PAULUS DAN YAKOBUS (IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN): YAKOBUS 2:14-26

Pdt.Budi Asali,M,Div.
PAULUS DAN YAKOBUS (IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN): YAKOBUS 2:14-26. Yakobus 2:14-26 - “(Yakobus 2:14) Apakah gunanya,saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, diatas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika iamenyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
PAULUS DAN YAKOBUS (IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN): YAKOBUS 2:14-26
education, otomotif
I) Pertentangan antara Yakobus dengan Paulus.

Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.

Contoh:

· Roma 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yakobus 2:24.

Roma 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

Yakobus 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.

· Roma 4:1-4 dan Galatia 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yakobus 2:21.

Roma 4:1-4 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya”.

Galatia 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.

Yakobus 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.

· Efesus 2:8-9 kelihatannya bertentangan dengan Yakobus 2:24.

Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9)itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Yakobus 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.

Juga kelihatannya Ibrani 11:31 bertentangan dengan Yakobus 2:25.

Ibrani 11:31 - “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik”.

Yakobus 2:25 - “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.

Bagian surat Yakobus ini menyebabkan adanya tokoh-tokoh Kristen yang merendahkan surat Yakobus ini.

¨ Martin Luther berkata tentang surat Yakobus sebagai berikut: “a right strawyepistle, for it has no true evangelical character” (= surat jerami,karena surat ini tidak mempunyai sifat injili yang benar).

Adam Clarke:“Luther, supposing that James did actually teach the doctrine of justification by works, which his good sense showed him to be absolutely in sufficient for salvation,was led to condemn the letter ‘in toto’, as a production unauthenticated by theHoly Spirit, and consequently worthy of no regard; he therefore termed it epistola straminea, a chaffy letter, anletter of straw, fit only to be burnt” [= Luther, yang menganggap bahwa Yakobus betul-betul mengajarkan doktrin pembenaran oleh perbuatan baik, yang pengertiannya yang baik telah menunjukkan kepadanya sebagai mutlak tidak cukup untuk keselamatan, dibimbing untuk mengecam surat ini IN TOTO (?), sebagai bukan hasil yang asli oleh Roh Kudus, dan karena itu tidak layak dihormati; karena itu ia memberinya istilah epistola straminea, suatu surat yang bersikap sekam, suatu surat dari jerami, yang hanya cocok untuk dibakar].

Catatan: saya tidak tahu arti dari kata-kata bahasa Latin ‘in toto’. Mungkin artinya adalah ‘secara keseluruhan’; jadi maksudnya ‘seluruh surat Yakobus’.

¨ Philip Melanchton berkata: “‘faith justifies’ and ‘faith does not justify’ are plain contradiction. Whoever canreconcile them, on him I will put my cap, and allow him to call me a fool” (= ‘iman membenarkan’ dan ‘iman tidak membenarkan’ adalah kontradiksi yang nyata. Siapapun dapat memperdamaikan mereka, padanya aku akan memakaikan topi, dan mengijinkannya menyebutku orang tolol).

Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:

1) Adanya perbedaan tujuan.

Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik.

Bdk. Kisah Para Rasul 15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu”.

Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Galatia 2:16,21 Efesus 2:8-9).

Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup Kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.

2) Adanya perbedaan penggunaan istilah.

a) Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksud­kannya sebagai akibat / hasil dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

b) Istilah ‘iman / percaya’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus.

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. Yakobus 2: 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).

Calvin: “it appears from the first words, that he speaks of false profession of faith: for he does not begin thus, ‘If any one has faith;’ but, ‘If any says that he has faith;’ by which he certainly intimates that hypocrites boast of the empty name of faith, which really doesnot belong to them” [= kelihatan dari kata-kata pertama, bahwa ia(Yakobus) berbicara tentang pengakuan iman yang palsu: karena ia tidak memulai demikian, ‘Jika seorang mempunyai iman’; tetapi ‘Jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’; dengan mana ia pasti mengisyaratkan bahwa orang-orang munafik membanggakan tentang nama / sebutan yang kosong dari iman, yang sesungguhnya bukan milik mereka].

c) Istilah ‘dibenarkan’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan oleh Allah’.

Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).

Catatan:

1. Kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.

2. Kalau saudara mau mengerti Yakobus 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!

Kesimpulan:

Dalam Yakobus 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.

Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrinsalvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.

Calvin: “When Paul says that we are justified by faith, he means no other thing than that by faith we are counted righteous before God. But James has quite another thing in view, even to shew that he who professes that he has faith, must prove the reality of his faith by his works” (= Ketika Paulus mengatakan bahwa kita dibenarkan oleh iman, ia memaksudkan tidak lain dari bahwa oleh iman kita dianggap benar di hadapan Allah. Tetapi Yakobus menujukan pandangannya pada hal yang lain, yaitu untuk menunjukkan bahwa ia yang mengaku bahwa ia mempunyai iman, harus membuktikan realita dari imannya oleh pekerjaan/ perbuatan baiknya).

Adam Clarke:“Learned men have spent much time in striving to reconcile these two writers, and to show that Paul and James perfectly accord; one teaching the pure doctrine, the other guarding men against the abuse of it” (= Orang-orang terpelajar telah menghabiskan banyak waktu dalam pergumulan untuk mendamaikan kedua penulis ini, dan untuk menunjukkan bahwa Paulus dan Yakobus sesuai secara sempurna; yang satu mengajarkan doktrin yang murni, yang lain menjaga orang-orang dari penyalah-gunaan doktrin itu).

Jamieson, Fausset & Brown: “At all events the Holy Spirit by James combats, not Paul, but those who abuse Paul’s doctrine”(= Bagaimanapun / apa pun yang terjadi, Roh Kudus oleh Yakobus, bukan melawan Paulus, tetapi melawan mereka yang menyalah-gunakan doktrin / ajaran Paulus).

Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yakobus 1:25 2:12). Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang Kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang Kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.

1) Yakobus berkata bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbu­atan’ tidak menyelamatkan (Yakobus 2: 14).

Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam Yakobus 2: 15-16: “(15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.

Saya berpendapat bahwa dari illustrasi yang digunakan oleh Yakobus ini terlihat bahwa ia tidak bermaksud untuk mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’(=keselamatan oleh perbuatan baik), karena illustrasi yang ia berikan intinya adalah ‘kata-kata tanpa tindakan, tidak ada gunanya’. Jadi, dalam realitanya, ‘pengakuan iman (bukan ‘iman itu sendiri’), tanpa tindakan / perbuatan, tidak ada gunanya’.

2) Yakobus juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (Yakobus 2: 17,20,26).

Yakobus 2: 17,20,26: “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.

Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada / hidup, lalu menjadi mati.

Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan. Yakobus 2: 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.

Dalam Yakobus 2: 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:

a) Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.

Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (Yakobus 2: 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan Yakobus 2: 18b yang mengatakan ‘aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.

Dari kata-kata dalam Yakobus 2: 18b itu juga jelas bahwa orang ini bisa menunjukkan imannya!

b) Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!

3) Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (Yakobus 2: 19)!

Yakobus 2: 19: “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.

Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan: kepercayaan itu hanya menyebabkan ia geme­tar! Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan, hanya mengha­silkan rasa takut!).

Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi tidak membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan setan!

Kesimpulan dari 3 hal di atas:

Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang kristen! Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya ‘seorang’ (Yakobus 2: 14), atau ‘orang’ (Yakobus 2: 18), atau ‘manusia’ (Yakobus 2: 20).

Penerapan: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?

John Owen: “I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).

III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik. 

1) Abraham (Yakobus 2: 21-24): “(21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”. 

a) Yakobus 2: 21: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”. Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.Alasannya: 

1. Persembahan itu dikatakan merupakan bukti iman Abraham (Ibrani 11:17-19).Ibrani 11:17-19 - “(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ (19) Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”. Kata-kata ‘Karena iman’ pada awal Ibrani 11:17, oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘by faith’ (= oleh iman). Jadi, text ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak. 

2. Abraham dibenarkan karena imannya (Yakobus 2: 23 bdk. Kejadian 15:6) dan ini terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).Yakobus 2: 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”. Kejadian 15:5-6 - “(5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (6) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.

Jadi, arti ayat ini adalah: persembahan Abraham itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham / membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman. 

b) Yakobus 2: 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.Artinya: iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna / sungguh-sungguh. Calvin: “It is said to have been perfected by works, not because it received thence its own perfection, but because it was thus proved to be true” (= Dikatakan bahwa iman disempurnakan oleh perbuatan-perbuatan, bukan karena iman itu menerima kesempurnaanya sendiri dari sana, tetapi karena dengan demikian iman itu dibuktikan sebagai benar). 

c) Yakobus 2: 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.Perhatikan kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’. Artinya: dengan adanya persembahan Ishak itu kelihatanlah bahwa Kejadian 15:6 adalah benar. 

BACA JUGA: KASIH KARUNIA YANG MENGAGUMKAN 

d) Yakobus 2: 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.Kata-kata ‘manusia dibenarkan’, artinya adalah: ia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik.

2) Rahab (Yakobus 2: 25) : “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”. 
a) Yakobus 2: 25 yang berbicara tentang Rahab ini, bukan merupakan contoh keselamatan karena perbuatan baik, tetapi keselamatan karena iman, yang dibuktikan dengan perbuatan baik.Jamieson,

Fausset & Brown: “Rahab’s act was such that it cannot be quoted to prove justification by works as such. She believed assuredly what her other countrymen disbelieved, and this in the face of every improbability that an unwarlike few would conquer well-armed numbers. In this belief she hid the spies at the risk of her life. Hence, Heb 11:31 names this as an example of faith, rather than of obedience” (= Tindakan Rahab adalah sedemikian rupa sehingga itu tidak bisa dikutip untuk membuktikan pembenaran oleh perbuatan baik saja. Ia percaya secara pasti apa yang orang-orang senegaranya yang lain tidak percaya, dan ini di hadapan setiap ketidak-mungkinan bahwa sedikit orang-orang yang tidak suka perang akan mengalahkan sejumlah besar orang-orang yang bersenjata lengkap. Dalam kepercayaan ini ia menyembunyikan mata-mata itu dengan resiko nyawanya. Karena itu, Ibrani 11:31 menyebutkan ini sebagai contoh dari iman, dari pada contoh dari perbuatan baik). Ibr 11:31 - “Karena (Oleh) iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik”.

Catatan: Sama seperti dalam kasus Ibrani 11:17 di atas, kata-kata ‘karena iman’ pada awal Ibrani 11:31, oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘by faith’ (= oleh iman). 
PAULUS DAN YAKOBUS (IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN): YAKOBUS 2:14-26
gadget
b) Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras dengan Abraham. Kalau Abraham adalah seorang laki-laki, maka Rahab adalah seorang perempuan. Kalau Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel, maka Rahab adalah orang kafir. Kalau Abraham adalah orang yang terhormat, maka Rahab adalah seorang pelacur! Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti Rahab? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yosua 2:1-7). 


Calvin: “It seems strange that he connected together those who were so unlike. ... Why did he prefer a harlot to all others? he designedly put together two persons so different in their character, in order more clearly to shew, that no one, whatever may have been his or her condition, nation, or class in society, has ever been counted righteous without good works. ... Whosoever, then, seeks to be counted righteous, though he may even be among the lowest, must yet shew that he is such by good works” (= Kelihatannya aneh bahwa ia menghubungkan mereka yang begitu berbeda. ... Mengapa ia lebih memilih seorang pelacur dari pada semua orang lain? ia dengan terencana menggabungkan dua orang yang begitu berbeda dalam karakter mereka, untuk menunjukkan dengan lebih jelas, bahwa tidak seorangpun, apapun kondisi, bangsa, atau golongannya dalam masyarakat, pernah dianggap benar tanpa perbuatan baik. ... Maka, siapapun berusaha untuk dianggap benar, sekalipun ia ada di antara orang-orang yang paling rendah, tetap harus menunjukkan oleh perbuatan baik bahwa ia adalah orang seperti itu). 
c) Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena mengan¬dung dusta / dosa. 

Tetapi harus diingat hal-hal ini: 

1. Ia adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan. 

2. Ia adalah seorang pelacur. 

3. Ia adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik yang sempurna. 

4. Perbuatan baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho, mempunyai resiko tinggi. Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya! Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti imannya. Penutup.William Hendriksen: “Good works have never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he is a Christian” (= Perbuatan baik tidak pernah menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen) - ‘Romans’, hal 114. 

Juga ada semacam semboyan yang berbunyi sebagai berikut: “We are justified by faith alone, but not by faith that is alone” [= Kita dibenarkan oleh iman saja, tetapi bukan oleh iman yang sendirian (tanpa perbuatan baik)]. Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya perbuatan-perbuatan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum, sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!. 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
https://teologiareformed.blogspot.com/
-AMIN- 
Next Post Previous Post