EKSPOSISI SURAT ROMA 9:6-29

PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
Ini adalah bagian Kitab Suci yang terpenting, terpanjang dan mungkin terlengkap yang membahas Predestinasi, dan karena itu saya akan memberikan exposisi dari bagian ini.
EKSPOSISI SURAT ROMA 9:6-29
bisnis, otomotif, gadget
Supaya bisa membahas bagian ini sesuai dengan Kontexnya, sebelum kita mulai membahas Roma 9: 6, mari kita membaca Roma 9:1-5 - (1) Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, (2) bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. (3) Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. (4) Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. (5) Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!.

Dalam Roma 9:1-5 ini kita melihat Paulus menyatakan kesedihannya karena banyak orang Yahudi, yang sebetulnya adalah bangsa pilihan, menolak Kristus, sehingga tentu tidak akan selamat.

Roma 9: 6: Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel.

Firman Allah tidak mungkin gagal (Roma 9: 6a). Ini ditekankan oleh Paulus, karena ia takut bahwa kesedihannya dalam Roma 9: 2-3 ditafsirkan seakan-akan rencana / firman Tuhan tentang Israel gagal. Karena itu sekarang ia menjelaskan bahwa tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel (Roma 9: 6b). Dengan ini ia menunjukkan bahwa janji / firman Tuhan tentang pemilihan Israel memang tidak pernah dimaksudkan untuk seluruh Israel. Jadi, adanya banyak orang Israel yang menolak Kristus tidak membuktikan gagalnya rencana / firman Allah.

Roma 9: 7-9: (7) dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu. (8) Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. (9) Sebab firman ini mengandung janji: Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki..

a) Untuk membuktikan kebenaran kata-katanya dalam Roma 9: 6, maka dalam Roma 9: 7 ini Paulus mulai membahas dari Abraham. Roma 9: 7 ini mengatakan bahwa tidak semua keturunan Abraham adalah anak Abraham. Bdk. Kejadian 17:19-21 - (19) Tetapi Allah berfirman: Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjianKu dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. (20) Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. (21) Tetapi perjanjianKu akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga..

Paulus juga menambahkan Roma 9: 7b yang ia kutip dari Kejadian 21:12 - Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak”.

Dengan kata-kata ini Paulus menunjukkan bahwa pemilihan tidak tergantung keturunan secara daging / jasmani.

Martin Luther mengomentari bagian ini dengan berkata: Jika Israel pasti adalah orang pilihan karena mereka adalah keturunan jasmani dari Abraham, maka pasti Ismael dan anak-anak Ketura (istri ketiga dari Abraham - Kejadian 25:1-dst) juga adalah orang pilihan. Tetapi jelas bahwa baik Ismael maupun anak-anak Ketura bukanlah orang pilihan, dan karena itu jelas bahwa Israelpun tidak semuanya adalah orang pilihan!

b) Dalam Roma 9: 8 ada istilah anak-anak daging dan anak-anak perjanjian.

Yang disebut anak-anak daging adalah keturunan Abraham yang tidak mempunyai apapun yang lain selain fakta bahwa mereka diturunkan secara jasmani oleh Abraham.

Sedangkan yang disebut anak-anak perjanjian adalah mereka yang secara khusus dipilih oleh Tuhan. Inilah orang pilihan yang sejati.

c) Ay 9b dikutip dari Kejadian 18:10.

d) Dari ay 7-9 ini terlihat bahwa sekalipun Abraham mempunyai banyak anak, tetapi yang merupakan pilihan Tuhan hanyalah satu yaitu Ishak.

Roma 9: 10: Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita.

Bukan hanya itu saja artinya: bukan hanya kasus pemilihan Ishak dan penolakan Ismael, tetapi ada juga kasus lain, yaitu pemilihan Yakub dan penolakan Esau.

Ini ditambahkan karena dalam persoalan Ismael dan Ishak, orang bisa berkata bahwa Ismael ditolak karena ia adalah anak seorang hamba. Sekarang dalam ay 10 Paulus memberikan contoh tentang Ribka yang mengandung dari satu orang yaitu dari Ishak, dan bahkan melahirkan anak kembar, tetapi dari kedua anak kembar itu yang satu dipilih dan yang lain ditolak! Jadi terlihat dengan lebih jelas bahwa penggenapan janji Tuhan tidak terjadi pada semua anak secara daging / jasmani.

Roma 9: 11: Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya.

Adam Clarke: For the children being not yet born. Since the word children is not in the text, the word ‘nations’ would be more proper; for it is of nations that the apostle speaks, as the following verses show, as well as the history to which he refers.

Ini tafsiran gila! Roma 9: 12 masih membicarakan individu! Juga kata dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat dalam ay 11 ini jelas menunjuk kepada individu-individu, yaitu Yakub dan Esau!

Mulai ayat ini Paulus tidak hanya menekankan pemilihan / predestinasi, tetapi juga menekankan bahwa pemilihan itu tidak tergantung perbuatan baik manusia, tetapi hanya tergantung pada kehendak Allah. Ini ditekankannya dengan menyatakan 2 hal yaitu:

a) Dengan kata-kata Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat (ay 11a).

Dengan kata-kata ini, Paulus menunjukkan bahwa dalam Allah melakukan pemilihan, Ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh perbuatan orang itu, karena pemilihan dilakukan sebelum perbuatannya dilakukan.

Orang yang menganggap bahwa Allah memilih karena tahu lebih dulu bahwa orangnya akan mau percaya dan bakal menjadi baik, harus menjelaskan mengapa dalam ay 11 ini ada kata-kata Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat! Kalau memang Allah memilih karena tahu bahwa orangnya bakal beriman / menjadi baik, bukankah kalimat ini seharusnya dibuang? Dengan adanya kalimat ini bukankah semuanya jadi membingungkan?

Disamping itu, dalam diri manusia yang sudah rusak karena dosa, sebetulnya Allah tidak melihat kebaikan apapun yang akan terjadi (God could foresee nothing good), kecuali kalau Ia memberi kasih karunia kepada mereka untuk bisa percaya dan berubah menjadi baik (Ingat pelajaran di depan tentang doktrin Total Depravity / kebejatan total, yang menunjukkan bahwa manusia tidak bisa berbuat baik / percaya kalau bukan karena kasih karunia Allah).

b) Dengan kata-kata supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya (ay 11b).

Ini lebih-lebih lagi menunjukkan bahwa dalam melakukan predestinasi, Allah sama sekali tidak terpengaruh oleh perbuatan manusia!

Sekarang mari kita perhatikan bagaimana Guy Duty membahas bagian ini. Mula-mula Guy Duty berkata sebagai berikut:

Sekarang kita sampai ke surat Roma pasal 9 dan memasuki benteng Agustinus, Calvin, dan para guru Kepastian Keselamatan Kekal. ... Janganlah kita menghindar atau membelokkan sesuatu seperti yang sering mereka lakukan” - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 93.

Tetapi lucunya, atau lebih tepat, tololnya, pada waktu Guy Duty membahas tentang Roma 9:10-13, ia menafsirkan sebagai berikut:

Lalu mengapa Allah lebih menyukai Yakub dan mengabaikan Esau? Ingat definisi-definisi Leksikon-leksikon terkemuka tentang pemilihan yang menyiratkan arti pilihan (choice), memilih (select), yaitu, yang terbaik dari antara jenisnya atau kelasnya -- dipilih (selected), yaitu dari antara yang berkualitas lebih baik dari lainnya. Alasan-alasan Allah bagi pemilihannya atas Yakub dengan melampaui Esau adalah alasan-alasan yang ditemukan dalam kepribadian kedua orang ini, ... Marilah kita melihat sekilas kepribadian dari kedua orang itu, dan melihat jika hal ini benar - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 103.

Guy Duty lalu menguraikan panjang lebar segala kebaikan Yakub dan kejelekan Esau (hal 103-104), dan lalu menyimpulkan sebagai berikut:

“Allah mengetahui terlebih dahulu segala hal tentang mereka sedemikian sempurnanya. ... Allah bukannya tidak adil karena memilih Yakub, yang seperti seorang pangeran yang bergulat dengan Allah dan menang - seorang manusia yang telah diubahkan menjadi Israel yang perkasa, ketika Allah menyatakan diriNya muka dengan muka. Allah juga bukannya tidak adil karena menolak Esau yang cabul dan bernafsu rendah, yang mengikatkan dirinya dengan orang-orang kafir” - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 105-106.

Sekarang pikirkan sendiri, siapa yang membelokkan Kitab Suci, khususnya Roma 9:10-13? Calvin, Agustinus, orang-orang Calvinist, atau Guy Duty sendiri? Bahwa Guy Duty bisa menafsirkan Roma 9:10-13 sehingga berarti bahwa Allah memilih Yakub karena kebaikan Yakub dan menolak Esau karena kejelekan Esau, jelas menunjukkan bahwa Guy Dutylah yang membelokkan, memutarbalikkan, bahkan memperkosa Kitab Suci! Hanya orang-orang yang sudah dibutakan oleh prasangka terhadap orang Reformed / Calvinist yang tidak bisa melihat hal ini!

Pada jaman Calvin sudah ada orang yang mempunyai pandangan seperti Guy Duty, dan inilah pandangan Calvin tentang orang-orang itu dan pandangan mereka.

Calvin: when any one ascribes the cause of the difference to their works, he thereby subverts the purpose of God. Now by adding, not through works, but through him who calls, he means, not on account of works, but of the calling only; for he wishes to exclude works together. We have then the whole stability of our election inclosed in the purpose of God alone: here merits avail nothing, as they issue nothing but death; no worthiness is regarded, for there is none; but the goodness of God reigns alone. False then is the dogma, and contrary to Gods word, - that God elects or rejects, as he foresees each to be worthy or unworthy of his favour (=pada waktu seseorang menganggap bahwa penyebab perbedaan itu berasal dari perbuatan mereka, ia dengan itu menghancurkan / menumbangkan tujuan Allah. Dengan menambahkan bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya, ia memaksudkan bukan disebabkan oleh perbuatan, tetapi hanya disebabkan panggilan; karena ia ingin membuang perbuatan sama sekali. Jadi kita mendapati seluruh kestabilan pemilihan kita terbungkus hanya dalam rencana Allah: di sini jasa / perbuatan baik tidak berguna, karena mereka tidak memberikan apapun selain kematian; tidak ada kelayakan yang dianggap, karena memang tidak ada kelayakan; tetapi kebaikan Allah saja yang bertahta. Dogma yang menyatakan bahwa Allah memilih atau menolak, sebagaimana Ia lihat lebih dulu tiap-tiap orang layak atau tidak layak menerima kebaikanNya, adalah salah dan bertentangan dengan Firman Allah).

Editor dari Calvins Commentary tentang surat Roma menambahkan:

Yet some of the Fathers, as Chrysostom and Theodoret, as well as some modern divines, ascribes election to foreseen works. How this is reconcilable with the argument of the Apostle, and with the instances he adduces, it is indeed a very hard matter to see. ... but surely nothing could be suggested more directly contrary to the statement and the argument of the Apostle (=Sekalipun demikian beberapa bapa-bapa gereja, seperti Chrysostom dan Theodoret, dan juga sebagian ahli-ahli theologia modern, menganggap pemilihan berasal dari perbuatan yang dilihat lebih dulu oleh Allah. Bagaimana ini bisa diperdamaikan dengan argumentasi sang rasul, dan dengan contoh / kejadian yang ia kemukakan, merupakan suatu hal yang sangat sukar terlihat. ... tetapi pasti tidak ada yang bisa diusulkan yang lebih bertentangan secara langsung dengan pernyataan dan argumentasi sang rasul).

Roma 9: 12: dikatakan kepada Ribka: Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,.

a) Roma 9: 12 ini menunjuk pada Kejadian 25:23.

Kejadian 25:23 - “Firman TUHAN kepadanya: Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda..

Adam Clarke: “That these words are used in a national and not in a personal sense, is evident from this: that, taken in the latter sense they are not true, for Jacob never did exercise any power over Esau, nor was Esau ever subject to him. Jacob, on the contrary, was rather subject to Esau, and was very afraid of him; and, first, by his messengers, and afterward personally, acknowledged his brother to be his lord, and himself to be his servant; see Genesis 32:4; 33:8,13 Gen 33:8,13”.

Tanggapan: ini argumentasi yang lucu sekali. Apakah menjadi hamba dalam ayat ini harus diartikan secara hurufiah dan secara lahiriah????

Adam Clarke: And hence, it appears that neither Esau nor Jacob, nor even their posterities, are brought here by the apostle as instances of any personal reprobation from eternity: for, it is very certain that very many, if not the far greatest part, of Jacobs posterity were wicked, and rejected by God; and it is not less certain that some of Esaus posterity were partakers of the faith of their father Abraham.

Adam Clarke: From these premises the true sense of the words immediately following, Jacob have I loved, and Esau have I hated, Mal 1:2-3, fully appears; that is, that what he had already cited from Moses concerning the two nations, styled by the names of their respective heads, Jacob and Esau, was but the same in substance with what was spoken many years after by the Prophet Malachi. The unthankful Jews had, in Malachi's time, either in words or in their heart, expostulated with God, and demanded of Him wherein He had loved them? I have loved you, saith the Lord: yet ye say, Wherein hast thou loved us? Mal 1:2-5. To this the Lord answers: Was not Esau Jacob’s brother? Yet I loved Jacob and hated Esau, and laid his mountains and his heritage waste for the dragons of the wilderness. Whereas Edom saith, We are impoverished, but we will return and build the desolate places; thus saith the Lord of hosts, They shall build, but I will throw down; and they shall call them, The border of wickedness, and, The people against whom the Lord hath indignation forever. And your eyes shall see, and ye shall say, The Lord will be magnified from the border of Israel. It incontestably appears from these passages that the prophet does not speak at all of the person of Jacob or Esau, but of their respective posterities. For it was not Esau in person that said, We are impoverished; neither were his mountains nor heritage laid waste. Now, if the prophet speaks neither of the person of the one nor of the person of the other, but of their posterity only, then it is evident that the apostle speaks of them in the same way”.

Adam Clarke: “If neither the prophet nor the apostle speaks of the persons of Jacob or Esau, but of their posterity, then it is evident that neither the love of God to Jacob nor the hatred of God to Esau, were such, according to which the eternal states of men, either in happiness or misery, are to be determined; not is there here any Scriptural or rational ground for the decree of unconditional personal election and reprobation, which, comparatively, modern times have endeavoured to build on these Scriptures”.

Tanggapan:

1. Kalau text ini tak bicara tentang predestinasi, lalu bicara tentang apa? Mudah sekali untuk mengatakan bahwa ini tidak membicarakan predestinasi, tetapi apa alternatifnya?

2. Lalu mengapa dalam ayat sebelumnya, yaitu Roma 9: 11, Paulus mengatakan rencana Allah tentang pemilihanNya??

3. Lalu mengapa muncul pertanyaan Apakah Allah tidak adil? dalam Roma 9: 14?

4. Mengapa muncul kata-kata dalam Roma 9: 15-18 - (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi. (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

5. Tentang kutipan kedua dan ketiga dari Clarke di atas, yang mengatakan dari keturunan Yakub tak semua selamat, dan dari keturunan Esau ada yang selamat, lihat kutipan dari Calvin di bawah.

6. Kutipan Clarke yang keempat didasarkan asumsi yang salah dalam kutipan yang ketiga. Jadi otomatis gugur.

b) Perhatikan istilah tua dan muda dalam Roma 9: 12 ini.

Dari Kejadian 25:25-26 kita tahu bahwa Esau adalah anak sulung. Dan juga Roma 9:12 ini secara explicit menyebutkan hal itu, karena ayat ini mengatakan Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda’. Jadi Yakub sebetulnya bukan saja tidak mempunyai kelebihan apapun atas Esau, tetapi sebaliknya bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Esau, karena Esau adalah kakaknya. Tetapi Tuhan toh memilih dia, dan jelas pemilihan ini didasarkan pada kehendak Allah, bukan pada apapun yang baik dalam diri Yakub (Ro 9:11).

Roma 9: 13: seperti ada tertulis: Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau..

a) Arti kata benci di sini.

Dalam Kitab Suci kata benci sering diartikan kurang mengasihi (Kejadian 29:31 Ulangan 21:15 Matius 6:24 Matius 10:37-38 Lukas 14:26 Yohanes 12:25). Tetapi dalam persoalan Roma 9:13 ini, kebanyakan orang Reformed mengatakan bahwa kata benci ini tidak sekedar berarti kurang mengasihi. John Murray mengatakan bahwa ada ketidaksenangan yang dinyatakan oleh kata benci di sini. William Hendriksen juga menolak arti kurang mengasihi di sini dengan alasan:

Mal 1:2-4 - (2) Aku mengasihi kamu, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami? Bukankah Esau itu kakak Yakub? demikianlah firman TUHAN. Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun. (4) Apabila Edom berkata: Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu, maka beginilah firman TUHAN semesta alam: Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya..

Dari text ini saudara melihat bagaimana Tuhan menentang Edom (keturunan Esau).

berkat yang diberikan oleh Ishak kepada Esau dalam Kej 27:39 sebetulnya adalah kutuk!

Kejadian 27:39 - Lalu Ishak, ayahnya, menjawabnya: Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas.

Dan Hendriksen lalu menyimpulkan:

These passages refer to reprobation, nothing less [= Bagian-bagian Kitab Suci ini (maksudnya Mal 1:3 dan Roma 9:13) menunjuk pada penetapan binasa, tidak kurang dari itu].

Apapun arti yang benar dari kata benci di sini, ayat ini tetap menunjukkan adanya perbedaan sikap Allah kepada Yakub dan kepada Esau. Dari sini dan dari jawaban mustahil dalam Roma 9:14 terlihat bahwa adil tidak berarti harus bersikap sama rata.

Bdk. Matius 20:13-15 - (13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?.

b) Sekarang mari kita melihat bagaimana orang-orang Arminian menafsirkan bagian tentang Yakub dan Esau dalam Roma 9 ini!

Roma 9 menurut Arminian bukanlah pemilihan pribadi untuk diselamatkan tetapi pemilihan nasional / bangsa / kumpulan (Adam Clarke). Tetapi ini jelas adalah omong kosong yang bodoh, karena Roma 9 ini jelas membicarakan individu-individu, yaitu pemilihan Ishak dan penolakan Ismael (ay 7-9), pemilihan Yakub dan penolakan Esau (ay 10-13). Juga nanti membicarakan penolakan Firaun (ay 17), yang juga adalah individu.

Keberatan:

Baik dalam Mal 1:2-dst maupun dalam Kej 25:23 kelihatannya yang dibicarakan adalah bangsa, bukan individu.

Kejadian 25:22-23 - (22) Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: Jika demikian halnya, mengapa aku hidup? Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. (23) Firman TUHAN kepadanya: Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda..

Mal 1:2-4 - (2) Aku mengasihi kamu, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami? Bukankah Esau itu kakak Yakub? demikianlah firman TUHAN. Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun. (4) Apabila Edom berkata: Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu, maka beginilah firman TUHAN semesta alam: Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya..

Intinya, Calvin mengatakan bahwa yang dibicarakan oleh Musa adalah pemilihan Israel sebagai bangsa untuk menjadi Gereja Tuhan. Sedangkan Paulus menerapkan kata-kata Musa dalam Kejadian 25:23 kepada pemilihan keselamatan individu (predestinasi). Mengapa? Karena orang-orang Yahudi, yang merasa sebagai keturunan Abraham dan Yakub, menganggap diri pasti selamat. Padahal pemilihan dalam Perjanjian Lama, berbicara tentang pemilihan lahiriah.

Saya yakin ini juga berlaku untuk kata-kata Maleakhi dalam Mal 1:2-dst. Ini merupakan pemilihan lahiriah, bukan predestinasi.

Roma 9: 14: Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!.

a) Di sini Paulus menanyakan suatu pertanyaan yang ia tahu pasti akan muncul dalam diri orang yang mendengar ajarannya tentang Predestinasi, yaitu: Apakah Allah tidak adil?.

Adanya pertanyaan ini jelas menunjukkan bahwa doktrin Predestinasi itu memang ajaran Alkitab / Paulus. Kalau doktrin Predestinasi tidak ada, tidak mungkin akan ada pertanyaan tentang keadilan Allah.

Calvin: we may observe that this very objection clearly proves, that inasmuch as God elects some and passes by others, the cause is not to be found in anything else but in his own purpose; for if the differences had been based on works, Paul would have to no purpose mentioned this question respecting the unrighteousness of God, no suspicion could have entertained concerning it if God dealt with every one according to his merit (=kita bisa melihat bahwa keberatan ini secara jelas membuktikan bahwa pada waktu Allah memilih sebagian orang dan melewati / tak memilih lainnya, penyebabnya tidak ada dalam apapun juga selain dalam rencanaNya sendiri; karena jika perbedaan itu didasarkan pada perbuatan, tidak ada gunanya Paulus menyebutkan pertanyaan mengenai ketidakbenaran Allah, tidak ada kecurigaan tentang hal ini yang akan muncul jika Allah memperlakukan setiap orang sesuai dengan jasanya).

Catatan: KJV menterjemahkan tidak adil dalam Roma 9:14 ini dengan unrighteousness (=ketidakbenaran). Tetapi saya berpendapat bahwa tidak adil adalah terjemahan yang lebih tepat.

Sekarang mari kita melihat beberapa komentar Calvin yang lain tentang ayat ini:

The flesh cannot hear of this wisdom of God without being instantly disturbed by numberless questions, and without attempting in a manner to call God to an account [= Daging tidak bisa mendengar hikmat Allah ini (tentang Predestinasi) tanpa langsung terganggu oleh banyak pertanyaan, dan tanpa mencoba meminta pertanggungan jawab dari Allah].

Monstrous surely is the madness of the human mind, that it is more disposed to charge God with unrighteousness than to blame itself for blindness (=Kegilaan pikiran manusia betul-betul sangat dahsyat / besar, sehingga lebih cenderung untuk menuduh Allah dengan ketidak-benaran dari pada menyalahkan dirinya sendiri karena kebutaannya).

b) Adanya keberatan / serangan terhadap doktrin Predestinasi seperti dalam ay 14 ini (dan juga dalam ay 19) tidak membuat Paulus lalu tidak mengajarkan doktrin ini. Seharusnya hal ini ditiru oleh pengajar-pengajar jaman sekarang, karena kalau semua pengajar takut mengajarkan kebenaran ini, maka kebenaran ini akan hilang, dan akan makin sukar orang menerimanya.

Roma 9: 15: Sebab Ia berfirman kepada Musa: Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati..

a) Hubungan Roma 9: 15 dengan ay 14.

Pada akhir Roma 9: 14 Paulus menjawab pertanyaan dalam ay 14 itu dengan kata mustahil, dan ia lalu melanjutkan dengan memberikan ay 15.

Kalau memang Yakub / Esau dipilih / ditolak karena perbuatan mereka yang sudah lebih dulu dilihat oleh Allah, maka di sinilah tempat yang terbaik untuk menjelaskan hal itu. Paulus seharusnya berkata: Kok bisa Allah tidak adil? Ia memilih Yakub karena sudah melihat lebih dulu bahwa Yakub akan menjadi baik. Ia menolak Esau karena sudah melihat lebih dulu bahwa Esau bakal bejat. Tetapi ternyata Paulus tidak berkata demikian. Sebaliknya ia menekankan hak Allah dalam memberi atau menahan belas kasihan (Roma 9: 15-18).

Calvin: It may indeed appear a frigid defence that God is not unjust, because he is merciful to whom he pleases; but as God regards his own authority alone as abundantly sufficient, so that he needs the defence of none, Paul thought it enough to appoint him the vindicator of his own right (=Memang kelihatannya suatu pembelaan yang kaku / dingin bahwa Allah itu bukannya tidak adil karena Ia berbelaskasihan kepada siapa yang dikehendakiNya; tetapi karena Allah menganggap otoritasNya sendiri saja sudah sangat cukup, sehingga Ia tidak membutuhkan pembelaan dari siapapun, Paulus menganggapnya cukup untuk mengangkat Dia sebagai pembela dari hakNya sendiri).

b) Roma 9: 15 ini dikutip secara hurufiah dari Keluaran 33:19 versi Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama berbahasa Yunani).

Dalam Keluaran 33:19 digunakan 2 kata kerja:

kata Ibrani CHENEN, yang artinya: to favour / to show kindness freely and bountifully (=bersikap baik / murah hati / menunjukkan kebaikan secara cuma-cuma dan secara berlimpah-limpah).

kata Ibrani RECHEM, yang artinya: to be treated with mercy (=diperlakukan dengan belas kasihan).

Kedua kata ini menunjukkan bahwa manusia yang dipilih itu sudah jatuh ke dalam dosa, karena mereka membutuhkan kemurahan hati / belas kasihan. Jadi bagian ini jelas mendukung Infralapsarianisme.

Roma 9: 16: Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.

a) tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang.

Roma 9:16 versi KJV menterjemahkan ayat ini secara hurufiah:

So then it is not of him that willeth, nor of him that runneth, but of God that sheweth mercy [= Jadi hal itu bukanlah dari dia yang mau, bukan juga dari dia yang berlari (maksudnya berusaha), tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan].

Jadi, kata yang diterjemahkan usaha, secara hurufiah adalah running (=berlari). Dalam Kitab Suci, kata lari sering menunjuk pada usaha manusia (bdk. 1Korintus 9:24,26 Galatia 2:2 Galatia 5:7 Ibrani 12:1).

Editor dan penterjemah Calvins Commentary tentang surat Roma, yaitu John Owen, memberikan catatan kaki yang menarik dengan mengatakan bahwa istilah willing dan running didapatkan dari sejarah Esau. Sia-sia Esau menginginkan berkat, sia-sia ia berlari untuk mendapatkan daging buruan bagi ayahnya (Kej 27:1-5,30-40). John Owen lalu mengutip kata-kata Turretin:

In vain, says Turretin, did Esau seek the blessing. In vain did Isaac hasten to grant it and in vain did Esau run to procure venison for his father; neither the fathers willingness nor the running of the son availed anything; Gods favour overruled the whole (=Sia-sia, kata Turretin, Esau mencari berkat. Sia-sia Ishak bergegas untuk memberikannya dan sia-sia Esau berlari untuk mendapatkan daging buruan / rusa untuk ayahnya; kemauan sang ayah maupun berlarinya sang anak tidak ada gunanya sama sekali; kemurahan / kebaikan hati Allah mengesampingkan / mengalahkan seluruhnya).

John Owen melanjutkan:

Isaacs willingness to give the blessing to Esau, notwithstanding the announcement made at his birth, and Rebeccas conduct in securing it to Jacob, are singular instances of mans imperfections, and of the overruling power of God. Isaac acted as though he had forgotten what God had expressed as his will; and Rebecca acted as though God could not effect his purpose without her interference, and an interference, too, in a way highly improper and sinful. It was the trial of faith, and the faith of both halted exceedingly; yet the purpose of God was still fulfilled, but the improper manner in which it was fulfilled was afterwards visited with Gods displeasure (=Kemauan Ishak untuk memberikan berkat kepada Esau meskipun ada pemberitahuan yang diberikan pada saat kelahirannya, dan kelakuan Ribka untuk memastikan berkat itu bagi Yakub, merupakan contoh yang luar biasa tentang ketidak-sempurnaan manusia, dan tentang kuasa Allah yang mengesampingkan / mengalahkan. Ishak bertindak seakan-akan ia telah lupa apa yang Allah nyatakan sebagai kehendakNya; dan Ribka bertindak seakan-akan Allah tidak bisa melaksanakan rencanaNya tanpa campur tangannya, dan ini adalah campur tangan yang sangat tidak tepat dan berdosa. Itu adalah ujian iman, dan iman dari keduanya sangat terputus-putus; tetapi rencana Allah tetap tergenapi, tetapi cara yang tidak tepat melalui mana rencana itu digenapi akhirnya mendapatkan ketidaksenangan Allah).

Pada waktu berkata bahwa pemilihan tidak tergantung pada kehendak / usaha kita, kita harus memperhatikan peringatan dari Luther:

This does not mean that Gods mercy altogether excludes our willing or running (=Ini tidak berarti bahwa belas kasihan Allah sama sekali membuang kemauan dan usaha / larinya kita).

Maksud Luther adalah: sekalipun pemilihan tidak tergantung pada kehendak atau usaha orang, tetapi itu tidak berarti bahwa kalau Allah sudah memilih seseorang maka orang itu pasti akan selamat sekalipun ia tidak mau dan tidak berusaha. Yang benar adalah: kalau Allah sudah memilih seseorang maka Allah akan bekerja dalam diri orang itu sehingga ia akan mau dan berusaha (bdk. Filipi 2:13).

b) tetapi kepada kemurahan hati Allah.

Ini, sama dengan NIV, kurang tepat terjemahannya. Yang benar adalah terjemahan NASB yang berbunyi: but on God who has mercy (=tetapi kepada Allah yang mempunyai belas kasihan). Jadi pemilihan tidak tergantung pada ‘kemurahan hati Allah, tetapi kepada ‘Allah yang murah hati.

c) Jadi seluruh Roma 9: 16 ini menekankan bahwa pemilihan kita bukan didasarkan pada kehendak / kemauan orang atau usaha orang, tetapi pada Allah yang mempunyai belas kasihan / kemurahan hati. Ini secara jelas mendasari sifat unconditional (= tidak bersyarat) dari pemilihan.

Roma 9: 17: Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi..

a) Roma 9:17 ini dikutip dari Keluaran 9:16.

Kel 9:16 - membiarkan engkau hidup.

Perhatikan juga Kel 9:16 versi-versi bahasa Inggris di bawah ini.

NASB: I have allowed you to remain (=Aku telah membiarkan engkau untuk tetap ada).

RSV: have I let you live (=Aku telah membiarkan engkau hidup).

NIV: I have raised you up (=Aku telah membangkitkan engkau).

KJV: have I raised thee up (=Aku telah membangkitkan engkau).

b) Allah membangkitkan Firaun (Ro 9:17).

Kata membangkitkan di sini tidak berarti preserved (=memelihara / mempertahankan / menjaga supaya tetap hidup), seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, NASB dan RSV. Juga tentu saja kata membangkitkan tidak menunjuk pada tindakan Allah untuk menghidupkan Firaun kembali dari kematian karena ini memang tidak pernah terjadi. Tetapi kata membangkitkan menunjuk pada tindakan Allah untuk memunculkan Firaun ke dalam sejarah.

Catatan: Keluaran 9:16 versi Septuaginta / LXX memakai preserved, tetapi pada waktu mengutip Kel 9:16 Paulus mengubahnya menjadi membangkitkan, karena ini lebih sesuai dengan bahasa Ibrani dari Keluaran 9:16.

c) Jadi Roma 9:17 ini menunjukkan bahwa Allah memunculkan / melahirkan / menciptakan Firaun untuk menunjukkan kuasaNya sehingga namaNya termasyhur.

Bagaimana dengan munculnya Firaun kuasa Allah bisa terlihat sehingga namaNya termasyhur? Dengan Allah mengeraskan hati Firaun (bdk. ay 18), sehingga ia menolak melepaskan Israel. Dengan demikian Allah bisa memberikan tulah demi tulah dan akhirnya menghancurkan Firaun dan tentaranya di Laut Teberau. Dengan demikian kuasa Allah terlihat dengan jelas, dan nama Allah menjadi termasyhur.

Jadi, adanya reprobate (=orang yang ditentukan binasa) juga bertujuan untuk kemuliaan Allah.

Roma 9: 18: Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya.

Ayat ini berbicara tentang menegarkan hati / mengeraskan hati.

W. G. T. Shedd:

to harden is not to soften (=mengeraskan berarti tidak melunakkan).

The agency of God in hardening is inaction rather than action [= Tindakan Allah dalam pengerasan adalah ketidak-giatan (pasif) dan bukannya kegiatan (aktif)].

When God hardens a man, he only leaves him to his stony heart (=Pada waktu Allah mengeraskan seseorang, Ia hanya membiarkannya pada hatinya yang keras).

W. G. T. Shedd lalu mengutip Charnoke, dalam bukunya yang berjudul Holiness of God: God hardened his heart, by not converting his already hard heart into a heart of flesh (=Allah mengeraskan hatinya, dengan tidak mengubah hatinya yang sudah keras menjadi hati dari daging).

John Murray: God is said to do what he permitted. God allowed Pharaoh to harden his own heart but the action of hardening was Pharaohs own (=Allah dikatakan melakukan apa yang Ia ijinkan. Allah mengijinkan Firaun untuk mengeraskan hatinya sendiri tetapi tindakan pengerasan itu adalah tindakan Firaun sendiri).

Roma 9: 19: Sekarang kamu akan berkata kepadaku: Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?.

a) Sama seperti dalam Roma 9: 14 di sini Paulus menanyakan pertanyaan yang ia tahu akan muncul dalam diri orang yang mendengar ajarannya tentang Predestinasi dan kedaulatan Allah yang baru ia ajarkan sampai dengan Roma 9: 18.

b) Saya berpendapat bahwa dalam Roma 9: 19 ini NIV memberikan terjemahan yang paling jelas artinya, yang berbunyi sebagai berikut: One of you will say to me: Then why does God still blame us? For who resists his will? (=Salah satu dari kamu akan berkata kepadaku: Lalu mengapa Allah masih menyalahkan kita? Karena siapa yang menahan / menolak kehendakNya?).

Kehendak Allah bisa menunjuk kepada salah satu dari 3 hal ini:

1. Rencana Allah yang kekal, yang pasti terlaksana.

2. Sesuatu yang kalau terjadi akan menyenangkan Allah. Yang ini belum tentu terjadi. Contoh: 1Timotius 2:4.

3. Perintah / larangan Allah. Yang ini juga belum tentu terjadi.

Yang dimaksud dengan kehendak di sini bukanlah kehendak dalam arti ke 2 atau ke 3, tetapi kehendak dalam arti Rencana Allah yang kekal. Mengapa? Karena Ro 9:19b itu menunjukkan bahwa kehendak Allah itu tidak bisa ditentang / ditolak. Dengan kata lain kehendak Allah itu pasti terjadi. Sekarang, mengingat bahwa kehendak Allah itu pasti terjadi, dan tidak mungkin ditolak / ditahan / diubah / digagalkan oleh siapapun, si penanya menanyakan: mengapa kita masih disalahkan pada waktu kita berbuat dosa / tidak percaya? Bukankah Allah yang menetapkan semua itu dan karena itu semua itu pasti terjadi? Kesimpulannya: adanya kedaulatan Allah / penetapan Allah dipakai oleh si penanya untuk meragukan adanya tanggung jawab manusia.

Roma 9: 20-21: (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: Mengapakah engkau membentuk aku demikian? (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?.

a) Dalam ay 20-21 ini terlihat jelas bahwa Paulus berbicara berdasarkan Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama. Tetapi bagian mana dari Perjanjian Lama yang ia gunakan?

Guy Duty, dalam buku Keselamatan bersyarat atau tanpa syarat?, hal 116-118, berkata bahwa Paulus menggunakan Yer 18 (bacalah bagian ini dalam Kitab Suci saudara mulai ay 1 sampai ay 12). Guy Duty lalu berkata:

Di sini, di sumber kutipan Paulus tentang tukang periuk - tanah liat ini, Sang Tukang Periuk menghimbau tanah-liat-Nya agar bertobat dari kejahatan mereka dan mentaati suara-Nya, tetapi si tanah liat yang keras kepala dan pemberontak, menolak tawaran belas kasihan Sang Tukang Periuk dan mengatakan bahwa mereka mau berjalan dalam jalan mereka sendiri dan melakukan kejahatan hati mereka sendiri. Dua kali Sang Tukang Periuk memakai syarat-jikaNya untuk menyelamatkan mereka dari penghukuman yang segera akan jatuh ke atas mereka. Tanah liat ini bukanlah sebuah benda mati. Dengan roh pemberontakannya sendiri, ia menolak syarat-jika-taat-Nya Allah. Bacalah selebihnya sampai akhir kitab Yeremia, bagaimana dengan syarat Allah berurusan dengan mereka; dan anda akan mengerti mengapa mereka disebut benda-benda kemurkaan. Fakta-fakta ini sebenarnya cukup untuk meyakinkan seorang dengan pikiran yang tak berprasangka, bahwa Paulus, dalam Roma 9 ini, tidak berbicara tentang keselamatan tanpa syarat (hal 118).

Tetapi Calvin mengatakan bahwa Paulus bukannya menggunakan Yer 18 tetapi Yesaya 45:9. Beberapa penafsir yang lain menambahkan Yesaya 29:16, demikian juga catatan kaki dari Kitab Suci Indonesia, tetapi saya berpendapat bahwa Yesaya 45:9 adalah ayat yang paling tepat.

Sekarang pikirkan sendiri siapa yang benar dalam hal ini, Guy Duty atau Calvin? Bacalah sekali lagi Roma 9:19-21, lalu Yeremia 18:1-12 dan Yesaya 45:6-12, maka saudara akan melihat dengan jelas bahwa Ro 9:20-21 jauh lebih mirip pada Yesaya 45:9 dari pada Yeremia 18:1-12. Untuk mempermudah dalam membandingkan, saya menuliskan ketiga text itu di bawah ini.

Roma 9:20-21 - “(20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: Mengapakah engkau membentuk aku demikian? (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?.

Yeremia 18:1-12 - “(1) Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataanKu kepadamu. (3) Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. (4) Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (5) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: (6) Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu, hai kaum Israel! (7) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. (8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. (9) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. (10) Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan tidak mendengarkan suaraKu, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. (11) Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! (12) Tetapi mereka berkata: Tidak ada gunanya! Sebab kami hendak berkelakuan mengikuti rencana kami sendiri dan masing-masing hendak bertindak mengikuti kedegilan hatinya yang jahat.’”.

Yesaya 45:6-12 - “(6) supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini. (8) Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan! Akulah TUHAN yang menciptakan semuanya ini. (9) Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: Apakah yang kaubuat? atau yang telah dibuatnya: Engkau tidak punya tangan! (10) Celakalah orang yang berkata kepada ayahnya: Apakah yang kauperanakkan? dan kepada ibunya: Apakah yang kaulahirkan? (11) Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakudus, Allah dan Pembentuk Israel: Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepadaKu mengenai anak-anakKu, atau memberi perintah kepadaKu mengenai yang dibuat tanganKu? (12) Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tanganKulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya.

Baik Roma 9:20-21 maupun Yesaya 45:9 mempersoalkan orang yang membantah Allah, tetapi tidak demikian dengan Yer 18! Dengan demikian jelas terlihat bahwa pada waktu ia menuliskan Roma 9:20-21 ini, Yesaya 45:9-lah yang ada dalam pikirannya, dan bukannya Yer 18:1-12.

Hal lain yang saudara perlu perhatikan dalam membandingkan text-text ini adalah: Yer 18:1-12 sama sekali tidak cocok untuk menjawab pertanyaan Paulus dalam Roma 9:19, sedangkan Yes 45:9 itu cocok sekali untuk menjawab pertanyaan dalam Roma 9:19 itu.

Satu hal yang harus diperhatikan dari buku Guy Duty dalam bagian ini adalah bahwa Guy Duty melarikan diri dari Roma 9:20-21 ini. Ia mengatakan bahwa Paulus menggunakan Yer 18 sebagai dasar, dan ia lalu membahas Yer 18, tetapi menghindari Roma 9:20-21 ini. Alangkah tidak konsistennya sikap menghindari / melarikan diri ini dengan kata-kata Guy Duty sendiri pada waktu ia mulai membahas Roma 9, dimana ia berkata: Sekarang kita sampai ke surat Roma pasal 9 dan memasuki benteng Agustinus, Calvin, dan para guru Kepastian Keselamatan Kekal. ... Janganlah kita menghindar atau membelokkan sesuatu seperti yang sering mereka lakukan - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 93.

b) Dari jawaban dalam Roma 9: 20-21 terlihat bahwa si penanya disalahkan / dihardik karena menanyakan pertanyaan seperti itu. Tetapi beberapa penafsir, termasuk Martin Luther, secara tepat mengatakan bahwa yang disalahkan adalah kalau manusia dengan sikap sombong, jahat, marah, bersungut-sungut mencoba membantah Allah dengan pertanyaan seperti ini. Ini terlihat dari kata membantah dalam Roma 9:20 dan juga dari kata berbantah dalam Yes 45:9, yang jelas menunjukkan sikap yang tidak benar dalam menanyakan pertanyaan ini.

c) Dalam Roma 9:20-21 ini ada beberapa kontras yang harus diperhatikan yaitu:

1. Kontras antara kata-kata hai manusia dan Allah.

2. Kontras antara yang dibentuk dan yang membentuk.

3. Kontras antara tanah liat dan tukang periuk.

Calvin: And surely there is no reason for a mortal man to think himself better than earthen vessel, when he compares himself with God (=Dan memang jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia yang fana untuk berpikir bahwa dirinya sendiri lebih baik dari bejana tanah, pada waktu ia membandingkan dirinya sendiri dengan Allah).


Kontras inilah yang menyebabkan manusia tidak berhak untuk membantah Allah, bagaimanapun logisnya bantahan itu. Juga kontras ini menyebabkan manusia pantas dikecam pada waktu membantah Allah.

d) mulia dan biasa.

NIV: noble (=mulia) dan common (=biasa).

NASB: honorable (= terhormat) dan common (=biasa).

RSV: beauty (=cantik / indah) dan menial (=kasar / rendah).

KJV: honour (=terhormat) dan dishonour (=tidak terhormat).

Saya menyetujui terjemahan KJV dengan alasan:

1. Kata bahasa Yunani ATIMIA yang diterjemahkan dishonour (=tidak terhormat) ini, dalam Kitab Suci hanya digunakan dalam:

Roma 1:26 - yang memalukan.

1Korintus 11:14 - kehinaan.

1Korintus 15:43 - kehinaan.

2Korintus 6:8 - dihina.

2Korintus 11:21 - malu.

2Timotius 2:20 - kurang mulia.

Kecuali dalam 2Tim 2:20 dimana ATIMIA masih memungkinkan diartikan sebagai sesuatu yang netral / tidak negatif, maka dalam ayat-ayat yang lain ATIMIA selalu mempunyai arti negatif.

2. Ro 9 ini selalu mengkontraskan dengan tajam.

Misalnya:

a. Mengasihi >< membenci (Roma 9: 13).

b. Menaruh belas kasihan >< menegarkan hati (Roma 9: 18).

c. Benda belas kasihan >< benda kemurkaan (ay 22-23).

d. Kemuliaan >< kebinasaan (ay 22-23).

Karena itu kalau kata pertama diterjemahkan mulia / terhormat, maka kata kedua tidak boleh sekedar diterjemahkan biasa, tetapi harus diterjemahkan tidak mulia / tidak terhormat.

e) Sekarang kita menghubungkan Roma 9:20-21 ini dengan pertanyaan dalam Roma 9:19.

Roma 9:19-21 - (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya? (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: Mengapakah engkau membentuk aku demikian? (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?.

Ada beberapa hal yang bisa didapatkan:

1. Jawaban Paulus terhadap pertanyaan dalam ay 19 tidak akan demikian:

a. Seandainya Arminian benar bahwa Allah tidak menentukan, tetapi hanya mengetahui lebih dulu.

b. Seandainya Hyper-Calvinist benar bahwa Allah memang menentukan dan karena itu manusia tidak bertanggung jawab.

Jawaban ini hanya cocok kalau Reformed / Calvinisme, yang mempercayai bahwa Allah menentukan tetapi manusia tetap bertanggung jawab, adalah pandangan yang benar.

2. Sebetulnya Paulus tidak menjawab pertanyaan dalam Roma 9: 19 itu yaitu bagaimana kedaulatan dan penetapan Allah itu bisa harmonis dengan tanggung jawab manusia. Dengan jawaban dalam ay 20-21 itu, secara tidak langsung ia berkata: Pokoknya Allah sudah menetapkan kedua hal itu (kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia), dan kita manusia tidak berhak membantah.

Calvin, dalam komentarnya tentang Roma 9:14, berkata sebagai berikut:

Let this then be our sacred rule, to seek to know nothing concerning it, except what Scripture teaches us: when the Lord closes his holy mouth, let us also stop this way, that we may not go farther [= Biarlah ini menjadi peraturan kudus kita, berusaha mengetahui hal itu (doktrin Predestinasi) hanya sejauh yang diajarkan oleh Kitab Suci: pada waktu Tuhan menutup mulutNya yang kudus, biarlah kita juga berhenti dan tidak pergi lebih jauh].

Kata-kata ini penting kita camkan pada waktu menghadapi hal-hal yang memang tidak dijelaskan oleh Kitab Suci dalam persoalan Predestinasi, misalnya bagaimana kedaulatan Allah dan kebebasan manusia bisa ada bersama-sama, juga bagaimana Allah yang suci dan kasih bisa menetapkan dosa dan kebinasaan, dsb.

Roma 9: 22-23: (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan.

a) Persamaan ay 20-21 dan ay 22-23:

Tukang periuk (Roma 9: 21) = Allah (Roma 9: 22).

Benda mulia (ay 21) = benda belas kasihan (Roma 9: 23).

Benda tak mulia (ay 21) = benda kemurkaan (Roma 9: 22).

b) Calvin tentang Roma 9: 22-23.

There are vessels prepared for destruction, that is, given up and appointed to destruction: they are also vessels of wrath, that is, made and formed for this end, that they may be examples of Gods vengeance and displeasure (=Ada bejana-bejana yang disiapkan untuk kebinasaan, yaitu, diserahkan dan ditetapkan untuk kebinasaan: mereka juga adalah bejana-bejana kemurkaan, yaitu, dibuat dan dibentuk untuk tujuan ini, supaya mereka bisa menjadi contoh dari pembalasan dan ketidaksenangan Allah).

For the best reason then are we, the faithful, called the vessels of mercy, whom the Lord uses as instruments for the manifestation of his mercy; and the reprobate are the vessels of wrath, because they serve to show forth the judgments of God (=Untuk alasan yang terbaik maka kita, orang yang setia / percaya, disebut bejana-bejana belas kasihan, yang dipakai Tuhan sebagai alat untuk menyatakan belas kasihanNya; dan orang yang tidak dipilih adalah bejana-bejana kemurkaan, karena mereka berfungsi untuk menunjukkan penghakiman Allah).

c) Ada 2 x kata glory / kemuliaan dalam ay 23 dan ini menunjuk pada belas kasihan Allah.

d) Guy Duty menggunakan Ro 9:22 versi KJV yang berbunyi:

What if God, willing to shew his wrath, and to make his power known, endured with much longsuffering the vessels of wrath fitted to destruction.

Oleh penterjemah buku Guy Duty, ini diterjemahkan sebagai berikut:

Jadi jika Allah, hendak menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang cocok untuk kebinasaan” - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 118.

Guy Duty lalu berkata:

1. Menurut Dr. A. T. Robertson kata hendak di sini bukan merupakan penyebab. Dan penterjemah buku Guy Duty lalu memberikan keterangan tambahan: kata ini tidak menyatakan subyek dari kata kerja ini sebagai penyebab - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 118.

2. Menurut Vine, Kata yang diterjemahkan dengan kata cocok ini, dalam bahasa Yunani mempunyai bentuk pemakaian Medium (Middle Voice), yang menunjukkan bahwa bejana-bejana kemurkaan itu membuat diri mereka cocok untuk kebinasaan - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 119.

Dengan penjelasan ini jelas bahwa ia mau menunjukkan bahwa keselamatan / kebinasaan manusia tak tergantung pada kehendak Allah, tetapi tergantung manusianya sendiri!

Tanggapan:

a. Kalaupun A. T. Robertson benar bahwa kata hendak di sini bukan merupakan penyebab, ini tidak berarti bahwa:

A. T. Robertson tidak mempercayai Predestinasi.

tidak ada ayat lain yang menunjukkan secara jelas bahwa Allah adalah penyebab predestinasi.

Dua hal di atas ini terlihat misalnya dari Roma 9:11, tentang mana A. T. Robertson sendiri berkata: Here it is the purpose (prothesis) of God which has worked according to the principles of election [= Di sini adalah rencana (prothesis) dari Allah yang telah bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan] - Word Pictures in the New Testament, vol IV, hal 382. Juga dua hal itu terlihat dari Ef 1:4, tentang mana A. T. Robertson berkata: Definitive statement of Gods elective grace concerning believers in Christ (=Pernyataan yang pasti tentang kasih karunia pemilihan dari Allah mengenai orang-orang yang percaya kepada Kristus) - Word Pictures in the New Testament, vol IV, hal 517.

b. Kalau Allah sudah menetapkan seseorang untuk binasa, memang nantinya orang itu sendiri akan membuat dirinya cocok untuk dibinasakan (sesuai dengan kata-kata Vine tentang middle voice yang digunakan)! Predestinasi tidak bisa gagal!

e) Guy Duty juga menghubungkan Roma 9:22-23 ini dengan 2Timotius 2:20-21 yang berbunyi: “(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

Catatan: Kata-kata perabot rumah untuk maksud yang mulia oleh KJV diterjemahkan a vessel unto honour (=bejana untuk kehormatan / kemuliaan), dan kata Yunani yang dipakai dalam 2 Timotius 2:21 ini memang sama dengan kata Yunani yang dipakai dalam Roma 9:21.

Guy Duty lalu menyimpulkan:

Bejana kemuliaan di sini dihubungkan dengan syarat jika. Untuk menjadi sebuah bejana yang mulia, seseorang harus menyucikan diri dari segala perkara yang tidak berkenan kepada Sang Tukang Periuk - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 120.

Tanggapan:

Guy Duty tidak bisa melihat bahwa dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang ditinjau dari sudut Allah dan ada ayat-ayat yang ditinjau dari sudut manusia. Roma 9:20-23 jelas merupakan ayat-ayat yang ditinjau dari sudut Allah, sedangkan 2Timotius 2:20-21 merupakan ayat-ayat yang ditinjau dari sudut manusia, dan karena itu menekankan kewajiban / tanggung jawab manusia.

Roma 9: 24-26: (24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, (25) seperti yang difirmankanNya juga dalam kitab nabi Hosea: Yang bukan umatKu akan Kusebut: umatKu dan yang bukan kekasih: kekasih. (26) Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: Kamu ini bukanlah umatKu, di sana akan dikatakan kepada mereka: Anak-anak Allah yang hidup..

a) Dari Roma 9: 23-24 terlihat bahwa Paulus tahu bahwa ia dan orang kristen Roma adalah orang pilihan. Ini bertentangan dengan kata-kata Pdt. Jusuf B. S. yang berulangkali menyatakan bahwa tidak ada orang yang bisa tahu bahwa dirinya orang pilihan (buku Keselamatan Tidak Bisa Hilang?, hal 35,36,37).

b) Roma 9: 24 ini menunjukkan bahwa orang-orang pilihan tidak hanya ada dalam kalangan Yahudi tetapi juga dalam kalangan bangsa-bangsa lain / non Yahudi. Ini berpasangan dengan ay 6 yang menyatakan bahwa tidak semua Yahudi adalah orang pilihan.

c) Untuk menunjukkan bahwa pemanggilan orang non Yahudi bukanlah suatu ajaran baru, maka dalam ay 25-26, Paulus lalu memberikan dasar Kitab Suci dari Perjanjian Lama tentang panggilan / pilihan Allah terhadap orang non Yahudi, yaitu dari Hos 2:22 (dalam Kitab Suci Inggris Hosea 2:23) dan Hos 1:10.

Roma 9: 27-29: (27) Dan Yesaya berseru tentang Israel: Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan. (28) Sebab apa yang telah difirmankanNya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera. (29) Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora..

Sekarang Paulus kembali pada apa yang sudah ia bicarakan dalam ay 6, yaitu bahwa tidak semua orang Yahudi adalah orang pilihan, tetapi sekarang ia bahkan menambahkan bahwa hanya ada sedikit orang Yahudi yang adalah orang pilihan.

Roma 9: 30-33: (30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (33) seperti ada tertulis: Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan..

Sekarang Paulus mulai berganti haluan. Dari tadi (mulai ay 6) ia meninjau dari sudut Allah. Dan dari sudut Allah, seseorang tidak percaya dan tidak selamat karena Allah tidak memilihnya. Sekarang, mulai ay 30, Paulus menyorotinya dari sudut manusia, dan menunjukkan bahwa mereka tidak selamat karena tidak beriman.

Tetapi Guy Duty yang tidak mempedulikan dari sudut mana suatu ayat harus diperhatikan, menafsirkan bagian ini secara kacau balau.

Guy Duty:

Ikutilah Paulus dengan menyelesaikan seluruh Roma 9, dan dapatkanlah pemikirannya yang lengkap. Jangan berhenti pada ayat 23 seperti halnya para ekspositor Kepastian Keselamatan Kekal, karena dalam ayat-ayat 30-33 Paulus mengembangkan pikirannya dan memperjelas pokok tentang bejana-bejana belas kasihan dan kemurkaan itu - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 120.

Guy Duty lalu mengutip Roma 9:30-33, dan lalu melanjutkan:

Kata-kata iman dan kebenaran (righteousness - KJV) sangat menonjol dalam teks-teks ini. Tanah liat bangsa-bangsa lain telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi tanah liat Israel tidak sampai pada kebenaran itu. Dan Paulus bertanya: Mengapa tidak? Apakah mereka telah dipredestinasikan untuk tidak mencapainya? Paulus menjawab: Karena Israel mengejarnya bukan karena iman ... Mereka tersandung pada batu sandungan - Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?, hal 120.

Kalau penafsiran Guy Duty ini benar, berarti Paulus menghancurkan / menentang sendiri apa yang ia ajarkan sejak ay 6 tentang Predestinasi!

Calvin: That he might cut off from the Jews every occasion of murmuring against God, he now begins to show those causes, which may be comprehended by human minds, why the Jewish nation had been rejected. But they do what is absurd and invert all order, who strive to assign and set up causes above the secret predestination of God, which he has previously taught us is to be counted as the first cause (=Supaya ia bisa membuang semua alasan untuk bersungut-sungut terhadap Allah, sekarang ia mulai menunjukkan penyebab-penyebab, yang bisa dimengerti oleh pikiran manusia, mengapa bangsa Yahudi telah ditolak. Tetapi mereka melakukan apa yang menggelikan dan terbalik, yang berjuang mengangkat dan mendirikan penyebab-penyebab di atas predestinasi yang bersifat rahasia dari Allah, yang sebelumnya telah ia ajarkan kepada kita sebagai penyebab pertama).


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post