PELAJARAN DASAR KEKRISTENAN UNTUK KATEKISASI

Oleh : Pdt. Budi Asali, MDiv.
KRISTEN DAN AGAMA LAIN. 
PELAJARAN DASAR KEKRISTENAN UNTUK KATEKISASI
health, gadget
Banyak orang yang berkata bahwa semua agama itu sama. Tetapi ini adalah pendapat yang salah. Semua agama berbeda, bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Dan kristen, kalau itu mau disebut sebagai suatu agama, adalah agama yang paling berbeda dibandingkan dengan agama-agama yang lain. Dan perbedaan-perbedaan itu justru merupakan perbedaan-perbedaan yang bersifat prinsip / dasar, seperti:

I) Pengakuan terhadap Yesus Kristus.

Agama kristen (dalam hal ini termasuk Katolik) mempercayai Yesus Kristus sebagai:

1) Tuhan / Allah.

Sedangkan agama lain paling-paling hanya menganggap Yesus sebagai orang yang baik / saleh atau sebagai nabi.

2) Juruselamat / Penebus dosa, yang membayar hutang dosa kita.

Jadi, Yesus yang adalah Tuhan / Allah sendiri, karena kasihNya kepada manusia berdosa, mau menjadi manusia, dan lalu menderita dan mati di salib untuk menebus dosa manusia. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Yesus rela menjadi pengganti bagi kita, sehingga kalau kita percaya kepada Yesus, kita tidak akan dihukum, tetapi sebaliknya diselamatkan / diampuni.

Tidak ada agama lain yang mempunyai seorang Juruselamat / Penebus dosa. Prinsip mereka adalah:

· manusia sendirilah yang harus membayar hutang dosanya sendiri.

· Allah, karena Ia adalah maha pengasih dan penyayang, mengampuni manusia berdosa begitu saja tanpa ada penebusan ataupun penghukuman. Dari sudut pandang Kristen, ini menunjukkan Allah itu kehilangan keadilanNya.

II) Prinsip kekristenan adalah Allah mencari manusia.

Prinsip dari semua agama lain adalah manusia mencari Allah (dengan jalan membuang dosa, berbuat baik, berbakti, dsb).

Thomas Arnold: “The distinction between Christianity and all other systems of religion consists largely in this, that in these others, men are found seeking after God, while Christianity is God seeking after men” (= Perbedaan antara Kekristenan dan semua sistim agama lain sebagian besar terletak di sini, yaitu bahwa dalam agama-agama lain, manusia didapati mencari Allah, sedangkan Kekristenan adalah Allah mencari manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 95.

Untuk bisa mengetahui yang mana prinsip yang benar, mari kita melihat beberapa point di bawah ini:

1) Kalau kita melihat dalam Kej 3, pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka mereka tidak mencari Allah (Kej 3:6-7). Sebaliknya pada waktu mereka mendengar kedatangan Allah, maka mereka justru bersembunyi (Kejadian 3:8). Allahlah yang mencari mereka dengan memanggil: “Dimanakah engkau?” (Kejadian 3:9). Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak tahu dimana mereka berada. Allah hanya mau mereka datang kepadaNya dan mengaku dosa. Tetapi bagaimanapun juga di sini kita melihat suatu prinsip yang sudah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa untuk pertama kalinya, yaitu Allahlah yang mencari manusia dan bukan sebaliknya!

2) Juga dalam Lukas 19:10, Yesus berkata: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”.

Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada Yesus, yang juga adalah Allah sendiri. Jadi ayat ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pada waktu manusia itu terhilang dalam dosa, Allah mencari manusia untuk menyelamatkannya.

3) Dalam Roma 3:11 dikatakan bahwa: “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.

Roma 3:11 ini perlu dicamkan khususnya pada waktu kita melihat ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah, seperti 1Taw 16:11 Mazmur 27:8 Mazmur 105:4 Yesaya 55:6 Amos 5:4,6. Ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah ini, tidak menunjukkan bahwa manusia bisa mencari Allah, dan juga tidak menunjukkan bahwa ada manusia yang mencari Allah.

Manusia mungkin sekali ikut agama tertentu untuk mencari keselamatan. Mereka bisa saja mencari berkat Tuhan. Tetapi manusia tidak mungkin mencari Allah.

Tetapi benarkah manusia tidak akan pernah mencari Allah? Sebetulnya manusia bisa mencari Allah, tetapi itu baru bisa terjadi kalau Allah sudah terlebih dahulu mencari dia dan bekerja di dalam dirinya, sehingga ia lalu mencari Allah. Kalau Allah tidak mencari manusia lebih dulu dan bekerja di dalam diri manusia itu, maka manusia itu tidak akan mencari Allah.

Jadi, prinsip yang benar tetap adalah ‘Allah mencari manusia’, bukan ‘manusia mencari Allah’.

III) Keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus.

Dalam agama kristen / kekristenan, kita bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita.

Dalam agama lain (termasuk Roma Katolik), keselamatan didapatkan karena perbuatan baik, atau karena iman / percaya + perbuatan baik. Dalam persoalan ini Roma Katolik termasuk dalam kategori agama lain, karena dalam Roma Katolik:

1) Baptisan dianggap mutlak perlu untuk keselamatan, padahal baptisan jelas termasuk perbuatan baik / ketaatan.

2) Dipercaya adanya Mortal sin (= dosa besar / mematikan) dan Venial sin (= dosa kecil / remeh). Mortal sin dianggap bisa menghancurkan keselamatan seseorang. Jadi, supaya tetap selamat seseorang harus menjauhi mortal sin. Lagi-lagi terlihat bahwa ketaatan seseorang punya andil dalam keselamatannya.

Jadi, dalam agama lain, perbuatan baik mempunyai andil untuk menyelamatkan manusia. Sedangkan dalam agama kristen, sekalipun perbuatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita.

Bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa perbuatan baik tidak punya andil dalam keselamatan, terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

· Efesus 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

· Galatia 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.

· Ro 3:24,27-28 - “dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

· Roma 9:30-32 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.

· Fil 3:7-9 - “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranKu sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.

· Text Kitab Suci lain yang bisa dibaca: Galatia 3:6-11 Kis 15:1-21

DASAR KEKRISTENAN / INJIL

Hal-hal yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:

1) Dosa.

2) Hukuman bagi manusia berdosa.

3) Penebusan oleh Yesus Kristus, melalui kematian dan kebangkitanNya.

4) Iman / percaya dan pertobatan.

5) Gunanya perbuatan baik / ketaatan, dan apa hubungan perbuatan baik / ketaatan dengan iman.

I) Dosa

1) Pentingnya kesadaran akan dosa.

Kesadaran akan dosa adalah sesuatu yang sangat penting, karena kalau kita tidak menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa, maka kita tidak akan merasa butuh seorang Juruselamat.

Karena itu, kalau dalam pelajaran ini saudara sepertinya ‘ditelanjangi’ dosa-dosanya, maka:

· jangan menjadi marah.

· juga jangan berhenti mengikuti pelajaran ini dengan alasan saudara merasa tidak damai, tidak sukacita dsb. Bandingkan dengan 2Kor 7:8-10 - “Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu - kendatipun untuk seketika saja lamanya -, namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”.

Sebaliknya bersyukurlah, karena dengan makin menyadari dosa, saudara akan lebih mudah untuk percaya kepada Yesus dan diselamatkan. Dan kalau saudara adalah orang yang sudah betul-betul percaya kepada Kristus, maka kesadaran akan dosa tetap merupakan sesuatu yang sangat penting, karena itu bisa memberikan kerendahan hati kepada saudara dan juga memungkinkan saudara untuk berjuang dalam pengudusan.

2) Kitab Suci / Firman Tuhan adalah standard untuk menentukan dosa atau tidak.

Banyak orang menentukan sesuatu itu dosa atau tidak berdasarkan:

a) Pandangan umum / manusia.

Ini jelas salah, karena seluruh dunia adalah orang berdosa sehingga sering terjadi bahwa suatu dosa dianggap benar oleh masyarakat, dan sebaliknya, sesuatu yang benar justru dicela / dikecam.

Illustrasi: Dalam kalangan orang gila, yang waras itu yang dianggap gila! Dalam gereja yang sudah meninggalkan Alkitab, orang kristen yang Injili / Alkitabiah dianggap sebagai orang extrim, fanatik, dsb.

Penerapan:

Jangan melakukan sesuatu hanya karena semua orang menyetujuinya atau juga melakukannya, dan jangan menolak melakukan sesuatu hanya karena banyak orang menentang hal itu. Bisa saja, semua orang banyak itu salah semua!

b) Suara hati / hati nurani.

Memang kadang-kadang suara hati masih bisa dijadikan standard, tetapi seringkali tidak bisa. Mengapa? Karena:

· Perlu diingat bahwa karena manusianya berdosa, maka suara hatinyapun ikut dikotori oleh dosa.

Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Karena itu suara hati / hati nurani tidak lagi bisa menjadi standard yang benar.

· Suara hati akan padam kalau tidak dituruti.

Seseorang yang mencuri / menyontek / berzinah untuk pertama kalinya, biasanya mendapatkan bahwa suara hatinya mengecam dirinya, sehingga ia menjadi gelisah, takut, berdebar-debar, dsb. Tetapi kalau ia meneruskan tindakan itu, maka lama-kelamaan suara hatinya akan diam.

· Suara hati sangat dipengaruhi pandangan sekitar / umum.

Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang suka mencaci maki / mengeluarkan kata-kata kotor, tidak akan ditegur oleh hati nuraninya pada waktu ia mengeluarkan makian / kata-kata kotor. Seseorang yang melakukan dosa yang sudah umum dilakukan orang di sekitarnya, seperti berdusta / ngaret, mungkin sekali suara hatinya tidak akan menegur dia.

Jadi jelaslah bahwa suara hati ini tidak bisa dijadikan standard yang akurat untuk menentukan apakah sesuatu tindakan itu dosa atau tidak.

Penerapan: Karena itu, janganlah saudara berani melakukan sesuatu hal, hanya karena perasaan / hati saudara tetap merasa enak! Sebaliknya, janganlah saudara tidak melakukan sesuatu hal, hanya karena hati / perasaan saudara merasa tidak enak.

Standard yang benar untuk menentukan apakah sesuatu itu dosa atau tidak adalah Kitab Suci / Firman Tuhan.

Ini terlihat dari:

a) 2Timotius 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.

Jadi ayat ini mengatakan bahwa salah satu fungsi Firman Tuhan adalah untuk menunjukkan kesalahan / dosa-dosa kita. Jadi Firman Tuhan itu seperti cermin bagi kita yang bisa kita pakai untuk melihat kejelekan-kejelekan kita sendiri.

b) 1Yohanes 3:4 yang berkata bahwa “dosa adalah pelanggaran hukum Allah”.

c) Roma 3:20b - “oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”.

Illustrasi: Dalam setiap negara ada undang-undang. Apakah tindakan kita salah atau benar tidak didasarkan pada pandangan umum ataupun pandangan pribadi, tetapi didasarkan pada undang-undang tersebut. Tidak peduli kita menganggap tindakan kita itu benar, ataupun seluruh masyarakat menganggap tindakan kita itu benar, tetapi kalau undang-undang menganggap kita salah, maka kita salah.

Kitab Suci / Firman Tuhan adalah undang-undang yang Allah berikan kepada kita, dan karena itu Kitab Suci / Firman Tuhan ini adalah standard hidup kita.

Jadi, kalau saudara mau melakukan sesuatu, maka jangan pedulikan pandangan umum ataupun hati nurani saudara, tetapi pikirkan lebih dulu bagaimana pandangan / ajaran Kitab Suci tentang hal itu. Kalau Kitab Suci menyetujuinya, maka lakukanlah; sebaliknya kalau Kitab Suci mengecamnya / menganggapnya sebagai dosa, maka janganlah melakukannya.

3) Macam-macam dosa:

a) Dosa bisa dilakukan:

· melalui perbuatan, seperti berzinah, membunuh, dsb.

· melalui perkataan, seperti dusta, fitnah, mengeluarkan kata-kata kotor / cabul, memaki-maki, membicarakan kejelekan orang tanpa ada gunanya, dsb.

· melalui hati / pikiran / motivasi yang berdosa, misalnya iri hati, benci, pergi ke gereja untuk cari pacar, memberi persembahan supaya diberkati oleh Tuhan, dsb.

b) Dosa juga bisa dilakukan:

· secara aktif, dimana kita melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, misalnya kita berzinah, kita membunuh orang, dsb.

· secara pasif, dimana kita tidak melakukan apa yang Allah perintahkan.

Yakobus 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.

Contoh:

* tidak pergi ke gereja pada hari Minggu (kecuali karena sakit).

* tidak mau belajar Firman Tuhan / berdoa / memuji Tuhan / melayani Tuhan.

* tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, perasaan (Matius 22:37). Saya kira setiap orang senantiasa berbuat dosa karena tidak mentaati hukum ini!

* tidak mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:39).

* tidak menolong mereka yang membutuhkan pertolongan / layak ditolong, padahal kita bisa melakukannya (Amsal 3:27 Mat 25:42-45).

c) Dosa juga bisa dilakukan:

· dengan sengaja / disadari.

· dengan tidak sengaja / tidak disadari.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

¨ Sekalipun dosa yang tidak disengaja memang lebih ringan dari dosa yang disengaja, tetapi dosa yang tidak disengaja itu tetap adalah dosa! Bdk. Kel 21:12-13 Lukas 12:48.

¨ Kesengajaan memperberat dosa, sehingga biarpun suatu dosa relatif kecil (seperti ngaret / terlambat, iri hati, berdusta, dsb), tetapi kalau terus menerus dilakukan dengan sengaja, ini diperhitungkan cukup berat!

4) Hukum Taurat (10 Hukum Tuhan) adalah bagian Firman Tuhan yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjukkan dosa-dosa kita (Roma 3:20 1Tim 1:8-10).

10 Hukum Tuhan ini terdapat dalam Kel 20:3-17 dan Ul 5:7-21.

Sambil mempelajari arti dari 10 Hukum Tuhan itu, marilah kita membandingkannya dengan hidup kita sendiri supaya kita bisa mengetahui / menyadari dosa-dosa kita.

HUKUM 1: Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu (Kel 20:3).

Penekanan hukum ini: obyek / tujuan penyembahan hanya satu yaitu Allah (tidak boleh ada allah lain).

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

· menyembah banyak allah / dewa, atau melakukan syncretisme / menggabungkan 2 agama atau lebih (1Raja 18:21).

Misalnya: meskipun sudah menjadi orang kristen, tetapi masih pergi ke G. Kawi, kelenteng, dsb. Atau, sudah menjadi orang kristen tetapi masih ikut kebatinan, menggunakan magic, dsb.

Ada orang kristen / hamba Tuhan yang begitu takut dengan tuduhan melakukan pengkristenan / kristenisasi, sehingga pada waktu memberitakan Injil, mereka berkata: ‘Aku tidak minta kamu pindah agama. Aku hanya minta kamu percaya kepada Kristus’. Kata-kata bodoh ini sama artinya dengan menyuruh seseorang menjadi seorang syncretist, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum pertama ini!

· berdoa kepada roh-roh nenek moyang / orang tua.

· berdoa kepada Maria / orang suci.

· sembahyang di kuburan (Cing Bing), memberi sesajen, dsb.

· menyembah manusia, baik pai-kwie maupun sungkem (bdk. Matius 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”).

· Menyimpan / mempercayai jimat, benda-benda G. Kawi / kelenteng seper­ti: Hu, Pat-kwa, kantong merah G. Kawi, dll.

Konsekwensi dari hukum 1 ini adalah bahwa Allah harus diutamakan / dikasihi lebih daripada apapun / siapapun juga, misalnya:

¨ diri sendiri (Luk 14:26b).

Kalau saudara royal dalam mengeluarkan uang untuk diri sendiri (untuk makanan / pakaian, dsb), tetapi pelit / kikir dalam memberi persembahan kepada Tuhan, maka saudara sudah mengutamakan diri sendiri lebih dari pada Tuhan.

¨ keluarga, seperti suami, istri, orang tua, anak, cucu, dsb (Luk 14:26a).

Setiap orang kristen mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga, dan ini tetap harus dilakukan (1Timotius 5:8), tetapi ia tidak boleh melakukan semua itu begitu rupa sehingga menyingkirkan Tuhan.

¨ pekerjaan / uang (bdk. Matius 6:24).

Orang kristen memang wajib untuk bekerja sehingga bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya (2Tes 3:10-12). Karena itu jangan menggunakan ayat seperti Mat 6:25-34 untuk menjadi orang malas yang tidak mau bekerja. Tetapi bagaimanapun juga kita tidak boleh mementingkan pekerjaan lebih dari Tuhan.

Kalau suatu pekerjaan harus dilakukan dengan melakukan dosa, baik itu dosa aktif seperti dusta atau bekerja pada hari Minggu, maupun itu dosa pasif seperti tidak bisa berbakti, tidak bisa belajar Firman Tuhan, tidak bisa melayani dsb, dan saudara tetap melakukan pekerjaan itu, maka jelas bahwa pekerjaan itu sudah menjadi ‘allah lain’ bagi saudara!

¨ boss / rekan bisnis.

¨ study / pelajaran sekolah.

Tentu saja pelajar / mahasiswa kristen juga harus belajar dengan baik, tetapi ia tidak boleh terus belajar sehingga mengabaikan kebaktian, saat teduh dsb.

¨ pacar / teman.

¨ hobby, seperti nonton bioskop, TV, olah raga, dsb.

¨ undangan pernikahan / HUT.

* Kalau saudara membuang kebaktian, karena adanya undangan pernikahan / HUT, maka itu berarti saudara sudah mengutamakan undangan pernikahan lebih dari Tuhan.

* Juga kalau misalnya hujan lebat saudara tidak berbakti, tetapi dengan curah hujan yang sama, saudara tetap bisa pergi untuk memenuhi undangan pernikahan, maka itu jelas menunjukkan bahwa saudara mengutamakan undangan pernikahan itu lebih dari pada Tuhan.

¨ handphone (= telpon genggam).

Harus diakui bahwa handphone memang merupakan sesuatu yang sangat menolong kita. Tetapi bagaimanapun handphone tidak boleh kita letakkan di atas Tuhan, misalnya dengan cara tetap menyalakan handphone pada waktu berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, bersaat teduh / berdoa, dsb, dan begitu handphone berbunyi, kita langsung meninggalkan Tuhan dan menerima handphone tersebut. Saudara harus menghormati, mementingkan dan mengutamakan Tuhan di atas handphone, atau urusan apapun yang diberikan oleh handphone tersebut, dan karena itu matikanlah handphone pada waktu melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan! Ini juga berlaku untuk telpon biasa dan pager / radio panggil.

¨ pelayanan (bdk. Luk 10:38-42).

Sekalipun kita melakukan pelayanan itu untuk Allah, tetapi kalau kita begitu sibuk dengan pelayanan sehingga tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan (saat teduh / doa), dan tidak ada waktu untuk belajar Firman Tuhan, maka pelayanan itu menjadi allah lain bagi kita.

Charles Haddon Spurgeon: “Anything becomes an idol when it keeps us away from God” (= Segala sesuatu menjadi berhala kalau hal itu menjauhkan kita dari Allah).

Augustine: “Christ is not valued at all unless he be valued above all” (= Kristus tidak dihargai sama sekali kecuali Ia dihargai di atas semua) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 78.

Saya pernah membaca cerita tentang seorang pendeta di Inggris yang memberitahu pelayannya bahwa kalau ia sedang berdoa ia tidak mau diganggu oleh siapapun. Tetapi suatu hari ketika pendeta itu sedang berdoa, ada tamu datang, dan ketika si pelayan itu melihat tamu itu, ia lalu ‘membangunkan’ si pendeta dari doanya. Si pendeta memarahi pelayannya dengan berkata: ‘Bukankah sudah kuberitahu bahwa aku tidak mau diganggu kalau sedang berdoa?’. Tetapi pelayannya menjawab: ‘Tuan, tamu yang datang adalah anaknya raja’. Pendeta itu menjawab: ‘Saya tidak peduli dia anak raja. Beritahu dia untuk menunggu, karena saya sedang berbicara dengan Rajanya sendiri’.

Ini adalah contoh dimana seseorang betul-betul mengutamakan Tuhan!

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum pertama ini? Seandainya dalam Kitab Suci hanya ada satu hukum ini saja, maka dosa kita sudah bukan main banyaknya!

HUKUM 2: Jangan membuat dan menyembah patung berhala (Kel 20:4-6).

Kel 20:4 melarang untuk membuat patung. Ada 2 kemungkinan untuk menafsirkan bagian ini:

1. Kel 20:4 ditafsirkan secara terpisah dari Kel 20:5, tetapi yang dimaksud dengan ‘patung’ bukanlah patung biasa, tetapi ‘patung berhala’ [NIV/NASB: ‘an idol’ (= patung berhala)].

2. Keluaran 20:4 dan Keluaran 20:5 tidak boleh dipisahkan sehingga berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus ditafsirkan dalam suatu kesatuan. Jadi, yang dilarang bukanlah sekedar ‘membuat patung’, tetapi ‘membuat patung untuk disembah’. Membuat patung, asal bukan patung berhala (seperti patung Buddha, Kwan Im, dsb) atau patung untuk disembah, bukanlah dosa. Ini terlihat dari beberapa bagian Kitab Suci dimana Tuhan sendiri menyuruh membuat patung, misalnya:

· patung ular tembaga (Bil 21:4-9).

Tuhan sendiri yang menyuruh membuat patung ular ini, sehingga tindakan Musa membuat patung itu jelas bukan dosa. Memang akhirnya patung ini dihancurkan, tetapi itu terjadi karena akhirnya patung ini disembah (2Raja 18:4).

· patung kerub di atas tutup tabut perjanjian (Kel 25:18-20).

Ini perlu diketahui karena pada jaman ini ada banyak gereja / hamba Tuhan (biasanya dari kalangan Pentakosta / Kharismatik) yang begitu extrim dengan menyuruh menghancurkan seadanya patung, lebih-lebih kalau patungnya berbentuk naga atau orang yang matanya seperti mata setan, dsb.

Penekanan hukum ini: cara penyembahan harus benar. Jadi, kalau hukum 1 mempersoalkan tujuan / obyek penyembahannya harus benar, maka hukum 2 ini menekankan cara penyembahannya juga harus benar. Sekalipun kita mempunyai obyek / tujuan penyembahan yang benar, yaitu Allah, tetapi kalau kita menyembahNya dengan cara yang salah, yaitu melalui patung, maka kita berdosa. Untuk itu perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

¨ Kel 32 - tujuan mereka menyembah Allah. Ini terlihat dari Kel 32:5 dimana Harun berkata: ‘Besok hari raya bagi TUHAN’. Tetapi penyembahan terhadap Allah itu mereka lakukan melalui anak lembu emas / berhala.

¨ Ul 12:4,31 (NIV): “You must not worship the LORD your God in their way” (= Kamu tidak boleh menyembah TUHAN Allahmu dengan cara mereka).

Ayat ini dengan jelas menunjukkan larangan penyembahan terhadap Allah dengan cara orang kafir (menggunakan berhala).

Thomas Manton: “It is idolatry not only to worship false gods in the place of the true God, but to worship the true God in a false manner” (= Adalah merupakan penyembahan berhala bukan hanya menyembah allah-allah palsu menggantikan tempat Allah yang benar, tetapi juga menyembah Allah yang benar dengan cara yang palsu / salah).

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini (Catatan: ada hal-hal yang overlap / bertumpukan antara pelanggaran terhadap hukum pertama dan pelanggaran terhadap hukum kedua):

· menyembah patung berhala.

Ada beberapa ayat Kitab Suci yang menunjukkan kebodohan penyembahan berhala, seperti Ulangan 4:28 Maz 115:4-8 Yesaya 2:8 Yeremia 10:5. Tetapi mungkin ayat / text yang menunjukkan kebodohan penyembahan berhala secara paling menyolok adalah Yes 44:14-20 yang berbunyi sebagai berikut: “Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggangnya itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: ‘Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api.’ Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: ‘Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!’ Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: ‘Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?’ Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: ‘Bukankah dusta yang menjadi peganganku?’”.

· kepercayaan terhadap jimat, benda-benda keramat (seperti keris), Hu, kantong merah dari G. Kawi, Pat Kwa, dsb.

· menyembah / menghormati salib, Kitab Suci.

Kita memang mempercayai dan menghormati Kitab Suci sebagai Firman Allah. Tetapi bukan bendanya / bukunya itu sendiri yang kita hormati, melainkan isinya.

· menyembah patung Yesus / Maria / malaikat / orang suci.

· berdoa sambil menghadap pada salib atau sambil membayangkan Yesus.

· menyembah roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus.

Saya pernah pergi ke gereja dimana pada waktu mengadakan Perjamuan Kudus, pendeta dan majelisnya berlutut dan menyembah pada seluruh meja Perjamuan Kudus. Ini jelas juga salah. Roti dan anggur hanyalah lambang dari tubuh dan darah Kristus, bukan Kristus-nya sendiri, sehingga penyembahan terhadap hal-hal itu merupakan penyembahan berhala.

· berdoa sambil menggunakan yosua / kemenyan.

Sekalipun dalam Perjanjian Lama ada penggunaan kemenyan, tetapi dalam Perjanjian Baru semua itu tidak lagi diijinkan.

· dalam Perjanjian Baru, ini mencakup semua penyembahan terhadap Allah yang dilakukan tanpa melalui Yesus (1Tim 2:5 Yoh 14:6).

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kedua ini?

HUKUM 3: Jangan menyebut nama TUHAN Allahmu dengan sembarangan / sia-sia (Kel 20:7).

Sebetulnya kata ‘TUHAN’ dalam Kel 20:7 menunjuk kepada nama ‘Yahweh’ / ‘Yehovah’, tetapi saya berpendapat bahwa ini juga bisa diberlakukan terhadap Kata ‘Tuhan’, ‘Allah’, ‘Yesus’, ‘Kristus’, ‘God’, ‘Lord’, dsb.

Perlu diingat bahwa sikap / cara kita menggunakan nama Tuhan, menunjukkan sikap kita terhadap Tuhan sendiri.

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

· mencaci maki / menghujat / mengutuk Tuhan (Im 24:10-16,23).

· bersumpah dusta / mengutuk dengan menggunakan nama Tuhan (Imamat 19:12).

· seruan-seruan (kebiasaan) dengan menggunakan nama Tuhan seperti: ‘Masya Allah’, ‘Aduh Allah’, ‘Ya Allah’, dsb. Mengatakan ‘Insya Allah’ (= Jika Allah menghendaki) sebetulnya bukan dosa, asal kita betul-betul memaksudkan hal itu. Tetapi kalau kita mengucapkannya hanya sebagai basa basi, maka itu juga termasuk menyebut nama Allah dengan sia-sia.

· mengatakan ‘Haleluya / Puji Tuhan’ sekedar sebagai suatu kebiasaan sehingga keluar dari mulut tanpa hatinya betul-betul memuji Tuhan.

· menggunakan nama Tuhan untuk lelucon / percakapan yang tidak ada gunanya.

Contoh: ada gereja yang mengeluarkan lelucon berjudul ‘kuda kristen’. Ceritanya adalah sebagai berikut: Ada sebuah gereja yang mempunyai seekor kuda. Kuda itu dilatih untuk berjalan kalau mendengar kata-kata ‘Puji Tuhan’, dan berhenti kalau mendengar kata ‘Haleluya’. Suatu hari seorang pendeta tamu, yang adalah pendeta Pentakosta, menaiki kuda itu setelah diajar tentang kata sandi yang diperlukan untuk menjalankan dan menghentikan kuda itu. Ia lalu berkata ‘Puji Tuhan’, dan kuda itu lalu mulai berjalan. Ia berkata lagi ‘Puji Tuhan’ berkali-kali dan kuda itu berlari makin lama makin cepat. Tiba-tiba pendeta itu melihat bahwa di depannya ada suatu sungai. Ia menjadi panik sehingga lupa kata sandi untuk menghentikan kudanya. Ia lalu memejamkan matanya dan berdoa: ‘Tuhan tolong hentikan kuda ini, Haleluya, Amin’. Kuda itu mendengar kata ‘Haleluya’ dalam doa pendeta itu dan ia berhenti, persis di tepi sungai. Pendeta itu membuka matanya dan melihat kuda itu berhenti persis di tepi sungai, dan ia lalu berseru ‘Puji Tuhan’, dan byur, ia dan kudanya masuk ke sungai!

Boleh jadi cerita ini lucu, tetapi apa manfaatnya? Sedikitpun tidak ada! Dan karena itu ini termasuk cerita yang menggunakan nama Allah secara sembarangan! Karena itu jangan mengkulak cerita-cerita seperti ini!

· menyanyi memuji Tuhan hanya dengan mulut tetapi tidak dengan hati.

· berdoa yang hanya di mulut saja.

Kalau saudara menganggap bahwa pelanggaran terhadap hukum ini adalah dosa remeh, maka perhatikanlah:

¨ Kel 20:7b mengatakan: “TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan”.

¨ Dalam 10 hukum Tuhan, hukum ini diletakkan pada urutan nomer 3!

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum ketiga ini?

HUKUM 4: Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat (Kel 20:8-11).

Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari, dan Ia beristirahat pada hari ke 7, lalu menguduskan (memisahkan) hari ke tujuh itu (Kej 2:1-3).

Perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu:

Hari Sabat sebetulnya adalah hari Sabtu, tapi sejak kebangkitan Tuhan Yesus, orang-orang kristen berbakti pada hari pertama / hari Minggu (Yohanes 20:19 Kis 20:7 1Korintus 16:2). Disamping itu, perlu kita ingat bahwa hari Pentakosta (Kis 2:1-13), yang merupakan ‘hari berdirinya gereja’, juga jatuh pada hari Minggu (bdk. Im 23:15-16 Ulangan 16:9).

Bandingkan dengan Wahyu 1:10 dimana istilah ‘hari Tuhan’ juga dianggap menunjuk pada hari Minggu.

Homer Hailey: “The ante-Nicene writers who wrote after John followed a consistent pattern in considering ‘the first day,’ ‘the Lord’s day,’ the ‘resurrection day,’ and the day of meeting, Sunday, as identical. Ignatius (30-107 A.D.) writes, ‘Let every friend of Christ keep the Lord’s day as a festival, the resurrection day, the queen and chief of all the days (of the week)’ (A-N-F, I, p. 63). Justin (110-165 A.D.), writing of the day which the saints met for worship identified it as ‘Sunday ... the first day ... and Jesus Christ our Saviour on the same day rose from the dead’ (I, p. 168). The teaching of the Twelve (120-190 A.D.): ‘But every Lord’s day do ye gather yourselves, and break bread’ (VII, p. 381). Clement (153-217 A.D.), writing agonist (against?) Gnostics, identifies the Lord’s day with the resurrection, saying, ‘He, in fulfillment of the precept, according to the Gospel, keeps the Lord’s day ... glorifying the Lord’s resurrection’ (II, p. 545). Tertullian (145-220 A.D.) identifies ‘the Lord’s day’ as ‘every eighth day’ (III, p. 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 A.D.): ‘And on the day of our Lord’s resurrection, which is the Lord’s day, meet more diligently’ (VII, p. 423); and ‘on the day of the resurrection of the Lord, that is, the Lord’s day, assemble yourselves together, without fail’ (ibid. p. 471)” [= Penulis-penulis sebelum Nicea yang menulis setelah Yohanes mengikuti pola yang konsisten dalam menganggap ‘hari pertama’, ‘hari Tuhan’, ‘hari kebangkitan’, dan hari pertemuan, Minggu, sebagai identik. Ignatius (30-107 M) menulis: ‘Hendaknya setiap teman Kristus memelihara hari Tuhan sebagai suatu perayaan, hari kebangkitan, ratu dan kepala dari semua hari (dari suatu minggu)’ (A-N-F, I, hal 63). Justin (110-165 M), menulis tentang hari dimana orang-orang kudus bertemu untuk kebaktian menyebutnya sebagai ‘Minggu ... hari yang pertama ... dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari antara orang mati pada hari yang sama’ (I, hal 168). The teaching of the Twelve (120-190 M): ‘Tetapi setiap hari Tuhan kamu berkumpul dan memecahkan roti’ (VII, hal 381). Clement (153-217 M), menulis menentang Gnostics, mengidentikkan hari Tuhan dengan kebangkitan, dengan berkata: ‘Ia, dalam penggenapan ajaran / perintah, sesuai dengan Injil, memelihara hari Tuhan ... memuliakan kebangkitan Tuhan’ (II, hal 545). Tertullian (145-220 M) mengidentikkan / menyebut ‘hari Tuhan’ sebagai ‘setiap hari ke 8’ (III, hal 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 M): ‘Dan pada hari kebangkitan Tuhan, yang adalah hari Tuhan, bertemulah dengan makin rajin’ (VII, hal 423); dan ‘pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu, hari Tuhan, kumpulkanlah dirimu bersama-sama, tanpa gagal (jangan pernah gagal untuk bertemu)’ (ibid. hal 471)] - hal 107.

William Barclay: “By early in the second century the Sabbath had been abandoned and the Lord’s Day was the accepted Christian day” (= Pada awal abad kedua hari Sabat telah ditinggalkan dan hari Tuhan diterima sebagai hari Kristen) - hal 43.

Bagian ini penting untuk diingat kalau saudara menghadapi orang Advent, yang berkeras bahwa hari untuk berbakti haruslah Sabtu, yang merupakan hari Sabat Perjanjian Lama.

Larangan dan keharusan pada hari Sabat:

· Kita tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari (Kel 20:9-10).

* Kita bukannya tidak boleh melakukan apa-apa pada hari Sabat. Jadi, ajaran para ahli Taurat dan orang Farisi, yang boleh dikatakan melarang segala sesuatu pada hari Sabat, dan yang menyebabkan hari Sabat menjadi beban yang sangat berat, adalah salah. Yang tidak boleh dilakukan adalah pekerjaan sehari-hari. Bahkan pada masa sibuk (masa ujian, dsb), kita harus tetap memelihara hari Sabat. Ini terlihat dari Kel 34:21 - “Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga”.

* Kita boleh berbuat baik / menolong orang pada hari Sabat (Mat 12:9-12). Karena itu janganlah menggunakan hukum Sabat ini sebagai alasan untuk tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

* Kita boleh melayani Tuhan pada hari Sabat (Matius 12:5). Bahkan sebetulnya hari Sabat diadakan supaya saudara bebas dari pekerjaan sehari-hari sehingga bisa berbakti dan melayani Tuhan.

* Memang ada tempat-tempat yang boleh tetap buka pada hari Sabat, seperti rumah sakit, apotik. Tetapi ada syaratnya, yaitu:

Þ para pegawai yang dipekerjakan pada hari itu harus mempunyai hari Sabat / istirahat sendiri di luar hari Sabat yang umum (hari Minggu).

Þ mereka tetap membuka tempat-tempat itu bukan dengan motivasi untuk mencari uang, tetapi untuk melayani / menolong orang.

· Kita tidak boleh mempekerjakan pegawai / pelayan (Keluaran 20:10), dan kita juga tidak boleh menyuruh anak kita untuk belajar! Mereka juga membutuhkan istirahat! Ada 6 hari untuk bekerja / belajar bagi mereka; biarkan mereka beristirahat pada hari Sabat. Ini perlu dicamkan oleh para orang tua, khususnya mereka yang kadang-kadang menghukum anaknya dengan melarang pergi ke gereja dan menyuruhnya belajar di rumah, karena anak itu mendapatkan nilai / rapor yang jelek. Hukumlah anak dengan cara lain, bukan dengan menyuruh mereka melanggar peraturan Sabat!

· Kita harus berbakti kepada Tuhan di gereja (Im 19:30 26:2 Luk 4:16).

Berbakti kepada Tuhan, bukanlah sekedar merupakan anjuran, tetapi merupakan suatu keharusan. Jadi, kalau kita tidak melakukannya, kita berdosa.

* Seseorang mengatakan: “After looking at the earth for six days we need the Lord’s day to look up” (= Setelah melihat pada bumi / dunia selama 6 hari, kita membutuhkan hari Tuhan untuk melihat ke atas).

* Yang dimaksud ‘gereja’; adalah persekutuan orang kristen, bukan gedungnya. Jadi, sekalipun kebaktian itu tidak diadakan di gedung gereja, tetapi di restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak jadi soal. Ingat bahwa orang kristen abad pertama juga tidak mempunyai gedung gereja, sehingga banyak yang berbakti di rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat berbakti.

* Juga kita harus memilih gereja yang benar, yang betul-betul percaya, tunduk dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai tempat kita berbakti.

Bahwa tidak semua ‘gereja’ adalah ‘gereja’ di hadapan Tuhan, terlihat dari istilah ‘jemaah Iblis’ [NIV: ‘a synagogue of Satan’ (= sinagog Setan)] dalam Wah 2:9 dan Wah 3:9, dan juga dari istilah ‘rumahmu’ (bukan ‘rumahKu’ atau ‘rumah BapaKu’) yang digunakan oleh Yesus untuk menunjuk kepada Bait Allah (Mat 23:38).

Perlu diingat bahwa kalau kita berbakti di gereja yang tidak benar, apalagi yang sesat, maka:

Þ Tuhan tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya.

Þ kita mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu.

Kalau saudara segan untuk meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja saudara itu sesat, saudara perlu merenungkan pertanyaan ini secara serius: ‘Apakah aku mengikut Kristus, atau mengikut gerejaku?’.

* Ada orang-orang yang berbakti kepada Tuhan di rumahnya sendiri (membaca Kitab Suci sendiri, berdoa sendiri, menyanyi sendiri, dsb). Dengan adanya Mimbar agama Kristen di TV pada hari Minggu, hal ini bisa dilakukan oleh makin banyak orang. Tetapi ini bukan cara berbakti yang benar, dan ini terlihat dari:

Þ Ul 12:5-7 - “Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersuka-ria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu”.

Þ adanya Kemah Suci atau Bait Suci.

Kalau Tuhan memang menghendaki setiap orang percaya berbakti sendiri-sendiri di rumah masing-masing, untuk apa didirikan Kemah Suci / Bait Allah?

Þ adanya hamba-hamba Tuhan.

Kalau memang Tuhan menghendaki setiap orang percaya berbakti di rumahnya masing-masing, apa gunanya Tuhan menetapkan adanya hamba Tuhan / gembala (Efesus 4:11), penatua dan diaken (1Tim 3:1-13), dsb?

Þ tidak bisanya kita bersekutu dengan saudara seiman, kalau kita berbakti sendiri di rumah masing-masing. Perlu diingat bahwa Kristen sangat menekankan persekutuan dengan saudara seiman.

Ibrani 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.

* Jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan:

Þ ada tamu.

Þ arisan / pertemuan RT / RW.

Þ bekerja / lembur.

Þ belajar.

Þ piknik / keluar kota.

Þ pergi ke pesta HUT.

Þ ada acara dari ‘para-church’ (persekutuan, dsb).

Para pemimpin maupun pengikut dari para-church ini harus menyadari bahwa para-church didirikan untuk mendukung gereja, dan bukannya untuk menyaingi gereja. Karena itu mereka seharusnya tidak mengadakan acara pada hari Minggu!

Þ ikut ‘kebaktian’ Pernikahan.

Ingat bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu kebaktian! Saya berpendapat bahwa hari Minggu bukanlah hari untuk menikah, tetapi untuk berbakti. Orang kristen sebaiknya tidak menikah pada hari Minggu! Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengantinnya tidak bisa berbakti, tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari kebaktian.

Alasan yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun tentu bukan sembarang sakit. Sakitnya harus cukup berat (sehingga memang tidak memungkinkan saudara untuk berbakti) atau menular. Sedangkan alasan yang lain adalah kalau terjadi hal-hal yang memang sangat extrim, seperti banjir yang hebat atau kerusuhan.

Satu hal lain yang perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian Minggu, bukan hanya merupakan suatu dosa, tetapi juga merupakan suatu tindakan yang sangat kurang ajar kepada Tuhan.

Illustrasi: Ada seorang melihat seorang pengemis. Ia kasihan dan ingin memberinya uang. Dalam kantongnya ada 7 keping uang, dan ia lalu memberikan 6 keping kepada pengemis itu, dan menyisakan 1 keping untuk dirinya sendiri. Tetapi pengemis itu, yang melihat bahwa orang itu menyisakan satu keping untuk dirinya sendiri, lalu menyambar sisa yang 1 keping itu, dan lari. Ini betul-betul menunjukkan orang yang kurang ajar bukan? Tetapi itu coba bandingkan dengan analoginya: Allah mempunyai 7 hari, dan ia memberikan 6 hari bagi kita untuk bekerja, belajar, mengurus urusan-urusan kita dsb. Ia hanya menyisakan satu hari bagi diriNya sendiri, yaitu hari Sabat. Tetapi kita sering lalu menyambar hari yang satu itu dari tangan Allah, dan tetap menggunakannya untuk diri kita sendiri! Apa bedanya orang yang membolos dari kebaktian dengan pengemis yang kurang ajar tadi?

Pelanggaran terhadap peraturan Sabat merupakan dosa yang berat, karena pada jaman Perjanjian Lama, orang yang melanggar peraturan Sabat dijatuhi hukuman mati (Kel 31:14-15 Bil 15:32-36). Sekarang renungkan: kalau saudara melihat seseorang mencuri dan seorang lain membolos dari kebaktian / bekerja pada hari Sabat, yang mana yang saudara anggap lebih jahat / lebih memalukan? Saya yakin bahwa hampir semua orang di dunia ini akan menganggap bahwa yang mencuri itulah yang dosanya lebih berat / lebih memalukan. Tetapi Kitab Suci tidak menjatuhkan hukuman mati kepada pencuri, melainkan hanya hukuman denda (Kel 22:1), sedangkan terhadap pelanggar peraturan Sabat, Kitab Suci menjatuhkan hukuman mati. Karena itu jelaslah bahwa Kitab Suci / Tuhan menganggap bahwa pelanggaran peraturan Sabat adalah dosa yang lebih besar dari pada mencuri! Karena itu jangan remehkan pelanggaran terhadap hukum ini!

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum keempat ini?

HUKUM 5: Hormatilah ayahmu dan ibumu (Keluaran 20:12).

Calvin berpendapat bahwa hukum ini tidak hanya berlaku untuk orang tua, tetapi untuk semua otoritas di atas kita, seperti:

· pemerintah (Ro 13:1-2 1Pet 2:13-14).

· majikan / boss (Efesus 6:5).

· pimpinan gereja (Kis 23:1-5)

· suami (Efesus 5:22).

· guru / dosen / pimpinan di sekolah.

Sekalipun saya setuju bahwa sebagai orang kristen kita harus mentaati dan menghormati semua otoritas di atas kita, tetapi saya berpendapat bahwa hukum ke 5 ini khusus berhubungan dengan orang tua. Alasan saya: dalam Kitab Suci, hukum ke 5 ini selalu diterapkan dalam hubungan orang tua dengan anak (Mat 15:4-6 Ef 6:2-3).

Kol 3:20 mengatakan bahwa anak harus taat kepada orang tua ‘dalam segala hal’. Tetapi kalau kita menafsirkan bagian ini dengan melihat ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, maka kita harus memberi perkecualian, yaitu kalau mereka memberikan perintah yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Kalau mereka memerintahkan sesuatu yang dilarang oleh Firman Tuhan, atau melarang kita melakukan apa yang diperintahkan oleh Firman Tuhan, maka berlaku hukum: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis 5:29). Tetapi dalam hal itupun kita harus tetap menghormati mereka (tidak boleh menolak untuk taat dengan cara yang kurang ajar)!

Perlu juga diketahui bahwa dalam Perjanjian Lama orang yang melanggar hukum ini juga dijatuhi hukuman mati (Kel 21:15,17 Im 20:9 Ul 21:18-21). Karena itu:

¨ jangan meremehkan dosa ini!

¨ orang tua harus mengajar anaknya untuk hormat dan taat kepada mereka, dan bukannya membiarkan anak untuk berlaku kurang ajar terhadap mereka!

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kelima ini?

HUKUM 6: Jangan membunuh (Kel 20:13).

Hukum ini berhubungan hanya dengan sesama manusia. Sekalipun merusak tanaman atau membunuh binatang secara sembarangan (tanpa ada gunanya) bisa dikatakan sebagai sesuatu yang salah, tetapi itu bukan merupakan pelanggaran terhadap hukum ini. Alasannya: Ro 13:9 dan Mat 22:37-39 menghubungkan hukum ini dengan sesama manusia.

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

· Membunuh orang.

Ada pembunuhan yang tidak bisa dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum ke 6 ini, bahkan bisa dikatakan sebagai tidak berdosa, yaitu:

* pembunuhan yang dilakukan dalam rangka pembelaan diri pribadi, dimana situasinya adalah ‘membunuh atau dibunuh’.

Dasar Kitab Suci untuk ini adalah:

Þ Mat 22:39 yang mengharuskan kita untuk juga mengasihi diri sendiri.

Þ Kel 22:2-3 - “Jika seorang pencuri kedapatan waktu membongkar, dan ia dipukul orang sehingga mati, maka si pemukul tidak berhutang darah; tetapi jika pembunuhan itu terjadi setelah matahari terbit, maka ia berhutang darah. Pencuri itu harus membayar ganti kerugian sepenuhnya; jika ia orang yang tak punya, ia harus dijual ganti apa yang dicurinya itu”.

Ini suatu hukum yang kelihatan aneh, sehingga banyak yang menafsirkan bahwa di sini pencuri yang kepergok itu menyerang pemilik rumah, dan sebagai tindakan bela diri pemilik rumah membunuh pencuri itu. Bandingkan dengan terjemahan NIV yang berbunyi: “If a thief is caught breaking in and is struck so that he dies, the defender is not guilty of bloodshed” (= Jika seorang pencuri kedapatan waktu mencuri dan dipukul sehingga mati, pembela diri itu tidak bersalah melakukan pencurahan darah).

Þ Ester 9 menunjukkan bahwa pada waktu orang Yahudi mau dibasmi, mereka membela diri, dan membunuh orang-orang yang mau membunuh mereka. Dan tindakan ini tidak pernah disalahkan / dikecam oleh Tuhan.

Þ Alasan lain adalah: kalau kita membiarkan diri dibunuh, maka nanti si pembunuh itu juga harus dihukum mati, sehingga akan ada 2 orang yang mati. Sedangkan kalau kita membunuhnya sebagai tindakan bela diri, yang mati hanya satu orang.

Banyak orang tidak menyetujui hal ini berdasarkan Mat 5:39b yang berbunyi: “Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menamparpipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”. Tetapi perlu diingat bahwa Mat 5:39 menggunakan istilah ‘menampar’ yang jelas tidak membahayakan jiwa, bukannya ‘membacok’, ‘menusuk’, dsb. Jadi, Mat 5:39 berlaku untuk serangan yang tidak membahayakan jiwa kita.

Juga ada yang tidak menyetujui hal ini dengan alasan bahwa pada waktu Yesus ditangkap dan dibunuh, Ia tidak melawan / membela diri. Tetapi perlu diingat bahwa Yesus memang datang ke dunia untuk mati menebus dosa kita. Kalau waktu ditangkap dan mau dibunuh Ia melawan, bagaimana mungkin Ia menebus dosa kita?

Kalau pembelaan diri diijinkan, maka jelas bahwa belajar ilmu bela diri, selama tidak ada unsur-unsur yang tidak alkitabiah seperti tenaga dalam dsb, juga diijinkan!

* pembunuhan dalam perang / pembelaan diri nasional.

Kalau pembelaan diri pribadi diijinkan, maka jelas pembelaan diri secara nasional (bukan agresi ke negara lain!) juga harus diijinkan. Hal lain yang mendukung diijinkannya pembelaan diri nasional adalah bahwa Kitab Suci (bahkan Perjanjian Baru) tidak melarang seseorang menjadi tentara (bdk. Luk 3:14 Kis 10:1 - orang-orang ini tidak diperintahkan untuk berhenti menjadi tentara).

* penjatuhan dan pelaksanaan hukuman mati, asal hal ini dilakukan berdasarkan kebenaran / keadilan (bdk. Ro 13:4).

Banyak orang kristen yang tidak menyetujui adanya hukuman mati, dengan alasan bahwa orang yang dihukum mati tidak diberi kesempatan bertobat. Tetapi ini merupakan pandangan yang salah, karena:

Þ Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru jelas menyetujui adanya hukuman mati (Kej 9:6 Kel 21:15 Im 20:10 Bil 35:31 Ul 13:5 Ro 13:4)!

Þ Paulus menyatakan bahwa ia rela dihukum mati kalau ia memang layak untuk itu (Kis 25:11).

Þ Orang yang dijatuhi hukuman mati tetap mempunyai kesempatan bertobat, karena saat di antara penjatuhan keputusan hukuman mati dan pelaksanaan hukuman mati itu, bisa ia pergunakan untuk bertobat dan percaya kepada Yesus. Kalau ia melakukan hal itu, sekalipun ia mati, ia tetap selamat / masuk surga.

· Euthanasia (= pembunuhan karena ‘belas kasi­han’), baik secara aktif maupun pasif.

Misalnya: orang yang sudah sakit berat dan tidak ada harapan untuk sembuh, lalu dibunuh oleh dokter (aktif), atau dibiarkan mati tanpa diberi pertolongan (pasif).

· Bunuh diri (bdk Mat 22:39).

Ingat bahwa diri kita diciptakan oleh Tuhan, dan karenanya adalah milik Tuhan. Jadi kita tidak berhak membunuh diri kita sendiri.

· Melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, seperti ngebut, dsb.

· Tidak mau menjaga kesehatan / melakukan hal-hal yang merusak kesehatan, seperti:

* sakit tetapi tidak mau ke dokter / minum obat.

* tidak mau berpantang demi kesehatannya (misalnya punya tekanan darah tinggi tetapi terus makan makanan yang asin, dsb).

* merokok (termasuk menjadi perokok pasif).

* menggunakan narkotik, ecstasy, pil koplo, dsb.

* menggunakan minuman keras secara berlebihan.

· Abortus / pengguguran kandungan.

Di USA, mulai tahun 1973-1986 terjadi 20 juta aborsi! Ini lebih banyak dari penduduk Los Angeles dan New York City digabung menjadi satu!

Bagaimanapun kecilnya, bayi dalam kandungan itu sudahlah merupakan seorang manusia. Karena itu pengguguran kandungan jelas merupakan pembunuhan.

Dalam memutuskan pengguguran, biasanya yang diperhitungkan adalah ibu dari si bayi, sedangkan si bayi tidak diperhitungkan. Misalnya: ibunya mengandung di luar nikah, atau mengandung karena pemerkosaan. Dari pada ibunya malu, si bayi digugurkan. Ini salah! Bayinya harus diperhitungkan. Apa salahnya bayi itu sehingga harus dibunuh?

Kadang-kadang orang melakukan abortus karena dokter berkata anak itu akan lahir cacat. Perlu diingat bahwa kalau abortus bisa dibenarkan berdasarkan alasan ini, maka konsekwensinya adalah: anak cacat dan orang dewasa yang sudah lahirpun boleh dibunuh!

Dalam Buletin ‘Disciples’, terbitan Perkantas Jatim, Edisi April - Juni 2000, hal 12, ada suatu artikel yang menarik yang berhubungan dengan abortus, yang saya kutip di bawah ini:

“Seandainya anda setuju aborsi .....

1. Ada seorang pendeta dan istrinya yang sangat, sangat miskin. Mereka mempunyai 14 anak. Sekarang mereka mengetahui bahwa sang istri sedang mengandung anak mereka ke 15. Mereka hidup dalam kemiskinan yang amat sangat. Mengingat kemiskinan dan ledakan penduduk dunia, apakah anda menganjurkan dia untuk aborsi?

2. Seorang ayah sakit sniffles, sang ibu kena TBC. Mereka punya 4 anak, pertama buta, kedua meninggal, ketiga tuli, keempat kena TBC. Sang ibu mengandung lagi, apakah anda menganjurkan aborsi?

3. Seorang lelaki kulit putih memperkosa dan menghamili seorang gadis kulit hitam yang berusia 13 tahun. Jika anda orangtua kandung dari gadis itu apakah anda menganjurkan aborsi?

4. Seorang pemudi hamil. Dia belum menikah. Tunangannya bukanlah ayah dari bayi tersebut, dan ia hendak meninggalkan gadis tersebut. Apakah anda menganjurkan aborsi?”.

Di bawah artikel itu, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu ditulis secara terbalik, dan berbunyi sebagai berikut:

1. Ketahuilah jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda baru saja membunuh John Wesley, seorang penginjil besar pada abad ke 19.

2. Jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda baru saja membunuh Beethoven, seorang komposer lagu-lagu rohani ternama didunia.

3. Jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda baru saja membunuh Ethel Waters, seorang penyanyi black Gospel ternama didunia.

4. Jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda telah membunuh Yesus, Juruselamat kita.

· Penggunaan alat KB tertentu, yang sifatnya abortive / menggugurkan (menghancurkan sel telur dan sperma yang sudah bertemu), seperti spiral. Alat KB lain yang bersifat mencegah pertemuan sperma dengan sel telur, tidak dilarang.

· Proses pembuatan bayi tabung.

Sebetulnya saya berpendapat bahwa pembuatan bayi tabung tidak salah, selama pembuatannya menggunakan sperma dan sel telur dari sepasang suami istri. Tetapi biasanya dalam proses pembuatan bayi tabung, tidak dibuat hanya satu bayi tetapi beberapa bayi, dan nanti hanya dipilih salah satu sedangkan yang lain dimusnahkan. Pemusnahan bayi-bayi yang lain ini yang termasuk dalam pembunuhan.

· Benci (1Yoh 3:15).

· Marah / mencaci maki.

Mat 5:21-22 - “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

* Tidak semua kemarahan adalah pelanggaran terhadap hukum ke 6 ini (bdk. Ef 4:26). Yesus juga pernah marah, seperti dalam Mark 3:5 dan Yoh 2:13-17, tetapi Kitab Suci toh berkata bahwa Yesus tidak berdosa (Ibr 4:15). Mengapa? Karena Yesus marah dengan kemarahan yang suci, yang bukan dilandasi oleh kebencian tetapi oleh kasih. Demikian juga kalau orang tua marah kepada anaknya yang berbuat salah, ini tentu tidak bisa dikatakan sebagai dosa. Tetapi ada kemarahan yang dilandasi oleh kebencian, dan ini jelas adalah dosa / pelanggaran terhadap hukum ke 6.

* Kata ‘kafir’ dalam Mat 5:22a diterjemahkan ‘Raca’ oleh NIV, dan dalam catatan kaki dikatakan bahwa ini adalah suatu istilah bahasa Aramaic yang merupakan istilah yang menghina. Sedangkan kata ‘jahil’ dalam Mat 5:22b oleh NIV diterjemahkan sebagai ‘fool’ (= tolol). Sama seperti dengan kemarahan, mengatakan ‘kafir’ atau ‘tolol’ tidak selalu bisa dianggap sebagai dosa. Dalam Mat 23:17 Yesus memaki para ahli Taurat dan orang Farisi dengan istilah ‘orang bodoh’ yang dalam bahasa Yunaninya sama dengan istilah yang diterjemahkan ‘tolol’ dalam Mat 5:22b itu. Tetapi toh Yesus dikatakan sebagai tidak berdosa. Jadi jelaslah bahwa tidak semua pengucapan ‘kafir’ atau ‘tolol’ dianggap sebagai pelanggaran hukum ke 6. Kalau kita memaki seseorang sebagai luapan kebencian / emosi yang tidak terkendali, maka barulah kita melanggar hukum ke 6 ini.

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum ke 6 ini?

HUKUM 7: Jangan berzinah (Kel 20:14).

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

· Melakukan hubungan sex di luar pernikahan (pelacuran, dsb).

Dalam Ul 25:11-12 ada hukum yang kelihatannya aneh, yang bunyinya adalah sebagai berikut: “Apabila dua orang berkelahi dan isteri yang seorang datang mendekat untuk menolong suaminya dari tangan orang yang memukulnya, dan perempuan itu mengulurkan tangannya dan menangkap kemaluan orang itu, maka haruslah kaupotong tangan perempuan itu; janganlah engkau merasa sayang kepadanya”.

Perempuan itu melihat suaminya berkelahi, lalu bermaksud menolong suaminya dengan menangkap kemaluan lawan suaminya itu. Hukum Taurat ini mengatakan bahwa tangan perempuan itu harus dipotong. Hukum ini menunjukkan betapa keramatnya alat kelamin di hadapan Allah. Kalau perempuan yang memegang alat kelamin lelaki lain dalam sikon seperti itu (bukan karena nafsu!) harus dihukum dengan dipotong tangannya, apalagi kalau ia melakukannya dalam suatu perselingkuhan / perzinahan (dengan berahi / nafsu)! Dan jelas ini bukan hanya berlaku bagi perempuan saja, tetapi juga bagi laki-laki!

· Melakukan hubungan sex sebelum pernikahan (dengan pacar / tunangan).

* Hubungan sex sebelum pernikahan tetap adalah dosa, sekalipun pernikahan sudah kurang 1 hari!

* Kitab Suci tidak memberikan batasan orang pacaran, selain dari dilarangnya hubungan sex. Jadi, sukar untuk berbicara tentang hal ini secara mutlak. Mungkin sekali Ul 25:11-12 yang sudah saya jelaskan di atas bisa menjadi dasar untuk melarang memegang alat kelamin pacarnya. Ada juga yang berdasarkan Mat 5:28 bahkan melarang orang berciuman. Tetapi saya berpendapat ini terlalu extrim.

· Poligami atau poliandri / beristri atau bersuami lebih dari satu.

* Seseorang hanya boleh menikah lagi, kalau pasangannya sudah mati (Ro 7:2-3). Jadi, jangan mempunyai pandangan negatif sedikitpun tentang orang yang menikah lagi setelah pasangannya meninggal dunia!

* Kalau ada orang yang sudah terlanjur mempunyai lebih dari satu istri, dan ia lalu menjadi kristen, maka ia harus menceraikan istri ke 2 dstnya, tetapi harus tetap membiayai hidup mereka. Mengapa? Karena hanya pernikahan pertama yang sah di hadapan Allah, sedangkan pernikahan kedua dstnya adalah perzinahan. Karena itu, pada waktu ia bertobat / menjadi orang kristen, ia harus membuang semua perzinahan itu.

· Bercerai, kecuali kalau terjadi perzinahan (Mat 5:32 Mat 19:9).

Perzinahan merupakan satu-satunya alasan yang sah untuk bercerai. Kalau terjadi perzinahan, perceraian diijinkan, bukan diharus­kan.

· Pernikahan dengan orang yang bercerai (Luk 16:18), kecuali kalau perceraian itu adalah perceraian yang sah (terjadi karena ada perzinahan).

Catatan: Kalau ada orang sudah menceraikan istrinya, dan lalu menikah lagi dengan perempuan lain, maka Kitab Suci justru melarang orang itu kembali dengan istri pertamanya (Ul 24:1-4).

· Pikiran-pikiran cabul, menginginkan / membayangkan hubungan sex dengan orang yang bukan suami / istrinya (Mat 5:28). Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

* Masturbasi / onani termasuk di sini.

Menurut pendapat saya, sebetulnya bukannya masturbasi itu sendiri yang salah, tetapi fantasi sex yang boleh dikatakan selalu menyertai masturbasi. Ini jelas bertentangan dengan Mat 5:28 itu. Tetapi ada kemungkinan bahwa seseorang melakukan masturbasi, tetapi tidak bersalah, yaitu:

Þ kalau ia bisa melakukannya tanpa fantasi sex. Ini rasanya tidak masuk akal, tetapi saya pernah berdiskusi dengan seseorang yang mengatakan bahwa ia bisa melakukan masturbasi tanpa membayangkan apa-apa. Kalau ini memang bisa dilakukan, saya berpendapat tidak ada dasar apapun untuk menentang masturbasi seperti ini.

Þ kalau ia melakukan masturbasi itu dengan membayangkan istri / suaminya sendiri, mungkin pada saat ia terpisah jauh dari pasangannya. Dengan istri atau suaminya sendiri, melakukan hubungan sexpun tidak apa-apa, apalagi hanya membayangkan hubungan sex dengan dia.

* ‘Wet dream’ (= mimpi basah) bukanlah dosa, karena ini bukan pikiran dalam keadaan sadar, tetapi dalam mimpi. Memang Im 15:1-18 menganggap lelehan yang keluar itu menajiskan orang itu, tetapi ini adalah ceremonial law, yang tidak lagi berlaku saat ini.

* Supaya tidak membangkitkan pikiran cabul dalam diri lawan jenis kita, kita tidak seharusnya berpakaian sedemikian rupa sehingga merangsang orang lain, karena dengan demikian, kita menjatuhkan orang lain ke dalam dosa ini. Ini khususnya berlaku untuk perempuan.

· Membaca buku-buku cabul, nonton Blue Film, mempercakapkan hal-hal yang cabul (1Kor 6:18 Ef 4:29 Ef 5:3-4).

· Perkosaan (Ul 22:23-27).

· Incest / perzinahan dalam keluarga (Im 18:6-18 Im 20:11-21 1Kor 5:1).

· Penyimpangan-penyimpangan sex (sexual deviation), seperti:

* Homosex (Im 18:22 Im 20:13 Ro 1:26-27).

* Bestiality / Zoophilia / hubungan sex dengan binatang (Kel 22:19 Im 18:23 Im 20:15-16).

Tetapi oral sex, sekalipun dianggap berdosa oleh banyak orang, tidak pernah dikecam / dilarang oleh Kitab Suci, tentu saja selama hal itu dilakukan oleh pasangan suami istri.

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum ketujuh ini?

HUKUM 8: Jangan mencuri (Kel 20:15).

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

· Mengambil sesuatu yang bukan miliknya sendiri tanpa ijin, baik besar maupun kecil.

· Mencuri waktu dalam bekerja, misalnya: datang terlambat, pulang terlalu pagi, kerja malas-malasan.

· Tidak mengembalikan barang / uang yang dipinjam.

· Mencuri dengan menggunakan ukuran / timbangan yang tidak cocok (Im 19:35-36 Amsal 20:10 Yeh 45:10-12 Mikha 6:10-11).

· Korupsi (Luk 3:13 Yoh 12:6).

· Menaikkan bon / kwitansi (Luk 3:13).

· Mencuri nilai dengan cara tidak jujur pada waktu ulangan / ujian.

· Mencuri air / listrik / telpon / pajak.

· Menyalahgunakan fasilitas kantor / perusahaan, seperti telpon, mobil, dsb, untuk kepentingan pribadi.

· Tidak memberikan persembahan persepuluhan.

Persembahan persepuluhan adalah milik Tuhan (Im 27:30), dan karena itu kalau kita tidak memberikannnya kepada Tuhan, kita mencuri / merampok milik Tuhan (Mal 3:6-12 - kata ‘menipu’ di sini seharusnya adalah ‘merampok’).

Satu hal lain yang perlu diketahui tentang persembahan persepuluhan ialah bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan kepada gereja. Ini ditujukan oleh ayat-ayat di bawah ini:

¨ Ul 12:5-6 - “Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu”.

¨ Neh 10:37-38 - “Dan tepung jelai kami yang mula-mula, dan persembahan-persembahan khusus kami, dan buah segala pohon, dan anggur dan minyak akan kami bawa kepada para imam, ke bilik-bilik rumah Allah kami, dan kepada orang-orang Lewi akan kami bawa persembahan persepuluhan dari tanah kami, karena orang-orang Lewi inilah yang memungut persembahan-persepuluhan di segala kota pertanian kami. Seorang imam, anak Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persembahan persepuluhan. Dan orang-orang Lewi itu akan membawa persembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan”.

¨ Mal 3:10 - “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”.

Jadi, persembahan persepuluhan merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang kristen terhadap gereja dan dengan demikian persembahan persepuluhan tidak boleh diberikan apapun / siapapun selain gereja, seperti:

* orang miskin, korban bencana alam, yatim piatu, dsb.

Ul 26:12 tidak berarti bahwa persembahan persepuluhan boleh diberikan kepada orang miskin. Perhatikan baik-baik ayat itu dan saudara akan melihat bahwa persembahan persepuluhan itu bukannya diberikan kepada orang miskin, tetapi bisa dikatakan digunakan untuk pesta makan bersama dengan orang miskin di Bait Allah. Pada jaman sekarang, ini lebih tepat dikontextualisasikan sebagai ‘acara gereja’.

* ‘para church’.

Perlu diketahui bahwa ‘para church’, seperti STRIS / LRII, PERKANTAS, dan persekutuan-persekutuan dan lembaga-lembaga kristen lainnya, tetap bukan merupakan ‘church’ (= gereja), dan karena persembahan persepuluhan tidak boleh diberikan kepada mereka.

* hamba Tuhan.

Saudara harus memberikannya kepada gereja dan biarlah gereja itu yang memberikannya sebagai biaya hidup hamba Tuhan.

Apakah ini berarti bahwa orang kristen tidak boleh menyumbang / memberi persembahan kepada orang miskin, korban bencana alam, yatim piatu, ‘para church’ dan hamba Tuhan? Tentu boleh, tetapi jangan menggunakan yang 10 %, tetapi gunakanlah 90 % sisanya! Yang 10 % tidak boleh diganggu gugat dan harus diberikan kepada gereja!

Juga dalam memberikannya ke gereja, saudara harus memilih gereja yang benar, bukan seadanya gereja, karena memberikan persembahan persepuluhan kepada gereja yang sesat adalah sama dengan memberikannya kepada setan.

· Menjadi tukang tadah barang curian.

Amsal 29:24 (NASB): “He who is a partner with a thief hates his own life” (= Ia yang menjadi partner dengan seorang pencuri membenci hidupnya / nyawanya sendiri).

Kalau saudara membeli barang curian, maka sebetulnya saudara sudah menjadi partner dengan pencurinya, dan ini jelas merupakan dosa! Karena itu jangan sembarangan membeli barang di loakan, yang saudara tahu berasal dari pencurian.

· Kleptomania.

Ini adalah penyakit jiwa yang menyebabkan orangnya mencuri. Cirinya adalah:

* tindakan mencuri itu muncul karena dorongan hati yang tiba-tiba (impulse), bukan dengan perencanaan.

* ia mencuri tanpa alasan. Jadi, bukan karena membutuhkan barang yang dicuri itu, atau karena mau menjualnya, dsb.

Sekalipun ini adalah penyakit kejiwaan, saya berpendapat bahwa ini tetap adalah dosa. Bukankah homosex juga adalah penyakit kejiwaan? Tetapi itu tetap dikecam oleh Kitab Suci. Lalu mengapa Kleptomania tidak?

Catatan: Kalau kita menemukan sesuatu, yang tidak bisa diketahui pemiliknya, maka kita boleh memilikinya. Ini bukan pencurian.

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kedelapan ini?

HUKUM 9: Jangan bersaksi dusta (Kel 20:16 bdk. Im 19:11).

Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

· Dusta yang dilakukan dengan:

* lidah.

Contoh:

Þ dalam bisnis / dagang (bdk. Amsal 20:14!).

Þ fitnah / meneruskan kabar angin yang belum tentu benar, apalagi tentang hamba Tuhan (bdk. 1Tim 5:19).

Þ dusta tentang usia anak, supaya dapat discount.

* tulisan.

Contoh:

Þ memalsu tanda tangan.

Þ mengubah umur / tahun kelahiran pada waktu mengambil SIM.

Þ menaikkan bon / kwitansi.

Þ mahasiswa yang mau dititipi absensi oleh teman yang bolos kuliah.

Þ mengisi formulir pendaftaran secara tidak jujur; biasanya dalam persoalan gaji orang tua, gajinya direndahkan.

Þ menandatangani pernyataan yang tidak benar.

Þ memberi surat sakit, padahal tidak sakit.

* sikap / pura-pura (bdk. 1Sam 21:10-15).

Contoh:

Þ pura-pura sakit / sedih.

Þ bersikap munafik.

· Dusta tetap dilarang:

¨ baik hal itu merugikan orang lain atau tidak.

Contoh: berkata kepada pengemis: ‘Tidak punya uang’, padahal saudara punya uang. Sekalipun ini tidak merugikan siapa-siapa, ini tetap merupakan dosa.

¨ sekalipun hal itu diperintahkan oleh orang tua / boss! Memang yang memerintahkan salah, tetapi yang melaksanakan juga salah.

¨ sekalipun hal itu dilakukan untuk tujuan yang baik. Jangan percaya pada apa yang disebut ‘white lie’ (= dusta putih). Ingat bahwa tujuan yang baik tidak menghalalkan cara yang tidak baik!

¨ sekalipun itu dilakukan terhadap orang yang brengsek.

Robert L. Dabney: “... God, and not the hearer, is the true object on whom any duty of veracity terminates. God always has the right to expect truth from me, however unworthy the person to whom I speak” (= ... Allah, dan bukan pendengarnya, merupakan obyek / tujuan yang benar terhadap siapa kewajiban kejujuran ditujukan. Allah selalu mempunyai hak untuk mengharapkan kebenaran dari aku, tidak peduli betapa tidak berharganya orang kepada siapa aku berbicara) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 425.

· Gereja yang merencanakan bahwa suatu acara akan dimulai pk. 19.00, tetapi mengumumkannya kepada jemaat bahwa acara dimulai pk. 18.30, karena memperkirakan bahwa jemaat bakal ngaret / terlambat. Ini salah, bukan hanya karena ini merupakan suatu dusta, tetapi juga justru malah mendidik jemaat untuk datang terlambat.

· Tidak menepati janji, baik kepada Tuhan (Pengkh 5:3-4), maupun kepada manusia (bdk. Maz 15:4).

Misalnya:

* tidak menepati janji pada waktu camp, KKR, dsb.

* tidak menepati janji pacaran / pernikahan. Ini mungkin yang paling banyak / sering dilanggar!

* tidak menepati janji untuk bertemu atau untuk hal yang remeh sekalipun.

* tidak menepati janji untuk menelpon kembali. Saya sering ditelpon orang, dan pada waktu pembantu / istri memberitahu orang itu bahwa saya tidak ada, maka orang itu berkata bahwa nanti jam sekian ia akan menelpon kembali. Dalam pengalaman saya, kemungkinannya 90 % atau lebih, orang itu tidak menelpon pada jam yang telah ia janjikan.

· Sinterklas / Santa Claus.

Penggabungan Sinterklas / Santa Claus dengan Natal merupakan hal yang menyedihkan dan salah, mengingat bahwa Sinterklas / Santa Claus adalah dongeng / takhyul yang bersifat dusta dan Natal adalah peristiwa historis / fakta dalam Kitab Suci. Tetapi celakanya banyak gereja dan orang kristen yang menggabungkan kedua hal ini.

· Membual, menambah-nambahi cerita, termasuk dalam khotbah / pemberitaan Firman Tuhan. Banyak pengkhotbah berbuat dosa dengan cara ini! Juga banyak orang kristen, yang sekalipun maksudnya baik, tetapi dalam bersaksi menceritakan dusta.

· Memfitnah.

Mungkin ini adalah bentuk dusta yang paling kejam! Tetapi celakanya banyak orang kristen sering memfitnah, baik secara sengaja, maupun tidak sengaja (menceritakan berita yang disangka benar, tetapi ternyata tidak benar).

· Dusta / fitnah bisa dilakukan dengan menceritakan setengah kebenaran (half truth).

Memang tidak setiap kali kita menceritakan sesuatu, kita harus menceri­takan seluruh kebenaran. Tetapi seringkali, kalau kebenaran tidak diceritakan seluruhnya tetapi hanya sebagian saja, itu bisa merugikan / menjatuhkan nama orang lain. Dalam hal ini, sekalipun hal yang kita ceritakan itu bukan dusta, tetapi kita tetap memfitnah orang yang kita ceritakan itu. Misalnya kalau saudara bertemu dengan saya pada waktu saya pergi ke bioskop dengan istri saya dan seorang wanita lain, dan saudara lalu menceritakan kepada orang-orang lain bahwa saya pergi dengan seorang wanita lain (tanpa menceritakan tentang ikut sertanya istri saya), maka itu jelas adalah half truth yang bersifat memfitnah!

Karena itu kalau saudara ingin menceritakan sesuatu maka pikirkanlah lebih dulu, apakah dengan membuang bagian-bagian tertentu saudara tidak sedang menjelekkan nama orang lain.

Dusta dengan menceritakan setengah kebenaran ini juga bisa dilakukan oleh orang kristen yang dalam bersaksi hanya menceritakan hal-hal yang enak / berkat yang mereka alami dari Tuhan, tetapi sengaja menyembunyikan / tidak mengakui hal-hal yang tidak enak yang mereka alami dalam mengikuti Kristus.

· Dusta / fitnah juga bisa dilakukan dengan mengubah nada bicara / mimik wajah!

Misalnya: kalau si A berka­ta kepada saudara: ‘si B itu gendeng’. Ia mengatakan hal itu dengan wajah tersenyum, dan tidak betul-betul bermaksud memaki si B. Tetapi saudara lalu menyampaikan hal itu kepada si B dengan berkata: ‘Si A berkata: kamu itu gen­deng!’, dengan nada membentak dan wajah yang marah, maka sebetulnya saudara sedang memfitnah si A!

Karena itu setiap kali saudara menceritakan tentang apa yang dikatakan oleh orang lain, perhatikanlah apakah nada dan mimik wajah saudara sesuai dengan aslinya!

Catatan: Jujur tidak berarti bahwa kita harus membuka semua rahasia! Kita boleh merahasiakan, tetapi tidak boleh berdusta.

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kesembilan ini? Kalau saudara tahu bahwa saudara sudah sering / banyak berdusta, maka jangan menganggapnya sebagai dosa yang remeh, karena Wah 21:8 mengatakan bahwa semua pendusta akan masuk ke dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang! Juga perhatikan Kis 5:1-11, dimana Ananias dan Safira dihukum mati oleh Tuhan karena berdusta.

HUKUM 10: Jangan mengingini milik sesamamu (Kel 20:17).

Tidak semua keinginan adalah dosa. Keinginan yang dilarang oleh hukum ini adalah keinginan yang didasari oleh iri hati.

Contoh pelanggaran dari hukum ini:

· ingin kaya seperti tetangga.

· ingin mobil, TV, video seperti tetangga.

· ingin kecantikan orang lain.

· ingin suami / istri / pacar orang lain.

· ingin kepandaian / bakat orang lain.

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kesepuluh ini?

Hal-hal yang perlu diketahui tentang 10 Hukum Tuhan:

1) 10 Hukum Tuhan ini berlaku sampai akhir jaman (Mat 5:17-19).

2) Mat 22:37-40 menunjukkan bahwa 10 Hukum Tuhan ini dapat disimpulkan dalam 2 hukum saja, yaitu:

a) Kasih kepada Allah.

b) Kasih kepada sesama manusia.

3) Tujuan 10 Hukum Tuhan.

10 Hukum Tuhan diberikan bukan sebagai jalan untuk pergi ke surga! Tujuan 10 Hukum Tuhan yang terutama adalah menyadarkan kita akan dosa kita. Sudahkah saudara sadar akan banyaknya dosa saudara

II) Hukuman dosa.

Pada waktu Adam jatuh ke dalam dosa, maka dosanya mempunyai akibat yang menimpa seluruh umat manusia, karena ia merupakan wakil dari seluruh umat manusia.

Akibat dosa Adam:

1) Penderitaan.

a) Orang perempuan merasa sakit waktu melahirkan (Kej 3:16).

b) Pekerjaan menjadi sukar (Kej 3:17-19a).

Sebetulnya pekerjaan itu sendiri bukanlah hukuman dosa, karena pekerjaan sudah ada sebelum dosa ada (Kej 2:15). Tetapi sebelum ada dosa, pekerjaan tidak sukar, dan setelah dosa ada, pekerjaan menjadi sukar, dan ini merupakan sebagian hukuman dosa.

c) Rasa gelisah, takut, kuatir, tidak damai (Kej 3:7-10 Yes 48:22).

Yes 48:22 berbunyi: “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.

Dalam kontex Kitab Suci, yang dimaksud dengan ‘orang fasik’ bukan sekedar penjahat, pembunuh, dsb, tetapi semua orang yang belum percaya kepada Yesus.

Tuhan sudah mendesign manusia sedemikian rupa sehingga ia hanya bisa hidup bahagia, damai, sukacita, kalau ia hidup dalam persekutuan dengan Allah. Kalau ia keluar dari design ini dan tidak mempunyai persekutuan dengan Allah, maka hidupnya pasti tidak akan damai, sukacita, bahagia. Paling-paling ia bisa mempunyai kesenangan duniawi yang bersifat semu dan sementara, tetapi damai dan sukacita sejati tidak akan mungkin ia miliki.

Kesimpulan: Jadi, penderitaan sebagai hukuman dosa ini mencakup baik penderitaan fisik / jasmani, maupun penderitaan batin.

Catatan: Sekalipun dosa dihukum dengan penderitaan, tetapi penderitaan tidak selalu merupakan hukuman dari dosa. Kadang-kadang penderitaan merupakan hukuman dari dosa, seperti misalnya dalam kasus Gehazi (2Raja 5:25-27), tetapi kadang-kadang tidak, seperti dalam kasus Ayub, dan juga dalam kasus orang buta dalam Yoh 9:1-3. Karena itu, pada waktu menghadapi orang yang mengalami penderitaan, jangan sembarangan menghakiminya dengan mengatakan bahwa ia menderita pasti karena dosa.

2) Putus hubungan dengan Allah (Kej 3:23 Yes 59:2).

Karena Allah itu suci, Ia tidak bisa bersatu dengan manusia yang berdosa.

3) Kematian (Kej 3:19).

Kematian ini bisa datang setiap saat, dan tidak akan bisa dihindari.

Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.

Kalau kematian datang pada saudara malam ini, siapkah saudara?

4) Semua manusia menjadi manusia berdosa.

Ro 5:18a,19a - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, ... Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, ...”.

Jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘satu pelanggaran’ dan ‘ketidak-taatan satu orang’ adalah dosa pertama Adam. Jadi, ayat ini mengatakan bahwa gara-gara dosa pertama Adam, maka semua manusia menjadi orang berdosa di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena Adam, yang adalah manusia pertama, dianggap sebagai wakil dari seluruh umat manusia oleh Allah.

Illustrasi: Kalau Indonesia mengirimkan team sepak bola ke luar negeri untuk suatu pertandingan, maka pada waktu team itu kalah, orang berkata ‘Indonesia kalah’. Kita tidak ikut main sepak bola, tetapi tetap dianggap kalah, karena wakil kita kalah.

Ada agama lain yang percaya bahwa pada waktu lahir, manusia itu suci. Tetapi kekristenan tidak mempercayai hal seperti itu. Kekristenan mengatakan bahwa sejak lahir, bahkan pada waktu masih dalam kandungan, manusia sudah adalah orang berdo­sa. Inilah yang disebut dosa asal / original sin. Ayat-ayat lain yang menjadi dasar dosa asal ini adalah:

· Maz 51:7 - “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”.

· Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.

· Maz 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat”.

5) Semua manusia ada di bawah murka Allah.

Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”.

Kata ‘tetap’ di sini menunjukkan bahwa dari semula (sejak orang itu lahir), murka Allah itu sudah ada di atasnya. Kalau ia percaya kepada Yesus, maka murka itu dicabut, tetapi kalau ia tidak percaya / tidak taat, maka murka Allah itu tetap ada di atasnya.

Ef 2:1-3 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

Bagian yang digarisbawahi itu, terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh NASB: “and were by nature children of wrath, even as the rest” (= dan secara alamiah adalah anak-anak kemurkaan, sama seperti yang lain).

Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu secara alamiah, maksudnya sejak lahir, adalah orang yang dimurkai oleh Allah.

Kita lahir sebagai manusia berdosa, dan karena itu sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah murka Allah. Kita tidak lahir di daerah netral! Kita lahir di bawah murka Allah! Karena itu, kalau saudara tidak mau datang dan percaya kepada Yesus untuk mendapatkan pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah, maka secara otomatis saudara akan menuju ke neraka dimana saudara akan mengalami / merasakan murka Allah secara penuh.

6) Semua manusia condong / lebih senang pada dosa, dan tidak bisa berbuat baik.

Karena kita lahir sebagai orang yang berdosa, maka kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.

Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.

Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Illustrasi: Makhluk yang lahir sebagai monyet akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh monyet. Demikian juga makhluk yang dilahirkan sebagai orang berdosa akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang berdosa.

Contoh:

· kalau ada guru tidak masuk karena sakit, murid-muridnya malah senang.

· kalau dipukul, kita cenderung membalas daripada mengam­puni.

· kalau mendengar Firman Tuhan selama 1 jam sudah merasa capai, tetapi kalau nonton film 3 jam tidak apa-apa.

· kalau membaca Kitab Suci merasa mengantuk, tetapi kalau membaca novel, buku silat, majalah dsb, tahan berjam-jam.

· anak kecil diajar mengasihi, hidup disiplin, dsb, sukar sekali. Tetapi kalau diajar untuk mencaci-maki orang, gampang sekali.

Dalam Tit 1:15 dikatakan: “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?

a) Karena tindakan itu tidak lahir dari iman.

Ro 1:5b - ‘percaya dan taat’. Ini salah terjemahan.

NASB: ‘the obedience of faith’ (= ketaatan dari iman).

NIV: ‘the obedience that comes from faith’ (= ketaatan yang datang dari iman).

Inilah ketaatan yang betul-betul adalah ketaatan, yaitu ketaatan yang lahir dari iman kepada Yesus, atau datang dari iman kepada Yesus.

b) Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.

Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.

c) Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.

1Kor 10:31: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?

Kalau saudara sudah bisa mempunyai kerinduan untuk pergi ke gereja, mendengar Firman Tuhan, dsb, maka itu bisa terjadi karena Roh Kudus sudah bekerja dalam diri saudara (melahirbarukan dan mengubahkan saudara). Tanpa pekerjaan Roh Kudus, saudara tidak akan senang / rindu pada apa yang baik.

1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.

7) BACA JUGA: NERAKA

III) Kematian dan kebangkitan Yesus.

A) Yesus adalah Allah.

Bukti bahwa Yesus adalah Allah:

1) Yesus disebut ‘Anak Allah’.

Sebutan ‘Anak Allah’ harus diartikan menurut pengertian orang di sana pada jaman itu, bukan menurut pengertian orang di sini pada jaman ini!

Sebutan ‘Anak Allah’ ini tidak berarti bahwa mula-mula ada Allah, yang lalu beranak. Kalau diartikan seperti itu, jelas menunjukkan bahwa Yesus itu tidak kekal, sehingga Ia pasti bukan Allah.

Sebutan ‘Anak Allah’ bagi Yesus berarti bahwa Ia mempunyai hakekat yang sama dengan Allah Bapa dan itu berarti bahwa Ia adalah Allah sendiri (Yohanes 5:18 10:33 19:7).

Yoh 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.

Semua orang Yahudi tahu makna dari pengakuan Yesus sebagai Anak Allah, dan karena itu mereka menganggapNya menghujat Allah dan berusaha membunuh Dia.

2) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yes 9:5 Yoh 1:1 Roma 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibrani 1:8 2Pet 1:1 1Yohanes 5:20).

Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:

· Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.

Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’. Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.

· Tit 2:13 (NIV): “while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ” (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Jadi terlihat dengan jelas bahwa di sini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘our great God and Savior’ (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).

· Fil 2:6-7 berbunyi sebagai berikut: “... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

· 2Pet 1:1 (NASB): “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” (= oleh kebenaran Allah dan Jurusela­mat kita, Yesus Kristus).

3) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yes 9:5 Yer 23:5-6 Yer 33:14-16 Mat 1:23 2Tim 1:10 Ibr 1:8,10).

Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:

· Yes 9:5 jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’.

· Yer 23:5-6 dan Yer 33:14-16 juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata TUHAN tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi orang-orang Saksi Yehovah karena dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.

Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci sebutan ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan sebutan Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau sebutan Yunani THEOS (= God / Allah), bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah, karena YAHWEH adalah nama Allah (Kel 3:15 Yes 42:8)! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH, itu jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.

· Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan istilah IMMANUEL, yang artinya adalah ‘God with us’ (= Allah dengan kita).

· Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus / Penolong’ ditujukan kepada Allah (Yes 43:3,11 Yes 45:15 Yer 14:8 Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4 Tit 2:13 Tit 3:6 2Pet 1:11 2Pet 2:20 2Pet 3:18).

· Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.

4) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:

· Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1 Yoh 8:58 Yoh 10:10 Yoh 17:5 Ibr 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wah 22:13).

* Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan ‘yang permulaannya sudah sejak purba­kala, sejak dahulu kala’.

* Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.

* Yoh 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kris­tus lahir.

* Yoh 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengata­kan bahwa Yesus ‘datang’. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi ‘datang’, karena ‘datang’ menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

* Yoh 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.

* Ibr 1:11-12.

Þ Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.

Þ Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibr 1:8-9 (dihubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.

* Wah 1:8 dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai ‘Alfa dan Omega’ (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan Wah 22:13 juga mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemudian’, dan semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia ‘hidup, sampai selama-lamanya’.

· Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).

· Mahakuasa.

Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan kemaha-kuasaanNya.

Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:

* Tidak ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehendaknya sendiri, tetapi Kristus bisa (Yoh 5:21).

* Nabi melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Allah, sedangkan rasul juga demikian karena mereka melakukan mujijat dengan menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujijat dengan kuasaNya sendiri (bdk. Yoh 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk melakukan mujijat.

* Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehebat yang Yesus lakukan (Yoh 15:24).

· Mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25 Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).

· Mahaada.

* Ini terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa (NIV: “... but God the only Son, who is at the Father’s side ...”).

* Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!

· Tidak berubah (Ibr 13:8).

5) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-peker­jaan ilahi seperti:

· Penciptaan (Yoh 1:3,10 1Kor 8:6 Kol 1:16 Ibr 1:2,10).

· Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).

· Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).

· Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).

· Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22,27).

Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?

* Jumlah manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan Hawa sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah begitu banyak.

Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan adil?

* Karena ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama), seperti:

Þ banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya sedikit tentu tidak bisa disamakan hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.

Þ tingkat dosanya.

Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).

Þ tingkat pengetahuannya.

Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Luk 12:47-48).

Þ kesengajaannya.

Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukumannya (Kel 21:12-14).

Þ pengaruh dosa yang ditimbulkan.

Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).

Þ apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.

Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Mazmur 35:19 Maz 69:5 Maz 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.

* Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti:

Þ banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.

Þ jenis perbuatan baik yang dilakukan.

Þ besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persembahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya (Luk 21:1-4).

Þ motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.

Untuk bisa melakukan semua ini dengan benar, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri!

Charles Hodge: “As Christ is to be the judge, as all men are to appear before him, as the secrets of the hearts are to be the grounds of judgment, it is obvious that the sacred writers believed Christ to be a divine person, for nothing less than omniscience could qualify any one for the office here ascribed to our Lord” (= Karena Kristus akan menjadi Hakim, karena semua orang akan menghadap di hadapanNya, karena rahasia dari hati adalah dasar penghakiman, jelaslah bahwa penulis-penulis sakral / kudus percaya bahwa Kristus adalah Pribadi ilahi, karena hanya kemahatahuan yang bisa memenuhi syarat bagi siapapun untuk jabatan / tugas yang di sini dianggap sebagai milik Tuhan kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 501.

Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

6) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:

· Penghormatan (Yoh 5:23).

· Kepercayaan (Yoh 14:1).

· Pengharapan (1Kor 15:19).

· Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal (Mat 28:19 2Kor 13:13).

7) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat di bawah ini:

· Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu”.

· Yoh 14:7-10a - “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia’. Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?”.

8) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yoh 14:7-10 Yoh 15:23 Mat 26:63-64).

Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendus­ta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!

Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu.

Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR.

Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar.

Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta).

Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan.

Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.

Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:

· Yesus adalah pendusta / orang tolol.

· Yesus adalah orang gila.

· Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.

Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

C. S. Lewis: “A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something worse” (= Seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).

9) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Mat 8:28-32).

10) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.

Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.

Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Mat 14:33 Mat 28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).

Perhatikan juga bahwa:

· rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).

· malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wah 19:10 Wah 22:8-9).

· Herodes dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-23).

Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?

B) Yesus adalah manusia.

1) Setelah inkarnasi (kristen percaya pada inkarnasi, bukan pada reinkarnasi!), maka Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia (100% Allah dan 100% manusia), tetapi Ia hanya 1 pribadi.

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - ‘The Epistles of John’, hal 21.

2) Bukti bahwa Yesus adalah manusia:

a) Ia disebut ‘orang / seorang manusia’ (Yoh 8:40 Kis 2:22 Ro 5:15 1Kor 15:21).

b) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Mat 24:44).

c) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging (Yoh 1:14 1Tim 3:16 Ibr 2:14 1Yohanes 4:2).

Semua ayat-ayat ini sebetulnya terjemahan hurufiahnya menggunakan kata ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), yang bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.

d) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:

1. Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.

· Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat 26:26,28 Luk 24:39 Ibr 2:14.

· Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:

* ayat-ayat seperti (Mat 26:38 Mat 27:50 Luk 23:46 Yoh 11:33 Yoh 12:27 Yoh 13:21 1Yoh 3:16).

Dalam Mat 26:38 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUCHE).

Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).

Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’.

Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.

Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiahnya adalah: ‘was troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).

Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.

* adanya pikiran manusia (Mat 24:36 Luk 2:40,52), pera­saan manusia (Mat 8:10 Mat 9:36 Mat 26:37,38 Mark 3:5 Mark 6:6 Luk 7:9 Yoh 11:33,35 Yoh 12:27), dan kehendak manusia (Mat 26:39). Ini semua jelas menunjukkan adanya jiwa / roh manusia.

2. Mengalami pertumbuhan / perkembangan (Luk 2:40,52).

3. Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa), seperti: lahir (Luk 2:7), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 4:7 Yoh 19:28), letih (Yoh 4:6), tidur (Mat 8:24), penderitaan (Ibr 2:10,18 Ibr 5:8), dan mati (Yoh 19:30).

e) Ayat-ayat seperti Ro 8:3 Fil 2:7-8 Ibr 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.

3) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:

a) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia!

b) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.

Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:

· Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.

· Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.

· Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.

· Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.

Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukanlah manusia yang sejati.

4) Hal yang perlu diwaspadai.

Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kema­nusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!

Illustrasi: Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, waktu melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!

Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus (seperti Yoh 14:28 dan Mat 24:36) untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!

Orang-orang Saksi Yehovah sering menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kris­tus bukanlah Allah.

Misalnya:

· Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.

· Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.

· Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu belajar.

· Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).

· Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu berdoa.

5) Mengapa Yesus menjadi manusia?

a) Karena Ia mau memikul hukuman dosa manusia (Ibr 2:14-17).

Andaikata Ia mau memikul hukuman dosa malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat. Tetapi karena Ia mau memikul hukuman dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia.

b) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

c) Supaya bisa menjadi teladan bagi kita (Yoh 13:14-15).

d) Supaya bisa mati.

Upah dosa ialah maut / kematian (Roma 6:23). Allah tidak bisa mati. Jadi supaya bisa memikul hukuman dosa yaitu kematian, Yesus menjadi manusia.

C) Kematian Yesus untuk menebus dosa manusia.

Allah itu kasih, dan karena itu Ia ingin manusia bebas dari hukuman dosa. Tetapi Allah tidak bisa menghapuskan / mengampuni dosa begitu saja, karena Ia juga adalah Allah yang adil, yang harus menghukum setiap orang berdosa. Kalau Allah mau manusia bebas dari hukuman dosa, maka Allah sendiri harus menanggung / memikul hukuman dosa itu bagi manusia. Dengan kata lain Allah harus menjadi substitute / pengganti dalam memikul hukuman dosa. Karena itulah, maka Allah lalu menjadi manusia (yaitu Yesus) dan Ia sen­diri menanggung hukuman yang Ia sendiri jatuhkan. Jadi, pada waktu Yesus ada di kayu atas kayu salib, Ia menanggung / memikul hukuman dosa manusia (Yes 53:4-6).

Bahwa Kristus adalah substitute / pengganti kita dalam memikul hukuman dosa, terlihat dari:

1) Ayat-ayat Kitab Suci seperti 2Kor 5:15 dan Yes 53:4-6.

Yes 53:4-6 - “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

Catatan: kata-kata ‘penyakit’ dan ‘sembuh’ tidak boleh diartikan secara jasmani, tetapi secara rohani. Jadi ‘penyakit’ menunjuk pada penyakit rohani, yaitu dosa, dan ‘sembuh’ menunjuk pada kesembuhan rohani, yaitu penerimaan pengampunan dosa / pembenaran.

2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Catatan: dalam ayat ini ada kata-kata ‘Kristus telah mati untuk semua orang’ dan ‘telah mati dan dibangkitkan untuk mereka’, dimana kata ‘untuk’ dalam bahasa Yunaninya adalah HUPER yang berarti: ‘for’ (= untuk); ‘in behalf of’ (= untuk kepentingan), ‘for the sake of’ (= demi).

2) Kristus tidak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).

Andaikata Ia berdosa, maka pada saat Ia mati, Ia mengalami hukuman untuk diriNya sendiri. Tetapi karena Ia suci, maka pada saat Ia mati, Ia mengalaminya untuk kita!

3) Jenis hukuman mati yang Ia alami adalah penyaliban, bukan pemenggalan, perajaman, dsb.

Mengapa harus salib? Karena salib adalah hukuman yang terkutuk, dan dengan mengalami kematian yang terkutuk itu, Ia menanggung kutuk yang seharusnya untuk kita (Gal 3:10b,13 bdk. Ul 21:23).

Gal 3:10b - “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat”.

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Memang sebetulnya kematian karena hukuman gantung juga merupakan kematian yang terkutuk, tetapi kalau Kristus mati karena hukuman gantung, maka Ia tidak mencurahkan darah. Padahal pencurahan darah itu harus ada, karena:

a) Dengan demikian Ia menggenapi TYPE / gambaran domba korban dosa dalam Perjanjian Lama.

b) Tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan dosa (Ibr 9:22).

Jadi, Kristus tidak boleh mati karena hukuman gantung, tetapi harus karena penyaliban.

4) Penderitaan yang luar biasa yang Ia alami.

Kalau kita masuk neraka untuk menerima hukuman karena dosa-dosa kita, maka jelas bahwa kita akan mengalami hukuman yang luar biasa! Kristus menjadi substitute / pengganti kita, dan karena itu Ia harus mengalami penderitaan yang luar biasa. Kristus memang mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya, yaitu:

a) Pencambukan.

Untuk bisa mengerti betapa hebatnya pencambukan yang Kristus alami bagi kita, mari kita melihat 2 buah kutipan di bawah ini.

William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim’s back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death” [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkuk­kan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].

William Barclay: “Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conven­iently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu men­jadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedi­kit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].

Sebetulnya saudara dan sayalah yang seharusnya dicambuki sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Kristus telah memikul hukuman kita. Dengan demikian kalau kita mau percaya kepadaNya, kita bebas dari hukuman dan mendapatkan hidup yang kekal.

b) Penyaliban.

Untuk bisa mengerti betapa hebatnya penyaliban yang Kristus alami bagi kita, mari kita melihat 2 buah kutipan di bawah ini.

Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).

William Barclay: “When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledengane of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Some­times prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].

Catatan: William Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku. Ini ia dasarkan pada:

· tradisi.

· Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.

Tetapi saya tidak setuju dengan Barclay, dan saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tangannya, tetapi juga kakinya. Alasan saya:

¨ penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tra­disinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku sendiri-sendiri secara terpisah.

¨ Mazmur 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19 yang jelas menunjukkan bahwa ini adalah Mazmur tentang salib), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.

¨ Dalam Lukas 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!

Sama seperti pencambukan, penyaliban adalah hukuman yang sebetulnya dijatuhkan kepada kita. Tetapi Yesus sudah memikulnya bagi kita sehingga kita tidak lagi perlu dihukum, asal kita mau percaya kepada Yesus!

Selanjutnya Barclay mengutip seorang yang bernama Klausner sebagai berikut:

“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].

Barclay lalu mengatakan:

“It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).

Ada satu hal yang harus diwaspadai kalau kita mendengar tentang hebatnya penderitaan yang Yesus alami bagi kita, yaitu kalau kita sekedar merasa kasihan kepadaNya. Dalam Luk 23:27-32 bisa kita lihat bahwa ada banyak perempuan merasa kasihan dan menangisi Yesus, yang lalu justru ditegur oleh Yesus. Dan Pulpit Commentary mengomentari peris­tiwa ini dengan berkata:

“He does not want our pity. This would be a wasted and mistaken sentiment” (= Ia tidak membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan salah).

Yesus berkorban bagi saudara bukan supaya saudara merasa kasihan kepadaNya, tetapi supaya saudara percaya kepadaNya dan diselamatkan! Kalau saudara hanya mempunyai perasaan kasihan kepada Yesus, tetapi tidak percaya kepadaNya, saudara sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan bahwa saudara tetap adalah orang yang anti Yesus!

5) Kristus menolak anggur bius (Matius 27:34).

Banyak penafsir beranggapan bahwa Ia menolak anggur itu, karena:

· anggur itu mengandung sejenis ramuan bius, yang bisa mengurangi rasa sakit.

· Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa, dan karena itu Ia tidak mau rasa sakitnya dikurangi. Ia mau memikul 100 % hukuman dosa kita!

6) Kristus mengalami kehausan (Yohanes 19:28 bdk. Maz 22:16).

Ingat bahwa orang di neraka pasti mengalami kehausan yang luar biasa. Bandingkan dengan kehausan dari orang kaya di neraka dalam Luk 16:23-24. Kristus menggantikan kita memikul hukuman itu, dan karenanya Ia harus mengalami kehausan yang luar biasa. Ini menyebabkan kita tidak perlu mengalami kehausan di neraka, asal kita mau percaya kepada Yesus!

7) Kristus mengalami keterpisahan dengan Allah (Mat 27:46).

Keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa (Yes 59:1-2 2Tesalonika 1:9). Kristus menggantikan kita memikul hukuman dosa, dan karena itu Ia harus mengalami keterpisahan dengan Allah / BapaNya. Inilah ‘neraka’ yang Ia pikul bagi kita!

8) Kristus mati.

Upah dosa ialah maut (Roma 6:23), dan karena itu Kristus, yang menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa, harus mengalami kematian.

Kristus memang telah menderita dan mati sebagai substitute / pengganti orang berdosa. Tetapi ini tidak ada gunanya bagi saudara kalau saudara tidak percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam kehidupan saudara!

D) Kebangkitan Yesus.

1) Arti kebangkitan Yesus.

a) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15 1Kor 15:57).

· Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi seka­rang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk mena­kut-nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua nanti, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Kor 15:53-55 Wahyu 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sen­diri (Mat 8:29).

· Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Orang kristen memang tetap akan mengalami kematian jasmani, tetapi bagi orang kristen kematian itu bukan lagi merupakan hukuman dosa, tetapi merupakan pintu gerbang menuju surga.

b) Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.

· Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!

Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali. Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak menerima pembayaran hutang dosa itu!

· Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa manusia sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, menjamin keselamatan kita!

c) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya (Ro 6:4,5,8 1Kor 6:14 1Kor 15:20-23 2Korintus 4:14 Filipi 3:21 Kol 2:12 1Tesalonika 4:14).

d) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Ro 1:4).

2) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.

a) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Mat 28:11-15).

Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:

· Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan penjagaan yang ketat (Mat 27:62-66).

Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19 Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.

· Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).

Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.

· Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

· Murid-murid mati syahid untuk Yesus.

Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.

· Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha menang­kap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus kembali?

b) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

· Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.

· Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

c) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

· Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.

· Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tidak ada dokter atau perawat yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru jadi ‘sembuh’ setelah hari yang ketiga?

d) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain yang mirip Yesus.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

· Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalibkan orang lain, karena orang yang benci pada seseorang pasti mengingat wajah musuhnya.

· Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru mengenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi takut setelah Yesus mati.

· Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenya­taannya adalah: kubur itu kosong.

e) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusina­si.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

· Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.

· ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekali­gus.

· Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap, bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).

f) Yesus bangkit, bukan secara jasmani, tetapi secara rohani (pandangan dari Saksi Yehovah).

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

· Apa gerangan yang dimaksud dengan kebangkitan rohani? Roh Yesus tidak pernah mati! Ia memang pernah mengalami kematian rohani, yaitu pada waktu Ia ditinggal oleh Bapanya (Mat 27:46). Tetapi dalam arti sebenarnya ‘roh’ tidak bisa mati!

· Kubur Yesus kosong, dan ini menunjukkan bahwa Yesus pasti bangkit secara jasmani.

· Setelah kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dilihat / dipegang (Mat 28:9 Luk 24:38-40 Yoh 20:27).

3) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.

Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sebab:

a) Kebangkitan Yesus dinyatakan secara sangat jelas oleh Kitab Suci, sehingga tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.

b) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat.

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.

Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor 15:3-4).

4) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.

Salib, kematian dan penguburan Kristus kelihatannya menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita (1Kor 15:14,17).

Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kema­tian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25 Ro 6:4 2Kor 13:4 Fil 3:10).

Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita meli­hat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebang­kitan Kristus, kita juga harus mengingat kematianNya.

Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death” (= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematian­Nya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga synecdoche yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu disebut­kan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.

Contoh:

· Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan. Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.

· Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus memusnahkan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebang­kitan’ Yesus.

IV) Iman dan Pertobatan.

A) Beberapa hal yang penting tentang ‘iman yang menyelamatkan’ (saving faith).

1) Iman adalah kepercayaan yang didasarkan pada Firman Tuhan / janji Tuhan (Kej 15:6 Ro 10:17).

Jadi, orang yang beriman adalah orang yang percaya pada apa yang Alkitab katakan tentang Kristus, seperti:

· Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.

· Yesus mati disalib untuk menebus dosa manusia.

· Yesus bangkit dari antara orang mati.

· Yesus naik ke surga dan akan datang kembali sebagai Hakim.
· Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:1-12).

Saudara mungkin sudah tahu / mengerti tentang hal-hal ini, tetapi sudahkah saudara mempercayainya?

2) Iman yang menyelamatkan (saving faith) mempunyai Yesus Kristus sebagai obyek.

Jadi, orang yang beriman bukan sekedar percaya apa yang Kitab Suci katakan tentang Kristus, tetapi juga harus percaya kepada Kristus. Saudara mungkin sudah percaya tentang Kristus, tetapi sudahkan saudara percaya kepada Kristus?

3) Penekanan dari iman yang menyelamatkan (saving faith) adalah kepercayaan kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa.

Jaman sekarang banyak orang percaya kepada Yesus hanya sebagai dokter, pelaku mujijat, penyembuh, pemberi berkat, penolong dalam kesukaran, dsb, tetapi tidak kepada Yesus sebagai Juruselamat / Penebus. Ini bukan iman yang menyelamatkan!

Perlu saudara ingat bahwa malaikat menyuruh Yusuf memberi nama ‘Yesus’ kepada anak yang akan dilahirkan Maria, karena ‘Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’ (Mat 1:21). Jadi, Yesus harus ditekankan sebagai Juruselamat / Penebus dosa!

Disamping itu, dalam 1Kor 15:19 Paulus berkata: “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Kalau saudara hanya percaya kepada Yesus sebagai dokter, pelaku mujijat, penyembuh, pemberi berkat, penolong dalam kesukaran, dsb, jelas bahwa saudara hanya berharap kepada Kristus untuk hidup ini saja! Dengan demikian, maka menurut Paulus / Firman Tuhan, saudara adalah orang yang paling malang dari segala manusia! Memang dalam hidup kita sekarang ini, kita juga berharap kepada Kristus, tetapi kita terutama harus berharap kepadaNya untuk hidup yang akan datang. Kalau kita mempercayai Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa kita, maka kita yakin bahwa pada waktu kita mati, kita tidak akan masuk neraka / dihukum (bdk. Ro 8:1), tetapi akan masuk ke surga. Jadi, ‘kepercayaan kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa’ sangat berhubungan dengan ‘pengharapan kepada Kristus untuk hidup yang akan datang’.

4) Iman yang benar harus mencakup:

a) Pikiran.

Ini berarti bahwa:

· Orangnya harus mempunyai pengetahuan / pengertian yang benar tentang dasar kekristenan (Ro 10:13-14,17 Mat 13:23). Ingat bahwa orangnya tidak harus mengerti tentang doktrin / hal yang sukar, seperti doktrin Allah Tritunggal dsb, tetapi ia harus mengerti tentang dasar kekristenan, yaitu Injil. Misalnya:

* bahwa ia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka.

* bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia dan lalu mati disalib menebus dosanya.

* bahwa ia diselamatkan karena jasa penebusan Kristus yang ia terima melalui iman, bukan karena ia berbuat baik.

· Otak orang itu harus percaya / bisa menerima pada apa yang diketahui / dimengerti. Ini merupakan persetujuan intelektual / logika.

b) Emosi / perasaan.

Tidak cukup hanya mengerti dan percaya secara inte­lektual saja. Perasaan juga harus terlibat. Misalnya:

· adanya perasaan sedih karena dosa / menyakiti hati Tuhan.

· merasakan kasih Allah.

· yakin akan penebusan Kristus.

· merasa sukacita karena penebusan Kristus, dsb.

Kontras dengan ini adalah sikap acuh tak acuh terhadap dosa, Kitab Suci / kebenaran, surga / neraka, dan bahkan terhadap Tuhan sendiri. Juga keragu-raguan akan penebusan Kristus, dan keragu-raguan akan keselamatannya sendiri.

c) Kemauan / kehendak.

Sekalipun pikiran sudah mengerti dan percaya, dan perasaan sudah terlibat, tetapi kalau kehendak kita tidak terlibat, dalam arti kita tidak mau ikut Kristus, kita bukan orang kristen (bandingkan dengan pemuda kaya dalam Mat 19:21-22).

Dalam Luk 15:17-20, pertobatan anak bungsu mengandung 3 elemen tersebut di atas.

5) Iman yang benar juga tidak akan mempunyai serep kepercayaan / agama lain.

Tuhan tidak pernah menyenangi syncretisme (penggabungan 2 agama atau lebih). Ini terlihat misalnya dalam 1Raja 18:21 Yosua 24:14-15 Kel 20:3-5.

Dalam persoalan keselamatan, kalau saudara berkata bahwa saudara percaya kepada Kristus, tetapi saudara masih tetap mempercayai kepercayaan / agama lain, maka itu berarti bahwa iman saudara kepada Kristus itu sebetulnya tidak ada.

Illustrasi: Kalau saudara membawa ban serep dalam mobil saudara itu berarti bahwa saudara tidak percaya kepada ban mobil saudara, dalam arti saudara menganggap ban bisa gembos, sehingga perlu ban serep. Kalau saudara naik kereta api, tentu tidak akan membawa ban serep, karena percaya bahwa ban tidak bisa gembos. Demikian juga kalau saudara betul-betul percaya kepada Kristus tentang keselamatan saudara, maka saudara akan membuang semua kepercayaan / agama lain. Ini termasuk kebatinan, kepercayaan kepada Maria, jimat / berhala, dan semua agama lain.

6) Iman yang sejati / sungguh-sungguh harus diikuti oleh pertobatan dari dosa / perubahan hidup (Yak 2:17,26).

Mengapa demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus (Yoh 7:38-39 Ef 1:13-14), dan Roh Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup orang itu (Gal 5:22-23).

Kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.

Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.

Illustrasi:

sakit ® obat ® sembuh ® olah raga / bekerja

dosa ® iman ® selamat ® taat / berbuat baik

Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.

Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.

Lukas 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.

B) Hal-hal yang akan diterima oleh orang-orang yang mempunyai iman yang sejati:

1) Pengampunan dosa.

Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya”.

Semua dosa-dosa pada masa yang lalu diampuni (termasuk dosa asal), dan di samping itu, tersedia pengampunan untuk dosa-dosa yang akan datang.

Orang kristen memang tidak mungkin hidup suci (1Yoh 1:8,10). 1Yoh 3:9 tak berarti bahwa orang kristen tidak bisa hidup tanpa dosa. Yang dimaksud dalam 1Yoh 3:9 adalah bahwa orang kristen tidak mungkin hidup dalam dosa terus-menerus. Ini terlihat dari terjemahan versi NIV di bawah ini.

1Yoh 3:9 (NIV) - “No one who is born of God will con­tinue to sin, because God’s seed remains in him; he can not go on sinning” (= Tidak seorangpun yang dilahirkan Allah akan terus-menerus berbuat dosa, karena benih Allah tinggal dalam dia; ia tidak bisa terus berbuat dosa).

Kalau orang kristen jatuh ke dalam dosa, ia hanya perlu mengaku dosanya kepada Allah dan dosanya akan diampuni (1Yoh 1:9). Tetapi, ia harus mengakui dengan hati yang betul-betul menyesal / bertobat (Maz 51:19).

Ia tidak perlu mengundang Kristus masuk ke dalam hatinya lagi! Sekali Kristus / Roh Kudus masuk ke dalam hatinya / hidupnya, Ia tidak akan keluar lagi (Yoh 14:16 Ibr 13:5).

2) Pembenaran / justification.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”.

Ro 5:18-19 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

Yang dimaksud dengan ‘satu perbuatan kebenaran’ atau ‘ketaatan satu orang’ adalah kebenaran / ketaatan Yesus Kristus.

Dalam dunia hanya ada 2 golongan manusia:

a) Orang-orang yang ada ‘di dalam Adam’.

Semua manusia ada ‘di dalam Adam’ sejak lahir. Dan semua yang ada di dalam Adam ini dianggap najis / berdosa oleh Allah.

b) Orang-orang yang ada ‘di dalam Kristus’.

Kalau seseorang yang ada ‘di dalam Adam’ lalu percaya kepada Kristus, maka ia berpindah kedudukan menjadi ‘di dalam Kristus’. Sekarang, kebenaran Kristus diberlakukan atas dia, sehingga ia tidak lagi dianggap najis / berdosa oleh Allah, tetapi dianggap sebagai orang benar.

Calvin: “Hence, in order to partake the miserable inheritance of sin, it is enough for thee to be man, for it dwells in flesh and blood; but in order to enjoy the righteousness of Christ it is necessary for thee to be a believer; for a participation of him is attained only by faith” (= Jadi, untuk mengambil bagian dalam warisan dosa yang menyedihkan, cukup bagimu untuk menjadi manusia, karena itu tinggal dalam daging dan darah; tetapi untuk menikmati kebenaran Kristus engkau harus menjadi orang percaya; karena pengambilan bagian dari Dia didapatkan hanya dengan iman).

Jadi, untuk bisa masuk ke neraka cukup bagi saudara untuk berdiam diri. Sejak lahir saudara ada di dalam Adam, sehingga dengan berdiam diri saja, itu sudah cukup untuk membawa saudara ke dalam neraka. Tetapi kalau saudara ingin masuk surga, saudara harus percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

3) Keselamatan / hidup yang kekal.

Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.

Kis 16:31 - “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”.

a) Kita mendapatkan keselamatan / hidup yang kekal itu pada saat kita percaya, bukan pada saat kita mati.

Pada saat Zakheus bertobat / percaya kepada Yesus, maka Luk 19:9 berkata: “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham’”.

Jadi, bukannya pada saat mati Zakheus baru diselamatkan, tetapi pada saat ia percaya / bertobat!

b) Keselamatan itu tidak bisa hilang!

Dalam dunia theologia ada 2 aliran yang sangat bertentangan dalam persoalan ini. Ajaran Arminianisme percaya bahwa seseorang bisa murtad dan kehilangan keselamatannya; tetapi ajaran Calvinisme / Reformed percaya bahwa keselamatan tidak bisa hilang, dan inilah yang benar.

Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan tidak bisa hilang: Yoh 6:39 Yoh 10:27-30 Yoh 11:25-26 Ro 5:8-10 Roma 8:29-30 Roma 8:38-39 1Kor 1:8-9 2Korintus 1:21-22 Fil 1:6 1Pet 1:5 1Pet 5:10 Yudas 24.

Beberapa serangan terhadap doktrin ini dan jawabannya:

· Bagaimana dengan orang yang ‘murtad’?

Jawab: Orang yang murtad menunjukkan bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus (1Yoh 2:18-19 2Yoh 9 bdk. Mat 24:24).

· Bagaimana dengan Mat 7:21-23?

Jawab: Mat 7:21-23 juga menunjuk pada orang-orang yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Karena itu, dalam ay 23, Kristus berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Disamping itu kalau saudara melihat seluruh kontex, yaitu Mat 7:15-23 maka saudara bisa melihat dengan jelas bahwa dalam kontex ini Yesus membicarakan nabi-nabi palsu, dan karena itu jelas menunjuk pada orang, yang sekalipun mempunyai jabatan tinggi, tetapi adalah orang kristen KTP.

· Bagaimana dengan adanya perintah untuk bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?

Jawab: Perintah ini diberikan oleh Allah kepada kita, karena sekalipun Allah berjanji untuk terus ‘memegang’ kita, sehingga keselamatan kita tidak mungkin hilang, tetapi pada saat yang sama, Allah menghen­daki kita untuk berusaha. Jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk hidup seenak kita. Kita harus berusaha untuk memelihara keselamatan kita seakan-akan keselamatan itu bisa hilang.

Illustrasi: Bacalah Kis 27:14-44. Dalam ay 22-25 terlihat adanya jaminan bahwa semua mereka pasti selamat. Tetapi dalam ay 31,34a Paulus tetap memberikan hal-hal tertentu yang harus mereka lakukan supaya selamat. Lalu dalam ay 34b ia lagi-lagi memberikan jaminan selamat. Apakah hal-hal ini bertentangan? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa adanya jaminan keselamatan dari Allah, tidak membuang tanggung jawab mereka untuk melakukan hal yang terbaik bagi keselamatan mereka.

Demikian juga kalau Allah menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Ini tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan hal yang terbaik demi keselamatan kita!

4) Pengangkatan menjadi anak Allah.

Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.

Semua manusia lahir sebagai anak setan, dan hanya kalau kita percaya kepada Yesus Kristus, kita bisa menjadi anak-anak Allah. Banyak orang tidak bisa menerima ajaran ini, tetapi perlu diperhatikan bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa:

a) Manusia hanya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu anak Allah atau anak setan (1Yoh 3:10 Yoh 8:42-44).

b) Hanya orang yang percaya kepada Yesuslah yang dijadikan anak Allah (Yoh 1:12).

Bagaimana kalau setelah kita percaya kepada Yesus dan menjadi anak Allah kita lalu berbuat dosa lagi? Apakah ini menyebabkan kita kembali menjadi anak setan? Tidak. Sekali kita menjadi anak Allah, kita tidak bisa kembali menjadi anak setan. Kalau kita berbuat dosa, persekutuan kita dengan Allah menjadi renggang, tetapi kita hanya perlu menyesali dosa itu, mengakuinya dan bertobat daripadanya, maka persekutuan dengan Allah akan dipulihkan kembali.

5) Damai sejahtera (Yoh 14:27 Gal 5:22).

Waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka kehilangan damai. Mereka menjadi takut terhadap Allah (Kej 3:7-10). Sebagai keturunan Adam dan Hawa, kita lahir dalam dosa / dalam keadaan tanpa hubungan dengan Allah, sehingga kita tidak mempunyai damai. Tetapi, kalau kita percaya kepada Kristus, maka kita bisa diperdamaikan dengan Allah, sehingga kita kembali memiliki damai seperti Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh dalam dosa.

6) Roh Kudus (Kis 2:38 Yoh 7:38-39 Ef 1:13).

Kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini terlihat dari Ef 1:13 yang berbunyi: “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

Orang yang menerima Roh Kudus tidak harus berbahasa lidah / roh! Bahwa tidak setiap orang kristen harus berbahasa roh / lidah terlihat dari 1Kor 12:7-11,28-30.

Tanda dari orang yang memiliki Roh Kudus, bukanlah bahasa roh / lidah, tetapi buah roh (Gal 5:22-23). Dengan kata lain tanda dari orang yang memiliki Roh Kudus adalah hidup yang dikuduskan / diubahkan ke arah yang positif, menjadi lebih sesuai dengan Firman Tuhan.

7) Kemerdekaan dari perhambaan dosa (Yoh 8:34-36).

Sebelum kita percaya kepada Kristus, kita hanya bisa berbuat dosa. Ini terlihat bukan hanya dari istilah ‘hamba dosa’ dalam Yoh 8:34-36, tetapi juga dari ayat-ayat seperti Kej 6:5 Kej 8:21 Roma 6:20 Roma 8:7-8 Titus 1:15.

Tetapi setelah percaya kepada Kristus, kita dimerdekakan dari perhambaan dosa itu (Yoh 8:36 Roma 8:2). Ini tidak berarti bahwa kita lalu tidak lagi berbuat dosa, tetapi ini berarti bahwa kita mulai bisa berbuat baik. Disamping itu, sekalipun kita masih berbuat dosa atau jatuh ke dalam dosa, kita tidak lagi mencintai dosa, tetapi sebaliknya membenci dosa.

V) Gunanya ketaatan / perbuatan baik.

Ketaatan / perbuatan baik sama sekali tidak menyelamatkan kita. Kita selamat hanya karena iman. Tetapi, itu tidak berarti ketaatan / perbuatan baik tidak ada gunanya / tidak perlu dilakukan.

Gunanya ketaatan / perbuatan baik:

1) Bukti iman (Yak 2:17,26).

Tidak adanya ketaatan menunjukkan tidak adanya Roh Kudus dalam diri kita, dan tidak adanya Roh Kudus dalam diri kita menunjukkan tidak adanya iman yang sejati kepada Kristus. Sebaliknya, kalau ada ketaatan, maka itu menunjukkan adanya Roh Kudus dalam diri kita, dan ini membuktikan bahwa kita memang beriman kepada Kristus. Bukti iman ini penting untuk diri kita sendiri, maupun untuk orang lain pada waktu mereka melihat kita.

2) Tanda cinta kita kepada Tuhan (Yoh 14:15).

Kita bisa taat kepada Tuhan karena takut kepada Tuhan (takut dihukum, takut tidak diberkati, dsb). Ketaatan seperti ini memang masih lebih baik dari pada ketidaktaatan, tetapi ketaatan ini tetap kurang baik. Ketaatan yang benar adalah ketaataan karena kasih kepada Tuhan. Jadi, karena kita mengasihi Tuhan, dan kita tahu bahwa ketidaktaatan / dosa itu menyakiti hati Tuhan, maka kita mentaati Tuhan.

3) Supaya kita bisa kuat pada saat kesukaran datang (Mat 7:24-27).

Misalnya:

· Tuhan menyuruh kita belajar FirmanNya. Kalau kita menuruti hal ini dan belajar Firman dengan rajin dan tekun, maka pada waktu serangan setan / kesukaran datang, Firman yang sudah kita pelajari itu akan sangat berguna untuk menghadapi dan bahkan mengatasi kesukaran / serangan setan itu. Tetapi orang yang tidak mentaati perintah Tuhan untuk belajar Firman ini, pada saat kesukaran dan serangan setan datang, tidak akan kuat bertahan.

· Tuhan menyuruh kita hidup dalam kasih. Kalau kita menuruti perintah ini, maka pasti ada banyak orang yang juga mengasihi kita dan dekat dengan kita. Pada waktu kesukaran datang, orang-orang ini bisa menolong kita / menghibur kita, sehingga kita kuat menghadapi kesukaran itu. Sebaliknya, kalau kita tidak menuruti perintah untuk hidup dalam kasih itu, maka banyak orang tidak senang dengan kita, sehingga pada waktu kita mengalami kesukaran, tidak ada orang yang peduli, dan kita tidak bisa bertahan.

4) Supaya kita makin mengerti tentang kebenaran (Yoh 8:31-32 2Pet 1:5-8).

Kalau kita tidak mau taat pada kebenaran yang sudah kita mengerti, maka Tuhan tidak akan menambah pengetahuan itu. Tetapi kalau kita mentaatinya, maka Tuhan akan menambah pengertian kita.

Illustrasi:

· kalau saudara memberi makan anak atau binatang peliharaan, maka kalau makanannya habis, saudara akan menambahnya. Tetapi kalau makanan yang ada tidak dimakan, saudara tidak akan memberi tambahan makanan.

· pada waktu seorang guru mengajar anak, kalau baru persoalan penjumlahan dan pengurangan saja anak itu belum bisa, maka tentu saja guru itu tidak akan mengajar persoalan perkalian dan pembagian.

5) Menguatkan iman.

Ini berhubungan dengan no 4 di atas. Karena ketaatan menyebabkan kita makin mengerti Firman, yang adalah makanan rohani kita, maka ketaatan juga menumbuhkan iman.

Disamping itu, ketaatan juga mendekatkan kita dengan Tuhan (lihat no 7 di bawah), dan ini menyebabkan kita tidak takut / kuatir menghadapi apapun.

6) Supaya kita menjadi saksi Tuhan yang baik, yang menyebabkan nama Tuhan dipermuliakan (Mat 5:13-16 Fil 1:10-11 bdk. Wah 3:18).

Kalau dosa menyebabkan Tuhan dipermalukan (Amsal 30:9b Wah 3:18), maka sebaliknya ketataan / kesucian hidup menyebabkan Tuhan dipermuliakan. Dan perlu diingat bahwa kemuliaan Tuhan harus menjadi tujuan hidup setiap orang (1Kor 10:31).

7) Menjaga persekutuan dengan Tuhan / mendekatkan diri kepada Tuhan (Yes 59:2).

Sekalipun dengan percaya kepada Yesus kita sudah mempunyai hubungan / persekutuan dengan Tuhan, tetapi persekutuan ini bisa mendekat / membaik ataupun merenggang / memburuk. Kalau kita banyak berbuat dosa, apalagi secara sengaja dan dengan sikap tegar tengkuk, maka hubungan kita dengan Tuhan akan merenggang / memburuk. Sebaliknya, kalau kita mentaati Tuhan / menyucikan diri, maka hubungan kita dengan Tuhan akan mendekat / membaik. Ini semua karena Tuhan adalah Tuhan yang suci!

8) Memberikan damai (Yes 48:18).

Pada waktu kita percaya kepada Yesus, maka kita diberi damai. Tetapi damai ini bisa hancur kalau kita berbuat dosa, apalagi secara sengaja dan dengan sikap tegar tengkuk. Hancurnya damai itu merupakan hajaran Tuhan supaya kita kembali kepadaNya / bertobat. Sebaliknya, kalau kita mentaati Tuhan / menyucikan diri, damai itu akan makin lama makin berlimpah.

9) Supaya Tuhan lebih memakai kita dalam pelayanan kita (2Tim 2:20-21).

Ada satu extrim yang harus dihindari, yaitu yang mengatakan bahwa kita harus suci dulu baru bisa dipakai oleh Tuhan. Kalau ini benar, maka Tuhan tidak bisa memakai manusia yang manapun, dan Ia harus memakai malaikat untuk melayani Dia. Tetapi extrim sebaliknya mengatakan bahwa tidak jadi soal kita dosa atau tidak dosa, Tuhan tetap mau memakai kita. Ini jelas juga salah.

Yang benar adalah: Tuhan memang mau memakai orang berdosa sebagai alatNya dalam pelayanan, tetapi makin orang itu menyucikan dirinya makin Tuhan memakai dia / memberkati pelayanannya.

10) Agar kita mendapat tempat yang tinggi di surga (Mat 5:19).

Surga ada tingkat-tingkatnya (Mat 5:19 Luk 19:16-19 1Kor 3:15 Mat 20:20-28), dan demikian juga dengan neraka (Mat 11:20-24). Memang, kita bisa masuk ke surga karena kita beriman (bukan karena kita taat), tetapi tempat / tingkatan kita di surga ditentukan oleh ketaatan kita. Makin kita taat, makin tinggi tempat kita di surga.

Tetapi perlu juga diingat bahwa dalam kita mentaati Tuhan, kita tidak boleh mempunyai motivasi ‘supaya mendapat tempat yang tinggi di sorga’. Ini adalah ketaatan yang didasari oleh pamrih.
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA

I) Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga?

Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan saya percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang berada pada jalan ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku sebagai orang kristen, apalagi sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan pepatah ini untuk surga.

Ada bermacam-macam perwujudan dari kepercayaan sesat ini:

1) Ada yang menyatakannya secara terang-terangan.

Perlu diketahui bahwa pada jaman ini sudah ada pendeta-pendeta yang berani secara terang-terangan menunjukkan pandangan sesat ini, bahkan tidak jarang ia menunjukkannya dengan disertai serangan atau bahkan ejekan terhadap orang yang mempercayai / mengajarkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

Contoh:

a) Pdt. Robert Setio, Ph. D. menuliskan dalam warta tertulis sebuah renungan yang saya kutip di bawah ini:

“‘Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi, tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari’ (Pengkhotbah 1:9).

Suara itu semakin lama semakin keras. Seperti suara pasukan berkuda dalam medan peperangan yang semakin lama semakin bergemuruh, riuh rendah, menyeramkan bagi yang mendengarnya. Suara apa gerangan itu? Itu suara umat, umat beragama. Apa yang terjadi? Apa yang mereka teriakan dengan gegap gempita? Ternyata mereka meneriakkan kata-kata ini: ‘tidak ada keselamatan lain, selain melalui agama kami’. Sementara yang lain menambah dengan semangat yang kurang lebih sama: ‘agama kamilah yang paling diperkenan Allah, agama kamilah yang paling benar’. Begitu keras dan riuh rendahnya suara itu, sampai-sampai mereka yang tak tahu menahu bilang: ‘Kayak kampanye pemilu, ya?!’

Tapi, yang berteriak-teriak datang membela diri. Kata mereka: ‘kami bukannya mau kampanye, kami hanya menyatakan kebenaran, itu saja, dan supaya saudara ketahui, kebenaran itu adalah agama kami maka siapa saja yang ndak mau ikut agama kami pasti tidak dapat dibenarkan’. Mereka terus menyerocos, ‘saudara tahu, Allah sebenarnya telah memberikan penyataan khususnya bagi kami, ini istimewa lho. Sedang bagi yang lain, Allah hanya memberikan penyataan umum yang samar-samar, tidak jelas dan tentu saja tidak seistimewa penyataan yang telah diberikan pada kami’. Hal-hal seperti ini mereka katakan dengan semangat penuh bak seorang prajurit kamikase (prajurit Jepang yang siap bunuh diri demi Kaisar), tentu saja dengan satu maksud yaitu supaya orang berbondong2 pindah ke agama mereka.

Namun benarkah agama kita lebih istimewa dari yang lain? Benarkah orang yang beragama lain itu tidak selamat dan agama mereka sia-sia? Belum tentu. Ya, belum tentu demikian, sebab, seperti kata Pengkhotbah, ‘tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari’, artinya, ‘tidak ada sesuatu yang istimewa di dunia ini’. Semuanya sama saja. Apa yang kita pikirkan, harapkan, doakan sebagai manusia, sama saja dengan apa yang orang lain pikirkan, harapkan & doakan. Setiap orang memiliki pergumulan dasar yang sama. ‘Sama-sama makan nasinya’, kata orang Indonesia. Kita sama-sama menghirup udara yang sama, diterangi oleh matahari yang sama, bulan dan bintang yang sama. Kita sama-sama dilahirkan, sama-sama mati. Mengapa kita harus membedakan diri kita dengan yang lainnya? Keselamatan yang berlaku bagi kita, mengapa tidak mungkin juga terjadi bagi orang lain, meskipun mereka berbeda agama?”.

b) Pdt. Dr. Budyanto, Pendeta GKJW yang kini menjabat Dekan Fakultas Teologi Universitas Duta Wacana, Yogyakarta menulis dalam Majalah DUTA terbitan GKJW, bulan April 2000, hal 8-9, suatu artikel yang berjudul ‘Pemikiran ulang Amanah Agung Yesus Kristus (Mat 28:19-20)’. Bunyinya adalah sebagai berikut:

“Amanat Agung Yesus Kristus ini biasanya dipahami sebagai perintah untuk mengabarkan Injil, dalam arti sempit mengkristenkan umat lain, bahkan lebih sempit lagi menjadikan orang lain menjadi warga gereja tertentu. Pandangan ini biasanya disertai dengan keyakinan, bahwa keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus dan di luar Yesus Kristus manusia akan binasa, seperti yang terdapat dalam Yohanes 14:6: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku’. Dua ayat inilah yang membuat gereja sangat bersikap eksklusif dan merasa diri sebagai umat pilihan Allah. Yang lebih benar, lebih baik dari umat lain. Pemahaman ini akan membuat gereja kesulitan dalam menjalankan tugas panggilannya di dunia ini. Karena itu dua ayat ini perlu mendapat penjelasan ulang.

Pertama, Matius 28:19-20: ‘Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu.’ Kata ‘baptiskanlah mereka’ selama ini dipahami sebagai tanda bahwa seseorang menjadi orang Kristen atau menjadi anggota gereja tertentu. Padahal baptis dalam Alkitab tidak dihubungkan dengan gereja, tetapi dihubungkan dengan kematian dan kebangkitan Kristus, sebagai simbol seseorang dipersekutukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:3,4; Kol. 2:12), sebagai simbol pembebasan dari dosa dan dilibatkannya manusia dalam hadirnya kerajaan Allah dalam diri Kristus, yang mendatangkan syalom. Itulah sebabnya perkataan ini dihubungkan dengan menjadi murid Kristus. Adapun menjadi murid Kristus itu berarti ‘mengajar melakukan apa yang diperintahkan oleh Kristus, bukan mengajar perintah Kristus, tetapi mengajar melakukan’.

Karena itu penulis setuju dengan pendapat Moltmann yang mengatakan, misi Kristen itu tidak lagi dipahami sebagai membaptiskan dan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya menjadi warga gereja serta mendirikan gereja dimana-mana. Itu adalah misi kuantitatif, yang lebih penting adalah misi yang kualitatif, yaitu menulari manusia apa pun agamanya, dengan roh pengharapan, kasih dan tanggung jawab kepada dunia dengan segala macam persoalannya. Agama harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengatasi masalah manusia saat ini yaitu: kelaparan, dominasi satu kelas terhadap kelas lain, imperialisme ideologi, perang atom dan perusakan terhadap lingkungan hidup dan sebagainya.

Kedua, Yohanes 14:6: Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’ Ayat inilah yang sering dipakai oleh kelompok Kristen eksklusif sebagai dasar pemutlakan Yesus, bahkan pemutlakan agama Kristen, bahwa tidak ada jalan lain menuju Bapa kalau tidak lewat Yesus Kristus atau bahkan kalau tidak lewat gereja. Sedangkan kelompok pluralis cenderung melupakan dan tidak menyinggung-nyinggung ayat ini, karena ayat ini sukar dipahami dalam konteks pluralisme agama-agama. Secara eksklusif Willaim Barclay menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Memang banyak orang yang mengajar tentang jalan yang harus ditempuh, tetapi hanya Yesuslah jalan itu dan di luar Dia manusia akan tersesat. Banyak orang yang berbicara tentang kebenaran, tetapi hanya Yesuslah yang dapat mengatakan ‘Akulah kebenaran’ itu. Orang lain mengajarkan tentang jalan kehidupan, tetapi hanya dalam Yesus orang menemukan kehidupan itu. Karena itu hanya Dia saja yang dapat membawa manusia kepada Tuhan.

Tafsiran Barclay ini bertolak belakang dengan hakikat gereja sebagai umat Allah, yang sejajar dengan umat-umat lain dan bertolak belakang dengan semangat pluralisme agama-agama. Mungkin lebih cocok dengan tafsiran Samartha yang mengatakan bahwa dalam agama Kristen, Yesus Kristus memang Juru Selamat namun orang Kristen tidak dapat mengklaim bahwa juru selamat hanya Yesus Kristus. Demikian pula Yesus adalah jalan, tetapi jalan itu bukan hanya Yesus, seperti yang dikatakan Kenneth Cracknell bahwa di luar agama Kristen-pun dikenal banyak jalan menuju keselamatan.

Dalam agama Yahudi dikenal istilah Halakhah, yang secara hurufiah artinya berjalan. Kata ini merupakan istilah teknis dalam pengajaran agama Yahudi yang berhubungan dengan semua materi hukum dan tatanan hidup sehar-hari. Istilah ini diambil dari Keluaran 18:20: ‘Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan yang memberitahukan kepada mereka jalan yang harus mereka jalani dan pekerjaan yang harus mereka lakukan’. Dalam agama Islam konsep jalan itu terdapat dalam Sura 1:5-7: ‘... Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan. Pimpinlah kami ke jalan yang lurus (yaitu), jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka ...’

Dalam agama Hindu juga dikenal adanya jalan menuju mokhsa, menuju kelepasan dari kelahiran kembali, menuju keselamatan, yaitu Jnana marga atau jalan pengetahuan, Karma marga atau jalan perbuatan baik, serta Bhakti marga yaitu jalan kesetiaan atau ibadah. Sedangkan dalam agama Budha dikenal Dhama pada, jalan kebenaran menuju nirwana.

Lalu bagaimana hubungan jalan-jalan ini dengan Kristus yang adalah jalan? Pemahaman ini bisa ditarik ke paradigma inklusif, artinya ada banyak jalan kecil-kecil (path), tetapi hanya satu jalan besar (way) yaitu jalan Kristus. Atau, ditarik ke paradigma pluralis indiferen, artinya banyak jalan, termasuk jalan Kristus, tetapi hanya ada satu tujuan yaitu Allah. Kalau kita memilih yang pertama, memang tidak cocok dengan semangat pluralisme agama-agama, tetapi lebih sesuai dengan teks Yohanes 14:6

Ada banyak jalan tetapi hanya ada satu jalan yang menuju Bapa, yaitu jalan Kristus. Kalau memilih alternatif kedua, hal itu sesuai dengan semangat pluralisme, tetapi persoalan tentang ‘Tidak seorang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’ tidak terpecahkan. Dengan memilih alternatif kedua, berarti menempatkan Yesus sebagai jalan (cara) untuk mencapai suatu tujuan. Padahal menurut banyak penafsir Yesus itu bukan jalan (cara) untuk mencapai tujuan, tetapi Ia sendiri jalan sekaligus tujuan. Dalam teks dikatakan ‘Aku adalah ... (tiga kata berikutnya mempunyai kedudukan yang sejajar) jalan, kebenaran dan hidup’. Bukan Aku jalan menuju kebenaran dan menuju hidup, juga bukan Aku jalan kebenaran dan jalan hidup.

Penulis setuju bahwa di luar agama Kristen ada jalan (minhaj, marga, dhama pada), ada jalan kebenaran, ada keselamatan, tetapi tidak berarti bahwa semua jalan itu sama saja, sehingga semua agama sama saja. Juga tidak berarti bahwa jalan Yesus itu jalan yang luar biasa, sedangkan jalan yang lain jalan biasa.

Lalu persoalannya adalah bagaimana kalimat ‘Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’ harus ditafsirkan? Konteks ayat ini adalah: ketika itu Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya, Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi murid-murid-Nya, kemudian Ia akan kembali menjemput mereka, supaya di mana Yesus berada, murid-murid juga berada di sana (Yohanes 14:3). Kemudian Thomas berkata, ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’. Dengan perkataan itu Thomas ingin tahu jalannya supaya bisa sampai ke tempat itu dengan cara dan kekuatannya sendiri. Kemudian Tuhan Yesus menjawab, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku’. Yang dimaksud Tuhan Yesus dengan perkataan itu adalah Thomas tidak dapat datang ke tempat itu dengan usaha dan kekuatannya sendiri. Kalau toh ia bisa datang di tempat itu karena Tuhan Yesus yang membawa dia (Bdk. ay. 3 yang berkata: ‘Aku akan datang kembali membawa kamu’). Dengan kata lain, kalau Thomas bisa datang di tempat itu, semua itu semata-mata hanya karena anugerah Allah yang nyata dalam kehadiran Yesus Kristus.

Jadi persoalannya bukan di luar Kristus tidak ada jalan, tetapi bagi umat Kristen kita bisa sampai ke tempat di mana Kristus berada, itu semata-mata karena anugerah Allah. Inilah yang membedakan jalan yang ditempuh umat Kristen dan jalan-jalan lainnya. Di sana bukan tidak ada jalan, di sana juga ada jalan, jalan di sana bukan kurang baik, sedangkan di sini lebih baik, tetapi memang jalan itu berbeda. Dengan demikian pemutlakan orang Kristen terhadap Yesusnya, tidak harus membuat orang Kristen menjadi eksklusif, atau menyamakan saja semua agama. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa hanya Yesus Kristuslah yang membawa kita kepada keselamatan, tetapi kita juga tidak harus mengatakan di sana, dalam agama-agama lain, sama sekali hanya ada kegelapan dan kesesatan. Kalau kita sendiri tidak rela orang menganggap dalam kekristenan hanya ada kegelapan dan kesesatan, mengapa hal yang sama kita tujukan kepada orang lain.

Apakah pandangan ini tidak memperlemah semangat pekabaran Injil? Tidak, hanya harus ada orientasi baru tentang Pekabaran Injil. Pekabaran Injil harus dipahami seperti pemahaman Yesus Kristus sendiri: ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik (mengabarkan Injil) kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang’ (Luk. 4:18,19).

Memberitakan Injil tidak lagi dipahami sebagai kristenisasi, tetapi kristusisasi. Menambah jumlah orang-orang yang diselamatkan dan menjadi anggota gereja bukan tujuan pekabaran Injil, tetapi sebagai akibat atau buah pekebaran Injil: ‘Mereka disukai semua orang dan setiap hari Tuhan menambahkan dengan orang-orang yang diselamatkan’ (Kis. 2:46). Buah pekabaran Injil ini mungkin tidak segera kita nikmati dalam kehadiran mereka di gereja, tetapi mungkin pada waktu dan di tempat lain.

Apakah pemahaman pekabaran Injil ini tidak sama saja dengan pemahaman sebelumnya? Tidak, pada pola pemahaman yang pertama mengesampingkan sikap toleransi yang karenanya dapat menimpulkan kecurigaan bahkan konflik sosial. Sering kekristenan mereka yang ‘bertobat’ lebih bersifat emosional. Sedangkan pola pekabaran Injil kedua, sangat bersifat tenggang rasa, toleran dan bahkan mungkin pekabaran Injil bisa dilakukan dengan kerja sama antar agama. Kalau akhirnya ada yang menjadi anggota gereja, kekristenan mereka tidak bersifat emosional, tetapi dengan kesadaran penuh.”.

c) Dalam majalah ‘PENUNTUN’ yang diterbitkan oleh GKI, vol 2, No 6, Januari - Maret 1996, bagian ‘Kata Pengantar’ (hal v) ada kata-kata sebagai berikut:

“Banyak orang sering semberono menilai dengan negatif agama-agama lain yang mereka sendiri tidak hayati. Hal paling minimal yang diperlukan dalam rangka mengenal orang-orang yang beragama lain, yaitu membaca dan memahami Kitab Suci agama-agama lain, belum mereka lakukan. Apalagi menghayati hidup seperti yang dihayati penganut agama lain itu sendiri. Sikap seperti itu, tidak terkecuali, banyak ditemukan di dalam diri orang-orang Kristen. Yang berpendidikan tinggi maupun yang tidak. Orang juga sering memakai petobat-petobat baru untuk membuktikan betapa agama-agama semula yang sudah ditinggalkan petobat-petobat baru itu adalah agama-agama yang kurang sempurna, yang di dalamnya tidak terdapat kebenaran, atau, dalam ungkapan yang sangat menusuk perasaan, berisi ajaran-ajaran sesat dari kuasa-kuasa kegelapan. Tindakan jahat yang tidak penuh kasih semacam ini juga banyak ditemukan di antara orang-orang Kristen. ... Pemahaman dan pendekatan yang simpatetik terhadap pelbagai pandangan keselamatan, khususnya yang terdapat di dalam agama-agama lain, diharapkan akan sedikit banyak mempengaruhi dengan positif sikap dan pandangan orang Kristen terhadap agama-agama lain dan para penganutnya. ... Tulisan Ioanes Rakhmat berupaya menunjukkan bahwa pandangan yang sudah sangat berakar di dalam diri orang-orang Kristen bahwa di dalam agama-agama lain tidak ditemukan karunia keselamatan dari Allah, adalah pandangan yang sangat subyektif dan keliru”.

d) Dalam majalah ‘Penuntun’ terbitan GKI Jabar (Vol. 2. No. 6, Januari - Maret 1996), ada sebuah artikel yang ditulis oleh Pdt. Eka Darmaputera, Ph. D. yang berjudul ‘Boleh diperbandingkan, jangan dipertandingkan’. Dan dalam artikel itu ada kata-kata sebagai berikut:

“Sebuah dongeng Hindu. Ada seorang raja yang adil, arif lagi bijaksana. Tiga orang puteranya, semua serba gagah, tampan dan perkasa. Konon menyadari usianya yang kian uzur, sri baginda ingin mempersiapkan segala sesuatu sebaik-baiknya sebelum ajal tiba. Demikianlah ia memutuskan untuk membagi semua harta di kerajaannya menjadi tiga. Semua, tanpa boleh ada yang tersisa atau terlupa. Masing-masing puteranya harus menerima persis sepertiga. Tak ada yang lebih atau kurang. Supaya jangan ada yang bangga, dan ada yang kecewa. Titah ini segera dilaksanakan tanpa masalah. Sampai sang raja sendiri menyadari, bahwa ternyata masih ada satu yang tersisa. Yaitu cincin yang selama ini melingkar di jari manisnya. Bagaimana membaginya? Namun bukan sri baginda namanya bila tidak menemukan jalan keluar juga pada akhirnya. Dengan diam-diam dan amat rahasia, pada suatu hari, dipanggilnya pandai mas yang paling ahli di seluruh kerajaannya. Pandai mas itu dititahkannya membuat dua buah cincin lagi. Syaratnya: sama persis dalam segala hal dengan cincin yang semula. Ringkas cerita, persoalan teratasi. Namun sementara. Sebab akhirnya, lama setelah baginda wafat, tiga pangeran itu toh mafhum juga bahwa tidak semua dari tiga cincin yang ada itu ‘asli’. Mereka segera bertengkar hebat sekali, masing-masing mengklaim bahwa cincin yang lain adalah ‘tiruan’, dan cuma cincinnya sendiri yang ‘asli’. Pertengkaran itu pasti akan berkelanjutan, bila mereka tidak segera menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu pasti membuat hati mendiang ayah mereka terluka dan amat berduka. Terlebih lagi, alangkah bodohnya yang mereka lakukan itu! Bertengkar menguras enerji dan emosi untuk hal yang tak dapat mereka buktikan! Akhirnya kembali ke akal sehat mereka. Mereka masing-masing bertekad merawat cincin mereka masing-masing. Tanpa mempersoalkan, apalagi mempertengkarkan, mana yang ‘asli’ dan mana yang ‘palsu’. Sebab mengenai ini, hanya ayahanda tercinta saja yang mengetahuinya. Untuk apa ‘dongeng’ tersebut? Untuk menolong kita memasuki pembicaraan yang akan cukup rumit dan peka. Yaitu, ketika Redaksi Penuntun meminta saya menunjukkan mana di antara ketiga ‘cincin’ itu yang ‘asli’. Melalui dongeng di atas saya telah memberikan pratanda apa yang bakal menjadi jawab saya nanti. Yang pertama-tama ingin saya katakan adalah, permintaan itu aneh tetapi wajar. Bahkan, saya yakin, apa yang diminta itu, adalah pertanyaan sebagian besar pembaca juga. Yaitu, setelah artikel-artikel mengenai ajaran keselamatan dari pelbagai macam agama / kepercayaan itu, kita pasti bertanya: manakah yang benar di antara ajaran yang berbeda-beda itu? Begitu lazimnya pertanyaan itu, sehingga banyak orang tidak merasa perlu bertanya terlebih dahulu: Tepatkah pertanyaan itu? Dan mungkinkah menjawab pertanyaan itu? Ternyata cukup banyak juga yang menjawab: ‘Ya! Pertanyaan itu bukan cuma tepat, tetapi juga perlu!’ Termasuk dalam kelompok ini, adalah sebagian besar pemimpin serta penganut agama (Anda juga?). Yaitu ketika dengan keyakinan yang tidak dibuat-buat, mereka berkata, ‘Anda mau tahu mana yang benar dari antara ajaran yang bermacam-macam itu? Ya agama saya! Apa lagi?!’ Bila Anda mendengar jawaban seperti itu, anjuran saya adalah jangan mendebatnya. Mengapa? Sebab yang saya bayangkan adalah, Anda pasti akan bertanya: ‘Dari mana dan bagaimana Anda tahu bahwa cuma agama Anda yang benar?’. Iya ‘kan?” (hal 170,171).

“Orang-orang ini (dalam ilmunya) ‘memperbandingkan’ agama-agama tapi tidak ‘mempertandingkan’nya. Mereka tidak berminat untuk mencari mana yang lebih benar dan lebih unggul. Dan semua itu dilakukan dengan seilmiah serta seobyektif mungkin. Sebab itu biasanya enak dan mengasyikkan berdiskusi dengan orang-orang dari kelompok ini! Toleran, terbuka, dan simpatik! Berbeda dengan kelompok pertama.” (hal 173).

“Dengan tetap menghormati kekhasan masing-masing agama, kita harus tetap mengatakan bahwa semua agama ada pada dataran yang sama. Ada perbedaan, namun (dalam bahasa Inggris) ‘they are different in degree, but not in kind’. Berbeda dalam banyak hal, tapi tidak dalam hakikat. Secara hakiki, semua adalah satu kategori.” (hal 174).

“Dengan membuat perbandingan itu, kita dipaksa dan dilatih untuk terbuka dan rendah hati. Di samping itu, manfaat yang sering tidak kita sadari adalah: kita tidak hanya dibuat lebih mengenal kepercayaan orang lain, tetapi juga kepercayaan kita sendiri. Kita hanya dapat membuat perbandingan, apabila kita mengenal dengan baik dan dengan benar ajaran sendiri maupun ajaran orang lain, bukan? Sayang sekali, bagi banyak penganut agama polemik dan apologetik masih lebih digemari ketimbang perbandingan dan dialog. Padahal, dengan polemik dan apologetik, tanpa sadar kita terdorong untuk melebih-lebihkan diri sendiri dan mencari-cari atau menekan-nekankan kelemahan orang lain. Sikap yang tidak kristiani, bukan? Tanpa sadar kita tergiring untuk semakin menutup diri. Kehilangan kesempatan untuk belajar dari kekurangan diri sendiri dan kelebihan orang lain. Kehilangan kesempatan untuk diperkaya oleh orang lain dan sekaligus menjadi berkat bagi orang lain! Sayang sekali! Tapi itu yang sering terdengar. ‘Orang Kristen tidak perlu belajar apa-apa dari siapa-siapa! Kita sudah punya Yesus!’ Menarik sekali kata-kata ini! Tetapi naif! Sebab justru bila Anda benar-benar sudah punya Yesus maka, seperti Dia, Anda akan tahu apa artinya kerendahan hati dan ‘mengosongkan diri’, terbuka untuk belajar dari siapa saja! Justru bila Anda benar-benar sudah punya Yesus, Anda akan dapat mendemonstrasikan iman yang seperti kanak-kanak bukan iman Farisi yang penuh dengan keangkuhan hati!” (hal 174-175).

e) Dalam suatu camp GKJW saya pernah mengalami suatu konfrontasi dengan Pdt. Bambang Roesena dari GKJW. Dalam acara tanya jawab, saya ditanya apakah orang Katolik dan orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa selamat. Saya menjawab bahwa Katolik berbeda secara dasari dengan Kristen, karena prinsip mereka adalah keselamatan karena iman dan perbuatan baik. Karena salah secara dasari, maka tentu tidak bisa selamat. Tentang orang yang tidak pernah mendengar Injil, saya juga katakan tidak selamat, berdasarkan Ro 2:12 dan Ro 10:13-15a.

Pdt. Bambang Roesena lalu menanggapi bahwa kita tidak boleh mempunyai theologia batu, tetapi harus theologia air. Maksudnya kita harus flexible. Dari tanggapannya jelas terlihat bahwa ia tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.

2) Kadang-kadang pandangan / ajaran sesat semacam ini terselubung di bawah slogan yang benar. Misalnya ada pendeta / pengkhotbah / orang kristen yang kalau berdoa, mengakhiri doanya dengan kata-kata ‘dalam nama Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat dunia’. Tetapi mereka tidak pernah memberitakan Injil / mendorong orang untuk percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan mereka tidak pernah mendorong orang untuk memberitakan Injil, dan kalau kepada mereka ditanyakan apakah orang yang beragama lain itu pasti masuk ke neraka, mereka menjawab ‘tidak’, atau ‘belum tentu’.

Pernyataan-pernyataan yang bertentangan seperti itu juga ada dalam Gereja Roma Katolik.

Dalam ‘Catechism of the Catholic Church’ yang dikeluarkan tahun 1992 ada pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

· No 161: “Believing in Jesus Christ and in the One who sent him for our salvation is necessary for obtaining salvation” (= Percaya kepada Yesus Kristus dan kepada Yang mengutusNya untuk keselamatan kita adalah perlu untuk mendapatkan keselamatan).

· No 618 (bagian akhir): “Apart from the cross there is no other ladder by which we may get to heaven” (= Terpisah dari salib tidak ada tangga lain melalui mana kita bisa sampai ke surga).

Dari 2 pernyataan ini kelihatannya mereka percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga. Tetapi dalam Catechism yang sama ternyata juga ada pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan kedua pernyataan di atas, dan jelas menunjukkan kepercayaan bahwa di luar Kristus ada keselamatan, dan dengan demikian Kristus bukanlah satu-satunya jalan ke surga. Misalnya:

¨ No 839b: “The Jewish faith, unlike other non-Christian religions, is already a response to God’s revelation in the Old Covenant. To the Jews ‘belong the sonship, the glory, the covenants, the giving of the law, the worship, and the promises; to them belong the patriarchs, and of their race, according to the flesh, is the Christ’, ‘for the gifts and the call of God are irrevocable.’” [= Iman / kepercayaan Yahudi, tidak seperti agama-agama non-Kristen yang lain, sudah merupakan suatu tanggapan terhadap wahyu Allah dalam Perjanjian Lama. Orang-orang Yahudi ‘memiliki ke-anak-an, kemuliaan, perjanjian-perjanjian, pemberian hukum Taurat, penyembahan, dan janji-janji; mereka memiliki kepala keluarga nenek moyang mereka (Abraham, Ishak, Yakub dsb), dan Kristus, menurut daging, adalah dari bangsa mereka’, ‘karena karunia-karunia dan panggilan Allah tidak dapat dibatalkan.’].

¨ No 841: “The Church’s relationship with the Muslims. ‘The plan of salvation also includes those who acknowledge the Creator, in the first place amongst whom are the Muslims; these profess to hold the faith of Abraham, and together with us they adore the one, merciful God, mankind's judge on the last day.’” (= Hubungan Gereja dengan orang-orang Islam. ‘Rencana keselamatan juga mencakup mereka yang mengakui sang Pencipta, dan di antara mereka yang ada di tempat pertama adalah orang-orang Islam; mereka mengaku memegang / mempercayai iman Abraham, dan bersama-sama dengan kita / kami mereka memuja / menyembah satu Allah yang penuh belas kasihan, hakim umat manusia pada hari terakhir.’).

¨ No 847b: “Those who, through no fault of their own, do not know the Gospel of Christ or his Church, but who nevertheless seek God with a sincere heart, and, moved by grace, try in their actions to do his will as they know it through the dictates of their conscience - those too may achieve eternal salvation” (= Mereka yang bukan karena salah mereka sendiri, tidak mengetahui / mengenal Injil Kristus atau GerejaNya, tetapi yang sekalipun demikian mencari Allah dengan hati yang tulus, dan, digerakkan oleh kasih karunia, mencoba / mengusahakan dalam tindakan mereka untuk melakukan kehendakNya, seperti yang mereka ketahui melalui perintah hati nurani mereka - mereka juga bisa mencapai keselamatan yang kekal).

3) Juga perlu diingat bahwa kadang-kadang pendeta / pengkhotbah yang mempunyai pandangan sesat ini bersikap sebagai seekor bunglon. Dalam kalangan orang Injili, ia menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, tetapi begitu ia ada dalam kalangan orang yang segolongan dengan dia, ia menunjukkan warna aslinya dan menyatakan Yesus hanya sebagai salah satu jalan ke surga.

4) Bisa juga pandangan sesat ini diwujudkan oleh seorang pendeta / pengkhotbah dengan mengijinkan atau bahkan mendorong jemaat untuk menyumbang / membantu agama lain.

Waktu saya masih ada di Komisi Pemuda GKI Sulung, saya pernah konfrontasi dalam acara Pemahaman Alkitab dengan Ny. Kaligis Sm. Th. karena ia menceritakan tentang seorang kristen yang menyumbang MTQ sebanyak Rp 500 juta, dan ia mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang baik.

Ada bermacam-macam alasan yang dikemukakan sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan orang yang tidak percaya kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.

Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:

1) Kita tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.

2) Kita tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka.

3) Kita tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain. Kita hidup dalam suatu masyarakat yang bersifat majemuk, bahkan yang mayoritas beragama lain, dan karena itu kita harus bertoleransi terhadap agama lain. Sedangkan kepercayaan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga merupakan sikap yang sangat tidak toleran.

4) Mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap yang egois, tidak kasih dan mau menangnya sendiri.

5) Orang yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke neraka?


III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini.

1) Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya ke sorga, sehingga kita tidak mungkin bisa selamat.

2) Kita harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha yang bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada Yesus.

Kita juga harus memberitakan Injil khususnya kepada keluarga kita supaya mereka mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sebagai orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus. Ada orang tua kristen yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-anaknya memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan tentang orang tua kristen yang membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya masuk ke neraka karena tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.

Perhatikan bahwa hal ini dilakukan bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang yang diinjili tersebut.

3) Kita juga harus mengusahakan supaya orang kristen yang lain juga mau dan bisa memberitakan Injil.

Usahakan supaya gereja saudara mengadakan kader Pekabaran Injil sehingga jemaat bisa diajar bagaimana caranya memberitakan Injil.

Dengan ada lebih banyak orang kristen yang memberitakan Injil maka jelas bahwa Injil akan lebih cepat tersebar, dan lebih banyak orang bisa diselamatkan.

4) Orang kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga bukanlah orang yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja, bahkan sekalipun mereka adalah pendeta, beritakanlah Injil kepada mereka supaya mereka bertobat.

Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!

5) Orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah serigala yang berbulu domba (Mat 7:15), atau nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci!

6) Kalau kita mengatakan bahwa orang yang tidak per­caya kepada Yesus pasti masuk neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi percaya pada kebenaran Kitab Suci!

Juga perlu dicamkan bahwa Mat 7:1-2 yang berbunyi “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”, tidak berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh menghakimi / menilai kesalahan / kesesatan orang lain, karena kita juga harus memperhatikan Yoh 7:24 yang berbunyi “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”.

Juga perhatikan ayat-ayat di bawah ini, yang menunjukkan bahwa orang kristen diberi kuasa untuk menyatakan apakah seseorang diampuni oleh Allah atau tidak (tentu saja pernyataan ini tergantung dari tanggapan orang itu terhadap penginjilan yang kita lakukan).

· Mat 16:18-19 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.’”.

· Mat 18:18 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”.

· Yoh 20:23 - “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada”.

Mat 18:18 boleh dikatakan sama bunyinya dengan Mat 16:19. Dan kedua ayat itu boleh dikatakan sama artinya dengan Yoh 20:23. Bedanya adalah, kalau Mat 16:19 itu diucapkan hanya kepada Petrus, maka Mat 18:18 dan Yoh 20:23 diucapkan kepada semua murid.

7) Kalau orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, itu bukan sikap egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.

Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk lewat genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya saudara bisa masuk rumah saya dengan cara yang benar dan tidak ditembak. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada saudara?

Kepercayaan tentang Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga bisa ada bersama-sama dengan kasih kepada orang non kristen, dan ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada orang non kristen itu, supaya ia bisa diselamatkan.

8) Orang-orang kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak tahu akan nasib orang yang tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati, tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang tidak mau tahu! Tidak ada orang yang lebih buta dari pada orang yang tidak mau melihat!

9) Kita perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan untuk selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga orang di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!

10) Kita tidak boleh mendukung:

a) Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

b) Gereja-gereja yang tidak lagi memberitakan Injil.

Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja yang masih mempunyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan Injil.

c) Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan, seperti:

· Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan penginjilannya adalah pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil. Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Mereka mempunyai komisi Pekabaran Injil, tetapi apa yang dilakukan oleh komisis Pekabaran Injil tersebut hanyalah mendatangi panti asuhan, tempat yang terkena bencana alam, dsb, dimana mereka lalu membagi-bagikan uang, makanan, pakaian, dan lalu pulang. Perlu diingat bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan! Juga perlu diingat bahwa orang-orang yang dilayani dengan pelayanan seperti itu, sekalipun mereka merasa senang karena mendapatkan pertolongan yang bersifat jasmani dan sementara, tetapi pada akhirnya tetap akan masuk ke neraka, karena tidak percaya kepada Kristus, yang tidak pernah diberitakan kepada mereka!

· Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik.

Jangan mendukung gereja-gereja seperti ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung gereja sesat sama dengan mendukung setan!

Bandingkan dengan Gal 1:6-9 yang menunjukkan pandangan Paulus terhadap orang yang memberitakan Injil yang berbeda: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

Kalau mendukung gereja sesat sudah tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang mereka kalau mereka mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh mendukung agama mereka!

Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja / hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan mendukung kesesatan

BACA JUGA: ORANG KRISTEN KTP


DOA

I) Definisi.

Berdoa adalah berbicara kepada Tuhan. Sekalipun hal ini mungkin sekali sudah dimengerti oleh semua orang, tetapi dalam kenyataannya, ada banyak orang yang tidak menghayati definisi doa ini.

Misalnya:

1) Adanya sikap tidak hormat kepada Tuhan.

Ini bisa terjadi:

a) Pada waktu dirinya sendiri berdoa.

Misalnya: ada banyak orang berdoa sambil menghadap TV yang suaranya tetap keras, dan doanyapun dibuat cepat-cepat karena ingin segera melanjutkan nonton TV.

b) Pada waktu orang lain berdoa.

Misalnya:

· tahu ada orang sedang berdoa tetapi toh membuat ribut.

· ada banyak orang sering ‘membangunkan’ orang yang sedang berdoa.

2) Pada saat memimpin persekutuan doa, banyak orang membuat doa itu menja­di ‘indah’ demi manusia yang mendengar. Kita harus ingat bahwa pada waktu berdoa kita berbi­cara kepada Tuhan dan bukan kepada manusia.

3) Berdoa dengan sikap munafik / tidak jujur, misalnya dengan berkata: ‘Tuhan, aku percaya bahwa Engkau pasti menyembuhkan penyakit ini’, padahal hatinya tidak percaya.

Kalau saudara bersikap munafik / berdusta pada waktu berbicara kepada manusia, mungkin itu bisa berguna, karena orang itu tidak akan tahu kemunafikan / dusta saudara. Tetapi pada waktu berdoa, saudara berbicara kepada Tuhan yang maha tahu, yang tahu seluruh isi hati / pikiran saudara. Ada gunanyakah bersikap munafik / berdusta dalam doa? Lebih baik, keluarkan / katakan apa saja yang ada di dalam hati saudara kepada Tuhan secara jujur. Dari pada berdoa: ‘Tuhan ampunilah orang yang jahat kepadaku itu, dan berkatilah dia’, padahal saudara menginginkan orang itu mati, lebih baik saudara berdoa: ‘Tuhan, sebetulnya aku benci kepada orang itu dan aku ingin Engkau membunuh dia, tetapi karena Engkau menyuruh aku mengasihi musuh dan mendoakannya, maka tolong aku mengampuni dan mengasihinya’.

4) Berdoa secara ‘otomatis’ / sekedar sebagai kebiasaan (tanpa dihayati), misalnya: doa makan.

Pada waktu menaikkan doa-doa rutin seperti ini sering orang berdoa secara otomatis, dan pikirannyapun tidak ditujukan kepada Tuhan.

II) Posisi tubuh pada waktu berdoa.

Ada yang berdoa sambil:

· berlutut (Dan 6:11).

· berdiri (Luk 18:11,13).

· duduk (1Raja 19:4).

· berjalan (2Sam 15:30-31).

Kesimpulan: Kitab Suci tidak menentukan posisi tubuh pada waktu berdoa. Yang penting adalah sikap hati kita (bdk. Yoh 4:23-24).

III) Macam-macam doa.

1) Doa pujian (Mat 6:9-10).

Kita bisa memuji Tuhan atas apa adanya Dia, yaitu sebagai Allah yang maha kuasa, maha mulia, maha kasih, dsb. Kita juga bisa memuji Dia atas segala berkat / kasih yang Ia limpahkan kepada kita.

2) Doa permohonan (Yoh 16:24).

Ada orang yang tidak mau meminta apa-apa kepada Tuhan, dengan alasan ia berserah kepada Tuhan. Sikap apatis seperti ini adalah salah, karena Tuhan menyuruh kita meminta kepadaNya (Yoh 16:24 Mat 7:7).

Kita boleh, dan bahkan harus, meminta kepada Tuhan, baik dalam hal jasmani, maupun rohani (Mat 6:11,13).

a) Dalam hal jasmani, seperti minta kesehatan / kesembuhan, perlindungan, keharmonisan keluarga, uang, mobil, berkat dalam study / pekerjaan, pacar, dsb.

b) Dalam hal rohani, seperti penyadaran dosa, pengampunan dosa, bimbingan Roh Kudus, pencerahan supaya mengerti Firman Tuhan, pengurapan dalam pelayanan, pertumbuhan iman dan hubungan dengan Tuhan, dsb.

3) Doa syukur (1Tes 5:18 Luk 17:11-19).

Banyak orang yang hanya rajin meminta, tetapi pada waktu doanya dikabulkan atau pada waktu menerima sesuatu yang baik dari Tuhan, tidak bersyukur kepada Tuhan.

Ada banyak hal untuk mana kita harus bersyukur, seperti:

a) Keselamatan dalam Kristus.

b) Pengampunan dosa yang Tuhan berikan dari hari ke hari.

c) Segala berkat jasmani maupun rohani yang Tuhan berikan kepada saudara.

d) Segala hal yang jelek yang tidak menimpa saudara.

Kalau saudara sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan, mungkin saudara perlu melihat orang lain yang lebih menderita dari saudara, dan bersyukurlah bahwa saudara tidak mengalami apa yang dia alami. Ada orang yang berkata: ‘Orang yang tidak mempunyai sepatu akan terus mengomel, sampai ia bertemu dengan orang yang tidak punya kaki’.

e) Segala hal yang tidak menyenangkan yang menimpa saudara, karena itu pasti membawa kebaikan bagi saudara (Ro 8:28).

4) Doa pengakuan dosa (1Yoh 1:9 Mat 6:12).

Ini harus dilakukan:

a) Dengan hati yang sungguh-sungguh menyesal (Maz 51:18-19).

b) Sesering mungkin, sedikitnya setiap hari sekali.

Mengapa? Karena sebelum dosa itu saudara akui, dosa itu menghalangi persekutuan saudara dengan Tuhan, dan ini menyebabkan saudara jatuh ke dalam dosa yang lain.

c) Secara mendetail (menyebut dosa-dosa saudara satu per satu, bukan secara umum).

Jadi, jangan berdoa ‘Tuhan ampuni dosaku sepanjang bulan / minggu yang lalu’, tetapi berdoalah: ‘Tuhan ampuni aku tadi berdusta kepada si A, dan ampuni juga aku tadi ngelamun di gereja, dan ampuni aku tadi mata duitan’, dsb.

Kalau saudara betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka pada waktu saudara sudah mengaku dosa dengan sungguh-sungguh, saudara harus yakin berdasarkan Firman Tuhan bahwa Tuhan sudah mengampuni dosa saudara (1Yoh 1:9). Setan sering menggoda / berbisik supaya saudara tidak yakin akan pengampunan Tuhan, dengan alasan dosa saudara itu adalah dosa yang besar atau terjadi secara berulang-ulang, atau karena dosa itu dilakukan dengan sengaja, dsb. Tetapi saudara harus memilih, mau percaya kepada setan atau kepada Firman Tuhan?

5) Doa syafaat / doa untuk orang lain (1Tim 2:1-2 1Sam 12:23).

Ada banyak orang yang harus kita doakan:

a) Pemerintah (1Tim 2:1-2).

b) Hamba Tuhan & semua orang kudus / kristen (Ef 6:18-20).

c) Orang yang belum bertobat, supaya mereka bertobat (Kis 26:29).

d) Orang sakit (Yak 5:14).

e) Musuh (Mat 5:44).

IV) Sikap Tuhan terhadap doa.

Ada beberapa kemungkinan tentang sikap Tuhan terhadap doa manusia.

1) Tuhan tidak mendengar / tidak menggubris doa itu.

Hal itu bisa terjadi, karena:

a) Orang yang berdoa itu bukan anak Allah / belum percaya kepada Yesus dengan sungguh-sungguh.

Dasarnya:

· Yoh 14:6 dan 1Tim 2:5 menunjukkan bahwa hanya melalui Yesus kita dapat datang kepada Bapa. Orang yang belum percaya kepada Yesus, dosa-dosanya belum beres, dan dosa-dosanya itu memisahkan dia dengan Allah yang maha suci (Yes 59:2)!

· Yoh 16:23-24 menunjukkan bahwa doa harus dinaikkan ‘dalam nama Yesus’.

Jangan berpikir bahwa ini berarti bahwa kita harus sekedar mengucapkan kata-kata ‘dalam nama Yesus’ pada akhir doa itu. Sama sekali tidak. Mengapa? Karena dalam Kitab Suci tidak pernahada doa yang diakhiri dengan kata-kata ‘dalam nama Yesus’. Bahkan pada waktu Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, Ia tidak menggunakan kata-kata ‘dalam nama Yesus’ pada akhir dari doa itu. Kalau demikian apa arti Yoh 16:23-24 itu? Artinya adalah: pada waktu kita berdoa, dalam diri kita harus ada suatu pengertian dan kesadaran bahwa hanya karena jasa penebusan Yesuslah maka kita bisa / boleh menghadap Allah. Tanpa pengertian dan kesadaran itu doa kita tidak didengar Allah (bdk. Ibr 10:19-22).

Dalam persoalan ini ada satu hal yang perlu diwaspadai: Kalau pada suatu waktu kita memegangi dosa tertentu secara sengaja / sadar, maka mungkin sekali kita takut berdoa, karena kita tahu Allah tidak akan mendengarkan doa kita. Ini adalah sesuatu yang wajar. Tetapi sebaliknya, kalau kita hidup saleh, dan kita lalu berdoa dengan keyakinan bahwa doa kita pasti didengar karena kita sudah hidup saleh, maka itu salah! Bagaimanapun salehnya kita hidup, kita masih penuh dengan dosa, dan karena itu setiap saat kita harus sadar bahwa kita hanya bisa diterima oleh Allah karena jasa penebusan Kristus!

Penerapan

¨ Kalau saudara bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dan saudara merasa heran mengapa doa saudara selama ini tidak dikabulkan oleh Tuhan, maka pertama-tama datanglah dan percayalah kepada Yesus!

¨ Kalau saudara adalah orang kristen dan suatu hari saudara memberikan counseling kepada orang yang belum percaya yang sedang mengalami kesukaran, janganlah saudara menyuruh dia berdoa. Injili dia lebih dulu dan desak dia untuk percaya kepada Yesus, baru suruh dia berdoa untuk problemnya. Beri orang itu pengertian bahwa hanya melalui Yesus orang bisa datang kepada Bapa.

Catatan: Kadang-kadang Tuhan bisa mengabulkan doa orang yang belum percaya, dengan tujuan mempertobatkan orang itu.

b) Ada dosa yang belum diakui / ditinggalkan atau bahkan dipegangi dengan sikap tegar tengkuk (Yes 59:1-2).

Contoh dosa yang bisa menghalangi doa:

· tidak perduli pada teguran / nasehat Firman Tuhan (Amsal 1:24-31 Zakh 7:8-13).

· ada niat jahat dalam hati (Maz 66:18).

· ada kesombongan, khususnya kesombongan rohani (Luk 18:9-14)

· tidak mau menolong orang yang membutuhkan pertolongan (Amsal 21:13).

· ada berhala (Yer 11:10-11).

2) Tuhan mendengar doa itu, tetapi tidak mengabulkannya.

Ini berbeda dengan yang no 1 di atas. Yang no 1 di atas doanya tidak digubris; sedangkan yang no 2 ini doanya didengar, tetapi tidak dikabulkan.

Illustrasi: Kalau anak tetangga minta sesuatu kepada saudara, saudara tidak menggubrisnya, karena anak itu bukan anak saudara. Tetapi kalau anak saudara minta sesuatu yang kurang baik kepada saudara, saudara mendengarnya tetapi tidak mengabulkannya.

Hal ini bisa terjadi karena:

a) Apa yang kita minta itu tidak baik dalam pandangan Tuhan (Mat 7:11).

Jangan pernah berpikir bahwa asal saudara beriman dan tekun, doa saudara pasti akan dikabulkan. Pandangan ini sangat populer pada jaman ini tetapi salah! Mat 7:11 dengan jelas menunjukkan bahwa Tuhan hanya mengabulkan doa kita kalau permintaan kita itu baik, dan yang dimaksud dengan ‘baik’ tentu ‘baik dalam pandanganNya’. Dan ingat bahwa karena Tuhan mempunyai pemikiran yang jauh lebih tinggi dari pada kita (bdk. Yes 55:8-9), maka bisa saja apa yang ‘baik’ dalam pandangan kita adalah ‘tidak baik’ dalam pandangan Tuhan. Bandingkan dengan 2Kor 12:7-10 dimana doa Pauluspun ditolak oleh Tuhan karena dianggap tidak baik.

b) Doa itu tidak sesuai dengan kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14).

Hal lain yang tidak memungkinkan doa dikabulkan, adalah kalau doa itu bertentangan / tidak sesuai dengan kehendak / rencana Allah (bdk. Mat 20:20-23). Bahkan doa Yesus yang tidak sesuai kehendak / rencana Allah tidak dikabulkan (Mat 26:39a).

c) Doa itu hanya untuk memuaskan nafsu kita (Yak 4:3).

3) Tuhan mendengar doa itu, tetapi menunda pengabulannya.

Ini bisa terjadi karena:

a) Waktu Tuhan belum tiba, atau, karena Tuhan punya rencana dengan penundaan itu.

Contoh:

· Yusuf dalam Kej 40:1-41:45.

Sekalipun tidak dikatakan bahwa Yusuf berdoa supaya Tuhan membebaskannya dari penjara itu, tetapi jelas bahwa ia berdoa. Tetapi ternyata pembebasannya tertunda sampai 2 tahun. Tetapi dari penundaan itu muncul hal yang luar biasa, yaitu Yusuf menafsirkan mimpi Firaun sehingga akhirnya ia menjadi orang ke dua di seluruh Mesir.

· Maria dan Marta dalam Yoh 11:3-6.

b) Tuhan mau menguji ketekunan kita (Luk 18:1-8).

c) Adanya ‘sabotase’ dari setan (Daniel 10:1-14).

Tentu saja sabotase setan ini hanya bisa terjadi karena Tuhan mengijinkan hal itu.

4) Tuhan mendengar doa itu dan langsung mengabulkannya.

Contoh: 1Raja 18:36-38

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan tentang pengabulan doa.

a) Doa setiap orang kristen bisa dikabulkan.

Ada banyak orang kristen yang senang didoakan oleh hamba Tuhan, karena mereka mempunyai pemikiran bahwa doa pendeta itu lebih manjur, lebih didengar / dikabulkan oleh Tuhan. Ini adalah pemikiran yang salah! Setiap orang kristen yang sejati doanya bisa didengar / dikabulkan oleh Tuhan. Karena itu, sekalipun orang kristen boleh saja meminta pendeta untuk mendoakannya, tetapi orang kristen tidak boleh bergantung pada doa pendeta. Ia juga harus berdoa sendiri.

b) Bukan hanya Tuhan yang bisa mengabulkan doa; setan juga bisa.

Karena itu jangan terlalu heran kalau ada orang yang berdoa secara salah, misalnya tanpa melalui Kristus, atau menujukannya kepada Maria / orang suci, dsb, tetapi doanya dikabulkan. Setan mengabulkan doa supaya orang yang berdoa itu mengira bahwa ia ada di dalam jalan yang benar dan terus berdoa dengan cara yang salah!

Ingat! Apakah Tuhan menjawab doa kita dengan ‘tidak’, tunggu’, atau ‘ya’, semuanya adalah untuk kebaikan kita (Ro 8:28).

V) Syarat-syarat doa yang baik.

1) Kita harus mempunyai hubungan / persekutuan yang baik dengan Tuhan (Yoh 15:1-7).

Ada banyak orang kristen yang hanya berdoa kalau ada kesukaran. Mereka memperlakukan Tuhan seperti ban serep. Ban serep tidak digubris, sampai pemiliknya kegembosan ban. Demikian juga Tuhan sering tidak digubris sampai kesukaran yang hebat datang. Tetapi ini tentu tidak pada tempatnya. Kita harus mempunyai persekutuan yang baik dengan Tuhan, yaitu dengan berdoa dan membaca Firman Tuhan setiap hari. Juga, karena dosa merusak persekutuan kita dengan Tuhan, maka dosa harus dibuang.

2) Kita harus berdoa dengan tujuan supaya Tuhan dipermuliakan (1Kor 10:31).

Jangan berdoa hanya demi kepentingan diri saudara sendiri dan keluarga saudara. Berdoalah demi kemuliaan Tuhan, misalnya dengan minta supaya diri saudara bisa lebih dikuduskan, dan bisa melayani Tuhan sesuai kehendak Tuhan, atau supaya bisa membawa banyak jiwa datang kepada Tuhan. Juga berdoalah untuk gereja, hamba Tuhan, dsb.

Doa untuk sesuatu yang kelihatannya bersifat jasmani sekalipun, bisa dilakukan untuk kemuliaan Tuhan. Misalnya kalau saudara berdoa meminta mobil. Saudara memang bisa minta mobil supaya bisa bersenang-senang dengan mobil itu. Ini motivasi yang egois. Tetapi saudara juga bisa minta mobil, dengan motivasi supaya mobil itu bisa digunakan untuk melayani Tuhan. Ini doa untuk kemuliaan Tuhan.

3) Kita harus berdoa sesuai dengan Firman Tuhan.

Firman Tuhan memang merupakan pedoman dalam hidup kita (Maz 119:105), dan itu jelas juga berarti bahwa Firman Tuhan merupakan pedoman dalam kehidupan doa kita. Jadi, doa tidak bisa dipisahkan dari Firman Tuhan! Orang yang banyak mengerti Firman Tuhan akan bisa berdoa dengan lebih baik.

Contoh doa yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan:

· kalau saudara berdoa supaya Tuhan membunuh orang yang saudara benci, ini tentu merupakan doa yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.

· kalau saudara berdoa supaya setan tidak menggoda saudara, dan supaya setan diusir dan bahkan dibuang ke neraka. Ini juga tidak sesuai dengan Firman Tuhan, dan tidak akan dikabulkan. Firman Tuhan berkata bahwa setan baru akan dibuang ke neraka pada akhir jaman (Wah 20:7-10), dan sebelum saat itu ia masih diberi kebebasan untuk menggoda kita. Karena itu saya berpendapat bahwa sia-sialah orang yang berdoa menengking setan dari ruang kebaktian!

4) Berikan waktu yang cukup untuk berdoa, jangan berdoa dengan terge­sa-gesa (Mark 1:35 - Yesus berdoa pagi-pagi benar).

Acara TV pada malam hari bisa merusak doa pagi, karena kalau saudara terlambat tidur, saudara mungkin sekali juga akan terlambat bangun, sehingga saudara akan berdoa dengan tergesa-gesa. Dalam keadaan tergesa-gesa, tidak mungkin saudara bisa berdoa dengan baik.

5) Kita harus berdoa dengan sungguh-sunguh, artinya kita betul-betul mengharapkan jawaban atas doa kita itu (Luk 22:44).

Jangan berdoa dengan sikap acuh tak acuh, atau dengan sikap ‘dijawab baik, tidak dijawab ya sudah’. Misalnya:

· kalau saudara berdoa untuk pertobatan seseorang. Kalau dalam hati saudara, saudara tidak sungguh-sungguh mengharapkan pertobatan orang itu, maka mungkin tidak ada gunanya saudara berdoa.

· kalau saudara berdoa untuk gereja, pendeta, dsb, apakah saudara sungguh-sungguh menginginkan Tuhan menjawab doa saudara?

6) Kita harus berdoa dengan iman (Mark 11:23-24).

Ingat bahwa iman adalah keyakinan yang berdasarkan pada Firman Tuhan. Kalau ada janji Tuhan untuk memberikan apa yang saudara doakan itu, maka saudara bisa berdoa dengan iman.

Misalnya:

· saudara sudah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan sekarang saudara minta supaya Tuhan mencukupi kebutuhan saudara (bdk. Mat 6:33).

· saudara sedang mengalami kesukaran, dan saudara minta hikmat Tuhan untuk menghadapi kesukaran itu (Yak 1:2-8).

· saudara jatuh ke dalam dosa, dan menyesalinya / mengakuinya kepada Tuhan, dan minta ampun atas dosa itu (1Yoh 1:9).

Orang yang yakin tanpa dasar Firman Tuhan, tidak bisa disebut sebagai beriman. Dalam hal-hal yang tidak ada dasar Kitab Sucinya (tak ada janji Tuhan untuk memberikan hal itu) kita tetap boleh berdoa, tetapi tentu kita tidak bisa yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita. Paling-paling kita bisa yakin bahwa Allah bisa mengabulkan doa kita.

7) Kita harus berdoa menggunakan otak / pikiran, bukan hanya perasaan atau asal ngomong (bdk. 1Kor 14:14-15a).

VI) Doa dan puasa.

Banyak orang berpendapat bahwa doa yang disertai puasa, lebih berkuasa / lebih dijawab oleh Tuhan. Tetapi ini tidak benar! Memang, dalam Kitab Suci ada orang yang berdoa sambil berpuasa dan doanya lalu dikabulkan (2Taw 20:3,4,14-17 Ezra 8:21-23). Tetapi, ada juga yang berdoa sambil berpuasa, tetapi doanya tetap ditolak oleh Tuhan (2Sam 12:16,18,21-23). Dan banyak orang yang berdoa tanpa puasa, tetapi doanya dikabulkan oleh Tuhan (Luk 1:7,13 Kis 4:29,31).

VII) Doa-doa yang salah.

1) Doa versi Dr. Paul Yonggi Cho.

Dalam bukunya yang berjudul ‘Dimensi ke empat’, dan juga dalam buku-bukunya yang lain, dan dalam khotbah-khotbahnya, Dr. Paul Yonggi Cho dari Korea mengajarkan suatu doa dimana kita harus membayangkan bahwa apa yang kita doakan itu betul-betul terjadi. Dan dari tindakan membayangkan ini akan muncul kekuatan dimensi ke 4 yang menyebabkan apa yang kita bayangkan itu lalu menjadi kenyataan.

Dr. Paul Yonggi Cho mengatakan bahwa dalam Kej 15:5-6 Abram / Abraham lalu memandang bintang-bintang di langit, dan pada waktu ia memandang bintang-bintang itu, maka ia membayangkan bahwa bintang-bintang itu berubah menjadi kepala-kepala bayi (entah dari mana ia mendapatkan ide tolol ini!). Berdasarkan hal ini, Dr. Paul Yonggi Cho mengatakan bahwa supaya kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan atau doakan, maka kita harus membayangkannya. Inilah yang ia sebut dengan kekuatan dimensi ke 4!

Saya berpendapat bahwa ini adalah ajaran yang salah yang sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci!

2) Doa dengan bahasa Roh (bdk. 1Kor 14:14-15a).

3) Doa bersuara, dimana semua orang membuka suara sendiri-sendiri.

Ini sebetulnya bukan persekutuan doa, karena setiap orang berdoa sendiri-sendiri. Tradisi Alkitab dalam melakukan persekutuan doa adalah hanya satu orang berdoa dengan suara keras sedangkan yang lain mengaminkan dalam hati (1Kor 14:16).

1Kor 14:16 ini melarang doa pengucapan syukur dengan bahasa roh, karena pendengar, yang tentu saja tidak mengerti doa itu, tidak bisa mengaminkan doa itu. Dari ayat ini terlihat suatu prinsip dalam persekutuan doa, yaitu satu orang berdoa dengan suara keras, dan yang lain mendengarkan dan ikut mengaminkan (tindakan mengaminkan ini cukup dilakukan dalam hati, bukan dengan suara keras sehingga menganggu konsentrasi orang lain). Supaya saudara tidak menganggap bahwa ini sekedar merupakan tafsiran saya, saya berikan tafsiran / komentar Calvin tentang ayat ini, dimana ia berkata:

“Paul’s expression, however, intimates, that some one of the ministers uttered or pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in their minds the words of that one person, until he had come to a close, and they all said Amen - to intimate, that the prayer offered up by that one person was that of all of them in common” (= ungkapan Paulus menunjukkan bahwa salah seorang pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka semua berkata Amin - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang itu adalah doa mereka semua).

Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:

· 1Taw 16:7-36.

Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa beberapa orang memimpin nyanyian (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang menyanyi bersama-sama, karena kata-katanya sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.

· Maz 106:1-48.

Sekalipun tidak disebutkan secara explicit, tetapi dari kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucapkan ‘amin’.

· Ul 27:14-26.

Ini adalah pembacaan Firman Tuhan / ayat Kitab Suci. Beberapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.

4) Doa diiringi musik.

Praktek ini dilakukan di hampir semua gereja, padahal tidak ada dasar Kitab Sucinya. Tetapi apa alasan untuk menyalahkan praktek ini?

· Berdoa harus dilakukan dalam ketenangan (Mark 1:35) supaya memudahkan konsentrasi. Dengan adanya musik akan mengganggu konsentrasi kita. Mungkin saudara berkata bahwa saudara tidak terganggu konsentrasinya. Maka saya ingin bertanya: apakah pada saat itu saudara mendengarkan musik itu? Kalau ya, berarti konsentrasi pasti terpecah; kalau tidak, lalu untuk apa musiknya dimainkan?

· Pemain musiknya tidak bisa ikut berdoa.

5) Doa dan nyanyi bersama-sama.

Ada chairman yang memerintahkan supaya sebagian jemaat berdoa dan sebagian yang lain menyanyi. Kegilaan ini harus ditentang dengan alasan yang sama seperti no 4 di atas.

6) Doa dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Doa seperti ini, sekalipun kelihatannya indah, tetapi bertentangan dengan ajaran Yesus yang menyuruh kita berdoa dalam namaNya (Yoh 14:13-14).

7) Doa dalam acara TV, dimana tumpukan kertas permohonan doa, didoakan sambil ditumpangi tangan.


Kalau memang cara ini boleh dilakukan maka tidak dibutuhkan lagi ketekunan berdoa bagi siapapun. Dan kalau cara ini boleh dilakukan maka perlu dipertanyakan: untuk apa pemirsa TV disuruh untuk mengirimkan permohonan mereka melalui surat. Tidak bisakah permohonan itu hanya dalam hati, dan pengkhotbah TV lalu berdoa: ‘Ya Tuhan kabulkan semua permintaan mereka?’. Bukankah cara ini bisa menghemat uang perangko?



12 PENGAKUAN IMAN RASULI


1) Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.

2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.

3) Yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.

5) Pada hari yang ke tiga, bangkit pula dari antara orang mati.

6) Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa Yang Mahakuasa.

7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

8) Aku percaya kepada Roh Kudus.

9) Gereja yang kudus dan Am, persekutuan orang kudus.

10) Pengampunan dosa.

11) Kebangkitan daging / orang mati .

12) Dan hidup yang kekal.

A M I N .

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang 12 Pengakuan Iman Rasuli ini:

1) Bentuk yang sekarang ini baru muncul pada sekitar abad ke 6 atau ke 7 Masehi.

Karena itu jelas bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli ini tidak mutlak harus digunakan dalam kebaktian. Ini saya tekankan karena ada Pendeta yang mengatakan bahwa kalau suatu gereja tidak menggunakan 12 Pengakuan Iman Rasuli ini, maka itu adalah gereja sesat! Ini adalah suatu pernyataan yang sangat tidak bertanggung jawab karena:

a) Kalau demikian, semua gereja sebelum abad ke 6-7 Masehi, dimana 12 Pengakuan Iman Rasuli itu belum ada, adalah gereja sesat.

b) Tidak ada dasar Kitab Suci sedikitpun yang mengharuskan suatu gereja menggunakan 12 Pengakuan Iman Rasuli dalam kebaktian.

2) 12 Pengakuan Iman Rasuli ini tidak disusun oleh para rasul sendiri, tetapi isinya sesuai dengan pengajaran para rasul. Sekalipun demikian,12 Pengakuan Iman Rasuli ini tidak boleh disejajarkan / dianggap setingkat dengan Kitab Suci / Firman Tuhan!

3) 12 Pengakuan Iman Rasuli ini merupakan ringkasan dari doktrin-doktrin yang penting dalam kekristenan, dan berfungsi untuk menjaga kita dari kesesatan.

Sekarang mari kita membahas 12 Pengakuan Iman Rasuli ini pasal demi pasal.

I) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, khalik langit dan bumi.

1) ‘Aku percaya’.

Di sini dikatakan ‘Aku percaya’, bukan ‘kami percaya’, karena iman adalah sesuatu yang bersifat pribadi (bdk. Mark 8:27-30). Kita tidak bisa diselamatkan karena kepercayaan / iman orang lain.

Dalam suatu pertandingan yang bersifat team (seperti sepak bola, volley, basket, dsb), ada kemungkinan kita bisa menang sekalipun kita tidak bisa bermain dengan baik, yaitu kalau orang-orang dalam team kita adalah pemain-pemain yang baik. Tetapi dalam persoalan keselamatan, kita tidak bisa selamat sekalipun kita punya keluarga yang imannya hebat. Kita sendiri harus beriman, barulah kita selamat. Hati-hati dengan ungkapan bahasa Jawa yang sering kita dengar, yang berbunyi: “Swargo nunut neraka katut”. Ini adalah ungkapan omong kosong! Hati-hati juga dengan Kis 16:31 yang berbunyi “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Ayat ini sama sekali tidak berarti bahwa:

· kalau seseorang percaya maka imannya akan menyelamatkan dirinya dan seisi rumahnya (seisi rumahnya ‘nunut’).

· kalau seseorang percaya maka seluruh keluarganya juga akan bertobat.

Dalam Kitab Suci kita sering melihat adanya keluarga yang tidak semua anggotanya diselamatkan, misalnya:

* dalam keluarga Abraham, Hagar dan Ismael jelas tidak selamat.

* dalam keluarga Lot, istri Lot jelas tidak selamat (Kej 19:26).

* Yonatan (anak raja Saul) jelas adalah orang percaya, tetapi raja Saul sendiri jelas tidak bertobat dan tidak selamat.

Kis 16:31 ini artinya: engkau harus percaya kepada Yesus Kristus, dan engkau akan selamat; seisi rumahmu juga harus percaya kepada Yesus Kristus, dan mereka akan selamat.

Renungkan: sudahkah saudara percaya kepada Kristus?

2) ‘percaya’.

12 Pengakuan Iman Rasuli ini memang menekankan iman / kepercayaan. Ini memang meru­pakan inti dari kekristenan. Kita selamat karena iman!

3) ‘Allah’.

Kita percaya kepada Allah Tritunggal, yaitu:

· Allah Bapa (pasal 1).

· Allah Anak / Yesus (pasal 2).

· Allah Roh Kudus (pasal 8).

Mengapa kita percaya kepada Allah Tritunggal?

a) Karena dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.

b) Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah, seperti:

¨ Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah (Yoh 1:1), Roh Kudus juga adalah Allah (Kis 5:3-4).

¨ Allah menyebut dirinya sendiri dengan istilah ‘Kita’, yang merupakan kata ganti orang bentuk jamak (Kej 1:26).

Dengan adanya hal-hal ini, maka kita tidak bisa percaya bahwa Allah itu tunggal secara mutlak, tetapi kita juga tidak percaya kepada 3 Allah. Kita percaya kepada Allah Tritunggal, dimana hakekatnya hanya satu, tetapi pribadinya ada tiga. Kalau saudara menolak doktrin Allah Tritunggal, maka 2 hal di atas akan menjadi suatu kontradiksi yang tidak bisa diharmoniskan.

Catatan: di sini saya hanya memberi sedikit saja tentang dasar-dasar dari doktrin Allah Tritunggal ini, karena ini hanya merupakan pelajaran dasar. Kalau saudara mau tahu lebih banyak, saudara bisa membaca buku saya yang berjudul ‘Bagaimana menaklukkan Saksi Yehovah?’ atau ‘Theology / Doktrin Allah’, dimana saya menjelaskan doktrin Allah Tritunggal secara panjang lebar.

4) ‘Bapa’.

Kita berhak menyebut Allah sebagai Bapa, karena kita percaya kepada Yesus Kristus (Yoh 1:12).

5) ‘Yang Mahakuasa’.

Ini menunjukkan kuasa Allah yang tidak terbatas, sehingga tidak ada yang mustahil bagi Allah (Luk 1:37). Karena itu jangan menolak adanya mujijat, seperti yang banyak dilakukan oleh orang kristen yang liberal dan orang kafir yang bersandar kepada otak / logikanya.

Tetapi Kitab Suci menyebutkan beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh Allah:

· menyangkal diriNya sendiri (2Tim 2:13).

· berdusta (Tit 1:2 Ibrani 6:18).

· berubah (Mazmur 102:26-28 Mal 3:6 Yak 1:17).

Ketidakbisaan Allah melakukan hal-hal ini tidak berarti bahwa Allah itu tidak Mahakuasa! Sebaliknya itu menunjukkan kesempurnaan Allah!

6) ‘Khalik langit dan bumi’.

Allah adalah Pencipta seluruh langit dan bumi (Kej 1:1-dst Neh 9:6 Maz 102:26 Kis 14:15b Kis 17:24a). Yang dimaksud dengan ‘langit dan bumi’ adalah seluruh alam semesta (langit, bumi dan segala isinya).

Untuk bisa mengetahui hebatnya dan besarnya alam semesta yang Allah ciptakan, mari kita melihat:

a) Ukuran dari benda-benda langit yang diciptakan oleh Allah itu.

· bumi mempunyai garis tengah ± 8.000 mil (± 12.800 km).

· matahari mempunyai garis tengah ± 860.000 mil (± 1.376.000 km).

· ada bintang yang bernama Antares yang mempunyai garis tengah ± 150 juta mil (± 240 juta km).

· ada bintang yang bernama IRS 5 yang mempunyai garis tengah ± 9,375 milyar mil (± 15 milyar km).

Jadi perbandingan garis tengah bumi, matahari, Antares dan IRS 5 adalah: 1 : 108 : 18.750 : 1.171.875.

Dengan kata lain, kalau kita mau menggambarkan bumi sebagai bola kecil dengan diameter 1 mm, maka kita harus menggambarkan matahari sebagai bola dengan diamater 10,8 cm, Antares sebagai bola dengan diameter 18,75 meter, dan IRS 5 sebagai bola dengan diameter hampir 1,2 km!

Kalau matahari dalamnya dikosongkan, maka matahari bisa menampung sekitar 1,3 juta buah bumi! Kalau Antares dikosongkan, ia bisa menampung sekitar 5,26 juta buah matahari. Kalau IRS 5 dikosongkan, ia bisa menampung sekitar 244.000 Antares!

b) Memperkirakan besarnya / luasnya alam semesta.

· besarnya / luasnya tatasurya kita.

Tatasurya kita terdiri dari 1 matahari dengan 9 buah planet.

Jarak rata-rata Bumi - Bulan sekitar 384.400 km, atau ± 1,3 detik cahaya (jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 1,3 detik; cahaya mempunyai kecepatan 300.000 km / detik).

Jarak rata-rata Bumi - Matahari sekitar 150 juta km, atau ± 500 detik cahaya (jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 500 detik).

Jarak rata-rata Pluto (planet ke 9, yang terjauh dari Matahari) - Matahari adalah 5,9 milyar km, atau sekitar hampir 5,5 jam cahaya. Kalau bumi hanya membutuhkan waktu 1 tahun untuk mengitari matahari 1 kali, maka Pluto membutuhkan waktu 284 tahun!

· besarnya galaxy kita.

Dalam galaxy kita ada 200 milyar bintang. Bintang yang terdekat adalah Alpha Centauri yang berjarak 4-4,5 tahun cahaya (Catatan: 1 tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam waktu 1 tahun = 365 x 24 x 60 x 60 x 300.000 km = 9,46 1012 km).

Galaxy berbentuk seperti cakram, yang mempunyai diameter 100.000 tahun cahaya, dengan ketebalan pada pusatnya 20.000 tahun cahaya. Volume galaxy sekitar 1 milyar kali lebih besar dari volume tata surya.

· besarnya alam semesta.

Dalam tahun 1999, diketahui sedikitnya ada 125 milyar galaxy dalam alam semesta, dan jaraknya satu sama lain ada yang mencapai jutaan tahun cahaya. Ini hanya yang bisa dilihat oleh manusia dengan teleskop tercanggih manusia, yang bisa menyelidiki sampai jarak sedikitnya 5 milyar tahun cahaya. Lebih dari itu manusia tidak bisa melihat.

Catatan: sumber data-data di atas ini adalah:

¨ Encyclopedia Americana.

¨ Halley’s Bible Handbook.

¨ Kenneth N. Taylor, ‘Creation and Evolution’.

Setelah saudara melihat / merasakan besarnya alam semesta, maka ketahuilah bahwa semua itu diciptakan oleh Allah hanya dengan firman-Nya.

Ibrani 11:3 - “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”.

Maz 148:5b - “Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta”.

Ini semua menunjukkan kemahakuasaan Allah, dan karena itu tidak ada yang mustahil bagi Dia!

Yer 32:17 - “kataku: ‘Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatanMu yang besar dan dengan lenganMu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untukMu’”.

Penerapan:

Kalau saudara mempunyai persoalan, betapapun banyaknya dan beratnya persoalan itu, percayalah bahwa Allah bisa membereskannya, dan bawalah persoalan itu kepada Allah dalam doa!

II) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.

1) ‘Dan kepada Yesus Kristus’.

Tidak cukup hanya percaya kepada Allah (Bapa)! Kita juga harus percaya kepada Yesus (Yohanes 14:1 1Yoh 2:23).

Nama ‘Yesus’ berarti ‘Juruselamat dosa’ (Mat 1:21); sedangkan istilah ‘Kristus’ (dari bahasa Yunani) sama dengan ‘Mesias’ (dari bahasa Ibrani), artinya adalah ‘yang diurapi’. Jadi, Yesus Kristus adalah orang yang dipilih / diurapi Allah untuk menjadi Juruselamat dosa.

2) ‘AnakNya yang tunggal’.

Kita yang percaya kepada Yesus, juga disebut ‘anak Allah’ (Yoh 1:12), tetapi bagaimanapun hubungan Yesus dengan BapaNya tidak sama dengan hubungan kita dengan Bapa. Karena itu dalam Yohanes 20:17 Yesus berkata ‘BapaKu dan Bapamu’, bukan ‘Bapa kita’.

3) ‘Tuhan kita’.

Kalau kita percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, kita juga harus menerimaNya sebagai Tuhan (penguasa, pemilik, pemimpin) dalam hidup kita. Itu berar­ti:

· kita selalu memuliakan Dia (1Kor 10:31).

· kita mengutamakan Dia di atas segala-galanya (Mat 10:37).

· kita mentaati segala perintahNya (Luk 6:46).

· kita adalah hambaNya. Jadi, kita harus melayani Dia.

III) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

1) Perlu saudara perhatikan bahwa sebetulnya yang menjadi pusat perhatian pasal ini adalah Yesusnya, bukan Marianya! Dan memang kekristenan yang benar harus menekankan Yesus, bukan Maria!

2) Yesus dikandung dan dilahirkan oleh Maria.

a) Perawan Maria mengandung dari Roh Kudus (ini suatu mujijat) dan melahirkan Yesus (Mat 1:18-25 Luk 1:26-35). Jadi, Yesus tidak mempunyai bapa jasmani (Mat 13:54-56 Luk 3:23 Yoh 6:42 hanya menurut anggapan orang).

b) Maria mengandung pada saat sedang dalam masa pertunangan.

Adat Yahudi tentang pertunangan / pernikahan. Ada 3 tingkatan:

· Pertunangan I (engagement).

Ini terjadi waktu kecil, dimana kedua orang itu tidak saling kenal, dan mereka dipertunangkan oleh orang tua mereka. Hubungan ini bisa dibatalkan tanpa persoalan yang berarti.

· Pertunangan II (bethrotal).

Ini hanya berlangsung 1 tahun. Pada masa itu mereka sudah disebut ‘suami istri’, tetapi mereka tidak boleh melakukan hubungan sex. Pemutusan hubungan pada masa ini, dianggap sama dengan perceraian. Dan kalau yang laki-laki mati pada masa ini, maka yang perempuan disebut ‘janda yang perawan’.

· Pernikahan.

Waktu Maria mengandung dari Roh Kudus (Mat 1:18), Yusuf dan Maria berada pada masa pertunangan II. Karena itu jangan heran melihat istilah ‘suaminya’, ‘istrinya’, ‘menceraikannya’ dalam Mat 1:19.

c) Hal-hal lain yang perlu diketahui tentang Maria:

· Maria bukan Allah, dan bahkan tidak mempunyai keillahian sedikitpun, dan ia tidak berbeda dengan manusia biasa. Karena itu kita tidak boleh berdoa kepada Maria atau menyembah Maria. Kita hanya boleh menghormati Maria sama seperti kita menghormati rasul / nabi / orang yang saleh. Tetapi doa, sujud, dan penyembahan tidak boleh ditujukan kepada Maria, tetapi hanya boleh ditujukan kepada Allah (Mat 4:10).

· Maria bukanlah pengantara kepada Allah / Yesus.

Kitab Suci hanya mengajarkan adanya Satu Pengantara kepada Allah, yaitu Yesus (1Tim 2:5 1Yoh 2:1-2).

· Maria bukanlah jalan ke surga / jalan keselamatan.

Kitab Suci mengajarkan bahwa satu-satunya jalan ke sorga / jalan keselamatan adalah Yesus (Yoh 14:6 Kis 4:12).

· Maria bukanlah orang yang suci / tanpa dosa.

Ro 3:10-12,23 menyatakan bahwa semua manusia adalah manusia berdosa, dan satu-satunya yang dikecualikan oleh Kitab Suci adalah Yesus (2Korintus 5:21 Ibrani 4:15).

· Maria bukanlah penebus dosa manusia.

Karena Maria adalah orang berdosa sama seperti kita, maka tidak mungkin ia dapat menebus dosa kita. Ini perlu ditekankan karena ada orang / gereja yang percaya bahwa pada waktu Maria melihat Yesus disalibkan, ia mengalami penderitaan yang juga berfungsi untuk menebus dosa manusia. Jadi kalau Yesus adalah Penebus / Redeemer, maka Maria dianggap sebagai Co-Redeemer (= rekan penebus). Ini salah dan bahkan sesat!

· Maria bukanlah perawan yang abadi (Matius 1:24-25).

Menghadapi sikap extrim dari Gereja Roma Katolik yang mengajarkan keperawanan yang abadi dari Maria, kita harus hati-hati supaya tidak jatuh ke dalam extrim satunya, yaitu pandangan dari banyak orang Protestan Liberal yang menolak kelahiran Kristus dari seorang perawan!

Maria memang adalah seorang perawan pada saat mengandung dan melahirkan Kristus, tetapi setelah itu ia dan Yusuf hidup sebagai pasangan yang normal, dan mereka mempunyai anak-anak yang lain (Mat 13:55-56 Kis 1:14). Karena itu jelaslah bahwa keperawanan Maria tidak berlangsung kekal, dan memang tidak ada perlunya mempertahankan keperawanan Maria itu setelah kelahiran Kristus.

· Maria tidak mengalami kebangkitan ataupun kenaikan ke surga secara jasmaniah seperti Kristus. Ini tidak kita percayai karena tidak ada dalam Kitab Suci.

Catatan: kalau saudara mau mengerti lebih banyak / mendetail tentang perbedaan Roma Katolik dan Kristen Protestan tentang Maria, bacalah buku saya yang berjudul “Roma Katolik vs Kristen Protestan”.

3) Inkarnasi Yesus ini adalah Tahap I dari perendahan Kristus (the humilia­tion of Christ).

Pada waktu mengalami inkarnasi, Yesus tidak kehilangan sedikit­pun dari keilahianNya dan tidak menghentikan / mengurangi kegia­tanNya sebagai pribadi kedua dari Allah Tritunggal.

Beberapa kutipan penting sehubungan dengan hal ini:

· “Christ was lowered not by loosing, but rather by taking” (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan sesuatu, tetapi dengan mengambil sesuatu).

· “When the Word became flesh, His cosmic activities did not remain in abeyance” (= Ketika Firman menjadi daging, kegiatan kosmikNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung).

· “The incarnation means the adding of something that the Word was doing, and not the cessation of most of His activities” (= Inkarnasi berarti penambahan terhadap apa yang dilaku­kan oleh Firman, dan bukan penghentian sebagian besar kegia­tan-kegiatanNya).

· “For even if the Word in His immeasurable essence united with the nature of man into one person, we don’t imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin’s womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning” (= Sekalipun Firman, dalam hakekatNya yang tidak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia di dalam satu pribadi, kita tidak membayangkan bahwa Ia terkurung di dalamNya. Inilah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung di dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung pada salib, tetapi Ia terus-menerus memenuhi dunia seperti yang Ia lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

IV) Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.

Ini adalah tahap-tahap selanjutnya dari perendahan Kristus.

Tahap II: penderitaan.

Penderitaan yang dialami Kristus mencakup penderitaan jasmani maupun rohani / batin.

· jasmani: haus, lelah, lapar, cambuk, mahkota duri, pikul salib.

· rohani / batin: dihina, tidak dipercaya, dikhianati, dibenci, dicaci maki.

Puncak penderitaan terjadi di atas kayu salib, dan ini berlaku:

· secara jasmani.

· secara rohani. Karena di atas kayu saliblah Yesus berteriak ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’.

Tahap III: mati.

Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:

1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa.

2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah. Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:

· perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso­en), atau,

· doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,

· perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yes 59:1-2 2Tes 1:9.

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.

Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘Allah­Ku’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

· dalam Luk 23:34 Yesus menyebut ‘Bapa’, dan ini adalah kalimat pertama di kayu salib. Lalu dalam Luk 23:46 Yesus juga menyebut ‘Bapa’, dan ini adalah kalimat terakhir di kayu salib.

· Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu­sia, yang lalu mendapatkan kepribadianNya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa persatuan Allah dan manusia dalam diri Yesus itu hancur, sehingga yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin karena hakekat manusia tidak bisa ada sendirian!

· Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!

Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is cost­ly, no payment is ever enough” (= tak seorang manu­siapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberi­kan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi).

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manu­sia.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

· Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

· Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersi­fat lokal, seakan-akan yang satu ada disini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terja­di antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!

Penerapan:

Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan derngan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).

Keunggulan pandangan ini:

¨ Kristus betul-betul memikul hukuman dosa, yaitu keterpisahan dengan Allah.

¨ Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!

Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= penebusan terbatas) dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design (= rencana / tujuan) penebusan Kristus.

¨ Hypostatical / Personal Union (persatuan Allah dan manusia dalam diri Yesus) tetap terjaga.

Penerapan:

Bagi orang yang tidak percaya kepada Kristus, kematian Yesus secara jasma­ni maupun rohani ini tidak ada gunanya. Mereka akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka). Sedangkan orang yang percaya kepada Yesus hanya akan mengalami kematian jasmani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:21).

Tahap IV: dikuburkan.

1) Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ (Yoh 19:30) tidak berhubungan dengan perendahan tetapi dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.

2) Penguburan adalah suatu tahap perendahan.

Ini terlihat dari:

a) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membu­suk.

b) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kej 3:19).

c) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.

3) Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.

Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus sudah pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkan­nya!

4) Bahwa Kristus dikubur, tak berarti bahwa orang kristen yang mati harus dikubur, dan tidak boleh dikremasi / dibakar.

Banyak hamba Tuhan / orang kristen yang anti kremasi memberikan bermacam-macam argumentasi untuk menetang kremasi, tetapi saya berpendapat bahwa tidak satupun argumentasi mereka yang bisa dipertahankan. Misalnya:

a) Mereka mengatakan bahwa api adalah simbol hukuman.

Saya menjawab: api yang adalah simbol hukuman, juga merupakan simbol Roh Kudus (Kis 2:1-4), penyucian (Matius 3:11), dan Kitab Suci / Firman Tuhan (Yer 23:29).

b) Mereka mengatakan bahwa dalam Kitab Suci cuma ada pembakaran mayat orang jahat, sedangkan orang saleh / beriman semua dikubur.

Saya menjawab:

· itu omong kosong. Yonatan, anak Saul, adalah orang beriman dan saleh, tetapi mayatnya dibakar (1Sam 31:1-13).

· dalam Kitab Suci memang hampir semua orang dikubur, karena pada jaman itu hanya ada sedikit manusia, dan tanah kuburan bisa didapat dengan mudah dan murah. Tetapi jaman berubah! Makin banyaknya manusia dan makin penuhnya dunia ini menyebabkan kuburan sukar didapat dan mahal. Ada yang mengatakan bahwa di Hongkong seseorang haruslah sangat kaya untuk bisa membeli kuburan. Dan seluruh dunia menjurus pada keadaan seperti itu, sehingga lambat laun tidak ada orang yang bisa membeli kuburan. Karena itu, mengingat Kitab Suci memang tidak melarang kremasi, maka pilihan pada kremasi tentu merupakan pilihan yang bijaksana (dan tetap alkitabiah).

c) Mereka mengatakan bahwa ada kemungkinan roh orang yang mati itu, yang masih belum meninggalkan tubuhnya, bisa menderita karena pembakaran itu.

Saya menjawab:

· Dari jaman dulu definisi dari kematian adalah terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh. Kepercayaan kafir bahwa roh seseorang masih belum meninggalkan tubuhnya pada saat ia mati, jelas bertentangan dengan Alkitab (bdk. 1Raja 17:21-22 Luk 8:55 Luk 23:43,46 Kis 7:59).

· Andaikatapun roh seseorang masih belum terpisah dengan tubuhnya pada saat mati, adalah omong kosong kalau ia bisa menderita oleh api duniawi, lebih-lebih kalau ia adalah orang kristen. Perlu diketahui bahwa penderitaan bagi orang kristen dalam dunia ini dibutuhkan untuk menyucikan, menguji dsb. Pada saat ia sudah mati, maka semua itu sudah selesai sehingga tidak mungkin lagi ada penderitaan baginya, mengingat semua hukuman dosanya sudah ditanggung oleh Kristus.

d) Mereka mengatakan bahwa kremasi menghancurkan tubuh sehingga tidak bisa dibangkitkan oleh Allah.

Saya menjawab:

· apakah penguburan tidak menghancurkan tubuh / mayat? Dan bagaimana dengan orang yang terkena ledakan bom, apalagi bom atom, atau dimakan ikan / binatang buas? Apakah mereka ini juga tidak bisa dibangkitkan?

· saya percaya Allah yang maha kuasa bisa membangkitkan mayat yang bagaimanapun hancurnya!

Catatan: Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam satu tahap perendahan saja.

Tahap V: turun ke dalam neraka / kerajaan maut.

Dalam bahasa Ibrani digunakan kata SHEOL, dan dalam bahasa Yunani digunakan kata HADES, yang dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘alam maut’. Kata SHEOL / HADES tidak selalu mempunyai arti yang sama.

1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’.

Misalnya: Hos 13:14.

2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES mempunyai 2 kemungkinan arti:

a) Kuburan (Kej 37:35 Yunus 2:2).

b) Neraka (Maz 9:18 Maz 49:15 Amsal 15:24 Luk 16:23).

Perhatikan bahwa dalam ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!

Kata-kata ‘turun ke dalam neraka / Kerajaan Maut’ ini mempunyai penafsiran yang berbeda-beda:

1) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas, dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

Penafsiran ini tak cocok dengan kontex dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.

2) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

· Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk 23:43,46). Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.

· Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah sele­sai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah sele­sai, sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.

3) Roma Katolik.

Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM (= tempat penantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama menantikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.

Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah Maz 107:16 Zakh 9:11.

Keberatan terhadap ajaran ini:

· ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari kontexnya). Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat bahwa baik Maz 107:16 maupun Zakh 9:11 menunjuk pada pembebasan / pertolongan yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka. Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.

· Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang percaya; lalu mengapa mesti diinjili lagi?

· pandangan ini bertentangan dengan 2Raja 2:11 yang menyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke LIMBUS PATRUM.

· apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk membebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.

4) Lutheran.

‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk menyelesaikan kemenanganNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.

Keberatan terhadap ajaran ini:

· tidak ada dasar Kitab Suci yang mendukung pandangan ini.

· tahap pertama kemenangan / pemuliaan Kristus baru terjadi pada waktu Ia bangkit.

· agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa menun­juk pada ‘pemuliaan Kristus’.

5) The church of England.

Tubuh Kristus ada di kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke HADES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus, tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan tentang kebenaran.

Keberatan terhadap ajaran ini:

· tidak ada dasar Kitab Sucinya.

· orang benar yang sudah mati tak perlu diajar lagi.

· Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:

* membandingkan Luk 23:43 dengan Luk 23:46.

* membandingkan 2Kor 12:2 dengan 2Kor 12:4.

* membandingkan Wah 2:7 dengan Wah 22:2,14,19.

6) Calvin.

‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).

Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.

7) Ada juga orang Reformed yang menganggap bahwa ‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam kuasa maut sampai hari yang ke 3.

Westminster Confession of Faith, chapter VIII, 4 berbunyi sebagai berikut:

“... was crucified, and died, was buried, and remained under the power of death, yet saw no corruption. On the third day He arose from the dead ...” (= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).

Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka / HADES.

Catatan: Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Yesus berkata kepada Maria: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa”. Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.

Jawaban terhadap keberatan ini:

a) Yoh 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan Luk 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.

b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Yesus melarang Maria memegang (dalam arti menyentuh) Dia, karena dalam Mat 28:9 dan Yoh 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang. Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yoh 20:17 seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’. Bandingkan dengan terjemahan NASB yang menga­takan “Stop clinging to Me” (= Berhentilah berpegang teguh kepadaKu), dan juga terjemahan NIV yang mengatakan “Do not hold on to Me” (= Jangan berpegang erat-erat kepadaKu).

c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ dalam Yoh 20:17a itu, tidak menunjuk pada saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi menunjuk pada hari kenaikanNya ke surga. Ini terlihat dengan jelas karena dalam Yoh 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas menunjuk pada kenaikanNya ke surga.

Jadi kesimpulannya, arti dari Yoh 20:17 adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak mau berpisah lagi dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17 ini.

Dengan demikian jelaslah bahwa Yoh 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.

V) Pada hari yang ke tiga, bangkit pula dari antara orang mati.

1) ‘Pada hari yang ke tiga’.

Ini tidak berarti bahwa Kristus berada di dalam kuburan selama 3 x 24 jam. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

· Ia mati pada hari Jum’at ± pukul 3 siang (Mat 27:46-50). Ini adalah hari pertama.

· Ia ada dalam kuburan pada hari Sabtu. Ini adalah hari ke dua.

· Ia bangkit pada hari Minggu pagi (Mat 28:1-6). Ini adalah hari ke tiga.

2) ‘Bangkit dari antara orang mati’.

Ada banyak peristiwa kebangkitan yang terjadi sebelum kebangkitan Yesus (1Raja 17:17-24 2Raja 4:18-37 2Raja 13:21 Mark 5:21-43 Luk 7:11-17 Yoh 11:1-44 Mat 27:52-53), tetapi 1Kor 15:20-23 dan Wah 1:5 tetap menyebutkan kebangkitan Yesus sebagai yang sulung (yang pertama). Ini disebabkan karena kebangkitan Yesus memang berbeda dengan kebangkitan orang-orang tersebut di atas. Bedanya:

a) Yesus setelah bangkit, hidup selama-lamanya. Orang-orang itu setelah bangkit, lalu mati lagi.

b) Yesus bangkit dengan tubuh kebangkitan. Orang-orang itu bangkit dengan tubuh biasa.

3) Kebangkitan adalah tahap yang pertama dari pemuliaan Kristus.

VI) Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.

1) ‘Naik ke surga’.

a) Yesus naik ke surga secara jasmani 40 hari setelah kebangkitanNya (Kis 1:9 Luk 24:51).

b) Fungsi kenaikan Yesus ke surga:

· Menunjukkan bahwa misinya untuk menebus dosa manusia sudah selesai (Yoh 17:4-5).

Yesus diutus ke dunia untuk menebus / membereskan dosa manusia. Andaikata pada waktu Ia naik ke surga itu ternyata penebusan itu belum selesai Ia kerjakan, maka pasti Ia disuruh kembali. Bahwa ternyata Ia tidak disuruh kembali dan bahkan diterima untuk duduk di sebelah kanan Bapa menunjukkan bahwa penebusan yang Ia lakukan memang sudah selesai.

· Mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya (Yoh 14:2).

· Menunjukkan bahwa kita yang percaya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3 17:24).

· Supaya Roh Kudus turun (Yoh 7:39 16:7).

Jadi, Kristus tidak lagi menyertai kita secara jasmani, tetapi secara rohani (Mat 26:11 Yoh 14:16-19). Dengan cara itu Ia bisa menggenapi ayat-ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b.

c) Kenaikan ke surga adalah tahap kedua dari pemuliaan Kristus.

2) ‘Duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa’.

a) Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah.

Ini terbukti dari ayat-ayat Kitab Suci yang tidak selalu mengatakan bahwa Yesus duduk di sebelah kanan Allah.

Contoh:

· Ro 8:34 dan 1Pet 3:22 - ‘berada di sebelah kanan Allah’ (Kitab Suci Indonesia salah terjemahan).

· Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.

Kata-kata ini merupakan kiasan yang menunjukkan bahwa Yesus mendapat tempat yang paling terhormat di surga.

b) Kata-kata ini tidak berarti bahwa Yesus beristirahat / bermalas-malasan di surga.

Di surga Yesus melakukan pekerjaan, seperti:

· Menjadi imam / pengantara antara Allah dengan kita (Ibr 4:14 7:24-25 8:1-6 1Yoh 2:1).

· Mendoakan kita / membela kita (Ro 8:34 1Yoh 2:1).

· Menyiapkan tempat bagi kita di surga (Yoh 14:2-3).

c) Ini merupakan tahap ketiga dari pemuliaan Kristus.

VII) Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

1) ‘Dan dari sana Ia akan datang’.

a) Kristus datang pertamakalinya sekitar 2000 tahun yang lalu dalam kehinaan, tetapi pada kedatangan yang kedua, Ia akan datang dengan kemuliaanNya (Mat 16:27).

b) KedatanganNya yang kedua ini bersifat jasmani (Kis 1:11).

c) KedatanganNya yang kedua ini bersifat mendadak; tidak ada yang tahu saatnya (Mat 24:36,42-44 Mat 25:13 1Tes 5:2-3 2Pet 3:10).

Penerapan:

Hati-hati dengan orang kristen / gereja / pendeta yang bisa meramal / mengetahui saat / tahun kedatangan Yesus yang keduakalinya. Ini pasti orang kristen / gereja / pendeta brengsek!

Sekalipun Kitab Suci mengatakan bahwa kedatangan Yesus yang keduakalinya tidak bisa diketahui saatnya, tetapi Kitab Suci memberikan tanda-tanda yang akan terjadi sebelum kedatanganNya yang ke dua kalinya itu seperti:

· Perang, gempa bumi, bahaya kelaparan (Mat 24:6-7).

· Pemberitaan Injil ke seluruh dunia (Mat 24:14).

· Pertobatan ‘seluruh Israel’ (Ro 11:25,26). ‘Seluruh Israel’ di sini berarti semua orang-orang pilihan dari antara bangsa Israel.

· Ajaran sesat, nabi palsu, Mesias palsu, Anti Kristus, mujijat palsu, kesesatan (Mat 24:4-5,10-12,23-24 2Tes 2:1-3 2Tes 2:7-12 1Tim 4:1 2Tim 3:1-5 2Tim 4:3-4 1Yoh 2:18).

· Penganiayaan terhadap orang Kristen (Mat 24:9,21,22).

Catatan: ayat-ayat dalam Mat 24 diperdebatkan, apakah itu mengenai kehancuran Yerusalem, atau mengenai akhir jaman.

2) ‘untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati’.

Ini adalah tujuan kedatangan Kristus yang keduakalinya. Menghakimi berarti memberikan hukuman kepada orang-orang yang tidak percaya dan memberikan upah / pahala bagi orang yang percaya (Mat 16:27 Mat 13:24-30,36-43 Mat 25:31-46 2Tes 1:8-9 Yudas 14,15).

3) Sikap yang benar pada waktu menunggu kedatangan Yesus yang ke dua.

Kita harus bersiap sedia / berjaga-jaga (Mat 24:44 Mat 25:13). Ini bisa dilakukan dengan:

a) Percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat & Tuhan.

Ini jelas merupakan hal yang terutama, karena kalau yang ini tidak saudara lakukan, maka hal-hal ke 2-5 di bawah ini tidak ada gunanya.

b) Banyak berdoa (Lukas 21:36).

c) Berbakti & bersekutu (Ibr 10:25).

d) Melayani Tuhan (Luk 12:37,43).

e) Membuang dosa / menyucikan diri (Luk 21:34 1Tes 5:4 2Pet 3:11,14).

4) Ini adalah tahap keempat dari pemuliaan Kristus.

VIII) Aku percaya kepada Roh Kudus.

A) Roh Kudus adalah seseorang yang berpribadi.

Bukti-bukti kepribadian Roh Kudus:

1) Sebutan yang digunakan bagi Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia adalah seseorang yang berpribadi (Yoh 14:26 15:26 16:7 - ‘Penghibur’).

2) Roh Kudus mempunyai ciri-ciri dari seorang pribadi seperti:

· Kecerdasan (Yoh 14:26 - bisa mengajar).

· Kehendak (1Korintus 12:11).

· Perasaan (Ef 4:30 Yes 63:10).

Disamping itu Kitab Suci mengatakan bahwa Roh Kudus menyelidiki, berbicara, bersaksi, menyuruh, menyatakan, menciptakan, membangkitkan, dll (Kej 1:2 Kej 6:3 Luk 12:12 Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 16:8 Kis 8:29 Kis 13:2 Kis 15:28 Ro 8:11,16 1Kor 2:10-11). Hal-hal ini hanya bisa dilakukan oleh ‘seorang pribadi’, bukan oleh ‘sesuatu’.

B) Roh Kudus adalah Allah sendiri.

Bukti-bukti keilahian Roh Kudus:

1) Kitab Suci menggunakan sebutan Roh Kudus dan Allah / Tuhan (ADONAI) / TUHAN (Yahweh) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).

Contoh:

a) Bandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27:

Yes 6:8-10 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh’”.

Kis 28:25-27 - “Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.

Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:25-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya, sedangkan dalam Kis 28:25-27 itu Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampai­kan oleh Roh Kudus’ dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjuk­kan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!

b) Bandingkan Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7:

Ibr 3:7-11 - “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, seka­lipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu’”.

Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Kudus’.

Kalau sekarang kita melihat dalam Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 tadi, maka bisa kita dapatkan dari Maz 95:8 bahwa itu adalah peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba. Dan peristiwa Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7. Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi:

“Dinamai­lah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.

Jadi di sini dipakai istilah ‘mencobai TUHAN (YAHWEH)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN (YAHWEH)!

c) Bandingkan Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.

Ibr 10:15-17 - “Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjan­jian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”

Yer 31:33-34 - “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menja­di umatKu. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka”.

Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan sebagian (ti-dak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikatakan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / Yahweh (perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam Ibr 10:15-17 dikatakan bahwa itu merupakan ‘kesaksian / firman Roh Kudus’ (Ibr 10:15b,16b).

Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / Yahweh sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa, adalah Roh Kudus.

Juga perlu diperhatikan bahwa Roh Kudus dikatakan ‘tidak mengingat dosa’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.

Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / Yahweh sendiri!

d) Sekarang mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9 yang berbunyi sebagai berikut:

“Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukan­kah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah. ... Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?’”.

Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Roh Kudus’, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’. Lalu dalam Kis 5:9 Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan’. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!

e) Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seharusnya berarti bahwa Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan Roh Allah (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita.

Dan kalau kita melihat dalam 1Kor 6:19 maka di sana Paulus berka­ta bahwa tubuh kita adalah ‘bait Roh Kudus’.

Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah!

f) Dengan cara yang sama, kalau kita membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan bahwa ‘Roh TUHAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’ dalam Yes 40:14.

2) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:

a) Kekal (Ibr 9:14).

b) Mahaada (Maz 139:7-10).

c) Mahatahu (1Kor 2:10-11 Yes 40:13).

1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu mahatahu!

d) Mahakuasa (Mat 12:28).

e) Suci.

Ini terlihat dari sebutan ‘kudus’, dan juga terlihat dari Ef 4:30 yang menunjukkan bahwa dosa kita mendukakan Roh Kudus.

3) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:

a) Penciptaan (Kej 1:2 Ayub 33:4)

b) Melahirbarukan (Yoh 3:5-6 Tit 3:5).

c) Membangkitkan Yesus (Ro 8:11).

4) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak, seperti dalam Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.

Perlu saudara ingat bahwa dalam Matius 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah, bahkan bukan pribadi).

Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada gereja Korintus.

Karena itu bisa disimpulkan bahwa dalam 2 ayat tersebut, penyejajaran Bapa, Anak dan Roh Kudus menunjukkan bahwa 3 pribadi itu setingkat! Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah sendiri!

C) Hari turunnya Roh Kudus disebut hari Pentakosta.

Ini terjadi 50 hari setelah Paskah / Kebangkitan Yesus, atau 10 hari setelah hari Kenaikan Yesus ke surga.

D) Hal-hal / istilah-istilah yang berhubungan dengan Roh Kudus.

Dengan munculnya gerakan Pentakosta, dan apalagi Kharismatik, maka jaman sekarang ada banyak istilah populer yang berhubungan dengan Roh Kudus. Dan kita perlu mengerti tentang hal-hal ini supaya tidak terseret ke dalam kesalahan oleh istilah-istilah populer itu.

1) Baptisan Roh Kudus.

Dalam pengertian Kharismatik:

· baptisan Roh Kudus tidak terjadi pada saat yang bersamaan dengan saat percaya. Jadi bisa ada gap (= selang waktu) antara saat percaya dan saat menerima baptisan Roh Kudus.

· Setiap orang kristen harus mencari baptisan Roh Kudus.

· baptisan Roh Kudus ditandai dengan bahasa roh.

· Roh Kudus adalah pelaku dari baptisan ini (Roh Kudus yang membaptis kita).

Tetapi ini semua salah.

Pengertian yang benar tentang baptisan Roh Kudus:

a) Ini sama dengan penerimaan Roh Kudus (Kis 1:5,8 Kis 2:1-4 Kis 11:15-16).

b) Ini terjadi hanya 1 x saja dan terjadi pada saat seseorang percaya kepada Kristus (Yoh 7:38-39 Ef 1:13). Karena itu, orang yang sudah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus tidak perlu lagi mencari baptisan Roh Kudus. Ia sudah menerima baptisan Roh Kudus. Perlu saudara perhatikan bahwa dalam Kitab Suci tidak pernah diperintahkan supaya kita mencari baptisan Roh Kudus. Yang ada hanyalah perintah untuk percaya kepada Yesus (Kis 16:31). Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Yesus pasti menerima Roh Kudus.

c) Sekalipun memang ada orang yang berbahasa Roh pada waktu mengalami baptisan Roh Kudus (Kis 2:1-4), tetapi tidak selalu demikian (Kis 2:38,41).

d) Pelaku baptisan Roh Kudus adalah Yesus (Mat 3:11 Mark 1:8 Luk 3:16 Yoh 1:33). Jadi, Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus.

2) Kepenuhan Roh Kudus.

a) Dalam kalangan Kharismatik, baptisan Roh Kudus sering dicampur-adukkan / disamakan dengan kepenuhan Roh Kudus, padahal dua hal itu berbeda. Kalau baptisan Roh Kudus hanya terjadi hanya 1 x saja, maka kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang. Misalnya terhadap Petrus dalam Kis 2:4 Kis 4:8 Kis 4:31.

b) Firman Tuhan memerintahkan supaya kita dipenuhi terus menerus dengan Roh Kudus (Ef 5:18).

Makin kita mengisi diri dengan Firman Tuhan dan makin kita taat pada Firman Tuhan, maka makin kita dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini bisa terlihat kalau kita membandingkan Kol 3:16-17 dan Ef 5:18-20.

Ef 5:18-20 - “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita”.

Kol 3:16-17 - “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”.

Kalau diperhatikan dan dibandingkan dengan seksama akan terlihat bahwa kedua bagian ini sebetulnya paralel. Bedanya hanyalah Ef 5:18 menyuruh kita untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, sedangkan Kol 3:16 menyuruh supaya kita dipenuhi dengan perkataan / firman Kristus. Karena itu harus disimpulkan bahwa kedua hal ini, yaitu ‘dipenuhi Roh’ dan ‘dipenuhi firman’ adalah hal yang paralel. Jadi kalau kita dipenuhi firman, kita juga akan dipenuhi Roh.

3) Buah Roh Kudus.

a) Dalam Gal 5:22-23 dikatakan bahwa buah Roh Kudus ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri. Sama seperti ‘buah’ membesar dan matang secara bertahap, maka buah Roh Kudus juga membesar dan matang secara bertahap.

b) Buah Roh Kudus ini harus ada pada diri orang yang percaya, dan merupakan bukti iman seseorang.

4) Karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:4-11,27-31).

Setiap orang percaya pasti mempunyai karunia tertentu yang menyebabkan ia bisa melayani Tuhan, dan setiap orang kristen harus melayani sesuai dengan karunia yang ada padanya (Ro 12:6-8). Setiap orang mempunyai karunia-karunia yang berbeda, sehingga setiap orang mempunyai fungsi yang berbeda. Dengan bekerja sama, maka orang-orang kristen bisa saling melengkapi dalam memuliakan Tuhan.

5) Bahasa Roh.

a) Bahasa Roh adalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:10,30). 1Kor 12:7-10,28-30 secara sangat jelas menunjukkan bahwa karunia bahasa Roh ini tidak harus dimiliki oleh orang kristen! Karena itu, orang yang tidak berbahasa Roh, tidak berarti tidak punya Roh Kudus / tidak penuh Roh Kudus! Ingat bahwa Stefanus dan Filipus adalah orang yang penuh dengan Roh (Kis 6:5 Kis 7:55), tetapi Kitab Suci tidak pernah menyebutkan bahwa mereka pernah berbahasa Roh.

b) Juga karunia berbahasa Roh jelas bukanlah karunia yang terutama, terbukti dari:

· 1Kor 14 yang meninggikan karunia bernubuat jauh di atas karunia bahasa Roh (bacalah seluruh 1Kor 14 itu!).

· fakta bahwa dalam Kitab Suci karunia bahasa Roh bersama karunia penafsiran bahasa Roh selalu diletakkan di tempat terakhir dalam daftar karunia.

1Kor 12:7-10 - “Tetapi kepada tiap-tiap orang diberikan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu”.

1Kor 12:28-30 - “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dengan bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.

c) Peraturan penggunaan bahasa roh dalam kebaktian.

Dalam Kitab Suci ada peraturan tentang penggunaan bahasa roh dalam kebaktian, yaitu dalam 1Kor 14:27-28 yang berbunyi:

“Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada seorangpun yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.

Jadi terlihat ada 3 syarat, yaitu:

· maximum 2-3 orang.

· harus satu per satu / bergiliran.

· harus ada penterjemahan.

Pada jaman sekarang peraturan tentang penggunaan bahasa roh dalam kebaktian ini dilanggar dan diinjak-injak habis-habisan oleh banyak persekutuan / gereja Pentakosta dan Kharismatik, karena dalam kebaktian / persekutuan mereka ada banyak orang (puluhan, atau ratusan, bahkan ribuan orang) berbahasa roh secara bersama-sama, tanpa penterjemahan.

6) ‘Slain in the Spirit’ (= tumbang di dalam Roh / ‘nggeblak’).

Ini tidak pernah ada dalam Kitab Suci! Ayat-ayat yang digunakan oleh orang-orang Kharismatik untuk mendukung hal ini adalah ayat-ayat yang mereka putarbalikkan.

Catatan: Kalau saudara mau tahu secara lebih mendetail tentang nggeblak, bahasa Roh, Baptisan Roh Kudus dsb, bacalah buku saya yang berjudul ‘Kharismatik’.

7) Tertawa dalam Roh (Toronto Blessing).

Ini lebih gila lagi dari nggeblak, dan jelas lebih tidak alkitabiah lagi. Kalau mau tahu lebih banyak tentang hal ini, bacalah buku saya yang berjudul ‘Toronto Blessing: Alkitabiahkah?’.

IX) Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus.

A) ‘Gereja yang kudus dan am’.

Kata-kata ‘Gereja yang kudus dan am’ dalam bahasa Inggrisnya adalah ‘The Holy Catholic Church’. Ini tidak menunjuk kepada Gereja Roma Katolik, karena kata ‘Catholic’ (‘am’) berarti ‘universal / umum’.

1) Ini sama dengan ‘Gereja yang tidak kelihatan’.

Yang dimaksud dengan ‘Gereja yang kudus dan am’ bukanlah ‘gedung gereja’ atau ‘gereja lokal’, tetapi ‘semua orang percaya tanpa batasan waktu dan tempat’. Dalam theologia ini juga disebut dengan istilah ‘Gereja yang tidak kelihatan’. Kontrasnya adalah ‘gereja yang kelihatan’ yang menunjuk pada gereja / orang-orang kristen yang terlihat oleh mata manusia. Manusia terbagi menjadi 4 bagian:

· orang yang tidak menjadi anggota baik dari gereja yang kelihatan maupun dari gereja yang tidak kelihatan. Ini adalah orang yang sama sekali non kristen.

· orang yang menjadi anggota dari gereja yang kelihatan tetapi tidak menjadi anggota dari gereja yang tidak kelihatan. Ini adalah orang kristen KTP.

· orang yang menjadi anggota dari gereja yang tidak kelihatan tetapi tidak menjadi anggota dari gereja yang kelihatan. Contoh: penjahat yang bertobat pada salib. Ini jelas adalah orang kristen sejati, yang sekalipun tidak diakui sebagai orang kristen oleh manusia, tetapi diakui oleh Tuhan, dan karenanya tetap selamat.

· orang yang menjadi anggota baik dari gereja yang kelihatan maupun dari gereja yang tidak kelihatan. Ini orang kristen sejati pada umumnya, yang selain percaya kepada Yesus, juga menjadi anggota dari gereja tertentu.

2) Pengakuan ini menunjukkan kesatuan semua gereja.

Pada saat saya sekolah theologia, pernah terjadi sesuatu yang betul-betul menunjukkan kesatuan gereja. Saat itu semua mahasiswa internasional (dari luar USA) mendapat undangan pesta / makan bersama dari The First Presbyterian Church, di Jackson Mississippi. Tetapi 1-2 hari setelah itu, semua kami mendapat undangan pesta / makan bersama yang kedua dari The First Baptist Church, juga di Jackson Mississippi, pada tanggal dan jam yang sama. Rupanya The First Baptist Church ini tidak tahu kalau kami sudah diundang oleh The First Presbyterian Church. Tetapi The First Presbyterian Church tahu bahwa The First Baptist Church juga mengadakan pesta dan mengundang pada saat yang bersamaan. The First Presbyterian Church lalu membatalkan undangan itu dan mendorong kami pergi ke The First Baptist Church, padahal sebetulnya mereka lebih berhak, karena mereka mengundang lebih dulu! Ini betul-betul mempraktekkan kesatuan gereja, sekalipun alirannya berbeda!

Adalah sangat aneh, kalau ada gereja yang menggunakan 12 Pengakuan Iman Rasuli ini, tetapi dalam prakteknya tidak mempedulikan kesatuan gereja, misalnya:

· tidak mau menerima / memberikan atestasi (perpindahan keanggotaan) dari / ke gereja, yang sekalipun tidak mereka anggap sebagai gereja yang sesat tetapi mereka katakan tidak punya hubungan dengan gereja mereka.

· tidak mau memakai hamba Tuhan dari luar kalangan gereja mereka, sekalipun hamba Tuhan itu tidak mereka anggap sebagai sesat / salah / jelek.

Tetapi pengakuan tentang kesatuan gereja ini juga tidak boleh diartikan secara extrim, misalnya:

a) Dengan mengatakan bahwa semua gereja, tidak peduli sesat atau tidak, adalah satu.

Saya setuju dengan pandangan bahwa semua gereja dari aliran apapun yang masih tergolong alkitabiah dan injili, adalah satu. Tetapi saya tidak percaya bahwa gereja yang alkitabiah dan injili adalah satu dengan gereja yang sesat. Karena itu hati-hati dengan kata-kata ‘Semua gereja sama’, karena gereja yang benar dan gereja yang sesat tentu tidak sama dan tidak boleh bersatu.

Bahwa pandangan ini sesuai dengan Kitab Suci terlihat dari:

· Rasul Yakobus berulang kali menggunakan sebutan ‘saudara’ untuk orang kristen (Yak 1:2,9,16,19 2:14), tetapi pada waktu ia menyebut orang kristen KTP, yang tidak membuktikan imannya dengan perbuatan, ia menggunakan istilah ‘orang’ (Yak 2:18) dan ‘manusia yang bebal’ (Yak 2:20). Mengapa ia tidak tetap menggunakan istilah ‘saudara’? Jelas karena ia tidak menganggap mereka sebagai saudara ataupun sebagai satu kesatuan dengan dia.

· Paulus berulangkali mengecam nabi-nabi palsu dalam kalangan kristen dengan kata-kata yang sangat keras, dan bahkan mengutuk mereka (Gal 1:6-9 Fil 3:2). Demikian juga dengan Petrus (2Pet 2:1-3,10b-14,17-22) dan Yudas (Yudas 4,8-13,16).

b) Berusaha mempersatukan semua gereja dibawah satu merek, seperti yang dilakukan oleh gerakan Ouikumene.

Saya berpendapat bahwa mempersatukan semua gereja dibawah satu merek itu tidak mungkin bisa berhasil, karena gereja-gereja itu mempunyai banyak perbedaan-perbedaan.

Saya juga berpendapat bahwa gereja dengan macam-macam merek itu tidak apa-apa, asal mereka tetap sadar bahwa selain ada perbedaan-perbedaan di antara mereka, mereka juga tetap sadar akan kesatuan dan persamaan yang ada di antara mereka.

B) ‘Persekutuan orang kudus’.

1) Arti dari kata ‘kudus’ ialah:

a) ‘Berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’.

Contoh:

· Hari Sabat disebut hari yang kudus (Kej 2:3). Jadi dulunya semua hari sama saja, tetapi lalu hari ke 7 / hari Sabat itu dijadikan hari yang ‘berbeda dengan yang lain’ atau ‘terpisah dari yang lain’.

· Bangsa Israel disebut bangsa yang kudus (Im 20:24,26). Dulunya semua bangsa sama saja, tetapi lalu bangsa Israel dijadikan bangsa yang berbeda dengan yang lain / terpisah dari yang lain.

· Orang Kristen disebut orang kudus (Ef 1:1 1Pet 2:9). Dulunya orang kristen sama seperti yang lain, yaitu orang berdosa, tetapi lalu dipisahkan dari yang lain / dijadikan berbeda dengan yang lain.

Kita disebut kudus. Itu tidak berarti kita harus hidup terpisah dari dunia (Yoh 17:15 1Kor 5:9-10), tetapi itu berarti bahwa kita harus hidup berbeda dengan dunia (Ro 12:2). Perbedaan hidup dengan dunia ini tidak boleh diartikan seakan-akan kita harus hidup secara exentrik, tetapi harus diartikan bahwa kita harus berbeda dengan dunia dalam hal-hal yang berdosa. Misalnya:

* dunia berdusta, kita harus jujur.

* dunia berselingkuh / berzinah, kita setia pada pasangan hidup.

* dunia bekerja pada hari Sabat, kita memelihara hari Sabat dengan istirahat dan berbakti.

* dunia ngerpek / menyontek dalam ulangan / ujian, kita jujur.

* dunia tidak peduli Tuhan, kita mengasihi dan hidup bagi Tuhan.

* dunia mementingkan hal-hal duniawi, kita mementingkan hal-hal rohani / surgawi.

b) Diperuntukkan bagi Allah.

Contoh:

· Sabat digunakan untuk berbakti kepada Allah.

· Bangsa Israel menjadi milik Allah (Im 20:26).

· Orang Kristen adalah milik Allah (1 Pet 2:9 Yoh 17:9-10).

Karena kita adalah milik Allah, maka kita harus hidup bagi Allah.

c) Suci.

Orang kristen disebut kudus / suci bukan karena hidupnya suci, tetapi karena dalam Kristus kita suci (1Yoh 1:7 Tit 1:15). Tetapi bagaimanapun juga, sebutan ini juga menyebabkan kita harus berusaha hidup suci (Ef 4:1).

2) Persekutuan.

Orang-orang kristen adalah anggota-anggota tubuh Kristus (1Kor 12:27). Karena itu kita tidak boleh mempunyai grup-grup yang saling tidak senang atau bahkan bermusuhan satu sama lain (1Kor 3:4), tetapi sebaliknya kita harus bersatu, bersekutu dan saling mengasihi (Yoh 17:20-21 Ibr 10:24-25 Yoh 13:34-35).

X) Pengampunan dosa.

1) Kekristenan tidak mengakui pengampunan dosa yang semata-mata didasarkan pada kasih Allah.

Mengapa? Karena sekalipun Allah itu kasih, Ia juga adalah suci sehingga tidak bisa bersatu dengan dosa, dan Ia juga adil sehingga pasti menghukum orang berdosa.

Nahum 1:3 - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.

2) Kekristenan juga tidak mengakui pengampunan dosa yang semata-mata didasarkan pada perbuatan baik / pertobatan seseorang dari dosa.

Mengapa?

a) Karena manusia memang tidak bisa baik / berbuat baik (Kej 6:5 Tit 1:15).

b) Perbuatan baik / ketaatan tidak bisa menutupi dosa (Gal 2:16,21).

3) Kekristenan juga tidak mengakui pengampunan dosa yang didasarkan pada tindakan / kebaikan orang lain yang lalu diberlakukan pada seseorang.

Mengapa?

a) Karena setiap orang harus bertanggung jawab tentang dirinya sendiri.

Ro 14:12 - “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.

Yeh 18:20 - “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”.

b) Tidak ada orang yang bisa hidup suci (kecuali Yesus) apalagi kelebihan perbuatan baik sehingga bisa diberikan kepada orang lain (Ro 3:10-12,23).

c) Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):

“No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).

Catatan: dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

4) Kekristenan hanya mengakui pengampunan dosa yang didasarkan pada penebusan Yesus Kristus, dan yang diterima seseorang melalui imannya kepada Yesus Kristus.

Ibr 9:22b - “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”.

2Kor 5:19a - “Sebab Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

Ef 1:7 - “Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa”.

Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya”.

Kis 13:38-39 - “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.

Karena itu tidak heran bahwa dalam memberitakan pengampunan dosa, kita harus memberitakannya dalam nama Yesus.

Luk 24:47 - “dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.

XI) Kebangkitan daging / orang mati.

Saya percaya bahwa pada saat seseorang mati, kalau ia adalah seorang yang percaya maka ia akan langsung masuk ke surga, sedangkan kalau ia adalah seorang yang tidak percaya maka ia akan langsung masuk neraka.

Ini terlihat dari:

· 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

· 2Korintus 5:8 - “... terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

NIV / NASB: ‘at home with the Lord’ (= di rumah bersama Tuhan)

Lit: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke rumah kepada Tuhan).

· Fil 1:23 - “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

· Luk 16:19-31 - orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih hidup (Luk 16:28), dan ini menunjukkan bahwa Kristus belum datang keduakalinya, tetapi toh orang kaya sudah masuk neraka dan Lazarus sudah masuk surga.

Tetapi yang masuk surga / neraka itu hanyalah jiwa / rohnya, sedangkan tubuhnya belum. Nanti pada kedatangan Yesus yang keduakalinya tubuhnya akan dibangkitkan dan dipersatukan kembali dengan jiwa / rohnya, dan akan masuk surga / neraka dengan tubuhnya. Jadi baik orang percaya maupun tidak percaya akan mengalami kebangkitan tubuh / daging / orang mati. Ini terlihat dari Yoh 5:28-29 yang berbunyi: “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

Untuk orang percaya, tubuh yang dibangkitkan itu sekaligus diubahkan menjadi tubuh kebangkitan / tubuh kemuliaan (seperti tubuh Kristus setelah bangkit dari antara orang mati - Fil 3:21), yang tidak bisa menderita / mati lagi. Bacalah 1Kor 15:12-23,35-55.

XII) Dan hidup yang kekal.

Kita memang menerima hidup yang kekal pada saat percaya (Yoh 3:16), tetapi ‘hidup yang kekal’ di sini rupanya tidak berbicara tentang hidup yang kekal yang kita terima pada saat percaya, karena bagian ini ditempatkan setelah ‘kebangkitan orang mati’ (pasal 11). Jadi rupanya yang dimaksud dengan ‘hidup yang kekal’ di sini, adalah hidup selama-lamanya di surga bagi orang yang percaya kepada Kristus. Tidak ada lagi:

· Iblis / setan.

Iblis / setan dimasukkan ke neraka (Wah 20:7-10), dan tidak bisa lagi menggoda / mencobai kita di surga. Mengingat akan menjengkelkannya Iblis / setan yang selalu menyerang / menggoda / mencobai kita di dunia ini dan yang menyebabkan kita sangat menderita, maka tidak adanya Iblis / setan dalam hidup yang kekal di surga nanti adalah sesuatu yang sangat menyenangkan / melegakan.

· dosa.

Di surga tidak akan ada lagi dosa, karena:

* Kita sudah disempurnakan.

Ini terlihat dari Ibr 12:23b yang mengatakan “roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.

* Di surga nanti tidak ada lagi setan yang menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa.

Orang kristen sejak saat percaya pasti akan makin lama makin membenci dosa. Tetapi kelemahannya yang membuatnya terus jatuh ke dalam bermacam-macam dosa sering membuatnya sangat sedih dan menderita (bdk. Mat 26:75).

J. C. Ryle mengutip kata-kata John Owen:

“I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa adalah seorang percaya yang sejati kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar) - ‘Holiness’, hal 38.

Karena itu, kalau dalam hidup yang kekal di surga nanti tidak ada lagi dosa, ini betul-betul merupakan hal yang sangat menyenangkan.

· penderitaan, kesedihan / air mata (Wahyu 21:4).

Semua orang kristen pasti mempunyai penderitaan dan salibnya sendiri-sendiri. Mungkin itu problem ekonomi, problem kesehatan, problem keluarga, problem pekerjaan, problem gereja, kesepian, tidak dimengerti orang, problem rohani, kematian orang yang dicintai, dsb. Tetapi dalam hidup kekal di surga semua ini tidak ada lagi.

· kematian (1Kor 15:42,50-55).

Memang orang kristen yang sejati tidak akan takut mati, tetapi bagaimanapun kematian orang yang kita cintai tetap akan menyedihkan kita. Tetapi di surga semua ini tidak ada lagi.

Kalau saudara adalah orang kristen yang sejati, dan saat ini saudara mengalami banyak penderitaan dalam mengikut Kristus, ingatlah bahwa kemuliaan / kesenangan yang akan saudara terima pada saat itu jauh lebih besar dari penderitaan saudara.

Roma 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

2Kor 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.

Kalau saudara bukan orang kristen, maka ingatlah bahwa segala kebahagiaan di surga itu tidak akan menjadi milik saudara. Sebaliknya saudara akan disiksa selama-lamanya dalam neraka.

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”.

Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.

Kalau saudara tidak mau masuk neraka, tetapi ingin mengalami hidup yang kekal di surga, percayalah kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dosa saudara!

SAKRAMEN

Dalam Perjanjian Lama ada 2 sakramen:

1) Sunat (Kej 17:9-14).

2) Perjamuan Paskah (Kel 12:1-28,43-51).

Catatan: yang dimaksud dengan ‘Paskah’ di sini bukanlah hari Kebangkitan Yesus (Inggris: ‘Easter’), tetapi hari keluarnya Israel dari Mesir (Inggris: ‘Passover’).

Dalam Perjanjian Baru juga ada 2 sakramen:

1) Baptisan (Mat 28:19), yang menggantikan Sunat (Kol 2:11-12).

2) Perjamuan Kudus (Mat 26:26-28 1Kor 11:23-26), yang menggantikan Perjamuan Paskah (Mat 26:26-28).

I) Baptisan.

1) Baptisan adalah perintah Tuhan (Mat 28:19).

a) Baptisan memang tidak menyelamatkan kita. Ini terlihat dari banyak kasus, misalnya:

· Yudas Iskariot jelas sudah dibaptis, tetapi ia tidak selamat, karena ia tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.

· Simon tukang sihir juga menyatakan percaya dan dibaptis (Kis 8:13), tetapi dari kata-kata Petrus kepadanya dalam Kis 8:20-23 terlihat bahwa ia belum diselamatkan.

b) Sekalipun baptisan tidak menyelamatkan, tetapi orang yang percaya harus dibaptis, karena ini adalah perintah Tuhan, dan karenanya harus ditaati.

Ketaatan kita pada perintah ini sekaligus menunjukkan bahwa kita berani mengakui Kristus di depan orang atau berani mengakui diri kita sebagai pengikut Kristus (bdk. Mat 10:32-33).

Peristiwa dimana Musa hampir dibunuh oleh Tuhan karena lalai menyunatkan anaknya (Kel 4:24-26), menunjukkan bahwa Allah tidak menganggap ringan dosa dari orang yang melalaikan sakramen.

c) Kalau seseorang percaya kepada Yesus dan tidak sempat dibaptis, maka ia tetap selamat.

Ini terlihat dengan jelas dalam diri penjahat yang bertobat di kayu salib (Luk 23:39-43).

Karena itu bagi orang yang belum percaya yang sedang sekarat, jauh lebih penting mendengar Injil supaya ia bisa percaya kepada Kristus, dari pada cepat-cepat dibaptis tanpa percaya sungguh-sungguh.

2) Formula baptisan.

Yang dimaksud dengan ‘formula baptisan’ adalah kata-kata yang diucapkan oleh pendeta pada waktu membaptis.

Dalam Kitab Suci formula baptisan ini hanya ada di satu tempat yaitu Mat 28:19 - ‘dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus’. Karena itu pada waktu pendeta membaptis, ia berkata: ‘Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin’.

Ada banyak orang yang berdasarkan ayat-ayat seperti Kis 2:38 Kis 8:16 Kis 10:48 Kis 19:5 (‘dibaptis dalam nama Yesus Kristus / dalam nama Tuhan Yesus’) lalu mengubah formula baptisan, sehingga pada waktu membaptis mereka mengucapkan kata-kata: ‘Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Amin’.

Ini salah karena:

a) Kis 2:38 Kis 8:16 Kis 10:48 Kis 19:5 itu bukanlah formula baptisan.

Betul-betul tak masuk akal, kalau Yesus sudah memberikan formula baptisan dalam Mat 28:19, lalu rasul-rasul berani mengubahnya.

Kata-kata ‘dibaptis dalam nama Tuhan Yesus / Yesus Kristus’ hanya berarti:

· dibaptis berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yesus.

· dibaptis atas otoritas Tuhan Yesus.

b) ‘Bapa, Anak dan Roh Kudus’ tidak sama dengan ‘Tuhan Yesus Kristus’!

3) Arti / makna baptisan.

a) Lambang penyucian dosa (Kis 2:38 Kis 22:16).

Karena itu baptisan dilakukan dengan menggunakan air.

Sekalipun ini adalah arti yang paling populer, tetapi ini bukan arti yang paling penting / utama.

b) Lambang persatuan dengan Kristus (Ro 6:3-6 1Kor 12:13 Gal 3:27-28 Kol 2:11-12).

4) Cara baptisan.

Ada 3 cara, yaitu percik, tuang, dan selam.

Orang yang menggunakan baptisan percik atau tuang, biasanya memilih baptisan percik atau tuang karena segi praktisnya (lebih-lebih kalau dilakukan terhadap bayi atau orang tua), disamping itu cukup alkitabiah.

Orang-orang yang menggunakan baptisan selam biasanya tidak mengakui baptisan percik dan baptisan tuang sebagai baptisan yang sah. Alasan-alasan yang biasanya mereka pakai ialah:

a. Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO berarti diselam.

b. Yesus dibaptis dengan baptisan selam.

Terhadap ini saya menjawab bahwa:

a) Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO tidak harus berarti selam.

Ini terlihat dari:

· Lukas 11:38 - ‘mencuci tangannya’.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISTHE.

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

· 1Korintus 10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam laut’.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.

Dua hal yang harus diperhatikan:

* Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!

* Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

· Ibr 9:10 - ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah terjemahan.

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.

NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).

NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).

RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian)

KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

b) Yesus belum tentu dibaptis dengan baptisan selam.

Mat 3:16 mengatakan “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air”. Tetapi kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa tadinya Yesus diren­dam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai tanpa direndam (air hanya sebatas lutut atau betis), lalu dibaptis dengan tuang / percik, lalu Ia keluar dari air / sungai. Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa satu-satunya cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan bapti­san selam.

c) Ada banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.

Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:13 Kis 10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyela­man karena hal itu terjadi di dalam penjara!

Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:

“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Catatan: Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.

Charles Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:

“The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use” (= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

· Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

· Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:

* sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.

* sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.

Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

d) Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:

· Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:

* Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’ (= memercikkan).

* Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’ (= percikkanlah)].

* Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprinkles’ (= memercikkan)].

* Im 14:7,51 - ‘memercik’.

* Im 16:14 - ‘memercikannya’.

* Bilanagan 8:7 - ‘percikkanlah’.

* Bilangan 19:18 - ‘memercikkannya’.

* Yesaya 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ (= Ia akan memerciki banyak bangsa).

* Ibr 9:13 - ‘percikan’.

* Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.

* Ibrani 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ (= diperciki untuk membersihkan)].

* Ibrani 12:24 - ‘darah pemercikan’.

· Lukas 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).

Kata ‘with water’ / ‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.

Matius 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in (= di dalam), tetapi juga sebagai with (= dengan).

Kesimpulan:

Baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!

5) Orang yang dibaptis.

a) Orang dewasa.

Syarat: orangnya percaya kepada Kristus (Kis 2:41 Kis 8:37 Kis 16:14-15 Kis 16:31-34).

Pendeta tidak bisa mengetahui apakah seseorang betul-betul percaya kepada Kristus atau tidak, dan karena itu pendeta membaptis berdasarkan pengakuan orang itu bahwa ia percaya kepada Yesus. Perkecualian hanya pada kasus dimana terlihat dengan jelas bahwa orangnya belum sungguh-sungguh percaya, misalnya kalau ia masih menggunakan kuasa gelap. Dalam hal ini pendeta bisa menolak untuk membaptis, sekalipun orang itu mengaku percaya kepada Yesus dan mau dibaptis.

b) Bayi / anak kecil.

Dasar dari baptisan bayi / anak kecil:

· dalam Perjanjian Lama, sunat dilakukan terhadap bayi (Kej 17:9-14). Lalu dalam Perjanjian Baru, sunat dihapus (Kis 15:1-2 Kis 21:21 Gal 2:3-5 Gal 5:2-6 Gal 6:12-15) dan diganti dengan baptisan (Kol 2:11-12). Karena itu, kalau sunat dilakukan terhadap bayi, mengapa baptisan tidak?

· Ada 3 peristiwa dalam Kitab Suci dimana dilakukan baptisan sekeluarga / seisi rumah, yaitu Kis 16:15 Kis 16:33 1Korintus 1:16. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari peristiwa-peristiwa ini:

* mungkin sekali dalam peristiwa-peristiwa ini ada bayi / anak yang juga dibaptis.

* 3 peristiwa itu menunjukkan bahwa baptisan sekeluarga / seisi rumah adalah sesuatu yang umum. Dan kalau dalam keluarga ada bayi, maka pasti ikut dibaptis.

· syarat baptisan dimana orangnya harus percaya adalah syarat bagi orang dewasa, bukan bagi bayi.

6) Pengulangan baptisan.

Setiap baptisan yang dilakukan gereja yang secara teoritis mengakui Allah Tritunggal (termasuk Gereja Roma Katolik), adalah sah dan tidak perlu diulang. Bahkan sekalipun pada waktu dibaptis orangnya belum sungguh-sungguh percaya, dan lalu suatu hari ia bertobat dengan sungguh-sungguh, ia tidak perlu dibaptis ulang.

Baptisan ulang hanya perlu / harus dilakukan kalau:

a) Baptisan itu dilakukan oleh gereja sesat yang secara teoritis tidak mengakui Allah Tritunggal, seperti Saksi Yehovah.

Karena itu hati-hatilah dalam memilih gereja, karena sekarang juga ada gereja-gereja Liberal, yang secara teoritis tidak lagi mengakui Allah Tritunggal.

b) Baptisan itu dilakukan bukan dengan menggunakan air, seperti baptisan menggunakan bendera dari orang Bala Keselamatan. Ini bukan baptisan, dan karena itu jelas harus diulang.

II) Perjamuan Kudus.

1) Ini juga diperintahkan oleh Tuhan (Mat 26:26-28 1Kor 11:23-26).

Sama seperti baptisan, sekalipun Perjamuan Kudus tidak bisa mengampuni dosa ataupun menyelamatkan kita, tetapi karena ini diperintahkan oleh Tuhan, harus kita taati.

Berbeda dengan baptisan yang dilakukan hanya 1 x, maka Perjamuan Kudus harus dilakukan berulang-ulang (1Kor 11:25b - ‘setiap kali kamu meminumnya’).

Dalam memerintahkan Perjamuan Kudus, Tuhan tidak menentukan berapa sering kita harus melakukan Perjamuan Kudus. Jadi itu tergantung kebijaksanaan gereja.

2) Simbol yang kelihatan dalam Perjamuan Kudus.

Simbol-simbol yang kelihatan dalam Perjamuan Kudus ialah:

a) Roti dan anggur yang menggambarkan tubuh dan darah Kristus.

b) Pemecahan roti dan penuangan anggur, yang menggambarkan penghancuran tubuh Kristus dan pencurahan darah Kristus.

3) Arti Perjamuan Kudus.

Ada 4 pandangan tentang arti Perjamuan Kudus:

a) Pandangan Gereja Roma Katolik.

· Pada waktu pastor / imam berkata: ‘HOC EST CORPUS MEUM’ (= ‘This is My body’ / ‘Inilah tubuhKu’), maka roti betul-betul berubah menjadi tubuh Kristus, dan anggur betul-betul berubah menjadi darah Kristus.

· doktrin ini disebut TRANSUBSTANTIATION (= a change of substance / perubahan zat).

· Thomas Aquinas (1225-1274):

“The substance of bread and wine are changed into the body and blood of Christ during communion while the accidents (appear­ence, taste, smell) remain the same” [= Zat dari roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus pada saat komuni, sementara accidentsnya (penampilannya / kelihatannya, rasanya, baunya) tetap sama].

· Dengan demikian Perjamuan Kudus dalam Roma Katolik dianggap sebagai pengulangan pengorbanan Kristus.

Keberatan terhadap pandangan ini:

¨ tubuh Kristus bukan Allah, sehingga tidak maha ada. Sekarang tubuh Kristus ada di surga, dan karenanya Yesus tidak bisa hadir secara jasmani dalam Perjamuan Kudus!

¨ Kitab Suci menyatakan bahwa Yesus dikorbankan hanya satu kali saja (Ibr 9:28 - “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”).

b) Martin Luther / Gereja Lutheran.

· Roti dan anggur tetap tidak berubah tetapi Kristus hadir secara jasmani baik di dalam, dengan / bersama, di bawah (in, with and under) roti dan anggur.

· Doktrin ini disebut CONSUBSTANTIATION.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Sama seperti terhadap pandangan Roma Katolik, pandangan Luther / Lutheran tetap menunjukkan bahwa tubuh Kristus harus maha ada (karena tubuh Kristus itu harus hadir di setiap tempat yang mengadakan Perjamuan Kudus, dan sekaligus juga di surga). Ini tidak benar. Tubuh Kristus bukan Allah sehingga tidak maha ada.

c) Zwingli / Gereja Baptis.

Perjamuan Kudus hanyalah peringatan pengorbanan Kristus.

d) Pandangan Calvin / Reformed.

· Kristus bukan hadir secara jasmani, tetapi secara rohani. Jadi Perjamuan Kudus adalah suatu persekutuan dengan Kristus (1Kor 10:16 - “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?”).

· Perjamuan Kudus bukan sekedar merupakan peringatan. Kalau memang sekedar peringatan, mengapa ada ayat-ayat seperti 1Kor 11:26-30?

· Roti menguatkan kita dan anggur memberikan sukacita. Bahwa dalam Perjamuan Kudus digunakan roti dan anggur menunjukkan bahwa Perjamuan Kudus bisa menguatkan iman kita dan memberikan sukacita. Tetapi tentu saja syarat dalam 1Kor 11:27-32 harus ditaati.

· Perjamuan Kudus juga menggambarkan persekutuan orang percaya, karena makan dan minum dari roti dan anggur yang satu / sama (bdk. 1Korintus 10:17 - “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”).

Catatan: sebetulnya kata ‘satu’ dalam 1Kor 10:17 ini tidak cocok dengan penggunaan hosti dalam Perjamuan Kudus, karena dalam penggunaan hosti ‘satu roti’ itu tidak terlihat.

Charles Hodge: “The custom, therefore, of using a wafer placed unbroken in the mouth of the communicant, leaves out an important significant element in this sacrament” (= Karena itu, kebiasaan / tradisi menggunakan hosti, yang diletakkan secara utuh di dalam mulut dari peserta Perjamuan Kudus, menghapuskan suatu elemen berarti yang penting dalam sakramen ini).

4) Siapa yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus?

1Kor 11:27-32 jelas menunjukkan bahwa tidak sembarang orang boleh mengikuti Perjamuan Kudus. Orang yang boleh ikut hanyalah orang yang memenuhi semua syarat di bawah ini.

a) Sudah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.

b) Sudah dibaptis.

Dalam Perjanjian Lama, orang yang belum disunat tidak boleh mengikuti Perjamuan Paskah (Kel 12:44,48). Karena itu dalam Perjanjian Baru orang yang belum dibaptis juga tidak boleh mengikuti Perjamuan Kudus. Ini sebetulnya logis, karena orang yang belum mengikuti sakramen pertama tentu tidak boleh mengikuti sakramen yang kedua.

c) Tidak hidup dalam dosa / memegangi dosa dengan sikap tegar tengkuk
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
AMIN-
Next Post Previous Post