IMAN: PENTINGNYA DAN KONSEP (Anthony A. Hoekema)
Anthony A. Hoekema.
Pentingnya Iman
Singkat kata, iman berarti menyandarkan seluruh bebanmu pada Kristus. Iman merupakan suatu aspek yang esensial dari konversi, bersama dengan pertobatan, keduanya penting dalam keselamatan.
Tanpa iman, mustahil seseorang dapat berkenan kepada Allah (Ibrani. 11:6). Iman merupakan karya luar biasa yang dituntut Allah dari diri kita (Yohanes 6:29). Iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Roma 10:9) dan menuju pengharapan yang pasti (Ibrani 11:1). Sampai saat kebangkitan kita, kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (1Petrus 1:5). Satu-satunya hal yang berharga ialah iman yang berkarya melalui kasih (Galatia 5:6).
Studi Kata
Tiga kata yang paling umum di dalam Perjanjian Lama untuk iman adalah sebagai berikut :
1.He"min : Mempercayai atau mempercayakan diri kepada seseorang.
2. Bātach : Yakin akan, bersandar pada, mempercayai.
3. Chāsāh : Mencari perlindungan.
Sedangkan kata yang paling sering digunakan untuk iman di dalam Perjanjian baru adalah pistis atau pisteuein (kata kerjanya). Pistis berarti “iman yang dengannya kita mempercayai” (fides qua creditur), untuk menyatakan suatu keyakinan atas kebenaran dari seuatu hal. Kata kerja pisteuein memiliki arti :
1. Berpikir bahwa sesuatu adalah benar.
2. Menerima pesan Allah yang disampaikan oleh mereka yang ditunjuk oleh Allah.
3. Menerima Yesus sebagai Mesias, sumber keselamatan kekal yang ditetapkan secara ilahi (Yohanes 3:16).
Iman dalam pengertian Perjanjian Baru melibatkan penerimaan atas suatu rangkaian kebenaran yang didasarkan pada kesaksian para rasul atau orang-orang lainnya yang menyebarkan kesaksian itu, dan suatu kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai Juruselamat.
Iman Sebagaimana Dideskripsikan oleh Para Penulis Alkitab
Iman merupakan inti dari kehidupan umat Allah baik di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Bermula pada Kejadian 3:15 yang memperlihatkan wahyu pertama dari kovenan anugrah ini menuntut tanggapan iman dari umat Allah. Di Ibrani 11:4, Habel memberikan persembahan yang lebih baik kepada Allah oleh iman. Abraham merupakan “bapa dari orang-orang beriman”, karena dibenarkan oleh iman (Roma 4:1-3), dan bahwa semua orang percaya adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7).
Pemberian hukum Taurat di Gunung Sinai tidak menghapuskan janji yang diberikan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Inti dari janji ini adalah kedatangan Sang Penebus yang melalui iman kepada-Nya, Abraham telah dibenarkan. Jadi iman kepada Allah masih diperlukan selama dan setelah zaman Musa. Di dalam kitab Mazmur, iman di gambarkan dengan berbagai cara :
1. Sebagai kepercayaan kepada Allah.
2. Mendapatkan perlindungan di dalam-Nya.
3. Memberikan diri kita kepada-Nya.
4. Berlari kepada-Nya.
5. Dll…
Iman di Perjanjian Lama adalah mengucapkan Amin kepada Allah, dan di Perjanjian Baru adalah mengucapkan Amin kepada Injil. Di Injil Yohanes, kata pisteuein muncul hampir seratus kali dan merupakan salah satu kata kunci Yohanes. Iman yang ditekankan di sini adalah iman yang menyelamatkan (Yohanes 3:16, 18, 36; 6:47; 7:38; 11:25-26). Di dalam KPR, iman mencakup penerimaan terhadap kesaksian rasuli tentang Kristus dan kepercayaan secara pribadi kepada Kristus untuk keselamatan. Paulus memberikan penekanan tentang iman sebagai berikut :
1. Kita dibenarkan hanya oleh iman dan bukan oleh hukum Taurat. (Roma 3:28)
2. Kesatuan kita dengan Kristus dialami dan dipertahankan melalui iman. (Efesus 3:17)
3. Iman harus menyatakan dirinya di dalam kasih dan kehidupan yang benar. (Galatia 5:6)
Di dalam Surat Ibrani, iman digambarkan sebagai dinamika kehidupan Kristen, yang dengannya orang-orang percaya dimampukan untuk bertekun sampai akhir. Yakobus menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Di surat pertama Petrus, ia mengaitkan iman dengan pengharapan (1Petrus 1:21; 1:5). Yohanes juga menekankan bahwa iman sejati membawa serta pengetahuan (1Yohanes 5:13). Kita melihat keragaman yang kaya dari cara penulis Alkitab mendeskripsikan iman, tetapi di tengah keragaman ini, terdapat satu kesatuan yang mendasar, yaitu keselamatan hanya didapatkan melalui iman yang hidup kepada Kristus.
Deskripsi-deskripsi Lain tentang Iman di Perjanjian Baru
Hal yang paling mendekati definisi dari iman di dalam Perjanjian Baru ditemukan di Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman dideskripsikan dalam Perjanjian Baru dengan berbagai ungkapan yang menarik, yaitu :
1. Iman disebut sebagai tindakan untuk datang kepada Kristus (Yohanes 6:37).
Arti dari ayat ini adalah kita menemukan di dalam Kristus pengharapan keselamatan kita, sukacita kita yang paling mendalam dan tujuan hidup kita.
2. Iman disebut sebagai tindakan memakan Kristus (Yohanes 6:51).
Iman digambarkan sebagai menerima atau mendapatkan manfaat dari Kristus. Iman dilahirkan dari kebutuhan yang dirasakan, melalui iman kita menerima makanan bagi rohani kita.
3. Iman disebut sebagai tindakan meminum Kristus (Yohanes 4:14).
Kita melihat bahwa iman kepada Kristus memuaskan kebutuhan terdalam hidup kita. Sekali kita meneguk air kehidupan ini, maka kehausan rohani kita telah terpuaskan untuk selama-lamanya.
4. Iman disebut sebagai tindakan tinggal di dalam Kristus (Yohanes 15:5).
Iman berarti berdiam di dalam Kristus, bersandar pada-Nya, mendapakatkan kekuatan dari-Nya waktu lepas waktu, dan hidup dalam persekutuan yang terus-menerus. Iman bukan sekedar memahami seorang Kristus bagi kita, tetapi juga seorang Kristus di dalam kita.
Semua gambaran ini memiliki satu persamaan yaitu iman adalah bersandar, mempercayai, dan berdiam di dalam Allah di dalam Kristus dan bukan diri kita sendiri. Iman bukanlah suatu keputusan yang sementara. Iman bukan hanya melibatkan keseluruhan pribadi, melainkah keseluruhan kehidupan.
Pandangan Skolatis tentang Iman
Skolatisisme adalah nama yang diberikan untuk teologi dan filsafat yang diajarkan pada abad pertengahan di sekolah-sekolah di Eropa dari abad ke-11 sampai abad ke-14. Pandangan tentang iman yang dikemukakan di dalam kanon-kanon ini adalah :
1. Iman selalu merupakan suatu tindakan pikiran (intelek).
2. Umat manusia berkerja sama dengan anugerah Allah menyiapkan diri mereka untuk dibenarkan.
3. Iman itu sendiri (fides informis) belumlah cukup untuk pembenaran.
4. Kepada iman harus ditambahkan kasih (fides formata caritate).
5. Orang percaya yang awam tidak perlu mempercayai semua kebenaran dengan iman yang eksplisit, cukup dengan menyetujui hal-hal yang diajarkan oleh gereja (fides implicita).
6. Orang percaya tidak akan pernah mendapatkan keyakinan mutlak tentang keselamatan pribadinya.
Ajaran Calvin tentang Iman
John Calvin secara tegas menolak pandangan iman skolatis. Calvin menyebut konsep iman seperti itu sebagai ketidaktahuan dan bukannya pengetahuan dan berkata bahwa konsep seperti ini bukan saja mengubur kebenaran, tetapi juga menghancurkannya secara total. Calvin menjelaskan bahwa iman sejati terdiri dari pengetahuan akan Allah, khususnya mengenai kasih setia-Nya.
Definisi iman menurut Calvin adalah suatu pengetahuan yang teguh dan pasti akan kasih setia Allah terhadap kita, yang didasarkan pada kebenaran tentang janji yang diberikan secara bebas di dalam Kristus, yang dinyatakan kepada pikiran dan dimateraikan di dalam hati kita oleh Roh Kudus. Tidak cukup hanya pikiran saja yang diiluminasikan oleh Roh Kudus tanpa hati juga dikuatkan dan didukung oleh kuasa-Nya. Bagi Calvin, iman merupakan :
1. Suatu hubungan pribadi dengan Allah dan Kristus.
2. Pengetahuan yang pasti akan Allah dan rahmat-Nya di dalam Kristus, bukan sekedar persetujuan terhadap kebenaran-kebenaran yang mungkin hanya setengah atau tidak dipahami sama sekali.
3. Suatu keyakinan atau kepercayaan yang teguh yang berlawanan dengan sikap ragu.
4. Iman bukanlah pahala bagi perbuatan.
Konsep Iman
Iman yang menyelamatkan dapat didefinisikan sebagai suatu respon terhadap panggilan Allah melalui penerimaan akan Kristus dengan keseluruhan pribadi, yaitu dengan keyakinan yang pasti mengenai kebenaran Injil dan penyerahan yang penuh keyakinan pada Allah di dalam Kristus bagi keselamatan kita, disertai dengan komitmen sejati kepada Kristus dan untuk melayani-Nya. Berikut adalah aspek-aspek dari iman :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Tanpa pengetahuan, mustahil terdapat iman sejati. Karena Allah tidak terbatas, dan karena iman mempercayai Allah dan karya keselamatan dari-Nya untuk kita, maka pengetahuan yang tercakup di dalam iman bukanlah pemahaman secara total. Kebenaran yang telah Allah nyatakan mengenai diri-Nya di dalam alam dan di dalam Alkitab melampaui pemahaman manusia. Pengetahuan iman terdiri dari kepastian dan bukannya yang tuntas.
2. Persetujuan (Assent)
Maksudnya adalah suatu tindakan yang dengannya kita secara teguh menerima bahwa ajaran Firman Allah adalah benar. Jika pengetahuan yang terlibat dalam iman kita tidak mencakup persetujuan ini, maka iman kita bukanlah iman sejati.
3. Kepercayaan (Trust)
Merupakan aspek puncak dari iman. Iman adalah berpaling dari diri sendiri, dan bersandar penuh kepada Kristus untuk keselamatan. Iman berarti bersandar pada karya Kristus yang telah sempurna, dan menerima apa yang telah dikerjakan-Nya sebagai hal yang dikerjakan bagi kita. Kepercayaan juga mencakup ketaatan (Ibr. 3:18-19). Iman aktif di dalam ketaatan.
BACA JUGA: BAGAIMANA PENGERTIAN PEMBENARAN ?
Ketiga aspek iman ini tidak dapat dipisahkan, walaupun terkadang satu aspek mungkin lebih menonjol daripada aspek lainnya, tetapi perlu diingat bahwa iman melibatkan keseluruhan pribadi. Tidak ada yang lebih menentukan kualitas hidup kita daripada iman kita.
Misteri Inti dari Iman
1. Iman sebagai Karunia Allah
Kita tidak mungkin memiliki iman sejati jika Allah tidak memampukan kita untuk memilikinya. Sejumlah ayat Alkitab mengarahkan kita kepada hal ini.
a. Iman adalah buah dari pemilihan ilahi (Kis. 13:48).
b. Iman adalah hasil regenerasi (1Yohanes 5:1).
c. Iman adalah buah dari karya Roh (1Korintus 12:3).
d. Allah Bapa memampukan kita untuk datang kepada Yesus (Yohanes 6:55).
e. Yesus adalah pencipta iman (Ibrani 12:2).
f. Allah dikatakan mengaruniakan iman (Filipi 1:29; Efesus 2:8).
2. Iman sebagai tugas manusia
Iman timbul melalui sarana Firman, yang dikhotbahkan, diajarkan, atau dibaca. Kewajiban kita untuk mempercayai Injil, dan iman kita sama sekali bukanlah suatu pahala karena perbuatan baik. Diselamatkannya kita oleh anugerah melalui iman, bukanlah melalui diri kita sendiri, tetapi pemberian Allah, dan jangan ada orang yang memegahkan dirinya. IMAN: PENTINGNYA DAN KONSEP (Anthony A. Hoekema).