AKIBAT DOSA DAN ANUGERAH KESELAMATAN

Pdt. Efendi Susanto.
AKIBAT DOSA DAN ANUGERAH KESELAMATAN. Bishop J.C. Ryle, dalam bukunya yang terkenal, Holiness, mengatakan barangsiapa yang ingin memiliki konsep kesucian Kristen yang benar, harus terlebih dahulu memahami apa itu dosa sedalam-dalamnya. Pandangan yang keliru mengenai kesucian biasanya dapat ditelusuri akarnya dari pandangan yang keliru mengenai kerusakan dosa dalam hidup manusia. 
AKIBAT DOSA DAN ANUGERAH KESELAMATAN
Pandangan Ryle tepat adanya, baik secara doktrinal maupun dalam pengalaman praktis hidup orang Kristen. Hanya dengan mengerti bagaimana kondisi kita sebelum percaya kepada-Nya, barulah kita menghargai apa artinya menjadi ciptaan baru dalam Kristus. Sekalipun manusia tidak jatuh dalam dosa, ia tetap membutuhkan kasih Tuhan. Terlebih lagi, Injil menyaksikan betapa serius dan kritisnya kondisi manusia berdosa. Kita tidak akan pernah memahami karya Allah atas hidup kita sebelum terlebih dahulu kita mengerti mengapa kita membutuhkan anugerah Allah. 

A. Akibat Dosa.

Ada 4 (empat) hal mendasar yang ditekankan Alkitab mengenai akibat dosa atas hidup manusia. 

1. Gambar Allah rusak 

Kejadian 1:26-27 menyebutkan pada awalnya manusia adalah pembawa gambar Allah. “Gambar Allah” berarti Allah sesungguhnya menciptakan manusia agar merefleksikan sifat-Nya yang kudus dan kedudukan manusia sebagai penguasa atas semua ciptaan-Nya. Dalam hal inilah, manusia seperti Allah. 

Namun Kejadian 3 menyebutkan sesuatu telah terjadi yang merusak rencana mulia-Nya. Satu “penyakit” yang ganas menyebar ke dalam seluruh hidup manusia sesaat ia berdosa. Ia bersembunyi dari hadapan Allah (Kejadian 3:8-10); hubungan suami-istri menjadi saling menggigit dan menyalahkan; tanah terkutuk dan manusia bersusah payah bekerja. 

Semua hal ini cukup menyedihkan, tetapi terlebih lagi semua ini disertai dengan satu perubahan atas gambar Allah. Satu bencana besar. Bayangkan kini, manusia adalah gambar Allah yang seharusnya merefleksikan kemuliaan-Nya, malah manusia mulai merefleksikan kebalikannya. Manusia memakai semua yang diberikan Allah agar ia mampu hidup dalam ketaatan yang mendatangkan sukacita, menjadi satu senjata untuk melawan Penciptanya. 

2.Manusia Di bawah Kuasa Dosa dan Kematian 

Kejadian 3 menceritakan tragedi manusia menyerahkan dirinya kepada pencobaan, yang akhirnya seluruh kisah dalam Alkitab melukiskan dosa bagaikan binatang liar yang terus mengoyak mangsanya. Baik dalam ajaran Tuhan Yesus maupun Paulus mengungkapkan kebenaran ini, “Barangsiapa berbuat dosa, ia hamba dosa.” Manusia tak berdaya, sekalipun ada keinginan kuat untuk melawan, namun “kejahatan yang tidak ingin aku lakukan, justru itu yang aku lakukan” (Roma 7:19). 

3.Manusia Bersalah Di Hadapan Allah 

Relasi manusia dengan Tuhan telah dipengaruhi oleh dosa. Manusia kini bersalah. Bukan saja manusia menderita karena akibat dosa, namun ia juga berada di bawah penghukuman Allah. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah akan menghakimi segala perbuatan manusia yang berdosa. Manusia tidak mempunyai kebaikan yang dapat membenarkannya. Berdasarkan standar Allah, semua manusia gagal mencapainya. Di luar Kristus, maka murka Allah tetap tinggal (Yohanes 3:36). 

4.Manusia Dalam Cengkraman Iblis 

Ada satu aksioma dalam Alkitab yaitu semakin besar cahaya wahyu Tuhan, semakin gelap kegelapan melawannya. Karena terang menelanjangi kedok asli kegelapan itu. Dalam PL kita menemukan pekerjaan, sifat dan rencana jahat iblis. Tetapi hanya dalam terang Kristus, maka ia semakin ditelanjangi kedoknya. 

Dalam Efesus 2:1-4, kita dibukakan bahwa manusia bukan hanya menjalani hidup yang sebenarnya mati dalam dosa, yang dikuasai oleh nafsu dunia, tetapi dilukiskan juga dibawah kuasa setan. Tragedi terbesar bagi pemahaman diri manusia adalah ia percaya dirinya bebas, namun ia tidak sadar ia adalah budak dosa dan melayani kehendak setan. 

Kebutuhan dasar apa yang kita dapatkan dalam berita Injil? 

1. Kita perlu diciptakan ulang dalam Kristus, agar gambar Allah kembali dipulihkan.

2. Kita membutuhkan pelepasan dari kuasa dosa agar kita bebas hidup dengan-Nya.

3. Kita butuh dilepaskan dari kuasa setan agar hidup kita dapat diberikan kepada Kristus.

4. Kita butuh diselamatkan dari murka Allah, agar kita hidup sebagai orang berdosa yang telah diampuni. 

Di dalam kemuliaan Injil, kita menemukan jawaban kebutuhan kita. Tetapi bagaimana keselamatan itu digenapkan oleh Kristus? Dia datang dalam dunia, sebagai Adam kedua (1Korintus 15:45, 47), melalui kuasa Roh Kudus, kita merefleksikan kemuliaan gambar Allah, di dalam kematian-Nya kita berbagian mengalahkan kuasa dosa (Roma 6:10). Dan di bawah naungan-Nya, kita terbebas dari murka Allah. Tinggal pertanyaan yang penting: bagaimana saya bisa berada dalam Kristus, menerima keselamatan ini? 

B. Rencana Keselamatan dan anugerah keselamatan

Allah mempunyai satu rencana bagi keselamatan manusia. Inkarnasi Kristus bukanlah sesuatu insiden atau langkah antisipasi. Seluruh pelayanan Yesus memperlihatkan konsep soal “saat-Nya.” Itu sebab sangatlah mendasar bagi semua orang Kristen untuk berpikir bahwa Allah kita adalah Allah yang berencana. 

Maka untuk memahami sepenuhnya akan apa yang Allah telah lakukan bagi kita dalam Kristus, kita harus menggali rencana keselamatan-Nya. Dengan memahami rencana keselamatan ilahi ini, kita akan beroleh manfaat yang berlimpah, karena di situlah kita menemukan satu perspektif ilahi atas seluruh hidup kita. Hidup kita adalah berpusatkan anugerah Allah dan bukan hasil usaha kita. 

Ada tiga bagian Alkitab yang merefleksikan keseluruhan alur keselamatan itu dengan sudut pandang masing-masing. Yang pertama adalah Roma 8:28-30. Jelas sekali melalui ayat ini, adanya rencana keselamatan dari Allah merupakan sumber penghiburan besar bagi anak-anak Tuhan di tengah keluh kesah dunia ini. Bagaimana bisa segala sesuatu yang terjadi bekerja sama mendatangkan kebaikan? 

Karena Allah mempunyai rencana agung bagi setiap orang Kristen. Untuk menggenapkan rencana agung ini, Allah memakai segala kemungkinan suka dan duka untuk menghasilkan karakter Yesus dalam hidup kita. Mampukah kita menjaminnya? Jawabnya, karena kita yang dipilih dari semula oleh-Nya, pasti akan dipanggil masuk masuk ke dalam kerajaan-Nya, dan pasti dibenarkan-Nya. Di sini Paulus bermaksud menjelaskan rasionalitas dibalik pikiran Allah. Ada unsur yang sama untuk setiap kita yakni Allah memilih, memanggil, membenarkan, dan memuliakan mereka. 

Bagian kedua adalah Efesus 1:3-14. Pendekatan Paulus dalam Roma 8 dengan Efesus 1 ini sangat berbeda. Dalam Roma, Paulus terlebih dahulu memulai dengan memaparkan kondisi tragis manusia berdosa yang berada di bawah murkan dan hukuman Allah. Manusia tak berdaya, ia membutuhkan anugerah ilahi di dalam Kristus. Setelah itu barulah Paulus menelusuri ke belakang bahwa sumber segala anugerah keselamatan adalah di dalam rencana kekal Allah. Pembahasan ini ditutup di pasal 8 dari Roma dengan mengembalikan pujian kepada Allah karena rencana-Nya yang mulia. 

Sebaliknya dalam Efesus, Paulus memulai suratnya dengan rencana keselamatan terlebih dulu, diawali dengan respon “terpujilah kemuliaan-Nya.” Roma 8, Paulus mengupas multi dimensi realisasi keselamatan (predestinasi, pilihan yang memimpin kepada panggilan, pembenaran, dan pemuliaan), dalam Efesus 1, ia menekankan pusat kristologis: dalam Kristus. Dalam Roma 8 bicara mengenai jalinan rantainya, sedangkan Efesus 1 bicara mengenai as pusatnya yang mengikat jalinan ini bagaikan sebuah roda. 

Efesus 1 mengatakan, di dalam Kristus, kita diberkati, dipilih, ditentukan sebagai anak, dianugerahi, diterangi, dan dimateraikan. Penekanan kata-kata ini bukan kronologis, melainkan melukiskan kelimpahan anugerah Allah yang diberikan dalam Kristus. Namun kita menemukan dalam Efesus 1, Paulus menambahkan dimensi lain kepada Roma 8:28-30 yakni percaya mengikuti panggilan, dan menerima Roh Kudus sebagai pengalaman mereka yang percaya kepada Kristus. 

Maka kita dapat memperluas peta rencana Allah ini, dengan mencoba memperluas Roma 8:28-30, “Mereka yang ditentukan dan dipilih Allah, mereka juga dipanggil; mereka yang dipanggil melalui firman akan percaya, mereka dibenarkan dan dimateraikan oleh Roh Kudus. Mereka pula akan dimuliakan.” 

Bagian ketiga adalah Yohanes 1:12-13. Sama seperti rasul Paulus, Yohanes mengajarkan bahwa Kristus diterima dengan iman (Kolose 2:6-7). Yang Yohanes tambahkan kepada garis besar yang dibuat Paulus yaitu iman memberikan hak khusus adopsi, dan secara paradoks, iman itu justru adalah buah dari kelahiran baru dari Tuhan. Mereka yang menerima Kristus dan diadopsi adalah mereka yang lahir ‘bukan dari keturunana alamiah, bukan keputusan manusia, melainkan lahir dari Allah.’ 

Dalam ajaran Paulus, hidup baru itu berasal dari rencana Allah sebelum adanya waktu (dalam kekekalan) hingga penggenapannya setelah waktu berakhir. Ini diperkaya oleh Yohanes, bahwa pengalaman kita akan hidup baru itu dimulai ketika Allah menyentuh hidup kita dengan kuasa-Nya yakni dalam regenerasi (kelahiran kembali). 


Urutan anugerah keselamatan dari Allah menyentuh hidup kita sedemikian: keputusan kekal Allah dalam pemilihan, menyentuh hidup kita dalam panggilan-Nya. Dia memberikan kita kelahiran baru yang memungkinkan kita memasuki kerajaan Allah oleh iman dan pertobatan. 

Ketika kita percaya dan bertobat, Allah membenarkan kita. Adopsi adalah anugerah selanjutnya, sehingga dengan jaminan sebagai anak, memungkinkan kita menjalani kehidupan pengudusan sampai hari pemuliaan tiba. Semua berkat ini diperoleh di dalam, oleh, dan untuk Yesus Kristus. 

Pemahaman doktrinal akan anugerah keselamatan Allah ini bukanlah sekadar pemuasan akademik, melainkan menimbulkan respon apresiasi yang begitu dalam bagi hidup kristiani kita. Kehidupan rohani orang Kristen sering menjadi miskin dan kering, bukan karena kurangnya pemahaman doktrinal yang benar saja tetapi juga kehilangan dimensi doxologycal. 

Itu sebab setelah Paulus memahami kedalaman doktrinal keselamatan dari Allah melahirkan doxology “Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya” (Roma 11:33). AKIBAT DOSA DAN ANUGERAH KESELAMATAN.
Next Post Previous Post