KONSEP PEMBENARAN (Anthony A. Hoekema)

Anthony A. Hoekema.
KONSEP PEMBENARAN (Anthony A. Hoekema)KONSEP PEMBENARAN (Anthony A. Hoekema).Kebenaran Allah yang dimaksud Paulus di Roma. 1:17 adalah suatu kebenaran yang Allah berikan kepada orang-orang berdosa yang membutuhkannya, dan yang dapat mereka terima dengan iman. Ini adalah kebenaran yang tidak bercela dan sempurna, yang didapatkan Kristus, yang diberikan Allah di dalam anugerah-Nya kepada semua orang percaya. 

Luther kemudian menyebut doktrin pembenaran oleh iman ini sebagai “artikel yang menentukan berdiri atau runtuhnya gereja.” Calvin menyatakan bahwa doktrin ini adalah “engsel utama yang padanya agama berputar.” John Murray menegaskan bahwa tidak ada pertanyaan yang lebih penting atau ultimat selain dari pertanyaan yang dijawab oleh doktrin pembenaran. Luther berkata “Seorang teolog dijadikan, bukan dengan berpikir, atau membaca, atau berspekulasi, melainkan dengan hidup, mati, dan berada di bawah kutukan.”

Studi Kata (Membenarkan)

Perjanjian Lama : Hitsdiq / Matsdiq (Menjadikan benar, sesuai hukum)

Perjanian Baru : Dikaioō (Menyatakan sebagai benar)

Ajaran-ajaran Alkitab tentang Pembenaran

Perjanjian Lama

· Kejadian 15:6 : Allah memberitahukan kepada Abram bahwa seorang anak laki-laki dari darah dagingnya sendiri akan menjadi pewarisnya dan keturunannya akan sebanyak bintang di langit.

· Kejadian 12:3 : Iman Abram mencakup pula kepercayaannya akan Mesias yang akan datang.

· Mazmur 103:8-12 : Allah tidak akan memperlakukan kita sebagaimana yang selayaknya kita terima oleh karena dosa-dosa kita.

· Yesaya 53:6 : Tuhan telah menumpahkan kesalahan yang kita perbuat ke atas diri hamba-Nya.

· Yesaya 53:11 : Oleh pengetahuannya hamba itu akan membenarkan banyak orang.

Perjanjian Baru

· Roma 3:21-28 : Tidak ada orang yang akan dibenarkan atau dinyatakan sebagai benar di hadapan Allah dengan jalan menaati hukum Taurat, karena dari hukum Tauratlah muncul pengetahuan akan dosa.

Dari perikop ini kita mempelajari sejumlah hal mengenai pembenaran :

1. Doktrin pembenaran berakar di dalam Perjanjian Lama (Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi).

2. Pembenaran ini diterima manfaatnya dengan iman (karena iman dalam Yesus Kristus bagi orang percaya).

3. Keharusan dari pembenaran ini ditegaskan dalam ayat 22b-23. Manusia walau berbeda dalam beragam hal, tetapi mempunyai satu kesamaan, yaitu sama-sama orang berdosa yang membutuhkan pembenaran ini.

4. Dasar bagi pembenaran adalah karya pendamaian Yesus Kristus. Melalui pengorbanan Kristus di salib yang bersifat menggantikan, murka Allah terhadap dosa-dosa telah diredakan dan kesalahan kita telah dihapuskan.

5. Walaupun pembenaran merupakan suatu karya anugerah Allah, tetapi pembenaran ini didapatkan tidak dengan cara mengorbankan keadilan Allah. Allah menyediakan korban dan Kristus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita.

Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Pembenaran tidak didapatkan melalui perbuatan, tetapi dengan iman.

· Galatia 2:15-16 : Tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat. Pembenaran adalah oleh iman di dalam Kristus dan bukan oleh perbuatan.

· Filipi 3:3 : Sebagai orang percaya kita harus bermegah di dalam Yesus Kristus dan tidak lagi menaruh kepercayaan kepada hal-hal lahiriah.

· Paulus x Yakobus : Walau terdapat kontradiksi antara mereka, tetapi sebenarnya di antara keduanya terdapat kesatuan yang mendasar dan mendalam. Hanya iman saja yang membenarkan, akan tetapi iman yang membenarkan itu bukanlah iman yang tanpa perbuatan.

Pandangan Katolik Roma tentang Pembenaran

1. Di dalam teologi Katolik Roma menurut Trent, pembenaran pada dasarnya dianggap sebagai penanaman anugerah yang mengakibatkan suatu perubahan di dalam natur rohani dan moral manusia, dan bukan suatu tindakan deklaratif , di mana Allah mengimputasikan kebenaran Kristus kepada orang percaya.

2. Iman tidak memiliki signifikansi inti di dalam pembenaran, tetapi menempati tempat yang lebih rendah.

3. Anugerah pembenaran ini, setelah diterima masih dapat hilang.

4. Keadilan atau kebenaran yang diterima di dalam pembenaran dapat juga ditingkatkan.

5. Pembenaran memampukan orang percaya mendapatkan pahala untuk menjadikan dia berhak memperoleh kehidupan yang kekal.

Kita harus bersyukur atas keterbukaan antara Katolik Roma dan Protestan yang terjadi sejak Hans Kűng menerbitkan buku Justification : The Doctrine of Karl Barth and a Catholic Reflection (1957). Kita bersukacita atas penekanan penting yang diberikan saat ini kepada pemahaman Alkitab oleh kaum awam yang dilakukan oleh Katolik Roma, dan berharap bahwa hal ini akan mengarah kepada terbentuknya teologi yang lebih alkitabiah.

Para teolog Katolik Roma beragumentasi bahwa pemahaman tentang pembenaran hanya sebagai hal yang bersifat forensik/deklaratif mengakibatkan tidak adanya perubahan apa pun pada diri manusia, dan karenanya manusia sama sekali tidak mendapatkan keselamatan penuh dari dosa. Tetapi, pembenaran hanya merupakan salah satu sisi dari keselamatan kita. 

Orang yang telah dibenarkan oleh iman pada saat yang sama juga telah diperbarui oleh Roh. Memahami pembenaran sebagai tindakan deklaratif Allah akan menjaga ajaran yang tak ternilai, yaitu bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman dan bukan oleh perbuatan. Tetapi pemahaman ini sama sekali tidak meniadakan karya pembaruan dan transformasi yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kehidupan umat Allah.

Pembenaran di dalam Pengakuan-pengakuan Iman Reformed

a. Katekimus Heidelberg (1563).

i. Penerimaan pembenaran bagi diri kita ini berjalan seiring dengan pengakuan yang mendalam atas dosa dan kecenderungan kita untuk berdosa.

ii. Pembenaran merupakan karunia anugerah Allah yang benar-benar tidak layak kita terima.

iii. Pembenaran didefinisikan disini bukan sebagai penanaman anugerah, melainkan pengimputasian/pemuasan yang sempurna dan kebenaran Kristus kepada orang berdosa yang percaya.

iv. Baik aspek negatif maupun positif dari pembenaran dinyatakan, Allah telah mengampuni semua dosa kita, dan sekarang Dia melihat diri kita seakan-akan kita telah menaati dengan sempurna seperti halnya Kristus.

v. Kita menerima berkat ini hanya dengan iman semata.

b. Pengakuan iman Belanda (1561).

i. Kita dibenarkan semata-mata oleh iman dan bukan oleh perbuatan. 

ii. Kristus adalah Kebenaran kita. 

iii. Iman bukanlah perbuatan yang menghasilkan pahala melainkan hanya suatu instrumen.

iv. Manfaat-manfaat dari Kristus lebih dari cukup untuk menutupi seluruh dosa kita.

c. Pengakuan iman Westminster (1647).

i. Pembenaran terkait dengan panggilan efektif.

ii. Pembenaran dipahami dalam arti bukan penanaman kebenaran, melainkan pengimputasian kebenaran Kristus kepada orang-orang percaya.

iii. Aspek negatif dan positif dari pembenaran dinyatakan, yaitu pengampunan atas dosa dan penerimaan orang-orang sebagai orang-orang yang benar.

iv. Pembenaran diterima dan diyakini hanya oleh iman.

v. Iman ini bukanlah hasil upaya manusia, melainkan karunia Allah.

vi. Iman hanya merupakan instrumen untuk menerima pembenaran.

vii. Iman ini bukanlah iman yang tidak memiliki apa-apa, melainkan iman yang berkarya atau berbuat melalui kasih.

viii. Orang-orang percaya tidak akan pernah terjatuh dari kondisi mereka yang telah dibenarkan. 

ix. Mereka yang telah dibenarkan ini harus terus-menerus mengakui dosa yang mereka perbuat kepada Allah.

x. Dengan keyakinan bahwa Allah akan terus mengampuni mereka.

Konsep Pembenaran

Pembenaran dapat didefinisikan sebagai tindakan anugerah dan yudisial Allah yang dengannya Dia menyatakan orang-orang berdosa yang percaya sebagai benar berdasarkan kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka, mengampuni dosa mereka, mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya, dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka. 

Berikut adalah sejumlah pengamatan tentang doktrin pembenaran :

1. Doktrin pembenaran mempresuposisikan adanya pengakuan atas realitas dari murka Allah.

2. Pembenaran merupakan suatu tindakan deklaratif atau yudisial dari Allah dan bukan merupakan suatu proses.

3. Pembenaran diterima hanya oleh iman dan tidak pernah merupakan pahala bagi perbuatan kita (Roma 3:28).

4. Pembenaran berakar dalam kesatuan dengan Kristus.

5. Pembenaran didasarkan kepada karya substitusi (penggantian) Kristus bagi kita.

6. Pembenaran meliputi pengimputasian kebenaran Kristus kepada kita.

7. Di dalam pembenaran, kasih karunia dan keadilan Allah dinyatakan bersama-sama.

8. Pembenaran memiliki sisi negatif (pengampunan dosa kita) dan positif (pengadopsian kita sebagai anak-anak Allah dan hak untuk memiliki kehidupan kekal).

9. Pembenaran memiliki implikasi eskatologis.

10. Walau pembenaran tidak pernah boleh dipisahkan dari pengudusan (1Korintus 1:30), tetapi kedua berkat ini berbeda. Perbedaan antara pembenaran dan pengudusan :

a. Pembenaran menghapus kesalahan dosa, pengudusan menghapus pencemaran dosa dan memampukan orang percaya.

b. Pembenaran terjadi di luar diri orang percaya dan merupakan suatu deklarasi yang dilakukan Allah Bapa mengenai status yudisial dari orang percaya itu, sedangkan pengudusan terjadi di dalam diri orang percaya dan secara progresif memperbarui natur orang tersebut.

c. Pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya dan bukan proses yang berulang. Pengudusan merupakan proses yang terus berlangsung sepangjang hidup dan tidak akan selesai sampai kehidupan ini berakhir.

Sisi Negatif dan Positif Pembenaran

Sisi negatif : Berkat pengampunan dosa.

Terpisah dari Kristus, maka hubungan yudisial kita dengan Allah berupa penghukuman, kita bersalah atas dosa-dosa kita, baik dosa asal maupun aktual. Sejumlah teolog mengajarkan bahwa pembeneran bukan merupakan tindakan tunggal, melainkan suatu tindakan yang harus terus diulang setiap kali seorang berdosa mengakui dosa. 

William á Brakel di dalam bukunya Redelijke Godsdienst (1700) membedakan antara rekonsiliasi dan pembenaran. Menurutnya, rekonsiliasi adalah sempurna di dalam Kristus dan tidak dapat ditiadakan oleh dosa-dosa yang dilakukan setelah kaum pilihan menjadi orang percaya. Akan tetapi pembenaran menurutnya merupakan suatu pengunguman penghapusan kesalahan atas orang berdosa, dan pengunguman ini harus diulangi setiap setelah pengakuan dosa. 

Brakel mengakui bahwa sekali orang percaya telah dibenarkan, ia tidak akan tenggelam ke dalam kondisi yang tidak dapat diperdamaikan setiap kali dia melakukan dosa, dan bahwa pembenaran pertama secara nyata mengimplikasikan bahwa Allah juga mengampuni dosa-dosa orang percaya yang dilakukan kemudian.

Bila kita memperhatikan ayat-ayat di Perjanjian Baru (Roma 5:1-2, 9-11; 8:1, 30, 33-34) yang terkait akan menunjukan bahwa pembenaran terjadi di dalam kehidupan orang percaya hanya satu kali untuk selamanya, bukan berulang-ulang. Pada Matius 6:14, Yesus mengajarkan bahwa jika kita mengampuni orang yang berdosa, maka Bapa kita di sorga juga akan mengampuni kita. Yohanes di 1Yohanes 1:9 menegaskan bahwa jika mengakui dosa-dosa kita, maka Allah akan mengampuni. Pada Yakobus 5:15 berbicara tentang orang sakit yang baginya doa yang telah dinaikkan di dalam iman.

Charles Hodge mengatakan bahwa dalam pembenaran, orang-orang percaya menerima janji bahwa Allah tidak akan memperlakukan mereka sesuai dengan pelanggaran yang mereka perbuat, daripada mengatakan bahwa dosa-dosa mereka diampuni sebelum mereka melakukan dosa tersebut.

Dari sudut pandang orang percaya, penulis mengatakan bahwa pembenaran berarti pengampunan atas seluruh dosa masa lalu dan sekarang, dan merupakan dasar yudisial bagi pengampunan dosa di masa yang akan datang. Ketika kita mengakui dosa-dosa kepada Allah, Allah akan membangkitkan perasaan akan pengampunan dan memulihkan keyakinan bahwa kita telah dibenarkan sekali untuk selamanya. Pembenaran hanya terjadi satu kali untuk selamanya, pengakuan dosa dan doa permohonan bagi pengampunan harus diulangi. 

Sisi positif : Pengadopsian menjadi anak-anak Allah dan penganugerahan hak atas hidup kekal. 

Terdapat 2 aspek karya Kristus bagi kita di dalam hal ini, yaitu ketaatan pasif dan aktif. Ketaatan pasif berarti penderitaan Kristus, yang berpuncak pada kematian-Nya di salib. Ketaatan aktif harus kita pahami sebagai ketaatan Kristus dalam menjalankan hukum Taurat dengan sempurna. 

A.A. Hodge meringkaskan pengertian dari kedua aspek ketaatan Kristus ini sebagai berikut : “Di satu aspek, ketaatan ini disebut pasif, untuk menyatakan ketaatan ini sebagai penderitaan menanggung hukuman. Di aspek lainnya, ketaatan yang sama ini disebut aktif, untuk menunjukan ketaatan itu sebagai tindakan melakukan apa yang diperintahkan.” 

Dengan demikian kita dapat berkata bahwa melalui ketaatan penderitaan-Nya Kristus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita dan menanggung kutuk bagi kita (Galatia 3:13; bdk. Roma 3:24-26, 5:8-10). Kristus mendapatkan pahala bagi pengampunan dosa-dosa kita. Melalui ketaatan-Nya terhadap hukum Taurat, Kristus secara sempurna menaati hukum Taurat bagi kita dan mendapatkan bagi kita hak untuk diadopsi sebagai anak-anak Allah dan hak hidup kekal. Tetapi kita jangan sampai melupakan bahwa ketaatan penderitaan dan ketaatan menjalankan hukum taurat merupakan aspek-aspek dari satu ketaatan. 

Ketaatan Kristus ini mencakup dua aspek : pemuasan dan ketaatan. Untuk menebus kita, Kristus harus melakukan karya rangkap dua, yaitu Dia harus menderita menanggung hukuman bagi dosa manusia, tetapi Dia juga harus memberikan kepada Allah ketaatan yang sempurna. Beberapa teolog seperti Johannes Piscator (1546-1625), Richard Watson, A.M. Hills, dan H. Orton Wiley, menolak bahwa ketaatan aktif Kristus atau ketaatan kepada hukum Taurat diimputasikan kepada kita di dalam pembenaran. Beberapa argumen yang dikemukakan oleh para teolog ini adalah :

1. Dikatakan bahwa tidak ada dasar alkitabiah untuk doktrin ini. 

2. Ajaran ini melemahkan kesadaran akan kewajiban untuk menaati hukum Taurat Allah, dan cenderung menyebabkan kecerobohan di dalam hidup.

3. Ajaran ini mendasarkan keselamatan kita kepada ketaatan aktif Kristus dan bukan kepada kematian-Nya yang mendamaikan dan hal ini membuat penderitaan Kristus sama sekali tidak bermakna.

Yang dimaksudkan oleh Paulus dengan “satu perbuatan kebenaran” adalah keseluruhan ketaatan Kristus, bukan hanya penderitaan hukuman yang ditanggung-Nya demi dosa-dosa kita, tetapi juga kesempurnaan-Nya di dalam menaati hukum Taurat. Paulus di ayat Filipi 3:8b-9 memberitakan bahwa dirinya tidak lagi memiliki kebenaran yang berasal dari dirinya sendiri, yaitu yang berasal dari hukum Taurat, tetapi sekarang dia memiliki kebenaran yang berasal dari Allah melalui iman. Demikian juga kita semua yang ada di dalam Kristus memiliki kebenaran dari Allah yang diperhitungkan kepada kita di dalam pembenaran kita.

Di dalam 2Korintus 5:21, Kristus mengidentifikasikan diri-Nya dengan kita, agar kita dapat diidentifikasikan dengan kebenaran Allah. Pada 1Korintus 1:30, Paulus berkata bahwa Kristus oleh Allah bukan saja telah menjadi hikmat bagi kita tetapi juga kebenaran bagi kita.KONSEP PEMBENARAN (Anthony A. Hoekema).
Next Post Previous Post