuk menyebut satu golongan orang kristen sebetulnya adalah salah! Seseorang bisa menjadi orang kristen jelas karena kasih karunia Allah (bdk. Efesus 2:8-9). Itu adalah karunia Allah bagi orang itu. Jadi, sebetulnya setiap orang kristen adalah ‘orang Kharismatik’! Dan karena keberadaan gereja juga adalah perwujudan kasih karunia Allah, maka sebetulnya setiap gereja adalah ‘gereja Kharismatik’!

Catatan:

Karena istilah ‘Kharismatik’ ini sudah terlanjur digunakan secara salah (salah kaprah), maka dalam buku ini saya tetap menggunakan istilah itu sesuai dengan penggunaan pada umumnya.

2) Ajaran yang memisahkan karunia-karunia untuk pelayanan menjadi 2 golongan, yaitu karunia-karunia yang bersifat kharismatik (seper­ti bahasa roh, nubuat, dsb) dan karunia-karunia yang bersifat non kharismatik (seperti mengajar, dsb) adalah salah! Semua karunia-karunia merupakan perwujudan dari kasih karunia Allah, dan karena itu sebetulnya semua karunia-karunia itu bersifat kharismatik!

3) Memisahkan sama sekali antara ‘karunia-karunia Roh’ (untuk pela­yanan) dan ‘buah Roh’ adalah sesuatu yang salah! Memang ‘karunia-karunia Roh’ berbeda dengan ‘buah Roh’. Tetapi keduanya adalah perwujudan dari kasih karunia Allah. Jadi, sebetulnya buah Roh juga termasuk ka-runia!

III) Mengapa Kharismatik tumbuh begitu cepat?

1) Pada umumnya ajarannya enak didengar telinga (bdk. 2Timotius 4:3-4). 

Contoh:

· Pada umumnya mereka memang menegur dosa, tetapi lalu mengata-kan bahwa hal itu disebabkan karena adanya roh tertentu dalam diri kita (roh zinah, roh kemalasan, dsb). Cara mengkambinghitamkan roh jahat / melemparkan kesalahan kepada roh jahat seperti ini menye-babkan jemaat tidak merasa sakit hati / marah karena teguran itu.

· Pada umumnya mereka mengajarkan bahwa orang kristen yang sakit pasti sembuh, orang kristen pasti kaya, bebas dari kesukaran, dsb.

Ajaran seperti ini jelas jauh lebih enak didengar telinga dari pada ajaran yang menunjukkan bahwa kalau ikut Yesus berarti kita meng-ambil jalan yang sempit (Mat 7:13-14), atau ajaran yang mengharus-kan kita untuk menyangkal diri dan memikul salib (Matius 16:24), atau ajaran yang mengatakan bahwa kalau kita mengikut Yesus kita pasti akan mengalami segala penderitaan dan penganiayaan dari dunia (Matius 5:10-12 Yoh 15:18-20) dsb.

Catatan: Tidak ada keseragaman dalam ajaran Kharismatik, sehingga bisa terjadi perbedaan yang sangat besar antara orang Kharis­matik yang satu dan orang Kharismatik yang lain. Tidak semua orang Kharismatik mengajarkan bahwa orang kristen harus kaya, bebas dari problem, dsb. Tetapi ada banyak yang mengajar begitu.

· Khotbah-khotbahnya pada umumnya dipenuhi dengan dongeng, ke-saksian dan lelu­con, yang jelas lebih mudah didengar dari pada suatu khotbah yang betul-betul mendalami Kitab Suci.

2) Penekanan puji-pujian dan musik.

Ini bisa membuat orang yang sumpek menjadi senang / lega. Tetapi harus diingat bahwa hal yang sama juga bisa terjadi kalau orang mendengar musik duniawi. Pada umumnya ini merupakan kelegaan / sukacita yang semu / sementara, kecuali kalau puji-pujian rohani dan musik itu disertai dengan pengajaran Firman Tuhan yang baik.

3) Adanya claim bahwa mereka bisa melakukan mujijat.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan hal ini:

· Mujijat / sesuatu yang bersifat supranatural / gaib selalu menarik perhatian manusia (pertunjukan debus, jaran kepang dan tenaga dalampun ditonton banyak orang!).

Kalau ada 2 kesaksian dimana yang satu adalah kesaksian yang ‘biasa-biasa’ saja (misalnya seseorang bersaksi bahwa ia disembuh-kan oleh Tuhan melalui seorang dokter), sedang yang satunya adalah kesaksian tentang suatu mujijat kesembuhan, maka jelas bahwa kesaksian yang kedua lebih menarik untuk didengar.

· Orang yang sakit berat yang secara medis sudah tidak ada harapan, tentu akan coba-coba pergi ke gereja yang mengclaim bisa memberi-kan kesembuhan ilahi.

Tetapi perlu diingat bahwa sekalipun mujijat bisa mengumpulkan banyak orang, tetapi mujijat tidak menjamin terjadinya pertobatan yang sejati. Contohnya bisa saudara lihat dalam Yoh 6 dimana lebih dari 5000 orang yang dikenyangkan secara mujijat oleh Yesus dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan itu (Yoh 6:1-15) akhirnya meninggal-kan Yesus (Yoh 6:66). Bandingkan juga dengan Yoh 2:23-25 dan Yoh 11:45-53 yang jelas menunjukkan bahwa mujijat tidak menyebabkan orang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus..

4) Suamnya gereja-gereja Protestan pada umumnya!

Tidak adanya Injil, dan pemberitaan Firman Tuhan / khotbah yang ‘asal jadi’ dalam banyak gereja Protestan yang liberal ataupun yang suam, menyebabkan orang kristen yang haus secara rohani lalu menjadi liar dan mencari kebutuhan rohani itu di gereja / persekutuan Kharismatik. Kalaupun di situ mereka tidak mendapatkan Firman Tuhan yang bagus, setidaknya pujian-pujian, musik, dan pembangkitan emosi dalam kebak-tian-kebaktian itu membuat mereka menjadi lega (sekalipun mungkin sekali kelegaan itu adalah sesuatu yang bersifat semu / sementara).

Karena itu, pendeta-pendeta gereja Protestan yang melihat dombanya ‘dicuri’ oleh gereja / persekutuan Kharismatik seharusnya bukannya menja­di marah kepada ‘pencuri domba’ itu, tetapi seharusnya mengin­trospeksi dan memperbaiki dirinya sendiri, khususnya dalam hal khotbah / pemberitaan Firman Tuhan. Kalau mereka betul-betul memberikan ma-kanan rohani yang baik, dan bukan khotbah yang ‘asal jadi’, pasti domba-domba itu tidak akan lari (mungkin hanya kambing-kambingnya yang lari)! Bdk. Yoh 10:3-5.

Catatan:

Bahwa gereja Kharismatik tumbuh pesat, tidak menjamin bahwa mereka benar-benar tumbuh dalam pandangan Tuhan. Kalau orang-orang itu datang ke gereja hanya untuk mendapat berkat / kesembuhan, jelas itu tidak bisa disebut sebagai pertum­buhan yang sejati. Juga, ‘tumbuh pesat’ tidak menjamin bahwa mereka diberkati oleh Tuhan atau bahwa ajaran mereka itu benar. Banyak agama-agama lain, bahkan sekte-sekte sesat, yang juga ‘tumbuh pesat’!

IV) Hal-hal yang positif tentang Kharismatik.

1) Adanya Injil.

Dibandingkan dengan kebanyakan gereja Protestan, apalagi gereja-gere-ja Protestan yang sudah dikuasai golongan Liberal (yang mempercayai bahwa di luar Kristus ada jalan keselamatan), maka pada umumnya dalam gereja-gereja Kharismatik lebih banyak pemberitaan Injil (sekalipun juga ada banyak di antara mereka yang menyelewengkan Injil, karena mereka tidak menekankan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tetapi sebagai Pelaku mujijat / Penyembuh / Pemberi berkat / kekayaan).

2) Pada umumnya mereka lebih berani.

Pada umumnya mereka lebih berani dalam melakukan sharing, dan juga dalam menyatakan Yesus sebagai Tuhan / Juruselamat, dan juga Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, kepada orang-orang yang beragama lain sekalipun.

Keberanian ini seharusnya ditiru oleh gereja-gereja Protestan, yang biasanya selalu bersikap ‘bijaksana’ (atau ‘bijaksini’?) dengan tidak memberitakan Injil kepada orang non kristen.

3) Pada umumnya mereka lebih berkobar-kobar bagi Tuhan, baik dalam hal melayani, memberitakan Injil, mensharingkan pengalaman mereka / ber-kat Tuhan yang mereka terima, mengajak orang lain ke gereja, maupun dalam memberi persembahan (sekalipun dalam hal ini motivasinya seringkali salah).

Adalah sesuatu yang aneh kalau orang Protestan, yang sering mengang-gap bahwa dirinya lebih mengerti Firman Tuhan dari pada orang Kharis-matik, ternyata menjadi suam dalam segala hal! Mungkin orang Protestan perlu untuk membaca dan merenungkan Wah 3:15-16 yang berbunyi: “Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu”.

4) Mereka kelihatannya lebih berhasil menarik orang-orang beragama lain untuk masuk ke gereja (termasuk orang-orang dari aliran kebatinan, orang-orang yang mempunyai black magic, bahkan orang-orang dari dunia artis seperti bintang-bintang film, penyanyi dan orang-orang duniawi lainnya).

5) Puji-pujian dan musik.

Dalam hal ini mereka jauh lebih baik dan lebih bersemangat. Tapi, se-kalipun ini adalah segi positif mereka, seringkali di sini juga terletak kelemahan mereka karena:

· Puji-pujian yang terlalu lama itu (kadang-kadang mencapai satu setengah jam atau lebih) mendesak pemberitaan Firman Tuhan. Pada waktu Firman Tuhan diberitakan jemaat sudah lelah / loyo. Jemaat memang masih tetap bisa mendengar khotbah kalau khotbahnya hanya berupa dongeng, kesaksian dan lelucon. Tetapi kalau khot-bahnya berupa ‘makanan keras’, mereka akan kesulitan untuk berkon-sentrasi dalam keadaan loyo seperti itu.

· Puji-pujian yang terlalu lama, menyebabkan banyak jemaat lalu sengaja datang terlambat / ngaret. Dan mereka ngaret secara tidak tanggung-tanggung, karena ada yang ngaret 1 jam bahkan lebih! Akhirnya banyak orang terbiasa ngaret dalam kebaktian lain.

Kalau saudara adalah orang kristen yang sering ngaret, pikirkan bahwa saudara adalah tentara Kristus (2Timotius 2:3-4), yang seharusnya mempunyai disiplin tinggi dan karenanya tidak patut untuk ngaret!

· Emosi yang dibangkitkan secara berlebih-lebihan menyebabkan me-reka mirip penggemar musik rock. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah pada saat itu hati / pikiran mereka betul-betul memuji Tuhan? Atau hanya sekedar melampiaskan emosi saja?

6) Emosi yang ikut dilibatkan dalam kebaktian:

Kita memang harus berbakti bukan hanya dengan otak, tapi juga dengan perasaan / emosi kita (bdk. Matius 22:37). Tetapi, seringkali mereka terlalu melibatkan emosi, sehingga menjadi histeris atau sehingga otak mereka sama sekali tidak dipakai. Ini tentu saja salah!! Bandingkan dengan 1Kor 14:15 yang jelas mengharuskan penggunaan pikiran dalam kebak-tian.

7) Pada umumnya mereka lebih banyak berdoa dibandingkan dengan orang Protestan.

Tetapi perlu juga dipertanyakan: apa yang mereka doakan? Hanya minta kesembuhan dan berkat / kekayaan? Kalau demikian, tentu saja salah!

8) Pada umumnya mereka lebih bisa mendengar Firman Tuhan (lebih tahan lama) dibandingkan dengan orang Protestan, lebih-lebih dibandingkan dengan orang Protestan dari gereja-gereja yang khotbahnya hanya se-kitar 20-25 menit!

9) Pada umumnya mereka kelihatan lebih sukacita dibandingkan dengan orang Protestan.

10) Pada umumnya gereja-gereja Kharismatik lebih bersatu.

Terhadap gereja Kharismatik yang ber’merk lain’ mereka tidak bersaing-an, bahkan tetap mau mendukung pada waktu mengadakan KKR dsb. Ini berbeda sekali dengan kebanyakan gereja Protestan, yang sama sekali tidak mau tahu dengan sesama gereja Protestan yang ber’merk lain’, dan yang bahkan seringkali menganggap gereja ‘merk lain’ itu sebagai saing-annya! Ini tidak mirip dengan orang yang buka gereja tetapi mirip dengan orang yang buka warung, yang lalu menganggap warung ‘merk lain’ sebagai saingannya.

V) Kesalahan Utama Kharismatik.

Kesalahan utama Kharismatik adalah dalam hal penggunaan Kitab Suci.

1) Ajaran mereka sering didasarkan pada ‘Kitab Suci + sesuatu’.

‘Sesuatu’ itu bisa berupa pengalaman, penglihatan, mimpi, nubuat, kata-kata Tuhan secara langsung, Rhema, dsb.

Bahkan ada banyak orang Kharismatik yang lebih mengandalkan ‘sesuatu’ ini dari pada Kitab Suci / Firman Tuhannya sendiri.

Bandingkan dengan semboyan Reformasi, yaitu SOLA SCRIPTURA (= hanya Kitab Suci).

2) Mereka sering menggunakan Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) yang salah.

Contoh:

a) Mereka hanya melihat / menyoroti ayat-ayat tertentu dari Kitab Suci dan menutup / mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci yang lain, yang berhubungan dengan ayat-ayat yang mereka soroti itu.

Misalnya: mereka hanya melihat Matius 7:7-8 dan lalu berkata bahwa semua doa pasti dikabulkan, dan mereka menga­baikan:

· Matius 7:11 yang berkata bahwa Tuhan hanya mengabulkan permin­taan ‘yang baik’. Dan perlu diingat bahwa karena kebodohan kita, maka ‘baik’ menurut Tuhan bisa saja ‘tidak baik’ menurut kita, dan sebaliknya (bdk. Yesaya 55:8-9).

· 1Yohanes 5:14 yang berkata bahwa Tuhan hanya mengabulkan doa kita kalau kita meminta sesuatu ‘menurut kehendakNya’.

· 2Korintus 12:1-10 yang menunjukkan bahwa doa Pauluspun bisa tidak dikabulkan oleh Tuhan!

b) Dalam Kitab Suci ada:

· bagian-bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan).

Ini mencakup semua bagian Kitab Suci yang merupakan cerita historis. Bagian-bagian ini hanya menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu, tetapi tidak memaksudkan untuk menggunakan hal itu sebagai rumus / norma.

Contoh:

* Peristiwa Yesus dan Petrus berjalan di atas air (Matius 14:22-33) memang betul-betul terjadi, dan Tuhan bisa saja mengulang hal itu pada jaman ini, kalau Dia mau. Tetapi bagian ini tentu bukan maksudnya untuk dijadikan hukum / norma dalam hidup kita, seakan-akan semua orang kristen harus bisa berjalan di atas air!

* Peristiwa kebangkitan Lazarus (Yoh 11) memang betul-betul terjadi, dan Tuhan bisa saja mengulangnya pada jaman ini, ka-lau Ia mau. Tetapi bagian ini tentu tidak boleh dijadikan dasar untuk mengajar bahwa Tuhan selalu mau membangkitkan orang kristen yang mati! Hal yang sama berlaku untuk penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Itu hanyalah bagian descriptive, dan karenanya bukan merupakan norma / hukum!

· bagian-bagian yang bersifat didactic (= mengajar).

Ini mencakup semua bagian Kitab Suci yang bersifat pengajaran, dan ini adalah bagian-bagian yang betul-betul merupakan hukum / norma.

Contoh:

* Yohanes 3:16 memang merupakan norma / hukum: semua / setiap orang yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa tetapi beroleh hidup yang kekal!

* 1Tesalonika 5:16-18 memang merupakan norma: semua orang kristen harus bersukacita, berdoa dan mengucap syukur senantiasa.

* 10 hukum Tuhan (Kel 20:3-17) jelas juga merupakan hukum / norma.

Tetapi, orang-orang Kharismatik pada umumnya tidak mengerti prinsip Hermeneutics ini dan mereka menggunakan bagian-bagian yang ber-sifat descriptive sebagai hukum / norma, seakan-akan itu adalah bagian yang bersifat didactic.

Contoh:

¨ mereka menganggap Kis 2:1-13 (rasul-rasul berbahasa Roh pada saat menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta) sebagai dasar bahwa orang kristen harus berbahasa Roh / lidah. Padahal bagian ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan), sehing­ga tidak boleh dijadikan hukum / norma.

¨ mereka menggunakan cerita-cerita dimana Yesus menyembuhkan orang sakit sebagai dasar bahwa semua orang kristen yang sakit pasti disembuhkan. Padahal ini adalah bagian yang bersifat descriptive, sehing­ga tidak boleh dijadikan hukum / norma.

Mengapa bisa terjadi kesalahan-kesalahan seperti ini? Salah satu alasan adalah karena orang Kharismatik menjadi pendeta / pengkhotbah / pengajar Firman Tuhan tanpa melalui pendidikan Theologia. Ini disebab-kan karena mereka percaya bahwa:

1. Roh Kudus bisa mengajar mereka secara langsung.

Sekalipun Roh Kudus bisa mengajar langsung, tetapi perlu diingat bahwa Ia pada umumnya mengajar menggunakan manusia / hamba-hamba Tuhan (bdk. Efesus 4:11-dst).

2. Rasul-rasul juga tidak sekolah Theologia, tetapi tetap bisa dipakai dengan hebat oleh Tuhan. Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun rasul-rasul tidak sekolah Theologia, tetapi:

a. Mereka menguasai bahasa Ibrani dan Yunani, yang merupakan bahasa asli Kitab Suci. Dengan demikian mereka tidak perlu mempelajari hal itu. Ini tentu berbeda dengan kita yang tidak menguasai bahasa Ibrani maupun Yunani, sehingga harus mempelajarinya di sekolah Theologia.

b. Mereka hidup di Palestina pada jaman penulisan Kitab Suci sehingga mereka tahu segala latar belakang, tradisi, kebudayaan dsb, yang tidak kita ketahui kecuali kita mau mempelajarinya.

c. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang dari kecil dididik dalam pengajaran Firman Tuhan yang kuat (jelas sangat berbeda dengan Sekolah Minggu jaman sekarang).

d. Mereka ikut Yesus selama tiga setengah tahun dan melihat hidup Yesus yang suci, melihat mujijat-mujijat Yesus, dan mendengar ajaran-ajaran Yesus secara langsung. Ini tentu lebih hebat dari sekolah Theologia yang manapun!

Memang sekarang ada banyak pendeta Kharismatik yang melalui pendidikan sekolah Theologia, tetapi banyak dari mereka belajar di sekolah Theologia dimana dosen-dosennya tidak pernah sekolah Theo-logia! Ini seperti orang buta menuntun orang buta!

Tidak adanya pendidikan Theologia ini menyebabkan mereka tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci), sehingga mereka menafsirkan banyak bagian Kitab Suci secara salah!

KHARISMATIK 2

Pengalaman dan petunjuk tuhan
di luar Kitab Suci

Pada pelajaran 1 telah kita pelajari bahwa kesalahan utama / dasar dari Kharismatik adalah bahwa ajaran mereka didasarkan pada ‘Kitab Suci + sesuatu’. Yang dimaksud dengan ‘sesuatu’ itu bisa berupa macam-macam hal seperti:

· pengalaman.

· ajaran-ajaran yang didapatkan melalui nubuat / bahasa Roh / mimpi / penglihatan / pendengaran.

· suara Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita / RHEMA.

Pada pelajaran ini kita akan membahas hal-hal tersebut.

I) Pengalaman.

1) Dalam kalangan Kharismatik sering ada pengalaman-pengalaman yang aneh-aneh, seper­ti:

· seseorang melihat Tuhan dalam acara televisi.

Yang dimaksud bukannya ada film dalam TV dan Tuhan mengguna-kan film itu untuk berbicara kepadanya. Tetapi maksudnya adalah bahwa tahu-tahu Tuhan muncul dalam acara TV untuk menggantikan acara TV yang ada saat itu dan berbicara kepadanya!

· seseorang berhasil mengajar anjingnya memuji Tuhan dengan suatu unknown bark [= salakan / gonggongan yang tidak dikenal].

· seseorang diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat foto dari mata-hari terbit, dan pada waktu foto itu jadi, ada bayangan Allah dalam foto itu. Ia lalu menjual foto itu dengan harga $ 9.95 per buah.

· seseorang bersaksi bahwa ia mengalami kematian, pergi ke surga dan neraka, lalu kembali ke bumi dan hidup lagi.

· seorang pengkhotbah mengaku berulang-ulang melihat Yesus pada waktu ia sedang berkhotbah.

· seorang pengkhotbah mengaku bahwa ia diajar langsung oleh Tuhan selama 40 hari dan 40 malam tentang arti dari seluruh Kitab Suci.

Cerita-cerita yang aneh-aneh seperti itu diterima dengan mudah oleh kebanyakan orang Kharismatik tanpa memeriksa / menguji dahulu apakah pengalaman-pengalaman itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Padahal Kitab Suci dengan jelas menyuruh kita untuk menguji hal-hal seperti itu (bdk. 1Tes 5:21 1Yohanes 4:1).

1Tesalonika 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.

1Yohanes 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan se-tiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.

Sekalipun kita percaya bahwa Allah itu mahakuasa dan bisa saja melakukan hal yang aneh / spektakuler, tetapi perlu dipertanyakan:

a) Apakah pengalaman itu sesuai dengan Kitab Suci?

Ingat bahwa Allah tidak mungkin memberikan pengalaman yang ber-tentangan dengan FirmanNya!

Misalnya kalau ada orang yang berkata bahwa Allah membawa dia ke neraka supaya bisa menyaksikan neraka kepada orang-orang lain, tetapi ia lalu menggambarkan neraka itu secara berbeda dengan apa yang digambarkan oleh Kitab Suci (misalnya dengan mengatakan bahwa neraka itu ada di perut bumi), maka itu jelas tidak boleh dipercaya. Ada 2 kemungkinan: atau orang itu sekedar mengarang bualan / cerita dusta, atau ia diberikan wahyu oleh setan!

b) Apa tujuan Allah memberikan pengalaman yang aneh itu?

Allah tidak mungkin sekedar memberikan sesuatu yang aneh tanpa ada tujuan apa-apa! Misalnya orang yang anjingnya menggonggong dengan gonggongan yang tidak dikenal. Apa gerangan maksud Allah memberikan hal seperti itu? Allah selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anakNya (bdk. Roma 8:28), bukan memberikan hal spektakuler yang tidak berguna!

2) Dalam Kharismatik, pengalaman sering lebih diutamakan / dipenting­kan dari Kitab Suci.

Seorang Kharismatik berkata: “Aku tidak peduli apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Aku mempunyai pengalaman!”.

Sekalipun tidak semua orang Kharismatik mempunyai pandangan seper­ti itu, tetapi ada banyak dari mereka yang mementingkan pengala­mannya lebih dari Kitab Suci. Kalau mereka menceritakan pengala­mannya, dan kita lalu mendebatnya dan menunjukkan bahwa pengalaman itu tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka reaksi yang sering muncul adalah: “Pokoknya aku mengalami hal itu!”. Bukankah ini menunjuk­kan bahwa ia lebih mementingkan pengalamannya dari Kitab Suci? Ini adalah sesuatu yang berbahaya, karena pengalaman bisa diberikan oleh setan!

3) Dalam Kharismatik, pengalaman sering dianggap sebagai fakta.

Ada 2 hal yang perlu saudara ketahui: 

a) Pengalaman belum tentu betul-betul adalah fakta / kebenaran.

Mengapa demikian? Karena pengalaman itu masih membutuhkan penaf­siran / analisa! Supaya saudara bisa mengerti apa yang saya maksudkan, perhatikan contoh-contoh di bawah ini:

· ada seorang yang sembuh dari penyakitnya setelah didoakan oleh seorang pendeta. Ia lalu bersaksi bahwa ia mengalami kesembu­h-an dari Tuhan. Apakah ini adalah suatu fakta / kebenaran? Sebe-tulnya belum tentu! Karena bisa saja pendeta itu sebetul­nya adalah nabi palsu yang menyembuhkan dengan menggunakan nama Yesus (bdk. Mat 7:22-23). Tetapi orang Kharismatik pada umumnya tidak memikirkan kemungkinan seperti ini.

· ada orang kristen yang dirasuk setan. Orang Kharismatik lalu menganggap itu sebagai fakta / kebenaran, dan mereka lalu mengajarkan bahwa orang kristen bisa dirasuk setan. Tetapi, bisakah dipastikan kalau orang yang kerasukan itu adalah orang kristen yang sejati? Ingat bahwa 11 murid Yesus saja tidak tahu kalau Yudas Iskariot bukanlah orang kristen sejati! Dan pastikah bahwa orang itu kerasukan setan? Apakah bukan sekedar gejala kejiwaan? Orang Kharismatik pada umumnya mengabaikan ke-mungkinan-kemungkinan seperti ini.

b) Kalau suatu pengalaman betul-betul adalah fakta / kebenaran, maka Kitab Suci tidak mungkin bertentangan dengan pengalaman itu.

Misalnya pada tahun 1492, Columbus mengalami dan membuktikan bahwa bumi ini bulat. Maka Kitab Suci tidak boleh menabrak fakta ini. Kata-kata ‘ujung bumi’ di dalam Kitab Suci (Misalnya: Maz 19:5 Yes 40:28) tidak boleh ditafsirkan sekan-akan Kitab Suci mengajarkan bahwa bumi ini berbentuk seperti meja segi empat.

4) Dalam Kharismatik, pengalaman satu orang diharuskan menjadi penga­laman orang yang lain. Ini adalah sesuatu yang sangat lazim dalam kalangan Kharismatik.

Misalnya:

· ada seseorang yang sakit. Ia lalu berdoa dan ia disembuhkan secara mujijat. Maka ia lalu beranggapan bahwa semua orang kristen yang sakit pasti akan disembuhkan secara mujijat kalau mereka berdoa.

· ada orang kristen yang mendapatkan karunia bahasa Roh. Ini me-nyebabkan ia lalu beranggapan bahwa semua orang kristen harus bisa berbahasa Roh.

Sikap semacam ini jelas adalah sikap yang salah, karena dalam Kitab Suci saja terlihat dengan jelas bahwa pengalaman seseorang belum tentu bisa menjadi pengalaman orang yang lain.

Memang ada pengalaman yang berlaku umum. Ini adalah pengalaman yang betul-betul mempunyai dasar Kitab Suci. Misalnya: Kitab Suci men-janjikan bahwa orang yang percaya dan mentaati Yesus akan menda-patkan damai dan sukacita (Mat 11:28 Yes 48:18 Yoh 14:27 Gal 5:22-23). Maka kalau saya, atau siapapun juga, mau percaya kepada Yesus, pasti akan mendapatkan damai dan sukacita.

Tetapi ada juga pengalaman yang hanya terjadi pada satu atau beberapa orang saja.

Misalnya:

· sekalipun Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati, itu tidak berarti bahwa semua orang kristen yang mati juga akan dibangkit­kan setelah 4 hari! 

· sekalipun Petrus bisa berjalan di atas air, itu tidak berarti bahwa semua orang kristen harus bisa berjalan di atas air!

Adanya pertentangan antara apa yang dialami oleh seseorang dan apa yang dialami oleh orang yang lain, menunjukkan bahwa pengalaman setiap orang tidak selalu sama.

Misalnya:

· apa yang dialami oleh orang yang menerima Roh Kudus? Dalam Kis 2:1-4 ada bunyi seperti tiupan angin keras, lidah-lidah api yang hinggap pada kepala mereka, dan lalu ada bahasa Roh. Dalam Kis 10:44-46 hanya ada bahasa Roh. Dalam Kis 19:6 ada bahasa Roh dan nubuat. Dalam Kis 2:41 tidak ada apa-apa!

· Petrus masuk penjara 2 x dan 2 x juga ia dibebaskan secara muji­jat (Kis 5:19 Kis 12:6-11). Paulus juga mengalami hal seperti itu, sekali-pun mujijatnya berbeda (Kis 16:19-dst). Tetapi Yohanes Pembaptis masuk penjara dan lalu dipenggal (Mat 14:1-12). Demiki­an juga dengan Yakobus (Kis 12:1-2).

· Seorang pendeta berkata: pada waktu Petrus berkhotbah (pada hari Pentakosta - Kis 2), ia mendapatkan 3000 orang bertobat. Tetapi pada waktu Stephanus berkhotbah, ia mendapatkan 3000 batu (Kis 6-7)!

II) Mimpi, nubuat, bahasa Roh, pendengaran, penglihatan.

Jelas sekali bahwa dalam Kitab Suci Tuhan memang sering menggunakan cara-cara / hal-hal ini untuk berbicara kepada manusia. Tetapi per­soalannya, apakah sampai jaman sekarangpun Tuhan masih menggunakan cara-cara itu untuk berbicara kepada manusia?

A) Pandangan Kharismatik.

1) Tuhan jelas masih menggunakan cara-cara tersebut untuk berbica­ra kepada manusia, karena Tuhan itu tidak berubah (Ibrani 13:8).

Tanggapan saya:

Terlepas dari masih atau tidaknya Tuhan berbicara kepada manu­sia melalui hal-hal tersebut, perlu kita ketahui bahwa sekali­pun Yesus tidak berubah, itu tidak berarti bahwa Ia pasti terus melakukan apa yang dahulu pernah Ia lakukan. Misalnya: Ia pernah mencip­takan alam semesta, tetapi Ia tidak mengulangi hal itu. Tuhan pernah menghukum seluruh bumi dengan air bah, tetapi Ia bahkan berjanji tidak akan melakukannya lagi (Kej 9:9-17). Yesus pernah mati di atas kayu salib, dan Ia tidak melakukan hal itu lagi (Ibr 9:27-28). Dahulu Allah berbicara kepada umatNya dengan perantaraan nabi-nabi, tetapi pada zaman akhir Ia berbicara kepada umatNya dengan perantaraan Yesus (Ibr 1:1). Jadi, sekalipun Yesus tidak berubah, bisa saja Ia tidak melakukan lagi apa yang dahulu pernah Ia lakukan!

2) Kis 2:17-21 menunjukkan bahwa Tuhan masih menggunakan hal-hal itu untuk berbicara kepada manusia. Jadi, mimpi, nubuat dll yang ada dalam Kitab Suci hanyalah suatu model. Semua itu tetap terjadi pada saat ini.

Tanggapan saya:

Perlu diketahui bahwa Kis 2:17-21 (kutipan Petrus tentang nubuat nabi Yoel) bisa saja diartikan bahwa mimpi, penglihatan dsb itu hanya terjadi setelah hari Pentakosta sampai selesai­nya penulisan Kitab Suci, dan tidak mesti diartikan sampai Yesus datang kembali.

3) Banyak orang Kharismatik yang bahkan lebih menekankan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan melalui nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran dsb, dari pada Kitab Suci / Firman Tuhan sendiri. Banyak orang Kharismatik, yang kalau ingin mengetahui kehendak Tuhan, bukannya mencari / mempelajarinya dalam Kitab Suci, tetapi meminta Tuhan memberinya petunjuk melalui nubuat, penglihatan, dsb.

Tanggapan saya:

Ini jelas salah. Kitab Suci tidak boleh diabaikan, tetapi harus dipelajari sehingga kita bisa mengetahui kehendak Tuhan.

B) Pandangan Anti Kharismatik.

1) Orang-orang yang anti Kharismatik, seperti John F. MacArthur, Jr. dan Victor Budgen, menganggap bahwa jaman sekarang Tuhan sudah tidak lagi menggunakan mimpi, nubuat, dll, untuk berbica­ra kepada manusia. Mereka berpendapat bahwa kalau pada jaman sekarang hal itu masih terjadi, maka itu akan merusak otoritas dari Kitab Suci dan akan menyebabkan orang kristen mengabaikan Kitab Suci.

2) Dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 135, Victor Budgen mengutip kata-kata dari Martin Luther (1483-1546) yang berkata sebagai berikut:

“The Scripture is so full, that as for visions and revelations, nec curo, nec desidero, I neither regard nor desire them” (= Kitab Suci begitu penuh, sehingga untuk penglihatan dan wahyu, aku tidak mempedulikan mau-pun menginginkannya).

Budgen melanjutkan dengan mengatakan: Waktu Luther mendapat penglihatan tentang Kristus, setelah berdoa dan berpuasa selama 1 hari, maka Luther lalu berteriak:

“Avoid Satan, I know no image of Christ but the Scriptures” (= Menjauhlah / pergilah setan, aku tidak tahu gambar Kristus selain Kitab Suci).

Dalam buku yang sama, hal 138, Budgen mengutip kata-kata John Owen, seorang ahli theologia Reformed yang hidup pada tahun 1616-1683. John Owen berkata sebagai berikut tentang ‘revel­ations’ (= wahyu):

“They are of two sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether they contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional thereunto, or seemingly confirmato­ry thereof, they are universally to be rejected, the former being absolutely false, the latter useless. ... By subjective revelations, nothing is intended but that work of spiritual illumination whereby we are enabled to discern and understand the mind of God in the Scripture; which the apostle prays for in the behalf of believers (Eph 1:16-19) ...” [= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan subyektif. Yang tergolong jenis pertama (wahyu obyektif), apakah itu berisikan ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang ditambahkan pada Kitab Suci, atau ajaran yang kelihatannya meneguhkan Kitab Suci, harus ditolak secara universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir karena tidak berguna. ... Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain adalah pekerjaan pencerahan rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat dan mengerti pikiran Allah dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa demi orang percaya (Ef 1:16-19) ...].

Lalu dalam hal 183, Budgen mengutip lagi dari Charles Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut:

“Every now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools ready to follow any impostor” (= sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk meng-ikuti seadanya penipu).

Catatan: 3 orang yang dikutip oleh Budgen ini semuanya hidup pada jaman dimana Kharismatik (bahkan Pentakosta) belum ada! Perhati­kan tahun dimana mereka hidup. Karena itu mereka ini tidak bisa disebut sebagai ‘anti kharismatik’!

C) Pandangan saya.

1) Nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran yang ada pada jaman sekarang banyak sekali yang palsu. Bisa dipastikan sebagian besar adalah palsu, artinya tidak datang dari Tuhan tetapi mungkin dari orang itu sendiri, atau orangnya hanya membual, atau datang dari setan. Ini sesuai dengan peringatan Yesus dan Kitab Suci bahwa menjelang akhir jaman akan ada banyak pemalsuan dari setan.

Contoh:

· Penginjil Kharismatik dari Amerika, Oral Robert, mengatakan bahwa Tuhan menuntut dari dia uang sebanyak 4,5 juta dollar atau ia akan dipanggil pulang. Ini jelas adalah palsu, karena bagaimana mungkin Tuhan menjadi seorang teroris yang begitu gila dengan menyandera anakNya sendiri?

· Seorang penginjil berkata bahwa Yesus sering menampakkan diri kepada dia (tanpa berbuat apa-apa, hanya tersenyum dsb) bahkan pada saat kebaktian / khotbah sedang ber­langsung. Ini juga pasti palsu, karena Tuhan menghendaki kebaktian berlangsung dengan tertib dan teratur (1Kor 14:33,40), sehingga tidak mungkin Ia sen-diri lalu merusak ketertiban itu.

2) Nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran, mimpi yang isinya adalah pengajaran yang berlaku umum (untuk semua orang), saya yakin sudah tidak ada lagi pada jaman ini. Alasannya: kalau hal-hal itu masih ada, maka harus dituliskan menjadi Kitab Suci jilid II dan itu jelas tidak mungkin.

Contoh:

· Ada seorang penginjil yang mengatakan bahwa ia diajar langsung oleh Allah selama 40 hari tentang arti dari seluruh Kitab Suci. Ini jelas merupakan ajaran yang berlaku untuk semua orang. Kalau memang ajaran itu dari Tuhan, berarti pasti itu adalah ajaran yang infallible & inerrant (= tidak ada salahnya), dan sudah seharusnya ditulis menjadi Kitab Suci jilid II. Mengapa itu tidak dia lakukan? Hal seperti ini jelas adalah palsu!

· Ada orang yang berkata bahwa Tuhan membawa dia ke neraka, dan ia lalu menuliskan apa yang ia lihat itu dalam buku yang berjudul ‘Wahyu Tuhan Yesus tentang Neraka’. Ini jelas meru­pakan ajaran yang berlaku umum, dan merupakan kitab Suci jilid II. Karena itu, ini pasti palsu!

3) Tentang nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran, mimpi yang isinya adalah tentang hal-hal yang hanya ditujukan kepada satu atau sekelompok orang saja (tidak berlaku umum), pada saat / sikon tertentu saja, saya ragu-ragu / tidak pasti apakah semua ini juga tidak ada lagi pada jaman sekarang.

Misalnya ada orang kristen mengalami problem yang berat yang menyebabkan ia mau bunuh diri. Tidak mungkinkah Tuhan melakukan intervensi dan memberi dia penglihatan sehingga ia dikuatkan / dihiburkan dan tidak jadi bunuh diri?

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a) Tidak ada satu ayat Kitab Sucipun yang secara jelas menyata­kan bahwa nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran itu sudah tidak ada lagi. Saya berpendapat bahwa kata-kata John Owen di atas tidak mempunyai dasar Kitab Suci yang jelas dan meyakin-kan.

b) Dalam Kitab Suci ada nubuat-nubuat yang terjadi, tetapi isi nubuat itu tidak dimasukkan ke dalam Kitab Suci.

Contoh: Bilangan 11:27. Disini Kitab Suci Indonesia salah terjema­han. NIV: Eldad and Medad are prophesying in the camp (= Eldad dan Medad sedang bernubuat dalam kemah).

Mereka jelas bernubuat, dan nubuat itu datang dari Tuhan, tetapi isi nubuat itu tidak dicatat dalam Kitab Suci.

Jadi, kalau jaman sekarang ada nubuat, bahasa Roh, dsb, tidak harus menimbulkan Kitab Suci jilid II, dan dengan demikian tidak merusak otoritas dari Kitab Suci.

c) Ada hal-hal penting yang tidak bisa kita ketahui dari Kitab Suci. Misalnya: Siapa jodoh yang Tuhan kehendaki bagi kita? Dimana kita harus bekerja?

Tuhan memang punya banyak cara untuk bisa menunjukkan kehen­dakNya kepada kita dalam hal-hal seperti itu, tetapi tidak mungkinkah untuk hal-hal ini Tuhan lalu menggunakan hal-hal seperti nubuat, bahasa Roh, dsb untuk menunjukkan kehendakNya kepada kita?

4) Kalau saudara mengalami nubuat, bahasa Roh, penglihatan, dsb, periksalah / ujilah dengan Kitab Suci / Firman Tuhan. Ingat bahwa setan juga bisa memberikan hal-hal seperti itu (bdk. Mat 24:23-25 2Korintus 11:14 Galatia 1:6-9).

Kalau saudara kurang mempunyai pengertian Kitab Suci, mintalah seorang hamba Tuhan (yang sejati) untuk membantu saudara dalam menguji dengan menggunakan Kitab Suci.

Contoh pengujian: Ada pendeta / penginjil yang berkata bahwa Yesus berulang-ulang / terus menerus menampakkan diri kepadanya pada waktu ia sedang berkhotbah (dan Yesusnya tidak melakukan apa-apa kecuali hanya tersenyum, duduk dsb). Padahal dalam 1Kor 14:33,40 dikatakan bahwa Tuhan menghendaki ketertiban dalam kebaktian. Karena itu, tidak mungkin Yesus menampakkan diri tanpa ada gu-nanya dan meru­sak ketertiban dalam kebaktian. Karena ini berten-tangan dengan Kitab Suci, maka ini pasti palsu (mungkin sekedar merupakan isapan jempol­ pendeta / penginjil itu, atau penglihatan itu datang dari setan).

III) Suara Roh Kudus dalam hati / pikiran kita.

Yang saya maksudkan dengan ‘suara Roh Kudus’ di sini bukanlah suara yang bisa terdengar oleh telinga kita, tetapi juga bukan sekedar ‘dorongan Roh Kudus’ dalam hati kita. Yang saya maksud betul-betul adalah ‘suara Roh Kudus’ yang berbicara dalam hati / pikiran kita sehingga tanpa suatu proses pemikiran, kita tahu apa yang Ia kehendaki.

Ada banyak orang yang menyatakan bahwa mereka pernah mengalami hal seperti ini. Dalam banyak kasus bahkan dikatakan bahwa mereka berdialog dengan Tuhan / Roh Kudus.

A) Pandangan Kharismatik.

Boleh dikatakan semua orang Kharismatik menerima hal ini.

B) Pandangan anti Kharismatik.

Mereka menolak adanya hal seperti ini pada jaman sekarang ini. Mengapa? Karena mereka berpendapat bahwa sama seperti nubuat, ba-hasa Roh, penglihatan dsb, maka ‘suara Roh Kudus’ dalam hati / pikiran kita adalah sesuatu yang datang langsung dari Allah dan pasti tidak mungkin salah. Kalau hal seperti itu masih ada pada jaman ini, itu akan merusak keunikan dan otoritas Kitab Suci.

C) Pandangan saya.

1) Saya percaya bahwa Roh Kudus bisa mengingatkan kita akan Firman Tuhan yang sudah pernah kita pelajari / dengar, untuk menegur, menguatkan atau menghibur kita. Ini memang adalah salah satu tugas Roh Kudus (Yoh 14:26) dan ini harus diterima oleh setiap orang kristen, termasuk yang anti Kharismatik.

2) Tetapi suara Roh Kudus dalam hati / pikiran kita jelas tidak sama dengan no 1 di atas. Melalui suara Roh Kudus ini Roh Kudus di-katakan bisa berdialog, menjelaskan arti ayat Kitab Suci, atau menyu-ruh kita melakukan hal-hal lain. Jadi berbeda dengan no 1 di atas dimana Ia hanya mengingatkan kita akan hal-hal yang sudah pernah kita pelajari / dengar, maka disini Ia memberikan sesuatu yang belum pernah kita ketahui.

Apakah hal seperti ini masih ada atau tidak, saya ragu-ragu. Alasan keragu-raguan saya adalah:

a) Tuhan adalah Gembala kita. Itu berarti Ia memimpin kita dalam segala hal, termasuk yang kecil-kecil. Padahal Kitab Suci jelas tidak mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Lalu, bagaimana Tuhan menunjukkan jalanNya kepada kita dalam hal-hal yang tidak ada dalam Kitab Suci? Misalnya, bagaimana Ia menunjukkan ke-pada seseorang jodoh dari orang itu? Memang karena kemaha-kuasaanNya Ia bisa menggunakan banyak cara untuk menunjuk-kan hal itu, misalnya dengan mengatur situasi dan kondisi di sekitar kita, atau dengan memimpin kita dalam proses pemikiran kita. Tetapi karena dalam Kitab Suci dika­takan bahwa Roh Kudus itu diberikan untuk memimpin kita, tidak mungkinkah Roh Kudus itu memimpin kita dalam hal itu melalui suaraNya dalam hati / pikiran kita?

b) Bahwa ada banyak orang kristen mengaku pernah mendengar suara seperti itu bukanlah bukti yang kuat untuk memastikan masih adanya hal itu pada jaman ini. Karena persoalannya adalah: bagaimana bisa dipastikan bahwa itu adalah suara Roh Kudus? Apakah itu bukan sekedar suara hati atau naluri / indera ke 6?

c) Bahwa ada banyak orang kristen tidak pernah mengalami hal ini, bukanlah merupakan bukti bahwa hal ini pasti tidak ada lagi. Mungkin itu adalah semacam karunia khusus yang hanya diberikan oleh Tuhan kepada orang-orang kristen tertentu saja.

3) Pesan saya:

Kalau saudara pernah / sering mendengar ‘suara’ seperti itu, maka:

a) Ingatlah bahwa suara itu bisa datang dari setan sekalipun suara itu terbukti benar dan memberikan kebaikan kepada saudara.

Jonathan Edwards (1703-1758) mengatakan sebagai berikut:

“One erroneous principle, than which scarce any has proved more mischievous to the present glorious work of God, is a notion that it is God’s manner in these days, to guide his saints, at least some that are more eminent, by inspiration or immediate revelation. They suppose he makes known to them what shall come to pass hereafter, or what it is his will that they should do, by impressions made upon their minds, either with or without texts of Scripture; whereby something is made known to them, that is not taught in Scripture. By such a notion the devil has a great door opened for him; and if once this opinion should come to be fully yielded to, and established in the church of God, Satan would have opportu­nity thereby to set up himself as the guide and oracle of God’s people, and to have his word regarded as their infal­lible rule, and so to lead them where he would, and to introduce what he pleased, and soon to bring the Bible into neglect and contempt. Late experience, in some instances, has shown that the tendency of this notion is to cause persons to esteem the Bible as in a great measure useless” (= Satu prinsip yang salah, yang jarang ada tandingannya dalam merusak / merugikan pekerjaan Allah yang mulia pada jaman ini, adalah suatu anggapan bahwa adalah merupakan cara Allah pada jaman ini, untuk me-mimpin para orang kudusNya, setidaknya beberapa orang yang lebih menonjol, dengan menggunakan ilham atau wahyu langsung. Mereka menganggap Ia memberitahu mereka apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, atau apa yang Ia kehendaki untuk mereka lakukan, dengan suatu kesan yang dibuat dalam pikiran mereka, dengan atau tanpa text Kitab Suci; dengan mana sesuatu, yang tidak diajarkan dalam Kitab Suci, dinyatakan kepada mereka. Dengan adanya pandangan / anggapan seperti itu, setan mempunyai sebuah pintu besar yang terbuka bagi dia; dan sekali pandan­gan ini diterima secara penuh, dan ditegakkan dalam gereja Allah, maka setan akan mempunyai kesempatan melalui hal ini untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai pemandu dan kata-kata ilahi dari umat Allah, dan menjadikan kata-katanya sebagai peraturan yang tidak bisa salah dari umat Allah, dan dengan demikian membawa mereka kemanapun ia mau, dan menga­jukan apapun yang ia senangi, dan dengan cepat menyebabkan Alkitab diabaikan dan dihina. Pengalaman akhir-akhir ini, dalam beberapa contoh, menunjukkan bahwa pandangan / anggapan ini mempunyai kecondongan untuk menyebabkan orang-orang menganggap Alkitab itu sia-sia) - Victor Budgen, ‘The Cha-rismat­ics and the Word of God’, pp 176-177.

Jonathan Edwards memang termasuk orang yang tidak menerima adanya suara Roh Kudus dalam hati / pikiran kita pada jaman ini. Kalaupun saudara tidak bisa menyetujui dia dalam hal ini, kata-katanya tetap penting untuk saudara perhatikan! Bahaya yang ia kuatirkan adalah kalau setan yang memberikan suara itu. Kalau saudara menganggap bahwa setan tidak mungkin membe-rikan suara yang benar / baik, maka saudara perlu ingat bahwa setan adalah pendusta yang sangat licik dan banyak akalnya. Ia bisa saja mula-mula memberikan suara yang benar / baik, dan sesudah suaranya itu saudara percayai secara mutlak, ia mulai memberikan hal-hal yang salah!

Ulangan 13:1-3 memberikan peringatan tentang kemungkinan akan terjadinya peristiwa sebagai berikut: ada seorang nabi / pemimpi yang menubuatkan suatu tanda, dan tanda itu lalu terjadi (ini menyebabkan ia dipercaya). Tetapi setelah itu ia mengajak orang Israel untuk menyembah berhala. Tuhan berkata bahwa orang Israel tidak boleh menurutinya.

Ini menunjukkan bahwa setan mula-mula bisa memberikan hal-hal yang baik / benar, dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan kita. Setelah kita mempercayainya, maka ia menyesatkan kita.
Illustrasi:

Ada orang yang pada waktu mau membunuh tikus-tikus di rumahnya, mula-mula memberi makan tikus-tikus itu. Setelah semua tikus-tikus itu ‘percaya’ kepadanya dan selalu memakan habis makanan yang ia sediakan tanpa curiga, ia lalu memberi makanan yang dicampur racun. Tikus-tikus yang sudah menaruh kepercayaan kepadanya tertipu dan mereka mati semua di dalam satu malam!

Maukah saudara mati diracun oleh setan dengan cara seperti itu? Kalau saudara tidak mau diracun oleh setan dengan cara seperti itu maka checklah setiap suara dengan menggunakan Kitab Suci! Roh Kudus tidak mungkin memberikan suara / petunjuk yang berten­tangan dengan Kitab Suci! Jadi jangan ada saat dimana sauda­ra sudah begitu mempercayai suara itu sehingga saudara langsung menerimanya tanpa mengecheck dengan Kitab Suci!

b) Jangan mengabaikan Kitab Suci dalam mencari pimpinan Tuhan. Sekalipun dalam Kitab Suci banyak orang mendapatkan pimpinan Tuhan melalui mimpi, nubuat, tanda, suara Tuhan / Roh Kudus dsb, tetapi semua itu terjadi pada saat Kitab Suci belum lengkap! Setelah Kitab Suci lengkap, maka pada umumnya Tuhan mem-berikan pimpinanNya melalui Kitab Suci (kalau tidak, apa gunanya Ia memberikan Kitab Suci kepada kita?).

Kalaupun saudara sering mendapatkan pimpinan Roh Kudus melalui suara Roh Kudus tersebut, ingatlah bahwa pada umum­nya Tuhan tetap memimpin melalui Kitab Suci. Bacalah Maz 119:105 dan Mat 22:29! Jadi, apapun yang terjadi, jangan sekali-kali meng-abaikan Kitab Suci. Pelajarilah Kitab Suci dengan tekun untuk mendapatkan pimpinan Tuhan!

KHARISMATIK 3
PENGGUNAAN OTAK / PIKIRAN
A) Ajaran Kharismatik.

1) Penggunaan pikiran / otak adalah sesuatu yang menentang Roh Kudus / pekerjaan Roh Kudus.

2) Kita harus membuang pikiran, supaya kita terbuka terhadap peker­jaan Tuhan secara langsung.

3) Persekutuan terindah / tertinggi dengan Allah tercapai pada waktu pikiran kita dibuang / disingkirkan / tidak digunakan.

Bahwa banyak orang Kharismatik mempercayai ajaran di atas ini terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:

Peter Masters mengutip kata-kata seorang tokoh Kharismatik yang bernama John Wimber yang mengatakan:

“Fear of losing control is threathening to most Western Christians” (= Rasa takut kehilangan kontrol adalah sesuatu yang mengancam / menakutkan bagi keba-nyakan orang barat kristen) - Peter Masters, ‘The Healing Epidemic’, p 181.

Dalam buku yang sama, hal 181-182, Peter Masters lalu melanjutkan dengan mengatakan: 
“He (John Wimber) insists that we must overcome our fears, because rational control must be forfeited for tongue-speaking to occur; for soaring ecstatic sensations to be felt in worship; for mes­sages from God to be received directly into the mind, and for miraculous events to happen, such as healings” [= Ia (John Wimber) berkeras bahwa kita harus mengalahkan rasa takut kita, karena kontrol pikiran harus ditinggalkan supaya bahasa lidah / Roh bisa terjadi; supaya rasa gembira yang luar biasa dapat dirasakan dalam kebaktian; supaya pesan-pesan Allah dapat diterima langsung pada otak, dan supaya mujijat-mujijat, seperti kesembuhan, bisa terja­di]. 

“Increasing numbers of healers are practising the technique of putting sick people into trance states which knock out their power of rational control” (= makin banyak penyembuh-penyembuh yang mempraktekkan tehnik yang membuat orang sakit masuk dalam keadaan trance / tak sadar yang memukul K.O. kekuatan kontrol pikiran mereka). 

“Most charismatic healing meetings now begin with strenuous ef­forts to help people to surrender their rational control and behave in a completely un-inhibited way. The goal is that worship­pers should be ‘open’ to accept anything that happens, no matter how strange, inexplicable or bizzare it may be. Loud, rhythmic music forms the basis of worship, and all present are urged to join in with arm-waving, body-swaying, foot-tapping, and even dancing and leaping in the air. Rational control must at all costs be swept away because nothing which occurs must be impeded, tested or evaluated by the intelligent mind, versed in the Word of God” (= Kebanyakan kebaktian kesembuhan Kharismatik di-mulai dengan usaha keras untuk menolong jemaat untuk membuang kontrol pikiran mereka dan bertindak / bersikap tanpa rasa malu. Tujuannya adalah supaya jemaat terbuka untuk menerima apapun yang terjadi, tidak peduli betapa anehnya, tidak masuk akalnya, dan ajaibnya hal yang terjadi itu. Musik yang keras adalah dasar dari kebaktian / ibadah itu, dan semua orang yang hadir didorong untuk menggerak-gerakkan tangan, tubuh, kaki, dan bahkan berdansa dan melompat-lompat. Apapun yang terjadi, kontrol pikiran harus dibuang karena apapun yang terjadi tidak boleh dihalangi, diuji atau dievaluasi oleh pikiran yang benar-benar mengetahui / mengenal Firman Allah). 
“By discarding the law of sound mind charismatics have rendered themselves highly gullible in the face of false teaching, exaggera­tion and lies” (= Dengan membuang hukum akal sehat, orang-orang Kharismatik telah membuat diri mereka sendiri mudah tertipu dalam menghadapi ajaran sesat / palsu, cerita-cerita yang dilebih-lebih­kan, dan dusta). 

Contoh-contoh pikiran yang dibuang / di by pass:

¨ Orang yang ‘nggeblak’. Memang ada orang yang pura-pura saja / ikut-ikutan nggeblak, tetapi ada juga yang betul-betul pingsan / kehi­langan kesadarannya. Ini jelas membuang pikiran / akal.

¨ Orang yang menjadi histeris pada saat penyembahan dalam kebaktian / persekutuan Kharismatik. Ini tidak terlalu berbeda dengan orang-orang yang nonton pagelaran musik Rock!

¨ Berdoa dengan bahasa roh. Ini adalah suatu usaha untuk berdoa tanpa menggunakan otak, padahal Firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus berdoa dengan menggunakan pikiran (Bdk. 1Kor 14:14,15).

¨ Banyak chairman (= pemimpin liturgi) yang berbicara, menyanyi dan berdoa dengan cara sedemikian rupa sehingga terlihat jelas bahwa mereka hanya menggunakan perasaan mereka, dan membuang pikiran mereka! Juga banyak orang yang memberikan sharing dengan cara yang sama.

¨ Mengaminkan segala sesuatu yang dikatakan pengkotbah / chairman dari atas mimbar, tanpa peduli betapa tidak masuk akalnya dan betapa tidak alkitabiahnya ajaran yang mereka berikan (bdk. Kisah Para Rasul 17:11).

¨ Mempercayai segala kesaksian yang disharingkan tanpa mempedulikan betapa tidak masuk akalnya dan betapa tidak alkitabiahnya cerita yang disharingkan.

¨ Toronto Blessing adalah contoh yang paling mutakhir tentang pikiran yang dibuang atau di-by pass!
B) Pandangan saya.

1) Adanya pikiran adalah salah satu ciri manusia sebagai peta dan teladan Allah. Tanpa pikiran, manusia tidak berbeda dengan binatang (Ayub 39:16-20 Maz 32:9 Maz 49:21 Maz 73:22 Yudas 10). Jadi, orang yang berusaha membuang pikirannya, sebetulnya sedang berusa­ha untuk menjadi binatang!

2) Dengan pikiran saja, manusia memang tidak akan bisa mengenal Allah. Harus ada Kitab Suci / Firman Tuhan dan Roh Kudus yang bekerja di dalam diri manusia. Tetapi, hanya dengan Kitab Suci dan Roh Kudus, tanpa otak, kita juga tidak akan bisa mengenal Allah!

Dasar Kitab Suci:

· Matius 22:29 - kata ‘mengerti’ jelas menunjukkan penggunaan otak!

· Matius 13:51 Matius 15:16 Mat 16:9,11 -- Yesus jelas menekankan penger-tian. Dan ini tidak mungkin bisa ada tanpa penggunaan otak.

· Efesus 4:17-18 menunjukkan otak orang non kristen; Ef 4:20,21,23 me- nunjukkan otak orang kristen. Efesus 4:23 itu menunjukkan bahwa menjadi orang kristen tidak berarti bahwa pikirannya dibuang, tetapi diperba-harui.

· Lukas 24:45 berbunyi: “Lalu Ia membukakan pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”. Ini menunjukkan pentingnya penggunaan otak, Kitab Suci dan pekerjaan Tuhan.

3) Kitab Suci juga menunjukkan pentingnya penggunaan otak dalam ber-bagai hal, seperti:

· Dalam pertobatan (Luk 15:17 - ‘menyadari’).

· Dalam menerima Firman Tuhan (Mat 13:23 - ‘mengerti’).

· Dalam pertumbuhan pengenalan akan Tuhan (2Pet 1:5-6 - ‘pengeta­huan’).

· Dalam mengasihi Tuhan (Mat 22:37 - ‘akal budi’).

· Dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan (Kis 6:9-10 - ‘bersoal jawab’; Kis 9:22 - ‘membuktikan’).

· Dalam berdoa dan menyanyi (1Korintus 14:15 - ‘dengan akal budiku’).

· Dalam memecahkan perbedaan pendapat Theologia (Kis 15:7 - ‘per-tukaran pikiran’).

· Dalam berusaha hidup sesuai kehendak Tuhan (1Timotius 1:13 Roma 10:2).

Dalam kedua ayat ini terlihat bahwa karena tidak adanya pengertian yang benar, Paulus (sebelum ia bertobat) dan orang-orang Yahudi mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang salah.

· Kitab Amsal menekankan hikmat. Hikmat menyangkut pengertian / pengetahuan. Lihat Amsal 1:17 2:1-6 9:10 12:1 18:2-3 19:2. Jadi, kalau kita membuang pikiran, itu berarti kita juga membuang hikmat yang justru ditekankan pentingnya oleh Kitab Amsal!

4) Kitab Suci mengharuskan kita mempunyai akal sehat.

Dalam 1Timotius 3:2, salah satu syarat untuk penilik jemaat adalah ‘bijaksana’. Kata ini diterjemahkan berbeda-beda.

NASB: prudent (= bijaksana, hati-hati).

NIV: self-controlled (= menguasai diri). 

RSV: sensible (= berpikiran sehat / bijaksana). 

KJV: sober (= waras / bijaksana).

Kata bahasa Yunaninya adalah: SOPHRON (= soundminded / berpikiran sehat) yang berasal dari 2 kata Yunani yaitu SOZO [= I save (= aku menyelamatkan)] dan PHREN [= mind (= pikiran)].

Kata Yunani yang sama terdapat dalam Tit 1:8 Tit 2:2,5,12 (diterjemah-kan ‘bijaksana’), dalam Tit 2:6 (diterjemahkan ‘menguasai diri’), dan da-lam 1Pet 4:7 (diterjemahkan ‘kuasailah dirimu’). 

Semua ayat ini jelas menunjukkan bahwa berpikiran sehat merupakan keharusan bagi setiap orang kristen!

5) Kita harus menggunakan otak / pikiran, tetapi kita tidak boleh bersandar pada pikiran! (Ams 3:5).

Kalau Kharismatik mengambil sikap extrim kiri yaitu membuang / tidak menggunakan pikiran, maka liberalisme dan banyak orang Protestan mengambil sikap extrim kanan yaitu bersandar pada pikiran. Kedua extrim ini harus dijauhi!

Otak harus digunakan di bawah pimpinan Tuhan untuk mengerti Kitab Suci, bukan untuk menghakimi Kitab Suci!

6) Ada beberapa hal yang bisa membuang pikiran sehat:

· minuman keras.

· narkotik.

· penyakit, misalnya gila.

· usia tua, dimana orang menjadi pikun.

· occultisme, yaitu praktek-praktek yang berhubungan dengan kuasa gelap, seperti semedi, trance, hipnotis, dsb.

Empat hal yang pertama adalah persoalan jasmani, dan hanya occul­tisme yang merupakan persoalan rohani. Kalau Kharismatik membuang pikiran, maka Kharismatik sudah termasuk dalam occultisme! Dr. Kurt Koch, seorang ahli occultisme, dalam bukunya yang berjudul ‘Occult ABC’ (hal 29-34) memang memasukkan ‘Charismatic Movements’ ke dalam daftar hal-hal yang termasuk occultisme!

Pesan-pesan yang perlu diperhatikan:

Penggunaan otak / pikiran itu penting, dan karena itu jangan malas menggunakan otak dalam segala sesuatu, seperti:

· pada waktu mendengar khotbah (bdk. Kis 17:11).

· pada waktu memberitakan Firman Tuhan / memberitakan Injil.

· dalam menentang ataupun menyetujui suatu pendapat.

· dalam menentang / menyetujui suatu praktek rohani tertentu.

Kharismatik 4

BAPTISAN ROH KUDUS
A) Pandangan Kharismatik.

1) Orang Kharismatik pada umumnya berpendapat bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh (sudah selamat, sudah menjadi anak Allah) bisa saja belum mempunyai Roh Kudus. Jadi ada ‘gap’ (= selang waktu) anta-ra saat seseorang itu percaya kepada Kristus dan saat orang itu mene-rima Roh Kudus / baptisan Roh Kudus. Dengan demikian baptisan Roh Kudus dianggap sebagai ‘second work of grace’ (= peker­jaan kasih karunia yang kedua).

Bahwa ini memang merupakan ajaran Kharismatik, terlihat dari kuti­pan-kutipan di bawah ini:

a) “Apa yang dapat kita perbuat untuk membantu seseorang untuk menerima Roh Kudus? Kita harus membantu calon penerima Roh Kudus untuk menyadari bahwa Tuhan telah memberikan Roh KudusNya dan selanjutnya terserah kepadanya (calon yang bersangkutan) untuk menerima Roh Kudus itu sekarang! Jelaskanlah kepada calon itu bahwa ia tidak perlu menge­mis-ngemis kepada Tuhan. Kita adalah anak-anak Tuhan, ....

Berikanlah petunjuk kepada calon penerima Roh Kudus itu bahwa sekarang juga ia sudah diselamatkan, sehingga iapun sudah siap untuk dapat menerima Roh Kudus. ...

Akan tetapi apabila seseorang itu telah diselamatkan, maka keadaannya memang sudah ‘beres’ dan sudah siap untuk dapat menerima Roh Kudus” (Kenneth Hagin, ‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’, hal 3-4).

b) “Roh Kudus itu mutlak perlu bagi setiap orang yang menyebut diri kristen. Yang menjadi pertanyaan adalah: Dapatkah semua orang kristen menerima Roh Kudus? .... Alkitab katakan bahwa semua orang yang telah diselamatkan akibat percaya Tuhan Yesus, sudah dapat menerima karunia tersebut, tidak ada perkecualian” (‘Roh Kudus’, School of Ministry GBI Bethany, hal 25).

Perhatikan bahwa disatu pihak orang itu disebut dengan istilah ‘anak Tuhan / orang kristen’, ‘sudah / telah diselamatkan’, ‘percaya Tuhan Yesus’, tetapi pada saat yang sama ia tetap disebut sebagai ‘calon penerima Roh Kudus’ atau ‘sudah dapat menerima karunia tersebut’, yang menunjukkan bahwa ia belum mempunyai Roh Kudus.

2) Orang Kharismatik pada umumnya juga mengharuskan setiap orang kristen untuk berusaha mengalami baptisan Roh Kudus. Jadi, setiap orang kristen harus mencari Baptisan Roh Kudus ini. Tiap orang kristen harus mengalami ‘pentakosta’nya masing-masing / sendiri-sendiri.

3) Orang Kharismatik pada umumnya menyamakan / mencampur-adukkan ‘Baptisan Roh Kudus’ dengan ‘kepenuhan Roh Kudus’.

Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Istilah ‘penuh dengan Roh Kudus’ maupun ‘dibaptis dengan Roh Ku­dus’, sesungguhnya yang dimaksud adalah ‘dipenuhi dengan Roh Kudus’” (‘Roh Kudus’, School of Ministry GBI Bethany, hal 24).

4) Orang Kharismatik pada umumnya juga berpendapat bahwa baptisan Roh Kudus itu ditandai dengan bahasa Roh / lidah.

Ini terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:

a) “Jelaskanlah kepada calon penerima Roh Kudus, bahwa dialah yang harus berbicara. Roh Kudus akan bekerja melalui perantaraan organ suaranya (bibir dan lidahnya), dan calon penerima itu harus menge­luarkan suara dan berbicara untuk mengucapkan kata-kata. ...

Memang sudah dapat diharapkan bahwa apabila calon penerima Roh Kudus itu menerima Roh Kudus, maka iapun akan berbicara dalam bahasa roh sesuai dengan Roh yang memberikan pengucapannya kepa-da­nya” (Kenneth Hagin, ‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’, hal 5-6).

b) “Saat menerima Roh Kudus, dengan iman kita harus memulai berbicara Berbahasa Roh. The Holy Spirit gives utterance, but man does the speaking (= Roh Kudus memberikan ucapan, tetapi manusialah yang mengucapkannya / berbicara). ...

Dari semua keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semua orang yang dibaptis Roh Kudus mempunyai Bukti atau Tanda awal yaitu berkata-kata dalam bahasa roh. Tidak ada bukti awal lain yang ditulis dalam Perjanjian Baru setelah Pentakosta selain berkata-kata dalam bahasa roh” (‘Roh Kudus’, School of Ministry GBI Bethany, hal 25,30,31).

5) Orang Kharismatik pada umumnya berpendapat bahwa dalam baptisan Roh Kudus ini yang membaptis adalah Roh Kudus sen­diri. Istilah dalam bahasa Inggrisnya ‘Baptism of the Holy Spirit’ (= baptisan dari Roh Kudus) menunjukkan Roh Kudus sebagai oknum yang membaptis.

6) Tentang cara menerima baptisan Roh Kudus ini tidak ada keseragaman pendapat di kalangan orang Kharismatik.

a) Ada yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus itu harus menyucikan diri.

b) Ada yang berpendapat bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus tidak perlu menyucikan diri.

c) Ada yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus itu harus berdoa untuk minta baptisan Roh Kudus.

d) Ada yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus tidak perlu berdoa untuk meminta hal itu.

e) Ada yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus harus berpuasa.

f) Ada yang mengatakan bahwa supaya seseorang bisa menerima baptisan Roh Kudus maka dibutuhkan penumpangan tangan seorang hamba Tuhan.

Ini terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Dengan cara penumpangan tangan seorang hamba Tuhan, seorang kristen dapat menerima karunia Roh Kudus” (‘Roh Kudus’, School of Ministry GBI Bethany, hal 25).

g) Ada yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus harus berbicara dalam bahasa Roh dengan iman, maka ia akan meneri­ma baptisan Roh Kudus.

Ini terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Katakanlah kepadanya supaya ia membuka mulutnya dengan lebar dan bebas, serta mengambil napas sedalam-dalamnya dan menyatakan kepada Tuhan di dalam jiwa nuraninya, ‘Saya menerima Roh Kudus sekarang ini juga oleh karena saya percaya sepenuhnya’. Desaklah dia untuk tidak usah mengucapkan sepatah kata pun bahasa yang dipakainya sehari-hari. Sebab orang tidak mungkin bisa berbicara dalam dua macam bahasa secara serentak ...

Apabila anda melihat Roh Tuhan mulai menggerakkan bibirnya, kata­kanlah kepadanya dengan gamblang untuk berucap apa saja yang paling mudah baginya. Apabila orang itu telah mengangkat suaranya melalui imannya dan percaya sepenuhnya kepada Allah, dan apabila dia sendiri dapat mendengar gema ucapan kata-katanya itu dalam bahasa yang jelas, maka anda dapat mengetahui bahwa orang itu telah menerima Roh Kudus. ...

Anda tidak mungkin minum air dengan keadaan mulut tertutup, maka demikian pula Anda tidak mungkin menerima Roh Kudus dengan keadaan mulut Anda tertutup. Berbicara dalam bahasa roh sebenarnya merupa­kan suatu bentuk kerjasama antara Anda dengan Roh Kudus” (‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’, hal 8,9).

B) Pandangan saya / Reformed.

1) Tidak ada ‘gap’ antara saat percaya dan saat menerima Roh Kudus / menerima baptisan Roh Kudus! Kita menerima baptisan Roh Kudus / menerima Roh Kudus pada saat kita percaya kepada Kristus!

Catatan: Menerima baptisan Roh Kudus artinya sama dengan menerima Roh Kudus (bdk. Kis 1:5,8 Kis 2:1-4 Kis 11:15-16).

Dasar Kitab Suci:

a) Perhatikan / baca ayat-ayat ini:

· Ef 1:13b - “... di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa pemeteraian / pemberian Roh Kudus itu terjadi pada saat kita percaya!

· Efesus 3:17 - “sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih”.

· Gal 3:2,5,14 - “(2) Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? ... (5) Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil? ... (14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”.

· Gal 4:6 - “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

· 1Yoh 4:13 - “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam RohNya”.

b) Ro 8:9b mengatakan: “...jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus”.

Sedangkan orang yang percaya kepada Kristus menjadi anak Allah (Yoh 1:12). Jadi, jelas bahwa orang yang percaya kepada Kristus itu adalah milik Allah / Kristus! Jadi, jelas ia pasti punya Roh Kudus!

c) Penggunaan istilah ‘Baptisan Roh Kudus’ (Mat 3:11 Mark 1:8 Luk 3:16 Yoh 1:33 Kis 1:5 Kis 11:16 1Kor 12:13) menunjukkan bahwa hal itu pasti terjadi pada saat pertama seseorang menjadi orang kristen! Mengapa? Karena baptisan air merupakan tanda, sedangkan baptisan Roh Kudus merupa­kan realitanya. Jadi, kalau baptisan air merupakan tanda pertama yang diberikan pada waktu seseorang menjadi orang kristen, maka baptisan Roh Kudus haruslah merupakan realita pertama yang dialami seseorang pada waktu ia menjadi orang kristen / percaya Yesus!

Dalam Kis 10:47 Kornelius menerima realitanya (yaitu baptisan Roh Kudus) dan karena itu Petrus menganggap ia tidak boleh menahan tandanya (yaitu baptisan air).

Kis 10:47 - “‘Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?’”.

Dalam Kis 19:2-3 waktu Paulus mendengar bahwa mereka tidak pernah mendengar tentang Roh Kudus (realita), maka Paulus lalu menanyakan tentang baptisan air (tanda).

Kis 19:2-3 - “(2) Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’”.

Jadi, dari 2 bagian ini jelas bahwa baik Petrus maupun Paulus sangat menghubungkan baptisan Roh Kudus dan baptisan air yang merupakan hal-hal yang pertama yang harus diterima oleh seseorang waktu ia pertama-tama menjadi orang kristen.

d) 1Kor 12:13 - “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”.

Sekarang mari kita memperhatikan kata-kata yang saya garisbawahi dalam 1Kor 12:13 itu:

1. ‘kita semua’.

Kata ‘semua’ jelas menunjukkan bahwa Paulus tidak berpendapat bahwa ada orang kristen yang sudah mempunyai Roh Kudus dan ada orang kristen yang belum mempunyai Roh Kudus. Semua orang kristen (yang sejati!) pasti sudah mempunyai Roh Kudus!

2. ‘telah dibaptis’.

Ini menunjuk kepada masa lampau. Jadi, bagi semua orang kristen (yang sejati!) penerimaan Roh Kudus itu sudah terjadi!

3. ‘menjadi’.

Ini salah terjemahan! Kata bahasa Yunaninya adalah EIS yang artinya into (= ke dalam).

NIV: ‘For we were all baptized by one Spirit into one body’ (= Karena kita semua telah dibaptis oleh satu Roh ke dalam satu tubuh).

Jadi, baptisan Roh Kudus memasukkan kita ke dalam satu tubuh (yaitu tubuh Kristus), dan karena itu jelaslah bahwa ‘baptisan Roh Kudus’ dan ‘masuk­nya kita ke dalam tubuh Kristus’ terjadi pada saat yang sama, yaitu pada saat kita percaya!

Satu hal penting yang harus diperhatikan tentang 1Kor 12:13 ini adalah: ayat ini terletak dalam konteks di mana Paulus menekankan kesatuan orang kristen. Bahwa kontex ini memang menekankan kesa­tuan orang kristen terlihat dari:

a. 1Kor 12:4-6 - ‘satu’.

b. 1Kor 12:8,9 - ‘Roh yang sama’. 

c. 1Korintus 12:11 - ‘Roh yang satu dan yang sama’.

d. 1Korintus 12:12 - ‘tubuh itu satu’.

Dan ay 13 adalah klimax dari kontex yang menekankan kesatuan orang kristen ini! Jadi, baptisan Roh Kudus yang disebut oleh Paulus dalam ay 13 itu dimaksudkan untuk menunjukkan kesatuan orang kristen! Kesatuan ini terlihat karena semua orang kristen telah mengalami baptisan Roh Kudus!

Untuk jelasnya saya berikan di sini 1Kor 12:4-13 - “(4) Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. (5) Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. (6) Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. (7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. (12) Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. (13) Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”.

Tetapi dalam ajaran Kharismatik, maka doktrin tentang baptisan Roh Kudus itu justru menjadi sesuatu yang memecah gereja menjadi 2 bagian / golongan, yaitu ‘orang yang sudah menerima’ dan ‘orang yang belum menerima’ baptisan Roh Kudus! Ini jelas tidak sesuai dengan maksud Paulus dalam menuliskan 1Kor 12:13!

e) Sekarang, saya akan membahas 3 peristiwa dalam Kitab Suci dimana kelihatannya ada ‘gap’ (= selang waktu) antara saat seseorang percaya kepada Yesus dan saat orang itu menerima baptisan Roh Kudus.

1. Peristiwa pertama ialah dalam Kis 1-2.

Murid-murid Tuhan Yesus jelas sudah percaya, tetapi belum me-nerima Roh Kudus dan baru menerimaNya dalam Kis 2:4. Di sini memang ada ‘gap’! Tetapi ini terjadi sebelum hari Pentakosta (hari turunnya / pencurahan Roh Kudus)! Mereka sudah percaya tetapi belum menerima Roh Kudus, karena Roh Kudus memang belum dicurahkan! (bdk. Yohanes 7:39 16:7). Ini tentu berbeda dengan jaman sekarang dimana hari Pentakosta sudah terjadi.

2. Perisiwa kedua ialah dalam Kis 8:14-17 - “(14) Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. (15) Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. (16) Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (17) Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan) dan karena itu tidak bisa dijadikan norma / rumus. Dalam bagian-bagian lain tidak ada ‘gap’!

b. Ini adalah bagian yang istimewa / lain daripada yang lain. Keistimewaannya terlihat dari datangnya rasul-rasul kepada orang-orang Samaria itu. Tidak ada peristiwa lain dimana sese-orang itu percaya dan lalu perlu didatangi oleh rasul. Lalu apa istimewanya Kis 8:14-17 ini sehingga rasul-rasul perlu dida-tangkan? Bagian ini istimewa karena:

· Yang diinjili saat itu adalah orang Samaria (Kis 8:5,14).

· Orang Samaria sangat bermusuhan dengan orang Yahudi (Yohanes 4:9).

· Kalau orang Samaria masuk ke dalam gereja begitu saja, maka bisa dipastikan hal itu akan memecah gereja menjadi golongan Yahudi dan golongan Samaria. 

Untuk mencegah terjadinya perpecahan itu, maka Allah menahan Roh KudusNya (tidak memberikan Roh KudusNya waktu orang-orang itu percaya). Lalu Allah mengutus rasul-rasul Yahudi untuk datang ke sana dan mendoakan / menum-pangi tangan, dan orang-orang Samaria itu menerima Roh Kudus. Dengan demikian orang Samaria itu akan tunduk kepada otoritas dari rasul-rasul Yahudi itu, dan orang-orang Yahudi, yang tahu bahwa orang Samaria menerima Roh Kudus melalui doa / penumpangan tangan rasul-rasul Yahudi, akan menerima orang-orang Samaria itu ke dalam gereja.

c. Peristiwa ini takkan terulang lagi. Dasarnya? Karena dalam Kitab Suci, memang tidak pernah terulang lagi. Jadi, Samaria dianggap sebagai wakil dari semua bangsa-bangsa lain.

3. Peristiwa ketiga ialah dalam Kis 19:1-7 - “(1) Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2) Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’ (4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (6) Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (7) Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang”.

Perhatikan hal-hal ini:

a. Orang-orang itu tidak pernah mendengar tentang Roh Kudus (ay 2).

b. Mereka dibaptis dengan baptisan Yohanes (ay 3).

Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang itu belum betul-betul kristen. Rupa-rupanya mereka ‘bertobat’ karena penginjilan yang tidak sempurna dari Apolos (bdk. Kis 18:24-26 yang menunjukkan adanya kekurangan dalam pengertian Apolos, yang lalu diperbaiki oleh Priskila dan Akwila). Karena itu Paulus lalu memberitakan Injil lagi kepada mereka (Kis 19:4), dan ini menyebabkan mereka bertobat / percaya dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka lalu menerima Roh Kudus. Jadi, tidak ada ‘gap’ dalam Kis 19:1-7!

2) Tiap orang kristen yang sejati pasti sudah mengalami baptisan Roh Kudus, sehingga tidak perlu lagi untuk meminta / mencari, dsb. Perlu saudara camkan bahwa Kitab Suci tidak pernah menyuruh kita meminta / mencari Baptisan Roh Kudus. Kitab Suci hanya menyuruh kita percaya kepada Kristus (Misalnya Yoh 3:16 Kis 16:31), karena dengan percaya kepada Kristus kita pasti menerima baptisan Roh Kudus.

3) Baptisan Roh Kudus tidak sama dengan kepenuhan Roh Kudus!

Baptisan Roh Kudus adalah penerimaan Roh Kudus. Ini hanya terjadi sekali saja, karena sekali Roh Kudus itu masuk, Ia tidak akan keluar selama-lamanya.

Dalam Yoh 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.

Tetapi kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang. Ini terlihat dari:

a) Efesus 5:18 - “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”.

Kata bahasa Yunani PLEROUSTHE dalam Ef 5:18 ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah bentuk present). Berbeda dengan aorist imperative (= kata perintah bentuk lampau) yang hanya perlu ditaati sekali saja, maka present imperative ini harus ditaati terus-menerus.

b) Petrus mengalami kepenuhan Roh Kudus berulang-ulang (Kis 2:4 Kis 4:8 Kis 4:31).

Catatan:

Memang dalam Kis 2:4 orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus itu langsung dipenuhi dengan Roh Kudus. Tetapi tidak selalu terjadi seperti itu.

4) Memang ada peristiwa-peristiwa dimana baptisan Roh Kudus disertai dengan bahasa Roh / lidah (Kis 2:4 Kis 10:44-46 Kis 19:6 dan mungkin juga Kis 8:17,18).

Tetapi, ada juga peristiwa-peristiwa dimana baptisan Roh Kudus tidak disertai bahasa Roh / lidah.

Contoh: Kis 2:41 Kis 8:36-38 Kis 16:14-15 Kis 16:31-33.

Orang-orang dalam peristiwa-peristiwa ini pasti menerima Roh Kudus, khususnya 3000 orang dalam Kis 2:41, karena itulah yang dijanjikan oleh Petrus, yang dalam Kis 2:38 berkata: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

Tetapi tidak satupun di antara orang-orang itu yang berbicara dalam bahasa roh!

Bahkan orang yang dipenuhi Roh Kuduspun tidak mesti berbahasa roh. Contoh: Stefanus (Kis 6:8-8:1a). Dalam Kis 7:55 dikatakan bahwa ia penuh dengan Roh Kudus, tetapi tidak pernah dikatakan bahwa ia berbicara dalam bahasa roh!

5) Dalam baptisan Roh Kudus itu, yang menjadi pembaptis bukanlah Roh Kudus, tetapi Yesus sendiri!

Dasar Kitab Sucinya:

a) Matius 3:11 Mark 1:8 Lukas 3:16 dan Yohanes 1:33 dengan jelas menunjukkan bahwa Yesuslah yang akan membaptis dengan Roh Kudus!

Mat 3:11 - “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasutNya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.

Yoh 1:33 - “Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus”.

b) Dalam terjadinya suatu peristiwa baptisan, maka harus ada:

1. Pembaptis.

2. Yang dibaptis.

3. Elemen / zat untuk membaptis.

Yang membaptis Yang dibaptis Elemen / zat

1. Yohanes Pembaptis Orang Yahudi air

2. Pendeta Orang kristen air

3. Yesus Orang kristen Roh Kudus

Keterangan:

No 1 adalah baptisan Yohanes, no 2 adalah baptisan kristen, no 3 adalah baptisan Roh Kudus.

Sekarang, kalau dalam no 3 itu Roh Kudus adalah yang membaptis, lalu apa elemen untuk membaptisnya?

c) 1Kor 12:13 (KJV, RSV, NIV, NASB): ‘by one Spirit’ (= oleh satu Roh). Ini seolah-olah menunjukkan bahwa dalam peristiwa baptisan Roh Kudus, yang membaptis adalah Roh Kudus.

Tetapi kata Yunani yang dipakai disini adalah EN yang bisa berarti in, into, with, by (= dalam, ke dalam, dengan, oleh).

Adalah sesuatu yang aneh bahwa dalam 1Kor 12:13 ini dipilih terjemahan by (= oleh). Mengapa? Karena dalam Kitab Suci hanya ada 7 ayat yang menyebutkan baptisan Roh Kudus, yaitu Mat 3:11 Mark 1:8 Luk 3:16 Yoh 1:33 Kis 1:5 Kis 11:16 1Kor 12:13. Dalam Mat 3:11 Mark 1:8 Luk 3:16 Yoh 1:33 Kis 1:5 Kis 11:16 kata Yunani yang sama (EN) oleh KJV, RSV, NIV, NASB diterjemahkan dengan with (= dengan), kecuali dalam Yohanes 1:33, NASB menterjemahkan in (= dalam). ASV lebih konsisten karena menterjemahkan semua dengan in (= dalam).

KJV RSV NIV NASB ASV

Mat 3:11 with with with with in

Mark 1:8 with with with with in

Lukas 3:16 with with with with in

Yoh 1:33 with with with in in

Kis 1:5 with with with with in

Kis 11:16 with with with with in

1Kor 12:13 by by by by in

John Stott mengatakan bahwa dalam 1Kor 12:13 itupun kata Yunani EN itu seharusnya diterjemahkan with (= dengan). Jadi, Roh Kudus adalah elemen pembaptisan dan bukan si pembaptis!

Kesimpulan:

Istilah ‘baptism of the Holy Spirit’ (= baptisan dari Roh Kudus) adalah istilah yang salah karena menunjukkan Roh Kudus sebagai si pembaptis. Istilah yang benar adalah ‘Baptism with the Holy Spirit’ (= baptisan dengan Roh Kudus).

6) Cara menerima Baptisan Roh Kudus adalah dengan cara bertobat / per- caya kepada Yesus (Kis 2:38).

Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

Di atas sudah saya katakan bahwa Kitab Suci tidak pernah menyuruh kita untuk mencari Baptisan Roh Kudus. Kitab Suci hanya menyuruh kita untuk percaya kepada Yesus, karena dengan percaya kepada Yesus otomatis kita menerima Roh Kudus.

Kharismatik 5
MASIH ADAKAH BAHASA ROH ITU?

Pandangan Kharismatik: Ya, bahasa Roh jelas masih ada!

Pandangan Anti Kharismatik: Tidak! Bahasa Roh / lidah lenyap dengan le-nyapnya rasul-rasul.

Dasar pandangan ini:
I) Sejarah. 
Bapa-bapa gereja tidak pernah menulis apa-apa tentang terjadinya ba-hasa Roh / lidah. Clement of Rome, Justin Martyr, Origen, Chrysostom, Augustine menganggap bahasa Roh terjadi pada saat-saat awal dari kekristenan (jaman rasul-rasul). 
Dalam empat sampai lima abad yang pertama dalam kekristenan / gereja, orang-orang yang dilaporkan telah berbicara dalam bahasa Roh hanyalah pengikut Montanus yang sesat dan muridnya yang bernama Tertullian. 

Vincent (tentang 1Kor 12:10): “Ecstatic conditions and manifestations marked the Montanists at the close of the second century, and an account of such a case, in which a woman was the subject, is given by Tertullian . Similar phenomena have emerged at intervals in various sects, at times of great religious excitement, as among the Camisards in France, the early Quakers and Methodists, and especially the Irvingites” (= ). 
Lalu pada abad ke 17 dilaporkan adanya bahasa Roh dalam grup yang disebut Cevenol Priests di Perancis. Grup ini juga sesat. 
Pada tahun 1731 ada bahasa Roh dalam Roman Catholic Reformers yang disebut the Jansenists. Ini jelas juga grup sesat. 

The Shakers, pengikut dari Mother Ann Lee, yang hidup pada tahun 1736-1784, menggunakan bahasa Roh. Mother Ann Lee menganggap dirinya sebagai ‘the female equivalent of Jesus Christ’ (= orang perem-puan yang setara dengan Yesus Kristus) dan menganggap sex sebagai dosa, sekalipun dilakukan di dalam pernikahan. Semua ini sudah cukup untuk menganggapnya sebagai seorang yang sesat. 
Tahun 1830, seorang yang bernama Edward Irving (di London) men-dirikan the Irvingites. Grup ini berbicara dalam bahasa Roh. Ini juga grup yang sesat. 

Kesimpulan:

Sejarah menunjukkan bahwa sejak lenyapnya rasul-rasul, maka orang-orang yang berbicara dalam bahasa Roh hanyalah orang-orang dari aliran sesat.

Sanggahan Kharismatik:

Yoel 2:23 berbicara tentang ‘hujan awal dan hujan akhir’.

Hujan awal adalah pencurahan Roh Kudus dan bahasa Roh pada hari Penta-kosta. Hujan akhir adalah pencurahan Roh Kudus pada abad ke 20. (Saya berpendapat bahwa penafsiran semacam ini tidak dapat di pertanggung jawabkan. Kata-kata ‘hujan awal dan hujan akhir’ dalam Yoel 2:23 jelas mempunyai arti hurufiah, sehingga penafsirannya tidak boleh diallegorikan / dilambangkan seperti itu).

Sanggahan saya:

Faktor sejarah tidak cukup kuat untuk dijadikan dasar pandangan ini. Siapa tahu ada bahasa Roh dari orang kristen yang sungguh-sungguh, tetapi tidak dilaporkan?

II) Semua karunia mujijat lenyap bersama dengan rasul-rasul.

Bahasa Roh adalah salah satu dari karunia-karunia mujijat. Tujuan mujijat adalah untuk membuktikan bahwa:

a) Suatu ajaran memang betul-betul merupakan wahyu dari Tuhan.

b) Seseorang betul-betul adalah hamba Tuhan (rasul / nabi).

Dasar Kitab Sucinya: Kel 4:1-9 Kel 19:9 Ul 34:10-12 2Raja-raja 5:8 Maz 74:9 Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3-4.

Sekarang Kitab Suci sudah lengkap, sehingga pasti tidak ada wahyu yang baru lagi dari Tuhan. Rasul dan nabi sudah tidak ada lagi. Jadi, karunia mu-jijat juga harus lenyap. Kalau karunia mujijat masih ada, maka itu memung-kinkan terjadinya Kitab Suci jilid II.

Sanggahan saya:

· Tujuan mujijat bukan hanya untuk membuktikan bahwa suatu ajaran me-rupakan wahyu Tuhan dan bahwa seseorang betul-betul hamba Tuhan (rasul / nabi). Bisa saja hanya untuk menolong seseorang, Tuhan mela-kukan mujijat.

Kata-kata dari orang yang bernubuat / berbahasa Roh tidak mesti masuk dalam Kitab Suci. Sehingga kalau jaman sekarang ada orang bernubuat / berbahasa Roh, itu tidak perlu menimbulkan Kitab Suci jilid II. 

Misalnya:

Bil 11:27 (NIV): “Eldad and Medad are prophesying in the camp” (= Eldad dan Medad sedang bernubuat dalam perkemahan).

Ini jelas nubuat yang sungguh-sungguh / dari Tuhan, tetapi toh isi / berita dari nubuat itu tidak dimasukkan ke dalam Kitab Suci. Hal yang sama terjadi dalam Kis 19:6.

Orang-orang Anti Kharismatik menganggap bahwa orang yang mempu-nyai karunia mujijat sudah tidak ada lagi, tetapi mujijat masih ada pada jaman ini. Bukankah analoginya adalah orang yang mem­punyai karunia berbahasa Roh sudah tidak ada, tetapi bahasa Roh masih ada? (artinya: seseorang mungkin hanya berbahasa Roh satu atau dua kali saja, lalu tidak pernah berbahasa Roh lagi). 

III) 1Kor 13:8-13.

Bagian Kitab Suci ini digunakan baik oleh pihak Kharismatik maupun oleh pihak Anti Kharismatik untuk mendukung pandangan masing-masing.

Orang Kharismatik menganggap bahwa 1Kor 13:10 menunjuk kepada akhir jaman, sehingga mereka lalu berpendapat bahwa bahasa Roh baru berhenti pada akhir jaman.

Tetapi, orang-orang Anti Kharismatik menganggap bahwa kata-kata ‘Jika yang sempurna tiba’ dalam 1Kor 13:10 telah terjadi pada saat kanon Kitab Suci sudah lengkap, yaitu pada akhir abad pertama.

Dasar pandangan orang-orang Anti Kharismatik ini:

a) Kata ‘yang sempurna’ (perfection) dalam 1Kor 13:10 dalam bahasa Yuna-ninya adalah TO TELEION yang sebetulnya berarti ‘the com­pleted thing’ (= benda lengkap). Kata ini digunakan 18 kali dalam Perjanjian Baru dan tidak pernah menunjuk kepada akhir jaman / kedatangan Kristus ke dua kalinya / surga.

b) 1Kor 13:10 harus menunjuk kepada Kitab Suci, karena 1Kor 13:12 juga menunjuk kepada Kitab Suci.

Buktinya:

· Kata ‘cermin’ dalam 1Kor 13:12 dalam bahasa Yunaninya adalah ESOPTRON. Ini hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru. Peng-gunaan yang lain ada dalam Yak 1:23, dan di sana jelas menunjuk pada Kitab Suci.

· Dalam 1Kor 13:12 ada kata-kata ‘melihat dalam cermin’. Melihat siapa? Bandingkan dengan Yak 1:23-24. Jelas melihat diri sendiri! Kitab Suci memang berfungsi untuk menunjukkan kepada kita siapa diri kita yang sebenarnya.

· Dalam 1Kor 13:12 ada kata-kata ‘melihat muka dengan muka’. Apa artinya? Banding­kan dengan Bil 12:6-8 dan Kel 33:9-11. Dalam kedua bagian ini, Musa dikatakan berhadapan dengan Tuhan (muka dengan muka) dan itu menunjukkan bahwa ia mendapat wahyu yang lebih lengkap. Jadi, kalau dalam kedua bagian itu kata-kata ‘berhadapan muka’ (muka dengan muka) digunakan untuk mengkontraskan wahyu yang sebagian dan wahyu yang lebih penuh / lengkap, maka dalam 1Kor 13:12 kata-kata itu digunakan untuk mengkontraskan wahyu yang sebagian dengan wahyu yang terakhir / seluruhnya.

c) Kalau 1Kor 13:10 menunjuk kepada akhir jaman / surga, maka 1Kor 13:13 menjadi sesuatu yang tidak masuk akal, karena di surga iman dan pengharapan sudah tidak ada lagi (Ro 8:24 2Kor 5:7 Ibr 11:1). Jadi, jelas bahwa 1Kor 13:10 menunjuk pada hidup di dunia ini.

Sanggahan saya:

a. Dalam Kitab Suci, kata bahasa Yunani ‘TO TELEION’ digunakan dalam Mat 5:48 Mat 19:21 Ro 12:2 1Kor 2:6 1Kor 13:10 1Kor 14:20 Ef 4:13 Fil 3:15 Kol 1:28 Kol 4:12 Ibr 5:14 Ibr 9:11 Yak 1:4 Yak 1:17,25 Yak 3:2 1Yoh 4:18.

Kalau kita meneliti ayat-ayat ini satu-persatu, maka jelaslah bahwa kata TO TELEION tidak mesti berarti ‘the completed thing’ (= benda lengkap).

b. Tentang 1Kor 13:12:

· Dalam Yak 1:23 tidak dikatakan secara jelas bahwa ‘cermin’ adalah lambang Kitab Suci. Dan kalaupun dalam Yak 1:23, cermin adalah lambang Kitab Suci, belum tentu dalam 1Kor 13:12 harus juga berarti Kitab Suci. Kata ‘ular’ yang sering melambangkan setan, dalam Yoh 3:14,15 melambangkan / menjadi TYPE dari Yesus.

· ‘melihat dalam cermin’ dalam 1Kor 13:12 bisa ditafsirkan ‘melihat Yesus / Allah’. Pada saat kita mati, kita akan melihat Allah (Ayub 19:26 1Yoh 3:2).

· Dalam Bil 12:6-8 dan Kel 33:9-11 kata-kata ‘berhadapan muka’ (muka dengan muka) tidak berarti bahwa Musa mendapat wahyu yang lebih lengkap. Kata-kata itu berarti bahwa Musa mempunyai hubungan yang istimewa dengan Tuhan. Kalau kata-kata ‘berha­dapan muka’ ditafsir-kan ‘mendapat wahyu yang lengkap’, maka dari Ul 34:10 kita harus menarik kesimpulan bahwa setelah Musa tidak ada lagi nabi yang mendapat wahyu yang lebih lengkap dari Musa. Dan ini jelas salah!

c. Tentang 1Kor 13:13.

Terjemahan Indonesia tidak tepat. Ini sama dengan terjemahan RSV yang juga tidak tepat. Tetapi, perhatikan terjemahan-terjemahan ini:

NIV : ‘And now these three remain ...’ (= Dan sekarang tinggallah ketiga hal ini ...).

NASB: ‘But now abide ...’ (= Tetapi sekarang tinggallah ...).

KJV : ‘And now abideth ...’ (= Dan sekarang tinggallah ...).

Adanya kata ‘now / sekarang’ menunjukkan bahwa sekalipun 1Kor 13:10-12 menunjuk kepada akhir jaman / saat kita di surga, tetapi 1Kor 13:13 tetap menunjuk kepada saat sekarang ini.

d. Kata ‘nanti’ dalam 1Kor 13:12 menunjuk pada saat yang sama dengan ‘jika yang sempurna tiba’ dalam 1Kor 13:10.

Dalam 1Kor 13:12 Paulus menggunakan kata ‘kita / we’ dan ‘aku / I’. Kita tahu bahwa Paulus mati pada lebih kurang tahun 67 Masehi, sehingga jelas bahwa Paulus mati sebelum Kitab Suci lengkap. Kalau kata-kata ‘jika yang sempurna tiba’ dalam 1Kor 13:10 diartikan terjadi pada saat kanon Kitab Suci lengkap, maka itu berarti bahwa pada saat Paulus mati, ia belum mengalami 1Kor 13:12! Ini tidak mungkin!

e. Sebelum munculnya Kharismatik modern, sangat sedikit penafsir yang menganggap 1Kor 13:10 menunjuk kepada lengkapnya Kitab Suci. Bah-kan orang-orang Anti Kharismatik pada jaman inipun banyak yang meng-anggap bahwa 1Kor 13:10 bukan menunjuk kepada lengkapnya Kitab Suci, tetapi pada akhir jaman atau pada saat seseorang mati.

Jadi, jelas bahwa mayoritas penafsir tidak setuju dengan penaf­siran bahwa 1Kor 13:10 menunjuk kepada lengkapnya Kitab Suci.
Kesimpulan:

Bahasa Roh / lidah masih ada! Tetapi ini tidak berarti bahwa saya mempercayai bahasa Roh yang sekarang banyak terdapat sebagai bahasa Roh yang betul-betul datang dari Tuhan! Saya menganggap bahwa hampir semua bahasa Roh yang saat ini banyak terdapat adalah buatan manusia atau datang dari setan. Tapi saya percaya bahwa masih ada kemungkinan akan adanya bahasa Roh yang asli!

Kharismatik 6

HARUSKAH KITA BERBAHASA ROH

Menghadapi pertanyaan ‘Haruskah orang kristen berbahasa Roh?’, mayoritas orang Kharismatik akan menjawab: ‘Ya, orang kristen harus berbahasa Roh!’.

Lihat 2 kutipan di bawah ini!

“Berbicara dalam Bahasa Roh hendaknya merupakan semacam arus air yg tidak boleh menjadi kering, karena ia akan memperkaya kehidupan rohani seseorang secara pribadi” (Buku ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 13) .

“Bahasa lidah itu harus seperti aliran sungai yang tak pernah kering, karena dengannya akan memperkaya kehidupan kerohanian dan kekristenan kita” (Buku ‘The Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 27).

Alasan-alasan yang dikemukakan:

1) Bahasa Roh adalah bukti baptisan Roh / kepenuhan Roh (Kis 2:4 Kis 10:46). Bahkan ada penulis Kharismatik yang mengatakan bahwa bukti dari baptisan Roh / kepenuhan Roh bukanlah buah Roh, tetapi bahasa Roh.

Untuk ini lihat kutipan di bawah ini:

“Ada beberapa orang yang mengajarkan bahwa ‘buah Roh’ itulah bukti seseorang telah atau belum menerima Roh Kudus. Sebenarnya, pengujian tentang ‘buah Roh’ ini harus ditolak karena bertentangan dengan Alkitab dengan alasan: buah Roh bukanlah pengujian yang diterapkan oleh para rasul itu sendiri. Kis 10:45-46; Kis 8:14-20; Kis 19:6. Apakah yang menyakinkan Petrus, Paulus dan rasul-rasul yang lain itu bahwa bangsa-bangsa lain juga dapat mengalami keselamatan melalui iman kepada Yesus? Satu hal hanya satu alasan: yaitu kenyataan bahwa mereka mendengar orang-orang itu berka­ta-kata dalam bahasa roh. Dalam seluruh pertanggungjawaban itu, tidak pernah ada anjuran sedikitpun, baik dari Petrus atau rasul yang lain, untuk mencari bukti atau tanda lain dalam kehidupan mereka selain kenyataan bahwa mereka berkata-kata dalam bahasa roh. Di sana tidak ada pertanyaan tentang buah Roh. Dalam hal ini para rasul betul-betul logis. Bukan karena buah Roh tidak penting, tetapi karena buah Roh itu berdasarkan sifatnya sungguh-sungguh berbeda dari karunia. Karunia diterima sebagai suatu tindakan iman; sedangkan buah Roh dihasilkan melalui proses yang perlahan-lahan dan setahap demi setahap, dimana di dalamnya termasuk menanam, memelihara, dan mengusahakannya. Baptisan Roh Kudus adalah karunia (suatu pengalaman tersendiri) yang diterima dengan iman. Bukti seseorang telah menerima karunia ini, ialah bahwa ia berkata-kata dalam bahasa roh. Sedangkan salah satu tujuan penting karunia ini diberikan ialah agar memungkinkan seseorang menghasilkan buah roh yang lebih baik daripada yang pernah dapat dihasilkannya. Tidak salah untuk memberikan tekanan pada pentingnya buah roh. Yang salah adalah bila kita mengacaukan antara karunia dan buah roh, mengacaukan bukti penerimaan karunia dengan tujuan karunia itu diberikan” (Buku ‘The Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 31).

Jawaban saya:

a) Bahasa Roh yang asli, karena itu merupakan suatu karunia, hanya bisa dimiliki oleh orang kristen yang sejati (demikian juga dengan semua karunia yang lain). Karena itu, dalam Kis 10, pada waktu Petrus melihat orang-orang itu berbahasa Roh, ia yakin bahwa orang-orang itu sudah mengalami baptisan Roh / menerima Roh Kudus. Tetapi persoalannya, kalau Petrus bisa membedakan asli tidaknya bahasa Roh itu, kita tidak bisa atau sukar sekali bisa membedakannya! Karena itu bahasa Roh sukar dijadikan ukuran apakah seseorang itu sudah menerima Roh Kudus atau tidak.

b) Kis 2:4 dan Kis 10:46 adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Bagian semacam ini tidak bisa dijadikan rumus! Bahwa Yesus berpuasa 40 hari / malam, tidak berarti bahwa orang kristen harus juga melakukan hal itu. Bahwa Yesus hanya mempunyai 12 murid, tidak berarti bahwa seorang pendeta hanya boleh mempunyai 12 jemaat. Bahwa Petrus bisa berjalan di atas air, tidak berarti bahwa orang kristen sekarang harus bisa berjalan di atas air. Mengapa? Karena semua ini adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive. Ini tidak boleh dijadikan rumus / norma dalam hidup kita!

Dalam Luk 1:67 dikatakan bahwa Zakharia penuh Roh Kudus dan ia lalu bernubuat. Juga dalam Kis 19:6 dikatakan ada orang-orang yang me-nerima Roh Kudus dan mereka lalu berbahasa Roh dan bernubuat. Apakah semua ini juga mau dijadikan rumus, dan kita lalu percaya bahwa orang yang mempunyai Roh Kudus harus bernubuat? Tentu saja tidak, karena bagian-bagian ini juga merupakan bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive!

Dalam Kitab Suci juga ada peristiwa-peristiwa lain di mana orang per­caya kepada Kristus (jelas mereka menerima baptisan Roh Kudus - bdk. Kis 2:38), tetapi tidak mengalami bahasa Roh (Kis 2:41 Kis 8:36-38 Kis 16:14-15,31-33). Stefanus yang penuh Roh Kudus (Kis 7:55) juga tidak pernah dikatakan berbahasa Roh.

c) Kitab Suci jelas mengatakan bahwa ‘buah’ adalah bukti pertobatan yang sejati! (Mat 3:7-10 Mat 7:16-20). Tugas Roh Kudus memang memimpin kita ke dalam kebenaran (Yoh 16:13). Juga jelas bahwa buah Roh Kudus (Gal 5:22,23) adalah hasil pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita. Tidak adanya buah Roh menunjukkan secara jelas bahwa seseorang belum bertobat / menerima Roh Kudus! Pandangan ini sejalan dengan kata-kata Yakobus yang berbunyi ‘iman tanpa perbuatan adalah mati / kosong’ (Yak 2:17,26), dan juga dengan ajaran Tuhan Yesus tentang pokok anggur dan rantingnya (Yoh 15:1-8 - perhatikan bahwa ranting yang tidak berbuah, yang akhirnya dipotong dan dibakar itu, jelas menggambarkan orang kristen KTP yang tidak mengeluarkan buah Roh Kudus).

Ada banyak orang Kharismatik yang mengaku telah dibaptis Roh Kudus / penuh Roh Kudus karena telah berbahasa Roh. Tetapi kehidupan mereka tidak berbeda sedikitpun dari orang kafir. Bahkan sering mereka mempu-nyai kepercayaan yang jelas tidak injili / tidak alkitabiah, seperti:

· tidak yakin masuk ke surga karena masih banyak dosanya.

· yakin masuk surga karena sudah dibaptis.

· Orang Katolik Kharismatik yang masih ‘memegang’ Marianya.

· dsb.

Orang-orang seperti itu, sekalipun sudah berbahasa roh, jelas belum sungguh-sungguh bertobat (dengan demikian jelas juga bahwa bahasa roh mereka pasti palsu). Kalau mereka betul-betul bertobat, buah Roh pasti ada!

2) Bahasa Roh membangun iman orang yang berbicara di dalam bahasa Roh itu (1Kor 14:4 Yudas 20).

Jawaban saya:

a) Yudas 20 tidak berbicara tentang Bahasa Roh! Demikian juga dengan Ro 8:26 dan Ef 6:18!

‘Berdoa di dalam Roh’ berarti ‘doa yang dipimpin oleh Roh Kudus’. Ini adalah doa biasa, bukan doa dengan bahasa Roh! Perlu saudara ketahui bahwa istilah ‘bahasa Roh’ dalam Kitab Suci selalu ditunjukkan dengan menggunakan kata bahasa Yunani GLOSSA, dan kata ini tidak muncul baik dalam Yudas 20 maupun Ro 8:26 dan Ef 6:18! Karena itu adalah sangat tidak beralasan untuk mengatakan bahwa istilah ‘berdoa di dalam Roh’ dalam Yudas 20 ataupun Ro 8:26 dan Ef 6:18 menunjuk pada ‘doa dalam bahasa Roh’.

b) Bahasa Roh adalah salah satu karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:7- 11,27-30). Tujuan karunia-karunia itu adalah untuk membangun jemaat / gereja (1Kor 12:7 1Kor 14:5,12,17,26 Ef 4:11-12 1Pet 4:10).

Tuhan tidak pernah memberikan karunia yang berguna untuk mem-bangun diri kita sendiri. Semua karunia diberikan untuk membangun gereja / tubuh Kristus dan bukannya diri sendiri!

Illustrasi: Dalam tubuh tidak ada anggota tubuh yang mempunyai kegunaan / fungsi hanya untuk dirinya sendiri. Semua anggota berfungsi untuk seluruh tubuh atau untuk anggota tubuh yang lain!

Lalu apa arti 1Kor 14:4? Ini adalah sindiran / bahasa sinis. Surat Korintus memang banyak mengandung sindiran / bahasa sinis. (1Kor 4:8,10 2Kor 10:1,2 2Kor 11:1,5b 2Kor 12:12-13). Jadi, adalah sangat beralasan untuk mengatakan bahwa 1Kor 14:4 juga suatu sindiran / bahasa sinis! Mungkin maksud Paulus dengan 1Kor 14:4 adalah untuk menunjukkan ketidakbergunaan bahasa Roh, dan sekaligus untuk menyerang / me-nyindir keegoisan orang Korintus. Tetapi ia sama sekali tidak memak-sudkan bahwa bahasa Roh akan membangun diri sendiri!

c) Yang membangun iman bukanlah bahasa Roh, tetapi Firman Tuhan, ka- rena Firman Tuhan adalah makanan rohani! (Kis 20:32 1Kor 3:2 Ibr 5:12-14 1Pet 2:2-3).

3) Bahasa Roh menyucikan diri kita.

Lihat kutipan di bawah ini:

“Kalau orang yang menerima Roh Kudus masih belum berubah sifat­nya, pasti pada hari itu mereka tidak berdoa dalam bahasa roh dan tidak melakukan persekutuan yang mantap dengan Allah. Saya tahu betul hal ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.

Akan tetapi apabila seseorang mau membuang waktu cukup untuk melakukan persekutuan dengan Allah, berbicara dalam bahasa roh, maka ia akan memperoleh kesadaran yang dalam tentang kehadiran dan bermukimnya Tuhan di dalam dirinya, sehingga tidak mungkin lagi ia berkata-kata atau berbuat sesuatu yang tidak pantas” (Buku ‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 19).

Penyucian diri itu terjadi dalam hal-hal seperti:

a) Membuang egoisme. Kalau seseorang berdoa biasa, maka ia akan ber- doa untuk kepentingan dirinya. Ini doa yang egois! Tetapi, kalau sese-orang berdoa dengan bahasa Roh, Roh Kuduslah yang memberikan kata-katanya, sehingga ia bebas dari egoisme.

b) Menguasai lidah. Lihat 2 buah kutipan di bawah ini:

· “Dalam Yakobus 3:8 dikatakan: ‘Tetapi tidak seorangpun berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak ter­kuasai, dan penuh dengan racun yang mematikan’. Tetapi apabila kita berbicara bahasa roh, maka kita akan mengekang lidah kita menurut kuasa Roh Kudus untuk berbicara dalam bahasa roh. Hal ini merupakan langkah panjang menuju pengekangan penuh bagi anggota-anggota tubuh kita untuk berserah kepada Tuhan. Sebab apabila anda bisa mengendalikan lidah maka anda pun dapat mengendalikan setiap anggota tubuh anda yang lain” (Buku ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 31).

· “Berbahasa lidah akan membuat atau membawa lidah senantiasa ada dalam kontrol Roh......

Kita melihat kehidupan murid Yesus sendiri yang bernama Petrus. Sebelum ia penuh dengan Roh Kudus walaupun ia adalah seorang murid tetapi ia tidak dapat menjinakkan dan menguasai lidahnya (ia berjanji mau mati untuk Yesus mau masuk penjara demi Yesus, tetapi pada akhirnya dia meng-khianati Yesus). Lidah Petrus penuh dusta dan kutuk; tetapi setelah ia penuh dengan Roh Kudus, maka Petrus berubah, dengan ucapan lidahnya sekali berkotbah dapat mempertobatkan 3000 orang sekaligus (Kis 2:41). Dengan perkataan lidahnya dia bangkitkan orang lumpuh (Kis 3:6); Lidah seseorang yang penuh dengan urapan Roh kudus akan menjadi lidah yang terjinakkan lagi lidah yang penuh dengan kuasa Allah” (Buku ‘Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 29).

c) Dalam hal-hal lain. bahasa Roh mengingatkan kita bahwa Roh Kudus berada di dalam kita, dan ini menyebabkan kita menahan diri dari dosa. Lihat kutipan di bawah ini:

“Dengan berbahasa lidah kita akan senantiasa diingatkan bahwa Roh Kudus di dalam kita. Dan ini akan mempengaruhi seluruh roda kehidupan kita sehari-hari ke arah kehidupan yang serba positif (kalau engkau berbahasa lidah, kau akan sadar adanya Roh Kudus di dalammu, maka Dia akan menjadi rem akan perbuatan jahat najis, dosa yang akan kau kerjakan). Tak mungkin seseorang sung­guh-sungguh mengasihi Tuhan akan mendukakan Roh Kudus. Tak mungkin seorang percaya berbahasa lidah sambil berzina, mencuri, marah, dll. Bahasa lidah akan senantiasa mengingatkan kita bahwa ada Roh Kudus di dalam kita” (Buku ‘Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 27,28).

Jawaban saya:

a) Kita toh tidak mungkin berbicara / berdoa dengan bahasa Roh 24 jam / hari. Lalu bagaimana dengan egoisme dan penggunaan lidah yang salah pada saat kita tidak berbahasa Roh?

b) Kitab Suci tidak pernah mengajar bahwa bahasa Roh itu bisa menyuci­kan kita. Bahasa Roh adalah suatu karunia! Tujuannya untuk pelayanan, bukan untuk menyucikan diri!

c) Kitab Suci berkata bahwa Firman Tuhanlah yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menyucikan kita (Yer 23:29 Maz 119:9 Yoh 15:3 Ef 6:17).

d) Mengingat bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita memang penting untuk usaha menyucikan diri (bdk. 1Kor 3:16 1Kor 6:19-20). Tetapi, kita bisa mengingat bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita tanpa mengguna-kan bahasa Roh!

e) Doa dengan bahasa Roh memang tidak egois. Tetapi doa dengan bahasa Roh pada hakekatnya tidak meminta apa-apa. Kata-kata dalam doa itu tidak berasal dari diri kita sendiri dan tidak kita mengerti! Jadi, kita sendiri tidak meminta apa-apa. Pada-hal Yesus memerintahkan kita untuk me-minta kepadaNya (Mat 7:7 Yoh 16:24). Kalau kita tidak meminta apa-apa, kita justru berdosa!

f) Doa biasa (tanpa menggunakan bahasa Roh) tidak harus merupakan doa yang egois. Kalimat pertama yang Yesus ucapkan di atas kayu salib (‘Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ - Luk 23:34) jelas merupakan suatu doa biasa, tetapi sama sekali tidak kelihatan egoisme dalam doa ini!

4) Kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa. Dalam doa dengan ba- hasa Roh, Roh Kudus menolong kita untuk berdoa (Ro 8:26 1Kor 14:14 diterjemahkan ‘rohku, dengan bantuan Roh Kudus dalam diriku, berdoa....’).

Orang-orang Kharismatik tertentu juga mengatakan bahwa:

Dengan menggunakan doa bahasa Roh, kita bisa berdoa untuk kebutuh- an yang tidak kita sadari. 

Roh Kudus bukan hanya mengajar kita berdoa, tetapi bahkan juga mengajari posisi doa yang benar! Baca Kutipan di bawah ini: 

“Sementara berdoa dalam bahasa roh itu saya meletakkan satu kepalan tanganku atas yang lainnya; lalu terasa seperti ada suatu tarikan yang kuat sekali yang hendak menyeret tanganku ke samping. Dengan sekuat tenaga yang ada padaku saya berusaha menge­palkan tanganku, akan tetapi secara bergantian tangan saya itu ditarik lagi ke sebelah samping yang lainnya. Hal yang sama terjadi 3x berturut-turut. Lalu Roh Tuhan berbicara kepada saya: ‘Orang yang cara berdoanya keliru akan membuat semua hal meleset dari tempat seharusnya’. Sebab kita tidak tahu bagaima­na seharusnya berdoa” (Buku ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 22).

Karena doa Bahasa Roh adalah doa yang dipimpin oleh Roh Kudus, maka orang yang mentertawakan orang yang sedang berdoa dengan bahasa Roh sama dengan mentertawakan Roh Kudus! 

Jawaban saya: 

a) Roma 8:26 tidak mempersoalkan doa dengan bahasa Roh! Kata bahasa Yunani GLOSSA yang selalu muncul kalau Kitab Suci memaksudkan ‘bahasa Roh’ ternyata tidak muncul dalam Ro 8:26 ini. Jadi ayat ini tidak berbicara tentang ‘doa dalam bahasa Roh’ tetapi berbicara tentang doa biasa! Dalam doa biasapun kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus!

b) Pada waktu mau menafsirkan 1Kor 14:14 kita harus membaca seluruh kontexnya lebih dulu! Bacalah 1Kor 14:13-17, bahkan lebih baik lagi, bacalah seluruh 1Kor 14!! Saudara akan melihat bahwa 1Kor 14 mene-kankan bahwa nubuat lebih penting / berguna daripada bahasa Roh! 1Kor 14:13-17 justru menekankan pentingnya penggunaan akal / otak dalam memuji / bersyukur / berdoa! Jadi, jelas bahwa ayat ini tidak mungkin mendukung penggunaan bahasa Roh dalam doa!

c) Kitab Suci tidak pernah menuntut posisi doa tertentu!! Tidak mungkin Roh Kudus lalu menuntut apa yang tidak dituntut oleh Kitab Suci, atau me-nyalahkan apa yang tidak disalahkan oleh Kitab Suci. Saya yakin bahwa pengalaman Kenneth Hagin yang ia ceritakan di atas, sekedar me-rupakan isapan jempolnya, atau diberikan oleh setan!

5) Paulus berkata bahwa pengucapan syukur dengan menggunakan bahasa Roh adalah sesuatu yang sangat baik (1Kor 14:17).

Jawaban saya:

Ini jelas adalah suatu penafsiran yang hanya memperhatikan suatu bagian ayat, tetapi mengabaikan kontexnya! Kontex dari ayat yang dipersoalkan (1Kor 14:13-17) justru menekankan penggunaan akal / pikiran!

Juga perhatikan kata ‘sekalipun’ dalam 1Kor 14:17 itu! Ini jelas hanya meru-pakan suatu pengandaian! Jadi, maksud Paulus adalah ‘andaikata­pun peng-ucapan syukurmu (yang menggunakan bahasa Roh) itu sangat baik, itu sia-sia karena tidak ada yang mengerti’.

6) Paulus bersyukur atas bahasa Roh dan Paulus banyak berbahasa Roh (1Kor 14:18).

Jawaban saya:

a) Paulus memang tidak menghina bahasa Roh. Ini terlihat dari kata- katanya dalam 1Kor 14:5a,18,39b.

b) Tapi bagaimanapun dalam 1Kor 14:18 ini Paulus tidak mendorong orang untuk berbahasa Roh! Lalu apa arti 1Kor 14:18 ini? Perlu kita ingat bahwa dalam seluruh 1Kor 14 Paulus menekankan bahwa nubuat lebih penting / berguna dari bahasa Roh. Orang Korintus bisa saja lalu menganggap bahwa Paulus menga­takan demikian karena Paulus iri hati dengan bahasa Roh yang dimiliki oleh orang Korintus. Tetapi ternyata Paulus sendiri banyak berbahasa Roh! Ia bersyukur akan hal itu, karena seandainya ia tidak pernah berba­hasa Roh, maka mungkin sekali orang Korintus akan menuduhnya iri hati. Tetapi karena ia sendiri banyak berbahasa Roh, maka tidak ada alasan bagi orang Korintus untuk menganggap Paulus iri hati.

c) 1Kor 14:18 ini jelas tidak mengharuskan orang kristen berbaha­sa Roh! Sekalipun Paulus banyak berbahasa Roh dan andaikatapun ia bersyukur atas hal itu, itu tidak berarti orang kristen harus berbahasa Roh!

7) Paulus suka supaya semua orang Korintus berbahasa Roh (1Kor 14:5).

Jawaban saya:

a) Bacalah seluruh 1Kor 14:5! Kalau 1Kor 14:5 itu lalu ditafsirkan seakan-akan Paulus mengharuskan orang kristen untuk berbahasa Roh, maka konsekwensinya orang kristen juga harus bernubuat! Tetapi jarang atau bahkan tidak ada orang Kharismatik yang berpendapat seperti itu!

b) Perhatikan kata-kata ‘lebih daripada itu’ dalam 1Kor 14:5. Penekanan 1Kor 14:5 adalah: nubuat lebih penting daripada bahasa roh!! Jadi, 1Kor 14:5 ini bisa diucapkan dengan kata-kata sendiri sebagai berikut: ‘Aku senang semua kamu berbahasa Roh. Itu tidak jelek! Tetapi aku lebih senang lagi kalau kamu semua bernubuat! Itu jauh lebih baik!’

8) 1Kor 14:22a berkata bahwa bahasa Roh adalah tanda untuk orang yang tak beriman. Seorang penulis Kharismatik mengartikan ayat ini sebagai berikut: orang yang mempersoalkan / menolak bahasa Roh menandakan orang itu tidak ada iman kesana. Lihat kutipan di bawah ini.

“Yang terakhir sekarang adalah: Mengapa Paulus berkata bahwa ‘bahasa roh adalah tanda untuk orang yang tidak beriman?’ 1Kor 14:22. Yang jelas Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa orang yang berkata-kata dengan bahasa roh itu orang yang tidak beriman, karena ayat-ayat sebelumnya Paulus menunjukkan bahwa bahasa roh itu penting untuk membangun diri sendiri, dan Paulus suka kalau semua orang berbahasa roh seperti dia yang berbahasa roh lebih dari semua orang Korintus. Yang dimaksudkan Paulus adalah: Jika ada orang yang tidak percaya atau mempersoalkan bahkan menolak dan menentang bahasa roh, itu adalah ‘tanda’ bahwa mereka adalah orang yang tidak ada iman ke sana . Jadi bahasa roh adalah pato­kan yang mendasar; jika menolak, itu tanda tidak ada iman” (Dari buku ‘The Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 34).

Jawaban saya:

a) Tafsiran ini jelas sekali membengkokkan arti ayat itu! Lagi pula, kalau 1Kor 14:22a ditafsirkan seperti itu, bagaimana kita harus mengar­tikan 1Kor 14:22b? Disamping itu, apa artinya kata-kata ‘tidak ada iman ke sana’? Ini suatu istilah baru dalam dunia Theologia!

b) 1Kor 14:22a memang tidak berarti bahwa orang-orang yang berbahasa Roh itu adalah orang yang tidak beriman. Rasul-rasul berbahasa Roh dalam Kis 2. Dan jelas bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman!

c) Lalu apa arti 1Kor 14:22a? Ada 2 kemungkinan arti:

· Artinya: bahasa Roh adalah hukuman untuk orang Yahudi yang tidak beriman.

Baca 1Kor 14:21 dan bandingkan dengan Yes 28:9-12. Dalam Yes 28 itu orang-orang Israel / Yahudi tidak mau percaya / taat pada waktu mendengar Firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri. Karena itu Tuhan berkata melalui Yesaya bahwa Ia akan berfirman dengan menggunakan bahasa asing (bangsa asing yang akan menindas mereka).

· 1Kor 14:22a bisa diartikan secara lain. Dalam hal ini 1Kor 14:22 tidak dihubungkan dengan 1Kor 14:21, tetapi dengan seluruh bagian yang menda­huluinya. Jadi, artinya adalah: bahasa Roh, karena itu adalah suatu mujijat, maka itu lebih cocok untuk orang yang tidak beriman. Muji­jat itu akan menarik perhatian mereka, sehingga mereka mau mendengar Firman Tuhan (bdk. Kis 2:1-13). Tetapi kalau orangnya sudah beriman, tidak lagi dibutuhkan mujijat / bahasa Roh. Untuk orang beriman ini digunakan nubuat.

Saya lebih condong pada penafsiran yang kedua, tetapi yang manapun dari dua arti ini yang benar, itu tetap menahan orang kristen dari peng-gunaan bahasa Roh di dalam gereja, yang merupakan kumpulan orang beriman!

9) Bahasa Roh adalah bahasa rahasia, sehingga setanpun tidak mengerti (1Kor 14:2). Karena itu penting sekali bagi kita untuk berdoa dengan bahasa Roh!

Jawaban saya:

Kita perlu menyelidiki arti kata ‘rahasia’ (Inggris: mystery; Yuna­ni: MUS-TERION) yang digunakan dalam 1Kor 14:2 ini.

Kata ini dipakai juga dalam Ro 16:25 1Kor 2:7 Ef 3:3 dan Kol 1:26. Untuk bisa mengerti artinya bacalah Ro 16:25-27 1Kor 2:7 Ef 3:2-6 Kol 1:25-27! Dari bagian-bagian itu jelaslah bahwa ‘mystery / rahasia’ itu adalah berita Injil! Dahulu memang tersem­bunyi, tetapi saat itu sudah dinyatakan oleh Allah.

Tetapi mengapa dalam 1Kor 14:2 dikatakan bahwa orang itu berkata-kata kepada Allah? Ini lagi-lagi hanya suatu sindiran / bahasa sinis! Dengan kata lain, Paulus berkata: ‘Kamu yang berbahasa Roh, kamu sebetulnya mem-berita­kan Injil, tetapi karena tidak ada yang mengerti kamu, kamu pada hakekatnya sedang berkhotbah kepada Allah!’

Jelas bahwa 1Kor 14:2 tidak bisa diartikan seakan-akan ‘bahasa Roh adalah bahasa rahasia yang tak dimengerti oleh siapapun juga terma­suk setan’!

10) Doa menggunakan bahasa Roh adalah doa yang sempurna, karena kata- katanya diberikan oleh Roh Kudus.

Jawaban saya:

a) Kita memang harus berdoa sesuai kehendak Tuhan, supaya doa kita bisa dikabulkan oleh Tuhan (1Yoh 5:14). Tetapi kita hanya bisa mengetahui kehendak Allah kalau kita belajar Firman Tuhan! Jadi, dengan belajar Firman Tuhan kita bisa menyempurnakan doa kita.

b) Dalam doa biasapun, Roh Kudus membantu kita! (Ro 8:26)

c) Kalau toh doa kita tidak sempurna, Allah akan menyempurnakan / me-nyensor doa itu. Ia hanya akan mengabulkan permintaan kita yang baik (Mat 7:11). Jadi, tidak ada yang perlu dikuatirkan!!

d) Orang-orang yang berdoa dalam bahasa Roh itu pada hakekatnya tidak meminta apa-apa kepada Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Roh Kudus yang memberikan kata-kata itu dan mereka tidak mengerti apa-apa tentang doanya.

11) Yesaya 28:11-12. Yang dimaksud tempat perhentian / peristirahatan adalah doa dengan bahasa Roh!

Jawaban saya:

Yes 28:11 merupakan nubuat bahwa Allah akan menggunakan orang yang berbahasa asing untuk mengajar bangsa Israel. Jadi, sebetulnya ayat ini bukanlah nubuat akan datangnya bahasa Roh!

Yes 28:12 lebih-lebih lagi tidak berbicara tentang bahasa Roh! Kata-kata ‘tempat perhentian / peristirahatan’ artinya sama seperti kata ‘kelegaan’ dalam Mat 11:28.

12) Dalam Mark 16:17 dikatakan bahwa bahasa Roh adalah tanda orang ber-iman.

Jawaban saya:

a) Perlu diketahui bahwa Mark 16:9-20 sangat diperdebatkan keasliannya (yang memperdebatkan hal ini bukanlah orang liberal yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci, tetapi orang-orang injili / alkitabiah). Memang mungkin sekali Mark 16:9-20 bukanlah bagian orisinil dari Kitab Suci tetapi merupakan suatu penambahan! Alasannya:

· Manuscript-manuscript berbeda satu dengan yang lain dalam bagian ini.

* ada manuscript-manuscript yang memuat Markus 16:9-20.

* ada manuscript-manuscript (Yang paling kuno dan yang bisa di- percaya) yang hanya terhenti sampai Mark 16:8 [headnote NIV: ‘the two most reliable early manuscripts do not have Mark 16:9-20’ (= Dua manuscript yang paling kuno dan paling bisa dipercaya tidak mempunyai Mark 16:9-20). Footnote NASB: ‘Some of the oldest mss. do not contain vv 9-20’ (= Beberapa dari manuscript yang paling kuno tidak mempunyai ay 9-20)].

* ada 1 manucript yang tidak memuat Mark 16:9-20, tetapi menam-bahkan Mark 16:8b “Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-muridNya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu” (lihat Footnote / catatan kaki RSV yang berbunyi sebagai berikut: “Some of the most ancient authorities bring the book to a close at the end of verse 8. One authority concludes the book by adding after verse 8 the following: But they reported briefly to Peter and those with him all that they had been told. And after this, Jesus himself sent out by means of them, from east to west, the sacred and imperishable proclamation of eternal salvation. Other authorities include the preceding passage and continue with verses 9-20. In most authorities verses 9-20 follow immediately after verse 8; a few authorities insert additional material after verse 14” (= beberapa otoritas / manuscript yang paling kuno mengakhiri kitab ini pada akhir ayat 8. Satu otoritas / manu­script menyimpulkan kitab ini dengan menambahkan setelah ayat 8 kata-kata ini: Tetapi mereka menyampaikan secara singkat kepada Petrus dan mereka yang bersama dengan dia semua yang telah dicer­itakan kepada mereka. Sesudah ini, Yesus sendiri memberitakannya dengan perantaraan mereka, dari Timur ke Barat, proklamasi kese­lamatan yang kudus / sakral dan tak bisa binasa itu. Otoritas / manuscript yang lain memasukkan bagian sebelumnya dan melanjutkan dengan ayat 9-20. Dalam kebanyakan otoritas / manuscript ayat 9-20 langsung menyusul ayat 8; sedikit otoritas / manuscript mema­sukkan tam-bahan materi setelah ayat 14).

Catatan: Kitab Suci Indonesia menulis baik Mark 16:8b maupun Mark 16:9-20 (KJV / RSV / NIV / NASB tidak ada yang menulis Mark 16:8b).

· Bentuk dan kata-kata Mark 16:9-20 berbeda dengan bentuk dan kata-kata dalam seluruh Markus.

Contoh:

Mark 16:9, secara hurufiah: ‘the first day’ (= hari pertama).

Mark 16:2, secara hurufiah: ‘day one’ (= hari satu).

b) Kalaupun Mark 16:9-20 itu mau diterima sebagai Kitab Suci, maka kita perlu memperhatikan bahwa dalam Mark 16:17-18, ada 5 tanda yang menyertai orang kristen:

· mengusir setan.

· berbicara dalam bahasa baru / Roh.

· memegang ular.

· minum racun maut tetapi tidak celaka.

· menyembuhkan orang sakit.

Tanda ke 3 dan ke 4 tidak di claim oleh kebanyakan orang Kharisma­tik. Mereka hanya menekankan pengusiran setan, penyembuhan penyakit, dan bahasa Roh. Mengapa? Ini menunjukkan ketidak-konsekwenan!

c) Kalau bahasa Roh merupakan tanda orang beriman, mengapa Stefanus (Kis 6-7) tidak pernah berbahasa Roh? Dan apakah semua orang Pro-testan (termasuk John Calvin, Martin Luther, Billy Graham, dsb) tidak beriman? Dan apakah selama lebih dari 18 abad, dalam gereja tidak ada orang beriman? (Ingat bahwa bahasa Roh baru mulai populer pada awal abad 20, dan makin menjadi-jadi mulai sekitar 1960-an).

Ada orang Kharismatik yang lalu berkata: ‘orang-orang Protestan itu bukannya tidak beriman, tetapi tidak dewasa dalam iman’. Tetapi ini tidak masuk akal sebab:

· Mark 16:17-18 mengatakan bahwa itu adalah tanda orang percaya, bukan tanda orang yang dewasa dalam iman!

· Kis 10:44-46, orang yang berbahasa Roh itu baru bertobat! Bagai-mana mungkin mereka dewasa dalam iman?

· Bahasa Roh adalah suatu karunia yang tujuannya untuk melayani, bukan untuk mengukur kedewasaan iman seseorang! Ini sama saja dengan karunia berkhotbah, karunia menyanyi dsb, yang sama sekali tidak menunjukkan kedewasaan iman seseorang.

· Orang Korintus yang berbahasa Roh itu ternyata dianggap ‘bayi’ oleh Paulus (1Kor 3:1-2).

· Apakah selama 18 abad tidak ada orang yang dewasa imannya dalam gereja?
Kesimpulan:

Semua dasar yang dipakai untuk mengatakan bahwa orang kristen harus berbahasa Roh, ternyata tidak bisa dipertanggungjawabkan. Karena itu saya menyimpulkan bahwa orang kristen tidak harus berbahasa Roh! Ini sesuai dengan:

1) 1Korintus 12:7-11, yang berbunyi sebagai berikut:

“Tetapi kepada tiap-tiap orang diberikan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya”.

2) 1Kor 12:28-30 yang berbunyi sebagai berikut:

“Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: per-tama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dengan bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?

Pertanyaan dalam 1Kor 12:29-30 ini jelas harus dijawab dengan ‘tidak’!

Karena itu, kalau saudara tidak bisa berbahasa Roh, jangan menjadikan hal itu suatu alasan untuk meragukan iman saudara, ataupun untuk meragukan sudah tidaknya saudara dibaptis dengan Roh Kudus! Yang penting adalah bahwa saudara percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan; sedangkan berbahasa Roh atau tidak, itu tidak penting!

Kharismatik 7

AKIBAT KEHARUSAN BERBAHASA ROH

Banyak orang kristen yang beranggapan bahwa doktrin Kharismatik yang mengharuskan orang kristen berbahasa Roh bukanlah ajaran yang terlalu berbahaya. Tetapi perlu diingat bahwa doktrin ini menimbulkan akibat-akibat negatif seperti:

I) Banyak orang kristen yang meragukan imannya.

Karena dikatakan bahwa orang kristen harus bisa berbahasa Roh, maka orang kristen yang tidak bisa berbahasa Roh, dan yang tidak punya pe-ngertian Firman Tuhan yang terlalu baik, lalu menjadi ragu-ragu terhadap iman mereka sendiri. Mereka lalu bertanya-tanya: ‘Benarkah saya sudah percaya kepada Yesus? Apakah saya sudah mempunyai Roh Kudus? Kalau ya, mengapa saya tidak bisa berbahasa Roh? Apa yang salah dengan iman / kekristenan saya?’.

Kalau saudara adalah orang kristen yang meragukan iman / kekristenan saudara, maka pikirkan / renungkan 2 hal di bawah ini:

1) Kalau saudara meragukan iman / kekristenan saudara karena:

· saudara ragu-ragu tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

· saudara ragu-ragu tentang penebusan / penghapusan seluruh dosa saudara.

· saudara tidak cinta / rindu Firman Tuhan.

· saudara tidak mengalami perubahan hidup ke arah yang positif.

Maka harus saya katakan bahwa keraguan saudara tentang iman / kekristenan saudara itu memang sah! Mungkin sekali saudara memang bukan orang kristen yang sejati dan belum diselamatkan. Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka saudara akan diselamatkan!

2) Tetapi kalau saudara meragukan iman / kekristenan saudara, hanya karena saudara tidak bisa berbahasa Roh, maka itu bukanlah keraguan yang sah. Saudara sudah ditipu oleh setan melalui ajaran Kharismatik jaman ini!

II) Banyak orang kristen ‘mencari’ bahasa Roh.

Mereka ‘mencari’ / berusaha mendapatkan bahasa Roh dengan bermacam-macam cara seperti berdoa / meminta kepada Tuhan, belajar berbahasa Roh, dsb. Disamping itu juga ada ‘hamba-hamba Tuhan’ yang mengajarkan cara-cara untuk bisa berbahasa Roh (kursus bahasa Roh) dan bahkan ada banyak gereja-gereja yang punya hari pertemuan khusus untuk orang-orang yang ingin mendapatkan bahasa Roh.

Sekarang, yang perlu kita pertanyakan adalah: bisakah / bolehkah orang kristen mencari / berusaha mendapatkan suatu karunia tertentu?

Orang-orang Kharismatik pasti menjawab dengan jawaban: Ya! Dasar Kitab Suci yang biasanya mereka pakai untuk jawaban ini adalah 1Kor 12:31 1Kor 14:1,12,13,39 yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita memang bisa berusaha (bahkan ‘harus berusaha’) mendapatkan karunia-karunia tertentu yang tadinya tidak kita miliki.

Tanggapan saya:

1) Kitab Suci jelas berkata bahwa pemberian karunia-karunia dilakukan oleh Allah / Roh Kudus sesuai dengan kehendakNya (bukan sesuai kehendak kita / orang kristen!).

Dasar Kitab Sucinya adalah:

· 1Kor 12:7-11.

Perhatikan khususnya kata-kata ‘seperti yang dikehendakiNya’, dimana kata ‘Nya’ menunjuk kepada Roh Kudus’. Ini jelas menunjuk-kan bahwa pemberian karunia tergantung kehendak Roh Kudus, bukan kehendak kita / orang kristen.

· Ibr 2:4.

* Ibr 2:4 dalam terjemahan bahasa Indonesia hanya menyebutkan ‘Roh Kudus’, tetapi KJV / RSV / NIV / NASB semua menyebutkan ‘gifts of the Holy Ghost / Spirit’ (= karunia-karunia Roh Kudus).

* Ayat ini juga diakhiri dengan kata-kata ‘menurut kehendakNya’, dan ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pembagain karunia-karunia Roh Kudus itu terjadi sesuai dengan kehendak Roh Kudus, bukan sesuai kehendak / keinginan orang kristen.

Jadi, jelas bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa pemberian karunia-karunia itu dilakukan sesuai kehendak Allah [the sovereign will of God (= kehendak yang berdau­lat dari Allah)]. Jadi, kalau kita sudah mempunyai suatu karunia tertentu, maka jelas bahwa merupakan kehendak Allah bahwa kita mempunyai karunia itu, dan bukan merupakan kehendak Allah bahwa kita mempunyai karunia yang lain. Karena itu, kalau kita diberi suatu karunia dan kita lalu berdoa untuk meminta karunia yang lain, maka itu jelas merupakan doa yang tidak akan dikabulkan oleh Tuhan karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (1Yoh 5:14).

2) Setiap orang kristen adalah anggota-anggota tubuh Kristus (1Kor 12:12,13,27).

Jelas bahwa tiap anggota tubuh mempunyai kemampuan dan fungsinya sendiri-sendiri dan tidak mungkin satu anggota tubuh menginginkan kemam­puan dari anggota tubuh yang lain.

Misalnya: jari ingin melihat, atau telinga ingin berbicara. Ini pasti tidak mungkin!

3) Penjelasan tentang 1Kor 12:31 (bdk. 1Kor 14:1,12,39).

a) Peter Masters dan John C. Whitcomb dalam buku ‘The Charismatic Phenomenon’ berkata bahwa:

· ayat ini tidak ditujukan kepada pribadi-pribadi dalam gereja tetapi kepada gereja secara keseluruhan / kolektif. Jadi, yang dimaksud oleh Paulus bukanlah supaya setiap orang kristen mencari karunia yang terutama, tetapi supaya gereja secara keseluruhan mencari karunia-karunia yang terutama. Karena dalam 1Kor 14 Paulus lalu mengatakan bahwa karunia bernubuat adalah karunia yang ter-utama, maka gereja secara keseluruhan harus mencari karunia ini. Jadi misalnya pada waktu gereja mencari pendeta, gereja harus mencari orang yang memang mempunyai karunia berkhotbah / mengajarkan Firman Tuhan.

Catatan:

Ini seperti perintah untuk bersaksi sampai ke ujung bumi dalam Kis 1:8. Ini bukan perintah untuk setiap individu Kristen, seakan-akan setiap orang Kristen harus keliling dunia untuk memberitakan Injil! Ini adalah perintah yang diberikan kepada Gereja yang Kudus dan Am secara kolektif. Jadi bisa saja ada orang kristen yang ter-panggil untuk memberitakan Injil kepada bangsanya sendiri / kotanya sendiri, tetapi ada juga yang terpanggil untuk menjadi missionaris untuk pergi memberitakan Injil ke pelosok-pelosok dunia.

· Kata Yunani yang diterjemahkan ‘berusahalah untuk memperoleh’ dalam 1Kor 12:31 adalah ZELOUTE (Kata ZELOUTE ini juga digunakan dalam 1Kor 14:1,12,39). Sekarang perlu dipertanya-kan: betulkah ZELOUTE berarti ‘berusahalah untuk mempero­leh’? Kata ZELOUTE sebetulnya berarti ‘to be zealous for something’ (= bersemangat untuk sesuatu). ‘Bersemangat untuk sesuatu’ tentu tidak sama dengan ‘berusahalah untuk memperoleh’! Kalau kita dikatakan harus bersemangat untuk suatu karunia Roh Kudus tertentu, tentu itu tidak bisa diartikan bahwa kita disuruh berusaha untuk memperoleh karunia itu!

b) John Calvin (ingat bahwa ia hidup pada abad 16, jauh sebelum ada gerakan Kharismatik) mengatakan bahwa:

· ZELOUTE artinya adalah ‘seek after’ (= carilah), tetapi juga bisa diterjemahkan ‘value highly’ (= hargailah / nilailah tinggi).

· Orang-orang Korintus menginginkan karunia-karunia untuk ‘show’ (= dipamerkan) seperti karunia bahasa Roh. Melalui ayat ini Paulus ingin membetulkan keinginan mereka. Paulus ingin mereka lebih menghargai karunia bernubuat, bukan karunia bahasa Roh.

· Calvin juga beranggapan bahwa ayat ini ditujukan untuk gereja, bukan untuk pribadi.

Kesimpulan:

1Kor 12:31 menunjukkan bahwa Paulus menginginkan supaya gereja lebih menghargai karunia-karunia yang terutama yaitu ‘karunia bernu-buat’ (bdk. 1Kor 14:1,12,39). Ayat ini jelas tidak menyuruh orang kris­ten mencari / mengusahakan suatu karunia tertentu!

4) Andaikatapun kata ZELOUTE diterjemahkan ‘berusahalah untuk memper-o­leh’, tetap saja dari sini kita tidak akan mendapatkan doktrin bahwa orang kristen harus mencari karunia bahasa Roh. Karena apa? Dalam 1Kor 12:31 dikatakan bahwa ‘berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama’. Dan bahasa Roh jelas bukan karunia yang paling utama! Mengapa?

· Karena baik dalam daftar karunia dalam 1Kor 12:8-10 maupun dalam 1Kor 12:28-30, bahasa Roh dan penafsiran bahasa Roh selalu diletakkan di tempat yang terakhir!

· Bacalah seluruh 1Kor 14 dan saudara akan melihat dengan jelas bahwa Paulus / Firman Tuhan mengajarkan bahwa karunia bernubuat jauh lebih penting / berguna dari karunia bahasa Roh. Dan 1Kor 14:1,39 menyebutkan secara explicit bahwa yang harus dicari adalah karunia bernubuat, bukan karunia bahasa Roh!

5) Lalu mengapa dalam 1Kor 14:13 seseorang yang mempunyai karunia bahasa Roh diharuskan meminta karunia penafsiran bahasa Roh?

Ini suatu perkecualian. Mengapa dikecualikan? Rupa-rupanya karena karunia bahasa Roh dan karunia penafsiran bahasa Roh adalah dua karunia yang berpasangan. Karena itu seringkali disebutkan secara berurutan (1Kor 12:10,30) dan dikatakan bahwa karunia bahasa Roh tidak ada gunanya, kalau tidak disertai karunia penafsiran bahasa Roh (1Kor 14:5-9,26-28), dan jelas bahwa karunia penafsiran bahasa Roh juga tidak ada gunanya kalau tidak disertai karunia bahasa Roh. Karena itulah maka orang yang mempunyai karunia bahasa Roh disuruh meminta karunia penafsiran bahasa Roh.

Dalam perkecualian ini sajalah kita bisa meminta suatu karunia, tetapi tidak bisa dalam hal-hal yang lain.

III)Timbul bahasa roh yang palsu.

Gereja (dan persekutuan) Pentakosta dan Kharismatik jaman sekarang dipe-nuhi dengan ‘bahasa roh’. Dalam setiap pertemuan ibadah / persekutuan, bahkan tiap hari secara pribadi, berjuta-juta orang Kharismatik di seluruh dunia ‘berbahasa roh’. Perlu saudara perhatikan bahwa ini adalah suatu keadaan yang bahkan dalam Kitab Sucipun tidak pernah terjadi!

Dalam Kitab Suci peristiwa bahasa Roh hanya terjadi pada Kis 2:1-13 Kis 10:44-46 Kis 19:1-6. Lalu ada beberapa bagian lain yang membi­carakan bahasa Roh yaitu dalam Mark 16:17 1Kor 12-14. Mengapa dalam Kitab Suci sendiri begitu sedikit, sedangkan jaman sekarang begitu sering / banyak orang berbahasa roh? Jelas bahwa sekarang ada banyak bahasa roh yang palsu, bahkan mayoritas dari bahasa roh jaman sekarang ini adalah bahasa roh yang palsu!

Sekarang saya akan membahas bahasa roh yang palsu:

A) Bahasa roh yang dipelajari / diusahakan.

1) Ada seorang penulis Kharismatik yang berkata:

“Experience seems to prove that the majority of those who reach out simply to God, do receive the gift of speaking in another language. Psychologi­cally the only explanation that satisfies me is the fact that this is a potential capacity, dormant in most people, awakened in the Christian by the Holy Spirit and filled with meaning” (= Pengalaman kelihatannya membuktikan bahwa mayoritas dari mereka yang hanya mengulurkan tangannya kepada Allah, menerima karunia untuk berbicara dalam bahasa yang lain. Secara psikologis satu-satunya penjelasan yang memuaskan saya adalah fakta bahwa ini merupakan kapasitas yang potensial, tidur dalam kebanyakan orang, dibangunkan dalam diri orang kristen oleh Roh Kudus dan diisi dengan arti) - dikutip oleh Victor Budgen dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, p 66.

2) Dalam terjadinya bahasa roh, Roh Kudus tidak berbicara; manusialah yang berbicara.

“The Holy Spirit gives utterance, but man does the speaking” (= Roh Kudus memberikan ucapan, tetapi manusialah yang mengucapkannya) - dari Buku ‘Roh Kudus’, SOM GBI Bethany, hal. 25).

Dasar Kitab Suci yang mereka pakai:

* Kis 2:4 - ‘mereka mulai berkata-kata’.

* Kis 19:6 - ‘mereka berkata-kata’.

Dari dua ajaran tersebut diatas, lalu timbullah teori-teori untuk belajar bahasa Roh!

Teori 1:

a) Berhentilah berbicara dalam bahasa saudara sendiri, bahkan jangan mengucapkan sepatah katapun yang saudara kenal.
b) Jangan takut menerima bahasa Roh yang palsu.

c) Berbicaralah dengan penuh keyakinan, dengan iman bahwa Tuhan akan membentuk kata-kata itu menjadi bahasa Roh.

d) Jangan pikirkan apa yang kau katakan.

e) Kata-kata pertama akan terasa aneh, tetapi kalau diteruskan, maka bibir / lidah akan bergerak dengan bebas dan Roh Kudus akan mulai membentuk bahasa Roh yang indah.

Contoh:

1. Assemblies of God handbook:

“Help the candidate see that the Gift is already given and that all that he has to do is receive it. Lead him to realize that anyone who is saved through baptism is prepared to receive a Baptism of the Spirit. Tell him that when hands are laid on him he is to receive the Holy Spirit: tell the candidate to move on his vocal cords, but that he must co-operate with the experience as well: tell him to throw away all fear that this experience may be false: tell him to open his mouth wide and breathe as deeply as possible at the same time telling himself that he is receiving the Spirit now” (= Tolonglah calon itu untuk melihat bahwa Karunia itu telah diberikan dan apa yang harus ia lakukan hanyalah menerimanya. Bimbinglah ia untuk menyadari bahwa setiap orang yang telah diselamatkan melalui baptisan telah siap untuk menerima Baptisan Roh Kudus. Katakanlah kepadanya bahwa pada waktu tangan diletakkan di atasnya ia akan menerima Roh Kudus: suruhlah calon itu untuk menggerakkan pita suaranya, tetapi ia juga harus bekerja sama dengan pengalaman itu: suruhlah ia untuk mem-buang semua rasa takut bahwa pengalaman itu bisa palsu: suruhlah ia membuka mulutnya lebar-lebar dan bernafas sedalam mungkin dan pada saat yang sama memberitahu dirinya sendiri bahwa sekarang ia sedang menerima Roh) - dikutip oleh Victor Budgen dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, p 65.

2. Anglican Charismatic:

“Open your mouth and show that you believe the Lord has baptized you in the Spirit by beginning to speak. Don’t speak English, or any other language you know, for God can’t guide you to speak in tongues if you are speaking in a language known to you” (= Bukalah mulutmu dan tunjukkanlah bahwa kamu percaya bahwa Tuhan telah membaptis kamu dalam Roh dengan mulai berbicara. Jangan berbicara dalam bahasa Inggris, atau bahasa apapun yang kamu kenal, karena Allah tidak dapat membimbing kamu untuk berbicara dalam bahasa Roh jika kamu sedang berbicara dalam bahasa yang kamu kenal) - dikutip oleh Victor Budgen dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, p 65.

Victor Budgen lalu menambahkan:

“The same writer says that on these occasions people may experience ‘involuntary tremblings, stammering lips, or chattering teeth’. He reassures them that it is all part of the package and may simply indicate that they have resisted him with their lips hitherto” (= Penulis yang sama mengatakan bahwa pada peristiwa-peristiwa ini orang bisa mengalami ‘gemetar yang tidak disengaja, bibir yang menggagap, atau gigi yang gemeletuk’. Ia menenteramkan hati mereka dengan mengatakan bahwa itu merupakan bagian dari paket dan mungkin hanya menunjukkan bahwa sampai saat itu mereka telah menahan / menolak Dia dengan bibir mereka).

3. Dalam buku yang berjudul ‘Prison to Praise’, yang ditulis oleh Merlin R. Carothers, pp 33-34, ada cerita sebagai berikut (langsung saya berikan terjemahan bebas):

Ada orang yang ditumpangi tangan dan didoakan untuk bisa menerima baptisan Roh Kudus. Tetapi tidak terjadi apa-apa, dan orang itu tidak merasa apa-apa.

Lalu si penumpang tangan mulai berdoa dengan bahasa roh, tetapi orang itu tetap tidak melihat, mendengar atau merasa apa-apa.

Lalu si penumpang tangan bertanya: ‘Apakah dalam hatimu ada kata-kata yang tidak kaumengerti?’.

Orang itu menjawab: ‘Ya’.

Penumpang tangan bertanya lagi: ‘Kalau kata-kata itu kauucapkan, apakah kamu merasa dirimu tolol?’.

Orang itu menjawab: ‘Ya’.

‘Maukah kamu menjadi tolol atau dianggap tolol demi Kristus?’.

Lalu orang itu mengucapkan kata-kata itu dan ia berbahasa roh.

Teori 2:

Teori ini lebih ‘sederhana’ dari teori 1 di atas. Caranya hanyalah dengan mengucapkan kata-kata yang sama secara cepat dan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama (15 - 30 menit atau bahkan lebih).

Contoh kata-kata yang bisa digunakan:

* La-la-la-la-la...

* Glory-glory-glory-glory...

* Haleluya-haleluya-haleluya...

* Praise Him-praise Him-praise Him...

Perlu saudara perhatikan bahwa teori 2 ini jelas bertentangan dengan teori 1, karena dalam teori 2 ini mereka mengucapkan kata-kata yang mereka mengerti seperti Haleluya, Praise Him, dsb, padahal dalam teori 1 mereka tidak boleh mengucapkan kata yang mereka kenal.

Tanggapan saya:

1) Kalau bahasa Roh dianggap sebagai ‘potential capacity, dormant in most people’ (= kapasitas yang potensial, tidur dalam kebanyakan orang), maka:

a) Itu bertentangan dengan 1Kor 12:10-11 yang jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh tidak diberikan kepada semua orang.

b) Itu berarti bahwa bahasa Roh itu dari manusia, bukan dari Allah.

2) Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang yang berbahasa Roh karena kehendak / usahanya sendiri! Di antara orang-orang yang berbahasa Roh dalam Kis 2:1-13, Kis 10:44-48 maupun Kis 19:1-7, tidak ada satupun yang mengusahakan bahasa Roh itu dengan cara seperti teori 1 maupun teori 2.

Juga, sebetulnya bahasa Roh hampir sama dengan nubuat; perbedaannya hanyalah nubuat dilakukan dalam bahasa biasa, sedangkan bahasa Roh dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari. Sedangkan tentang nubuat, dikatakan dalam 2Pet 1:21 - “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

Saya yakin bahwa prinsip tentang nubuat ini berlaku juga untuk bahasa Roh. Jadi, bahasa Rohpun tidak mungkin dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi harus oleh dorongan Roh Kudus.

Bahasa roh yang dipelajari / diusahakan baik dengan mengunakan teori 1 atau teori 2 itu, jelas adalah bahasa roh ciptaan manusia karena diusahakan oleh manusia dan dilakukan karena kehendak manusia! Bahkan mungkin juga bahwa bahasa roh itu memang datang bukan dari manusia itu sendiri tetapi dari roh jahat!

Terhadap serangan seperti ini, orang Kharismatik mengatakan bahwa kalau mereka memulai dengan bunyi-bunyi seperti itu, itu tidak berarti bahasa Roh itu adalah ciptaan manusia. Mereka mengeluarkan bunyi-bunyi itu sebagai tindakan iman, dan Roh Kudus akan menghargai tin-dakan iman itu dengan memberikan bahasa Roh yang sebenarnya.

Tetapi perlu diingat bahwa dalam selu­ruh Kitab Suci tidak ada dasar secuilpun untuk mendukung ajaran seperti ini! Coba cari sendiri, dalam Kitab Suci bagian mana ada orang belajar bahasa Roh dengan cara seperti ini (berbicara sebagai tindakan iman)? Bagaimana mungkin itu disebut sebagai tindakan iman, padahal tidak ada dasar Kitab Suci / Firman Tuhannya? Bukankah sesuatu hanya bisa disebut sebagai ‘tindakan iman’ kalau itu dilakukan berdasarkan Firman Tuhan?

3) Dalam Kitab Suci memang dikatakan bahwa manusianyalah yang berbicara dalam bahasa Roh. Tetapi tidak pernah dikatakan bahwa manusianya yang harus bicara dulu, baru nanti bahasa Rohnya menyusul!

4) Mereka mengatakan ‘jangan pikirkan apa yang kau katakan’. Ini lagi-lagi merupakan suatu contoh yang menunjukkan bahwa ajaran Kharis-matik sering membuang pikiran! Tetapi Kitab Suci / Firman Tuhan tidak pernah mengajar kita untuk membuang ratio / pikiran. Memang Firman Tuhan berkata bahwa kita tidak boleh bersandar pada ratio / pikiran (Amsal 3:5), tetapi Firman Tuhan tidak pernah mengajar kita untuk tidak menggunakan pikiran! Pikiran yang dipenuhi Firman Tu-han dan dipimpin oleh Roh Kudus adalah sesua­tu yang mutlak perlu supaya kita bisa membedakan antara yang benar dan yang palsu!

5) Ajaran yang mengatakan untuk tidak boleh takut akan menerima bahasa Roh yang palsu, jelas adalah ajaran yang berbahaya! Kitab Suci / Firman Tuhan menyuruh kita untuk menguji segala sesuatu (1Yoh 4:1 1Tes 5:21). Bagaimana mungkin mereka bisa mengatakan bahwa calon itu tidak perlu takut untuk menerima bahasa Roh yang palsu? 

Kenneth Hagin (seorang tokoh Kharismatik) dalam bukunya yang berjudul ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’, bahkan menga-takan “Tidak ada bahayanya apabila kita menerima sesuatu yang keliru atau palsu!” (hal 7). Ini betul-betul adalah ajaran yang tolol! Kalau yang palsu itu memang tidak berbahaya, apa gunanya setan memberikan yang palsu?

Pada akhir jaman ini dimana sesuai dengan nubuat Tuhan Yesus ada banyak nabi palsu, ajaran palsu / sesat, mujijat palsu, dsb (Mat 24:23-24), maka jelaslah bahwa kita harus berhati-hati terhadap semua kepalsuan, khususnya yang bersifat rohani (hamba Tuhan, gereja, ajaran, mujijat, bahasa Roh, nubuat, penglihatan, dsb).

6) Ada karunia-karunia yang tidak bersifat mujijat, seperti karunia mengajar, menyanyi, berkhotbah, dsb. Orang yang tidak mempunyai karunia ini tetap tidak akan bisa melakukannya dengan baik sekalipun ia belajar. Tetapi orang yang mempunyai karunia itu tetap harus belajar untuk mengasah karunia itu sehingga makin baik.

Tetapi juga ada karunia-karunia yang bersifat mujijat seperti bahasa roh, bernubuat, menyembuhkan orang sakit, dsb. Yang ini tidak pernah bisa dipelajari / diusahakan / diasah / ditingkatkan dsb.

7) Teori 1 mengatakan bahwa orang yang ingin mendapatkan bahasa Roh itu harus berbicara dengan penuh keyakinan. Jadi, mereka harus mengucapkan apa saja yang ada dalam hatinya (kata-kata yang tidak dimengerti!).

Kenneth Hagin dalam bukunya ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ mengatakan bahwa calon penerima Roh Kudus itu harus “membuka mulutnya dengan lebar dan bebas, serta mengambil nafas sedalam-dalamnya”. Juga supaya orang itu lalu “dengan gamblang untuk berucap apa saja yang paling mudah baginya” (hal 8).

Untuk mendukung teorinya ini Kenneth Hagin lalu menggunakan Yoh 7:37. Ia berkata: “Yesus berkata: ‘Marilah datang kepadaku dan minumlah’. Yang dimaksud oleh Yesus disini adalah Roh Kudus. Apabila seseorang mau minum air, maka iapun membuka mulutnya dan mengambil napas dalam-dalam. Anda tidak mungkin minum air dengan keadaan mulut tertutup, maka demikian pula anda tidak mungkin menerima Roh Kudus dengan keadaan mulut anda tertutup.” (hal 9).

Ini betul-betul adalah ajaran tolol yang menggelikan! Mengapa?

a) Karena dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang menerima Roh Kudus dengan mulut terbuka dan sebagainya!

b) Yohanes 7:37 jelas tidak bisa diartikan secara hurufiah begitu! Kalau Yoh 7:37 boleh diartikan begitu, maka:

· berdasarkan Yoh 6:53 (‘makan daging Anak Manusia’) maka orang yang mau percaya Yesus harus mengunyah (memamah biak seperti sapi?).

· berdasarkan Mat 16:24 (‘memikul salib’), semua orang kristen / orang yang mengikut Yesus harus berjalan dengan membung-kuk!

· berdasarkan Gal 5:24 (‘menyalibkan daging’), maka semua orang kristen harus betul-betul menyalibkan dirinya.

· berdasarkan Wah 3:20 (‘membukakakan pintu’) orang yang mau menerima Yesus harus membuka pintu rumahnya (atau bajunya, supaya Yesus bisa masuk ke dalam hatinya?).

Ini jelas adalah hal-hal yang hanya bisa dipercaya oleh orang yang tidak waras!

8) Mereka berbahasa Roh dengan mengeluarkan bunyi yang sama terus- menerus!

a) Malaikatpun tidak mungkin hanya menggunakan 1 atau 2 bunyi untuk memaksudkan banyak hal.

b) Tidak ada grammar (= tata bahasa) maupun vocabulary (= perbenda­haraan kata) yang berbeda dalam bahasa Roh itu, kare-na mereka hanya mengucapkan kata yang sama terus-menerus.

Seseorang memberikan komentar tentang bahasa Roh mereka “The total absence of language characteristics” (= Tidak ada ciri-ciri bahasa sama sekali).

Terhadap serangan ini orang Kharismatik menjawab: itu seperti telegram, yang menge­luarkan bunyi yang sama, tetapi bunyi yang sama itu nantinya menghasilkan kata-kata yang berbeda.

Tetapi tidak ada dasar Kitab Suci sedikitpun tentang jawaban / penjelasan itu, dan karenanya penjelasan itu tidak bisa diterima!

9) Hal lain yang perlu disoroti dan dianggap aneh adalah fakta bahwa para pembicara bahasa roh itu pada umumnya menggunakan bunyi-bunyi / suara-suara yang sama.

“It is striking that many of the different tongue speakers use the same terms and sounds. They all generally speak the same way” (= Adalah sesuatu yang menyolok bahwa banyak dari orang-orang yang berbahasa Roh itu menggunakan istilah-istilah dan bunyi-bunyi yang sama. Pada umumnya mereka semua berbicara dengan cara yang sama) - John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya ‘The Charismatics’, p 176.

Ini menunjukkan bahwa bahasa Roh mereka adalah hasil dari ‘kursus bahasa Roh’.

10) John F. MacArthur, Jr. memberikan suatu kutipan yang menarik sebagai berikut:

“Rise upon your feet, speak or make some sound and continue to make sounds of some kind and the Lord will make a tongue or lan­guage of it” (= Berdirilah, dan ucapkanlah atau buatlah bunyi dan teruslah membuat bunyi-bunyi tertentu dan Tuhan akan membuatnya menjadi bahasa Roh) - John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya ‘The Charismatics’, p 178.

Ini adalah cara yang sama dengan cara yang banyak dipakai oleh orang-orang Kharismatik untuk mengajarkan bahasa Roh. Sesuatu yang sangat menarik adalah bahwa John F. MacArthur, Jr. mengata-kan bahwa kata-kata ini diucapkan oleh Joseph Smith yang adalah pendiri gereja Mormon! Bagaimana mungkin ajaran Kharismatik jaman ini bisa sama dengan ajaran dari pendiri gereja Mormon, yang jelas-jelas adalah gereja yang sesat?

B) Bahasa Roh yang timbul karena effek psikologis.

John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya ‘The Charismatics’ (p 177) me-ngatakan bahwa beberapa kasus bahasa roh bisa dijelaskan secara psikologis. Orang yang berbahasa roh itu masuk dalam ‘motor automa­tism’, yang secara klinis digambarkan sebagai suatu pemutusan radi­kal di dalam dirinya dari hal-hal di sekelilingnya. Motor automatism itu meng-hasilkan pemutusan dari hampir semua otot-otot dari kontrol otak.

Ia juga berkata bahwa orang-orang yang menerima bahasa roh jenis ini serupa dengan orang-orang yang menonton musik Rock. Dalam kegembi­raan dan emosi yang meluap-luap, ditengah-tengah musik / lagu yang keras, mereka menyerahkan kontrol dari pita suara dan sebagian besar otot-otot mereka. Mereka jatuh ke tanah, meloncat-loncat, dsb.

Karena itu tidak heran bahwa dalam persekutuan / kebaktian Kharisma­tik, musik selalu begitu keras dan emosi selalu diusahakan untuk dibang-kitkan! Dalam gereja-gereja Protestan, dimana hal-hal ini tidak ada, juga tidak ada bahasa roh.

C) Bahasa roh dari setan.

1) Perlu kita sadari bahwa setan selalu berusaha memalsu hal-hal yang dari Tuhan, seperti: Mesias palsu, nabi palsu, rasul palsu, malaikat palsu, pelayan palsu, Injil palsu, mujijat / tanda palsu, nubuat palsu, pengusiran setan yang palsu, dsb (Mat 24:4,5,11,23,24 Mat 7:21-23 2Kor 11:13-15 Gal 1:6-7 Kel 7:10-12,20-22 Kel 8:5-7,17-18).

Jelas bahwa dalam hal bahasa Roh, setan juga berusaha memalsu. Berbeda dengan bahasa roh buatan manusia, atau bahasa roh yang timbul karena effek psikologis, maka bahasa roh dari setan ini betul-betul terlihat sebagai mujijat.

Beberapa waktu yang lalu di sebuah surat kabar diberitakan bahwa pegawai-pegawai suatu pabrik rokok tertentu tahu-tahu berbicara da-lam bahasa asing yang sama sekali tidak mereka ketahui sebelumnya, padahal para pegawai itu sama sekali bukan orang kris­ten. Bisa dipastikan bahwa ini adalah bahasa roh dari setan.

Adanya bahasa roh dari setan ini juga terbukti dari adanya bahasa roh dalam banyak agama-agama lain diluar kristen, bahkan dalam aliran- aliran setan seperti Voodoo dan Spiritist.

2) Kalau seseorang meminta sesuatu secara paksa (mendesak Tuhan), maka bukan tidak mungkin kalau setanlah yang lalu datang dan mengabulkan permintaannya.

Dr Kurt Koch, seorang ahli Occultisme, dalam bukunya yang berjudul ‘Occult ABC’, hal 32, mengutip suatu cerita dari buku yang ditulis oleh seorang yang bernama Vim Malgo sebagai berikut:

“A lady who belonged to the Roman Catholic charismatic movement prayed for a long time for the baptism of the Spirit. Nothing obvious happened. She did not speak in tongues. Finally she cried out to the Lord in desperation, ‘I have now been asking You so long, and You have not given me my request. If You do not give me the baptism of the Spirit, I will speak to Your mother about it’. At that very moment she began to speak in tongues. Vim Malgo adds: ‘Here again we cannot speak of a baptism of the Spirit, but rather of baptism with spirits’” [= Seorang perempuan dari kalangan Roma Katolik Kharismatik berdoa untuk waktu yang lama untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus. Tidak ada hal yang jelas yang terjadi. Ia tidak berbicara dalam bahasa Roh. Akhirnya ia berteriak kepada Tuhan dengan putus asa: ‘Aku telah begitu lama meminta baptisan Roh, dan Engkau belum mengabulkan permintaanku. Jika Engkau tidak memberiku baptisan Roh, aku akan berbicara dengan ibumu (Maria) tentang hal ini’. Pada saat itu juga ia mulai berbicara dalam bahasa roh. Vim Malgo menambahkan: ‘Di sini lagi-lagi kita tidak bisa berbicara tentang baptisan Roh, tetapi tentang baptisan roh-roh].

IV)Apa bahayanya bahasa roh yang palsu?

1) Yang dari setan:

Sekalipun tidak bisa dipastikan apa bahayanya / apa tujuan setan memberikan bahasa roh, tetapi ini jelas berbahaya, karena kalau tidak, setan tidak akan memal­su.

Hal-hal yang mungkin menjadi tujuan setan adalah:

a) Seseorang mengatakan bahwa bahasa roh palsu itu menjadi jalan bagi setan untuk masuk dan menguasai gereja itu! Memang kalau bahasa roh itu dari setan, jelas bahwa itu termasuk occultisme, dan itu tentu bisa menjadi jalan masuk bagi setan untuk menguasai orang-orang dalam gereja itu!

b) Supaya orang kristen terus mengarahkan perhatiannya pada bahasa roh, sehingga lalu mengabaikan Firman Tuhan, Pemberitaan Injil, dsb. Juga supaya mereka terus berdoa dengan bahasa roh, dimana pada hakekatnya mereka tidak minta apa-apa dan bisa dikatakan sebetul-nya tidak berdoa.

c) Membuat orang itu menjadi sombong rohani, karena merasa diri sangat rohani dan penuh dengan Roh Kudus. Dalam kesombongan-nya mereka bahkan sering beranggapan bahwa gereja Protestan tidak mempunyai Roh Kudus. Perlu diingat bahwa ‘penuh dengan Roh Kudus’ dan ‘sombong’ adalah 2 hal yang sangat bertentangan!

d) Hal lain yang mungkin adalah: supaya orang itu mempunyai rasa aman / keyakinan keselamatan yang palsu. Banyak orang kristen KTP yang mempunyai iman dan pengertian yang kacau tentang Injil dan keselamatan, tetapi merasa yakin bahwa dirinya betul-betul adalah orang kristen / anak Allah yang pasti akan masuk surga, hanya karena mereka sudah berbahasa roh! Pada akhir jaman orang-orang ini akan mengalami hal yang mirip dengan apa yang Yesus katakan dalam Mat 7:22-23 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujijat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!”.

2) Yang dari manusia:

a) Itu adalah suatu dusta sengaja, karena orang yang sebetulnya tidak punya bahasa Roh, lalu berbuat seakan-akan punya bahasa Roh. Dengan ini mereka bersikap munafik dan mendustai orang-orang di sekelilingnya!

b) Itu merupakan suatu kesengajaan untuk memalsukan sesuatu yang dari Allah.

Jangan lupa bahwa bahasa Roh yang benar adalah suatu karunia dari Allah. Dengan seseorang mengusahakannya sendiri, ia menja­di se-orang pemalsu karunia Allah.


c) Ini bisa menjadikan seseorang jadi kecanduan.

Ini sama dengan musik / nyanyian (dan juga sama dengan morfin, ecstasy, ganja, dsb). Mula-mula mungkin hanya membutuhkan waktu 15 menit dan orang sudah merasa ‘high’ dimana mereka terbangkit semangatnya / emosinya. Tetapi makin lama membutuhkan waktu yang makin banyak dan makin lama makin sukar untuk mendapatkan rasa ‘high’ itu. Dan ini bisa menyebabkan rasa bosan, frustrasi, putus asa dsb.

V) Cara mengecheck bahasa Roh asli / palsu.

1) Orang yang berbahasa Roh itu Kristen sungguh-sungguh atau tidak?

a) Periksalah kepercayaan / pengertian orang itu tentang hal-hal dasar dari kekristenan. Misalnya:

· Apakah ia mengerti dan percaya bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia?

· Apakah ia mengerti dan percaya bahwa keselamatan terjadi karena iman, bukan karena perbuatan baik?

· Apakah ia mengerti dan percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dan satu-satunya jalan ke surga?

· Apakah ia mempunyai keyakinan selamat / masuk surga, dan apakah keyakinan ini mempunyai dasar yang benar?

Kalau pengertian dan kepercayaannya tentang hal-hal dasar ini sudah salah, ia pasti bukanlah orang kristen yang sejati.

b) Periksalah hidup orang itu (bdk. Mat 7:15-20).

Kalau orang itu:

· sama sekali tidak mengalami perubahan hidup ke arah yang positif, maka ia pasti bukan kristen (Yak 2:17,26).

· hidup dalam dosa / berbuat dosa dengan sengaja dan terus menerus, meremehkan dosa, bangga pada waktu berbuat dosa, atau tidak membenci dosa, maka ia juga pasti bukan kristen.

· kalau orang itu tidak cinta Firman Tuhan / tidak senang belajar Firman Tuhan, itu lagi-lagi menandakan bahwa ia adalah orang kristen KTP!

Kalau ia bukan orang Kristen yang sejati, sudah pasti bahasa rohnya palsu, karena bahasa Roh, sama dengan karunia-karunia Roh yang lain, hanya diberikan kepada orang yang betul-betul percaya kepada Kristus.

2) Apakah orang itu dalam berbahasa Roh menuruti peraturan Tuhan dalam 1Kor 14:26-28 tentang penggunaan bahasa Roh dalam kebak­tian? Ada 3 peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian:

a) Maksimum 2-3 orang.

b) Harus satu persatu, tidak boleh berbarengan.

c) Harus ada penafsiran / penterjemahan.

Kalau peraturan ini dilanggar (dan hampir semua orang yang berbahasa roh pada jaman ini melanggar peraturan ini!), maka mungkin sekali itu adalah bahasa roh yang palsu!

3) Bahasa Rohnya harus betul-betul bahasa manusia (real human language).

Orang-orang Kharismatik menganggap bahwa ada bahasa Roh yang ada-lah bahasa manusia dan ada bahasa Roh yang adalah bahasa malaikat.

Dasar Kitab Suci mereka:

· 1Kor 13:1 - ‘bahasa malaikat’.

· 1Kor 14:2 - ‘rahasia’ dan ‘tak ada orang yang mengerti bahasa­nya’.

Tanggapan saya:

a) 1Kor 13:1-3 jelas merupakan gaya bahasa Hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan)! Perhatikan 1Kor 13:2,3 yang juga melebih-lebihkan dan bahkan tidak pernah betul-betul terjadi.

Jadi, tidak bisa diartikan bahwa memang ada bahasa Roh yang ada-lah bahasa malaikat.

b) 1Kor 14:2.

Kata ‘rahasia’ (Inggris: mystery; Yunani: MUSTERION).

Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani MUSTERION itu dipakai di:

· Mat 13:11 / Mar 4:11 / Luk 8:10.

· Roma 11:25 Roma 16:25.

· 1Kor 2:7 4:1 13:2 14:2 15:51.

· Ef 1:9 3:3,4,9 5:32 6:19.

· Kol 1:26-27 2:2 4:3.

· 2Tesalonika 2:7.

· 1Tim 3:9,16.

· Wahyu 1:20 10:7 17:5-7.

Bacalah semua ayat-ayat itu dan periksalah apa arti dari kata ‘rahasia’ itu. Dengan 2Tes 2:7 sebagai perkecualian, jelas semua ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa ‘rahasia’ itu:

¨ Bukanlah sesuatu yang tersembunyi yang tidak diketahui orang.

¨ Adalah kebenaran Allah / Injil yang dulunya tersembunyi, tetapi yang sekarang sudah dinyatakan oleh Allah.

Jadi, jelaslah bahwa kata ‘rahasia’ dalam 1Kor 14:2 tidak berarti bahwa itu adalah bahasa malaikat yang tidak dimengerti oleh seorangpun.

c) 1Korintus 14:2 - ‘sebab tak ada seorangpun yang mengerti bahasanya’.

· Kata ‘bahasanya’ ini sebetulnya tidak ada!

NASB: ‘for no one understands’ (= karena tidak seorangpun mengerti).

NIV / RSV: ‘no one understands him’ (= tidak seorangpun mengerti dia).

KJV: ‘for no man understandeth him’ (= karena tidak seorangpun mengerti dia).

· Yang dimaksud dengan ‘tidak ada seorangpun yang mengerti’ adalah ‘tidak ada seorangpun dari orang-orang yang hadir saat itu di tempat itu yang mengerti’ (bukan ‘tidak ada seorangpun di seluruh dunia yang mengerti’). Bandingkan dengan 1Kor 14:16 yang mengatakan ‘yang hadir’.

d) Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa bahasa roh itu haruslah bahasa manusia:

· John F. MacArthur, Jr mengatakan bahwa kata Yunani ‘GLOSSA’ dalam Kitab Suci umumnya berarti bahasa manusia. Memang se-kalipun kata ‘GLOSSA’ sering diarti­kan ‘lidah’ biasa (Mark 7:33,35 Ro 3:13 Yak 3:5 Kis 2:3) tetapi kalau kata ‘GLOSSA’ ini menunjuk pada ‘bahasa’ maka itu selalu berarti ‘bahasa manusia’ (seperti dalam Wah 5:9 7:9 10:11 13:7 14:6 17:15).

· Ada 3 kata bahasa Yunani yang bisa diartikan ‘menafsirkan’:

* ‘HERMENEUO’.

Ini dipakai dalam 1Kor 12:10 1Kor 14:26. Kata ini juga dipakai dalam Yoh 1:38,42 Yoh 9:7 Ibr 7:2. Dari ayat-ayat itu, jelas bahwa kata itu harus diartikan ‘men­terjemahkan’.

* ‘DIERMENEUO’.

Ini dipakai dalam 1Kor 12:30 1Kor 14:5,13,27,28. Kata ini juga dipakai dalam Kis 9:36 dan Luk 24:27.

* ‘METHERMENUO’.

Ini dipakai dalam Matius 1:23 Mark 5:41 Mark 15:22,34 Yoh 1:41 Kis 4:36 Kis 13:8.

Ketiga kata ini sebetulnya artinya sama yaitu ‘menafsirkan’, ‘menjelaskan’, ‘menterjemahkan’. Tetapi dalam Perjanjian Baru selalu diam­bil arti ‘menterjemahkan’, kecuali dalam Luk 24:27 dimana harus diartikan ‘menafsirkan’ / ‘menjelaskan’. Karena itu, dalam 1Kor 12:10,30 dan 1Kor 14:5,13,26,27,28 besar kemungkin-annya juga harus diambil arti ‘menterjemahkan’. Dan kalau ini benar, maka itu harus berarti bahwa bahasa roh itu adalah bahasa manusia (bukan sekedar bunyi yang aneh-aneh yang sama terus-menerus dan tidak mengandung arti apa-apa! Yang seperti itu tidak bisa diterjemahkan, karena bukan bahasa!)

Editor dari Calvin’s Commentary: “... every language is intelligible to some nation or other; ... The very use of the term ‘interpret’ and ‘interpretation’, as applied to this subject, also proves that he could only have intelligent language in view: it being a contradiction in terms to speak of interpreting that which has no meaning” (= ... setiap bahasa bisa dimengerti bagi beberapa bangsa atau lainnya; ... Penggunaan dari istilah ‘menafsirkan’ dan ‘penafsiran’, seperti yang diterapkan pada pokok ini, juga membuktikan bahwa ia hanya bisa mempunyai bahasa yang bisa dimengerti dalam pandangannya: merupakan suatu istilah yang kontradiksi untuk berbicara tentang penafsiran yang tidak mempunyai arti) - hal 440-441 (footnote).

· Dalam 1Kor 14:10-11 secara implicit ditunjukkan bahwa bahasa roh harus merupakan bahasa manusia / asing.

Kesimpulan:

Sekalipun tidak 100 % yakin, tetapi saya mempunyai kecondongan sangat kuat bahwa bahasa roh haruslah bahasa manusia (bahasa asing). Jadi, kalau ada orang yang ‘berbahasa roh’ dengan mengeluarkan bunyi yang sama terus-menerus, yang jelas bukan bahasa manusia, maka saya mempunyai kecondongan sangat kuat untuk menganggapnya sebagai bahasa roh yang palsu.

Kharismatik 8
DOA / dialog DENGAN BAHASA ROH

Kebanyakan orang Kharismatik menyetujui dan bahkan menganjurkan dilaku-kannya doa dalam bahasa Roh. Ayat Kitab Suci yang sering dipakai sebagai dasar adalah:

1) 1Kor 14:2 yang berbunyi sebagai berikut:

“Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia”.

Ada 2 hal mereka soroti dari ayat ini:

a) 1Kor 14:2a mengatakan bahwa orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Berkata-kata kepada Allah adalah berdoa. Jadi, ini menunjukkan bahwa bahasa roh memang boleh dipakai untuk berdoa.

b) 1Kor 14:2b berbicara tentang ‘hal-hal yang rahasia’ yang diucapkan oleh orang yang berbahasa roh, sehingga tidak dimengerti oleh siapapun. Ini mereka pakai sebagai dasar untuk menggunakan bahasa roh dalam doa. Mereka beranggapan bahwa kalau kita berdoa dengan bahasa biasa, maka setan akan mengerti / mengetahui permintaan kita, dan ia bisa menyabot jawaban Tuhan sehingga tidak kita terima. Tetapi kalau kita berdoa dengan bahasa roh, maka setanpun tidak mengerti permintaan kita, sehingga tidak bisa menyabot jawaban Tuhan!

2) 1Kor 14:14-15 yang berbunyi sebagai berikut:

“Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku”. 

Dalam ayat ini Paulus secara explicit / jelas berbicara tentang ‘berdoa dengan bahasa roh’.

3) 1Kor 14:28 yang berbunyi sebagai berikut:

“Jika tidak ada seorangpun yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.

Dalam ayat ini dikatakan bahwa kalau dalam pertemuan jemaat kita ingin berbahasa roh tetapi tidak ada yang dapat menafsirkannya, maka kita harus berdiam diri, dan hanya berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Allah. Lagi-lagi, ‘berkata-kata kepada Allah’ adalah sama dengan berdoa. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa kalau tidak ada penterjemah / orang yang mem-punyai karunia menafsirkan bahasa roh, maka bahasa roh itu boleh dipakai untuk berdoa kepada Allah.

Tanggapan saya:

1) 1Kor 14:2 tidak mendukung doa dengan bahasa Roh, karena ayat ini hanya merupakan suatu sindiran.

Jadi arti ayat ini adalah: sekalipun / andaikatapun pada waktu berbahasa Roh seseorang memberitakan kebenaran ilahi / Injil, tetapi karena tidak ada yang mengerti, maka Allah adalah satu-satunya pendengar!

Sedangkan tentang arti kata ‘rahasia’ telah dibahas dalam pelajaran Kharismatik 7. Dan kalau kita mengerti arti kata ‘rahasia’ itu maka kita juga akan mengerti bahwa kata itu tidak bisa diartikan bahwa tidak ada seorang-pun, termasuk setan, yang mengerti.

Kesimpulan: ayat ini tidak mengajar doa dengan bahasa Roh.

2) Tentang 1Kor 14:14-15 ada beberapa hal yang perlu diketahui / diperhatikan:

a) Ay 14: ‘rohkulah yang berdoa’.

Kata ‘rohku’ di sini ditafsirkan bermacam-macam oleh para penafsir:

1. Roh Kudus.

2. ‘roh’ diartikan ‘nafas’. Jadi, nafas dan organ-organ kita dipakai untuk berdoa.

3. Karunia rohani / karunia bahasa Roh.

b) Ay 14: ‘akal budiku tidak turut berdoa’. Ini salah terjemahan.

KJV/RSV/NIV/NASB: unfruitful (= tidak berbuah).

Untuk ini juga ada beberapa penafsiran:

1. Otakku tidak mengerti apa yang aku katakan.

2. Otakku tidak dipakai untuk menyusun / membentuk doa itu.

3. Otakku tidak berbuah dalam diri orang yang mendengar (karena mere-ka tidak mengerti).

c) Ay 14 ini hanyalah suatu illustrasi / contoh untuk menekankan pentingnya penggunaan akal / pikiran, dan tidak boleh diartikan bahwa hal itu (doa dengan bahasa Roh) betul-betul terjadi dalam hidup Paulus.

d) Hal yang terpenting adalah: ay 14 ini terletak dalam kontex (ay 13-17) yang menekankan penggunaan akal budi / pikiran. Dan karena itu tidak mungkin ay 14 itu justru menganjurkan orang untuk berdoa dengan bahasa Roh, dimana akal / pikiran justru tidak dipakai!

Saya berpendapat bahwa ay 14 ini justru melarang doa dengan bahasa Roh! Bacalah ay 13-17 sekali lagi!

3) 1Korintus 14:28.

Perhatikan bahwa kontex ayat ini (ay 26-28) tidak berbicara tentang ‘doa dengan bahasa Roh’ tetapi ‘bahasa Roh’ biasa. Jadi jelas bahwa 1Kor 14:28 itu bukannya menyuruh / mengijinkan orang berdoa dengan bahasa Roh.

Arti 1Kor 14:28 adalah: bahasa Roh (bukan doa dengan bahasa Roh!) tanpa penterjemahan, hanya boleh digunakan dalam saat teduh pribadi, dimana seseorang sedang sendirian dengan Allah.

4) Bahasa Roh berisi berita dari Allah untuk manusia, dan bukannya berita dari manusia kepada Allah. Dasar Kitab Sucinya:

a) Dalam Kis 2:4,11 dikatakan bahwa pada waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari Pentakosta, mereka menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah. Jelas bahwa ini mencakup salib dan ke-bangkitan Yesus, dan semua ini jelas merupakan berita dari Allah untuk manusia.

b) Dalam 1Kor 14:2 ‘hal-hal yang rahasia’ menunjuk pada kebenaran ilahi / Injil (tentang arti kata ‘rahasia’ lihat pelajaran Kharismatik 7). Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa bahasa Roh berisikan berita dari Allah untuk ma-nusia.

c) Dalam 1Kor 14:5 dikatakan bahwa bahasa Roh yang ditafsirkan / diterje-mahkan menjadi seperti nubuat (membangun jemaat). Jadi jelas bahwa isinya juga seperti nubuat, yaitu berita dari Allah untuk manusia.

d) Dalam 1Kor 14:6 dikatakan bahwa bahasa Roh seharusnya berisikan ‘pe-nyataan Allah’ (Inggris: ‘God’s revelation’), ‘pengetahuan’, ‘nubuat’, ‘penga-jaran’. Kalau tidak, itu tidak ada gunanya. Semua hal-hal itu jelas berisikan berita dari Allah untuk manusia.

e) Ay 13,27,28 menunjukkan bahwa bahasa Roh harus disertai penaf­siran / penterjemahan. Ini jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada Allah, apa gunanya penterjemahan?

f) Dalam Kis 10:46 istilah ‘memuliakan Allah’ tidak menunjukkan bahwa mereka memuji Tuhan, tetapi bisa diartikan seperti dalam Kis 2:11, di-mana mereka menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ini lagi-lagi merupakan berita dari Allah bagi manusia.

Kesimpulan: kalau bahasa Roh harus berisi berita dari Allah untuk manusia, maka jelas bahwa berdoa dalam bahasa Roh adalah sesuatu yang mustahil, karena doa berisikan berita dari manusia kepada Allah

Hal ini jelas juga bisa digunakan untuk menentang praktek ‘dialog dalam bahasa roh’ (antara manusia dengan manusia). Seorang penginjil menceritakan kepada saya bahwa Rodney Howard Browne (tokoh Toronto Blessing) berdialog dengan Kenneth Copeland (yang juga tokoh Toronto Blessing) dalam bahasa roh. Ini lagi-lagi jelas merupakan suatu kegilaan yang tidak alkitabiah, karena memang tidak ada dasarnya sedikitpun dalam Alkitab! Karena bahasa Roh menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, maka pada waktu digunakan seseorang untuk menyampaikan berita dari Allah kepada orang lain, pembicaraannya hanya bisa terjadi dalam satu arah, seperti dalam Kis 2:1-13, bukan dalam dua arah / dialog! Saya percaya bahwa 2 orang itu melakukannya sebagai suatu sandiwara supaya dianggap hebat / rohani!

Kharismatik 9

NGGEBLAK / TUMBANG DALAM ROH

Dalam banyak gereja / persekutuan kharismatik sering terjadi adanya orang yang ditumpangi tangan, lalu orang itu jatuh pingsan (ke depan / ke belakang):

· ada yang hanya sekedar ikut-ikutan / pura-pura.

· ada yang jatuh karena didorong oleh orang yang menumpangi tangan.

· ada yang betul-betul jatuh karena pingsan / kehilangan kesadarannya.

I) Pandangan Kharismatik.

1) Hal ini (nggeblak) terjadi pada saat orang itu menerima baptisan / pengurapan Roh Kudus. Bisa terjadi dalam kelompok ataupun secara pribadi. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“....hal ‘tumbang dalam Roh’, yang terjadi pada saat seseorang itu menerima baptisan / pengurapan Roh Kudus, baik orang percaya tsb menerimanya melalui penumpangan tangan dari seorang hamba Tuhan ataupun tidak. Tumbang dalam Roh yang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan ‘slain in the Spirit’, terjadi bisa dalam suatu kelompok (orang banyak) di dalam kebaktian persekutuan umum atau pada kebaktian di gereja, juga pada pelayanan-pelayanan pribadi” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3, kol 1).

2) Ada orang Kharismatik yang berpendapat bahwa hal ini harus terjadi setidaknya 2-3 minggu sekali, bahkan ada yang berkata bahwa hal itu harus terjadi sesering mungkin.

John F. MacArthur Jr. menuliskan pembicaraannya dengan seorang Kharismatik sebagai berikut:

“I have talked with one charismatic who said: ‘Oh, Yes, it’s vital to be slain in the Spirit. In fact, you should never go for more than 2 or 3 weeks without being slain in the Spirit’. Another fellow told me that there are no limits to it. It becomes a con­test to see who can get ‘slain’ the most often” (= Saya telah berbicara dengan seorang kharismatik yang berkata: ‘O ya, adalah merupakan sesuatu yang vital / penting untuk tumbang / rebah di dalam Roh. Bahkan kamu tidak boleh hidup lebih dari 2 atau 3 minggu tanpa tumbang / rebah di dalam Roh’. Seorang lain berkata kepada saya bahwa tidak ada batasan terhadap hal itu. Itu menjadi suatu pertandingan untuk melihat siapa yang bisa tumbang / rebah paling sering) - ‘The Charismat­ics’, p 31.

3) Ada orang Kharismatik lain yang berkata bahwa ‘nggeblak itu enak, karena dari Roh Kudus’.

4) Ada yang mengatakan bahwa hal itu akan didahului dengan tanda-tanda seperti bibir bergetar, adanya semacam aliran listrik, air mata yang tidak dapat ditahan, getaran pada badan, sentuhan kuat, sehingga akhirnya jatuh.

‘Pada saat seperti itu, bagi seseorang Kuasa Tuhan dirasakan sehingga bibir yang terus-menerus bergetar dengan tidak dapat ditahan. Bagi orang yang lain, Kuasa Tuhan dapat dirasakan seolah-olah ada aliran listrik yang mengalir dari ujung kepala terus bergerak sampai ke ujung kaki. Pengalaman lain yang dapat terjadi yaitu mengalirnya air mata yang tidak terbendung, dan terus-menerus membasahi pipi. Ada pula dirasakan sebagai adanya getaran- getaran pada badan yang terus-menerus. Dan Kuasa Tuhan dapat juga dirasakan sebagai adanya suatu sentuhan yang kuat, sehingga kita tidak sanggup bertahan, dan akhirnya jatuh dan terlentang di lantai’ (‘Warta Bethany’ Edisi no. 30, hal 3, kol 3).

Ayat-ayat Kitab Suci yang dipakai sebagai dasar:

1) Daniel 10:7-9.

“Dari ayat ini kita mengetahui bahwa bagaimana Kuasa Roh Kudus dapat membuat Daniel tak berdaya, tak mempunyai tenaga lagi., sehingga ia terjatuh, tertelungkup dengan muka ke tanah ..... Disini kita juga ketahui bahwa oleh karena Kuasa Roh Kudus, seseo­rang dapat terjatuh bukan ke arah belakang, tetapi terjatuh ke depan” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3 kol 1,2).

2) 2Taw 5:1-14 (khususnya ay 13,14).

Tentang text Kitab Suci ini dikatakan:

“Oleh karena awan kemuliaan Tuhan, maka para imam-imam itu tidak tahan berdiri..... ‘the priest could not stand’....tidak sanggup berdiri adalah berarti tumbang atau terkulai dalam kemuliaan Tuhan atau tumbang dalam Roh”.

Sedangkan tentang 2Taw 7:3 dikatakan sebagai berikut:

“Dengan demikian tidak saja para imam yang tumbang dalam Roh, oleh karena kemuliaan Tuhan, tetapi juga ‘segenap orang Israel’ atau segenap umat Tuhan dapat tumbang dalam Roh” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3 kol 2).

3) Wah 1:10-17, khususnya ay 17, yang menunjukkan bahwa ketika melihat Yesus, rasul Yohanes tersungkur di depan kaki Yesus sama seperti orang mati.

4) Yoh 18:1-6, khususnya ay 6, yang menunjukkan bahwa pada waktu Yesus berkata ‘Akulah Dia’, maka orang yang mau menangkap Yesus mundur dan jatuh ke tanah.

II) Tanggapan saya.

1) Dalam Kitab Suci memang sering ada orang-orang yang jatuh / rebah / pingsan, tetapi tidak pernah ada orang yang jatuh / rebah / pingsan karena menerima Roh Kudus!

Mari kita perhatikan keempat bagian Kitab Suci yang mereka pakai di atas:

a) Daniel 10:7-9.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Daniel jatuh bukan karena ia menerima Roh Kudus!

2. Daniel jatuh karena takut melihat penglihatan itu.

Ini adalah sesuatu yang sering terjadi dalam Kitab Suci. Perhatikan Kel 19:16-25 dan 20:18-21 Hak 6:22-23 Hak 13:20-22 1Raja-raja 19:12,13 Yesaya 6:1-5 Luk 1:11-13,26-30,65 Luk 2:8-10 Mat 17:6 Mat 28:1-5 Mark 16:4-8 Luk 24:4,5 Wah 22:8. Saya berpendapat bahwa ini adalah sesuatu yang wajar, karena kalau melihat setan saja orang bisa begitu takut sampai pingsan, lebih-lebih kalau seseorang melihat malaikat atau Tuhan sendiri!

Karena Daniel jatuh disebabkan rasa takut, maka jelas bahwa bukan Tuhan yang menjatuhkan Daniel!

3. Pada waktu Daniel jatuh / pingsan, ia dibangunkan oleh Tuhan (Daniel 10:10). Lalu Tuhan berkata kepadanya ‘jangan takut’ (Daniel 10:12). Ia lalu ditolong sehingga bisa berbicara (Daniel 10:15-16), dan diberi kekuatan (Daniel 10:16-19).

Sehubungan dengan ini ada 2 hal yang perlu dipertanyakan:

a. Mengapa dalam kalangan Kharismatik hanya ada nggeblaknya, tetapi tidak ada peristiwa dimana Tuhan membangunkan orang yang nggeblak, seperti yang dialami oleh Daniel di sini?

b. Kalau dalam kalangan Kharismatik ada orang yang ‘nggeblak’, pada saat itu orang itu tidak boleh dibangunkan! Mengapa?

b) 2Taw 5:1-14 2Taw 7:1-3 (bdk. 1Raja-raja 8:1-11).

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Ini juga bukan penerimaan Roh Kudus!

2. Disini para imam tidak pingsan, bahkan tidak terkulai / jatuh / rebah dsb! Yang dimaksud adalah bahwa mereka tidak bisa meneruskan tugas­ / pelayanan mereka sebagai imam, karena adanya kemu-liaan Allah yang memenuhi Bait Allah itu. Bandingkan ini dengan:

a. 2Taw 5:14 (NIV): “and the priests could not perform their service because of the cloud, for the glory of the LORD filled the temple of God” (= dan para imam tidak bisa menyelenggarakan pelayanan / kebaktian disebabkan oleh awan itu, karena kemu-liaan TUHAN memenuhi Bait Allah)

b. Kel 40:34,35 dimana Musa mengalami hal yang sama. Ia tidak jatuh, tetapi tidak bisa masuk. Bdk. Kis 7:32b.

c. Wah 15:8.

3. 2Taw 7:3 jelas sekali menunjukkan bahwa bangsa Israel bukannya jatuh / rebah / pingsan, tetapi sujud menyembah Allah.

c) Wahyu 1:10-17.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Ay 10 mengatakan bahwa waktu itu rasul Yohanes ‘dikuasai oleh Roh Kudus’ (ini bukan baptisan Roh, karena Baptisan Roh hanya terjadi sekali dan itu terjadi dalam Kis 2 pada diri Yohanes).

2. Yang menyebabkan Yohanes jatuh bukanlah penguasaan oleh Roh Kudus ini! Yang menjatuhkan Yohanes adalah penglihatan yang ia lihat (baca ay 17!).

3. Jadi, sama seperti dalam peristiwa Daniel di atas, di sini Yohanes juga sangat takut, sehingga ‘para­lyzed’ / ‘lumpuh’ dan lalu jatuh (perhatikan kata-kata ‘jangan takut’ pada ay 17b).

4. Sekalipun jatuh, Yohanes tidak pingsan karena dalam ay 17b-dst Tuhan mengajak dia bicara!

d) Yoh 18:1-6.

Orang-orang ini memang jatuh karena kuasa Tuhan. Tetapi, ini jelas bukan penerimaan Roh Kudus, karena mereka bukan orang percaya. Juga tidak dikatakan bahwa mereka pingsan!

Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat Kitab Suci lain yang serupa:

a. Yeh 1:28 2:1-2 3:23-24.

Yeh 2:2 seharusnya berbunyi (NIV) “as he spoke, the Spirit came into me dan raised me to my feet” [= sementara Ia berbicara, Roh (Kudus) datang kepadaku dan membangunkan aku].

Yeh 3:24 seharusnya berbunyi (NIV) “Then the Spirit came into me and raised me into my feet” [= Lalu Roh (Kudus) datang kepadaku dan membangunkan aku].

Jadi, dalam bagian ini bisa kita lihat bahwa Yehezkiel jatuh, karena melihat penglihatan, tetapi ia justru diperintahkan untuk berdiri (Yeh 2:1) dan waktu Roh Kudus datang kepadanya, Roh Kudus itu justru membangunkan dia! Jadi, Roh Kudus tidak menjatuhkan dia, malah membangunkan dia! Ini tidak cocok dengan doktrin Kharismatik ten-tang ‘tumbang dalam Roh’!

b. Kis 9:4-9.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

(1) Paulus memang rebah, tetapi tidak pingsan!

(2) Ini bukan saat Paulus terima Roh Kudus, karena saat itu ia belum bertobat!

(3) Ia jatuh karena penglihatan (cahaya) itu, bukan karena Roh Kudus!

c. 1Sam 19:23-24.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

(1) Bagian ini salah terjemahan!

NIV: ”So Saul went to Naioth at Ramah. But the Spirit of God came upon him, and he walked along prophesying until he came to Naioth. He stripped off his robes and also proph­esied in Samuel’s presence. He...” (= Lalu Saul pergi ke Nayot di Rama. Tetapi Roh Allah datang kepadanya, dan ia berjalan sambil bernubuat sampai ia tiba di Nayot. Ia membuka jubahnya dan juga bernubuat di hadapan Samuel. Ia ...).

Jadi, Saul bukannya kepenuhan Roh, tetapi bernubuat! (kesalahan penterjemahan yang sama terjadi pada ay 20 akhir, ay 21 tengah, dan ay 21 akhir!).

(2) Untuk mengerti bagian ini, kita perlu memperhatikan seluruh kontex!

(a) Dalam 1Sam 17 kita melihat bahwa Daud mengalahkan Goliat.

(b) Dalam 1Sam 18:6-7 kita melihat bahwa rakyat menyanjung Daud lebih dari Saul.

(c) Dalam 1Sam 18:8-11 kita melihat bahwa Saul menjadi iri hati kepada Daud. Lalu ada roh jahat yang berkuasa atasnya dan ia berusaha membunuh Daud.

(d) Dalam 1Sam 19:9-10 kita melihat bahwa Saul kembali dikuasai roh jahat dan ia berusaha membunuh Daud lagi.

(e) Lalu dalam 1Sam 19:18-24 kita melihat bahwa 3 x Saul mengi-rim orang-orangnya untuk membunuh Daud, tetapi 3 x juga Roh Kudus datang pada orang-orang itu, sehingga mereka bukan-nya membunuh Daud, tetapi bernubuat. Akhirnya Saul sendiri datang untuk membunuh Daud dan untuk ke 4 x nya Roh Ku-dus datang (sekali ini kepada Saul) dan menyebab­kan Saul tidak bisa membunuh Daud, tetapi juga bernubuat.

Jadi, kesimpulannya: Dalam bagian ini, Roh Kudus datang bukan demi kebaikan orang kepada siapa Ia datang. Ia datang kepada orang-orang Saul dan kepada Saul sendiri (yang jelas bukan anak-anak Tuhan) untuk melakukan intervensi guna mencegah mereka membunuh Daud!

Jadi jelas bahwa bagian inipun tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk membenarkan ajaran / praktek ‘tumbang dalam Roh’.

Dari semua penjelasan ini jelas bahwa dalam seluruh Kitab Suci tidak pernah ada orang jatuh / rebah / pingsan karena menerima Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus! Doktrin Kharismatik tentang ‘rebah / tumbang dalam Roh’ bukanlah ajaran Alkitab!

2) Doktrin ‘tumbang dalam Roh’ bukan saja tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi juga tidak ada dalam sejarah gereja (baik ajarannya maupun prakteknya!).

Ajaran maupun praktek dari doktrin ‘tumbang dalam Roh’ baru muncul mulai sekitar tahun 1960. Kalau ajaran ini memang berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan waktu lebih dari 19 abad untuk menemukan-nya?

3) Salah satu dari hal-hal yang merupakan buah dari Roh Kudus adalah ‘penguasaan diri’ (Gal 5:22-23). Karena itu, kalau seseorang menerima Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus, seharusnya ia makin bisa menguasai diri! Tetapi orang-orang yang nggeblak itu justru kehilangan kesadaran-nya, bahkan ada yang lalu mulutnya berbuih / berbusa, kaki, dan tangannya ke­jang-kejang seperti orang sakit ayan / epilepsi. Mereka justru kehilangan penguasaan dirinya dan lebih mirip orang mabuk / gila / kerasukan setan daripada orang Kristen. Bagaimana mungkin Roh Kudus masuk dalam diri seseorang dan memenuhinya tetapi justru menghancurkan penguasaan diri, yang merupakan buah Roh Kudus?

4) Dalam Kitab Suci Tuhan / Roh Kudus tidak pernah membanting-banting anak-anakNya. Kalau ada satu oknum yang suka / sering membanting- banting orang dan membuat mulut orang menjadi berbusa, maka oknum itu adalah setan! Perhatikan ayat-ayat ini:

Mat 17:15 - “katanya: ‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air”. 

Markus 9:25-27 - “Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!’ Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri”.

Lukas 9:38-43 - “Seorang dari orang banyak itu berseru, katanya: ‘Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku. Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya. Dan aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.’ Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!’ Dan ketika anak itu mendekati Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangnya. Tetapi Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu, lalu mengembalikannya kepada ayahnya”.

Karena itu, saya lebih percaya bahwa orang-orang yang nggeblak / pingsan itu, apalagi yang mulutnya berbusa, sedang kerasukan setan dan bukannya sedang menerima / dipenuhi Roh Kudus!

Perlu saudara ingat bahwa dengan menggunakan hipnotisme, yang jelas termasuk occultisme / penggunaan kuasa gelap, seseorang bisa mem-buat orang lain pingsan / rebah! Ada kemungkinan besar bahwa banyak orang menggunakan hal ini di dalam gereja, supaya dianggap ‘mem-punyai kuasa Tuhan’, padahal sebetulnya mereka menggunakan kuasa setan!

Catatan:

Kalau saudara mau melihat penjelasan saya yang lebih terperinci tentang hal ini, saudara bisa membacanya dalam buku saya yang berjudul “Toronto Blessing, Alkitabiahkah?”.

5) Orang yang kerasukan setan, kalau setannya diusir dan lalu mening-galkan orang itu, memang bisa rebah (bdk. Mark 9:25-27). Mungkin ini terjadi karena tubuh yang tadinya dipakai oleh setan untuk mengamuk, lalu menjadi kehabisan tenaga pada waktu setan meninggalkannya.

6) Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: dalam Majalah Intisari bulan September 1992, Dr. Luh Ketut Suryani, kepala bidang Labora-torium Psikiatri Universitas Udayana Bali mengatakan:

a) “Ada beberapa cara yang memungkinkan seseorang mencapai trance. Antara lain lewat meditasi, hipnotisme, obat-obatan, pemusatan pikiran pada sepenggal pengalaman, yang bisa pula berbarengan dengan situasi yang monoton, rang­sangan berirama, keletihan fisik, ketegangan atau pengha­rapan emosional. ... trance terjadi karena adanya kekuatan hipnotis (oleh diri sendiri atau orang lain), dan dipicu oleh iringan tetabuhan yang monoton” (hal 106).

b) “Pertunjukan debus yang dipimpin seorang syeh juga diser­tai alunan alat musik sederhana untuk mengiringi para pezikir yang selalu me-nyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan. Demikian pula pada kuda lumping yang diiringi seperangkat tetabuhan dan disertai seorang ‘du-kun’ sebagai penanggung jawab atas keselamatan pemain. Irama musik pengiring kedua bentuk kesenian ini sama-sama monoton. Jadi apapun yang monoton yang diarahkan terhadap seseorang pada dasarnya mampu menjadikan kesurupan” (hal 138).

Catatan:

1. Kata-kata Dr. Luh Ketut Suryani ini bisa menjelaskan menga­pa dalam persekutuan dan kebaktian gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik, sering terjadi trance, tumbang dalam roh dsb. Itu semua terjadi karena musik / lagu yang monoton (ingat bahwa lagu yang sama yang diulang-ulang terus mener­us sampai puluhan kali, jelas merupakan sesuatu yang mono­ton).

2. Ini juga menjelaskan mengapa orang yang ‘belajar bahasa Roh’ dengan mengucapkan kata yang sama terus menerus, akhirnya meng-alami trance dan betul-betul berbahasa roh (tentu bukan bahasa Roh dari Tuhan!). Persoalannya adalah bahwa pengucapan kata yang sama secara terus menerus juga merupakan sesuatu yang monoton.

Selanjutnya, Dr. Luh Ketut Suryani juga menambahkan lagi:

“Tapi kalau penari Bali puasnya tak terlukiskan. Bahkan, dalam tarian keagamaan di pura, kepuasan itu berwujud kete­nangan batin yang masih berlangsung sampai tiga hari” (hal 138).

Ketenangan batin semacam ini juga disaksikan oleh seorang kristen bernama Yan Solihin, yang bertobat dari praktek Yoga dan penyembuhan menggunakan Yoga. Dalam bukunya yang berjudul ‘Lepas dari belenggu Yoga’, hal 39-40, ia berkata:

“Setelah itu, penyembuh akan menyalurkan prana ke pasien-pasiennya. Metode yang umum digunakan adalah dengan menumpangkan tangan di dahi pasien. ... Pada waktu itu pasien akan merasakan tubuhnya seolah-olah dialiri arus listrik yang halus atau rasa hangat yang menjalari tubuhnya, yang merupakan ciri dari prana. Sesudah pasien dipenuhi prana, biasanya ia akan mengalami ekstase, yaitu perasaan bahagia yang sangat mendalam di dalam hatinya. Perasaan itu bisa berupa rasa haru yang sangat dalam, ataupun perasaan-perasaan lain”.

Catatan: yang dimaksud dengan ‘prana’ adalah tenaga / energi dalam Yoga.

Jadi, baik tarian Bali, maupun Yoga (dan mungkin banyak praktek-praktek occultisme yang lain), bisa memberikan ketenangan batin / damai. Ini bisa menjelaskan mengapa orang-orang yang mengalami ‘tumbang dalam Roh’, Toronto Blessing dsb, berkata bahwa hal itu enak, atau berkata bahwa mereka merasa sukacita / damai sejahtera, dsb (Catatan: saya berpendapat ini hanya damai yang semu, bukan damai dan sukacita sejati yang dari Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan damai dengan membuat anakNya rebah!).

Kesimpulan:

1) Orang yang kerasukan setan, setelah setan diusir, bisa (tetapi tidak harus) jatuh / pingsan.

2) Orang yang menerima Roh Kudus tidak mungkin jatuh / rebah / pingsan!

3) ‘Nggeblak’ yang terjadi pada seseorang yang tidak kerasukan setan (terjadi bukan pada peristiwa pengusiran setan), adalah pekerjaan setan! Mungkin ini adalah semacam hipno­tisme, atau praktek occultisme yang lain!

Karena itu, kalau hal semacam itu terjadi di sekitar saudara, maka:

1) Berdoalah supaya Tuhan melindungi saudara, maupun orang-orang lain dari pekerjaan setan.

2) Hati-hati terhadap hamba Tuhan yang bisa membuat orang pingsan. Mereka mungkin sekali adalah nabi palsu (serigala berbulu domba) yang menggunakan ilmu hitam, supaya dianggap ‘sakti’, sehingga diper­caya / diikuti banyak orang.

3) Hati-hati juga terhadap orang yang nggeblak itu. Kalau orang itu betul-betul orang Kristen, tidak mungkin setan bisa menjatuhkan dia. Bahwa dia bisa dijatuhkan oleh kuasa gelap, mungkin sekali menunjuk­kan bahwa ia bukan orang Kristen sejati.

Kharismatik 10
HARUSKAH kita SEMBUH DARI SAKIT?

Banyak orang Kharismatik yang beranggapan bahwa orang Kristen tidak boleh sakit atau bahwa orang Kristen harus sembuh dari semua penyakit!
Alasan-alasan dan Sanggahannya:

1) Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun rasul-rasul selalu menyembuhkan semua orang sakit (Mat 4:23,24 Kis 5:15-16, dsb).

Sanggahan:

Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menyem­buhkan semua orang sakit. Ada orang-orang yang tidak disembuhkan. 
dalam Yoh 5:1-18 ada banyak orang sakit, tetapi hanya satu yang disem-buh­kan oleh Yesus, yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun. 
dalam 1Tim 5:23 dan 2Tim 4:20, Timotius dan Trofimus sakit, tetapi Pau-lus tidak menyembuhkan mereka. 
dalam 2Kor 12:7-10, Paulus sendiri mengalami ‘duri dalam daging’. Seka-lipun tidak jelas dengan apa yang dimaksud dengan ‘duri dalam daging’ itu, tetapi rasa-rasanya tidak bisa tidak istilah ini menunjuk pada suatu penyakit jasmani yang menyakitkan. Untuk ini Paulus berdoa sebanyak tiga kali, tetapi Tuhan tidak menyembuhkan dia! 
dalam Luk 5:15-16 banyak orang datang kepada Yesus untuk disembuh-kan, tetapi Yesus tidak menyembuhkan mereka, sebaliknya Yesus me-ninggalkan mereka. 
dalam Luk 4:27 Yesus berkata bahwa pada jaman nabi Elisa ada banyak orang sakit kusta di Israel, tetapi mereka tidak ditahirkan seperti Naaman. 

2) Penyakit itu dari setan, dan orang Kristen harus menang atas setan.

Sanggahan:

a) Penyakit pertama kali masuk ke dalam dunia sebagai hukuman dari Tuhan (bukan dari setan!) atas dosa manusia.

b) Setan memang bisa memberi penyakit, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan (Ayub 1-2 2Kor 12:7-10).

c) Tidak semua penyakit datang dari setan. Misalnya: Kej 48:1. Juga kalau dalam Mat 4:24 terlihat bahwa ‘orang yang menderita pelbagai penyakit’ dibedakan dari ‘orang yang kerasukan’. Demikian juga dalam Mat 10:1,8.

d) Menang atas setan tidak harus diwujudkan melalui kesembuhan. Kalau seseorang tetap sakit, tetapi dalam sakitnya ia tetap setia kepada Tuhan dan hidup bagi Tuhan, apakah ia tidak menang atas setan?

3) Penyakit itu disebabkan oleh dosa. Karena itu kalau seseorang bertobat ia pasti sembuh dari penyakit!

Sanggahan:

a) Penyakit pertama masuk ke dalam dunia memang karena dosa Adam dan Hawa.

b) Memang ada orang-orang yang sakit sebagai akibat langsung dari dosa mereka (bdk. Maz 107:17-18 2Raja 5:27).

c) Tetapi tidak semua orang sakit sebagai akibat langsung dari dosanya (Kej 48:1 Ayub 1-2 2Kor 12:7-10 Fil 2:25-27 1Raja 14;1,12,13 Yoh 9:1-3).

d) Orang percaya baru bisa bebas dari penyakit sebagai akibat dosa, pada saat ia masuk ke surga

4) Yesus sudah mati menebus tubuh dan jiwa / roh kita. Karena itu kalau seseorang percaya Yesus / menjadi orang kristen, maka bukan saja dosanya diampuni, tetapi ia juga harus sembuh dari semua penyakit jasmani.

Sanggahan

a) Memang Yesus mati untuk menebus kita secara keseluruhan (tubuh + jiwa / roh).

b) Memang orang yang percaya kepada Yesus langsung diampuni dosa-dosanya pada saat ia percaya, tetapi:

· ia baru mengalami penyempurnaan jiwa / roh pada saat ia mati (Ibr 12:23). Pada saat sudah mengalami penyempurnaan jiwa / roh, maka ia tidak lagi bisa berbuat dosa. Tetapi sebelum saat itu, ia belum disempurnakan, sehingga masih bisa berbuat dosa (penyakit rohani).

· ia baru mengalami penyempurnaan tubuh pada akhir jaman / hari kebangkitan. Pada saat sudah mengalami penyempurnaan tubuh, maka ia tidak lagi bisa mengalami penyakit, penderitaan, kematian, dsb (Wah 7:16 21:4). Tetapi sebelum saat itu, ia belum disempurna-kan, sehingga masih bisa sakit (penyakit jasmani). Perhatikan bahwa dalam 2Kor 4:16 Paulus berkata bahwa “manusia lahiriah kami semakin merosot” (maksudnya tentu dalam kesehatan / kekuatan). Dan dalam 1Kor 15:43, ia mengkontraskan tubuh jasmani kita yang sekarang ini dengan tubuh kebangkitan nanti dengan berkata: “Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan”.

5) Allah itu Mahakuasa dan karena itu Ia pasti bisa menyembuhkan anakNya yang sakit!

Sanggahan:

Allah memang mahakuasa sehingga pasti bisa menyembuhkan, tetapi Ia belum tentu mau menyembuh­kan. Banyak orang beranggapan bahwa Allah pasti mau menyembuhkan kita karena adalah sesuatu yang baik kalau kita itu sehat. Orang-orang ini perlu mengingat bahwa pikiran Allah dan pikiran kita berbeda seperti langit dengan bumi (Yes 55:8-9)! Dalam 2Kor 12:7-10, Paulus sendiri berdoa supaya duri dalam dagingnya diangkat, tetapi ia tidak disembuhkan! Allah tidak mau menyembuhkan Paulus, karena penyakit Paulus justru akan menyebabkan Paulus bersandar kepada Tuhan sehingga kuasa Allah bisa mengalir melalui Paulus. Dengan kata lain, dari sudut Allah, penyakit Paulus ini membawa kebaikan baginya dan bagi pelayanannya. Bagi kitapun hal seperti ini bisa terjadi. Kadang-kadang Allah tidak mau menyembuhkan kita karena Ia mempunyai maksud tertentu, yang tentunya berguna untuk kemuliaanNya dan juga untuk kebaikan kita sendiri (bdk. Ro 8:28).

6) Allah tidak menghendaki orang sakit.

Dalam bukunya yang berjudul ‘Jangan Batasi Allah Bila Ingin Bahagia-Sejahtera’, hal 33-34, Morris Cerullo berkata sebagai berikut:

“Baiklah saya nyatakan kepada anda sekarang juga, bahwa bukanlah kehendak Allah agar anda menderita sakit. Allah tidak menghendaki manusia itu menderita. Bukanlah kehendak Allah anda harus menderita lapar atau dilanda kemiskinan. Kehendak Tuhan ialah mencurahkan berkatNya atas diri anda dan memenuhi segala kebutuhan anda. Tuhan menghendaki agar anda dapat hidup sehat, berbahagia dan serba berkecukupan”.

Ia lalu mengutip 3Yoh 2 dan Mat 8:7 untuk mendukung pandangannya ini.

Sanggahan:

a) Kata-kata Yesus dalam ayat-ayat seperti Mat 8:3,7 dsb tidak berlaku umum, sama seperti kata-kataNya dalam Mat 14:29 (waktu Ia menyuruh Petrus berjalan di atas air) dan dalam Yoh 11:23,40,43 (kata-kataNya berhubungan dengan kebangkitan Lazarus) juga tidak berlaku umum!. Jadi, untuk orang-orang tertentu Ia memang bersedia menyembuhkan, tetapi untuk orang-orang lain bisa saja Ia tidak bersedia menyembuhkan, karena Ia mempunyai tujuanNya sendiri!

b) 3Yoh 2 adalah suatu salam yang jelas tidak bisa diartikan bahwa Allah tidak menghendaki seorangpun sakit!

c) Orang-orang Kharismatik sering menyalahartikan kata ‘baik’, ‘berkat’, dsb, karena mereka menafsirkan ‘baik’ dan ‘berkat’ itu sebagai ‘baik’ dan ‘berkat’ menurut pandangan manusia. Tuhan memang pasti memberi berkat / hal-hal yang baik kepada anak-anakNya (Mat 7:11 Yak 1:17), tetapi yang dimaksud dengan ‘baik’ dan ‘berkat’ adalah ‘baik’ dan ‘berkat’ dalam pandangan Allah! Lagi-lagi perlu diingat bahwa pikiran / rencana Allah berbeda seperti langit dengan bumi dibanding piki­ran / rencana kita (Yes 55:8-9). Allah bisa memberi berkat / hal yang baik melalui hal-hal yang bagi kita kelihatannya tidak baik, seperti penyakit dan penderitaan (2Kor 12:7-10 2Kor 1:8- 9 Fil 1:12 bdk. Ro 8:28).

Illustrasi:

Kalau saudara membawa anak saudara ke dokter, dan anak itu harus disuntik, maka saudara merelakan anak itu menderita sakit, karena semua itu adalah untuk kebaikannya sendiri. Lalu mengapa Tuhan tidak boleh membiarkan kita sakit / menderita, kalau semua itu adalah untuk kebaikan kita?

7) Allah menjanjikan kesehatan (Kel 15:26).

Sanggahan:

a) Janji itu hanya berlaku untuk bangsa Israel pada saat itu. Itupun dengan syarat, mereka taat total (Kel 15:26).

b) Ada perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, ada banyak janji berkat jasmani yang berkelim-pahan (Ul 28:1-14 Mal 3:10-12), tetapi dalam Perjanjian Baru tidak! (bdk. Mat 6:11,25-34) Karena apa? Karena dalam Perjanjian Lama belum ada salib! Jadi mereka sukar melihat kasih Allah, kecuali ada berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi bagi orang-orang Perjanjian Baru, karena salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah sudah terjadi, maka sekalipun tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, tetap bisa melihat kasih Allah melalui salib itu!

Jadi, sekalipun kita sakit, kita tetap bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Buktinya Ia mau menjadi manusia dan mati bagi kita dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus (Ro 5:8).

8) Orang Kristen yang sakit memalukan Tuhan. 

Sanggahan:

a) Ini lagi-lagi salah pengertian tentang istilah ‘memalukan / memuliakan Tuhan’. Kalau orang Kristen sakit dikatakan memalukan Tuhan; itu karena mereka menilai Tuhan seakan-akan Tuhan itu adalah manusia. 

b) Orang kristen yang sakit tidak memalukan Tuhan. Ini terlihat dari Paulus yang pada waktu mengalami duri dalam daging bukan saja tidak memalukan Tuhan, tetapi akhirnya justru membawa kemu­liaan bagi Tuhan (2Kor 12:7-10).

Memang kalau ada orang yang sehat dan kaya bisa percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, setia kepada Tuhan dsb, maka ini tentu memuliakan Tuhan. Tetapi kalau ada orang yang sakit, miskin, dan menderita terus menerus, dan dalam kondisi seperti itu ia bisa tetap percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, dan setia kepada Tuhan, maka tentu peristiwa ini akan lebih memuliakan Tuhan!

c) Yang memalukan Tuhan ialah kalau kita sebagai anak-anakNya berbuat dosa. Ini terlihat dari:

· Mat 5:16 mengatakan bahwa perbuatan baik kita memuliakan Bapa di sorga. Secara implicit ini menunjukkan bahwa dosa kita memalukan Allah.

· Dalam Wah 3:18, kata-kata ‘ketelanjanganmu yang memalukan’ jelas menunjuk pada dosa-dosa mereka yang memalukan Allah.

Karena itu Paulus / Kitab Suci memberi peraturan bahwa orang Kristen yang berdosa (dosa sengaja terhadap mana ia tidak mau bertobat) harus dikucilkan (1Kor 5:1-13).

d) Baca juga 1Kor 1:25-29 - “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”. 

Text Kitab Suci ini tidak mengatakan bahwa Allah malu karena orang-orang yang lemah, bodoh, tidak terpandang, dsb! Ia bahkan memilih mereka untuk mempermalukan orang berhikmat, kuat, dsb. Kalau Allah tidak malu karena orang kristen yang bodoh, lemah, tak terpandang, dsb, mungkinkah Ia malu karena orang kristen yang sakit?

9) Yesus sering berkata ‘imanmu telah menyembuhkan engkau’ (Mat 8:13 Mat 9:22,29). Jadi, ‘tidak sembuh’ menunjukkan ‘tidak beriman’.

Sanggahan:

a) Kadang-kadang iman memang dijadikan syarat terjadinya mujijat / ke-sembuhan (Mat 13:58).

b) Tetapi Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menuntut iman sebagai syarat kesembuhan!

· Bacalah Yoh 5:1-18, khususnya ay 13! Orang buta itu sudah sembuh, tapi tidak / belum menge­nal Yesus. Jelas bahwa disini tidak dituntut iman sebagai syarat kesembuhan.

· Kis 3:1-10 Petrus juga tidak bertanya kepada pengemis yang lumpuh itu apakah ia beriman atau tidak!

· Dalam 2Raja 5, Naaman jelas tidak beriman, dan boleh dikatakan bahwa tindakannya untuk menuruti Elisa adalah tindakan coba-coba! Tetapi ia toh disembuhkan!

· Dalam Yoh 11, pada saat Lazarus dibangkitkan, baik ia maupun Maria dan Marta jelas tidak beriman bahwa Yesus akan membangkitkannya.

Jadi, orang tidak berimanpun bisa sembuh kalau Tuhan mau! Yang menentukan bukan iman kita, tetapi kehendak Tuhan!

c) Orang berimanpun tidak selalu sembuh (2Kor 12:7-10 1Tim 5:23 2Tim 4:20). Jadi, jelas bahwa ayat-ayat seperti Mat 8:13 Mat 9:22,29 tidak berlaku umum!

d) Banyak orang beranggapan bahwa kalau ada orang sakit, lalu orang itu berdoa dalam nama Yesus dengan iman, maka ia pasti disembuhkan. Ini didasarkan pada ayat-ayat seperti Mark 11:22-24 Mat 7:7-10 Yoh 14:13-14 Yoh 15:7b dsb. Tetapi perlu diingat bahwa pada waktu menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24 Mat 7:7-10 Yoh 14:13-14 Yoh 15:7b dsb, kita juga harus memperhatikan ayat-ayat seperti 1Yoh 5:14 Mat 7:11 Yoh 15:7a, yang menjadi syarat pengabulan doa, yaitu:

· permintaan kita sesuai dengan kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14). Ingat juga bahwa beriman pada sesuatu yang bukan kehendak Tuhan, tidak bisa dikatakan beriman!

· yang kita minta itu merupakan sesuatu yang baik dalam pandangan Tuhan (Mat 7:11).

· kita tinggal dalam Yesus, dan firman Tuhan tinggal dalam kita (Yoh 15:7a). Dengan kata lain, kita dekat dengan Tuhan dan tunduk pada firman Tuhan.

e) Kalau seseorang berdoa untuk kesembuhan orang sakit, dan orang sakit itu tidak sembuh, bisa saja yang tidak / kurang beriman bukanlah si sakit tetapi si penyembuh. Ini terjadi dalam Mat 17:14-20. Pada waktu itu ada seseorang yang anaknya sakit ayan (ini terjadi karena kerasukan setan - bdk. Mark 9:17-18). Ia membawa anak itu kepada murid-murid Yesus, tetapi ternyata murid-murid itu tidak bisa menyembuhkan anak itu / mengusir setannya. Setelah anak itu dibawa kepada Yesus, maka barulah setannya bisa diusir dan anak itu disembuhkan. Waktu murid-murid bertanya mengapa mereka tidak bisa mengusir setan itu, Yesus berkata: ‘Karena kamu kurang percaya’ (Mat 17:20).

Tetapi ingat bahwa cerita ini tidak boleh diartikan seakan-akan setiap kali seseorang gagal menyembuhkan orang sakit, itu menunjukkan bahwa ia tidak / kurang beriman. Bisa saja orang sakit itu tidak sembuh, bukan karena orang yang mendoakannya kurang beriman, tetapi karena Tuhan memang tidak menghendaki kesembuhan itu.

10) Yesus menyuruh kita menyembuhkan orang sakit (Mat 10:5-8).

Sanggahan:

Perintah ini hanya diberikan untuk rasul-rasul pada saat itu! Ini terlihat dari:

a) Mereka disuruh memberitakan Injil hanya kepada orang Yahudi. Banding-kan dengan Mat 28:19 yang menyuruh kita menjadikan semua bangsa murid Kristus.

b) Mereka disuruh ‘membangkitkan orang mati’ (Mat 10:8). Ini jelas bukan perintah untuk kita!

c) Pada saat itu mereka tidak boleh membawa bekal (Mat 10:9-10). Ban-dingkan ini dengan Luk 22:35-36 dimana mereka boleh membawa bekal.

11) Mark 16:17-18 mengatakan bahwa menyembuhkan orang sakit adalah tanda orang beriman.

Sanggahan:

a) Mark 16:17-18 terletak dalam kontext Mark 16:9-20 yang diperdebatkan keasliannya. Untuk jelasnya lihat pelajaran Kharismatik 6 (‘Haruskah kita berbahasa Roh?’) - pada no 12 (hal 51-52).

b) Mark 16:17-18 menyebutkan bahwa tanda orang beriman bukan hanya menyembuhkan orang sakit, tetapi juga minum racun / memegang ular tanpa celaka dsb. Kalau orang Kharismatik mau menggunakan ayat ini secara konsekwen, maka mereka juga harus berani melakukan hal ini / bisa mengalami hal ini!

12) Mat 8:16-17 bdk. Yes 53:4-5.

Kesembuhan jasmani yang Yesus lakukan, oleh Matius dihubungkan dengan nubuat nabi Yesaya yang berbunyi: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”.

Yes 53:4-5 - “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”.

Sanggahan:

a) ‘Penyakit/ ‘kesembuhan’ dalam Yes 53:4-5 itu bersifat jasmani atau rohani? Ada 2 pandangan:

1. Jasmani dan rohani.

Tetapi bagaimanapun, penyempurnaan jasmani terjadi pada akhir jaman (2Kor 4:16 1Kor 15:43-44).

2. Hanya rohani. Jadi, ‘penyakit’ menunjuk pada dosa.

· Baca kontex Yes 53!

* Ay 5: ‘pemberontakan’, ‘kejahatan’.

* Ay 6: ‘sesat seperti domba’, ‘mengambil jalannya sendiri’, ‘kejahatan’.

* Ay 8: ‘pemberontakan’.


* Ay 10: ‘korban penebus salah’.

* Ay 11: ‘kejahatan’.

* Ay 12: ‘dosa’.

Jadi jelas bahwa kontex Yes 53 adalah rohani!

· Untuk lebih jelas tentang kontex, baca juga Yes 1:4-6!

· Bandingkan juga dengan 1Pet 2:22-25, dimana Petrus mengutip Yes 53 ini! Ia jelas menerapkan pada dosa / penyakit rohani!

b) Kalau Yes 53 itu memang tentang penyakit rohani (dosa), lalu mengapa Matius mengutip Yes 53:4 dan menerapkannya pada kesem­buhan jas-mani dalam Mat 8:17?

Jawabnya: karena Yesus sering melakukan sesuatu yang bersifat jasmani untuk mengajar suatu kebenaran rohani. Ini bukan suatu pengallegorian!

Contoh:

· Ia mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9. Ini mengilustrasikan diriNya sebagai Terang dunia (Yoh 9:5).

· Ia membangkitkan orang mati / Lazarus (Yoh 11). Lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25-26).

· Ia melipat gandakan roti (Yoh 6), lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Roti Hidup (Yoh 6:35).

Dalam Mat 8 juga demikian. Ia menyembuhkan secara jasmani (Mat 8:15-16) untuk menunjukkan diriNya sebagai penyembuh rohani / dosa (Mat 8:17 bdk. Yes 53:4-5).

Jadi, sebetulnya sekalipun Mat 8:15-16 berbicara tentang kesembuhan / penyakit jasmani, tetapi Mat 8:17 berbicara tentang kesembuhan / penyakit secara rohani, yaitu dosa. Karena itu Matius lalu menganggap ini sebagai penggenapan dari Yes 53:4-5!
Kesimpulan:

1) Kesembuhan illahi itu ada!

2) Tetapi ajaran yang mengatakan bahwa orang Kristen harus sembuh:

a) Bertentangan dengan Alkitab.

Saya ingin menambahkan satu text Kitab Suci di sini.

Yes 56:4-5 - “(4) Sebab beginilah firman TUHAN: ‘Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari SabatKu dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjianKu, (5) kepada mereka akan Kuberikan dalam rumahKu dan di lingkungan tembok-tembok kediamanKu suatu tanda peringatan dan nama - itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan - , suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka”.

Orang-orang kebiri ini tentu tidak bisa mempunyai anak. Pada saat mereka bertobat, dan taat kepada Tuhan, mereka diberi janji berkat, tetapi bukan dalam arti akan mempunyai anak! Jadi, mereka tidak disembuhkan dari keadaan tidak bisa mempunyai anak itu!

b) Bertentangan dengan fakta / realita.

· Jelas sekali bahwa banyak orang Kristen yang sakit! Bahkan para penyem­buhnya sering memakai kaca mata. Apakah itu bukan pe-nyakit? Apa bedanya penyakit yang disebabkan oleh bakteri / kuman dan penyakit yang disebabkan oleh usia tua? Bukankah semua itu sama-sama masuk ke dalam dunia karena dosa Adam?

· Para penyembuh itu sendiri juga pergi ke dokter / dokter gigi, sekali-pun banyak yang pergi secara diam-diam! Bukankah ini adalah ke-palsuan dan kemunafikan yang terkutuk?

Tetapi perlu saya tekankan di sini, supaya orang-orang kristen tidak jatuh pada extrim sebaliknya, yang juga salah dan merugikan, yaitu ‘terlalu cepat menyerah dalam mengharapkan kesembuhan / berdoa untuk suatu kesembuhan’.

Kharismatik 11
MACAM-MACAM KESEMBUHAN

I) Kesembuhan biasa.

Ciri-ciri kesembuhan biasa:

1) Kesembuhan itu tidak terjadi seketika, tetapi melalui suatu proses.

2) Adanya penggunaan hal-hal yang secara medis memang bisa memberi-kan kesembuhan seperti: dokter, obat, diet, makanan bergizi, istira­hat, olah raga, perubahan cara hidup, berhenti merokok, dsb.

Perlu diketahui bahwa berbeda dengan pandangan / ajaran banyak orang Pentakosta / Kharismatik yang mengatakan bahwa dokter / obat itu dilarang dan bertentangan dengan iman, Kitab Suci tidak menentang penggunaan dokter / obat. Ini terlihat dari:

· Yak 5:14 yang berbunyi: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan”.

‘Minyak’ di sini mungkin sekali berfungsi sebagai obat (bdk. Yes 1:6 Luk 10:34). Pemberian obat oleh penatua ini mungkin disebabkan pada saat itu banyak orang kristen yang miskin, sehingga tidak bisa membeli obat sendiri.

· Matius 9:12 yang berbunyi: “Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit’”.

Dari sini terlihat dengan jelas bahwa Yesus sendiri tidak menentang penggunaan tabib / dokter untuk orang sakit.

· 1Tim 5:23 yang berbunyi: “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah”.

Ini merupakan nasehat dari rasul Paulus kepada Timotius yang sakit. Aneh sekali bahwa Paulus yang jelas mempunyai karunia kesembuh-an itu, ternyata tidak menyembuhkan Timotius secara mujijat, tetapi menyuruhnya menggunakan anggur sebagai obat!

· Lukas adalah tabib (Kolose 4:14).

Kalau orang kristen tidak boleh menggunakan dokter / obat, maka jelas bahwa dokter / tabib dan penjual obat semuanya harus bertobat. Tetapi sekalipun Lukas adalah seorang tabib, ia tidak pernah dikecam atau disuruh bertobat.

Kalaupun hal-hal yang secara medis bisa memberikan kesembuhan tersebut di atas digabungkan dengan doa, sehingga lalu terjadi kesem-buhan yang luar biasa cepatnya, itu tetap merupakan kesembu­han biasa!

Kalau dikatakan bahwa ini adalah kesembuhan biasa, itu tidak berarti bahwa itu tidak datang dari Tuhan! Kesembuhan ini tetap datang dari Tuhan, tetapi Tuhan menggunakan hal-hal tertentu untuk menyembuhkan. Jadi, Tuhan menyembuhkan secara tidak langsung.

Setiap kali kita sakit, selain kita harus berdoa, kita juga harus menggunakan hal-hal tersebut di atas untuk mendapatkan kesembuhan biasa ini!

II) Kesembuhan psikologis.

Ada banyak penyakit yang ditimbulkan / diperparah / dikambuhkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis seperti takut, kuatir, marah, sedih, benci / dendam, stress, dsb.

Dalam Amsal 17:22 dikatakan bahwa ‘hati yang gembira adalah obat yang manjur’. Ini tentu tidak berlaku untuk semua penyakit! Misalnya bagaimanapun orang yang menderita patah tulang bergembira, ia tidak akan disembuhkan oleh kegembiraannya itu! Jadi, ayat ini hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang memang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis.

Di dalam suatu kebaktian kesembuhan, selalu diadakan pembang­kitan emosi menggunakan musik yang keras, nyanyian yang diulang-ulang, kata-kata chairman / pengkotbah yang menggerakkan emosi, bahasa lidah, self-suggestion tentang ‘iman’ (penyugestian diri sendiri bahwa dirinya akan sembuh / sudah sembuh), dsb. Hal-hal ini memang bisa menyebabkan terjadinya kesembuhan secara psikologis terhadap penyakit-penyakit yang memang disebabkan oleh hal-hal psikologis itu! Tetapi, begitu emosi turun (kembali seperti semula), penyakitnya akan kembali / kambuh lagi. Karena itu, ini pada hake­katnya bukan suatu kesembuhan. Ini hanya kesembuhan semu saja!

III) Kesembuhan ilahi.

A) Ada yang menggunakan benda-benda:

1) Benda milik si penyembuh, seperti:

a) Jubah Yesus (Mat 9:20-22 Mat 14:34-36).

b) Sapu tangan / kain Paulus (Kis 19:12).

Ayat-ayat Kitab Suci ini dipakai sebagai dasar oleh sebagian orang Kharismatik untuk melakukan hal yang serupa!

Contoh:

· Penginjil Televisi dari Amerika Serikat, Oral Roberts, pernah mem-bagikan 6 juta kantong plastik berisi air kepada semua pengikut-nya di seluruh Amerika, dan lalu dalam siaran TV ia mengajak mereka bersama-sama untuk memecahkan kantong plastik itu pada bagian tubuh yang sakit untuk menyembuhkannya.

· John F. MacArthur, Jr. menceritakan dalam bukunya bahwa ia pernah menerima ‘miracle prayer cloth’ (= kain doa mujijat), dan bersama dengan kain doa mujijat itu ada suatu pesan yang berbunyi:

“Take this special miracle prayer cloth and put it under your pillow and sleep on it tonight. Or you may want to place it on your body or on a loved one. Use it as a release point wherever you hurt. First thing in the morning send it back to me in the green envelope. Do not keep this prayer cloth; return it to me. I’ll take it, pray over it all night. Miracle power will flow like a river. God has something better for you, a special miracle to meet your needs” (= Ambillah kain doa mujijat yang spesial ini dan letakkanlah di bawah bantalmu dan tidurlah di atasnya malam ini. Atau engkau dapat meletakkannya pada tubuhmu atau pada orang yang engkau cintai. Gunakanlah untuk mengurangi rasa sakit dimanapun engkau merasa sakit. Hal pertama yang harus engkau lakukan pada esok pagi adalah mengi-rimkannya kembali kepada saya di dalam amplop hijau. Janganlah menahan / menyimpan kain doa ini; kembalikanlah kepada saya. Saya akan mengambilnya, mendoakannya sepanjang malam. Kuasa mujijat akan mengalir seperti sungai. Allah mempunyai sesuatu yang lebih baik untuk engkau, suatu mujijat spesial yang sesuai untuk kebutuhanmu) - ‘The Charismatics’, p 130.

Ingat, bahwa sekalipun dalam Kitab Suci pernah terjadi kesembuhan melalui benda seperti jubah Yesus atau sapu tangan Paulus, tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan siapapun juga untuk melaku-kan hal itu!

Hal yang harus diperhatikan adalah: Kitab Suci tidak pernah menyuruh / mengijinkan untuk menggunakan benda apapun sebagai jimat. Ini perlu diwaspadai karena adanya gereja di Indonesia yang memberikan sapu tangan yang sudah didoakan untuk disimpan oleh jemaatnya (mirip dengan cerita John F. MacArthur, Jr. di atas). Ini sudah termasuk jimat, dan tentu saja tidak alkitabiah!

2) Benda-benda yang secara medis tidak bisa menyembuhkan.

Contoh:

Dalam Yoh 9:6-7 Yesus menggunakan ludahnya yang diaduk dengan tanah untuk menyembuhkan orang buta. Secara medis ini bukan saja mustahil untuk menyembuhkan orang buta, tetapi bahkan orang melekpun akan menjadi buta kalau diberi ‘obat’ seperti itu!

Ini berbeda dengan penggunaan obat dalam kesembuhan biasa, karena obat memang bisa memberi kesembuhan (secara medis).

B) Ada yang menggunakan perintah ‘Dalam nama Yesus....’.

Contoh: Kis 3:6 Kis 9:34 dsb.

Orang-orang anti Kharismatik menganggap ini sebagai karunia kesem-buhan dan mereka beranggapan bahwa hal ini tidak ada lagi jaman ini.

Dasar anggapan ini:

1) Itu adalah karunia untuk membuktikan kenabian / kerasulan dan juga membuktikan bahwa mereka betul-betul menyampaikan Firman Tuhan (Kel 19:9 2Raja-raja 5:8 Maz 74:9 Mat 9:6 Yoh 3:2 Yoh 6:14 Yoh 11:47 Kis 4:16 Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3-4).

Karena itulah mereka beranggapan bahwa hal itu tidak ada lagi pada saat ini.

Tanggapan saya:

a) Tidak ada satupun ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa karu-nia kesem­buhan sudah tidak ada lagi.

b) Ayat-ayat seperti Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3,4 tidak berka­ta bah-wa itu adalah satu-satunya tujuan pemberian karunia itu.

John Stott mengatakan: “The major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation” (= Tujuan utama dari mujijat adalah untuk membuktikan / mengesahkan setiap tahap wahyu yang baru) - ‘Baptism and Fullness’, p 97.

Ini jelas menunjukkan bahwa ada tujuan sekunder dari mujijat.

Dan Thomas R. Edgar mengatakan:

“It is also clear that miracles were performed primarily to confirm the gospel and only secondarily for the benefit of the recepients” (= Juga jelas bahwa mujijat dilakukan pertama-tama untuk meneguhkan Injil dan hanya secara sekunder untuk keuntungan si penerima mujijat) - ‘Miraculous Gifts’, p 99.

Jadi, bisa saja bahwa pada jaman ini karunia itu diberikan dengan tujuan lain.

c) Kalau dulu Allah memberikan karunia itu dengan tujuan membukti-kan kerasulan / kenabian, itu tidak berarti bahwa sekarang Allah tidak bisa memberikan dengan tujuan yang lain.

Yesus sering menyembuhkan karena belas kasihan (Mat 14:14 Mark 1:41-42 Luk 7:13-14); juga Ia pernah menyembuhkan karena itu adalah perbuatan baik (Mat 12:9-13).

Jadi, tidak mungkinkah pada jaman ini Allah memberikan karunia kesembuhan dengan tujuan yang seperti itu?

d) Dalam 1Kor 12:9,30 tidak kelihatan bahwa karunia ini hanya untuk rasul saja, karena kata ‘seorang’ / ‘yang lain’ dalam 1Kor 12:9 tidak mesti menunjuk kepada seorang rasul. Jadi jelas bahwa karunia ini tidak dimonopoli oleh rasul-rasul saja!

e) Misionaris-misionaris yang melayani di daerah-daerah dimana ke-kristenan sama sekali tidak dikenal, bisa saja diberi karunia ke-sembuhan oleh Tuhan untuk membuktikan bahwa mereka memang utusan Tuhan.

2) Dalam Yak 5:14-16, Tuhan sudah memberitahu apa yang Ia kehen-daki untuk kita lakukan pada waktu kita sakit. Kita harus memanggil tua-tua, yang akan berdoa dan memberi obat (minyak). Mengapa Tuhan tidak menyuruh kita untuk pergi kepada orang yang mempunyai karunia kesembuhan? Karena karunia kesembuhan sudah tidak ada lagi.

Tanggapan saya:

Ini hanya cara yang umum. Ini tidak berarti bahwa tidak ada cara yang khusus, dan ini tidak berarti bahwa karunia kesembuhan sudah tidak ada lagi.

3) Dalam Kitab Suci, yang melakukan kesembuhan hanyalah rasul-rasul dan orang-orang di sekitarnya / orang dalam kalangan rasul, seperti Barnabas (Kis 14:3), Stefanus (Kis 6:8), dan Filipus (Kis 8:6-7).

Tanggapan saya:

a) Tidak diceritakan tidak berarti tidak ada.

b) 1Kor 12:9,30 menunjukkan bahwa karunia itu tidak hanya untuk rasul-rasul (kata ‘seorang’ / ‘yang lain’ tidak berarti rasul).

Kesimpulan:

Saya beranggapan bahwa karunia kesembuhan masih tetap ada. Tetapi perlu juga diingat bahwa sama seperti bahasa Roh, jaman sekarang ada banyak karunia kesembuhan yang sekalipun menggunakan nama Yesus tetapi merupakan karunia kesembuhan yang palsu (bdk. Mat 7:22-23).

C) Ada yang menggunakan doa (bdk. Kis 28:8).

Orang-orang anti Kharismatik membedakan kesembuhan mujijat yang terjadi karena doa dengan kesembuhan mujijat yang terjadi karena karunia kesembuhan. Kesembuhan mujijat yang terjadi karena karunia kesembuhan, itu seperti dalam Kis 3:6, dimana si penyembuh langsung memerintahkan dalam nama Yesus supaya orang yang sakit itu sembuh. Ini dianggap tidak ada lagi. Sedangkan kalau kesembuhan mujijat yang terjadi karena doa, itu seperti dalam Kis 28:8, dan ini dianggap masih ada sampai jaman sekarang.

Jadi, orang-orang anti Kharismatikpun percaya bahwa kesembuhan mujijat yang terjadi melalui doa masih ada sampai jaman sekarang, dan karena itu hal ini tidak menjadi bahan perdebatan.
Ciri-ciri kesembuhan ilahi:

1) Kesembuhan itu harus terjadi secara langsung / seketika.

Ada yang menganggap Mark 8:22-25 sebagai dasar untuk percaya akan adanya kesembuhan ilahi yang terjadi secara bertahap (melalui suatu proses). Tetapi saya berpendapat bahwa sekalipun dalam Mark 8:22-25 itu terjadi 2 tahap kesembuhan, tetapi selang waktunya hanyalah bebe-rapa detik, sehingga sebetulnya tetap merupakan kesembuhan seketika (bukan proses). Karena itu saya tetap beranggapan bahwa kesembuhan ilahi harus terjadi secara langsung.

Jaman ini sering terdengar ada orang yang katanya mengalami kesem-buhan ilahi tetapi sembuhnya berangsur-angsur. Saya berpendapat bahwa itu bukan kesembuhan ilahi. Dalam Kitab Suci kesembuhan ilahi selalu terjadi langsung.

2) Kesembuhan itu harus bersifat total (penyakitnya sembuh total).

Dalam Kitab Suci semua kesembuhan ilahi terjadi seperti itu. Tidak ada orang lumpuh, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa berjalan tetapi pincang! Tidak ada orang buta, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa melihat tetapi harus menggunakan kaca mata minus 15! Tidak ada orang tuli, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa mendengar tetapi harus menggunakan hearing aids (= alat bantu untuk mendengar)!

Tetapi lihatlah ‘kesembuhan-kesembuhan ilahi’ jaman sekarang ini! Bukan main banyaknya orang yang sembuh setengah-setengah tetapi mengaku telah mengalami kesembuhan ilahi! Ini jelas bukan kesembuhan ilahi!

3) Penyakitnya tidak boleh kambuh.

Ada 3 hal yang bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang mengalami kesembuhan ilahi bisa kambuh lagi penyakitnya:

a) Dalam Kitab Suci orang-orang yang dibangkitkan dari kematian, akhir-nya akan mati lagi.

Tetapi ini tidak bisa diterima karena kematian berbeda dengan pe-nyakit.

b) Orang yang disembuhkan dari kerasukan setan, bisa kerasukan lagi (Mat 12:43-45).

Ini juga tidak bisa diterima karena kerasukan setan tidak bisa disama-kan dengan penyakit.

c) Dalam Yoh 5:14 Yesus berkata kepada orang lumpuh yang telah Ia sembuhkan: ‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk’. Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa penyakit seseorang yang mengalami kesembuhan ilahi bisa kambuh kalau ia berbuat dosa.

Inipun tidak bisa diterima karena ‘lebih buruk’ tidak berarti penyakit yang sama akan kembali. Artinya: ia akan mengalami hukuman Tuhan yang lebih berat.

Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu kambuh lagi penyakitnya! Bahkan 9 orang kusta yang tidak tahu terima kasih dalam Luk 17:11-19 juga tidak kambuh penyakitnya.

Tetapi jaman sekarang, sering sekali ada orang yang katanya mengalami kesembuhan ilahi, tetapi lalu kambuh kembali penyakitnya. Ini omong kosong! Ini pasti bukan kesembuhan ilahi, tetapi kesembuhan psikologis!

4) Tidak digunakan dokter / obat.

Semua kesembuhan ilahi dalam Kitab Suci tidak menggunakan obat / dokter.
Ciri yang tidak harus ada dalam kesembuhan ilahi:

Dalam suatu kesembuhan ilahi, tidak harus terjadi pertobatan dari orang yang disembuhkan itu. Itu memang bisa terjadi, tetapi tidak selalu terjadi.

Misalnya dalam Luk 17:11-19, kesembilan orang kusta yang tidak tahu berterima kasih itu jelas sekali tidak bertobat! Tetapi mereka toh mengalami kesembuhan ilahi!

IV) Kesembuhan dari setan.

1) Dasar Kitab Suci akan adanya kesembuhan dari setan: Matius 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12 Wah 13:13-14 Wah 16:13-14.

Semua ayat-ayat ini menyebabkan kita harus berhati-hati pada saat suatu ‘kesembuhan’ / ‘mujijat’ terjadi. Karena Kitab Suci sudah menubuatkan bahwa pada akhir jaman ini akan ada banyak kesembuhan / mujijat yang palsu yang berasal dari setan.

2) Karena setan adalah seorang yang hebat sekali dalam menipu / memalsu, maka bisa saja keempat ciri kesembuhan ilahi di atas terpenuhi semua, tetapi itu toh merupakan kesembuhan dari setan!

3) Harus diakui bahwa memang sangat sukar untuk bisa membedakan an-tara kesembuhan ilahi dengan kesembuhan dari setan. Tetapi kadang-kadang bisa terlihat bahwa kesembuhan itu dari setan kalau:

a) Ada penggunaan hal-hal yang berbau mistik / perdukunan.

Misalnya:

· harus berdoa pada hari / jam tertentu, supaya bisa sembuh.

· harus berdoa / tidur dengan telanjang.

· menggunakan air dan kembang tertentu.

· disuruh menyimpan jimat / benda-benda tertentu (bahkan salib / kitab Suci / kertas bertuliskan ayat tertentu dari Kitab Suci!).

· adanya penggunaan mantera.

· dsb.

Sekalipun hal-hal di atas ini digabungkan dengan:

¨ doa / kata-kata ‘dalam nama Yesus’.

¨ doa Bapa kami.

¨ penggunaan ayat-ayat Kitab Suci.

¨ tanda salib, dsb.

itu tetap dari setan.

Karena itu janganlah membiarkan diri saudara dikelabui hanya dengan penggunaan nama Yesus, doa Bapa Kami, pengutipan ayat Kitab Suci dsb!

b) Kalau terjadi hal-hal yang tidak Alkitabiah seperti ‘nggeblak’ dsb.

Pada kasus pengusiran setan, orang memang bisa pingsan / diban-ting-banting dsb, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada kasus ke-sembuhan!

Kharismatik 12
Mujijat

Pandangan Kharismatik tentang mujijat dan tanggapan / jawabannya:

I) Orang kristen harus terus / selalu mengalami mujijat seperti pada jaman Kitab Suci.

Tanggapan saya:

1) Dalam Kitab Suci sekalipun mujijat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya pada setiap saat!

Mari kita melihat mujijat-mujijat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:

· Mulai Adam dan Hawa sampai Nuh, hanya tercatat 1 mujijat, yaitu pengangkatan Henokh (Kej 5:24).

· Mulai Nuh sampai Abraham, juga tercatat hanya 1 mujijat, yaitu peristiwa menara Babil (Kej 11:1-9).

· Mulai Abraham sampai Yusuf, ada beberapa mujijat, tetapi bisa dikatakan bahwa pada masa ini tetap jarang sekali terjadi mujijat.

· Selama bangsa Israel di Mesir (lebih kurang 400 tahun), boleh dikata-kan tidak ada mujijat.

· Jaman Musa dan Yosua, banyak sekali mujijat.

· Jaman Hakim-hakim, kadang-kadang saja ada mujijat.

· Jaman Saul, Daud dan Salomo, jarang sekali ada mujijat.

· Jaman raja-raja (setelah Israel pecah menjadi dua), jarang sekali ada mujijat.

· Jaman Elia, Elisa, dan nabi-nabi, banyak sekali mujijat.

· Jaman Ezra dan Nehemia (setelah kembali dari pembuangan Babil-onia), tidak ada mujijat.

· selama 400 tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada mujijat.

· Pada masa Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun (Yoh 10:41).

· Pada masa tiga setengah tahun pelayanan Yesus, ada banyak sekali mujijat.

· Pada jaman rasul-rasul, juga ada banyak sekali mujijat.

Kesimpulannya: dalam Kitab Suci mujijat-mujijat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:

a) Jaman Musa dan Yosua.

b) Jaman Elia, Elisa dan nabi-nabi.

c) Jaman pelayanan Tuhan Yesus.

d) Jaman rasul-rasul.

Pertanyaannya adalah: mengapa mujijat-mujijat itu bergerombol seperti itu? John Stott menjawab sebagai berikut:

“The major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation” (= tujuan utama dari mujijat-mujijat adalah membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu / penyataan) - John R. W. Stott, ‘Baptism and Fullness’, p 97.

Dasar Kitab Suci: Kel 19:9 Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3,4.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tertentu bisa melakukan mujijat untuk membuktikan bahwa mereka adalah nabi / rasul dan untuk membuktikan / mengesahkan bahwa ajaran mereka betul-betul datang dari Allah.

2) Sekarang Kitab Suci sudah lengkap. Tidak ada wahyu yang baru lagi!

Memang banyak orang Kharismatik yang percaya bahwa sekarangpun masih ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Kunci penulisan buku ini ialah hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibr 13:8 ...”.

“Demikian pula halnya pengalaman para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami”.

“Pelayanan kami mengalami perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu”.

“Oleh kemurahan Tuhan, melalui getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam penglihatan dan pendengaran rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)”.

“Sewaktu penulis menulis buku ini akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus”.

“Wahyu adalah perkataan Kristus yang diterima secara langsung oleh roh manusia / penulis yang selanjutnya dicetuskan dalam penulisan buku ini melalui penglihatan dan pendengaran rohani. Di dalam buku ini kita dapat menemukan kata ‘Aku’ maksudnya adalah Tuhan yang berbicara kepada penulis / berdialog dalam alam roh” - (David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal III,IV,VI).

Tetapi kalau memang jaman sekarang ini masih ada wahyu Tuhan, itu berarti bahwa wahyu yang baru itu harus dijadikan Kitab Suci jilid II! Ini berarti menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan! Bandingkan ini dengan ayat-ayat seperti Ul 4:2 Ul 12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19 Wah 22:18-19 yang jelas mengajarkan bahwa kita tidak boleh menambahi ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman Tuhan.

Karena jaman sekarang tidak ada wahyu lagi, dan karena fungsi utama dari mujijat adalah membuktikan / mengesahkan wahyu Tuhan, maka jelas bahwa pada jaman sekarang mujijat harus berkurang frekwensinya. Tetapi ingat, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan golong-an Liberal yang sama sekali tidak percaya mujijat. Itu jelas adalah pan-dangan yang tidak alkitabiah. Mujijat tetap ada, tetapi tidak bisa diharap-kan terjadi sesering seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun tujuan utama dari mujijat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap ada tujuan yang lain.

John Stott:

“What then, should be our response to miraculous claims today? It should be neither a stubborn incredulity (‘but miracles don’t happen today’) nor an uncritical gullibility (‘of course! miracles are happening all the time’), but rather a spirit of open-minded enquiry: ‘I don’t expect miracles as a common-place today, because the special revelation they were given to authenticate is complete; but of course God is sovereign and God is free, and there may well be particular situation in which he pleases to perform them’” [= Lalu apa tanggapan kita yang seharusnya terhadap claim mujijat jaman ini? Bukan suatu ketidakpercayaan yang bandel (‘tetapi mujijat tidak terjadi pada jaman ini’), juga bukan sikap mudah tertipu yang tidak kritis (‘tentu saja! mujijat terus terjadi setiap waktu’), tetapi suatu roh penyelidikan dengan pikiran terbuka: ‘Aku tidak mengharapkan mujijat sebagai kejadian sehari-hari, karena wahyu khusus, terhadap mana mereka diberikan untuk menge-sahkan, telah lengkap; tetapi tentu saja Allah itu berdaulat dan Allah itu be-bas, dan mungkin saja ada suatu situasi tertentu dimana Ia berkenan untuk melakukan mujijat] - John R. W. Stott, ‘Baptism and Fullness’, p 98-99. 

3) Mujijat adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan dengan apa yang biasanya terjadi.

Misalnya: manusia tidak bisa berjalan di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam / apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujijat.

Sekarang, kalau mujijat itu harus selalu terjadi (terus menerus), maka mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi dan mujijat itu bukan lagi mujijat!

John Stott berkata:

“... a miracle by definition is an extraordinary event, a creative deviation from God’s normal and natural ways of working. If miracles were to become commonplace they would cease to be miracles” (= ... definisi mujijat adalah suatu kejadian yang luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah. Kalau mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa / terjadi sehari-hari, maka mujijat itu berhenti menjadi mujijat) - John R. W. Stott, ‘Baptism and Fullness’, p 96.

Misalnya semua orang bisa berjalan di atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan mujijat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu yang luar biasa / mujijat?

Jadi, menghendaki mujijat terjadi terus menerus adalah suatu omong kosong yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan rasul-rasulpun mujijat tidak terjadi secara terus menerus! Bdk. Mat 26:53-54 Kis 4:1-22 Kis 5:26-42 Kis 7:57-60 Kis 9:23-25 Kis 12:1-2 Kis 14:19-20 Kis 27. Dalam semua ayat-ayat ini tidak terjadi mujijat padahal bisa dikatakan ‘dibutuh-kan mujijat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.

II) Orang kristen (protestan) tidak mengalami mujijat karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujijat.

Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar pandangan ini ialah: Mark 6:5 Mat 17:19-20 Mark 11:22-24.

Juga perhatikan kutipan di bawah ini:

“Ada begitu banyak umatKu yang menutup mata dari setiap ren-canaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih terus bekerja hingga saat ini ...

Mereka pula bertanya-tanya mengapa mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ... bagaimana Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya tidak dapat menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan kuasaKu yang berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan pernah berubah. Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...

Mereka tidak akan mengalami mujizat kemenangan yang sempurna dalam segala perkara karena mereka sendiri yang menutup diri dari hal demikian itu” - (David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal 1).

Tanggapan saya:

1) Memang kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terja-dinya mujijat seperti pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa sering juga Tuhan melakukan mujijat, tanpa me-nuntut iman / sekalipun orangnya tidak percaya bahwa mujijat akan ter-jadi.

Contoh:

· Kebangkitan Lazarus dalam Yoh 11. Tidak seorangpun, baik murid-murid Yesus, maupun Maria atau Marta, dan lebih-lebih Lazarusnya yang sudah mati itu, yang percaya / mengharapkan terjadinya mujijat kebangkitan Lazarus dari antara orang mati, tetapi toh mujijat itu ter-jadi!

· Mat 11:20-24 menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam kota itu adalah orang-orang yang tak beriman / tak bertobat, tetapi toh banyak mujijat dilakukan oleh Yesus di sana.

· Dalam Mark 6:5 sekalipun, juga terjadi mujijat (sekalipun tidak ba-nyak), padahal orang-orangnya tidak percaya.

2) Sebaliknya, ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak meng-alami mujijat.

Contoh:

· Yohanes Pembaptis dalam Yoh 10:41 Mat 14:1-12.

· Paulus dalam 2Kor 12:7-10.

Kesimpulannya: mujijat terjadi atau tidak, tergantung pada kehendak Tuhan. Karena itu dalam menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24, yang menun-jukkan bahwa doa yang disertai iman bisa menghasilkan muijijat, kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14 yang berbunyi: “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

III) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibrani 13:8).

Karena Yesus tidak berubah, maka kalau dahulu Yesus melakukan banyak mujijat, sekarang pasti juga demikian.

Tanggapan saya:

Tuhan Yesus memang tidak berubah, tetapi dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang pernah Ia lakukan tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti: 
peristiwa penciptaan alam semesta beserta isinya (Kej 1-2 Yoh 1:1-3). Ini pernah Ia lakukan tetapi tidak pernah Ia ulangi. 
inkarnasi, kematian dan kebangkitanNya. Inipun Ia lakukan hanya satu kali saja. 
Ia pernah menyuruh Petrus berjalan di atas air, tetapi Ia tidak pernah mengulang hal itu pada orang lain. 
Ia pernah menghancurkan dunia dengan menggunakan air bah pada jaman Nuh (peristiwa dahsyat ini jelas merupakan mujijat), tetapi Ia bah-kan berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi (Kej 9:11-17). 
Ia pernah memimpin bangsa Israel dengan menggunakan tiang awan dan tiang api pada waktu mereka ada di padang gurun (Kel 13:21-22), tetapi Ia tidak pernah mengulangi hal itu. 

Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia melakukan hanya sedikit mujijat, itu tidak berarti Ia berubah!

IV) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujijat.

Tanggapan saya

1) Kis 2:17-18:

a) ‘Bernubuat’.

Ada 2 penafsiran tentang kata ‘bernubuat’ ini:

· memberitakan Firman Tuhan setelah mendapat wahyu langsung dari Allah (seperti nabi-nabi Perjanjian Lama).

· memberitakan Firman Tuhan setelah mendapat pengertian dari Ki-tab Suci (seperti pengkhotbah jaman sekarang).

b) ‘Penglihatan dan mimpi’.

Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata ini:

· kata-kata ini diartikan secara hurufiah.

· kata-kata ini dianggap sebagai kiasan / simbol yang artinya: Allah akan menyatakan diri kepada manusia (bdk. Bil 12:6).

Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini ialah: pada hari Pentakosta itu, tidak ada penglihatan ataupun mimpi, sehingga kalau diarti-kan secara hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.

Yang manapun yang benar dari arti-arti ini, jelas bahwa semua ini sudah digenapi pada abad pertama itu.

2) Kis 2:19-20.

Ada 2 penafsiran juga tentang bagian ini:

a) Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya.

b) Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan Kis 2:17-18 di atas).

Calvin mengatakan bahwa:

· ‘matahari’ dan ‘bulan’ menunjuk pada kasih Allah.

· ‘kegelapan’, ‘api’, dan ‘darah’ menunjuk pada penghukuman / mur-ka Allah.

Arti kedua ini lebih cocok dengan kontexnya karena:

¨ Kis 2:17-18 menunjukkan berkat Tuhan.

¨ Kis 2:19-20 menunjukkan ancaman hukuman / murka Allah.

¨ Kis 2:21 menunjukkan bahwa sekalipun ada ancaman hukuman dalam Kis 2:19-20, tetapi orang yang percaya akan selamat.

Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat. Nubuat nabi Yoel itu sudah digenapi pada abad pertama, dan kata-kata ‘mujijat’ dan ‘tanda’ pada Kis 2:19 menunjuk pada ancaman hukuman.

V) Yoh 14:12 mengatakan bahwa orang percaya akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.

Tanggapan saya:

1) Yoh 14:10,11,12 masing-masing mengandung kata ‘pekerjaan-pekerjaan’. Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut:

a) Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ hanya menunjuk pada mujijat-mujijat yang Yesus lakukan.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

Pada saat menafsirkan Yoh 14:12, kita harus memperhatikan fakta bahwa dalam Kitab Suci sekalipun tidak ada satu rasulpun yang bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih hebat dari mujijat-mujijat yang Yesus lakukan! Jadi jelas bahwa kata ‘pekerjaan’ dalam Yoh 14:12 ini tidak mungkin sekedar diartikan ‘tindakan melakukan mujijat’. Penafsiran seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci sendiri!

b) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus lakukan.

Ada juga orang yang menambahkan bahwa di dalam kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu juga tercakup kesembuhan jiwa dari orang-orang yang bertobat karena pemberitaan Injil tersebut.

Calvin kelihatannya termasuk dalam golongan kedua ini karena dalam tafsirannya tentang Yoh 14:12 ini ia berkata:

“Now the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful conversion in the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than while he dwelt among men. Thus, we see that the proof of his Divinity was not confined to the person of Christ, but was diffused through the whole body of the Church” (= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh suatu pertobatan yang luar biasa dalam dunia, dimana keilahian Kristus ditunjukkan dengan lebih hebat dari pada waktu Ia diam / tinggal di antara manusia. Jadi, kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak dibatasi pada pribadi Kristus, tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja).

William Hendriksen juga termasuk dalam golongan kedua ini. Ini terlihat dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).

c) Gabungan a) dan b).

Kalau dilihat Yoh 14:10 maka kelihatannya arti b) yang lebih cocok.

Kalau dilihat Yoh 14:11 maka kelihatannya arti a) yang lebih cocok.

Karena itu ada orang yang menggabungkan kedua arti ini.

Jadi, ‘pekerjaan’ = mujijat + kesembuhan jiwa / pertobatan yang disebabkan karena Pemberitaan Injil / Firman Tuhan.

Kalau pandangan ketiga ini yang benar, maka sekalipun rasul-rasul / orang kristen melakukan mujijat lebih sedikit dari Yesus (atau bahkan tidak melakukan mujijat sama sekali), tetapi tetap bisa melakukan ‘pekerjaan’ yang lebih besar dari ‘pekerjaan’ Yesus, yaitu kalau mereka mempertobatkan lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Yesus.

2) Aspek lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya bisa melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:

a) Lebih besar dalam ruang lingkup.

Yesus hanya mencakup orang Yahudi di Palestina, tetapi rasul-rasul dan orang-orang kristen mencakup segala bangsa di seluruh dunia.

b) Lebih besar dalam hal pengaruh / kwalitet.

Pekerjaan Yesus secara mayoritas terjadi dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi tidak bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi sangat sedikit).

Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang kristen secara mayoritas terjadi dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya adalah: banyak orang-orang yang bertobat.

William Hendriksen menekankan kedua hal ini dengan berkata:

“... greater works than these, namely, miracles in the spiritual realm. ... Christ’s works had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent” (= pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari ini, yaitu, mujijat-mujijat dalam dunia rohani. ... Sebagian besar pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujijat-mujijat dalam dunia fisik, pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada waktu Ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat / karakter yang lebih besar dan luas yang lebih luas).

Catatan:

Satu hal yang perlu diperhatikan dari kata-kata Hendriksen ini ialah bahwa pertobatan merupakan suatu mujijat (dalam dunia rohani)!

Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita tidak melakukan mujijat, itu tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak tergenapi!

VI) Mujijat harus banyak terjadi supaya orang kafir mau percaya kepada Yesus.

Peter Masters, pada waktu berbicara tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan:

“This is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous of the success which these other religions had in attracting followers. He wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years, with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to supply miracles for these people’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil mengadakan mujijat-mujijat yang lebih baik dari mujijat-mujijat yang bisa diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan melalui meditasi yoga, dan melalui kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujijat untuk orang-orang ini’] - Peter Masters, ‘The Healing Epidemic’, pp 26-27.

Tanggapan saya:

1) Mujijat tidak mempertobatkan orang.

a) Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi toh hanya mempertobatkan sedikit orang.

Pada waktu Yesus membangkitkan Lazarus, tidak ada tokoh-tokoh agama Yahudi yang bisa menyangkal hal itu. Tetapi apa tanggapan mereka? Mereka ingin membunuh baik Yesus maupun Lazarus (Yoh 11:49-53 Yoh 12:10-11).

b) Juga perhatikan sikap Abraham terhadap permintaan orang kaya dalam cerita Yesus tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31).

Dalam cerita itu terlihat bahwa orang kaya yang sudah masuk neraka itu meminta mujijat kepada Abraham, yaitu supaya Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati supaya bisa memberitakan Injil kepada 5 saudaranya yang masih hidup (Luk 16:27-28). Tetapi Abraham menjawab bahwa pada kelima orang itu ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu Firman Tuhan / Perjanjian Lama), dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan tersebut (Luk 16:29). Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima saudaranya itu akan bertobat kalau ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka (Luk 16:30). Dengan kata lain, orang kaya itu beranggapan bahwa Firman Tuhan saja tidak akan mempertobatkan mereka, tetapi mujijat pasti akan mempertobatkan mereka (perhatikan bahwa dalam nerakapun ia masih punya pandangan yang sesat!). Tetapi dalam Luk 16:31, Abraham, yang jelas tidak setuju dengan pandangan orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab: “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati”.

2) Yesus tidak mau memberi tanda.

Matius 12:38-40 - “(38) Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”. 

Apa artinya ‘tanda nabi Yunus’? Ada yang menganggap ay 40 sebagai penekanan / inti bagian ini dan lalu berkata bahwa tanda itu adalah kebangkitan Yesus. Tetapi kelihatannya ay 40 ini hanya merupakan tambahan saja dan bukan merupakan inti / penekanan dari bagian ini. Alasannya:

· Luk 11:29-30 maupun Mat 16:1-4 menyebut tentang Yunus tetapi tidak menyebut tentang ‘3 hari dan 3 malam’.

Lukas 11:27-30 - “Ketika orang banyak mengerumuniNya, berkatalah Yesus: ‘Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”.

Matius 16:1-4 - “Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. Tetapi jawab Yesus: ‘Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.’ Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi”.

· Mark 8:11-12 bahkan hanya berkata bahwa mereka tidak akan diberi tanda. Bagian ini sama sekali tidak menyinggung tentang Yunus!

Markus 8:11-12 - “Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: ‘Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.’”.

Ini semua menunjukkan bahwa Mat 12:40 bukanlah bagian inti tetapi hanya merupakan tambahan saja, karena kalau Mat 12:40 merupakan penekanan / inti, maka tidak mungkin 3 bagian Kitab Suci yang lain menghapuskan bagian ini.

Kesimpulan: arti bagian ini adalah: mereka tidak akan diberi tanda, tetapi hanya diberi pemberitaan Firman Tuhan! Yunus sendiri juga tidak memberi mujijat apa-apa kepada orang Niniwe; ia hanya memberitakan Firman Tuhan. Mereka harus percaya pada Firman Tuhan tanpa tanda / mujijat.

3) Dalam 1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda / mujijat, tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka! Sebaliknya, Paulus memberitakan Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang Yahudi itu merupakan suatu batu sandungan. Mengapa Paulus melakukan hal itu? Karena memang Injil (bukan mujijat, tetapi Injil!) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Ro 1:16).

Memang sebetulnya, penekanan mujijat dan kesembuhan dalam kekristenan merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena dalam agama-agama lain dan sekte-sekte sesat, dan bahkan dalam kalangan orang yang mempelajari magic, tenaga dalam, kebatinan, dsb, hal-hal ini juga banyak. Kalau kekristenan menekankan hal-hal itu, kekristenan tidak kelihatan istimewa. Yang istimewa dalam kekristenan dan yang tidak dipunyai agama lain adalah keselamatan / pengampunan karena penebusan Kristus (Injil), dan ini yang harus ditekankan!

4) Pertanyaan yang harus diajukan kepada Pdt. Paul Yonggi Cho adalah: mengapa Abraham, Yesus, dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah, dan menyuplai mujijat, dalam text-text ini? Dan kalau Abraham, Yesus dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah atau menyuplai mujijat di sini, mengapa orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang salah, kalau mereka hanya memberitakan Injil / Firman Tuhan, tanpa menunjukkan kuasa Allah dalam bentuk mujijat-mujijat?
Penutup:

Orang Kharismatik selalu mencari kuasa / mujijat. Banyak di antara mereka yang membanggakan diri karena mujijat-mujijat itu, dan mereka yang bisa mengada-kan mujijat merasa diri mereka ‘sakti’ dan disanjung oleh banyak orang.

Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:

1) Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak mujijat-mujijat palsu, khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya (Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12 Wah 13:13-14 Wah 16:13-14).

Orang yang selalu tergila-gila pada mujijat, apalagi yang menerima seadanya mujijat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang sangat besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan mujijat!

2) Paulus tidak membanggakan mujijat yang ia alami, tetapi sebaliknya ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor 11:30 2Kor 12:1-10).

3) John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang disebutnya sebagai orang yang ‘not unfriendly to the Charismatic position’ (= orang yang bukannya tidak bersahabat dengan posisi Kharismatik), sebagai berikut:

“The Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of suffering, such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance of reviling and hardship such as he was submitted to in the course of his missionary work (1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection and its power; they needed to learn afresh the secret of the cross and its shame ... which yet produced the power of God (1Cor 1:18)” [= Orang Kharismatik selalu mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban Paulus adalah memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya, yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar. Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda, mujijat-mujijat, dan perbu-atan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya (1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya; mereka perlu untuk mem-pelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya .... yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, p 104. Ia mengutip dari buku karangan Michael Green yang berjudul ‘I believe in the Holy Spirit’, p 208.

Kharismatik 13
Roh jahat

I) Roh jahat dan benda.

Banyak orang Kharismatik yang beranggapan bahwa seadanya patung, gam-bar / lukisan (apalagi yang menggambarkan naga / ular, orang yang matanya menyeramkan, dsb), bahkan souvenir-souvenir sekalipun adalah benda-benda yang mengandung roh jahat dan karena itu harus ditengking dan bahkan dimusnahkan.

Tanggapan saya:

1) Kitab Suci memerintahkan pemusnahan berhala / benda-benda yang berhubungan dengan kuasa gelap, bukan seadanya patung (Ul 7:1-5 Ul 12:3 Kel 32:20 Kis 19:19).

Mengapa benda-benda itu harus dimusnahkan?

· Apakah karena benda-benda itu ‘ada isinya’ sehingga bisa ‘meng-ganggu’?

Pertanyaan ini sukar dijawab, karena Kitab Suci tidak pernah menga-takan tentang adanya benda yang ‘ada isinya’ sehingga bisa ‘meng-ganggu’. Tetapi Kitab Suci juga tidak pernah mengatakan bahwa hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Jadi kemungkinan ini masih tetap terbuka.

· Supaya benda-benda itu tidak disembah, baik oleh mereka sendiri maupun oleh orang lain (Ul 7:4-5).

Jadi, patung / benda yang termasuk berhala (patung Maria / Yesus / orang suci yang disembah, keris, jimat, hu, patkwa, cincin / batu pusa-ka, dsb) harus dihancurkan sekalipun benda-benda itu terbuat dari emas dsb (Kel 32:20 Ul 7:25). Kalau dalam keristenan ada orang yang extrim kiri dengan menyuruh menghancurkan seadanya patung, maka perlu diingat akan adanya orang yang extrim kanan, yang de-ngan mengandalkan ‘iman’ atau kuasa Tuhan, lalu tetap menyimpan benda-benda yang seharusnya dihancurkan. Lebih-lebih kalau benda-benda itu terbuat dari emas / perak, maka ada orang tamak yang menggunakan ‘iman’ sebagai kedok, dan tetap menyimpan benda-benda seperti itu. Kalau saudara adalah orang seperti itu, perhatikan-lah Ul 7:25-26 yang berbunyi: “Patung-patung allah mereka haruslah kamu bakar habis; perak dan emas yang ada pada mereka janganlah kauingini dan kauambil bagi dirimu sendiri, supaya jangan engkau terjerat karenanya, sebab hal itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allah-mu. Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke dalam rumahmu, sehingga engkaupun di-tumpas seperti itu; haruslah engkau benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu, sebab semuanya itu dikhususkan untuk dimusnahkan”.

2) Kitab Suci tidak melarang pembuatan seadanya patung! Yang dilarang adalah pembuatan patung untuk disembah (Kel 20:4-5). Perlu diketahui bahwa Kel 20:4 dan Kel 20:5 tidak boleh dipisahkan, seakan-akan Kel 20:4 melarang pembuatan patung dan Kel 20:5 melarang penyembahan patung. Ini penafsiran yang salah! Kel 20:4 dan Kel 20:5 harus digabung-kan sehingga artinya adalah: dilarang membuat patung untuk disembah.

Bahwa membuat patung (yang tidak untuk disembah) tidak dilarang oleh Kitab Suci terlihat dari:

a) Tuhan sendiri menyuruh membuat patung ular tembaga (Bil 21:4-9). Patung ini nantinya memang dihancurkan, tetapi itu terjadi karena akhirnya patung itu disembah (2Raja-raja 18:4).

b) Tuhan menyuruh membuat patung kerub / malaikat pada tutup tabut perjanjian (Kel 25:18-20).

Karena itu jelas bahwa kita tidak perlu menghancurkan seadanya patung, lukisan, souvenir, dsb. Tetapi juga harus diingat bahwa ada daerah-daerah, seperti pulau Bali, dimana pembuatan patung / souvenir dilakukan dengan menggunakan kuasa gelap.

Dr. Kurt Koch, dalam bukunya yang berjudul ‘Occult ABC’, berkata:

“Objects carved from new wood and those which were not consecrated to any deity are not dangerous. Unfortunately, it is the custom in some areas, like the island of Bali, to consecrate even the newly carved figures of gods to some demon” (= Benda yang dipahat dari kayu yang baru dan yang tidak pernah dipersembahkan kepada dewa manapun, tidaklah berbahaya. Sayangnya, ada daerah-daerah, seperti pulau Bali, yang mempunyai kebiasaan untuk mempersembahkan bahkan patung-patung dewa yang baru dipahat kepada setan / roh jahat) - ‘Occult ABC’, p290.

3) Kita memang tidak boleh bersikap gegabah terhadap benda-benda yang ada kuasa gelapnya (misalnya dengan sengaja menyimpan benda-benda seperti itu), tetapi kita juga tidak boleh terlalu takut terhadap benda-benda itu. Kita percaya bahwa Yesus sudah menang atas setan dan Ia me-lindungi kita (Mazmur 23:4).

Perlu diketahui bahwa:

· di Indonesia, padi dipersembahkan kepada Dewi Sri.

· banyak restoran, toko, dsb yang menggunakan kuasa gelap untuk membuat dagangannya laris.

· banyak cassette-cassette rock yang masternya dipersembahkan ke-pada setan.

Hal-hal ini tidak mungkin bisa kita hindari, sehingga kalau Tuhan tidak menjaga kita dan Ia mengijinkan hal-hal itu dipakai oleh setan untuk me-nyerang / merasuk kita, maka pasti semua orang kristen sudah kerasukan setan.

Jadi jelaslah bahwa kita tidak boleh terlalu takut, seakan-akan seadanya barang bisa menyebabkan kita dirasuk setan. Kita mempunyai Tuhan yang maha kuasa yang melindungi kita! Tanpa ijinNya, setan tidak bisa mengganggu / merugikan kita sama sekali!

II) Roh jahat dan manusia.

A) Roh jahat dan orang sakit:

Banyak orang Kharismatik yang berpendapat bahwa orang bisa sakit disebabkan oleh pekerjaan setan, sehingga setiap kali mereka meng-hadapi orang sakit, mereka menengking setan.

Tanggapan saya:

1) Kitab Suci memang mengajarkan adanya orang yang sakit karena kerasukan setan, misalnya dalam Lukas 11:14.

2) Kitab Suci juga mengatakan bahwa setan juga bisa memberi penyakit tanpa merasuk, misalnya dalam kasus Ayub (Ayub 2:7-8) dan Paulus (2Kor 12:7).

3) Tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa ada penyakit biasa yang tidak berhubungan dengan setan, misalnya dalam Kej 48:1.

Hal ini juga terlihat dari Mat 4:24 yang membedakan ‘orang yang menderita penyakit’ dengan ‘orang yang kerasukan setan’.

Kesimpulannya: Orang menjadi sakit tidak selalu disebabkan oleh peker-jaan setan / kerasukan setan. Ini perlu saudara ingat baik pada saat sau-dara sendiri sakit maupun pada saat saudara menghadapi orang lain yang sakit.

B) Roh jahat dan orang yang berbuat dosa:

Banyak orang Kharismatik yang berpendapat bahwa seseorang berbuat dosa karena adanya roh jahat dalam diri orang itu (roh zinah, roh dusta, dsb). Ini bahkan bisa terjadi pada diri orang kristen / anak Allah. Supaya dosa itu bisa dihilangkan, maka roh jahat itu harus ditengking. Ada penulis buku yang bersaksi bahwa dari dirinya pernah ditengking 99 ma-cam roh jahat, dan lalu tinggal 1 roh jahat, yang lalu juga ditengking dan akhirnya semua roh jahat dalam dirinya (jadi suci mendadak?).

Bahkan ada yang percaya bahwa suatu keadaan yang tidak menyenang-kan (misalnya menjadi perawan tua) bisa terjadi karena adanya roh jahat (roh perawan tua) dalam diri orang itu.

Dan ada juga yang percaya bahwa pada waktu kita berbuat baik, itu terjadi karena ada roh yang baik (roh kasih, roh kesabaran, dsb).

Dasar-dasar Kitab Suci yang mereka pakai:

a) Tentang roh yang baik:

· Kel 28:3 - ‘roh keahlian’.

· Ulangan 34:9 - ‘roh kebijaksanaan’.

· Mazmur 51:14 - ‘roh yang rela’.

· Yesaya 28:6 - ‘roh keadilan’.

· Roma 8:15 (NASB) - ‘a spirit of adoption’ (= roh adopsi).

· 1Kor 4:21 (NIV) - ‘a gentle spirit’ (= roh yang lembut).

· 2Kor 4:13 - ‘roh iman’.

· 2Tim 1:7 - ‘roh kekuatan, kasih, ketertiban’.

· 1Pet 3:4 - ‘roh yang lemah lembut dan tenteram’.

b) Tentang roh yang jahat:

· Bil 5:14,30 - ‘roh cemburu’.

· 1Raja-raja 22:21-23 - ‘roh dusta’.

· Yes 19:14 - ‘roh kekacauan’.

· Hos 4:12 & 5:4 - ‘roh perzinahan’.

· Zakh 13:2 - ‘roh najis’.

· Roma 8:15 (NASB) - ‘a spirit of slavery’ (= roh perbudakan).

· Ro 11:8 (NIV) - ‘a spirit of stupor’ (= roh tidur / pingsan / teler).

· Gal 5:20 - ‘roh pemecah’.

· 2Tim 1:7 - ‘roh ketakutan’.

· 1Yohanes 4:6 - ‘roh yang menyesatkan’.

Tanggapan saya:

1) Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa keadaan yang tidak menyenangkan seperti menjadi perawan tua / tidak menikah dsb, disebabkan oleh suatu dosa ataupun disebabkan oleh roh jahat. Jangan lupa bahwa Yesus sendiri tidak pernah menikah.

Memang ada orang yang karena dosanya (hidupnya jahat) akhirnya tidak ada yang mau menikah dengannya, sehingga ia menjadi pera-wan tua. Tetapi ini tentu tidak berlaku umum!

2) Hal-hal yang baik dalam diri kita (kasih, kesabaran, dsb) terjadi karena pekerjaan Roh Kudus (Gal 5:22-23). Bandingkan juga Kel 28:3 dan Kel 31:3, maka akan terlihat bahwa keahlian itu datang dari Allah.

Kitab Suci tidak pernah mengajar akan adanya roh-roh (selain dari Roh Kudus) yang membuat kita menjadi baik! Kita memang percaya akan adanya malaikat, tetapi malaikat tidak menolong kita untuk menjadi baik. Hanya Roh Kudus yang menolong kita untuk menjadi baik.

3) Kata ‘roh’ dalam bahasa Ibraninya adalah RUACH dan dalam bahasa Yunaninya adalah PNEUMA. Kedua kata ini artinya bisa bermacam-macam:

a) Roh.

Ini bisa menunjuk pada roh manusia, malaikat, setan / roh jahat, maupun Roh Allah.

b) Angin (Kej 8:1 Yoh 3:8).

c) Nafas (Ayub 19:17 2Tes 2:8).

d) Pikiran / kecondongan pikiran / sikap.

Contoh:

· kata ‘jiwa’ dalam Bil 14:24 seharusnya adalah ‘roh’ (Ibrani: RUACH), dan ini menunjuk pada cara berpikir / sikap.

· kata ‘hati’ dalam 1Raja-raja 21:5 seharusnya juga adalah ‘roh (Ibrani: RUACH), dan ini menunjuk pada pikiran / hati.

· Yesaya 57:15 (NIV): ‘but also with him who is contrite and lowly in spirit to revive the spirit of the lowly’ (= tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati).

Di sini kata ‘spirit’ yang pertama jelas menunjuk pada sikap hati.

· Amsal 17:27 - ‘berkepala dingin’ (NIV: is even tempered). Dalam bahasa Ibraninya sebetulnya ayat ini mengandung kata RUACH, dan ini tentu juga menunjuk pada sikap hati.

· kata ‘hati’ dalam Kej 41:8 [NIV: mind (= pikiran)] dalam bahasa Ibraninya adalah RUACH dan ini menunjuk pada hati / pikiran.

· kata ‘jiwa’ dalam Mazmur 32:2 dalam bahasa Ibraninya adalah RUACH dan ini menunjuk pada kecondongan hati / pikiran.

· kata ‘roh’ dalam 2Kor 12:18 (Yunani: PNEUMA) menunjuk pada hati / pikiran / tujuan.

· kata ‘roh’ dalam Filipi 1:27 (Yunani: PNEUMA) menunjuk pada hati / pikiran / tujuan.

e) Semangat (Yos 2:11 Yos 5:1 Yes 19:3 Lukas 1:17).

Sebetulnya ini juga termasuk dalam no d) di atas, karena sema-ngat juga merupakan kecondongan hati / pikiran.

Kesimpulan:

Setelah melihat banyaknya arti dari kata RUACH / PNEUMA maka jelas bahwa: kata-kata ‘roh dusta’ belum tentu menunjuk, atau bahkan tidak menunjuk, pada setan yang mempunyai keahlian mendorong manusia pada dusta. Orang yang mempunyai roh dusta adalah orang yang hati / pikirannya condong pada dusta! Hal yang sama berlaku untuk roh zinah, roh pemecah, dsb.

Problem:

· Hakim-hakim 9:23 (NIV/NASB): ‘God sent an evil spirit’ (= Allah mengirimkan roh jahat).

Kata ‘roh’ di sini berasal dari kata Ibrani RUACH dan bisa diartikan roh jahat, tetapi bisa juga sekedar diartikan ‘pikiran’.

· 2Raja-raja 19:7.

Ini juga sama. Kata RUACH bisa diartikan roh jahat atau sekedar ‘pikiran’.

· 1Raja-raja 22:21-23.

Ada macam-macam penafsiran:

* ada yang mengatakan bahwa ini cuma penglihatan / perumpa-maan.

* ada yang mengatakan bahwa ‘roh’ ini adalah malaikat.

* ada yang menafsir ‘roh’ itu adalah setan.

Bagaimanapun, ketiga bagian Kitab Suci ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa orang kristen bisa mempunyai roh jahat, karena ketiga orang yang diceritakan di sini bukanlah orang percaya.

4) Kita harus membedakan antara ‘dikuasai setan’ dan ‘dirasuk setan’.

a) ‘Dikuasai setan’ adalah suatu keadaan dimana setan membujuk seseorang sehingga orang itu tunduk dengan kemauannya, dan mengikuti setan dengan sukarela.

Contoh: Kis 5:3 1Timotius 4:1 2Timotius 2:26 menunjukkan orang-orang yang dikuasai setan.

b) ‘Dirasuk setan’ adalah suatu keadaan dimana setan menguasai secara paksa. Orang itu belum tentu menyerahkan kemauannya kepada setan, tetapi ia terpaksa tunduk.

Kalau tidak ada hal-hal yang luar biasa yang jelas menunjukkan kerasukan setan, maka kita tidak boleh sembarangan berkata bahwa seseorang itu dirasuk setan.

Orang kristen bisa dikuasai setan, tetapi tidak bisa dirasuk setan. Dan menghadapi orang yang dikuasai setan, Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk menengking setan.

5) Orang kristen yang sejati tidak mungkin bisa tetap mempunyai kuasa gelap atau dirasuk setan, dan karenanya tidak membutuhkan doa pe-lepasan / penengkingan.

Dasar pandangan ini:

a) Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang yang setelah jadi kristen yang sungguh-sungguh lalu bisa dirasuk setan atau tetap mempu-nyai roh jahat dalam dirinya, sehingga membutuhkan penengking-an / doa pelepasan dsb!

Raja Saul dan Yudas Iskariot sering dianggap sebagai orang yang sudah percaya yang lalu dirasuk setan, tetapi ini jelas salah karena mereka berdua jelas bukan orang yang sungguh-sungguh percaya!

Juga Matius 16:23 sering ditafsirkan seakan-akan Petrus saat itu dirasuk setan. Tetapi ini merupakan penafsiran yang salah.

Kata-kata Yesus pada saat itu secara hurufiah berbunyi: ‘Go behind me satan’ (= pergilah ke belakangKu setan). Pada waktu itu Petrus sedang menghalangi Yesus yang mau pergi ke Yerusalem dan karena itu Yesus menegur Petrus dengan keras (bukan menegur / menengking setan; hanya saja Petrus disebut ‘setan’) dan menyuruhnya pergi ke belakangNya (mengikut Dia, bukan memimpin Dia).

b) Yesus adalah Terang dunia (Yohanes 8:12 Yohanes 9:5). Kalau Yesus masuk ke dalam diri kita, bagaimana mungkin setan yang adalah kegelapan / penguasa kegelapan bisa bertahan dalam diri kita? Pada waktu terang masuk, gelapnya otomatis pergi!

c) Sebagai orang percaya, kita adalah Bait Roh Kudus (1Korintus 6:19), bukan bait setan (Catatan: kata ‘bait’ artinya ‘rumah’). Jadi tidak mungkin setan tetap menghuni diri kita bersama-sama dengan Roh Kudus.

d) Kalau Allah mengijinkan orang kristen dirasuk setan, maka 1Korintus 10:13, yang mengajarkan bahwa Allah berjanji menyensor penco-baan yang kita alami supaya tidak lebih dari kekuatan kita, sudah dilanggar.

6) Ajaran tentang adanya roh zinah, roh dusta dsb ini mengkambing-hitamkan setan / mengoper kesalahan kepada setan, seakan-akan yang salah bukanlah orang yang berzinah, tetapi roh zinahnya.

Pengoperan kesalahan seperti ini sama seperti yang dilakukan oleh Hawa dalam Kejadian 3:13. Tetapi sebagaimana saat itu Allah tetap meng-hukum Hawa, demikian juga kita tidak akan terlepas dari hukuman dengan jalan mengkambing-hitamkan setan! Sekalipun kita berbuat dosa / jatuh ke dalam dosa karena bujukan setan, tetapi kitalah yang berbuat dosa dan kitalah yang bertanggung jawab! Jadi jangan meng-operkan kesalahan saudara kepada setan!

7) Pengudusan adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup.

a) Pengudusan tentu berhubungan dengan ‘buah Roh Kudus’ dalam Gal 5:22-23. Tidak ada buah yang langsung besar dan matang. Semua buah mula-mula kecil, lalu menjadi makin besar dan makin matang melalui suatu proses. Padahal kalau ajaran Kharismatik tentang penengkingan roh dusta, roh zinah dsb itu memang benar, maka kita bisa menengking semua roh jahat dalam diri kita dan menjadi suci dalam sekejap mata! Ini jelas tidak mungkin!

b) Pengudusan kilat dengan cara menengking setan itu juga berten-tangan dengan:

· ayat-ayat seperti Matius 26:41 Ro 7:15-19 Galatia 5:17, yang me-nunjukkan bahwa dalam hidup orang kristen yang salehpun selalu ada konflik antara baik dan jahat.

· Ibr 12:23b yang menunjukkan bahwa penyempurnaan pengu-dusan terjadi pada saat / setelah kita mati.

c) Pengudusan kita terjadi melalui Firman Tuhan, doa / bersandar ke-pada Roh Kudus, usaha menguduskan diri, iman, menjauhi penco-baan dsb. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan cara pengudusan dengan penengkingan setan / roh jahat!

d) Pengudusan tentu juga berhubungan dengan cara menghadapi godaan setan yang ada dalam Yak 4:7-8 dan 1Petrus 5:8-9. Mengapa dalam kedua bagian itu Tuhan tidak menyuruh menengking setan yang menggoda kita?

e) Saya sering mendengar adanya orang / pendeta / pengkhotbah yang bersaksi bahwa setelah roh jahat diusir dari diri mereka, mendadak mereka yang tadinya senang berzinah lalu menjadi sama sekali tidak tertarik kepada perempuan lain dan hanya mencintai dan tertarik kepada istrinya sendiri.

Menurut saya ini adalah sekedar suatu bualan / omong kosong dari orang yang ingin meninggikan / menyombongkan kesucian dirinya sendiri dengan menggunakan cerita dusta! Mengapa saya berpendapat demikian? Alasannya adalah:

· seperti sudah saya katakan di atas, pengudusan adalah suatu proses, sehingga tidak bisa terjadi secara mendadak!

· dalam Galatia 5:22-23 dikatakan bahwa hal yang ke sembilan dari buah Roh Kudus adalah ‘penguasaan diri’. Kalau orangnya sudah tidak tertarik kepada perempuan lain, dan hanya men-cintai dan tertarik kepada istrinya sendiri, maka jelas bahwa penguasaan diri tidak dibutuhkan!

· Matius 26:41 Roma 7:15-19 Galatia 5:17 jelas menunjukkan bahwa daya tarik dosa terus ada dalam diri kita.

Karena itu dalam diri orang kristen seharusnya tetap ada keinginan berbuat dosa, tetapi karena pertolongan Roh Kudus, ia bisa me-nguasai dirinya sehingga tidak melakukan dosa itu.

Kharismatik 14
RHEMA / LOGOS
dan
PENUMPANGAN TANGAN

I) Rhema vs Logos.

Baik Rhema maupun logos adalah kata-kata dalam bahasa Yunani yang dalam Kitab Suci biasanya diterjemahkan secara sama yaitu ‘firman / kata / perkataan’ (Inggris: word).

Penggunaan kata RHEMA dan LOGOS oleh orang-orang Kharismatik:

1) John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics’ p 69, berkata bahwa Charles Farah, seorang profesor di Oral Roberts University mengatakan bahwa:

“LOGOS is the objective, historic word and RHEMA is the personal, subjective word” (= LOGOS adalah firman yang bersifat sejarah dan obyektif dan RHEMA adalah firman yang bersifat pribadi dan subyektif).

Dan dalam buku yang sama hal 70 John F. MacArthur, Jr. berkata bahwa Charles Farah juga berkata bahwa:

· “The LOGOS becomes RHEMA when it speaks to you” (= LOGOS menjadi RHEMA kalau itu berbicara kepadamu).

· “The LOGOS is legal while the RHEMA is experiential” [= LOGOS itu bersifat hukum (?) sedangkan RHEMA adalah sesuatu yang dialami].

· “The LOGOS does not always become the RHEMA, God’s word to you’”(= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu).

2) Orang Kharismatik juga sering berkata: ‘Kalau RHEMAnya turun ...’.

Ini berarti bahwa ia mendapat suatu pimpinan / perintah secara pribadi dari Tuhan, langsung kepada hati / pikirannya. Dan RHEMA yang turun itu bisa berupa ayat Kitab Suci ataupun tidak.

Dasar Kitab Suci yang dipakai oleh orang-orang Kharismatik: 
Lukas 3:2 - ‘datanglah firman (RHEMA) Allah kepada Yohanes’. 

Markus 14:72 dan Matius 26:75 (dua ayat ini paralel) - Petrus teringat akan kata-kata (RHEMA) Tuhan Yesus. 

Juga Lukas 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA. 

Tanggapan saya:

1) Markus 14:72 dan Mat 26:75 mempunyai ayat paralel yang lain yaitu Luk 22:61. Tetapi anehnya, kalau Mark 14:72 dan Mat 26:75 menggunakan kata Yunani RHEMA, maka Luk 22:61 ternyata menggunakan kata Yunani LOGOS!

Demikian juga, kalau Lukas 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA, maka Kis 20:35 menggunakan kata LOGOS, padahal ketiga ayat ini sama-sama berbicara tentang seseorang yang teringat akan kata-kata Yesus!

Dari contoh-contoh ini terlihat bahwa LOGOS dan RHEMA digunakan secara interchangeable (= bisa dibolak-balik) dan tidak ada batasan yang terlalu jelas antara RHEMA dan LOGOS!

Karena itu membedakan RHEMA dan LOGOS seperti yang dilakukan oleh orang-orang Kharismatik, adalah sesuatu yang tidak berdasar!

2) Orang-orang Kharismatik berkata bahwa kalau firman itu berbicara kepada kita, maka LOGOS itu berubah menjadi RHEMA.

Tetapi dalam Kis 2:41 4:4 8:14 11:1 13:48 sekalipun firman itu jelas berbicara kepada orang-orang itu (karena mereka bertobat), tetapi toh digunakan kata LOGOS dan bukannya RHEMA!

Demikian juga 1Pet 1:23 menggunakan kata LOGOS, padahal firman di sini adalah firman yang melahirbarukan!

3) Ajaran yang berkata “The LOGOS does not always become the RHEMA, God’s word to you” (= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu), jelas sekali berbau ajaran sesat Neo Orthodox, karena ajaran Neo Orthodox juga berkata bahwa kata-kata dalam Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara kepada kita.

Ini jelas merupakan ajaran salah / sesat, karena kita harus percaya bahwa seluruh Kitab Suci adalah firman Allah secara obyektif! Jadi, apakah kita membaca / mendengarnya atau tidak, mengerti atau tidak, merasa Tuhan berbicara kepada kita atau tidak, mentaati atau tidak, Kitab Suci itu tetap adalah firman Allah!

Kalau Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara kepada kita, maka orang-orang yang tidak mau bertobat karena tidak merasa Allah berbicara kepada mereka tidak bersalah karena mereka memang belum pernah mendapatkan firman Allah yang menegur / memperingati mereka.

4) Ajaran Kharismatik tentang RHEMA ini berbahaya, karena ini menyebab-kan banyak orang lalu mencari RHEMA tersebut dalam hati mereka, sehingga lalu mengabaikan Kitab Suci! Lihat kutipan kata-kata Jonathan Edwards di depan (hal 20-21).

Memang Roh Kudus bisa mengingatkan kita akan Firman Tuhan (Yoh 14:26), tetapi kalau kita tidak pernah belajar / mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, maka tidak ada sesuatu yang bisa Ia ingatkan kepada kita!

Karena itu, belajar Kitab Suci dengan sungguh-sungguh dan tekun haruslah menjadi prioritas dalam hidup kita!

II) Penumpangan tangan.

Dalam Kitab Suci penumpangan tangan dilakukan terhadap:

1) Binatang (Imamat 1:4 3:2 4:15 16:21).

2) Manusia.

a) Pada pentahbisan (Bilangan 8:10 Bil 27:18-23 Ul 34:9 Kis 6:6 Kis 13:3).

b) Pada pemberkatan (Kej 48:14 Matius 19:15).

c) Pada penyembuhan (Markus 6:5 Markus 7:32 Lukas 4:40 Lukas 13:13 Kis 28:8).

d) Pada waktu memberikan Roh Kudus / karunia-karunia Roh Kudus (Kis 8:17 Kis 19:6 1Tim 4:14 2Tim 1:6).

e) Dalam penjatuhan hukuman mati (Im 24:14).

Tetapi, sepanjang yang saya ketahui, dalam seluruh Kitab Suci tidak ada penumpangan tangan terhadap benda.

Jadi, praktek-praktek orang Kharismatik di mana mereka menumpang-tangani seadanya benda, seperti dompet, mobil, rumah, dsb, adalah tindakan yang tidak punya dasar kitab Suci!

KHARISMATIK-Apa itu?. https://teologiareformed.blogspot.com/
-o0o-
Next Post Previous Post