KELAHIRAN KRITUS DAN MAKNA NATAL BAGI KITA SAAT INI (LUKAS 2:8-12)

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.

KELAHIRAN KRITUS DAN MAKNA NATAL BAGI KITA SAAT INI.“(Lukas 2:8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (Lukas 2:9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (Lukas 2:10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (Lukas 2:11) Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (Lukas 2:12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan’” (Lukas 2:8-12) 
KELAHIRAN KRITUS DAN MAKNA NATAL BAGI KITA SAAT INI (LUKAS 2:8-12)
PENDAHULUAN:

Istilah “natal” dari bahasa Portugis yang berarti “kelahiran”, khususnya kelahiran Tuhan Yesus. Maka hari Natal berarti hari raya untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus di dalam dunia. Rasul Paulus mengingatkan dalam 2 Timotius 2:8, “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku”. 

Di sini Paulus menyatakan berita kelahiran Kristus, itu penting dalam Injil (kabar baik) yang disampaikannya dan sama pentingnya dengan berita kebangkitan Kristus. Peristiwa kebangkitan Kristus kita kenali dengan sebutan Paskah, dan peristiwa kelahiran Kristus kita kenali dengan Natal. Jadi seharusnya, sebagaimana kita memperingati Paskah, demikian juga seharusnya kita perlu memperingati natal. 

Namun sayangnya, saat ini Realita menunjukkan bahwa banyak orang merayakan hari Natal, tanpa memahami sama sekali, atau kurang memahami makna Natal tersebut. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Natal adalah suatu perayaan yang identik dengan pesta, pohon terang, sinterklas, kado-kado, doorprice, dan lain-lain. Mereka melupakan Tuhan Yesus, dan lupa memberitakan tujuan dari kelahiran-Nya! Seharusnya, pusat dari setiap perayaan Natal adalah Kristus, karena natal berarti memperingati kelahiran-Nya!

MAKNA NATAL

Pertama, Natal (kelahiran Kristus) merupakan klimaks wahyu Allah (pewahyuan khusus). Istilah “wahyu” di dalam Perjanjian Baru berasal dari bahasa Yunani “apokalupsis”, yang berarti “pernyataan” atau “hal yang menjadikan sesuatu dikenal orang” (Galatia 1:12). Maka wahyu merupakan suatu tindakan Allah menyatakan Dirinya sendiri atau suatu perihal kebenaran-Nya kepada manusia. Alkitab menceritakan bagaimana Allah memberikan wahyu kepada manusia: 

(1) Melalui alam semesta yang indah (Mazmur 19:2); 

(2) Melalui sejarah manusia dan bangsa (Yesaya 45:10); 

(3) Melalui hati nurani manusia (Roma 1:19); 

(4) Melalui hal-hal yang bersifat supranatural, misalnya visi, mimpi dan lain-lain. Hal-hal ini pada umumnya terjadi pada zaman para rasul, tatkala Alkitab Perjanjian Baru belum digenapi. 

Klimaks atau puncak wahyu Allah adalah melalui pribadi Tuhan Yesus (Ibrani 1:1-2), di mana “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita” (Yohanes 1:14). Kita menyebut Alkitab sebagai wahyu Allah, sebab Alkitab menyatakan hal-hal yang tersebut di atas (2Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:16-21). Karena itu kita patut bersyukur kepada Tuhan, walaupun tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya (Yohanes 1:18). Maka Natal berarti Allah menyatakan diri-Nya melalui pribadi Tuhan Yesus.

Kedua, Natal merupakan realisasi perjanjian Allah. Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat: “... Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel...” (Bilangan 24:17). Bangsa Israel selalu menunggu dan mengharapkan kedatangan bintang tersebut, sebab mereka yakin terbitnya bintang Yakub, itu berarti kedatangan Mesias atau Juru selamat ke dalam dunia. Inilah perjanjian Allah yang terbesar kepada umat manusia. Syukur kepada Tuhan bahwa pengharapan ini sudah menjadi Realita. 

Pada hari Natal yang pertama, di langit yang gelap gulita tiba-tiba terbit sebuah bintang yang terang benderang, sehingga beberapa orang majus dari dunia sebelah timur melihatnya dan mengetahui ada seorang Raja Agung telah lahir. Maka mereka dengan tidak mengenal lelah, lalu mengikuti arah bintang tersebut dan akhirnya sampai ke Betlehem. Mereka menyembah Tuhan Yesus dan dengan ikhlas memberikan persembahan yang indah kepada-Nya (Matius 2:1-12). Hari Natal berarti terwujudnya perjanjian Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pribadi Tuhan Yesus.

Ketiga, Natal merupakan pernyataan kehadiran Allah di antara umat-Nya (Immanuel). Kata “Immanuel” (Matius 1:23) berarti “Allah menyertai kita”. Nama ini diberikan kepada seorang bayi yang saat kelahirannya dinubuatkan oleh Yesaya (Yesaya 7:14). Injil Matius lebih lanjut mengatakan bahwa nama Immanuel adalah janji kedatangan Allah ke dunia dalam pribadi Tuhan Yesus. Maka kelahiran Tuhan Yesus merupakan pernyataan Allah kepada kita, untuk menyelamatkan kita dari dosa (Matius 1:21-23). 

Kehadiran Kristus memberi kita pengharapan di saat frustrasi, putus asa dan ketidakpastian; memberi terang di tengah kegelapan, memberi damai sejahtera di saat kekacauan, memberi sukacita di tengah kesedihan. Kehadiran Kristus adalah wujud kasih, kepedulian dan solidaritas Tuhan bagi kita yang berdosa, miskin, dan putus asa.

Keempat, Natal adalah Inkarnasi (Allah menyatakan diri dalam rupa manusia). Seorang Juru selamat yang memadai sebagai pengantara manusia dengan Allah adalah adalah Pribadi Yesus Kristus. Karena itu inkarnasi diperlukan, Allah menjadi manusia! Dan, cara yang dipilih oleh Allah adalah kelahiran melalui seorang perawan. Kelahiran-Nya dari seorang perempuan (inkarnasi) menunjukkan bahwa Kristus adalah benar-benar manusia dan menjadi sama dengan kita. 

Namun, kemanusiaan-Nya tidaklah sama dengan kita, sebab kita lahir dengan dosa asal yang diwariskan dan dipertalikan, tetapi Kristus tidak demikian, kemanusiaan-Nya benar-benar sempurna. Kelahiran dari perawan juga berhubungan dengan keilahian Kristus, di mana yang Ilahi mungkin datang ke dunia melalui kelahiran dari perawan, dan mukjizat kelahiran-Nya menunjukkan pada keilahian Kristus. Sebab itu ketika malaikat Gabriel memberitahukan Maria, Maria bahwa, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha tinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya..” (Lukas 1:31-32), Maria langsung memprotesnya bahwa ia belum bersuami. Namun apa yang dikatakan malaikat Gabriel jelaslah menunjukkan natur keilahian dari Anak tersebut, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35). 

Wujud jasmaniah kemanusiaan Kristus tidak dibawa dari kekekalan melainkan dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria. Sekali lagi, ini bukan berarti menyatakan bahwa Kristus itu tidak kekal. Keilahiannya kekal karena Ia adalah Allah, namun tubuh jasmaniah kemanusiaan-Nya barulah ditambahkan pada-Nya saat inkarnasi-Nya, dan tubuh jasmaniah-Nya terus dibawa dalam kekekalan setelah dimuliakan dalam kebangkitan-Nya. Kenyataan tersebut juga tidak berarti bahwa kelahiran Yesus bukan merupakan suatu kelahiran yang wajar. 

Kristus tetap dikandung dan dilahirkan dengan cara yang wajar. Terlepas dari cara pembuahannya, Kelahiran Kristus adalah kelahiran yang normal seperti manusia lainnya (Lukas 2:6-7; Galatia 4:4). Janinnya berkembang dalam rahim Maria dan lahir ke dunia dengan cara yang normal melalui saluran kelahiran (reproduksi) Maria. Sama seperti kita, hidup Kristus berlangsung dalam masa pertumbuhan dan perkembangan normal (Lukas 8:40-52; Ibrani 5:8) dalam suatu lingkungan rumah tangga dan keluarga (Markus 6:1-6).

Kelima, Natal adalah Berita Kesukaan Besar Bagi Seluruh Bangsa. Pada saat kelahiran Kristus, seorang malaikat memberitahu para gembala yang berada di padang Efrata bahwa, “... sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:11-12) . Dengan kelahiran Kristus, maka kesukaan besar bagi seluruh bangsa bukan lagi menjadi suatu pengharapan, melainkan sudah menjadi kenyataan dan dapat dimiliki oleh setiap orang. Tujuan Kelahiran Kristus di muka bumi adalah untuk membawa keselamatan, dan ini adalah suatu berita yang besar yang membawa kesukaan besar. 

Dengan menerima anugerah Allah dan percaya kepada Kristus maka kita dapat memiliki hidup yang kekal dan sukacita yang besar itu. Kesukaan yang Allah berikan adalah kesukaan sejati bukan seperti kesukaan yang diberikan oleh dunia ini. Di mana perbedaannya? Pertama, kesukaan dunia sangat tergantung pada situasi dan kondisi, sedangkan kesukaan sejati tidak tergantung demikian. Kedua, kesukaan dunia berasal dari luar ke dalam, sedangkan kesukaan sejati berasal dari dalam keluar; Ketiga, kesukaan dunia bersifat sementara atau tidak tahan lama, sedangkan kesukaan sejati bersifat kekal atau selama-lamanya. Dengan percaya dan menerima Kristus, serta melalui proses kelahiran kembali oleh Roh Kudus kita akan menerima dan memiliki kesukaan besar itu.

Ringkasnya: Dalam hubungan dengan Allah natal adalah pewahyuan Allah dan penggenapan Perjanjian Keselamatan, sebagai wujud dari kasih, kepedulian dan solidaritas Allah. Dalam hubungan dengan Kristus natal adalah Inkarnasi (Allah menjadi manusia). Tidak ada keselamatan tanpa inkarnasi. Melalui Inkarnasi Kristus menjadi perantara bagi pendamaian, penebusan, dan pengampunan dosa-dosa kita. Dalam hubungan dengan manusia natal adalah berita kesukaan besar bahwa Allah menyertai kita (Immanuel), memberi keselamatan, damai sejahtera dan sukacita kepada kita.

TANGGAL KELAHIRAN KRISTUS

Tentang tanggal natal, sebagian ahli teologi dan Alkitab “mengusulkan” 29 September sebagai hari Natal. Hal ini lebih masuk akal, sebab bertepatan dengan perayaan Tabernakel orang Yahudi. Hari raya Tabernakel (Sukkot) setiap tahun pada tanggal 15 bulan Tisyri dan dirayakan selama satu minggu. Ini berarti menurut ketentuan Taurat tanggal kelahiran Yeshua HaMashiach (Yesus Kristus) jatuh pada tanggal 15 Tisyri menurut kalender Yahudi. Menurut kalender international (Gregorian), tanggal 15 Tisyri berkisar antara akhir bulan September atau awal Oktober. Penanggalan Bulan Yahudi berturut- turut adalah sebagai berikut: Nisan, Iyar, siwan, Tamus, Abib, Elul, Tisyri, Markhesyawan, Kislew, Tebet Syebat dan Adar. Bulan Nisan dihitung dari bulan Maret (Kalender Romawi). 

Kita ingat bahwa, Injil Lukas 1:5 mencatat bahwa Zakaria, suami Elisabet, kakak ipar Maria ibu Yesus, menjadi imam dari rombongan Abia. Menurut 1Tawarikh 24:10 rombongan Abia mendapat urutan ke-8 dalam tugas di Bait Suci. Tiap rombongan bertugas rutin satu minggu, dua kali dalam setahun. Jadwal tugas imam ditetapkan menurut kalender keagamaan yang dimulai dengan bulan Nisan yaitu pertengahan Maret. Jadi Zakaria bertugas pada pertengahan Mei. 

Tetapi karena hari raya Syavuot (Pentakosta) jatuh pada akhir Mei dan semua imam diminta bertugas bersama, Zakaria harus menetap di Bait Suci untuk tambahan dua minggu. Akibatnya ia baru pulang ke rumah untuk menemui isterinya pada awal minggu kedua bulan Juni. Elisabet mulai hamil pertengahan Juni (Lukas 1:24). Pada saat Elisabet hamil 6 bulan, malaikat Gabriel datang kepada Maria, yaitu pertengahan Desember. Maria mulai mengandung saat itu (Lukas 1:36). Walaupun Yesus dikandung dari Roh Kudus (Lukas 1:35), Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan hari raya Tabernakel. 


Pada umumnya gereja Kristen menentukan 25 Desember sebagai hari Natal, tetapi gereja Ortodoks Yunani menentukan 6 Januari sebagai hari Natal. Atas kedua tanggal tersebut tidak ada bukti-bukti dalam Alkitab untuk disebut sebagai hari kelahiran Yesus. Lalu, mengapa dunia merayakan kelahiran Yesus pada 25 Desember? Kelahiran Yesus tidak pernah dirayakan sampai tahun 336 M. Kelahiran-Nya mulai dirayakan setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (285-337 M) menyatakan diri menjadi pemeluk Kristen. 

Sudah menjadi tradisi setiap 25 Desember penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut Saturnalia Romawi untuk menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan. Ketika siang hari menjadi lebih panjang, dewa matahari dianggap telah lahir kembali dan mereka bergembira-ria sambil tukar-menukar hadiah. Ketetapan untuk mengonversikan 25 Desember menjadi hari raya Kristen dengan menjadikannya sebagai hari kelahiran Yesus dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad 4 di kota Roma. Ketetapan tersebut tidak dapat diterima oleh gereja-gereja di Yerusalem yang menolaknya sampai abad 6 . Setelah itu secara tidak resmi umat Kristiani menerima 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, walaupun banyak yang mengetahui bahwa itu bukan tanggal yang sesungguhnya.

PENUTUP : 

PRAKTIK NATAL MASA KINI

Mengapa kita merayakan hari Natal? Bagaimana dengan praktik natal yang semestinya? Berdasarkan yang sudah dijelaskan di atas dan berdasarkan pernyataan Paulus dalam 2 Timotius 2:8 maka, seharusnya dalam praktiknya, perayaan Natal adalah : Pertama, sebagai suatu berita bahwa “Kristus Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” (1 Timotius 1:15). Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil. Kedua, pesta natal, pemberian kado, hadiah natal dan door price bila dilakukan dengan kasih akan mengingatkan kita akan hadiah yang terbesar, yang Allah Bapa karuniakan kepada kita Yesus Kristus, putra-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16). 

Maka sebelum kita memberikan kado kepada orang yang kita kasihi, kita terlebih dahulu memberikan diri kita sendiri sebagai kado untuk Tuhan. Ketiga, melalui perayaan Natal, kita pun boleh memberitakan cerita Natal kepada anak-anak kita dan orang lain. Banyak orang yang sudah meninggalkan Tuhan, bertahun-tahun tidak pernah ke gereja, namun mereka masih teringat cerita-cerita tentang orang majus dan bintang terang, kandang domba dan palungan, malaikat dan gembala di padang rumput, dan lain-lain. 

Kesan-kesan Natal inilah yang sering mengembalikan mereka yang terhilang untuk pulang ke rumah Bapa. Keempat, tentang pohon terang, walau tidak terdapat di dalam Alkitab. Namun kini pohon terang sudah menjadi suatu simbol perayaan Natal. Kita boleh memakai simbol ini dengan aplikasi yang benar. Misalnya, pohon terang melambangkan Kristus sebagai terang dunia (Yohanes 9:5) dan hendaklah kita “bercahaya di depan orang” agar Bapa yang di surga dipermuliakan (Matius 5:16).

Akhirnya, tentang tanggal natal seperti disebutkan di atas, sebagian sarjana teologi dan Alkitab “mengusulkan” 29 September sebagai hari Natal. Hal ini lebih masuk akal, sebab bertepatan dengan perayaan Tabernakel orang Yahudi. Pada umumnya gereja Kristen menentukan 25 Desember sebagai hari Natal, tetapi gereja Ortodoks Yunani menentukan 6 Januari sebagai hari Natal. Atas kedua tanggal tersebut tidak ada bukti-bukti dalam Alkitab untuk disebut sebagai hari kelahiran Yesus. Jika demikian, mengapa kita merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember? Atau: Apakah artinya merayakan Natal, sedangkan tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Tuhan Yesus? 

(1) Kita percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh dilahirkan oleh anak dara Maria di Betlehem. Jadi ia pasti mempunyai hari ulang tahun-Nya, walaupun kita tidak mengetahui tanggalnya. 

(2) Perayaan hari Natal merupakan suatu kesempatan di mana kita dapat menyaksikan kepada dunia bahwa Juru selamat sudah dilahirkan. Dan khususnya di negara yang kita diami ini, para hari Natal terbuka banyak kesempatan untuk bersaksi dan mengadakan aktivitas-aktivitas kristiani dalam mewujud nyatakan kasih, kepedulian dan solidaritas kepada sesama.

Selamat Natal 2023

Next Post Previous Post