KONSEP PENEBUSAN DALAM SURAT ROMA
Joko Lelono, M. Th.
Pengantar
Konsep penebusan merupakan bagian yang sangat penting karena merupakan karya pengorbanan Yesus di atas kayu salib yang berhubungan dengan keselamatan umat manusia untuk membebaskan manusia dari hukuman Allah, sehingga Paulus dalam kitab Roma membahas bagian tersebut, yaitu, “…Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub”.(Roma 11:26)
Penebusan yang dimaksud di sini ialah “penebusan dari dosa. Hal ini menunjuk pada kegiatan membeli di pasar, khususnya di pasar perbudakan.” Untuk memahami dengan konsep penebusan ini, perlu mengetahui beberapa istilah/pengertian dari penebusan tersebut.
A. Etimologi Penebusan
Dalam Perjanjian Lama
Arti penebusan dalam Perjanjian Lama diambil dari tiga kata Ibrani: “g’l, pdh, dan kopher. Arti utama dalam g’l adalah kewajiban keluarga dalam hubungannya dengan pembayaran suatu harga. Penebus sanak itu bertanggung jawab untuk: (a) menebus milik keluarga yang kepemilikannya telah berganti, dan (b) mengawini seorang janda yang tidak mempunyai anak untuk mendapatkan anak-anak atas nama si suami yang telah meninggal. Apabila tidak mempunyai saudara laki-laki, maka tanggung jawab itu diserahkan kepada sanak yang terdekat (Rut 3:9).
Kedua, arti akar kata “pdh” adalah tebusan dengan cara membayar suatu harga seperti dalam transaksi perdagangan tanpa suatu kewajiban apapun yang terjadi karena hubungan kekeluargaan. Kata ini mungkin lebih banyak nada anugerahnya bila dibandingkan g’l, sebab orang yang menebus tidak memiliki kewajiban untuk melalukan hal itu. Ketiga, arti kopher menunjuk kepada jumlah uang yang dibayarkan untuk menebus orang yang telah kehilangan hak hidupnya (Keluaran 13:12; Bilangan 18:15-17).”
Jadi, arti ketiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penebusan tersebut adalah membayar sesuatu dengan harga, sekalipun dalam keadaan yang bebeda-beda, menebus seseorang dan menebus barang untuk dijadikan miliknya.
Dalam Perjanjian Baru yaitu:
1. Agorazo
Kata-kata dalam Perjanjian Baru yang berhubungan dengan penebusan,
Arti dasar dari kata ini yaitu sering mengunjungi musyawarah atau sidang. Kemudian kata ini berubah menjadi membeli atau mendapatkan dalam musyawarah tadi. Lebih lanjut Chris Marantika mejelaskan sebagai berikut: Agorazo, artinya membeli, membayar, atau menyerahkan sesuatu sebagai harga pembayaran yang setimpal bagi sesuatu barang lainnya. Akar katanya ialah agora, yang berarti pasar luas dan terbuka. Nuansa teologis di sini ialah bahwa manusia berada dalam dunia sebagai pasar dosa dan Allah melalui Kristus yang tanpa dosa. Allah menyediakan harga setimpal agar melaluiNya manusia berdosa diterima di hadiratNya.
Senada dengan pernyataan tersebut di atas, Jhon W. Walvoord juga memberi penjelasan sebagai berikut: Pernyataan dasar bagi penebusan ini di dalam Kitab Suci adalah sebuah kata kerja “agorazo” yang berasal dari kata kerja “agorazo” yang berasal sari kata “agora” yang artinya suatu tempat umum atau pasar, dan karena itu “agorazo” semata-mata berarti “membeli.” Biasanya maksudnya ditujukan kepada pembelian barang-barang di pasar. Tetapi di dalam enam contoh di Alkitab, dikatakan bahwa orang-orang Kristen ditebus atau dibeli oleh kematian Kristus (I Korintus 6:20; 7:23; 2 Petrus 2:1; Wahyu 5:9; 14:3-4).
Jadi, kata agorazo dapat diartikan sebagai adanya tansaksi jual beli yang diadakan di pasar dan jika dihubungkan dengan keselamatan manusia ini berarti pembelian sesuatu harga yang setimpal dengan dosa manusia agar manusia dapat diterima oleh Allah, yaitu melalui pengorbanan Yesus Kristus.
2. Exagorazo
Kata “exagorazo” terdapat empat kali dalam Perjanjian Baru (Galatia 3:13; 4:5; Efesus 5:16; Kolose 4:5). Jelas kata kerja ini adalah “agorazo” yang mendapat awalan “ex”, yang artinya “membeli kembali” atau “membeli dari,” pengertian mana dipakai dalam Galatia 3:13 dan 4:5. Dalam Kolose 4:5 dan Efesus 5:16 dipakai dengan arti “mempergunakan” waktu yang ada,” yaitu erat hubungannya dengan kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus.”8 Paul Enns juga menjelaskannya sebagai berikut:
Kata kedua yang berhubungan dengan penebusan orang percaya adalah exagorazo yang mengajarkan bahwa Kristus menebus orang percaya dari kutuk dan ikatan hukum bahwa hanya dapat menghukum bukan menyelamatkan.
Orang percaya telah dibeli dari pasar budak (agorazo) dan dikeluarkan dari (ex) pasar budak sekaligus. Kristus memerdekan orang percaya dari ikatan hukum dan dari penghukumannya (Galatia 3:13; 4:5). “Suatu kutuk yang ada di atas setiap orang yang tidak memenuhi hukum, Kristus telah mati dengan cara demikian untuk menanggung dan untuk dikutuk, kita yang seharusnya dikutuk sekarang dibebaskan…(lebih lanjut, ini adalah) suatu kemerdekaan yang didasarkan pada hukum yang sah.
Jadi, arti kata dari exagorazo adalah bahwa kematian Kristus tidak hanya membayar dosa manusia tetapi sekaligus dikeluarkan dari pasar dosa atau melepaskan dari perbudakan dosa, sehingga manusia dibebaskan dari kutuk hukum taurat untuk memperoleh kemerdekaan di dalam Yesus Kristus, yaitu dibebaskan dari belenggu dan hukuman dosa (Galatia 4:9).
3. Lutroo
Lutroo yang arti dasarnya ialah, “membebaskan” atau “melepaskan” dari belenggu dosa dan disuruh pergi sebagai orang merdeka.” Walvoord mendefinisikan kata lutroo sebagai “membebaskan, melepaskan, mengampuni, mengusir…kata ini mempunyai konsep tentang suatu tebusan yang dibayar dengan menghasilkan kebebasan dari seseorang yang berada dalam kesukaran.”11 Ryrie sendiri menjelaskan kata lutroo, sebagai berikut:
Lutroo berasal dari akar kata luo, melepaskan, kata ini dipakai untuk melepaskan pakaian atau hewan atau tawanan. Kata itu biasanya dihubungkan dengan uang tebusan yang harus dibayarkan sebagi syarat untuk pelepasan atau pembebasan. Jadi, artinya ialah melepaskan setelah uang tebusan diterima…Kata kerja lutroo digunakan dalam Lukas 24:21 (tentang pembebasan bagi bangsa di Israel); Titus 2:14 dan 1 Petrus 1:18-19 (tentang penebusan bagi orang perorangan). Perhatikan khususnya dalam ayat yang terakhir bahwa harga yang telah dibayarkan darah Anak Domba.
Penebusan yang dilakukan Yesus berarti membebaskan, melepaskan, manusia dari ikatan dosa sehingga menyebabkan dosanya diampuni, dan melepaskan dari hukuman Allah.
4. Peripoiumai
Kata “peripoiumai” terdapat tiga kali dalam Perjanjian Baru (Lukas 17:33; KPR 20:28; I Timotius 3:13). Hanya satu ayat , yaitu Kisah Rasul 20:28, digunakan berhubungan dengan Kristus. Secara umum, kata ini berarti “menyelamatkan” atau memelihara diri,” yaitu, memelihara nyawanya sendiri (Lukas 13:33) atau memperoleh bagi diri sendiri seperti dalam Kisah Rasul 20:28 dan I Timotius 3:13.”13
Lebih lanjut Ryrie menjelaskan sebagai berikut: Kata ini digunakan satu kali berkenaan dengan penebusan, yaitu dalam Kisah Para Rasul 20:28. Arti kata itu ialah menjaga supaya selamat atau memelihara. Dalam ragam gramatikal menengah seperti yang digunakan pada ayat ini, arti kata itu ialah untuk memelihara atau meyelamatkan diri sendiri atau mendapatkan milik.
Dari kedua pengertian tersebut di atas, bahwa maksud dari kata peripoioumai, ialah umat yang telah ditebus dan dibayar dengan darah Yesus Kristus menjadi milik Allah.
B. Dasar Penebusan
Dosa manusia merusak persekutuan dengan Allah. Dosa manusia juga bertentangan dengan tujuan Allah dalam hidupnya. Oleh sebab itu dengan melalui kasihNya Allah dapat menangani dosa.
Penebusan Yesus adalah puncak pernyataan kasihNya. Kasih yang tidak dapat dimengerti dengan akal manusia, karena kasih yang betapa lebarnya dan panjangnya dan dalamnya dan tingginya. Kasih Allahlah yang mendasari penebusan Yesus bagi umat manusia (Efesus 1: 6-7; Yohanes 3:16; Roma 5:8). C. B.Hogue menjelaskan sebagi berikut:
Allah menyediakan penebusan-pengorbanan diri-Nya sendiri. Penebusan itu yang dilaksanakan melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib secara jelas menunjukkan kasih Allah kepada semua orang. Itu adalah pemberiaan kasih Allah kepada semua orang yang sebetulnya tidak layak menenrima pemberian kasih itu.
Itulah yang dinamakan anugerah atau kasih karunia Allah: “Supaya pad amasa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan_Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman: itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberiaan Allah” (Efesus 2:7-8).
Penebusan Kristus adalah puncak dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Paulus mengatakan bahwa hukum taurat tidak dapat menyelamatkan manusia dari murka Allah, karena manusia tidak dapat dibenarkan (Roma 3:20; Galatia 2:16). “Memang tepat jika orang –orang Yahudi menyambut hukum Taurat adalah sebagai anugerah besar yang diberikan Allah kepada mereka. Tetapi orang Yahudi keliru, karena menyandung hukum Taurat sebagai jalan keselamatan.” Morris mengatakan bahwa:
Paulus tidak begitu menekankan perbedaan antara kasih Allah dan kasih Yesus Kristus. Pada kenyataannya, ia berbicara tentang “kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:39), dan juga tentang “kasih dengan iman dari Allah, Bapa dan Tuhan Yesus Kristus (Efesus 6:23). Kasih ini harus dilihat dalam penebusan Kristus yang mendamaikan itu.
Kematian demi kepentingan kita sewaktu kita masih berdosa itulah yang menunjukkan kepada kita kasih Allah (Roma 5:8); pada ayat 5 dikatakan bahwa kasih itu “dicurahkan di dalam hati kita.’’ Rahmat Allah dan kasih Allah tidak jauh berbeda, sebab Allah “yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihnya yang besar, yang dilimpahkannya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama- sam dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita( Efesus 2:4-5).
Dengan kasih Allah rela menyerahkan Yesus dan dengan kasih Yesus juga rela mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus manusia dari dosa. Dengan demikian kasih Allah dan Yesus mendatangkan keselamatan bagi manusia yang percaya kepada- Nya.
C. Makna Penebusan Kristus sebagai Pengganti
Paulus sering kali menyebutkan penebusan Kristus sebagai pengganti. Kematian Kritus di kayu salib merupakan korban pengganti bagi penebusan dosa.
Paulus dalam Roma 8:3, “tentang Allah yang mengutusnAnak-Nya ‘serupa dengan daging yang dikuasai dosa (dan ) karena dosa (peri hamartia)’. Ungkapan bahasa Yunani ini kadang-kadang digunakan dalam LXX untuk “kurban penghapusan dosa” dan sangat mungkin bahwa ini yang dimaksudkanPaulus. Bahkan Allah menunjukkan kaitan yang erat dalam pikiran paulus antara hukuman atas dosa dan pengutusan Anak. Gagasan yang serupa terdapat dalam Galatia 1:4; di mana dikatakan bahwa Kristus “telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita.”
Hanya Kristus yang bisa menjadi pengganti orang berdosa, Yesus mati di kayu salib yang seharusnya ditanggung oleh berdosa. Yesus menanggung hukumaan untuk dosa manusia. Yesus menjadi pengganti karena hanya Yesus yang tidak menggenal dosa.
Gagasan tentang penebusan Kristus sebagai Pengganti, Donald Guthrie dalam bukunya menjelaskannya sebagai berikut:
Paulus menggunakan kata depan huper (‘karena’) dalam rangka pemahaman penggantian. Nats yang paling penting dalam hal ini ialah II Korintus 5:21. Pendekatan Paulus yang berbunyi bahwa “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya (Allah) menjadi dosa karena (huper) kita. Telah banyak diperdebatkan. Tidak mudah untuk memahami bagaimana Mesias yang tidak berdosa itu bisa mungkin dibuat menjadi berdosa. Itu pasti menyiratkan
bahwa Kristus menjadi sesuatu yang lain dari keadaan-Nya sebelumnya. Hal “dibuat menjadi berdosa” tidak dapat dianggap menodai kemurniaan da kesempurnaan watak moral-Nya yang mutlak…Paulus dalam Roam 8:32 berkata “Ia (Allah) menyerahkan-Nya (Anak-Nya) bagi kita semua,” di sini ia berpikir tentang suatu tindakan Allah dan nama manusia. Unsur pengganti ini lebih jelas dalam II Korintus 5:15, “Ia (Kristus) telah mati untuk semua orang.”
Jadi, menjadi pengganti berarti menjadikan Kristus yang tidak berdosa menderita bagi manusia yang jahat. Manusia yang berdosalah yang seharusnya mati bagi doosanya sendiri tetapi Yesus rela menjadi pengganti (Roma 5:6-8; 2 Korintus 5:21; Galatia 3:13; Titus 2:14 dan 1 Petrus 3:18).
D. Hasil dari Penebusan
Penebusan hanya ada dalam Yesus Kristus, yang diperoleh dengan cuma-cuma melalui kematiannya. Dengan penebusan tersebut masnusia manusia menikmati hasilnya sebagai berikut:
1.Manusia Dibenarkan (Roma 3:24).
Paulus dalam Roma 3:24: “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Kematian Kristus karena dosa umat manusia merupakan kabar baik, artinya bahwa manusia yang percaya kepada Yesus Kristus tidak perlu mati dalam dosa untuk mendapat hukuman Allah. Melalui penebusan Yesus Kristus, manusia dibenarkan. Chris Marantika menjelaskan arti dibenarkan, sebagai berikut:
Istilah Yunaninya, dikaiosis erat kaitannya dengan kata dikaiosune yang artinya “kebenaran.” Bahkan diabad pertama akar kata istilah ini digunakan secara luas untuk menyatakan suatu kebenaran standard dan kegiatan-kegiatan yang bernuansa merujuk pada standard kebenaran seperti yang terdapat dalam Hukum Taurat. Definisi teologis untuk pembenaran di sini adalah tindakan hukum Allah, karena adanya Yesus Kristus, orang-orang berdosa dibenarkan oleh sebab iman kepada Yesus Kristus. Allah menyatakan orang-orang berdosa itu, benar tanpa dosa dan bebas dari Hukum Taurat, dan hukuman kekal.
Dengan dibenarkannya manusia berdosa ketika percaya kepada Yesus Kristus, menyebabkan manusia yang seharusnya mendapatkan hukuman Allah (Roma 6:23), memperoleh hidup yang kekal dalam Kristus Yesus. Perubahan dari keadaan bersalah (berdosa) keadaan dibenarkan merupakan suatu anugerah Allah kepada orang-orang percaya seperti yang dikatakan oleh Leon Morris, sebagai berikut:
Kebenaran Allah mengacu pada suatu “status orang benar,” yang merupakan anugerah Allah kepada kita. Itulah makna pembenaran-Allah telah memberi kita status orang benar sehingga kita memperoleh keputusan pembebasan kita, ketika kita diadili. Ia “membenarkan orang durhaka” (Roma 4:5). Dan Allah melakukan hal ini karena kematian Kristus yang mendamaikan. Secara tradisi hal ini dipahami dalam arti bahwa kematian Kristus itu, dipandang dari satu sisi, merupakan penghapusan hukuman-hukuman yang diakibatkan oleh dosa. Karena hukumannya sudah dibayar, maka tidak ada apa-apa lagi apa yang harus kita bayar. Sebab itu kita dibenarkan.
Senada dengan pernyataan Morris, Ryrie menyatatakan sebagai berikut: Membenarkan berarti menyatakan benar. Baik kata Ibrani (sadaq) maupun kata Yunani (dikaioo) berarti mengumumkan putusan yang menyenangkan, menyatakan benar. Konsep ini tidak berarti menyatakan benar, tetapi menyatakan kebenaran. Hal ini merupakan konsep dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti memberikan putusan benar.
Jadi, dibenarkan di hadapan Allah merupakan kasih karunia (3:24; Efesus 2:8). Tidak ada seorangpun yang dapat membenarkan dirinya sendiri, baik melalui ketaatan kepada hukum Taurat maupun melalui perbuatan baik (Roma 4:2-6). Pembenaran ini juga karena iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Roma 3:22- 24: 4:5). Selain itu pembenaran juga dikerjakan oleh darah Kristus. Paulus menulis dalam Roma 5:9: “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”
Pada akhirnya berkat yang dapat di terima dari pembenaran: “(1) Hukuman dihapus (Roma 4:7-8, II Korintus 5:19) , didamaikan dengan Allah (Roma 5:1); (2) Pemulihan hubungan yang baik dengan Allah (Roma 4:6); (3) Orang yang dibenarkan memiliki kepastian bahwa ia akan selamat dari murka Allah yang akan datang (Roma 5:9, I Tesalonika 1:10); (4) Ia memiliki keyakinan bahwa suatu saat akan dipermuliakan (Roma 8:30, Galatia 5:5, Matius 13:43).”
2.Manusia Dibebaskan dari Budak Dosa (Roma 6:12-17, 20).
Dosa dalam PB dari bahasa Yunani biasanya didefinisikan sebagai
Hamartia yang berarti ‘pelanggaran, ‘perbuatan salah’, tidak mengenai sasaran’ atau’berdosa kepada Allah(Yoh. 9:41); Adikia yang artinya ‘kejahatan’, ‘kelaliman’ atau ‘ketidakadilan’ (Roma 1:18; 1 Yohanesd 5:17). Adikia juga merupakan suatu kuasa pribadi yang dapat memperbudak dan menipu (Roma 5:12; Ibrani 3:13). Anomia yang artinya ‘kedurhakaan’, ‘pelanggaran hukum’dan ‘menentang hukum Allah’ (Roma 5:19; I Yohanes 3:4).
Jadi, pada hekekatnya dosa adalah pelanggaran hukum, kejahatan, ketidak adilan dan pada akhirnya manusia menentang Allah, akibatnya manusia mengalami kematian kekal.
Paulus banyak menyinggung tetang dosa dalam surat Roma, secara khusus dalam Roma pasal 6, Paulus menjelaskan bagaimana manusia diperbudak oleh dosa. Dosa mulai memasuki umat manusia sejak Adam jatuh dalam dosa( Roma 5:12), mengakibatkan hukuman Allah(Roma 1:18), dosa juga memperbudak manusia dan merusak (Roma 3:9; Roma. 6:12; 7:14; dan Galatia 3:22), dosa menyebabkan manusia menjadi seteru Allah (Roma 5:10; 8:7; Kolose 1:21), dosa menjadikan manusia tidak taat kepadaNya (Roma 11:32, Efesus 2:2; 5:6).
Sejak manusia jatuh dalam dosa, manusia tidak dapat melepaskan dirinya sendiri. Paulus mengatakan bahwa dosa dapat membelenggu manusia, dan bahkan sampai manusia menjadi hamba dosa (Roma 6:17, 20). Dan dengan suatu gambaran yang hidup Paulus memandang semua manusia sebagai yang terjual keseorang majikan (entah suka, atau tidak), demikianlah manusia masuk ke dalam kuasa dosa, Paulus sendiri memggambarkan dirinya sebagai orang yang “menjadi tawanan” hukum dosa (Roma 7:23), di mana dipakai gambaran seorang yang ditangkap sebagai tawanan perang.”
Sehebat apapun manusia, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari budak dosa. melalui penebusan Yesus, manusia bisa dilepaskan dari budak dosa seperti yang dikatakan oleh Walvoord, sebagai berikut:
Dengan Penebusan Kristus membawa konsep bahwa orang Kristen dan oleh karena itu merupakan “budak-budak”-Nya. Maka kesimpulan Paulus dalam I Korintus 6:19-20 berbunyi, “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah di beli dan harganya telah luna s dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
Jadi, dengan penebusan Kristus orang-orang percaya dibebaskan dari budak dosa dengan cara pembayaran denngan suatu harga tertentu, menjadi hamba kebenaran atau dijadikan budak-budak-Nya. Setelah orang-orang percaya dibebaskan dari budak dosa, pada akhirnya akan memperoleh buah yaitu orang-orang percaya dibawa kepada pengudusan (Roma 6:22).
3.Manusia Dibebaskan dari Murka Allah (Roma 5:8-11)
Allah memandang dosa sebagai sesuatu yang sangat serius. Oleh sebab itu ketika manusia berdosa Allah murka terhadap manusia (Roma 1:18).
Untuk meredakan murka Allah ini, manusia harus didamaikan dengan Allah. Henry C. Thiessen mengatakan bahwa: Berkaitan erat dengan gagasan peredaan amarah ialah gagasan perdamaian atau perhentiaan perseteruan. Kedua gagasan tersebut nampaknya saling berkaitan seperti sebab dan akibat; kematian Kristus “meredakan murka” Allah. dan sebagai hasilnya Allah “diperdamaikan” (Roma 5:10; II Korintus 5:18-20; Efesus 2;16). Kata kerja katalasso muncul enam kali dalam Perjanjian Baru (Roma 5:10; I Korintus 7:11; II Korintus 5:18-20.
Dengan adanya pendamaian ini, artinya permusuhan antara manusia dan Allah dihentikan. Thiessen dalam bukunya mengutip pernyataan Berkouwer mengatakan, bahwa: Paulus memakai istilah ini untuk menunjuk kepada “hubungan damai yang dihasilkan oleh kematian Kristus, kepada kerukunan yang bertentangan dengan permusuhan sebelumnya, kepada pendamaian setelah semua penghalang ditiadakan, dan kepada kesemapatan dapat menghampiri Bapa.
Iman kepada Yesus Kristus, akan memulihkan hubungan kembali antara Allah dan manusia.
Ketika manusia berdosa hubungan Allah dan manusia berada dalam hubungan permusuhan. Paulus mengatakan sebagai berikut bahwa: Sebab jikalau kita, ketika kita masih seteru , diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anaknya, lebih-lebih kita , yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diperdimaikan oleh hidupNya. Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu (Roma 5:10-11)
Kemegahan orang percaya hanya dalam Yesus Kristus. Karena melalui penebusan Yesus, yaitu kematiaannya di kayu salib manusia didamaikan dengan Allah.
Penegasan dalam Roma 5: 10-11 ini, adalah pendamaian ini adalah karya Allah sendiri, yaitu dengan cara bagaimana manusia didamaikan dengan Allah. Kata kerja yang dipakai pada ayat 10, adalah “kata kerja pasif , menunjukkan bahwa Allah adalah Pelaku dan manusia adalah penerima.”
Murka Allah tidak lagi menimpa orang-orang beriman, tetapi sudah dilepaskan dari murka tersebut. Dalam Roma 5:9 mengatakan, “Karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah oleh Dia.” Dalam hal ini Paulus tidak menganggap remeh permusuhan Allah dengan setiap bentuk kejahatan. Tetapi yang penting bagi orang beriman ialah kenyataan bahwa “kematian Kristus menghindarkan murka Allah; Allah menetapkan Kristus sebagai “jalan pendamaian” (Roma 3:25).”
Dibebaskan dari murka Allah dengan jalan didamaikan dengan Allah. Seluruh tindakan pendamaian ini adalah karya Allah semata-mata, artinya suatu pemberian cuma-cuma yang kepada manusia, disediakan bagi semua orang, tetapi hanya berlaku bagi yang percaya kepada Yesus.
4.Diangkat Menjadi Anak Allah (Roma 8:14-15, 23).
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan sebagai berikut: Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kita tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi karena telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!” …Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembeasan tubuh kita. (Roma 8:14-15, 23)
Ketika manusia diperbudak oleh dosa, Yesus Kristus menebus manusia melalui kematian-Nya di kayu salib, sehingga setiap orang yang percaya dengan diangkat menjadi anak Allah.
Ajaran Paulus tentang pengangkatan anak Allah ini adalah hal sangat penting untuk diketahui setiap orang percaya. Pengangkatan anak dari bahasa Yunani, secara harfiah berarti, “ditempatkan sebagai anak sendiri.” Thiessen mengutip pernyataan Evans, sebagai berikut: “Pembaharuan berkaitan dengan perubahan sifat kita; pembenaran berkaitan perubahan status; pengudusan berkaitan perubahn watak; sedangkan pengangkatan sebagai anak berkaitan dengan kedudukan.” Paul Enns menjelaskannya sebagai berikut:
Adopsi (Yunani huiothesia) berarti “menempatkan sebagai anak” dan menjabarkan hak dan kewajiban demikian pula posisi baru dari orang percaya dalam Kristus. Kata itu diambil dari budaya Romawi di mana dalam upacara legal, anak yang diadopsi diberikan semua hak sebagai anak natural. Dalam upacara itu empat hal terjadi;
(a) Orang yang diadopsi kehilangan semua hak dari keluarga yang lama dan mendapatkansemua hak secara penuh sebagaimana hak anak sah dari keluarga yang baru.
(b) Ia menjadi ahli waris ayah barunya.
(c) Kehidupan lama dari orang yang diadopsi itu dihapuskan sepenuhnya. Misalnya, secara legal semua hutangnya dibatalkan; semua itu dihapuskan seperti hal itu tidak pernah ada.
(d) Dalam pandangan hukum orang yang diadopsi secara harfiah dan secara mutlak adalah anak dari bapanya yang baru.
BACA JUGA: EKSPOSISI ROMA 9:1-20
Lebih lanjut Marantika menjelaskan kata anak Allah sebagai berikut: Pengertian teologis unuk istialah ini alah bahwa setiap oaring yang bertobat dari dosa-dosanya dan beriman kepada Tuhan Yesus sebagi Juruselamat pribadinya yang berarti telah lahirabaru, diangkat oleh Allah menjadi keluargaNya dan berak mewarisi Kerajaan Allah bersama orang-orang beriman lainnya. peristiwa ini berlaku sebagai adopsi rohani (Lukas 15:7, 10). Semua manusia ciptaan Allah adalah anak kandung Allah, namun hanya setiap insan yang lahir baru adalah anak kandung legal Allah.
Jadi, sebelum manusia percaya kepada Yesus, tetap menjadi anak-anak dunia. Tetapi setelah percaya kepada Yesus, orang-orang percaya diangkat menjadi anak Allah, artinya memiliki kedudukan yang sama dengan anak yang sah dan akan menjadi ahli waris (Roma 8:17). Dalam hal ini orang percaya memiliki status yang baru di dalam Kristus dan berhak memanggil Allah sebagai “Abba Bapa” (Roma 8:15). Ahli waris yang dimaksud disini, Dave Hangelberg menjelaskannya sebagai berikut:
Ada dua macam ahli waris. Berdasarkan status sebagai anak yang lahir dari atas, kita yang telah percaya kepada Tuhan Yesus adalah ahli waris Allah. Tetapi kalau kita ikut menderita dengan Kristus, atau dengan kata lain, kalau kita hidup “dipimpin oleh Roh” Allah, kalau kita “hidup menurut Roh Allah”, maka kita juga adalah ahli waris dengan Kristus.
Menjadi ahli waris Allah berarti setiap orang percaya akan memiliki kerajaan Allah besama dengan Yesus.
5.Jaminan Hidup Kekal (Roma 6:23)
Kejatuhan Adam dam Hawa dalam dosa mengakibatkan semua keturanannya ikut berdosa. Dalam Roma 3:23 dikatakan , “karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Dan upah dari dosa tersebut adalah maut (Roma 6:23a); dosa mendatangkan kematian bagi manusia (Roma 7:13); orang yang berdosa patut dihukum mati (Roma 1:23).
Setiap manusia yang berdosa akan menerima hukuman kekal, oleh sebab itu Allah memberikan jalan keluar bagaimana supaya manusia tidak mengalami kematian kekal. Dalam Injil Yohanes 3:18, “Barang siapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman…”. Artinya siapa yang percaya kepada Yesus, yang sudah berkorban di atas kayu salib, jaminannya adalah hidup yang kekal. Itulah kasih karunia Allah, ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23b). Ryrie mengatakan sebagai berikut:
Pada dasarnya jaminan didasarkan atas kasih karunia Allah dan fakta bahwa kehidupan kekal adalah suatu karunia dan bersifat abadi. Pada saat seseorang percaya kepada Kristus, maka ia dimasukkan ke dalam suatu hubungan dengan keallahan yang memastikan bahwa keselamatannya terjamin.
Tentu saja hal ini hanya berlaku bagi orang-orang yang telah dilahirkan kembali. Ada orang-orang yang mengakui tetapi tidak mempunyai hidup. Kadang- kadang kita dapat menilai secara pasti apakah seseorang hanya mengakui atau benar-benar mempunyai hidup kekal. Kadang-kadang kita tidak bisa. Tetapi keselamatan yang dimiliki orang yang telah dilahirkan kembali adalah terjamin, disebabkan oleh hubungan dengan Allah yang ia miliki melalui iman.
Jaminan kekal ini merupakan karya Allah melalui penebusan Yesus, artinya bahwa karunia keselamatan apabila sudah diterima adalah selama-lamanya. Paulus dalam surat Roma, kembali meyakinkan Jemaat Roma, sebagai berikut:
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan yang lebih lagi yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?...(Roma 8:33-34)
Jadi, penegasan Paulus ialah bahwa kematian Kristus, telah membayar dosa tersebut, jadi tidak bisa dibatalkan oleh keadaan apapun yang ada dalam dunia ini, bahkan akan dibangkitkan pada akhir zaman.
Jaminan kekal ini Paulus sudah menjelaskannya dalam Roma 5:10c, “…Lebih-lebih kita , yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya.”. Walvoord menjelaskannya sebagai berikut:
Dalam bagian ini pendamaian dikemukakan sebagai sebuah dasar bagi jaminan atau kepastian keselamatan kita. Logikanya tak dapat dijawab! Apabila Kristus mati karena orang berdosa pada saat itu dalam keadaan seteru Allah, tak dapat memperdamaikan dirinya sendiri, lebih-lebih lagi Ia akan mencurahkan kemurahanNya kepada mereka yang sudah diperdamaikan! … Hidup Kristus yang disebut di sini adalah hidup yang diberikan di Golgota dan yang di dalam kebangkitan-Nya terus memberikan dasar bagi orang percaya sebagi pengntara dan pembelanya.
BACA JUGA: MAKNA PENCURAHAN DARAH YESUS
Penebusan Yesus di kayu salib dan sudah mendamaikan manusia berdosa yang sudah beriman kepada Yesus memiliki jaminan hidup kekal.
Dasar dari jaminan hidup kekal ini tidak terletak pada manusia, tetapi pada Allah. Jaminan bagi orang percaya berdasar pada pekerjaan Bapa, Putra dan Roh Kudus.
KESIMPULAN
Sejak Adam jatuh dalam dosa, akibatnya semua manusia juga turut berdoasa. Paulus dalam suratnya yaitu dalam kitab Roma, menjelaskanya kepada jemaat di Roma, bahwa baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi semua suda berdosa (Roma 3:23). Akibat dari dosa, manusia sudah diperbudak oleh dosa, bahkan kejahatan manusia akan mendatangkan murka Allah (1:18-32). Bahkan manusia berusaha mencari kebenarannya sendiri. Orang Yahudi mencari kebenarannya melalui hukum Taurat. Tetapi ternyata manusia tidak akan pernah menemukan kebenaran bahkan keselamatan di luar Yesus Kristus.
Kehidupan kekal hanya dapat diperoleh melalui penebusan Yesus Kristus. Ada beberapa istilah yang dipakai baik dalam PL maupun dalam PB. Dalam PL, yaitu: g’l artinya kewajiban keluarga dalam hubungannya dengan pembayaran suatu harga; phd artinya tebusan dengan membayar suatu harga seperti dalam transaksi perdagangan tanpa suatu kewajiban apapun, kopher, yaitu pembebasan dengan cara membayar suatu harga, seperti untuk menebus seorang tawanan perang, atau seorang budak atau suatu barang yang telah digadaikan.
Dalam PB, dipakai kata agorazo, artinya membeli, membayar, atau menyerahkan sesuatu sebagai harga tebusan, eksagorazo, aartinya dikeluarkan dari, ini berarti dibeli keluar atau dipindahkan dari pasar dosa. Luroo, melepaskan atu membebaskan dari belenggu dosa, dan disuruh pergi sebagai orang merdeka. Peripiuomai, artinya memelihara diri, atau menyelamatkan.
Dosa sudah merusak persekutuan Allah dengan manusia. Sehingga menyebabakan adanya pertentangan dengan tujuan Allah dalam hidup manusia. penebusan Yesus adalah puncak penyataan kasihNya. Kasih Allahlah yang mendasari penebusan Yesus bagi umat manusia (Efesus 1:6-7; Yohanes 3:16; Roma 5:8). Kasih Allah ini tidak dapat diukur atau dinilai dengan akal manusia. Kasih yang begitu dalam, dan lebar, dan tinggi, panjang.
Makna penebusan Yesus adalah sebagai korban pengganti. Paulus dalam suratnya sering menyebutkan bahwa penebusan Kristus adalah sebagai pengganti. Maksudnya adalah Yesus yang telah mengganti manusia berdosa di kayu salib. Galatia 1:4 mengatakan bahwa “Yesus telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita.”. Yesus menjadi pengganti karena Yesus yang tidak mengenal dosa.
Melalui penebusan Yesus, maka orang-orang yang percaya kepadaNya akan dibenarkan (Roma 3:24), kebenaran Allah mengacu pada suatu ‘status orang benar’, yang merupakan anugerah Allah, sehingga orang percaya memperoleh keputusan pembesan orang percaya, akan dibebaskan dari murka Allah, melalui pendamaian (Roma 5:8-11), dibebaskan dari budak dosa (Roma 6:12-17, 20), artinya melalui penebusan Yesus orang percaya dijadikan hamba kebenaran, diangkat sebagai anak (Roma 8:14-15, 23, manusia berdosa menjadi anak duniawi, tetapi dengan adanya penebusan Yesus, bagi orang-orang percaya diangkat menjadi Anak Allah, dan jaminanNya untuk memperoleh hidup yang kekal (Roma 6:23; Yohanes 3:18).
BIBLIOGRAFI
Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia, 1999.
Chapman, Adina. Pengantar Perjanjian Baru. Bandung: yayasan Kalam Hidup, 1980.
Enns, Paul. Buku Pegangan Teologi. Diterjemahkan oleh Rahmiati Tanudjaja. Disunting oleh Ricky Nadian & Elisabeth Yuliasarin. MALANG: Literatur SAAT, 2010.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 2. Diterjemahkan oleh jan S. Aritonang. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
Hagelberg, Dave. Tafsiran Roma . Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000.
Hogue, C. B. Keselamatan: Kebutuhan Manusia yang Utama. Diterjemahkan oleh Deni Yusuf T. Bandung: Literatur Baptis, 1992.
Marantika, Chris. Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. Yogyakarta: Iman Press, 2007.
Morris, Leon. Teologi Perjanjian Baru. Diterjemahkan oleh H. Pidyarto. Malang: Gandum Mas, 1994.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010.
Stamps, Donald C. Alkitab Penuntun Hidup. Diterjemahkan oleh Nugroho Hananiel. Malang: Gandum Mas, 1994.
Walvoord, Jhon W. Yesus Kristus Tuhan Kita. Diterjemahkan oleh Cahya R. Surabaya: YAKIN, 1969.KONSEP PENEBUSAN DALAM SURAT ROMA