ARGUMENTASI DOKTRIN ALLAH MENENTUKAN SEGALA SESUATU

Pdt.Budi Asali, M.Div.
A) Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu.
SEGALA SESUATU
Gadget, health, education, otomotif
Dengan kata lain, Rencana Allah itu mencakup segala sesuatu dalam arti kata yang semutlak-mutlaknya.

Dasar dari pandangan ini:

1) Dasar Kitab Suci:

a) Ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Rencana Allah mencakup semuanya.
Mazmur 139:16 - ... dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Daniel 5:23 - Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari BaitNya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku”.

b) Ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Rencana Allah mencakup hal-hal yang remeh / kecil / tak berarti.

Matius 10:29-30 - “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.

Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa hal yang remeh / kecil / tidak berarti seperti jatuhnya burung pipit yang tidak berharga, atau rontoknya rambut kita, ternyata hanya bisa terjadi kalau itu sesuai dengan kehendak / Rencana Allah.

B. B. Warfield: the minutest occurrences are as directly controlled by Him as the greatest (Matt. 10:29-30, Luke 12:7) [= Peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terkecil dikontrol secara langsung oleh Dia sama seperti peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terbesar (Matius 10:29-30, Lukas 12:7)] - Biblical and Theological Studies, hal 296.

Calvin: But anyone who has been taught by Christs lips that all the hairs of his head are numbered (Matt 10:30) will look farther afield for a cause, and will consider that all events are governed by Gods secret plan” [= Tetapi setiap orang yang telah diajar oleh bibir Kristus bahwa semua rambut kepalanya terhitung (Matius 10:30) akan melihat lebih jauh untuk suatu penyebab, dan akan menganggap bahwa semua kejadian diatur oleh rencana rahasia Allah] - Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter XVI, no 2.

Calvin: ... it is certain that not one drop of rain falls without Gods sure command (= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujanpun yang jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah) - Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter XVI, no 5.

Bdk. Yeremia 14:22 - Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?. Bandingkan juga dengan Ayub 28:25-26 37:6,10-13 Mazmur 68:10 Mazmur 147:8 Amos 4:7 9:5a,6b Zakh 10:1.

Dan dalam tafsirannya tentang kata-kata jika Allah menghendakinya dalam Kis 18:21, Calvin berkata: we do all confess that we be not able to stir one finger without his direction (= kita semua mengakui bahwa kita tidak bisa menggerakkan satu jari tanpa pimpinanNya).

Calvin: A certain man has abundant wine and grain. Since he cannot enjoy a single morsel of bread apart from Gods continuing favor, his wine and granaries will not hinder him from praying for his daily bread (= Seorang tertentu mempunyai anggur dan padi / gandum berlimpah-limpah. Karena ia tidak bisa menikmati sepotong kecil rotipun terpisah dari kemurahan / kebaikan hati yang terus menerus dari Allah, anggur dan lumbung-lumbungnya tidak menghalangi dia untuk berdoa untuk roti hariannya) - Institutes of the Christian Religion, Book III, Chapter XX, No 7.

Mengomentari Lukas 22:60-61 Spurgeon berkata: God has all things in his hands, he has servants everywhere, and the cock shall crow, by the secret movement of his providence, just when God wills; and there is, perhaps, as much of divine ordination about the crowing of a cock as about the ascending of an emperor to his throne. Things are only little and great according to their bearings; and God reckoned not the crowing bird to be a small thing, since it was to bring a wanderer back to his Saviour, for, just as the cock crew, The Lord turned, and looked upon Peter. That was a different look from the one which the girl had given him, but that look broke his heart [= Allah mempunyai / memegang segala sesuatu di tanganNya, Ia mempunyai pelayan di mana-mana, dan ayam akan berkokok, oleh gerakan / dorongan rahasia dari providensiaNya, persis pada saat Allah menghendakinya; dan di sana mungkin ada pengaturan / penentuan ilahi yang sama banyaknya tentang berkokoknya seekor ayam seperti tentang naiknya seorang kaisar ke tahtanya. Hal-hal hanya kecil dan besar menurut hubungannya / sangkut pautnya / apa yang diakibatkannya; dan Allah tidak menganggap berkokoknya burung / ayam sebagai hal yang kecil, karena itu akan membawa orang yang menyimpang kembali kepada Juruselamatnya, karena, persis pada saat ayam itu berkokok, berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Ini adalah pandangan yang berbeda dengan pandangan yang tadi telah diberikan seorang perempuan kepadanya (Lukas 22:56), tetapi pandangan itu menghancurkan hatinya] - Spurgeons Expository Encyclopedia, vol 12, hal 20.

Kalau saudara merasa heran mengapa hal-hal yang kecil / remeh itu juga ditetapkan oleh Allah, seakan-akan Allah itu kekurangan kerjaan (bahasa Jawa: kengangguren), maka ingatlah bahwa:

1. Kedaulatan yang mutlak dari Allah tidak memungkinkan adanya hal yang bagaimanapun kecil dan remehnya ada di luar Rencana Allah dan Providence of God.

2. Semua hal-hal di dunia / alam semesta ini berhubungan satu dengan yang lain, sehingga hal kecil / remeh bisa menimbulkan hal yang besar!

Tentang kejatuhan Ahazia dari kisi-kisi kamar atas dalam 2Raja-Raja 1:2, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut: The fainéant king came to his end in a manner: 1. Sufficiently simple. Idly lounging at the projecting lattice window of his palace in Samaria - perhaps leaning against it, and gazing from his elevating position on the fine prospect that spreads itself around - his support suddenly gave way, and he was precipitated to the ground, or courtyard, below. He is picked up, stunned, but not dead, and carried to his couch. It is, in common speech, an accident - some trivial neglect of a fastening - but it terminated this royal career. On such slight contingencies does human life, the change of rulers, and often the course of events in history, depend. We cannot sufficiently ponder that our existence hangs by the finest thread, and that any trivial cause may at any moment cut it short (Jas. 4:14). 2. Yet providential. Gods providence is to be recognized in the time and manner of this kings removal. He had provoked to anger the Lord God of Israel (1Kings 22:53), and God in this sudden way cut him off. This is the only rational view of the providence of God, since, as we have seen, it is from the most trivial events that the greatest results often spring. The whole can be controlled only by the power that concerns itself with the details. A remarkable illustration is afforded by the death of Ahaziahs own father. Fearing Micaiahs prophecy, Ahab had disguised himself on the field of battle, and was not known as the King of Israel. But he was not, therefore, to escape. A man in the opposing ranks drew a bow at a venture, and the arrow, winged with a Divine mission, smote the king between the joints of his armour, and slew him (1Kings 22:34). The same minute providence which guided that arrow now presided over the circumstances of Ahaziahs fall. There is in this doctrine, which is also Christs (Matt. 10:29,30), comfort for the good, and warning for the wicked. The good man acknowledges, My times are in thy hand (Ps. 31:15), and the wicked man should pause when he reflects that he cannot take his out of that hand [= Raja yang malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup sederhana. Duduk secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol dari istananya di Samaria - mungkin bersandar padanya, dan memandang dari posisinya yang tinggi pada pemandangan yang indah di sekitarnya - sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh ke tanah atau halaman di bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan dibawa ke dipan / ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu kecelakaan / kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan (jendela / kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada hal-hal kebetulan / tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup manusia, pergantian penguasa / raja, dan seringkali rangkaian dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan kita tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat sembarang penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yakobus 4:14). 2. Tetapi bersifat providensia. Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali dalam waktu dan cara penyingkiran raja ini. Ia telah menimbulkan kemarahan / sakit hati Tuhan, Allah Israel (1Raja-Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil tentang providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah dari peristiwa yang paling remehlah sering muncul akibat yang terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol hanya oleh kuasa yang memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang hebat / luar biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena takut pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya lolos. Seseorang dari barisan lawan menarik busurnya secara untung-untungan / sembarangan dan anak panah itu, terbang dengan misi ilahi, mengenai sang raja di antara sambungan baju zirahnya, dan membunuhnya (1Raja 22:34). Providensia yang sama seksamanya, yang memimpin anak panah itu, sekarang memimpin / menguasai situasi dan kondisi dari kejatuhan Ahazia. Dalam doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus (Matius 10:29-30), ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan peringatan untuk orang jahat. Orang baik mengakui: Masa hidupku ada dalam tanganMu (Mazmur 31:16), dan orang jahat harus berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil masa hidupnya dari tangan itu] - hal 13-14.

Catatan: 1Raja-Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54 dalam Kitab Suci Indonesia.

Lalu, dalam tafsiran tentang 2Raja 5, dimana kata-kata yang sederhana dari seorang gadis Israel ternyata bisa membawa kesembuhan bagi Naaman dari penyakit kustanya, Pulpit Commentary mengatakan sebagai berikut: The dependence of the great upon the small. The recovery of this warrior resulted from the word of this captive maid. Some persons admit the hand of God in what they call great events! But what are the great events? Great and small are but relative terms. And even what we call small often sways and shapes the great. One spark of fire may burn down all London (= Ketergantungan hal yang besar pada hal yang kecil. Kesembuhan dari pejuang ini dihasilkan / diakibatkan dari kata-kata dari pelayan tawanan ini. Sebagian orang mengakui tangan Allah dalam apa yang mereka sebut peristiwa besar! Tetapi apakah peristiwa besar itu? Besar dan kecil hanyalah istilah yang relatif. Dan bahkan apa yang kita sebut kecil sering mempengaruhi dan membentuk yang besar. Sebuah letikan api bisa membakar seluruh kota London) - hal 110.

R. C. Sproul: For want of a nail the shoe was lost; for want of the shoe the horse was lost; for want of the horse the rider was lost; for want of the rider the battle was lost; for want of the battle the war was lost [= Karena kekurangan sebuah paku maka sebuah sepatu (kuda) hilang; karena kekurangan sebuah sepatu (kuda) maka seekor kuda hilang; karena kekurangan seekor kuda maka seorang penunggang kuda hilang; karena kekurangan seorang penunggang kuda maka sebuah pertempuran hilang (kalah); karena kekurangan sebuah pertempuran maka peperangan hilang (kalah)] - Chosen By God, hal 155.

Jadi, melalui illustrasi ini terlihat dengan jelas bahwa sebuah paku, yang merupakan hal yang remeh / kecil, ternyata bisa menimbulkan kekalahan dalam peperangan, yang jelas merupakan hal yang sangat besar! Karena itu jangan heran kalau hal-hal yang kecil / remeh juga ditetapkan / direncanakan oleh Allah.

Illustrasi lain: saya pernah menonton film rekonstruksi suatu pembunuhan sebagai berikut: seorang pembunuh melakukan pembunuhan berencana dengan rencana yang begitu matang sehingga hampir-hampir tidak terbongkar. Terbongkarnya pembunuhan itu hanya karena suatu kesalahan remeh, yaitu dimana setelah membunuh korbannya, si pembunuh menyisir rambut palsu / wignya di kamar tempat ia melakukan pembunuhan, dan lalu meninggalkannya di sana. Ternyata satu helai rambut palsunya rontok, dan tertinggal di kamar, dan gara-gara satu helai rambut itu, akhirnya pembunuhannya terungkap, dan ia tertangkap. Film itu diberi judul Beaten by a Hair (= dikalahkan oleh sehelai rambut). Saudara masih menganggap bahwa rontoknya sehelai rambut merupakan sesuatu yang remeh, dan karena itu tidak mungkin Allah menentukan hal seperti itu? Ingat bahwa yang remeh bisa menimbulkan akibat yang besar. Jadi, kalau yang remeh bisa terjadi di luar kehendak / pengaturan Allah, maka yang besar juga bisa.

c) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa hal-hal yang kelihatannya seperti kebetulan juga hanya bisa terjadi karena itu merupakan Rencana Allah. Contoh:

1. Keluaran 21:13 - “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari.

Yang dimaksud dengan pembunuhan yang tidak disengaja itu dijelaskan / diberi contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga mati. Hal seperti ini kelihatannya kebetulan, tetapi toh Kel 21:13 itu mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena tangannya ditentukan Allah melakukan itu. Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun hanya bisa terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.

Calvin (tentang Kel 21:13): “it must be remarked, that Moses declares that accidental homicide, as it is commonly called, does not happen by chance or accident, but according to the will of God, as if He himself led out the person, who is killed, to death. By whatever kind of death, therefore, men are taken away, it is certain that we live or die only at His pleasure; and surely, if not even a sparrow can fall to the ground except by His will, (Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created in His image should be abandoned to the blind impulses of fortune. Wherefore it must be concluded, as Scripture elsewhere teaches, that the term of each mans life is appointed, with which another passage corresponds, Thou turnest man to destruction, and sayest, Return, ye children of men. (Psalm 90:3.) It is true, indeed, that whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be fortuitous; and thus, whatever, according to nature, might happen otherwise we call accidents, (contingentia;) yet in the meantime it must be remembered, that what might else incline either way is governed by Gods secret counsel, so that nothing is done without His arrangement and decree” [= harus diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan yang bersifat kebetulan, seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh kebetulan, tetapi sesuai / menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia sendiri membimbing orang, yang dibunuh / terbunuh, pada kematian. Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang diambil, adalah pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan pastilah, jika bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali oleh kehendakNya (Matius 10:29), adalah sangat menggelikan bahwa manusia yang diciptakan menurut gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan nasib yang buta. Karena itu haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab Suci di bagian lain mengajarkan, bahwa masa hidup dari setiap orang ditetapkan, dengan mana text yang lain sesuai, Engkau membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata: Kembalilah, hai anak-anak manusia! (Mazmur 90:3, KJV). Memang benar bahwa apapun yang tidak mempunyai penyebab yang jelas atau keharusan, bagi kita kelihatannya merupakan kebetulan; dan demikianlah, apapun, menurut alam, bisa terjadi sebagai apa yang kita sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat, bahwa apa yang bisa menyimpangkan ke arah manapun diperintah oleh rencana rahasia Allah, sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan dan ketetapanNya].

Mazmur 90:3 - “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: Kembalilah, hai anak-anak manusia!.

2. 1Samuel 6:7-12 - “(7) Oleh sebab itu ambillah dan siapkanlah sebuah kereta baru dengan dua ekor lembu yang menyusui, yang belum pernah kena kuk, pasanglah kedua lembu itu pada kereta, tetapi bawalah anak-anaknya kembali ke rumah, supaya jangan mengikutinya lagi. (8) Kemudian ambillah tabut TUHAN, muatkanlah itu ke atas kereta dan letakkanlah benda-benda emas, yang harus kamu bayar kepadaNya sebagai tebusan salah, ke dalam suatu peti di sisinya. Dan biarkanlah tabut itu pergi. (9) Perhatikanlah: apabila tabut itu mengambil jalan ke daerahnya, ke Bet-Semes, maka Dialah itu yang telah mendatangkan malapetaka yang hebat ini kepada kita. Dan jika tidak, maka kita mengetahui, bahwa bukanlah tanganNya yang telah menimpa kita; kebetulan saja hal itu terjadi kepada kita. (10) Demikianlah diperbuat orang-orang itu. Mereka mengambil dua ekor lembu yang menyusui, dipasangnya pada kereta, tetapi anak-anaknya ditahan di rumah. (11) Mereka meletakkan tabut TUHAN ke atas kereta, juga peti berisi tikus-tikus emas dan gambar benjol-benjol mereka. (12) Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sedang raja-raja kota orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes.

Orang Filistin ingin tahu apakah wabah yang menimpa mereka (1Sam 5) berasal dari Tuhan atau hanya kebetulan saja. Dan untuk mengetahui hal itu mereka melakukan percobaan. Hasil dari percobaan itu adalah jelas. Itu bukan kebetulan, tetapi Tuhanlah yang melakukan semua itu.

3. 1Raja 22:34 - Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka..

Kitab Suci Indonesia: menembak dengan sembarangan’.

KJV/RSV: drew a bow at a venture’ (= menarik busurnya secara untung-untungan).

NIV/NASB: drew his bow at random’ (= menarik busurnya secara sembarangan).

Catatan: Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Samuel 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan tanpa curiga.

NIV: quite innocently (= dengan tak bersalah).

NASB: innocently (= dengan tak bersalah).

KJV/RSV: in their simplicity (= dalam kesederhanaan mereka).

Pulpit Commentary: An unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahabs corselet was shot in simplicity, without deliberate aim, with no thought of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance shaft to its destination. It was truly the arrow of the Lords vengeance. (= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan dalam kesederhanaan, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah Tangan yang tak kelihatan yang memimpin panah kebetulan itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan panah pembalasan Tuhan) - hal 545.

Pulpit Commentary: how useless are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not hide himself from God. Neither could he hide himself from angels and devils, who are instruments of Divine Providence, ever influencing men, and even natural laws, or forces of nature (= betapa tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan alam) - hal 552.

Pulpit Commentary: The chance shot. The success of Ahabs device only served to make the blow come more plainly from the hand of God. Benhadads purpose could be baffled, but not His. There is no escape from God (= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya berfungsi untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisa digagalkan / dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk lolos dari Allah) - hal 557.

Jadi, ini lagi-lagi menunjukkan bahwa tidak ada kebetulan. Semua yang kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.

4. Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.

Tidak ada yang kelihatan lebih bersifat kebetulan dari pada undi yang dibuang di pangkuan, tetapi toh ayat ini mengatakan bahwa setiap keputusannya berasal dari Tuhan.

Matthew Henry: The divine Providence orders and directs those things which to us are perfectly casual and fortuitous. Nothing comes to pass by chance, nor is an event determined by a blind fortune, but every thing by the will and counsel of God [= Providensia ilahi mengatur dan mengarahkan hal-hal itu, yang bagi kita sepenuhnya adalah sembarangan dan kebetulan. Tidak ada yang terjadi karena kebetulan, juga tidak ada peristiwa yang ditentukan oleh nasib / takdir yang buta, tetapi segala sesuatu (terjadi / ditentukan) oleh kehendak dan rencana Allah].

Catatan: ini tidak berarti bahwa pada jaman sekarang kita boleh mencari kehendak Tuhan dengan cara ini. Pada jaman sekarang, dimana kita sudah mempunyai Kitab Suci yang lengkap, maka kita harus mencari kehendak Tuhan melalui Kitab Suci / Firman Tuhan.

5. Rut 2:3 - “Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Charles Haddon Spurgeon memberikan renungan tentang Rut 2:3, dimana ia berkata sebagai berikut:

Her hap was. Yes, it seemed nothing but an accidental happenstance, but how divinely was it planned! Ruth had gone forth with her mothers blessing under the care of her mothers God to humble but honorable toil, and the providence of God was guiding her every step. Little did she know that amid the sheaves she would find a husband, that he would make her the joint owner of all those broad acres, and that she, a poor foreigner, would become one of the progenitors of the great Messiah. ... Chance is banished from the faith of Christians, for they see the hand of God in everything. The trivial events of today or tomorrow may involve consequences of the highest importance (= Kebetulan ia berada. Ya, itu kelihatannya bukan lain dari pada suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi hal itu direncanakan secara ilahi! Rut telah pergi dengan berkat dari ibunya di bawah pemeliharaan dari Allah ibunya kepada pekerjaan yang rendah tetapi terhormat, dan providensia Allah membimbing setiap langkahnya. Sedikitpun ia tidak menyang-ka bahwa di antara berkas-berkas jelai itu ia akan menemukan seorang suami, bahwa ia akan membuatnya menjadi pemilik dari seluruh tanah yang luas itu, dan bahwa ia, seorang asing yang miskin, akan menjadi salah seorang nenek moyang dari Mesias yang agung. ... Kebetulan dibuang dari iman orang-orang Kristen, karena mereka melihat bahwa tangan Allah ada dalam segala sesuatu. Peristiwa-peristiwa remeh dari hari ini atau besok bisa melibatkan konsek-wensi-konsekwensi yang paling penting) - Morning and Evening, October 25, evening.

6. 2Raja-Raja 9:21 - Sesudah itu berkatalah Yoram: Pasanglah kereta!, lalu orang memasang keretanya. Maka keluarlah Yoram, raja Israel, dan Ahazia, raja Yehuda, masing-masing naik keretanya; mereka keluar menemui Yehu, lalu menjumpai dia di kebun Nabot, orang Yizreel itu.

Pulpit Commentary: Humanly speaking, this was accidental. ... Had the king started a little sooner, or had Jehu made less haste, the meeting would have taken place further from the town, and outside the portion of Naboth. But Divine providence so ordered matters that vengeance for the sin of Ahab was exacted upon the very scene of his guilt, and a prophecy made, probably by Elisha, years previously, and treasured up in the memory of Jehu (ver. 26), was fulfilled to the letter (= Berbicara secara manusia, ini merupakan suatu kebetulan. ... Seandainya sang raja berangkat sedikit lebih awal, atau seandainya Yehu mengurangi sedikit saja ketergesa-gesaannya, maka pertemuan itu akan terjadi lebih jauh dari kota, dan di luar kebun dari Nabot. Tetapi Providensia Ilahi mengatur hal-hal sedemikian rupa sehingga pembalasan untuk dosa Ahab ditetapkan pada tempat yang persis sama dengan tempat dari kesalahannya, dan suatu nubuat dibuat, mungkin oleh Elisa, bertahun-tahun sebelumnya, dan disimpan dalam ingatan Yehu (ay 26), digenapi sampai hal yang terkecil) - hal 192.

Semua ini menunjukkan bahwa dalam membuat RencanaNya, Allah bukan hanya merencanakan / menetapkan garis besarnya saja, tetapi lengkap dengan semua detail-detailnya, sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya.

Loraine Boettner: The Pelagian denies that God has a plan; the Arminian says that God has a general plan but not a specific plan; but the Calvinist says that God has a specific plan which embraces all events in all ages (= Orang yang menganut Pelagianisme menyangkal bahwa Allah mempunyai rencana; orang Arminian berkata bahwa Allah mempunyai rencana yang umum tetapi bukan rencana yang specific; tetapi orang Calvinist mengatakan bahwa Allah mempunyai rencana yang specific yang mencakup semua peristiwa / kejadian dalam semua jaman) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 22-23.

B. B. Warfield:

Throughout the Old Testament, behind the processes of nature, the march of history and the fortunes of each individual life alike, there is steadily kept in view the governing hand of God working out His preconceived plan - a plan broad enough to embrace the whole universe of things, minute enough to concern itself with the smallest details, and actualizing itself with inevitable certainty in every event that comes to pass (= Sepanjang Perjanjian Lama, dibalik proses alam, gerakan dari sejarah dan nasib dari setiap kehidupan, terus menerus ditunjukkan tangan pemerintahan Allah yang melaksanakan rencana yang sudah direncanakanNya lebih dulu - suatu rencana yang cukup luas untuk mencakup seluruh alam semesta, cukup kecil / seksama untuk memperhatikan detail-detail yang terkecil, dan mewujudkan dirinya sendiri dengan kepastian yang tidak dapat dihindarkan / dielakkan dalam setiap peristiwa / kejadian yang terjadi) - Biblical and Theological Studies, hal 276.

But, in the infinite wisdom of the Lord of all the earth, each event falls with exact precision into its proper place in the unfolding of His eternal plan; nothing, however small, however strange, occurs without His ordering, or without its peculiar fitness for its place in the working out of His purpose; and the end of all shall be the manifestation of His glory, and the accumulation of His praise (= Tetapi, dalam hikmat yang tidak terbatas dari Tuhan seluruh bumi, setiap peristiwa / kejadian jatuh dengan ketepatan yang tepat pada tempatnya dalam pembukaan dari rencana kekalNya; tidak ada sesuatupun, betapapun kecilnya, betapapun anehnya, terjadi tanpa pengaturan / perintahNya, atau tanpa kecocokannya yang khusus untuk tempatnya dalam pelaksanaan RencanaNya; dan akhir dari semua adalah akan diwujudkannya kemuliaanNya, dan pengumpulan pujian bagiNya) - Biblical and Theological Studies, hal 285.

Charles Hodge: As God works on a definite plan in the external world, it is fair to infer that the same is true in reference to the moral and spiritual world. To the eye of an uneducated man the heavens are a chaos of stars. The astronomer sees order and system in this confusion; all those bright and distant luminaries have their appointed places and fixed orbits; all are so arranged that no one interferes with any other, but each is directed according to one comprehensive and magnificent conception (= Sebagaimana Allah mengerjakan rencana tertentu dalam dunia lahiriah / jasmani, adalah wajar untuk mengambil kesimpulan bahwa hal itu juga benar berkenaan dengan dunia moral dan rohani. Bagi mata seorang yang tidak berpendidikan langit merupakan bintang-bintang yang kacau. Ahli perbintangan / ilmu falak melihat keteraturan dan sistim dalam kekacauan ini; semua benda-benda bersinar yang terang dan jauh itu mempunyai tempat dan orbit tetap yang ditetapkan; semua begitu diatur sehingga tidak satupun mengganggu yang lain, tetapi masing-masing diarahkan menurut suatu konsep yang luas dan besar / indah) - Systematic Theology, vol II hal 313.

Saya berpendapat bagian yang saya garis-bawahi tersebut merupakan hal yang perlu dicamkan. Analoginya dalam dunia theologia adalah: bagi orang yang tidak mengerti theologia, semua merupakan kekacauan, atau semua terjadi begitu saja, atau secara kebetulan. Tetapi bagi mata seorang ahli theologia, segala sesuatu ditetapkan dan diatur oleh Allah.

2) Kemahatahuan Allah.

Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, atau bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, juga bisa terlihat dari kemaha-tahuan Allah.

a) Kemahatahuan Allah menunjukkan bahwa Ia menentukan segala sesuatu.

Penjelasan:

Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yohanes 1:1-3). Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu (1Samuel 2:3), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.

Loraine Boettner:

This fixity or certainty could have had its ground in nothing outside of the divine Mind, for in eternity nothing else existed (= Ketertentuan atau kepastian ini tidak bisa mempunyai dasar pada apapun di luar Pikiran ilahi, karena dalam kekekalan tidak ada apapun yang lain yang ada) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 45.

Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination (= Kecuali Arminianisme menyangkal / menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 44.

The Arminian objection against foreordination bears with equal force against the foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with the free agency of man, the other is also. Foreordination renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are certain (= Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 42.

b) Dalam persoalan ini perlu saudara ketahui bahwa penentuan itu terjadi bukan karena Allah sudah tahu.

Roma 8:29 (NIV) - For those He foreknew, He also predestined ... (= Karena mereka yang Ia ketahui lebih dulu, juga Ia tentukan ...).

Ayat ini sering dipakai oleh orang Arminian sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Allah menentukan karena Dia sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi. Jadi, Allah menentukan supaya si A menjadi orang beriman, karena Ia tahu bahwa orang itu akan menjadi orang beriman. Allah menentukan si B menjadi orang saleh, karena Ia tahu si B akan mentaati Dia, dsb.

Ada beberapa hal yang perlu disoroti dari penafsiran Arminian tentang Ro 8:29 ini:

1. Menentukan karena sudah tahu tidak bisa disebut sebagai menentukan, karena kalau Allah sudah tahu bahwa suatu hal akan terjadi, maka hal itu pasti akan terjadi. Lalu apa gunanya ditentukan lagi?

2. Kalau kita menafsirkan Roma 8:29 sebagai menentukan karena sudah tahu, maka ini akan bertentangan dengan Ef 1:4,5,11.

a. Efesus 1:4 mengatakan bahwa kita dipilih supaya menjadi kudus / tak bercacat. Jadi, pemilihan itulah yang menyebabkan kita menjadi kudus / tak bercacat. Jadi, dalam pemikiran Allah, pemilihan itu yang ada dulu, dan tujuannya adalah supaya kita menjadi kudus dan tidak bercacat. Sedangkan kalau diambil penafsiran tadi / penafsiran Arminian, maka kudus / tak bercacat inilah yang ada dulu dalam pemikiran Allah, dan sebagai akibatnya maka kita dipilih. Ini jelas terbalik!

b. Ef 1:5b,11b menunjukkan bahwa kita dipilih sesuai dengan kerelaan kehendak Allah (dalam bahasa Jawa / pasaran mungkin bisa dikatakan saksirnya Allah). Jadi jelas bahwa pemilihan itu dilakukan oleh Allah bukan karena Ia melihat akan adanya sesuatu yang baik dalam diri kita!

3. Ro 8:29 itu tidak mengatakan bahwa Allah tahu lebih dulu tentang iman / perbuatan baik mereka.

A. H. Strong: The Arminian interpretation of whom he foreknew (Roma 8:29) would require the phrase as conformed to the image of His Son to be conjoined with it. Paul, however, makes conformity to Christ to be the result, not the foreseen condition, of Gods foreordination [= Penafsiran Arminian tentang siapa yang diketahuiNya lebih dulu (Roma 8:29) mengharuskan kata-kata untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya dihubungkan dengannya. Tetapi Paulus membuat keserupaan dengan Kristus sebagai hasil, dan bukan sebagai syarat yang dilihat lebih dulu, dari penetapan Allah] - Systematic Theology, hal 781.

Saya sangat setuju dengan kata-kata A. H. Strong ini! Orang-orang Arminian membaca / menafsirkan Roma 8:29-30 ini seakan-akan ayat itu berbunyi sebagai berikut:

Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu akan menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, lalu dipredestinasikanNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya.

Bandingkan dengan bunyi Roma 8:29-30 yang asli (diterjemahkan dari NIV): “(29) Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu, juga dipredestinasikanNya untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya.

Loraine Boettner: Notice especially that Rom. 8:29 does not say that they were foreknown as doers of good works, but that they were foreknown as individuals to whom God would extend the grace of election (= Perhatikan khususnya bahwa Ro 8:29 tidak berkata bahwa mereka diketahui lebih dulu sebagai pembuat kebaikan, tetapi bahwa mereka diketahui lebih dulu sebagai individu-individu kepada siapa Allah memberikan kasih karunia pemilihan) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 100.

Charles Haddon Spurgeon: it is further asserted that the Lord foreknew who would exercise repentance, who would believe in Jesus, and who would persevere in a consistent life to the end. This is readily granted, but a reader must wear very powerful magnifying spectacles before he will be able to discover that sense in the text. Upon looking carefully at my Bible again I do not perceive such statement. Where are those words which you have added, Whom he did foreknew to repent, to believe, and to persevere in grace? I do not find them either in the English version or in the Greek original. If I could so read them the passage would certainly be very easy, and would very greatly alter my doctrinal views; but, as I do not find those words there, begging your pardon, I do not believe in them. However wise and advisable a human interpolation may be, it has no authority with us; we bow to holy Scripture, but not to glosses which theologians may choose to put upon it. No hint is given in the text of foreseen virtue any more than of foreseen sin, and, therefore, we are driven to find another meaning for the word (= Selanjutnya ditegaskan / dinyatakan bahwa Tuhan mengetahui lebih dulu siapa yang akan bertobat, siapa yang akan percaya kepada Yesus, dan siapa yang akan bertekun dalam hidup yang konsisten sampai akhir. Ini dengan mudah diterima, tetapi seorang pembaca harus memakai kaca mata pembesar yang sangat kuat sebelum ia bisa menemukan arti itu dalam text itu. Melihat dalam Alkitab saya dengan teliti sekali lagi, saya tidak mendapatkan arti seperti itu. Dimana kata-kata yang kamu tambahkan itu Yang diketahuiNya lebih dulu akan bertobat, percaya, dan bertekun dalam kasih karunia? Saya tidak menemukan kata-kata itu baik dalam versi Inggris atau dalam bahasa Yunani orisinilnya. Jika saya bisa membaca seperti itu, text itu pasti akan menjadi sangat mudah, dan akan sangat mengubah pandangan doktrinal saya; tetapi, karena saya tidak menemukan kata-kata itu di sana, maaf, saya tidak percaya padanya. Bagaimanapun bijaksana dan baiknya penyisipan / penambahan manusia, itu tidak mempunyai otoritas bagi kami; kami membungkuk / menghormat pada Kitab Suci, tetapi tidak pada komentar / keterangan yang dipilih oleh ahli-ahli theologia untuk diletakkan padanya. Tidak ada petunjuk yang diberikan dalam text itu tentang kebaikan atau dosa yang dilihat lebih dulu, dan karena itu, kami didorong untuk mencari / mendapatkan arti yang lain untuk kata itu) - Spurgeons Expository Encyclopedia, vol 7, hal 22.

4. Disamping itu, penafsiran Arminian ini menafsirkan kata foreknew (= mengetahui lebih dulu) sekedar sebagai suatu pengetahuan intelektual. Tetapi saya percaya bahwa penafsiran seperti itu adalah salah. Untuk itu mari kita melihat penjelasan di bawah ini:

a. Pembahasan kata know (= tahu / kenal) dalam Kitab Suci.

dalam Perjanjian Lama.

Kata know (= tahu) dalam bahasa Ibrani adalah YADA. Sekalipun YADA memang bisa diartikan sebagai tahu secara intelektual tetapi seringkali kata YADA tidak bisa diartikan demikian. Saya akan memberikan beberapa contoh dimana kata YADA tidak bisa diartikan sekedar sebagai tahu secara intelektual:

Kejadian 4:1 (KJV/Lit): Adam knew Eve his wife, and she conceived (= Adam tahu / kenal Hawa istrinya, dan ia mengandung).

Di sini jelas bahwa YADA tidak mungkin diartikan tahu secara intelektual! Tidak mungkin Adam hanya mengetahui Hawa secara intelektual, dan itu menyebab-kan Hawa lalu mengandung! Jelas bahwa YADA / to know di sini tidak sekedar berarti tahu, tetapi ada kasih / hubungan intim di dalamnya.

Karena itu kalau Ro 8:29 mengatakan Allah tahu / kenal, lalu menentukan, maksudnya adalah Allah mengasihi, lalu menentukan. Jadi penekanannya adalah: penentuan itu didasarkan atas kasih. Bdk. Ef 1:5 - Dalam kasih Allah telah memilih kita ....

Catatan: tafsiran ini saya ambil dari buku tafsiran kitab Roma oleh John Murray (NICNT).

Dalam Kej 18:19, kata YADA ini diterjemahkan memilih oleh Kitab Suci Indonesia.

Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya.

RSV, NIV, NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia! ASV/KJV/NKJV tetap menterjemahkan know, tetapi kalimatnya jadi aneh.

Kej 18:19 (KJV): For I know him, that he will command his children and his household after him, and they shall keep the way of the LORD, to do justice and judgment; that the LORD may bring upon Abraham that which he hath spoken of him (= Karena Aku mengetahui / mengenalnya, bahwa ia akan memerintahkan anak-anaknya dan seisi rumahnya / keturunannya, dan mereka akan hidup menurut jalan TUHAN, melakukan keadilan dan penghakiman; supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dikatakanNya kepadanya).

Dalam Amos 3:2, kata YADA diterjemahkan kenal oleh Kitab Suci Indonesia.

Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.

KJV/ASV/RSV tetap menterjemahkan know, tetapi NIV/NASB menterjemahkan choose (= memilih).

Tentang kata YADA dalam Amos 3:2 ini B. B. Warfield berkata: what is thrown prominently forward is clearly the elective love which has singled Israel out for special care (= apa yang ditonjolkan ke depan secara menyolok jelas adalah kasih yang memilih yang telah memilih / mengkhu-suskan Israel untuk perhatian istimewa) - Biblical and Theological Studies, hal 288.

Loraine Boettner: The word know is sometimes used in a sense other than that of having merely an intellectual perception of the thing mentioned. It occasionally means that the persons so known are the special and peculiar objects of Gods favor, as when it was said of the Jews, You only have I known of all the families of the earth, Amos 3:2. [= Kata tahu kadang-kadang digunakan bukan dalam arti sekedar pengetahuan intelektual tentang hal yang disebutkan. Kadang-kadang kata ini berarti bahwa orang yang diketahui merupakan obyek istimewa dan khusus dari kemurahan / kebaikan hati Allah, seperti pada waktu dikatakan tentang orang-orang Yahudi: Hanya kamu yang Kukenal / Kuketahui dari segala kaum di muka bumi (Amos 3:2)] - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 100.

Kel 2:25 - diterjemahkan memperhatikan.

Mazmur 1:6 - diterjemahkan mengenal.

Mazmur 101:4 - diterjemahkan tahu.

Nahum 1:7 - diterjemahkan mengenal.

Dalam semua ayat-ayat di atas ini kata YADA tidak mungkin diartikan sebagai sekedar tahu secara intelektual.

dalam Perjanjian Baru.

Kata know (= tahu) dalam bahasa Yunani adalah GINOSKO, dan digunakan dalam ayat-ayat di bawah ini:

Matius 7:23 - Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!.

Yoh 10:14,27 - Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku. ... Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.

1Korintus 8:3 - Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.

Galayia 4:9 - Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?.

2Tim 2:19a - Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya.

Dalam semua ayat-ayat ini kata GINOSKO itu tidak mungkin diartikan sekedar mengetahui secara intelektual.

b. Pembahasan kata foreknow (= mengetahui lebih dulu) / foreknowledge (= pengetahuan lebih dulu).

Ayat-ayat yang mengandung kata-kata foreknowledge, foreknew, dsb:

Kis 2:23a - Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya.

NASB: this Man, delivered up by the predetermined plan and foreknowledge of God’ (= Orang ini, diserahkan oleh rencana yang ditentukan lebih dulu dan pengetahuan lebih dulu dari Allah).

Jelas bahwa foreknowledge (= pengetahuan lebih dulu) di sini tidak sekedar berarti pengetahuan intelektual, karena Allah menyerahkan Anak Manusia untuk mewujudkan foreknowledge itu. Karena itu tidak heran Kitab Suci Indonesia menterjemahkan seperti itu.

Ro 11:2a - Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya.

NASB: God has not rejected His people whom He foreknew’ (= Allah tidak menolak umatNya yang diketahuiNya lebih dulu).

Ini lagi-lagi menunjukkan secara jelas bahwa foreknew ti-dak bisa diartikan mengetahui lebih dulu secara intelektual.

Loraine Boettner menghubungkan Ro 8:29 dengan Ro 11:2a ini dengan berkata: Those in Romans 8:29 are foreknown in the sense that they are fore-appointed to be the special objects of His favor. This is shown more plainly in Rom. 11:2-5, where we read, God did not cast off His people whom He foreknew (= Mereka dalam Ro 8:29 diketahui lebih dulu dalam arti bahwa mereka ditetapkan lebih dulu untuk menjadi obyek khusus kemurahan hatiNya. Ini ditunjukkan lebih jelas dalam Ro 11:2-5, dimana kita membaca: Allah tidak menolak / membuang umatNya yang dipilihNya / diketahuiNya lebih dulu) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 100.

1Pet 1:2a - yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita.

NASB: who are chosen according to the foreknowledge of God the Father (= yang dipilih sesuai dengan pengetahuan lebih dulu dari Allah Bapa).

1Petrus 1:20 - Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir.

NASB: For He was foreknown before the foundation of the world, but has appeared in these last times for the sake of you (= Karena Ia diketahui lebih dulu sebelum penciptaan dunia, tetapi menampakkan diri pada jaman akhir karena kamu).

Melihat ayat-ayat di atas ini, saya berpendapat bahwa bukan tanpa alasan Kitab Suci Indonesia tidak pernah mau menterjemahkan tahu lebih dulu atau pengetahuan lebih dulu, tetapi menterjemahkan dengan kata pilih atau rencana. Karena itu, sekalipun Ro 8:29 versi Kitab Suci Indonesia itu memang bukan terjemahan yang hurufiah, tetapi saya berpendapat bahwa Kitab Suci Indonesia memberikan arti yang benar!

Barnes Notes (tentang Kis 2:23): Foreknowledge. This word denotes ‘the seeing beforehand of an event yet to take place.’ It implies: 1. Omniscience; and, 2. That the event is fixed and certain. To foresee a contingent event, that is, to foresee that an event will take place when it may or may not take place, is an absurdity. Foreknowledge, therefore, implies that for some reason the event will certainly take place. What that reason is, the word itself does not determine. As, however, God is represented in the Scriptures as purposing or determining future events; as they could not be foreseen by him unless he had so determined, so the word sometimes is used in the sense of determining beforehand, or as synonymous with decreeing, Rom. 8:29; 11:2. In this place the word is used to denote that the delivering up of Jesus was something more than a bare or naked decree. It implies that God did it according to his foresight of what would be the best time, place, and manner of its being done. It was not the result merely of will; it was will directed by a wise foreknowledge of what would be best. And this is the case with all the decrees of God” (= Pengetahuan lebih dulu. Kata ini menunjukkan melihat suatu peristiwa sebelum peristiwa itu terjadi. Ini secara implicit menunjukkan: 1. Kemahatahuan; dan, 2. Bahwa peristiwa itu tertentu dan pasti. Melihat lebih dulu suatu peristiwa yang bisa terjadi bisa tidak, berarti melihat lebih dulu bahwa suatu peristiwa akan terjadi, pada saat itu bisa terjadi atau bisa tidak terjadi, merupakan sesuatu yang menggelikan. Karena itu, pengetahuan lebih dulu, menunjukkan secara implicit untuk alasan tertentu peristiwa itu pasti akan terjadi. Tetapi karena Allah digambarkan dalam Kitab Suci sebagai merencanakan atau menentukan peristiwa-peristiwa yang akan datang; karena hal-hal itu tidak bisa dilihat lebih dulu olehNya kecuali Ia lebih dulu menentukannya demikian, maka kata itu kadang-kadang digunakan dalam arti menentukan lebih dulu, atau sinonim dengan menetapkan, Ro 8:29; 11:2. Di tempat ini kata itu digunakan untuk menunjukkan bahwa penyerahan Yesus merupakan sesuatu yang lebih dari pada sekedar suatu ketetapan semata-mata atau biasa. Ini secara implicit menunjukkan bahwa Allah melakukannya sesuai dengan penglihatan lebih duluNya tentang apa yang akan merupakan saat, tempat dan cara yang terbaik, tentang pelaksanaan hal itu. Itu bukan semata-mata akibat / hasil dari kehendak; itu merupakan kehendak yang diarahkan oleh suatu pengetahuan lebih dulu yang bijaksana tentang apa yang terbaik. Dan ini adalah kasus dari semua ketetapan-ketetapan Allah).

c) Hubungan yang benar tentang kemahatahuan Allah dan penetapan Allah.

Penafsiran Arminian mengatakan bahwa Allah menetapkan karena Ia telah lebih dulu mengetahui bahwa hal itu akan terjadi, dan saya telah menunjukkan kesalahan pandangan ini. Sekarang saya ingin menunjukkan bahwa pandangan Reformed adalah sebaliknya, yaitu: Allah menetapkan, dan karena itu Ia mengetahui.

Louis Berkhof: A distinction is made between the necessary and free knowledge of God. The former is the knowledge which God has of Himself and of all things possible, a knowledge resting on the consciousness of His omnipotence. It is called necessary knowledge, because it is not determined by an action of the divine will. ... The free knowledge of God is the knowledge which He has of all things actual, that is, of things that existed in the past, that exists in the present, or that will exist in the future. It is founded on Gods infinite knowledge of His own all-comprehensive and unchangeable eternal purpose, and is called free knowledge, because it is determined by a concurrent act of the will” (= Suatu pembedaan dibuat antara pengetahuan yang perlu / harus dan bebas dari Allah. Yang pertama adalah pengetahuan yang dimiliki Allah tentang DiriNya sendiri dan tentang segala sesuatu yang mungkin akan terjadi, suatu pengetahuan yang didasarkan pada kesadaran akan kemaha-kuasaanNya. Itu disebut pengetahuan yang perlu / harus, karena itu tidak ditentukan oleh suatu tindakan dari kehendak ilahi. ... Pengetahuan yang bebas dari Allah adalah pengetahuan yang Ia miliki tentang segala sesuatu yang sungguh-sungguh, yaitu tentang hal-hal yang ada pada masa lalu, yang ada pada masa ini, dan yang akan ada pada masa yang akan datang. Ini didasarkan pada pengetahuan yang tak terbatas dari Allah tentang rencana kekalNya yang tak berubah dan mencakup segala sesuatu, dan disebut pengetahuan bebas, karena itu ditentukan oleh suatu tindakan bersamaan dari kehendak) - Systematic Theology, hal 66-67.

Louis Berkhof: Actions that are in no way determined by God, directly or indirectly, but are wholly dependent on the arbitrary will of man, can hardly be the object of divine foreknowledge (= Tindakan-tindakan yang tidak ditentukan oleh Allah dengan cara apapun, secara langsung atau tidak langsung, tetapi sepenuhnya tergantung pada kehendak manusia yang mutlak, tidak mungkin bisa merupakan obyek dari pra-pengetahuan ilahi) - Systematic Theology, hal 68.

Catatan: kata hardly di sini tidak boleh diterjemahkan hampir tidak seperti biasanya, tetapi harus diterjemahkan improbable (= tidak mungkin) atau not at all (= sama sekali tidak). Arti seperti ini memang diberikan dalam Websters New World Dictionary (College Edition).

Loraine Boettner: Foreordination in general cannot rest on foreknow-ledge; for only that which is certain can be foreknown, and only that which is predetermined can be certain (= Secara umum, penentuan lebih dulu tidak bisa didasarkan pada pengetahuan lebih dulu; karena hanya apa yang tertentu yang bisa diketahui lebih dulu, dan hanya apa yang ditentukan lebih dulu yang bisa tertentu) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 99.

William G. T. Shedd: The Divine decree is the necessary condition of the Divine foreknowledge. If God does not first decide what shall come to pass, he cannot know what will come to pass. An event must be made certain, before it can be known as a certain event. ... So long as anything remains undecreed, it is contingent and fortuitous. It may or may not happen. In this state of things, there cannot be knowledge of any kind (= Ketetapan ilahi adalah syarat yang perlu dari pengetahuan lebih dulu dari Allah. Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi. Suatu peristiwa / kejadian harus dipastikan, sebelum peristiwa itu bisa diketahui sebagai peristiwa yang tertentu. ... Selama sesuatu tidak ditetapkan, maka sesuatu itu bersifat tergantung / mungkin dan kebetulan. Itu bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam keadaan demikian, tidak bisa ada pengetahuan apapun tentang hal itu) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 396-397.

B. B. Warfield: ... God foreknows only because He has pre-determined, and it is therefore also that He brings it to pass; His foreknowledge, in other words, is at bottom a knowledge of His own will (= ... Alah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri) - Biblical and Theological Studies, hal 281.

John Owen: Out of this large and boundless territory of things possible, God by his decree freely determineth what shall come to pass, and makes them future which before were but possible. After this decree, as they commonly speak, followeth, or together with it, as others more exactly, taketh place, that prescience of God which they call visionis, of vision, whereby he infallibly seeth all things in their proper causes, and how and when they shall some to pass (= Dari daerah yang besar dan tak terbatas dari hal-hal yang mungkin terjadi ini, Allah dengan ketetapanNya secara bebas menentukan apa yang akan terjadi, dan membuat mereka yang tadinya mungkin terjadi menjadi akan datang. Setelah ketetapan ini, seperti yang pada umumnya mereka katakan, berikutnya, atau bersama-sama dengan ketetapan itu, seperti orang lain katakan dengan lebih tepat, terjadilah pengetahuan yang lebih dulu dari Allah yang mereka sebut VISIONIS, dari penglihatan, dengan mana Ia, secara tidak mungkin salah, melihat segala sesuatu dalam penyebabnya yang tepat, dan bagaimana dan kapan mereka akan terjadi) - The Works of John Owen, vol 10, hal 23.

Louis Berkhof: It is perfectly evident that Scripture teaches the divine foreknowledge of contingent events, 1Sam 23:10-13; 2Kings 13:19; Ps. 81:14,15; Isa. 42:9; 48:18; Jer. 2:2,3; 38:17-20; Ezek. 3:6; Matt. 11:21” (= Adalah jelas bahwa Kitab Suci mengajarkan pra-pengetahuan ilahi tentang peristiwa-peristiwa yang contingent, 1Sam 23:10-13; 2Raja 13:19; Mazmur 81:15,16; Isa. 42:9; 48:18; Jer. 2:2,3; 38:17-20; Ezek. 3:6; Matt. 11:21) - Systematic Theology, hal 67.

1Sam 23:10-13 - “(10) Berkatalah Daud: ‘TUHAN, Allah Israel, hambaMu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh karena aku. (11) Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datangkah Saul seperti yang telah didengar oleh hambaMu ini? TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hambaMu ini.’ Jawab TUHAN: ‘Ia akan datang. (12) Kemudian bertanyalah Daud: ‘Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?’ Firman TUHAN: ‘Akan mereka serahkan. (13) Lalu bersiaplah Daud dan orang-orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. Apabila kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju berperang.

2Raja 13:19 - Tetapi gusarlah abdi Allah itu kepadanya serta berkata: ‘Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali! Dengan berbuat demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap. Tetapi sekarang, hanya tiga kali saja engkau akan memukul Aram.’”.

Mazmur 81:12-16 - (12) Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri! (14) Sekiranya umatKu mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! (15) Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tanganKu. (16) Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepadaNya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya.

Yesaya 42:9 - Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu.’”.

Catatan: Rasanya ayat ini salah karena kelihatannya tak ada hubungannya dengan hal yang sedang dibahas.

Yesaya 48:18 - “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.

Yeremia 2:2-3 - “(2) ‘Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya. (3) Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanahNya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN.

Catatan: saya tak mengerti mengapa ayat ini digunakan di sini. Lagi-lagi kelihatannya tak ada hubungannya dengan hal yang sedang dibahas.

Yeremia 38:17-20 - “(17) Sesudah itu berkatalah Yeremia kepada Zedekia: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Allah Israel: Jika engkau keluar menyerahkan diri kepada para perwira raja Babel, maka nyawamu akan terpelihara, dan kota ini tidak akan dihanguskan dengan api; engkau dengan keluargamu akan hidup. (18) Tetapi jika engkau tidak menyerahkan diri kepada para perwira raja Babel, maka kota ini akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim yang akan menghanguskannya dengan api; dan engkau sendiri tidak akan luput dari tangan mereka. (19) Kemudian berkatalah raja Zedekia kepada Yeremia: Aku takut kepada orang-orang Yehuda yang menyeberang kepada orang Kasdim itu; nanti aku diserahkan ke dalam tangan mereka, sehingga mereka mempermainkan aku. (20) Yeremia menjawab: Hal itu tidak akan terjadi! Dengarkanlah suara TUHAN dalam hal apa yang kukatakan kepadamu, maka keadaanmu akan baik dan nyawamu akan terpelihara”.

Yeh 3:6 - “bukan kepada banyak bangsa-bangsa yang berbahasa asing dan yang berat lidah, yang engkau tidak mengerti bahasanya. Sekiranya aku mengutus engkau kepada bangsa yang demikian, mereka akan mendengarkan engkau”.

Matius 11:21 - “‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung”.

Kata-kata Louis Berkhof ini membingungkan bagi saya, karena bertentangan dengan kata-kata para ahli theologia Reformed yang lain, yang mengatakan bahwa Allahpun tidak mungkin bisa tahu tentang peristiwa-peristiwa yang contingent. Bahkan kata-kata Louis Berkhof di sini bertentangan dengan kata-kata Louis Berkhof sendiri selanjutnya, dimana ia berkata sebagai berikut:

Louis Berkhof: His foreknowledge of future things and also of contingent events rests on His decree (= Pengetahuan lebih duluNya tentang hal-hal yang akan datang dan juga tentang peristiwa-peristiwa yang contingent bersandar pada ketetapan-ketetapanNya) - Systematic Theology, hal 67,68.

Louis Berkhof: Actions that are in no way determined by God, directly or indirectly, but are wholly dependent on the arbitrary will of man, can hardly be the object of divine foreknowledge (= Tindakan-tindakan yang tidak ditentukan oleh Allah dengan cara apapun, secara langsung atau tidak langsung, tetapi sepenuhnya tergantung pada kehendak manusia yang berubah-ubah, tidak mungkin bisa merupakan obyek dari pra-pengetahuan ilahi) - Systematic Theology, hal 68.

Catatan: menurut saya kata hardly di sini tidak boleh diterjemahkan hampir tidak seperti biasanya, tetapi harus diterjemahkan improbable (= tidak mungkin) atau not at all (= sama sekali tidak). Arti seperti ini memang diberikan dalam Websters New World Dictionary (College Edition).

Saya kira ada 3 kemungkinan untuk menafsirkan kata-kata Louis Berkhof yang membingungkan di atas.

a) Di sana ia menggunakan kata contingent dengan arti yang berbeda. Harus diakui kata ini memang sukar diterjemahkan. Dalam Websters New World Dictionary (College Edition) arti yang diberikan untuk kata ini bermacam-macam:

1. that may or may not happen (= yang bisa terjadi atau bisa tidak terjadi).

2. possible (= memungkinkan).

3. happening by chance; accidental; fortuitous (=kebetulan / terjadi secara kebetulan).

4. dependent (on or upon something uncertain) [= tergantung (pada sesuatu yang tidak pasti)].

5. conditional (= bersyarat).

6. dsb.

Kalau dalam arti ke 2 maka saya percaya Allah mempunyai pra-pengetahuan. Tetapi kalau dalam arti pertama atau keempat, saya tidak percaya Allah bisa mempunyai pengetahuan lebih dulu.

b) Louis Berkhof mungkin memaksudkan bahwa kalau dilihat sepintas lalu Kitab Suci secara jelas mengajar demikian. Tetapi kalau diteliti lebih jauh / mendalam, faktanya tidak demikian.

c) Louis Berkhof berbicara tentang 2 macam contingency.

Yang pertama adalah contingency dari sudut pandang Allah. Ini menunjuk pada hal-hal yang betul-betul sama sekali tidak ditentukan terjadi atau tidak terjadinya dengan cara apapun. Yang ini Allah tak mungkin bisa mempunyai foreknowledge (pra pengetahuan).

Yang kedua adalah contingency dari sudut pandang manusia. Apa yang contingent menurut manusia belum tentu contingent menurut Tuhan! Misalnya sebelum undi dilemparkan, bagi manusia hasilnya bersifat contingent, tetapi bagi Tuhan tidak. Bdk Amsal 16:33.

Jadi, yang dikatakan oleh Louis Berkhof sebagai diketahui lebih dulu oleh Allah, jelas bukan hal-hal yang contingent dalam arti pertama tetapi dalam arti kedua!

Dari 3 kemungkinan di atas ini, saya yakin yang benar adalah kemungkinan yang terakhir.

3) Allah tidak terbatas oleh waktu, atau Allah ada di atas waktu.

Satu hal lagi yang menunjukkan bahwa Rencana / ketetapan Allah itu mencakup segala sesuatu, adalah bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu, atau ada di atas waktu.

Loraine Boettner: Much of the difficulty in regard to the doctrine of Predestination is due to the finite character of our mind, which can grasp only a few details at a time, and which understands only a part of the relations between these. We are creatures of time, and often fail to take into consideration the fact that God is not limited as we are. That which appears to us as past, present, and future, is all present to His mind. It is an eternal now. He is the high and lofty One that inhabits eternity. Is. 57:15. A thousand years in thy sight are but as yesterday when it is past, And as a watch in the night, Ps. 90:4. Hence the events which we see coming to pass in time are only the events which He appointed and set before Him from eternity. Time is a property of the finite creation and is objective to God. He is above it and sees it, but is not conditioned by it. He is also independent of space, which is another property of the finite creation. Just as He sees at one glance a road leading from New York to San Francisco, while we see only a small portion of it as we pass over it, so He sees all events in history, past, present, and future at one glance. When we realize that the complete process of history is before Him as an eternal now, and that He is the Creator of all finite existence, the doctrine of Predestination at least becomes an easier doctrine (= Banyak kesukaran berkenaan dengan doktrin Predestinasi disebabkan oleh sifat terbatas dari pikiran kita, yang hanya bisa menjangkau beberapa detail pada satu saat, dan yang mengerti hanya sebagian dari hubungan antara detail-detail itu. Kita adalah makhluk waktu, dan seringkali melupakan fakta bahwa Allah tidak terbatas seperti kita. Apa yang kelihatan bagi kita sebagai lampau, sekarang, dan akan datang, semuanya adalah sekarang bagi pikiranNya. Itu adalah sekarang yang kekal. Ia adalah Yang tinggi dan mulia yang mendiami kekekalan Yesaya 57:15. Seribu hari dalam pandanganMu adalah seperti kemarin, pada waktu itu berlalu, dan seperti suatu giliran jaga pada malam hari Maz 90:4. Karena itu peristiwa-peristiwa yang kita lihat terjadi dalam waktu hanyalah merupakan peristiwa-peristiwa yang telah Ia tetapkan dan tentukan di hadapanNya dari kekekalan. Waktu adalah milik / sifat dari ciptaan yang terbatas dan terpisah dari Allah. Ia ada diatasnya dan melihatnya, tetapi tidak dikuasai / diatur olehnya. Ia juga tidak tergantung pada tempat, yang merupakan milik / sifat yang lain dari ciptaan yang terbatas. Sama seperti Ia melihat dalam sekali pandang jalanan dari New York ke San Francisco, sementara kita melihat hanya sebagian kecil darinya pada waktu kita melewatinya, demikian pula Ia melihat semua peristiwa-peristiwa dalam sejarah, lampau, sekarang, dan yang akan datang dalam satu kali pandang. Pada waktu kita menyadari bahwa proses lengkap dari sejarah ada di depanNya sebagai sekarang yang kekal, dan bahwa Ia adalah Pencipta dari semua keberadaan yang terbatas, doktrin Predestinasi sedikitnya menjadi doktrin yang lebih mudah) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 44-45.

Catatan: Yes 57:15 dan Maz 90:4 di atas dikutip dan diterjemahkan dari KJV.

William G. T. Shedd: For the Divine mind, there is, in reality, no future event, because all events are simultaneous, owing to that peculiarity in the cognition of an eternal being whereby there is no succession in it. All events thus being present to him are of course all of them certain events (= Untuk pikiran ilahi, dalam kenyataannya tidak ada kejadian / peristiwa yang akan datang, karena semua peristiwa / kejadian adalah serempak, berdasarkan kekhasan dalam pemikiran / pengertian dari makhluk kekal untuk mana tidak ada urut-urutan di dalamnya. Semua peristiwa bersifat present / sekarang bagiNya dan karenanya tentu saja semuanya merupakan peristiwa yang pasti) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 402.

B) Providence juga berhubungan dengan segala sesuatu.

Providence adalah pelaksanaan Rencana Allah, dan karena Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, maka Providence juga berhubungan dengan segala sesuatu.

Hal-hal alamiah yang kelihatannya terjadi dengan sendirinya (secara otomatis, diatur oleh hukum alam), ternyata juga diatur / diperintah / dikontrol oleh Allah setiap saat.

Contoh:

matahari / putaran bumi (Yos 10:13 - matahari / putaran bumi dihentikan oleh Tuhan; Yes 38:8 - matahari bahkan digerakkan ke arah sebaliknya / bumi diputar ke arah sebaliknya oleh Tuhan. Tetapi untuk Yesaya 38:8 ini ada yang menafsirkan bahwa hanya bayangannya saja yang mundur).

kelihatannya tumbuh-tumbuhan hidup karena sinar matahari, tetapi Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ke 3 dan matahari pada hari ke 4, dan ini menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan itu mendapatkan kehidupan dari Allah, bukan dari matahari. Memang setelah matahari ada, Tuhan lalu berkenan menggunakan matahari untuk memberikan hal yang vital bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan, tetapi semuanya tetap di bawah kontrol dari Tuhan.

orang mendapat anak. Ini bukan merupakan hal yang alamiah, tetapi ini adalah pekerjaan Tuhan.

Mazmur 127:3 - Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.

Hana (Ibu Samuel) tidak bisa mempunyai anak, karena TUHAN telah menutup kandungannya (1Sam 1:5), dan waktu akhirnya bisa mempunyai anak, itu karena TUHAN ingat kepadanya (1Sam 1:19-20).

semua makhluk / binatang dapat makan dari Tuhan.

Mazmur 104:27-28 - “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan.

Maz 136:25a - Dia yang memberikan roti kepada segala makhluk.

NIV: and who gives food to every creatures (= yang memberi makanan kepada setiap makhluk ciptaan).

kesehatan bukan dari makanan tetapi dari Allah.

Daniel 1:8-15 menunjukkan bahwa sekalipun Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego makanannya kurang bergizi dibanding orang-orang yang lain tetapi Allah membuat mereka lebih sehat. Memang pada umumnya orang yang makanannya lebih bergizi akan lebih sehat dari pada orang yang kekurangan gizi, tetapi semua itu tetap ada di bawah pengaturan Allah, dan Allah bisa keluar dari hukum itu kapanpun Dia mau.

Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Providence berhubungan dengan segala sesuatu:

Keluaran 12:36 - Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu.

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang membuat orang Mesir bermurah hati kepada orang Israel.

2Samuel 17:14 - Lalu berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel. Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom.

Tuhan yang bekerja sehingga nasehat Ahitofel ditolak dan ini menyebabkan kekalahan Absalom.

Ezra 1:1 - Pada tahun pertama zaman Koresy, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresy, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini:.

Tuhan menggerakkan hati raja Koresy sehingga ia memerintahkan orang Yahudi pulang kembali ke Kanaan (untuk ini baca Ezra 1 itu sampai dengan ayat 4).

Ayub 12:7-25 - (7) Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. (8) Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu. (9) Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; (10) bahwa di dalam tanganNya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia? (11) Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan? (12) Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya. (13) Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. (14) Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat melepaskannya. (15) Bila Ia membendung air, keringlah semuanya; bila Ia melepaskannya mengalir, maka tanah dilandanya. (16) Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan. (17) Dia yang menggiring menteri dengan telanjang, dan para hakim dibodohkanNya. (18) Dia membuka belenggu yang dikenakan oleh raja-raja dan mengikat pinggang mereka dengan tali pengikat. (19) Dia yang menggiring dan menggeledah para imam, dan menggulingkan yang kokoh. (20) Dia yang membungkamkan orang-orang yang dipercaya, menjadikan para tua-tua hilang akal. (21) Dia yang mendatangkan penghinaan kepada para pemuka, dan melepaskan ikat pinggang orang kuat. (22) Dia yang menyingkapkan rahasia kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang. (23) Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka. (24) Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya. (25) Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk..

Mazmur 75:7-8 - “(7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang lain.

Ayat ini menunjukkan bahwa peninggian maupun perendahan seseorang merupakan pekerjaan Allah.

Mazmur 135:6-7 - “(6) TUHAN melakukan apa yang dikehendakiNya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya; (7) Ia menaikkan kabut dari ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan, Ia mengeluarkan angin dari dalam perbendaharaanNya.

Ayat ini menunjukkan bahwa semua yang terjadi di bumi, di laut / samudera raya, baik kabut, kilat, angin, hujan, dsb merupakan pekerjaan Allah. Bdk. Yer 14:22.

Amsal 16:1,9 - “(1) Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. ... (9) Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.

Ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun manusia bisa memikirkan mana jalan yang terbaik, tetapi baik kata-kata maupun arah langkahnya ditentukan oleh Tuhan (bdk. Amsal 20:24a - Langkah orang ditentukan oleh TUHAN). Bdk. Yeremia 10:23 - Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.

Amsal 16:33 - Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.

Jatuhnya undian kelihatannya terjadi secara kebetulan, tetapi ayat ini mengatakan bahwa itu juga datang dari Tuhan / diatur oleh Tuhan.

Amsal 19:21 - Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia bisa merencanakan, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.

Amsal 21:1 - Hati raja seperti batang air dalam tangan TUHAN, dialirkannya ke mana Ia ingini.

Hati raja diarahkan oleh Tuhan sesuai kehendakNya. Sebetulnya tentu saja bukan hati raja saja yang diarahkan oleh Tuhan, tetapi juga hati / pikiran semua manusia. Karena itu, kalau tadi dalam Amsal 16:1,9 dan Amsal 19:21 dikatakan bahwa manusia bisa memikirkan / menimbang jalannya, maka semua itu tetap ada dalam penentuan dan kontrol dari Allah!

Amsal 21:31 - Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.

Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan dalam perang bukan tergantung persiapan / kekuatan pasukan, tetapi tergantung Tuhan.

Amsal 22:2 (NIV) - ‘Rich and poor have this in common: The LORD is the Maker of them all (= Orang kaya dan miskin mempunyai persamaan dalam hal ini: Tuhan adalah pembuat mereka semua).

Ini sesuai dengan Maz 75:7-8 di atas, dan menunjukkan bahwa orang bisa jadi kaya / miskin karena pekerjaan Tuhan.

Pkh 7:14 - Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.

Ayat ini menunjukkan bahwa hari mujur maupun hari malang juga dijadikan oleh Allah.

Yes 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.

Ayat ini menunjukkan bahwa baik nasib mujur maupun nasib malang diciptakan Tuhan.

Rat 3:37-38 - “(37) Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? (38) Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?.

Ayat ini menunjukkan bahwa dari mulut Tuhan keluar apa yang buruk dan yang baik. Dengan kata lain, apa yang buruk ataupun yang baik bisa terjadi hanya karena Tuhan memerintahkan / mengatur supaya hal itu terjadi.

Amos 3:6 - Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?.

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang mengerjakan semua malapetaka.

Yak 4:13-16 - keberhasilan dalam usaha kita tergantung pada kehendak Tuhan.

C) Semua ini berhubungan dengan kedaulatan yang mutlak dari Allah.

Bahwa Rencana Allah dan Providence of God berhubungan dengan segala sesuatu menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat secara mutlak!

Kata berdaulat dalam bahasa Inggris adalah sovereign, yang berasal dari bahasa Latin superanus (super = above, over). Dan dalam Kamus Webster diberikan definisi sebagai berikut tentang kata sovereign:

a) Above or superior to all others; chief; greatest; supreme (= Di atas atau lebih tinggi dari semua yang lain; pemimpin / kepala; terbesar; tertinggi).

b) supreme in power, rank, or authority (= tertinggi dalam kuasa, tingkat, atau otoritas).

c) of or holding the position of a ruler; royal; reigning (= mempunyai atau memegang posisi sebagai pemerintah; raja; bertahta).

d) independent of all others (= tidak tergantung pada semua yang lain).

Karena itu kalau kita percaya bahwa Allah itu berdaulat, maka kita juga harus percaya bahwa Ia menetapkan segala sesuatu, dan bahwa Ia melaksanakan ketetapanNya itu tanpa tergantung pada siapapun dan apapun di luar diriNya! Jelas adalah omong kosong kalau seseorang berbicara tentang kedaulatan Allah / mengakui kedaulatan Allah, tetapi tidak mempercayai bahwa Rencana Allah dan Providence of God itu mencakup segala sesuatu dalam arti kata yang mutlak!

Louis Berkhof: Reformed Theology stresses the sovereignty of God in virtue of which He has sovereignly determined from all eternity whatsoever will come to pass, and works His sovereign will in His entire creation, both natural and spiritual, according to His predetermined plan. It is in full agreement with Paul when he says that God worketh all things after the counsel of His will (Eph 1:11) [= Theologia Reformed menekankan kedaulatan Allah atas dasar mana Ia secara berdaulat telah menentukan dari sejak kekekalan apapun yang akan terjadi, dan mengerjakan kehendakNya yang berdaulat dalam seluruh ciptaanNya, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, menurut rencanaNya yang sudah ditentukan sebelumnya. Ini sesuai dengan Paulus pada waktu ia berkata bahwa Allah mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendakNya (Efesus 1:11)] - Systematic Theology, hal 100.

Charles Hodge: And as God is absolutely sovereign and independent, all his purposes must be determined from within or according to the counsel of his own will. They cannot be supposed to be contingent or suspended on the action of his creatures, or upon anything out of Himself (= Dan karena Allah itu berdaulat dan tak tergantung secara mutlak, semua rencanaNya harus ditentukan dari dalam atau menurut keputusan kehendakNya sendiri. Mereka tidak bisa dianggap sebagai kebetulan atau tergantung pada tindakan-tindakan dari makhluk-makhluk ciptaanNya, atau pada apapun di luar diriNya sendiri) - Systematic Theology, vol II, hal 320.

William G. T. Shedd: Whatever undecreed must be by hap-hazard and accident. If sin does not occur by the Divine purpose and permission, it occurs by chance. And if sin occurs by chance, the deity, as in the ancient pagan theologies, is limited and hampered by it. He is not God over all. Dualism is introduced into the theory of the universe. Evil is an independent and uncontrollable principle. God governs only in part. Sin with all its effects is beyond his sway. This dualism God condemns as error, in his words to Cyrus by Isaiah, I make peace and create evil; and in the words of Proverbs 16:4, The Lord hath made all things for himself; yea, even the wicked for the day of evil (= Apapun yang tidak ditetapkan pasti ada karena kebetulan. Jika dosa tidak terjadi karena rencana dan ijin ilahi, maka itu terjadi karena kebetulan. Dan jika dosa terjadi karena kebetulan, keilahian, seperti dalam teologi kafir kuno, dibatasi dan dirintangi olehnya. Ia bukanlah Allah atas segala sesuatu. Dualisme dimasukkan ke dalam teori alam semesta. Kejahatan merupakan suatu elemen hakiki yang tak tergantung dan tak terkontrol. Allah memerintah hanya sebagian. Dosa dengan semua akibatnya ada di luar kekuasaanNya. Dualisme seperti ini dikecam Allah sebagai salah, dalam kata-kata Yesaya kepada Koresy, Aku membuat damai dan men-ciptakan malapetaka / kejahatan; dan dalam kata-kata dari Amsal 16:4, Tuhan telah membuat segala sesuatu untuk diriNya sendiri; ya, bahkan orang jahat untuk hari malapetaka) - Calvinism: Pure & Mixed, hal 36.

Catatan: kata-kata Yesaya kepada Koresy itu diambil dari Yesaya 45:7 versi KJV. Demikian juga Amsal 16:4 diambil dan diterjemahkan dari KJV.

R. C. Sproul: That God in some sense foreordains whatever comes to pass is a necessary result of his sovereignty. ... everything that happens must at least happen by his permission. If he permits something, then he must decide to allow it. If He decides to allow something, then is a sense he is foreordaining it. ... To say that God foreordains all that comes to pass is simply to say that God is sovereign over his entire creation. If something could come to pass apart from his sovereign permission, then that which came to pass would frustrate his sovereignty. If God refused to permit something to happen and it happened anyway, then whatever caused it to happen would have more authority and power than God himself. If there is any part of creation outside of Gods sovereignty, then God is simply not sovereign. If God is not sovereign, then God is not God. ... Without sovereignty God cannot be God. If we reject divine sovereignty then we must embrace atheism (= Bahwa Allah dalam arti tertentu menentukan apapun yang akan terjadi merupakan akibat yang harus ada dari kedaulatanNya. ... segala sesuatu yang terjadi setidaknya harus terjadi karena ijinNya. Jika Ia mengijinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengijinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengijinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. ... Mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah itu berdaulat atas segala ciptaanNya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi di luar ijinNya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi kedaulatanNya. Jika Allah menolak untuk mengijinkan sesuatu dan hal itu tetap terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri. Jika ada bagian dari ciptaan berada di luar kedaulatan Allah, maka Allah itu tidak berdaulat. Jika Allah tidak berdaulat, maka Allah itu bukanlah Allah. ... Tanpa kedaulatan Allah tidak bisa menjadi / adalah Allah. Jika kita menolak kedaulatan ilahi, maka kita harus mempercayai atheisme) - ‘Chosen By God, hal 26-27.

Bagian terakhir kata-kata R. C. Sproul ini memang patut diperhatikan / dicamkan. Allah haruslah berdaulat, dan Allah yang tidak berdaulat, bukanlah Allah.

John Murray: to say that God is sovereign is but to affirm that God is one and that God is God (= mengatakan bahwa Allah itu berdaulat adalah sama dengan menegaskan bahwa Allah itu satu / esa dan bahwa Allah adalah Allah) - Collected Writings of John Murray, vol IV, hal 191.

Calvin (tentang Mazmur 10:4): “Whoever, therefore, refuse to admit that the world is subject to the providence of God, or do not believe that his hand is stretched forth from on high to govern it, do as much as in them lies to put an end to the existence of God” (= Karena itu, siapapun menolak untuk mengakui bahwa dunia / alam semesta tunduk kepada Providensia Allah, atau tidak percaya bahwa tanganNya diulurkan dari tempat tinggi untuk memerintahnya, melakukan sebanyak tergantung kepada mereka untuk mengakhiri keberadaan dari Allah).

Karena itulah maka menolak penetapan dan pengaturan ilahi atas segala sesuatu, adalah sama dengan menjadi atheis!

D) Rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) tidak terlepas dari sifat-sifat Allah, seperti kasih, bijaksana, dan suci.

Loraine Boettner: Although the sovereignty of God is universal and absolute, it is not the sovereignty of blind power. It is coupled with infinite wisdom, holiness and love. And this doctrine, when properly understood, is a most comforting and reassuring one. Who would not prefer to have his affairs in the hands of a God of infinite power, wisdom, holiness and love, rather than to have them left to fate, or chance, or irrevocable natural law, or to short-sighted and perverted self? Those who reject Gods sovereignty should consider what alternatives they have left (= Sekalipun kedaulatan Allah itu bersifat universal dan mutlak, tetapi itu bukanlah kedaulatan dari kuasa yang buta. Itu digabungkan dengan kebijak-sanaan, kekudusan dan kasih yang tidak terbatas. Dan doktrin ini, jika dimengerti dengan tepat, adalah doktrin yang paling menghibur dan menenteramkan. Siapa yang tidak lebih menghendaki perkaranya ada dalam tangan Allah yang mempunyai kuasa, kebijaksanaan, kekudusan dan kasih yang tidak terbatas, dari pada menyerahkannya pada nasib / takdir, atau kebetulan, atau hukum alam yang tidak bisa dibatalkan, atau pada diri sendiri yang cupet dan sesat? Mereka yang menolak kedaulatan Allah harus mempertimbangkan alternatif-alternatif lain yang ada) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 32.

IV. Providence dan dosa

Sebelum saudara membaca pelajaran ke IV ini, saya ingin memberikan peringatan, yaitu: jangan membaca pelajaran IV ini tanpa melanjutkan dengan membaca pelajaran ke V, yaitu tentang Providence dan kebebasan / tanggung jawab manusia, karena hanya mengerti dan menerima pelajaran

IV tanpa mengerti dan menerima pelajaran V, akan menjadikan saudara tersesat ke dalam pandangan Hyper-Calvinisme!

A) Rencana Allah dan dosa.

Bahwa dalam Rencana Allah juga tercakup dosa bisa terlihat dari:

1) Dalam pelajaran III, point A di atas sudah ditunjukkan bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, dan itu berarti termasuk dosa.

2) Rencana Allah tentang penebusan dosa oleh Kristus (1Petrus 1:19-20) menunjukkan adanya Rencana / penentuan terjadinya dosa, karena bahwa penebusan dosa sudah ditentukan, itu jelas menunjukkan bahwa:

a) Dosa manusia yang akan ditebus oleh Kristus itupun harus juga sudah ditentukan! Karena kalau tidak, bisa-bisa penebusan dosa itu tidak terjadi.

b) Pembunuhan / penyaliban yang dilakukan terhadap Kristus, yang jelas merupakan suatu dosa yang sangat hebat, jelas juga sudah ada dalam Rencana Allah.

Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.

Charles Hodge: The crucifixion of Christ was beyond doubt foreordained of God. It was, however, the greatest crime ever committed. It is therefore beyond all doubt the doctrine of the Bible that sin is foreordained (= Penyaliban Kristus tidak diragukan lagi ditentukan lebih dulu oleh Allah. Tetapi itu adalah tindakan kriminal terbesar yang pernah dilakukan. Karena itu tidak perlu diragukan lagi bahwa dosa ditentukan lebih dulu merupakan doktrin / ajaran dari Alkitab) - Systematic Theology, vol I, hal 544.

Charles Hodge: it is utterly irrational to contend that God cannot foreordain sin, if He foreordained (as no Christian doubts) the crucifixion of Christ [= adalah sama sekali tidak rasionil untuk berpendapat bahwa Allah tidak bisa menentukan dosa, jika Ia menentukan (seperti yang tidak ada orang kristen yang meragukan) penyaliban Kristus] - Systematic Theology, vol I, hal 547.

3) Dosa / kejatuhan Adam mempunyai 3 kemungkinan:

a) Adam ditentukan untuk tidak jatuh.

Kemungkinan ini harus dibuang, karena kalau Adam direncanakan untuk tidak jatuh, maka ia pasti tidak jatuh (ingat bahwa Rencana Allah tidak bisa gagal - lihat pelajaran II, point B,C di atas).

b) Allah tidak merencanakan apa-apa tentang hal itu.

Ini juga tidak mungkin karena kalau Allah mempunyai Rencana / kehendak tentang hal-hal yang remeh / tidak berarti seperti jatuhnya burung pipit ke bumi atau rontoknya rambut kita (bdk. Mat 10:29-30), bagaimana mungkin tentang hal yang begitu besar dan penting, yang menyangkut kejatuhan dari ciptaanNya yang tertinggi, Ia tidak mempunyai Rencana?

c) Allah memang merencanakan / menetapkan kejatuhan Adam ke dalam dosa.

Inilah satu-satunya kemungkinan yang tertinggal, dan inilah satu-satunya kemungkinan yang benar, dan ini menunjukkan bahwa dosa sudah ada dalam Rencana Allah.

Jerome Zanchius: That he fell in consequence of the Divine decree we prove thus: God was either willing that Adam should fall, or unwilling, or indifferent about it. If God was unwilling that Adam should transgress, how came it to pass that he did? ... Surely, If God had not willed the fall, He could, and no doubt would, have prevented it; but He did not prevent it: ergo, He willed it. And if he willed it, He certainly decreed it, for the decree of God is nothing else but the seal and ratification of His will. He does nothing but what He decreed, and He decreed nothing which He did not will, and both will and decree are absolutely eternal, though the execution of both be in time. The only way to evade the force of this reasoning is to say that God was indifferent and unconcerned whether man stood or fell. But in what a shameful, unworthy light does this represent the Deity! Is it possible for us to imagine that God could be an idle, careless spectator of one of the most important events that ever came to pass? Are not the very hairs of our head are numbered? Or does a sparrow fall to the ground without our heavenly Father? If, then, things the most trivial and worthless are subject to the appointment of His decree and the control of His providence, how much more is man, the masterpiece of this lower creation? (= Bahwa ia (Adam) jatuh sebagai akibat dari ketetapan ilahi kami buktikan demikian: Allah itu atau menghendaki Adam jatuh, atau tidak menghendaki, atau acuh tak acuh / tak peduli tentang hal itu. Jika Allah tidak menghendaki Adam melanggar, bagaimana mungkin ia melanggar? ... Tentu saja, jika Allah tidak menghendaki kejatuhan itu, Ia bisa, dan tidak diragukan Ia akan mencegahnya; tetapi Ia tidak mencegahnya: jadi, Ia menghendakinya. Dan jika Ia menghendakinya, Ia pasti menetapkannya, karena ketetapan Allah tidak lain adalah meterai dan pengesahan kehen-dakNya. Ia tidak melakukan apapun kecuali apa yang telah Ia tetapkan, dan Ia tidak menetapkan apapun yang tidak Ia kehendaki, dan baik kehendak maupun ketetapan adalah kekal secara mutlak, sekalipun pelaksanaan keduanya ada dalam waktu. Satu-satunya cara untuk menghindarkan kekuatan dari pemikiran ini adalah dengan mengatakan bahwa Allah bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli apakah manusia itu jatuh atau tetap berdiri. Tetapi alangkah memalukan dan tak berharganya terang seperti ini dalam menggambarkan Allah! Mungkinkah bagi kita untuk membayangkan bahwa Allah bisa menjadi penonton yang malas dan tak peduli terhadap salah satu peristiwa yang terpenting yang akan terjadi? Bukankah rambut kepala kita dihitung? Atau apakah seekor burung pipit jatuh ke tanah tanpa Bapa surgawi kita? Jika hal-hal yang paling remeh dan tak berharga tunduk pada penentuan ketetapanNya dan pada kontrol dari providensiaNya, betapa lebih lagi manusia, karya terbesar dari ciptaan yang lebih rendah ini?) - The Doctrine of Absolute Predestination, hal 88-89.

4) Mengingat bahwa boleh dikatakan semua tindakan manusia bersifat dosa / mengandung dosa, maka kalau dosa tidak tercakup dalam Rencana Allah, hanya sangat sedikit hal-hal yang tercakup dalam Rencana Allah.

Edwin H. Palmer: It is even Biblical to say that God has foreordained sin. If sin was outside the plan of God, then not a single important affair of life would be ruled by God. For what action of man is perfectly good? All of history would then be outside of Gods foreordination: the fall of Adam, the crucifixion of Christ, the conquest of the Roman Empire, the battle of Hastings, the Reformation, the French Revolution, Waterloo, the American Revolution, the Civil War, two World Wars, presidential assassinations, racial violence, and the rise and fall of nations (= Bahkan adalah sesuatu yang Alkitabiah untuk mengatakan bahwa Allah telah menentukan dosa lebih dulu. Jika dosa ada di luar rencana Allah, maka tidak ada satupun peristiwa kehidupan yang penting yang diperintah / dikuasai / diatur oleh Allah. Karena tindakan apa dari manusia yang baik secara sempurna? Seluruh sejarah juga akan ada di luar penentuan lebih dulu dari Allah: kejatuhan Adam, penyaliban Kristus, penaklukan kekaisaran Romawi, pertempuran Hastings, Reformasi, Revolusi Perancis, Waterloo, Revolusi Amerika, Perang saudara Amerika, kedua perang dunia, pembunuhan presiden, kejahatan / kekejaman rasial, dan bangkitnya dan jatuhnya bangsa-bangsa) - The Five Points of Calvinism, hal 82.

Edwin H. Palmer: If sin were outside of Gods decree, then very little would be included in this decree. All the great empires would have been outside of Gods eternal, determinative decrees, for they were built on greed, hate, and selfishness, not for the glory of the Triune God. Certainly the following rulers, who influenced world history and countless numbers of lives, did not carry out the expansion of their empires for the glory of God: Pharaoh, Nebuchadnezzar, Cyrus, Alexander the Great, Ghenghis Khan, Caesar, Nero, Charles V, Henry VIII, Napoleon, Bismarck, Hitler, Stalin, Hirohito. If sin were beyond the foreordination of God, then not only were these vast empires and their events outside Gods plan, but also all the little daily events of every non Christians are outside of Gods power. For whatever is not done to the glory of the Christian God and out of faith in Jesus Christ is sin. ... The acts of the Christian are not perfect - even after he is born again and Christ is living in him. Sin still clings to him; he is not perfect until he is in heaven. For example, he does not love God with all of his heart, mind, and soul, nor does he truly love his neighbor as himself. Even his most admirable deeds are colored by sin. ... if sin is outside the decree of God, then the vast percentage of human actions - both the trivial and the significant - are removed from Gods plan. Gods power is reduced to the forces of nature, such as spinning of the galaxies and the laws of gravity and entropy. Most of history is outside His control [= Seandainya dosa ada di luar ketetapan Allah, maka sangat sedikit yang termasuk dalam ketetapan ini. Semua kekaisaran yang besar akan ada di luar ketetapan Allah yang kekal dan bersifat menentukan, karena mereka dibangun pada keserakahan, kebencian, dan keegoisan, bukan untuk kemuliaan Allah Tritunggal. Pasti pemerintah-pemerintah di bawah ini, yang mempengaruhi sejarah dunia dan tak terhitung banyaknya jiwa, tidak melakukan perluasan kekaisaran mereka untuk kemuliaan Allah: Firaun, Nebukadnezar, Koresy, Alexander yang Agung, Jengggis Khan, (Yulius) Caesar, Nero, Charles V, Henry VIII, Napoleon, Bismarck, Hitler, Stalin, Hirohito. Seandainya dosa ada di luar penentuan lebih dulu dari Allah, maka bukan saja kekaisaran-kekaisaran yang luas ini dan semua peristiwa yang berhubungan dengan mereka ada di luar rencana Allah, tetapi juga semua peristiwa sehari-hari yang remeh dari setiap orang non Kristen ada di luar kuasa Allah. Karena apapun yang tidak dilakukan bagi kemuliaan Allah Kristen dan di luar iman dalam Yesus Kristus adalah dosa. ... Tindakan-tindakan dari orang Kristenpun tidak sempurna - bahkan setelah ia dilahirkan kembali dan Kristus hidup dalam dia. Dosa tetap melekat padanya; ia tidak sempurna sampai ia ada di surga. Misalnya, ia tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, dan jiwanya, juga ia tidak sungguh-sungguh mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Bahkan tindakan-tindakannya yang paling mengagumkan / terpuji diwarnai oleh dosa. ... jika dosa ada di luar ketetapan Allah, maka sebagian besar dari tindakan-tindakan manusia - baik yang remeh maupun yang penting - dikeluarkan dari rencana Allah. Kuasa Allah direndahkan sampai pada kekuatan-kekuatan alam, seperti menggerakkan galaxy dan hukum-hukum gravitasi dan entropi. Bagian terbesar dari sejarah ada di luar kontrolNya] - The Five Points of Calvinism, hal 97,98.

5) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan adanya dosa dalam Rencana Allah:

Kel 3:19 - Tetapi Aku tahu bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat.

Ul 31:16-21 - “(16) TUHAN berfirman kepada Musa: Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjianKu yang Kuikat dengan mereka. (17) Pada waktu itu murkaKu akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajahKu terhadap mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita? (18) Tetapi Aku akan menyembunyikan wajahKu sama sekali pada waktu itu, karena segala kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah berpaling kepada allah lain. (19) Oleh sebab itu tuliskanlah nyanyian ini dan ajarkanlah kepada orang Israel, letakkanlah di dalam mulut mereka, supaya nyanyian ini menjadi saksi bagiKu terhadap orang Israel. (20) Sebab Aku akan membawa mereka ke tanah yang Kujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka, yakni tanah yang berlimpah-limpah susu dan madunya; mereka akan makan dan kenyang dan menjadi gemuk, tetapi mereka akan berpaling kepada allah lain dan beribadah kepadanya. Aku ini akan dinista mereka dan perjanjianKu akan diingkari mereka. (21) Maka apabila banyak kali mereka ditimpa malapetaka serta kesusahan, maka nyanyian ini akan menjadi kesaksian terhadap mereka, sebab nyanyian ini akan tetap melekat pada bibir keturunan mereka. Sebab Aku tahu niat yang dikandung mereka pada hari ini, sebelum Aku membawa mereka ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada mereka..

2Sam 12:11-12 - “(11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan (Bdk. 2Sam 16:22).

Ini menunjukkan bahwa dosa terkutuk Absalom, dimana ia meniduri istri-istri Daud / ayahnya, adalah sesuatu yang sudah ditentukan sebelumnya.

2Raja 8:11-13 - “(11) Elisa menatap dengan lama ke depan, lalu menangislah abdi Allah itu. (12) Hazael berkata: Mengapa tuanku menangis? Jawab Elisa: Sebab aku tahu bagaimana malapetaka yang akan kaulakukan kepada orang Israel: kotanya yang berkubu akan kaucampakkan ke dalam api, terunanya akan kaubunuh dengan pedang, bayinya akan kauremukkan dan perempuannya yang mengandung akan kaubelah. (13) Sesudah itu berkatalah Hazael: Tetapi apakah hambamu ini, yang tidak lain dari anjing saja, sehingga ia dapat melakukan hal sehebat itu? Jawab Elisa: TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa engkau akan menjadi raja atas Aram..

Ini menunjukkan bahwa kekejaman Hazael sudah ditentukan sebelumnya.

Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?. Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku!. (9) Kemudian firmanNya: Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh. (Bdk. Mat 13:13-15 / Mark 4:12 / Luk 8:10 Yoh 12:40 Kis 28:26-27).

Ini menunjukkan bahwa Allah sudah menentukan bahwa Yehuda akan menolak Firman Tuhan yang akan disampaikan oleh Yesaya, dan Allah juga sudah menentukan bahwa orang-orang Yahudi akan menolak Kristus.

Daniel 11:36 - Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi”.

Ini menunjukkan bahwa dosa dari raja ini, dimana ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah, dan akan mengucapkan kata-kata tak senonoh terhadap Allah, sudah ditetapkan, dan karena itu pasti akan terjadi.

Hab 1:12 - Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa”.

Biarpun penindasan yang dilakukan oleh orang Kasdim terhadap orang Israel / Yehuda merupakan hukuman Tuhan bagi mereka, tetapi itu tetap merupakan suatu dosa. Tetapi ayat ini mengatakan bahwa hal itu ditetapkan / ditentukan oleh Tuhan!

Mat 18:7 - Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya!.

Ini menunjukkan bahwa penyesatan harus ada. Ini jelas adalah dosa, tetapi ini telah ditetapkan oleh Allah.

Mat 24:5,10-12,24 - “(5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. ... (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (12) Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

Ini menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu dan Mesias-mesias palsu pasti akan ada, dan juga pasti banyak orang akan mengikut mereka.

Mat 26:31,33-35 - “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. ... (33) Petrus menjawabNya: Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak. (34) Yesus berkata kepadanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. (35) Kata Petrus kepadaNya: Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau. Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.

Larinya murid-murid meninggalkan Yesus, dan penyangkalan Petrus sebanyak 3 x sudah ditentukan sebelumnya. Bagaimanapun kerasnya keinginan Petrus dan murid-murid yang lain untuk menolak terjadinya hal itu, akhirnya hal itu tetap terjadi.

Lukas 17:25 - Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.

Perhatikan kata harus di sini. Penolakan dan penyiksaan terhadap Yesus itu harus terjadi.

Lukas 22:22 - Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan.

Ayat ini menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus, yang jelas adalah suatu dosa, telah ditetapkan oleh Allah.

Kis 2:23 - Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Kis 3:18 - Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.

Ayat-ayat di atas ini menunjukkan bahwa pembunuhan terhadap Kristus (ini adalah dosa yang paling terkutuk) sudah ditentukan sejak semula. Perhatikan khususnya kata-kata menurut maksud dan rencanaNya dalam Kis 2:23, dan juga kata tentukan dalam Kis 4:28. Jelas ini bukan sekedar menunjuk pada foreknowledge (= pengetahuan lebih dulu) dari Allah, tetapi menunjuk pada foreordination (= penetapan lebih dulu) dari Allah.

1Tim 4:1 - Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan.

Ini menunjukkan bahwa orang-orang akan murtad dan mengikuti ajaran-ajaran sesat sudah ditentukan sebelumnya.

2Tim 3:1-5a - “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5a) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.

Ini menunjukkan bahwa kebrengsekan orang-orang pada akhir jaman sudah ditetapkan dan pasti akan terjadi.

2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Ini menunjukkan bahwa kebrengsekan dari orang-orang kristen KTP ini, yang tidak mau mendengar kebenaran, tetapi mencari ajaran yang menyenangkan telinganya, sudah ditentukan pasti akan terjadi.

Wahyu 6:11 - Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.

Istilah genap menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh sudah ditentukan.

Kalau saudara membaca ayat-ayat di atas ini, mungkin saudara mengatakan bahwa ayat-ayat di atas itu hanya menunjukkan bahwa Allah mengetahui lebih dulu akan adanya dosa atau Allah menubuatkan adanya dosa, tetapi Allah tidak menentukan adanya dosa. Untuk menjawab ini perhatikan beberapa hal di bawah ini:

a) Sekalipun bisa diartikan bahwa sebagian dari ayat-ayat di atas memang cuma menunjukkan bahwa Allah hanya mengetahui lebih dulu atau menubuatkan dosa, tetapi sebagian yang lain yaitu Daniel 11:36 Luk 22:22 Kis 2:23 Kis 4:27-28 secara explicit / jelas menunjukkan bahwa Allah menetapkan dosa, karena ayat-ayat itu menggunakan istilah-istilah:

ditetapkan (Daniel 11:36).

ditetapkan (Luk 22:22).

menurut maksud dan rencanaNya (Kis 2:23).

segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu (Kis 4:28).

b) Kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu hal tertentu, itu disebabkan karena Ia sudah lebih dulu menentukan terjadinya hal itu.

Ini terlihat dari:

perbandingan Mat 26:24 dengan Luk 22:22.

Mat 26:24 - Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.

Luk 22:22 - Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan.

Kedua ayat ini paralel dan sama-sama berbicara tentang pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan bahwa hal itu sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Luk 22:22 mengatakan bahwa hal itu terjadi seperti yang telah ditetapkan, yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam kekekalan.

perbandingan Kis 2:23 Kis 3:18 dan Kis 4:27-28.

Kis 2:23 - Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Kis 3:18 - Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.

Semua ayat di atas ini berbicara tentang penderitaan / penyaliban yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu terjadi menggenapi apa yang telah difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Kis 2:23 mengatakan bahwa hal itu terjadi menurut maksud dan rencanaNya dan Kis 4:28 mengatakan bahwa hal itu terjadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu, yang jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah dalam kekekalan.

Yes 44:26a - Akulah yang menguatkan perkataan hamba-hambaKu dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusanKu.

Perhatikan bahwa apa yang diberitakan (dinubuatkan) oleh utusan-utusan Tuhan itu adalah keputusan dari Tuhan.

Yesaya 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.

Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a dikatakan bahwa Tuhan memberitahukan, tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah keputusanKu, kehendakKu, dan putusanKu. Selanjutnya Yes 46:11b terdiri dari 2 kalimat paralel yang sebetulnya memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama meng-gunakan istilah mengatakannya, yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan istilah merencanakannya, yang jelas menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.

Yeremia 4:28 - Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.

Ayat ini baru mengatakan Aku telah mengatakannya dan lalu langsung menyambungnya dengan Aku telah merancangnya. Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah merancang / merencanakannya.

Amos 3:7 - Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi.

Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh nabi-nabi itu) adalah keputusanNya [NIV: his plan (= rencanaNya)].

Rat 2:17a - TUHAN telah menjalankan yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya”.

Bagian akhir dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan melaksanakan yang difirmankanNya / dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya. Jelas bahwa apa yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.

Rat 3:37 - Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?.

NIV: Who can speak and have it happen if the Lord has not decreed it (= Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jika Tuhan tidak menetapkannya?).

Ini jelas menunjukkan bahwa tidak ada nabi atau siapapun juga yang bisa menubuatkan apapun kecuali Tuhan lebih dulu menetapkan hal itu.

Yes 28:22b - sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu.

NIV: The Lord, the LORD Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land (= Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang telah ditetapkan terhadap seluruh negeri itu).

Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran yang oleh Tuhan diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya, merupakan ketetapan Allah (decree of God).

Jadi, kalau dalam Kitab Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu lebih dulu bahwa hal itu akan terjadi (foreknowledge) dan lalu memberitahukan hal itu kepada manusia, tetapi itu berarti bahwa Allah sudah menetapkan lebih dulu akan hal itu (foreordination) dan lalu memberitahukan ketentuan / rencanaNya itu kepada manusia! Dengan demikian jelas bahwa ayat-ayat diatas yang seakan-akan hanya memberitahukan akan adanya dosa-dosa tertentu, sebetulnya menunjukkan bahwa dosa-dosa tertentu itu sudah ditetapkan dan karenanya harus terjadi!

6) Penentuan dosa sejalan dengan doktrin-doktrin Reformed yang lain, seperti:

a) Election / pemilihan (Roma 9:6-24 Ef 1:4,5,11 1Tesalonika 5:9 2Tesalonika 2:13 2Timotius 1:9), karena manusia dipilih untuk diselamatkan dari dosa.

b) Reprobation / penentuan binasa (Amsal 16:4 Yohanes 17:12 Ro 9:13,17-18,21-22 1Petrus 2:8 Yudas 4), yang jelas mensyaratkan penetapan dosa dalam kehidupan orang-orang yang ditentukan untuk binasa itu.

c) Infralapsarianisme maupun Supralapsarianisme, yang sama-sama percaya adanya penetapan dosa.

Catatan: kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang Election (Pemilihan), Reprobation (penetapan binasa), Infralapsarianisme dan Supra-lapsarianisme, bacalah buku saya yang berjudul Calvinisme Yang Difitnah, jilid II.

Jika saudara adalah orang yang mengaku sebagai orang Reformed, tetapi saudara tidak percaya bahwa Allah menetapkan dosa, maka renungkanlah hal-hal di atas ini! Ketidakpercayaan saudara akan penetapan dosa bertentangan dengan kepercayaan saudara terhadap doktrin-doktrin Reformed yang lain yang saya sebutkan di atas! Dan kalau doktrin-doktrin tersebut juga tidak saudara percayai, maka saudara jelas sama sekali bukan orang Reformed! Jadi, jangan berdusta dengan mengatakan bahwa saudara adalah orang Reformed!

B) Terjadinya dosa.

1) Dalam hal ini Allah bekerja secara pasif.

Dalam terjadinya hal-hal yang baik, Allah bekerja secara aktif. Dengan kasih karuniaNya, Allah mengekang / menahan manusia sehingga tidak berbuat dosa. Tetapi dalam terjadinya dosa, Allah bekerja secara pasif. Ia mengangkat kasih karuniaNya itu, dan dosapun terjadi. Perhatikan:

a) Istilah Allah menyerahkan dalam Ro 1:24,26,28.

Bdk. Mazmur 81:12-13 - (12) Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!.

Ini menunjukkan bahwa Allah mencabut kasih karuniaNya yang tadinya menahan manusia untuk berbuat dosa, sehingga dosapun terjadi.

b) Kis 14:16 - Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing.

c) Yes 64:7b - sebab Engkau menyembunyikan wajahMu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami”.

Jadi, penyembunyian wajah Allah itu boleh dikatakan diidentikkan atau menyebabkan kita dikuasai oleh dosa. Tetapi ayat ini diterjemahkan dalam 2 versi. RSV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, tetapi KJV/NIV berbeda.

RSV: for thou hast hid thy face from us, and hast delivered us into the hand of our iniquities (= sebab Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menyerahkan kami ke dalam tangan dari kejahatan-kejahatan kami).

NASB: ‘For Thou hast hidden Thy face from us, And hast delivered us into the power of our iniquities (= Sebab Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, Dan telah menyerahkan kami ke dalam kuasa dari kejahatan-kejahatan kami).

KJV: for thou hast hid thy face from us, and hast consumed us, because of our iniquities (= karena Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menghabiskan kami, karena kejahatan-kejahatan kami).

NIV: ‘for you have hidden your face from us and made us waste away because of our sins’ (= karena Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami dan membuat kami merana karena dosa-dosa kami).

Catatan: Kitab Suci sering menyatakan Allah bekerja secara aktif dalam terjadinya dosa. Untuk ini lihat penjelasannya pada point no 2a di bawah.

Calvin: after his light is removed, nothing but darkness and blindness remains. When his Spirit is taken away, our hearts harden into stones. When his guidance ceases, they are wrenched into crookedness. Thus it is properly said that he blinds, hardens, and bends those whom he has deprived of the power of seeing, obeying, and rightly following (= setelah terangNya disingkirkan, tidak ada sesuatu kecuali kegelapan dan kebutaan yang tertinggal. Pada waktu RohNya diambil, hati kita mengeras menjadi batu. Pada waktu bimbinganNya berhenti, mereka dipelintir sehingga menjadi bengkok. Dengan demikian bisa dikatakan secara benar bahwa Ia membutakan, mengeraskan hati, dan membengkokkan mereka dari siapa Ia mencabut / menghilangkan kuasa untuk melihat, mentaati dan mengikut dengan benar) - Institutes of the Christian Religion, Book II, Chapter IV, No 3.

2) Allah sebagai first cause (= penyebab pertama) menggunakan second causes (= penyebab-penyebab kedua) sehingga dosa terjadi sesuai dengan rencanaNya.

a) Allah sebagai first cause (= penyebab pertama).

Allah merupakan first cause dari segala sesuatu (termasuk dosa) karena Ialah yang menetapkan / merencanakan segala sesuatu dan mengatur pelaksanaan seluruh rencanaNya itu. Karena Allah adalah first cause dari segala sesuatu inilah maka Allah sering digambarkan seakan-akan Ia adalah pelaku langsung / aktif dari sesuatu yang dalam faktanya tidak Ia lakukan secara langsung / aktif. Misalnya:

1. Allah menyuruh Yusuf ke Mesir (Kej 45:5,7,8 bdk. Mazmur 105:17).

2. Allah mengeraskan hati Firaun (Kel 4:21b 7:3 9:12 10:1,20,27 11:10).

3. Ayub mengatakan bahwa Tuhanlah yang mengambil harta dan anak-anaknya (Ayub 1:21).

4. Daud mengatakan bahwa Tuhanlah yang menyuruh Simei mengutukinya (2Sam 16:10-11).

5. Tuhan menghasut Daud untuk mengadakan sensus (2Sam 24:1).

Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena kalau saya membangun sebuah rumah, sekalipun saya membangun rumah itu menggunakan orang lain (pemborong, kuli dsb) dan tidak membangunnya sendiri, saya tetap bisa berkata bahwa sayalah yang membangun rumah.

b) Allah menggunakan second causes (= penyebab-penyebab kedua).

Dalam terjadinya dosa, Allah tidak bertindak langsung / aktif, tetapi menggunakan second causes (= penyebab-penyebab kedua). Yang bisa dijadikan sebagai second cause, adalah:

1. Setan.

Tentang Firaun yang dikeraskan hatinya oleh Allah, Calvin berkata: Did he harden it by not softening it? This is indeed true, but he did something more. He turned Pharaoh over to Satan to be confirmed in the obstinacy of his breast (= Apakah Ia mengeraskannya dengan tidak melunakkannya? Ini memang benar, tetapi Ia melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Ia menyerahkan Firaun kepada Setan untuk diteguhkan dalam kekerasan hatinya) - Institutes of the Christian Religion, Book II, Chapter IV, No 4.

Contoh:

Ayub 1:15,17 - Di sini Allah menggunakan setan untuk menggoda orang-orang Syeba dan Kasdim sehingga mereka berbuat dosa dengan merampok harta Ayub.

1Sam 16:14 18:10 19:9 - roh jahat dari pada Tuhan.

Calvin: One passage will however be enough to show that Satan intervenes to stir up the reprobate whenever the Lord by his providence destines them to one end or another. For in Samuel it is often said that an evil spirit of the Lord and an evil spirit from the Lord has either seized or departed from Saul (1Sam. 16:14; 18:10; 19:9). It is unlawful to refer this to the Holy Spirit. Therefore, the impure spirit is called spirit of God because it responds to his will and power, and acts rather as Gods instrument than by itself as the author [= Satu text akan cukup untuk menunjukkan bahwa Setan campur tangan untuk menghasut orang yang ditentukan untuk binasa kapanpun Tuhan oleh providensiaNya menentukan mereka ke suatu titik tertentu. Karena dalam kitab Samuel sering dikatakan bahwa roh jahat dari pada Tuhan dan roh jahat dari Tuhan telah mencekam / menguasai atau meninggalkan Saul (1Sam 16:14; 18:10; 19:9). Ini tidak boleh diartikan untuk menunjuk kepada Roh Kudus. Karena itu, roh yang kotor / najis itu disebut roh dari Allah karena roh itu menanggapi kehendak dan kuasaNya, dan bertindak lebih sebagai alat Allah dari pada dari dirinya sendiri] - Institutes of the Christian Religion, Book II, Chapter IV, No 5.

1Raja 22:19-23 - Di sini Allah menggunakan setan / roh jahat untuk menggoda nabi-nabi palsu sehingga nabi-nabi palsu itu mengeluarkan suatu dusta.

2Sam 24:1 - Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firmanNya: Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda..

1Taw 21:1 - Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel.

Kedua ayat di atas ini paralel, dan sama-sama berbicara tentang dosa Daud yang dalam kesombongannya melakukan sensus, tetapi 2Sam 24:1 mengatakan bahwa Tuhan yang menghasut Daud untuk melakukan hal itu, sedangkan 1Taw 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang membujuk Daud melakukan hal itu. Apakah kedua ayat ini bertentangan? Bagi orang yang menolak doktrin Reformed ini maka kedua ayat ini pasti bertentangan dan tidak bisa diharmoniskan. Tetapi bagi orang Reformed yang sejati, kedua ayat ini tidak menimbulkan problem. 2Sam 24:1 mengatakan bahwa Allahlah yang menghasut Daud, untuk menunjukkan bahwa Allah adalah first cause (= penyebab pertama) dari peristiwa itu; sedangkan 1Taw 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang membujuk Daud, karena Allah memakainya sebagai second cause (= penyebab kedua) untuk menjatuhkan Daud ke dalam dosa sesuai dengan rencanaNya.

2. Manusia.

Contoh:

1Raja 22:19-23 - di sini Tuhan menggunakan nabi-nabi palsu untuk mendustai Ahab sehingga ia melakukan sesuatu yang salah yaitu berperang, dan akhirnya mati dalam peperangan itu.

Mat 24:4-5 - Tuhan menggunakan penyesat / nabi palsu untuk menyesatkan banyak orang.

Kedua point di atas (Allah bekerja secara pasif & adanya penggunaan second causes) menyebabkan Allah bukanlah pencipta dosa (God is not the author of sin).

Dalam tafsirannya tentang Kej 50:20 Calvin mengatakan sebagai berikut: This truly must be generally agreed, that nothing is done without his will; because he both governs the counsels of men, and sways their wills and turns their efforts at his pleasure, and regulates all events: but if men undertake anything right and just, he so actuates and moves them inwardly by his Spirit, that whatever is good in them, may justly be said to be received from him: but if Satan and ungodly men rage, he acts by their hands in such an inexpressible manner, that the wickedness of the deed belong to them, and the blame of it is imputed to them. For they are not induced to sin, as the faithful are to act aright, by the impulse of the Spirit, but they are the authors of their own evil, and follow Satan as their leader (= Ini harus disetujui secara umum, bahwa tidak ada apapun dilakukan tanpa kehendakNya; karena Ia memerintah rencana manusia, dan mengubah kehendak mereka dan membelokkan usaha mereka sesuai dengan kesenanganNya, dan mengatur semua peristiwa / kejadian: tetapi jika manusia melakukan apapun yang baik dan benar, Ia menjalankan dan menggerakkan mereka dari dalam oleh RohNya, sehingga apapun yang baik dalam mereka, bisa dengan benar dikatakan diterima dari Dia: tetapi jika Setan dan orang-orang jahat marah, Ia bertindak oleh tangan mereka dalam suatu cara yang tak terkatakan, sehingga kejahatan dari tindakan itu hanya menjadi milik mereka, dan kesalahan dari tindakan itu diperhitungkan kepada mereka. Karena mereka tidak dibujuk kepada dosa, seperti orang yang setia pada waktu melakukan hal yang benar, oleh dorongan Roh, tetapi mereka adalah pencipta dari kejahatan mereka sendiri, dan mengikuti Setan sebagai pemimpin mereka) - hal 488.

3) Istilah Allah mengijinkan.

a) Kesia-siaan penggunaan istilah ini untuk melindungi kesucian Allah.

Banyak orang senang menggunakan istilah ini untuk melindungi kesucian Allah. Mereka berpikir bahwa kalau Allah menentukan dosa maka Allah sendiri berdosa / tidak suci. Tetapi kalau Allah hanya mengijinkan terjadinya dosa, maka Allah tidak bersalah dan tetap suci. Tetapi ini salah karena kalau penentuan Allah tentang terjadinya dosa dianggap sebagai dosa, maka pemberian ijin dari Allah sehingga dosa terjadi juga harus dianggap sebagai dosa, yaitu dosa pasif. Sama halnya kalau saya membunuh orang, maka itu adalah dosa (dosa aktif). Tetapi kalau saya membiarkan / mengijinkan seseorang bunuh diri, padahal saya bisa mencegahnya, maka saya juga berdosa (dosa pasif) - bdk. Yak 4:17!

Herman Hoeksema: Nor must we, in regard to the sinful deeds of men and devils, speak only of Gods permission in distinction from His determination. Holy Scripture speaks a far more positive language. We realize, of course, that the motive for speaking Gods permission rather than of His predetermined will in regard to sin and the evil deeds of men is that God may never be presented as the author of sin. But this purpose is not reached by speaking of Gods permission or His permissive will: for if the Almighty permits what He could just as well have prevented, it is from an ethical viewpoint the same as if He had committed it Himself. But in this way we lose God and His sovereignty: for permission presupposes the idea that there is a power without God that can produce and do something apart from Him, but which is simply permitted by God to act and operate. This is dualism, and it annihilates the complete and absolute sovereignty of God. And therefore we must maintain that also sin and all the wicked deeds of men and angels have a place in the counsel of God, in the counsel of His will. Thus it is taught by the Word of God (= Juga kita tidak boleh, berkenaan dengan tindakan-tindakan berdosa dari manusia dan setan, berbicara hanya tentang ijin Allah dan membedakannya dengan penentuan / penetapanNya. Kitab Suci berbicara dengan suatu bahasa yang jauh lebih positif. Tentu saja kita menyadari bahwa motivasi untuk menggunakan istilah ijin Allah dari pada kehendakNya yang sudah ditetapkan lebih dulu berkenaan dengan dosa dan tindakan-tindakan jahat dari manusia adalah supaya Allah tidak pernah dinyatakan sebagai pencipta dosa. Tetapi tujuan ini tidak tercapai dengan menggunakan ijin Allah atau kehendak yang mengijinkan dari Allah: karena jika Yang Maha Kuasa mengijinkan apa yang bisa Ia cegah, dari sudut pandang etika itu adalah sama seperti jika Ia melakukan hal itu sendiri. Tetapi dengan cara ini kita kehilangan Allah dan kedaulatanNya: karena ijin mensyaratkan suatu gagasan bahwa ada suatu kekuatan di luar Allah yang bisa menghasilkan dan melakukan sesuatu terpisah dari Dia, tetapi yang diijinkan oleh Allah untuk bertindak dan beroperasi. Ini merupakan dualisme, dan ini menghapuskan kedaulatan Allah yang lengkap dan mutlak. Dan karena itu kita harus mempertahankan bahwa juga dosa dan semua tindakan-tindakan jahat dari manusia dan malaikat mempunyai tempat dalam rencana Allah, dalam keputusan kehendakNya. Demikianlah diajarkan oleh Firman Allah) - Reformed Dogmatics, hal 158.

b) Istilah Allah mengijinkan boleh digunakan, tetapi artinya harus benar. Ini tidak berarti bahwa sebetulnya Allah merencanakan seseorang berbuat baik / tidak berbuat dosa, tetapi karena orangnya memaksa berbuat dosa, maka Allah mengijinkan. Kalau diartikan seperti ini, maka itu berarti bahwa Rencana Allah sudah gagal, dan ini bertentangan dengan pelajaran II, point B dan C di atas. Allah mengijinkan berarti bahwa Allah bekerja secara pasif dan Ia menggunakan second causes, tetapi dosa yang diijinkan itu pasti terjadi, persis sesuai dengan Rencana Allah! Jadi digunakannya istilah Allah mengijinkan hanyalah karena dalam pelaksanaannya Allah bekerja secara pasif dan Allah menggunakan second causes.

Louis Berkhof: It is customary to speak of the decree of God respecting moral evil as permissive. By His decree God rendered the sinful actions of man infallibly certain without deciding to effectuate them by acting immediately upon and in the finite will. This means that God does not positively work in man both to will and to do, when man goes contrary to His revealed will. It should be carefully noted, however, that this permissive decree does not imply a passive permission of something which is not under the control of the divine will. It is a decree which renders the future sinful acts absolutely certain, but in which God determines (a) not to hinder the sinful self-determination of the finite will; and (b) to regulate and control the result of this sinful self-determination [= Merupakan kebiasaan untuk berbicara tentang ketetapan Allah berkenaan dengan kejahatan moral sebagai bersifat mengijinkan. Oleh ketetapanNya Allah membuat tindakan-tindakan berdosa dari manusia menjadi pasti tanpa menetapkan untuk menyebabkan mereka terjadi dengan bertindak langsung dan bertindak dalam kehendak terbatas (kehendak manusia) itu. Ini berarti bahwa Allah tidak secara positif bekerja dalam manusia baik untuk menghendaki dan untuk melakukan, pada waktu manusia berjalan bertentangan dengan kehendakNya yang dinyatakan. Tetapi harus diperhatikan baik-baik bahwa ketetapan yang bersifat mengijinkan tidak berarti suatu ijin pasif dari sesuatu yang tidak ada di bawah kontrol dari kehendak ilahi. Itu merupakan suatu ketetapan yang membuat tindakan berdosa yang akan datang itu pasti secara mutlak, tetapi dalam mana Allah menentukan (a) untuk tidak menghalangi keputusan yang berdosa yang dilakukan sendiri oleh kehendak terbatas / kehendak manusia; dan (b) untuk mengatur dan mengontrol akibat / hasil dari keputusan berdosa ini] - Systematic Theology, hal 105.

William G. T. Shedd: When God executes his decree that Saul of Tarsus shall be a vessel of mercy, he works efficiently within him by his Holy Spirit to will and to do. When God executes his decree that Judas Iscariot shall be a vessel of wrath fitted for destruction, he does not work efficiently within him to will and to do, but permissively in the way of allowing him to have his own wicked will. He decides not to restrain him or to regenerate him, but to leave him to his own obstinate and rebellious inclination and purpose; and accordingly the Son of man goeth, as it was determined, but woe unto that man by whom he is betrayed (Luke 22:22; Acts 2:23). The two Divine methods in the two cases are plainly different, but the perdition of Judas was as much foreordained and free from chance, as the conversion of Saul [= Pada waktu Allah melaksanakan ketetapanNya bahwa Saulus dari Tarsus akan menjadi bejana / benda belas kasihan, Ia bekerja secara efisien di dalamnya dengan Roh KudusNya untuk mau / menghendaki dan untuk melakukan. Pada waktu Allah melaksanakan ketetapanNya bahwa Yudas Iskariot akan menjadi bejana kemurkaan yang cocok untuk kehancuran / benda kemurkaan yang telah dipersiapkan untuk kebinasaan, Ia tidak bekerja secara efisien dalam dirinya untuk mau / menghendaki dan untuk melakukan, tetapi dengan cara mengijinkan dia mempunyai kehendak jahatnya sendiri. Ia memutuskan untuk tidak mengekang dia atau melahirbarukan dia, tetapi membiarkan dia pada kecondongan dan rencananya sendiri yang keras kepala dan bersifat memberontak; dan karena itu Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan (Luk 22:22; Kis 2:23). Kedua metode ilahi dalam kedua kasus ini jelas berbeda, tetapi kebinasaan Yudas ditentukan lebih dulu dan bebas dari kebetulan, sama seperti pertobatan Saulus] - Calvinism: Pure & Mixed, hal 31.

c) Komentar-komentar Calvin yang menyerang istilah Allah mengijinkan.

Calvin: God wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to this end; he is sent, with a definite command, to be a lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be Gods judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would be ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be done, and not also to decree it and to command its execution by his ministers [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang sekedar ijin hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya] - Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter XVIII, no 1.

Calvin: Those who are moderately versed in the Scriptures see that for the sake of brevity I have put forward only a few of many testimonies. Yet from these it is more than evident that they babble and talk absurdly who, in place of Gods providence, substitute bare permission - as if God sat in a watchtower awaiting chance events, and his judgments thus depended upon human will(= Mereka yang betul-betul mengetahui Kitab Suci melihat bahwa untuk singkatnya saya hanya memberikan sedikit dari banyak kesaksian. Tetapi dari kesaksian-kesaksian ini adalah lebih dari jelas bahwa mereka mengoceh dan berbicara secara menggelikan yang, menggantikan providensia Allah dengan sekedar ijin - seakan-akan Allah duduk di menara pengawal menunggu kejadian-kejadian yang terjadi secara kebetulan, dan dengan demikian penghakimanNya tergantung pada kehendak manusia) - Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter XVIII, no 1.

C) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan hubungan Providence dan dosa.

Ada sangat banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan hubungan Providence dan dosa, seperti:

Kej 45:5-8 - (5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.

Khususnya perhatikan kata-kata Allah menyuruh aku mendahului kamu (ay 5,7) dan bukan kamu yang menyuruh aku ke sini tetapi Allah (ay 8). Bdk. Maz 105:17 - ‘diutusNyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual sebagai budak.

Semua ini menunjukkan bahwa penjualan Yusuf ke Mesir, yang jelas adalah suatu dosa, merupakan pekerjaan Allah, yang melakukan semua itu untuk melaksanakan rencana tertentu.

Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin berkata:

Good men are ashamed to confess, that what men undertake cannot be accomplished except by the will of God; fearing lest unbridled tongues should cry out immediately, either that God is the author of sin, or that wicked men are not to be accused of crime, seeing they fulfil the counsel of God. But although this sacrilegious fury cannot be effectually rebutted, it may suffice that we hold it in detestation. Meanwhile, it is right to maintain, what is declared by the clear testimonies of Scripture, that whatever men may contrive, yet, amidst all their tumult, God from heaven overrules their counsels and attempts; and, in short, does, by their hands, what he himself decreed (= Orang-orang saleh malu mengakui, bahwa apa yang manusia lakukan tidak bisa tercapai kecuali oleh kehendak Allah; karena mereka takut bahwa lidah-lidah yang tidak dikekang akan segera berteriak, bahwa Allah adalah pencipta dosa, atau bahwa orang jahat tak boleh dituduh karena kejahatannya, mengingat mereka menggenapi rencana Allah. Tetapi sekalipun kemarahan yang tidak senonoh ini tidak bisa dibantah secara efektif, cukuplah kalau kita menganggapnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Sementara itu, adalah benar untuk mempertahankan, apa yang dinyatakan oleh kesaksian yang jelas dari Kitab Suci, bahwa apapun yang manusia usahakan / rencanakan, di tengah-tengah segala keributan mereka, Allah dari surga menguasai rencana dan usaha mereka, dan, singkatnya, melakukan dengan tangan mereka apa yang Ia sendiri tetapkan).

Calvin melanjutkan dengan berkata: Good men, who fear to expose the justice of God to the calumnies of the impious, resort to this distinction, that God wills some things, but permits others to be done. As if, truly, any degree of liberty of action, were he to cease from governing, would be left to men. If he had only permitted Joseph to be carried into Egypt, he had not ordained him to be the minister of deliverance to his father Jacob and his sons; which he is now expressly declared to have done. Away, then, with that vain figment, that, by the permission of God only, and not by his counsel or will, those evils are committed which he afterwards turns to a good account (= Orang-orang saleh, yang takut membuka keadilan Allah terhadap fitnahan dari orang-orang jahat, memutuskan untuk mengadakan pembedaan ini, yaitu bahwa Allah menghendaki beberapa hal, tetapi mengijinkan hal-hal yang lain untuk dilakukan. Seakan-akan Ia berhenti dari tindakan memerintah, dan memberikan kebebasan bertindak tertentu kepada manusia. Jika Ia hanya mengijinkan Yusuf untuk dibawa ke Mesir, Ia tidak menetapkannya untuk menjadi pembebas bagi ayahnya Yakub dan anak-anaknya; yang dinyatakan secara jelas telah dilakukanNya. Maka singkirkanlah isapan jempol yang sia-sia yang mengatakan bahwa hanya karena ijin Allah, dan bukan karena rencana atau kehendakNya, hal-hal yang jahat itu dilakukan, yang setelah itu Ia balikkan menjadi sesuatu yang baik).

Kej 50:20 - Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Ini secara explicit menunjukkan bahwa sekalipun saudara-saudara Yusuf mereka-rekakan / memaksudkan yang jahat terhadap Yusuf, tetapi Allah telah mereka-rekakannya / memaksudkannya untuk kebaikan! Jadi, jelas bahwa Allah bekerja menggunakan dosa dari saudara-saudara Yusuf demi kebaikan Yusuf / Israel.

Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin berkata:

The selling of Joseph was a crime detestable for its cruelty and perfidy; yet he was not sold except by the decree of heaven. For neither did God merely remain at rest, and by conniving for a time, let loose the reins of human malice, in order that afterwards he might make use of this occasion; but, at his own will, he appointed the order of acting which he intended to be fixed and certain. Thus we may say with truth and propriety, that Joseph was sold by the wicked consent of his brethren, and by the secret providence of God (= Penjualan terhadap Yusuf adalah suatu kejahatan yang menjijikkan karena kekejaman dan pengkhianatannya; tetapi ia tidak dijual kecuali oleh ketetapan dari surga. Karena Allah bukannya semata-mata berdiam diri, dan sambil menutup mata / pura-pura tidak melihat untuk sementara waktu, melepaskan kendali terhadap keinginan jahat manusia, supaya setelah itu ia bisa menggunakan kejadian ini; tetapi, pada kehendakNya sendiri, Ia menetapkan urut-urutan tindakan yang Ia maksudkan untuk menjadi tetap dan tertentu. Jadi kita bisa berkata dengan benar dan tepat, bahwa Yusuf dijual oleh persetujuan jahat dari saudara-saudaranya, dan oleh providensia rahasia dari Allah).

Keluaran 1:8-10 - (8) Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. (9) Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. (10) Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan - jika terjadi peperangan - jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini..

bdk. Mazmur 105:25 - diubahNya hati mereka (orang Mesir) untuk membenci umatNya, untuk memperdayakan hamba-hambaNya. Jelas dikatakan bahwa Tuhanlah yang mengubah hati orang Mesir untuk membenci Israel, supaya dengan demikian rencanaNya bisa terlaksana.

Kel 4:21 7:3,22 8:15,19,32 9:12 9:15-16 (bdk. Ro 9:15-18) 9:34-35 10:1-2,20,27 11:10 14:4,8,17. Berulang kali dikatakan bahwa Allah mengeraskan hati Firaun! Dan itulah yang menyebabkan hati Firaun menjadi keras. Bahkan setelah Firaun terpaksa membiarkan Israel meninggalkan Mesir, Tuhan lalu bekerja mengeraskan hati Firaun lagi, sehingga ia memerintahkan tentaranya untuk mengejar Israel. Tujuan Allah ialah supaya baik Israel maupun Mesir bisa melihat kuasaNya (Kel 10:1-2 14:4,17-18,30-31).

Ul 2:30 - Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi sekarang ini.

Ayat ini mengatakan bahwa Allahlah yang mengeraskan hati Sihon supaya bisa menyerahkannya ke tangan Israel.

Yos 11:20 - Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Ayat ini mengatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang Kanaan supaya mereka tidak dikasihani tetapi ditumpas.

Hak 9:22-24 - “(22) Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel, (23) maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abi-melekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh, (24) supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu.

Ayat ini mengatakan bahwa Allah membangkitkan semangat jahat dalam diri orang-orang tertentu, supaya memberontak terhadap Abimelekh (anak Yerubaal / Gideon), supaya Ia bisa menghukum baik Abimelekh maupun orang-orang Sikhem karena pembunuhan yang mereka lakukan terhadap anak-anak Yerubaal / Gideon yang lain dalam Hak 9:1-5.

Hak 14:4 - Tetapi ayahnya dan ibunya tidak tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin. Karena pada masa itu orang Filistin menguasai orang Israel.

Simson mau kawin dengan orang Filistin / kafir (Hak 14:1-2), dan ayahnya menasehatinya untuk tidak melakukan hal itu, karena itu jelas adalah dosa (Hak 14:3). Dan dalam ay 4 dikatakan bahwa hal itu datang dari Tuhan, karena Tuhan menghendaki Simson mencari gara-gara terhadap orang Filistin!

1Sam 2:25b - Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya? Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka”.

Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan bekerja sehingga anak-anak Eli tidak menuruti nasehat ayahnya, karena Tuhan hendak membunuh mereka.

2Sam 12:11 - Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan (bdk. 2Sam 16:20-23).

Ayat ini menunjukkan bahwa peristiwa hubungan sex antara Absalom dan gundik-gundik Daud, yang bisa dikatakan merupakan perkosaan dan incest (perzinahan dalam keluarga) merupakan pekerjaan Tuhan!

2Sam 16:10-11 - “(10) Tetapi kata raja: Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian? (11) Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian”.

Daud / ayat ini mengatakan bahwa Tuhan menyuruh Simei mengutuki Daud. Tetapi kata menyuruh di sini tentu tidak bisa diartikan seakan-akan Tuhan betul-betul berfirman kepada Simei supaya mengutuki Daud. Kata menyuruh di sini harus diartikan bekerja sehingga atau mengatur sehingga. Penafsiran ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat, karena penafsiran ini sejalan dengan beberapa ayat yang lain seperti:

Kejadian 45:7-8 yang mengatakan bahwa Allah menyuruh Yusuf ke Mesir untuk memelihara Israel. Bandingkan juga dengan Mazmur 105:17 yang menggunakan istilah diutusNya. Padahal Allah sama sekali tidak pernah berfirman untuk menyuruh / mengutus Yusuf pergi ke Mesir. Yusuf pergi ke Mesir karena dipaksa oleh sikon, yaitu pada waktu ia dijual sebagai budak. Tetapi karena ini semua merupakan pengaturan Allah, maka digunakan istilah Allah menyuruh / mengutus.

1Raja 17:4,9 dimana Allah berfirman kepada Elia bahwa Ia telah memerintahkan burung gagak dan seorang janda di Sarfat untuk memberi makan Elia. Tetapi Allah tidak betul-betul berbicara kepada burung gagaknya, melainkan Allah hanya mengatur sehingga burung gagak itu memberi makan Elia. Demikian juga dengan janda di Sarfat itu. Pada waktu Elia sampai di Sarfat, janda itu tidak tahu apa-apa tentang persoalan memberi makan Elia. Jadi jelas bahwa Tuhan tidak betul-betul berfirman kepadanya supaya ia memberi makan Elia. Tuhan hanya mengatur supaya janda itu memberi makan Elia.

1Raja 11:14,23 - “(14) Kemudian TUHAN membangkitkan seorang lawan Salomo, yakni Hadad, orang Edom; ia dari keturunan raja Edom. ... (23) Allah membangkitkan pula seorang lawan Salomo, yakni Rezon bin Elyada, yang telah melarikan diri dari tuannya, yakni Hadadezer, raja Zoba.

Ayat ini mengatakan bahwa Tuhanlah membangkitkan lawan-lawan untuk memberontak terhadap Salomo, padahal pemberontakan adalah suatu dosa (bdk. Ro 13:1-7).

1Raja 12:15,24 - “(15) Jadi raja tidak mendengarkan permintaan rakyat, sebab hal itu merupakan perubahan yang disebabkan TUHAN, supaya TUHAN menepati firman yang diucapkanNya dengan perantaraan Ahia, orang Silo, kepada Yerobeam bin Nebat. ... (24) Beginilah firman TUHAN: Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel. Pulanglah masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi. Maka mereka mendengarkan firman TUHAN dan pergilah mereka pulang sesuai dengan firman TUHAN itu (bdk. 2Taw 10:15 11:4).

Bagian ini menunjukkan bahwa Tuhan bekerja sehingga Rehabeam menolak nasehat yang baik dari tua-tua, karena Tuhan mau memecah Israel.

1Raja 22:19-23 - “(19) Kata Mikha: Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu. (bdk. 2Taw 18:19-22).

Ini merupakan bagian Kitab Suci yang sangat aneh! Tuhan kongkalikong / melakukan kolusi dengan setan? Tidak, karena ini lagi-lagi menunjukkan Tuhan sebagai first cause dan setan sebagai second cause pada peristiwa penyesatan oleh nabi-nabi palsu terhadap Ahab.

1Taw 10:4,14 - “(4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini memperlakukan aku sebagai permainan. Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya. ... (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai.

Sekalipun dalam ay 4 dikatakan bahwa Saul mati bunuh diri, tetapi dalam ay 14 tetap dikatakan Tuhan membunuh dia.

2Taw 21:16-17 - “(16) Lalu TUHAN menggerakkan hati orang Filistin dan orang Arab yang tinggal berdekatan dengan orang Etiopia untuk melawan Yoram. (17) Maka mereka maju melawan Yehuda, memasukinya dan mengangkut segala harta milik yang terdapat di dalam istana raja sebagai jarahan, juga anak-anak dan isteri-isterinya, sehingga tidak ada seorang anak yang tinggal padanya kecuali Yoahas, anaknya yang bungsu.

Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan menggerakkan hati orang Filistin dan Arab untuk melawan Yoram.

2Taw 25:16 - Waktu nabi sedang berbicara, berkatalah Amazia kepadanya: Apakah kami telah mengangkat engkau menjadi penasihat raja? Diamlah! Apakah engkau mau dibunuh? Lalu diamlah nabi itu setelah berkata: Sekarang aku tahu, bahwa Allah telah menentukan akan membinasakan engkau, karena engkau telah berbuat hal ini, dan tidak mendengarkan nasihatku!.

2Taw 25:20 - Tetapi Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka telah mencari allah orang Edom.

Penolakan Amazia terhadap nasehat nabi membuat nabi itu yakin / tahu bahwa Allah telah menentukan supaya Amazia tidak mendengarkan nasehatnya, karena Allah hendak menyerahkannya ke tangan Yoas. Jelas bahwa penolakan Amazia terhadap nasehat nabi, yang jelas merupakan suatu dosa, termasuk dalam pelaksanaan Rencana Allah.

2Taw 36:17 - “TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan - semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya”.

Ini menunjukkan bahwa kekejaman orang Kasdim terhadap Yehuda, yang jelas merupakan suatu dosa, adalah pekerjaan Tuhan.

Ayub 1:21 - katanya: Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!.

Ayub 42:11b - Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya ....

Kedua ayat di atas ini mengatakan bahwa semua malapetaka yang dialami Ayub, termasuk perampokan terhadap ternaknya, yang jelas merupakan dosa, adalah pekerjaan Tuhan.

Amsal 16:4 - TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka.

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan membuat orang fasik untuk hari malapetaka!

Yes 10:5-7,12,22-23 - “(5) Celakalah Asyur, yang menjadi cambuk murkaKu dan yang menjadi tongkat amarahKu! (6) Aku akan menyuruhnya terhadap bangsa yang murtad, dan Aku akan memerintahkannya melawan umat sasaran murkaKu, untuk melakukan perampasan dan penjarahan, dan untuk menginjak-injak mereka seperti lumpur di jalan. (7) Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, melainkan niat hatinya ialah hendak memunahkan dan hendak melenyapkan tidak sedikit bangsa-bangsa. ... (12) Tetapi apabila TUHAN telah menyelesaikan segala pekerjaanNya di gunung Sion dan di Yerusalem, maka Ia akan menghukum perbuatan ketinggian hati raja Asyur dan sikapnya yang engkuh sombong. ... (22) Sebab sekalipun bangsamu, hai Israel, seperti pasir di laut banyaknya, namun hanya sisanya akan kembali. TUHAN telah memastikan datangnya kebinasaan dan dari situ timbul keadilan yang meluap-luap. (23) Sungguh, kebinasaan yang sudah pasti akan dilaksanakan di atas seluruh bumi oleh Tuhan, TUHAN semesta alam.

Text Kitab Suci ini menunjukkan bahwa penindasan oleh Asyur terhadap Israel merupakan pekerjaan Tuhan yang menggunakan Asyur sebagai cambuk murka / tongkat amarah (ay 5). Tetapi karena penindasan itu sendiri adalah dosa, dan Asyur melakukannya dengan tujuan yang berbeda dengan tujuan Tuhan, maka akhirnya Asyur sendiri dihukum oleh Tuhan (ay 12).

Yes 63:17a - Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalanMu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepadaMu?.

Ayat ini mengatakan bahwa kesesatan dan ketegaran hati merupakan pekerjaan Tuhan!

Yeremia 19:9 - “Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka.

Tuhan membuat orang Yehuda mati oleh pedang lawan (Yeremia 19:7), dan membiarkan mayat mereka dimakan burung dan binatang (Yeremia 17:8), dan lalu dalam Yer 19:9 ini dikatakan sesuatu yang mengerikan dimana Tuhan membuat mereka memakan daging anaknya dan daging temannya sendiri! Perbuatan kanibal ini merupakan pekerjaan Tuhan! Bdk. juga dengan Yeh 5:8-10 Yes 49:26.

Yeh 5:8-10 - (8) sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku, ya Aku sendiri akan menjadi lawanmu dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. (9) Oleh karena segala perbuatanmu yang keji akan Kuperbuat terhadapmu yang belum pernah Kuperbuat dan yang tidak pernah lagi akan Kuperbuat. (10) Sebab itu di tengah-tengahmu ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin.

Yesaya 49:26 - Aku akan memaksa orang-orang yang menindas engkau memakan dagingnya sendiri, dan mereka akan mabuk minum darahnya sendiri, seperti orang mabuk minum anggur baru, supaya seluruh umat manusia mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat, Allah Yakub..

Yeremia 25:8-12 - “(8) Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam: Oleh karena kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataanKu, (9) sesungguhnya, Aku akan mengerahkan semua kaum dari utara - demikianlah firman TUHAN - menyuruh memanggil Nebukadnezar, raja Babel, hambaKu itu; Aku akan mendatangkan mereka melawan penduduknya dan melawan bangsa-bangsa sekeliling ini, yang akan Kutumpas dan Kubuat menjadi kengerian, menjadi sasaran suitan dan menjadi ketandusan untuk selama-lamanya. (10) Aku akan melenyapkan dari antara mereka suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan cahaya pelita. (11) Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya. (12) Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan bekerja sehingga Babilonia menghancurkan Yehuda, tetapi sama seperti Asyur, akhirnya Babilonia juga dihukum Tuhan.

Yeremia 43:10-11 - “(10) lalu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku mengutus orang untuk menjemput Nebukadnezar, raja Babel, hambaKu itu, supaya ia mendirikan takhtanya di atas batu-batu yang telah Kusuruh sembunyikan ini, dan membentangkan permadani kebesarannya di atasnya. (11) Dan apabila ia datang, ia akan memukul tanah Mesir: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke tawanan, ke tawananlah! Yang ke pedang, ke pedanglah!.

Ayat ini menunjukkan bahwa peristiwa dimana Babilonia menghancurkan Mesir, merupakan pekerjaan Tuhan .

Yeremia 47:6-7 - “(6) Ah, pedang TUHAN, berapa lama lagi baru engkau berhenti? Masuklah kembali ke dalam sarungmu, jadilah tenang dan beristirahatlah! (7) Tetapi bagaimana ia dapat berhenti? Bukankah TUHAN memerintahkannya? Ke Askelon dan ke tepi pantai laut, ke sanalah Ia menyuruhnya!.

Ayat ini menyatakan pedang Firaun / Mesir yang membunuhi orang Filistin, sebagai pedang Tuhan, dan pembantaian itu sebagai perintah Tuhan!

Yeremia 50:9 - Sebab sesungguhnya, Aku menggerakkan dan membangkitkan terhadap Babel sekumpulan bangsa-bangsa yang besar dari utara; mereka akan mengatur barisan untuk melawannya, dari sanalah kota itu akan direbut. Panah-panah mereka adalah seperti pahlawan yang mujur, yang tidak pernah kembali dengan tangan hampa.

Tuhan menggerakkan bangsa-bangsa besar dari Utara untuk menghancurkan Babel.

Rat 2:6b - Di Sion TUHAN menjadikan orang lupa akan perayaan dan sabat”.

Merayakan hari raya dan hari Sabat adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan, sehingga melupakan / melalaikan hal itu jelas merupakan suatu dosa. Tetapi ayat ini mengatakan bahwa Tuhanlah yang membuat hal itu!

Yeh 14:9 - Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda dengan mengatakan suatu ucapan - Aku, TUHAN yang menggoda nabi itu - maka Aku akan mengacungkan tanganKu melawan dia dan memunahkannya dari tengah-tengah umatKu Israel.

Ayat ini terletak dalam suatu kontex dimana Allah mengancam Israel. Ia berkata bahwa kalau ada orang yang pergi kepada seorang nabi palsu dan menanyakan petunjuk kepada nabi itu, maka Allah sendiri akan menjawab orang itu (Yeh 14:7). Lalu dalam Yeh 14:9 dikatakan bahwa pada waktu nabi palsu itu memberi petunjuk, yang tentunya merupakan petunjuk yang sesat, maka Tuhan yang menggoda nabi palsu itu.

Hab 1:6,12 - “(6) Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. ... (12) Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa”.

Tuhan membangkitkan / menentukan orang Kasdim untuk membunuh / menghukum / menyiksa.

Zakh 14:2 - “Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu.

Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan bekerja mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yehuda / Yerusalem dan mengalahkannya, lalu merampok dan bahkan melakukan pemerkosaan di sana.

Matius 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Tuhan menyembunyikan Injil terhadap orang bijak / pandai. Ini membuat mereka tidak mungkin bisa percaya kepada Kristus, padahal ketidakpercayaan kepada Kristus adalah dosa.

Yohanes 12:39-40 - “(39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka (bdk. Mark 4:11-12).

Tuhan bekerja sehingga Israel menjadi buta / degil dan tidak mau percaya, sesuai dengan nubuat Yesaya.

Ro 11:7-8,25 - “(7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini. ... (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.

Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang Israel itu menjadi tegar karena Allah membuat mereka tertidur, dan memberi mereka mata / telinga yang tidak dapat melihat / mendengar. Jelas bahwa ketegaran mereka merupakan pekerjaan Tuhan.

Roma 11:32 - Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidak-taatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua.

Kata-kata Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan jelas menunjukkan bahwa Allah bekerja sedemikian rupa sehingga orang-orang itu terus berbuat dosa.

2 Tesalonika 2:11-12 - “(11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.

Ayat ini mengatakan bahwa Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta!

Wahyu 17:17 (NIV) - For God has put it into their hearts to accomplish his purpose by agreeing to give the beast their power to rule, until Gods words are fulfilled (= Karena Allah telah memasukkan hal itu kedalam hati mereka untuk melaksanakan tujuanNya dengan menyetujui untuk memberikan binatang itu kuasa untuk memerintah, sampai firman Allah tergenapi).

Ini menunjukkan bahwa Allah bekerja dalam hati orang-orang itu sehingga orang-orang itu mau tunduk kepada binatang itu!

Kalau saudara betul-betul ingin mengetahui apakah doktrin Providence of God ini betul-betul merupakan ajaran Kitab Suci, bacalah dan renungkanlah semua ayat-ayat di atas ini dengan teliti, dan lalu renungkan satu hal ini: kalau saudara menolak doktrin Providence of God ini, bagaimana saudara menafsirkan semua ayat ini?

D) Allah mempunyai tujuan yang baik.

Sekalipun ada dosa dalam Providence of God, itu tentu tidak berarti bahwa dosa itu merupakan tujuan akhir dari Allah. Kalau Allah menetapkan terjadinya dosa dan lalu melaksanakan rencanaNya itu, maka tentu Ia mempunyai tujuan yang baik.

Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan hal itu:

Roma 3:5 - ... ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah.

Roma 3:7 - ... kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya.

Ro 5:20b - di mana dosa bertambah banyak di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.

Roma 11:32 - Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua.

Kata-kata telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan menunjukkan bahwa dalam Providence of God ada dosa, dan kata-kata supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua menunjukkan adanya tujuan yang baik di dalam semua itu.

1Timotius 1:13-16 - aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat hidup yang kekal.

Khususnya perhatikan ay 16nya yang menunjukkan bahwa kebejatan Paulus sebelum ia menjadi kristen justru akhirnya menjadi suatu contoh bagi orang bejat lainnya. Tentu saja bukan supaya mereka meniru kebejatan itu, tetapi supaya mereka melihat dalam diri Paulus, bahwa orang bejatpun bisa diampuni asal mau percaya kepada Yesus. Dengan dermikian ini menjadi suatu dorongan bagi orang-orang bejat yang lain untuk percaya kepada Yesus, dan sekaligus menjadi suatu jaminan bahwa kalau mereka mau percaya kepada Yesus, maka sama seperti Paulus merekapun akan diampuni. Jadi kebejatan Paulus ada dalam Rencana Allah dan Providence of God, dengan suatu maksud / tujuan yang baik.

Hal-hal lain yang perlu diingat:

Adanya dosa memang menunjukkan kasih / kemurahan Allah secara lebih menyolok, karena kalau tidak ada dosa, kita tidak bisa melihat bagaimana Allah mengampuni manusia berdosa melalui salib.

Adanya dosa juga menunjukkan kesabaran Allah, yang tidak langsung menghukum pada waktu melihat dosa (bdk. Roma 2:4).

Adanya dosa juga lebih bisa menunjukkan keadilan dan kesucian Allah, dan kebencian Allah terhadap dosa.

Herman Hoeksema: It is therefore much better to say that the Lord also in His counsel hates sin and determined that that which He hates should come to pass in order to reveal His hatred (= Karena itu lebih baik berkata bahwa Tuhan juga dalam rencanaNya membenci dosa dan menentukan hal itu supaya apa yang Ia benci itu terjadi sehingga Ia bisa menyatakan kebencianNya atas hal itu) - Reformed Dogmatics, hal 158.

Jadi jelas dari semua contoh di atas ini bahwa dosa akhirnya memang bisa membawa kemuliaan bagi Allah!

Catatan: Tetapi awas, ini tidak berarti bahwa kita boleh / harus berbuat dosa karena hal itu toh akhirnya membawa kemuliaan bagi Allah. Bandingkan dengan kata-kata Paulus di bawah ini.

Roma 3:7-8 - Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: Marilah kita berbuat jahat, supaya yang baik timbul dari padanya. Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.

Roma 6:1-2 - Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?.

V. Providence dan kebebasan / tanggung jawab manusia

A) Tanggung jawab manusia.

Adanya Rencana / penetapan Allah dan Providence of God tidak membuang tanggung jawab manusia! Yang saya maksud dengan tanggung jawab manusia adalah:

1) Manusia tetap bertanggung jawab atau mempunyai kewajiban untuk melakukan hal yang terbaik sesuai dengan Firman Tuhan.

Charles Haddon Spurgeon: Let the providence of God do what it may, your business is to do what you can (= Biarlah providensia Allah melakukan apapun, urusanmu adalah melakukan apa yang kamu bisa) - Spurgeons Expository Encyclopedia, vol 7, hal 43.

Jadi, sekalipun ada penetapan Allah tentang saat kematian, kita tetap perlu, dan bahkan harus, berusaha menjaga nyawa kita. Sekalipun ada penetapan Allah tentang penyakit / kesehatan, kita tetap perlu, dan bahkan harus, menjaga kesehatan kita. Sekalipun ada penetapan Allah tentang dosa, kita tetap perlu, dan bahkan harus, berusaha menguduskan diri, menjauhi dosa, dan melawan godaan setan.

2) Pada waktu manusia berbuat dosa, ia tetap bertanggung jawab terhadap Allah akan dosanya itu, artinya ia tetap akan dihukum karena dosanya itu. Memang dalam kasus orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, semua dosanya sudah dibayar oleh Kristus di atas kayu salib, sehingga ia tidak lagi bisa dihukum (Roma 8:1), tetapi Allah tetap bisa menghajar / mendisiplin dia. Karena itu jangan sembarangan berbuat dosa, apalagi dengan alasan bahwa dosa itu sudah ditentukan oleh Allah!

B) Mengapa manusia tetap mempunyai tanggung jawab?

1) Kita harus hidup sesuai dengan kehendak Allah yang dinyatakan kepada kita (yaitu Firman Tuhan / Kitab Suci), bukan berdasarkan kehendak / rencana Allah yang tersembunyi / yang tidak kita ketahui.

Ulangan 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.

Perhatikan bahwa ayat ini berkata bahwa:

hal-hal yang tersembunyi itu ialah bagi Tuhan.

Jadi, Rencana Allah yang tidak kita ketahui itu bukan untuk kita, dan karenanya itu bukan pedoman hidup kita.

hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita.

Hal-hal yang dinyatakan ini ialah hukum Taurat, atau Firman Tuhan. Ini dikatakan bagi kita, dan karenanya inilah pedoman hidup kita.

Contoh:

a) Dalam persoalan keselamatan.

Tuhan sudah menentukan / memilih orang-orang tertentu untuk selamat (Ef 1:4,5,11) dan orang-orang tertentu untuk binasa / masuk neraka (Yohanes 17:22 Roma 9:22), tetapi kita tidak tahu siapa yang dipilih untuk selamat dan siapa yang dipilih untuk binasa. Jadi itu adalah kehendak Allah yang tersembunyi dan tidak boleh kita jadikan dasar / pedoman hidup kita, misalnya dengan berpikir / bersikap seperti ini:

sekarang ini saya tidak perlu percaya kepada Yesus. Kalau saya memang ditentukan selamat, nanti saya pasti akan percaya dengan sendirinya.

mungkin orang itu bukan orang pilihan, sehingga hanya membuang-buang waktu dan tenaga untuk menginjili dia. Biarkan saja dia, kalau ternyata dia orang pilihan, toh nanti dia akan percaya dengan sendirinya.

Sebaliknya, kita harus hidup berdasarkan Firman Tuhan (kehendak Allah yang dinyatakan bagi kita), misalnya:

Kis 16:31 merupakan perintah untuk percaya kepada Yesus. Jadi, apakah saya dipilih untuk selamat atau binasa, itu tidak saya ketahui, dan karenanya bukan urusan saya dan bukan pedoman hidup saya. Pedoman hidup saya adalah Firman Tuhan, dan Firman Tuhan dalam Kis 16:31 menyuruh saya percaya kepada Yesus.

Matius 28:19-20 merupakan perintah untuk memberitakan Injil kepada semua orang. Jadi pada waktu saya bertemu dengan seseorang, bukanlah urusan saya apakah orang itu dipilih untuk selamat atau binasa. Itu tidak saya ketahui dan karenanya bukan pedoman hidup saya. Urusan saya adalah melakukan perintah Firman Tuhan dalam Matius 28:19, yaitu menjadikan semua bangsa murid Yesus.

b) Dalam persoalan kematian / kesehatan.

Saya terkena suatu penyakit. Dan saya lalu berpikir: Mungkin saya sudah ditetapkan untuk mati, jadi percuma saya berusaha untuk sembuh. Ini sikap yang salah! Memang Tuhan sudah menentukan saat kematian saya, dan juga apakah saya akan sembuh atau tidak, dan kalau Tuhan menentukan saya sembuh maka saat kesembuhannya juga sudah ditentukan, dan semua ketentuan Allah itu pasti terjadi. Tetapi persoalannya adalah: saya tidak tahu akan ketetapan Allah itu! Itu merupakan hal yang tersembunyi bagi saya dan karena itu maka hal itu bukan pedoman hidup saya. Pedoman hidup saya adalah Kitab Suci, dan Kitab Suci menyuruh saya mengasihi diri saya sendiri (Matius 22:39 Efesus 5:28-29). Karena itu saya harus berusaha untuk sembuh, selama saya tidak mencari kesembuhan itu dengan jalan yang salah, misalnya dengan pergi ke dukun.

c) Dalam hal yang bersifat dosa.

Kalau ada orang yang berbuat jahat kepada saudara, dan saudara digoda setan untuk membalasnya, maka saudara tidak boleh berpikir: Barangkali saya ditentukan untuk membalas. Faktanya adalah: saudara tidak mengetahui ketentuan Allah dalam persoalan itu, lalu mengapa menebak-nebak apa yang tidak saudara ketahui? Dan kalau menebak, mengapa tidak menebak sebaliknya? Karena hal itu tidak diketahui, maka itu bukan pedoman hidup saudara. Pedoman hidup saudara adalah apa yang dinyatakan kepada saudara dalam Kitab Suci, yaitu Kasihilah musuhmu (Matius 5:44).

Kalau saudara mencari pasangan hidup, dan lalu jatuh cinta kepada seseorang yang belum percaya kepada Kristus, maka jangan berpikir: Barangkali saya ditentukan untuk kawin dengan orang kafir. Pedoman hidup saudara adalah Kitab Suci yang berkata: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya (2Korintus 6:14a).

Kalau saudara sudah menikah dan lalu tergoda oleh seorang wanita lain, jangan berpikir: Mungkin saya ditentukan untuk berzinah. Pedoman saudara adalah Kitab Suci yang berkata: Jangan berzinah (Keluaran 20:14).

Ada cerita tentang seorang pendeta yang sudah menikah yang suatu hari pergi naik kereta api. Di depannya duduk seorang gadis yang sangat cantik dan sexy, dan pendeta ini merasa bahwa dirinya tergoda oleh kecantikan dan kesexyan gadis itu, dan karena itu ia terus berdoa supaya Tuhan menolongnya menghadapi pencobaan tersebut. Tiba-tiba kereta api mengerem mendadak, dan gadis tersebut terlempar dari kursinya dan jatuh ke pelukan si pendeta. Si pendeta merangkul gadis itu sambil berkata: Tuhan, jadilah kehendakMu!.

Ini lagi-lagi merupakan contoh yang salah dimana seseorang hidup berdasarkan Rencana kekal dari Allah (atau yang ia anggap sebagai Rencana kekal dari Allah), dan bukannya berdasarkan Firman Tuhan, yang jelas melarang perzinahan!

2) Sekalipun Allah menentukan dan mengatur terjadinya dosa, sehingga dosa itu pasti terjadi, tetapi pada saat dosa itu terjadi, manusia melakukan dosa itu dengan kemauannya sendiri! Ini menunjukkan bahwa kebebasan manusia tidak dibuang!

Calvin: we posited a distinction between compulsion and necessity from which it appears that man, while he sins of necessity, yet sins no less voluntarily (= kami menempatkan suatu perbedaan di antara pemaksaan dan kepastian dari mana terlihat bahwa manusia, sementara ia pasti berdosa, tetapi ia berdosa dengan sukarela) - Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter IV, No 1.

a) Dasar Kitab Suci:

Dalam Keluaran 7:3 Allah berkata bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun, tetapi pada waktu ketetapan Allah itu terlaksana, ternyata Firaun mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 7:13,22 8:15,19,32 9:7,34-35).

Dalam Ayub 1:21 Ayub berkata bahwa Tuhan yang mengambil; tetapi dalam Ayub 1:15,17 orang-orang Syeba dan Kasdim melakukan perampokan itu dengan kemauan mereka sendiri.

Yesaya 10:5-7 - Asyur adalah alat Tuhan untuk menghukum Israel, tetapi Asyur melakukan sendiri dengan motivasi yang lain.

b) Salah satu pertanyaan yang paling sering keluar dalam persoalan ini adalah: Jika Allah sudah menentukan dan mengatur segala sesuatu, bagaimana mungkin manusia masih bisa mempunyai kebebasan, dan bahkan harus bertanggung jawab atas dosanya?

Jawab:

1. Terus terang, tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2 hal yang kelihatannya bertentangan ini. Orang Reformed hanya melihat bahwa 2 hal itu sama-sama diajarkan oleh Kitab Suci (bdk. Ro 9:19-21), tetapi Kitab Suci tidak pernah mengharmoniskannya. Karena itu orang Reformed juga juga mengajarkan kedua hal itu, tanpa mengharmoniskannya. Ini merupakan wujud kesetiaan dan ketundukan kepada Kitab Suci, sekalipun Kitab Suci itu melampaui akal kita!

Dalam hal yang lain, kita juga melihat hal yang sama. Misalnya: kita percaya bahwa Allah itu maha kasih dan mahatahu. Tetapi kita juga percaya bahwa Allah menciptakan neraka dan orang tertentu yang Ia tahu bakal masuk ke neraka. Kalau memang Ia maha kasih dan maha tahu, mengapa Ia tidak hanya menciptakan orang yang akan masuk ke surga? Saya yakin tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2 hal itu, termasuk orang Arminian, tetapi toh semua orang kristen percaya dan mengajarkan ke 2 hal itu, karena Kitab Suci memang jelas mengajarkan kedua hal itu. Lalu mengapa dalam hal doktrin Providence of God ini kita tidak mau bersikap sama?

2. Perhatikan beberapa kutipan di bawah ini berkenaan dengan hubungan penentuan Allah dan kebebasan / tanggung jawab manusia.

Loraine Boettner: But while the Bible repeatedly teaches that this providential control is universal, powerful, wise, and holy, it nowhere attempts to inform us how it is to be reconciled with mans free agency (= Tetapi sementara Alkitab berulangkali mengajar bahwa penguasaan providensia ini bersifat universal, berkuasa, bijaksana, dan suci, Alkitab tidak pernah berusaha untuk memberi informasi kepada kita tentang bagaimana hal itu bisa diperdamaikan / diharmoniskan dengan kebebasan manusia) - The Reformed Doctrine of Predesti-nation, hal 38.

Loraine Boettner: Perhaps the relationship between divine sovereignty and human freedom can best be summed up in these words: God so presents the outside inducements that man acts in accordance with his own nature, yet does exactly what God has planned for him to do (= Mungkin hubungan antara kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia bisa disimpulkan dengan cara terbaik dengan kata-kata ini: Allah memberikan dorongan / bujukan dari luar sedemikian rupa sehingga manusia bertindak sesuai dengan dirinya, tetapi melakukan secara tepat apa yang Allah telah rencanakan baginya untuk dilakukan) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 38.

Charles Haddon Spurgeon: man, acting according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by that sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot tell. ... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free agency of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God has predestinated everything yet man is responsible (= manusia, bertindak sesuka hatinya, bagaimanapun dikalahkan / dikuasai oleh pemerintahan yang berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar saya tidak bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa mengetahui dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasikan segala sesuatu tetapi manusia bertanggung jawab) - Spurgeons Expository Encyclopedia, vol 7, hal 10.

Charles Haddon Spurgeon: (tentang tentara yang tidak mematahkan kaki Kristus tetapi menusukNya dengan tombak - Yohanes 19:33-34).

They acted of their own free will, and yet at the same time they fulfilled the eternal counsel of God. Shall we never be able to drive into mens mind the truth that predestination and free agency are both facts? Men sin as freely as birds fly in the air, and they are altogether responsible for their sin; and yet everything is ordained and foreseen of God. The foreordination of God in no degree interferes with the responsibility of man. I have often been asked by persons to reconcile the two truths. My only reply is - They need no reconciliation, for they never fell out. Why should I try to reconcile two friends? Prove to me that the two truths do not agree. In that request I have set you a task as difficult as that which you propose to me. These two facts are parallel lines; I cannot make them unite, but you cannot make them cross each other (= Mereka bertindak dengan kehendak bebas mereka, tetapi pada saat yang sama mereka menggenapi rencana yang kekal dari Allah. Apakah kita tidak akan pernah bisa menancapkan ke dalam pikiran manusia kebenaran bahwa predestinasi dan kebebasan agen / manusia dua-duanya merupakan fakta? Manusia berbuat dosa sebebas burung-burung yang terbang di udara, dan mereka semuanya bertanggung jawab untuk dosa mereka; tetapi segala sesuatu ditetapkan dan dilihat lebih dulu oleh Allah. Penetapan lebih dulu dari Allah sama sekali tidak mengganggu tanggung jawab manusia. Saya sering ditanya oleh orang-orang untuk mendamaikan dua kebenaran ini. Jawaban saya hanyalah - Mereka tidak membutuhkan pendamaian, karena mereka tidak pernah bertengkar. Mengapa saya harus mendamaikan 2 orang sahabat? Buktikan kepada saya bahwa dua kebenaran itu tidak setuju / cocok. Dalam permintaan itu saya telah memberimu suatu tugas yang sama sukarnya seperti yang kaukemukakan kepada saya. Kedua fakta ini adalah garis-garis yang paralel; saya tidak bisa membuat mereka bersatu, tetapi engkau tidak bisa membuat mereka bersilangan) - A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord, vol VI - The Passion and Death of Our Lord, hal 670-671.

Arthur W. Pink: Two things are beyond dispute: God is sovereign, man is responsible. ... To emphasize the sovereignty of God, without also maintaining the accountability of the creature, tends to fatalism; to be so concerned in maintaining the responsibility of man, as to lose sight of the sovereignty of God, is to exalt the creature and dishonour the Creator (= Dua hal tidak perlu diperdebatkan: Allah itu berdaulat, manusia itu bertanggung jawab. ... Menekankan kedaulatan Allah, tanpa juga memelihara pertanggungan jawab dari makhluk ciptaan, cenderung kepada fatalisme; terlalu memperhatikan pemeliharaan tanggung jawab manusia, sehingga tidak mengindahkan kedaulatan Allah, sama dengan meninggikan makhluk ciptaan dan merendahkan sang Pencipta) - The Sovereignty of God, hal 9.


Arthur W. Pink melanjutkan: We are enjoined to take no thought for the morrow (Matt 6:34), yet if any provide not for his own, and specially for those of his own house, he hath denied the faith, and is worse than an infidel (1Timotius 5:8). No sheep of Christs flock can perish (John 10:28,29), yet the Christian is bidden to make his calling and election sure (2Peter 1:10). ... These things are not contradictions, but complementaries: the one balances the other. Thus, the Scriptures set forth both the sovereignty of God and the responsibility of man [= Kita dilarang untuk menguatirkan hari esok (Mat 6:34), tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman (1Tim 5:8). Tidak ada domba Kristus yang bisa binasa (Yoh 10:28-29), tetapi orang kristen diperintahkan untuk membuat panggilan dan pilihannya teguh (2Pet 1:10). ... Hal-hal ini tidaklah bertentangan tetapi saling melengkapi: yang satu menyeimbangkan yang lain. Demikian Kitab Suci menyatakan kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia] - The Sovereignty of God, hal 11.

Charles Hodge: “God can control the free acts of rational creatures without destroying either their liberty or their responsibility (= Allah bisa mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk rasionil tanpa menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka) - Systematic Theology, vol II, hal 332.

Saya berpendapat bahwa bagian yang harus diperhatikan dalam kata-kata Charles Hodge ini adalah God can (= Allah bisa).

Kalau saya membuat sebuah film, maka saya akan menyusun naskah, dimana setiap pemain sudah ditentukan harus bertindak apa atau berkata apa. Tetapi sedikit atau banyak selalu ada kebebasan bagi para pemain. Kalau saya tidak memberikan kebebasan sama sekali, maka para pemain itu akan menjadi robot, yang tidak lagi mempunyai kebebasan apapun.

Tetapi Allah berbeda dengan saya atau dengan manusia lain. Allah bisa menentukan dan mengontrol segala sesuatu sampai detail-detail yang sekecil-kecilnya, tanpa menghancurkan kebebasan manusia! Bagaimana Ia bisa melakukan hal itu, merupakan suatu mystery bagi kita, tetapi yang jelas Kitab Suci menunjukkan bahwa Allah memang menentukan dan menguasai segala sesuatu, tetapi manusia tetap mempunyai kebebasan.

3. Jika penentuan lebih dulu dari Allah itu bertentangan dengan kebebasan manusia, maka perlu saudara ketahui bahwa pengetahuan lebih dulu dari Allah, yang jelas harus dipercaya oleh semua orang kristen, juga bertentangan dengan kebebasan manusia. Bukankah kalau Allah tahu bahwa hari ini saudara akan berbuat ini atau itu, maka hal itu pasti terjadi? Lalu dimana kebebasan saudara?

Loraine Boettner: The Arminian objection against foreordination bears with equal force against the foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with the free agency of man, the other is also. Foreordination renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are certain (= Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu) - The Reformed Doctrine of Predestination, hal 42.

Karena itu, kalau ada orang Arminian yang menggunakan hal ini untuk menyerang doktrin Reformed ini, maka serangannya ini, bisa menjadi boomerang bagi doktrin mereka sendiri!

4. Kebebasan manusia juga ditentukan oleh Allah.

Pada waktu Allah menentukan terjadinya tindakan tertentu dari seorang manusia, maka perlu saudara ingat bahwa Allah menentukan segala-galanya, dan itu berarti bahwa Allah juga menentukan bahwa orang itu akan melakukan tindakan itu secara bebas.

Saya ingin memberikan sebuah illustrasi sebagai berikut: misalnya ada suatu pertandingan sepakbola yang disiarkan di TV, dan saya lalu merekam pertandingan itu menggunakan video cassette. Proses perekaman ini saya analogikan dengan penentuan Allah. Sekarang video itu saya putar dan saya tunjukkan kepada banyak orang. Apa yang akan terlihat semuanya sudah tertentu, yaitu persis seperti isi video itu. Tetapi semua orang yang menonton video itu tidak melihat bahwa para pemain sepak bola itu kehilangan kebebasannya. Mereka tetap bermain dan menendang bola dengan kemauannya sendiri. Mengapa? Karena kebebasan mereka juga ikut ditentukan dalam video itu.

c) Tetap adanya kebebasan manusia ini menyebabkan manusia tetap bertanggung jawab / dipersalahkan pada waktu ia berbuat dosa.

Mengomentari Lukas 22:22 Spurgeon berkata: The decree of God does not lessen the responsibility of man for his action. Even though it is predetermined of God, the man does it of his own free will, and on him falls the full guilt of it (= Ketetapan Allah tidak mengurangi tanggung jawab manusia untuk tindakannya. Sekalipun hal itu sudah ditentukan lebih dulu oleh Allah, manusia melakukannya dengan kehendak bebasnya sendiri, dan pada dialah jatuh kesalahan sepenuhnya) - Spurgeons Expository Encyclopedia, vol 12, hal 18. 

d) Tetap adanya kebebasan dan tanggung jawab manusia ini, menyebabkan dalam theologia Reformed manusia tetap berbeda dengan robot / wayang. Ini juga menyebabkan Calvinisme / Reformed berbeda dengan Fatalisme maupun dengan Hyper-Calvinisme, yang karena percaya bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, lalu hidup secara apatis / acuh tak acuh dan secara tak bertanggung jawab! Hendaknya ini diperhatikan oleh orang-orang yang menuduh / memfitnah ajaran saya tentang Providence of God ini sebagai Hyper-Calvinisme!

Untuk bisa mengerti apa Hyper-Calvinisme itu, di sini saya memberikan sebuah kutipan, yang menjelaskan Hyper-Calvinisme tersebut.

Edwin H. Palmer: Hyper-Calvinism. Diametrically opposite to the Arminian is the hyper-Calvinist. He looks at both sets of facts - the sovereignty of God and the freedom of man - and, like the Arminian, says he cannot reconcile the two apparently contradictory forces. Like the Arminian, he solves the problem in a rationalistic way by denying one side of the problem. Whereas the Arminian denies the sovereignty of God, the hyper-Calvinist denies the responsibility of man. He sees the clear Biblical statements concerning Gods foreordination and holds firmly to that. But being logically unable to reconcile it with mans responsibility, he denies the latter. Thus the Arminian and the hyper-Calvinist, although poles apart, are really very close together in their rationalism (= Hyper-Calvinisme. Bertentangan frontal dengan orang Arminian adalah orang yang hyper-Calvinist. Ia melihat pada kedua fakta - kedaulatan Allah dan kebebasan manusia - dan, seperti orang Arminian, ia mengatakan bahwa ia tidak dapat mendamaikan kedua kekuatan yang tampaknya bertentangan itu. Seperti orang Arminian, ia memecahkan problem itu dengan cara yang logis dengan menyangkal satu sisi dari problem itu. Sementara orang Arminian menyangkal kedaulatan Allah, maka penganut Hyper-Calvinisme meninggalkan fakta tanggung jawab manusia. Ia melihat pernyataan yang jelas dari Alkitab mengenai penentuan lebih dulu dari Allah dan memegang hal itu dengan teguh. Tetapi karena tidak mampu mendamaikannya secara logis dengan tanggung jawab manusia, ia menyangkal tanggung jawab manusia itu. Jadi orang Arminian dan orang hyper-Calvinist, sekalipun merupakan kutub-kutub yang bertentangan, sebetulnya sangat dekat dalam cara berpikirnya) - The Five Points of Calvinism, hal 84.

Saya sendiri sekalipun menekankan penetapan Allah, tetapi saya juga sangat menekankan tanggung jawab manusia (lihat pelajaran V). Karena itu adalah omong kosong kalau ajaran saya adalah Hyper Calvinisme. Kalau saya adalah seorang Hyper Calvinist, maka pastilah Calvin sendiri juga adalah seorang Hyper Calvinist, demikian juga dengan para ahli theologia Reformed yang lain, karena ajaran ini saya dapatkan dari mereka.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post